Download as rtf, pdf, or txt
Download as rtf, pdf, or txt
You are on page 1of 15

PERBANDINGANKEJADIANISPABALITAPADA

KELUARGAYANGMEROKOKDIDALAM
RUMAHDENGANKELUARGAYANG
TIDAKMEROKOK
HadiSyahputra,FebrianaSabrian,WasistoUtomo
ProgramStudiIlmuKeperawatanUniversitasRiau
JalanPatimurano9Pekanbaru,28293,Indonesia
Email: hadiicoro@gmail.com,hp085278645786
Abstract
ThisresearchisintendedtofindoutthecomparisonofAcuteRespiratoryInfection(ARI)
incidenceinchildrenagebelowfive(toddlers)betweenfamilythathassmokersathomewith
familythathasnonsmokeratall.Thisresearchusedcomparativestudydesignwithcase
controlapproach.ResearchhasbeendoneinRejosarihealthcentersinPekanbarucityon68
families which was chosen by using simple random sampling technique by considering
inclusioncriteria.Measurementtoolsthathasbeenusedisquestionnairethathasbeentested
withvaliditasandreliabilitastest.Analysisthatwasusedisunivariateandbivariateanalysis
withchisquaretest.Resultofthisresearchhasshownthatfrom34families(50%oftotal
sampel)withsmokerathomeandhavingchildrenwithARIare58,8%,whileanother34
familieswithnonsmokeratallandhavingchildrenwithARIare29,4%withdegreesof
significance 0,05 obtained the pv (0,028) < (0,05) and OR point 3,429. Conclution of this
researchisthereissignificantdifferencesbetweenARIincidenceintoddlersthathadsmoker
familymemberathomewithfamilythathasnonsmokerfamilymemberatallwith3,429
timesgreaterriskonthefamilywithsmokerathome.Accordingtothisresearch,health
centers(Puskesmas)areexpectedtoincreasepromotioneffortsbyprovidingcounselingto
familiesaboutthedangeroftobaccosmoketochildrenhealth.
Keywords:ARI,family,smokingbehavior,toddler.
berkembang
termasukIndonesia
PENDAHULUAN
Merokok merupakan salah satu gaya
hidup yang berpengaruh pada kesehatan
manusia.Perilakumerokokpadasaatinisudah
menjaditrenddikalanganremajadandewasa
baik pria maupun wanita. Dalam kehidupan
seharihari sangat mudah dijumpai orang
orang yang merokok, baik di tempattempat
umum,rumahsakit,Puskesmasdanbahkandi
dalam rumah. Keadaan ini merupakan
cerminan dari masih rendahnya kepedulian
para perokok akan bahaya asap rokok pada
kesehatandirisendirimaupunkesehatanorang
lain.
Tingginya prevalensi merokok negara

menyebabkan
masalah merokok
menjadi semakin
serius.Datastatistik
dari World Health
Organization
(WHO) tahun 2012
menunjukkan
prevalensi jumlah
perokok (berusia
lebihdari15tahun)
di seluruh dunia
sebanyak36%pada
lakilaki dan 8%
perempuan, dimana
terdapat 32% laki

laki dan 19 % wanita perokok dinegara maju,laki perokok serta


perokok yang
37% lakilaki serta 15% wanita perokok di 4%perempuanyang
berusialebihdari15
negara berpenghasilan menengah keatas, 39%merokok.
tahunhampir
lakilakidan4%perempuanperokokdinegaraSedangkan di
berpenghasilan menengah kebawah, dan diIndonesia,
negaraberpenghasilanrendahterdapat30%lakiprevalensi jumlah
Hal ini harus diatasi karena dampak dari
mencapai 2x lipat ratarata perokok usia
rokokbukanhanyadirasakanolehperokok
dewasadidunia,yaitu61%lakilakiserta
aktifsaja,tetapijugadapatmenyebabkan
5% perempuan. Hal ini menempatkan
bahayabagiperokokpasif.
Indonesia menjadi negara ke3 tertinggi
Menjadi seorang perokok pasif
dalamjumlahperokokusiadewasa(World
dapat menimbulkan berbagai penyakit
HealthOrganization,2012).
yangberbahayakarenadalamasaprokok
terkandunglebihdari4000bahankimia,
Prevalensi jumlah perokok di
Indonesia yang tinggi disertai dengan
belum adanya peraturan dari pemerintah
yang melarang para perokok untuk tidak
merokok diwilayah umum menyebabkan
banyak nonsmoker yang terpapar oleh
asaprokok.DatadariWHOReportonthe
Global Tobacco Epidemic tahun 2011
menunjuk kan bahwa pemerintah
Indonesia tidak melarang masyarakatnya
merokokdiwilayahumumsepertikantor
pemerintahan, ruangan kantor, restoran,
transportasi umum serta tempat umum
lainnya(WHO,2012).
Kondisi ini menyebabkan begitu
banyakorangyangmenjadiperokokpasif,
dimana hal ini sesuai dengan data yang
ditunjukkan oleh Global Adult Tobacco
Survey(GATS)tahun2012,danhasilyang
didapat menunjukkan bahwa 51,3% atau
14,6 juta orang dewasa terpapar dengan
asaprokokditempatkerjanya;dan85,4%
atau44jutaorangdewasaterpapardengan
asap rokok saat berkunjung ke restoran.
Paparan asap rokok juga dialami oleh
78,4% atau 133,3 juta orang dewasa
didalamrumahnya(DepartemenKesehatan
RI,2012).
Hasildaritemuaninimenunjukkan
bahwa kebiasaan merokok masyarakat
Indonesia terutama didalam keluarga
sangat merugikan kesehatan, karena para
perokokmasihmerokokditempatumum
dan menyebarkan penyakit kepada orang
yang tidak merokok dan tak terkecuali
anakanakyangberadadisekitarperokok.

dimana minimal terdapat 250 zat yang


berbahaya dan lebih dari 50 zat tersebut
diketahuisebagaipenyebabkanker(WHO,
2009). Rokok merupakan enam dari
delapanpenyebabutamakematiandidunia
yaitu penyakit jantung iskemik, penyakit
serebro vaskuler, Infeksi Saluran
PernafasanbawahAkut(ISPbA),penyakit
obstruksiparukronis,Tuberculosis(TBC),
dan kanker paru, trakea dan bronkus
(WHO, 2008). Salah satu dari enam
penyakittersebut,terdapatInfeksiSaluran
Pernafasan bawah Akut (ISPbA) yang
merupakan salah satu klasifikasi dari
InfeksiSaluranPernafasanakut(ISPA).
ISPA merupakan infeksi yang
menyerang saluran pernafasan manusia
dengan jumlah penderita infeksi
kebanyakan pada anak (Hartono &
Rahmawati, 2012). Infeksi saluran
pernafasan akut merupakan salah satu
penyebabkematianterbanyakpadaanakdi
negara berkembang (WHO, 2003).
Indonesia yang merupakan negara
berkembangjugamenunjukkanprevalensi
urutanke9tertinggiangkakejadianISPA
balita (pneumonia) yaitu sebanyak 5.967
kejadian(KementrianKesehatanRepublik
Indonesia, 2012). Selain itu, pada tahun
2010DinasKesehatanProvinsiRiaujuga
menemukanfrekuensikejadianISPAyang
tinggi, yaitu dari 15 penyakit rawat inap
RS seProvinsi Riau tahun 2010, angka
kunjungan rawat inap ISPA berada pada
peringkat ke 5 terbanyak (9,5%).
Sedangkanpadakunjunganrawatjalandi
RS seprovinsi Riau, ISPA berada pada
urutan pertama terbanyak dengan 19.046
kasus (18,1%). Sedangkan pada pola
penyakit rawat jalan di Puskesmas se
provinsi Riau, pada tahun 2010 ISPA
menjadi penyakit yang paling sering
dijumpai, yaitu sebanyak 34,17% dari
semua total kunjungan Puskesmas rawat
jalan.
DatadariDinasKesehatanProvinsi
Riaupadatahun2010,jumlahbalitayang

kejadian ISPA yang cukup tinggi, yaitu


dalamrentangtahun20052011,sebanyak
66%balitadiIndonesiadatangkefasilitas
kesehatan dengan keluhan berupa gejala
ISPA.
Pada tahun 2010, jumlah kematian
pada balita Indonesia sebanyak 151.000
kejadian,dimana14%darikejadiantersebut
disebabkan oleh pneumonia (WHO, 2012).
Kejadian ISPA (pneumonia) di Indonesia
padabalitadiperkirakanantara1020%per
tahun, dengan perkiraan kematian akibat
pneumoniasebanyak6per1000balitaatau
berkisar 150.000 balita pertahun (Dinas
KesehatanProvinsiRiau2010).Pneumonia
merupakanpenyebabkematianbalitanomor
3terbanyakdiIndonesiadenganprevalensi
kejadian14%(WHO,2010).
Riaumerupakansalahsatuprovinsi
di Indonesia yang memiliki presentase
kejadian ISPA balita yang cukup tinggi.
Departemaen kesehatan Indonesia
mencatatpadatahun2011dari33provinsi
diIndonesia,provinsiRiauberadapada
ada di provinsi Riau adalah sebanyak
563.700balita,dimanajumlahbalitayang
menderita pneumonia diperkirakan
sebanyak56.370balita,sedangkanjumlah
balita yang ditemukan menderita
pneumonia dan mendapatkan penanganan
adalah sebanyak 10.024 balita (17,8%).
Dari 12kabupaten/kota diProvinsiRiau,
Pekanbaruberadapadaperingkatpertama
terkait dengan penemuan kasus ISPA
(pneumonia) pada balita yaitu dari total
82.077balitadipekanbaru,terdapat8.208
balita yang diperkirakan menderita ISPA
(pneumonia), sedangkan jumlah balita
yangditemukanmenderitapneumoniadan
mendapatkanpenangananadalahsebanyak
2.142 balita (26,1%). Data dari Dinas
Kesehatan Pekanbaru tahun 2011
menunjukkanbahwadari20Puskesmasdi
kota Pekanbaru, Puskesmas Rejo Sari
menempati urutan pertama terbanyak
penemuan kasus ISPA balita sepanjang
tahun2011yaitusebanyak777kasusISPA
pneumonia dan 4.457 kasus ISPA bukan

pneumonia.
Berdasarkan studi pendahuluan
yang dilakukan peneliti pada tanggal 12
Oktober2012diwilayahkerjaPuskesmas

Rejosari,didapatkandatabahwasepanjang
bulan September 2012, total balita yang
bertempat tinggal di wilayah kerja
Puskesmas Rejosari memiliki frekuensi
kejadian ISPA (pneumonia) sebanyak 41
orang balita. Sedangkan kejadian ISPA
(bukan Pneumonia) sebanyak 300 orang
balita.Datainimenunjukkanpeningkatan
kejadian ISPA dari bulan sebelumnya,
yaitu pada bulan Agustus 2012 jumlah
balita yang menderita ISPA (pneumonia)
berjumlah 27 balita. Sedangkan kejadian
ISPA (bukan pneumonia) sebanyak 288
orangbalita.
Studi pendahuluan juga dilakukan
pada tanggal 14 februari tahun 2013 di
salah satu posyandu yang terdapat
diwilayahkerjaPuskesmasRejosari,yaitu
posyanduSelembutHatiyangterdapatdi
kelurahan Tenayan Raya dengan
mewawancarai10orangibuyangmemiliki
balita ISPA. Hasil studi pendahuluan ini
mendapatkan hasil dari 10 ibu yang
mempunyai balita ISPA, 8 orang ibu
diantaranyamemilikisuamiperokokyang
merokokdidalamrumah.
Keberadaan perokok didalam
rumah telah terbukti memiliki pengaruh
terhadap kejadian ISPA, dimana menurut
penelitian yang dilakukan oleh Winarni,
UmmahdanSalimtahun2010mengatakan
bahwa terdapat hubungan antara perilaku
merokok orang tua dan anggota keluarga
yangtinggaldidalamsaturumahdengan
kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini
diperkuatolehPermatasari(2009),dimana
didapatkan hasil bahwa luas ventilasi,
lubangasapdapurdankeberadaanperokok
didalam rumah memiliki hubungan
bermakna dengan kejadian pneumonia
padabalita.
Berdasarkanfenomenadanhasil
penelitian diatas, pertanyaan yang ingin
dijawab peneliti adalah apakah ada
perbedaan kejadian ISPA balita yang
signifikanantarakeluargayangmerokok
didalamrumahdengankeluargayangtidak
merokok sama sekali ? Sehingga peneliti
tertarik untuk membandingkan kejadian

ISPApadakeluargayangmerokokdidalam

rumah dengan keluarga yang tidak


merokok.
TUJUANPENELITIAN
Untuk mengetahui perbandingan
angka kejadian ISPA pada balita pada
keluarga yang merokok didalam rumah
dengankeluargayangtidakmerokok.
METODOLOGIPENELITIAN
Desain penelitian: Penelitian ini
termasuk dalam penelitian kuantitatif
dengandesainpenelitianyangdigunakan
yaitu studi perbandingan (comparative
study)denganpendekatanyangdilakukan
adalahcasecontrol.
Sampel: Sampel yang digunakan
sebanyak 68 keluarga responden yang
terdiridari34keluargayangmerokokdi
dalamrumahdan34keluargayangtidak
merokok di wilayah kerja Puskesmas
RejosariPekanbaru.Pengambilansampel
menggunakan teknik simple random
sampling dengan kriteria inklusi yang
digunakan yaitu bersedia menjadi
responden, keluarga yang merokok dan
tidak merokok serta memiliki balita,
keluarga yang tinggal menetap, keluarga
yang memasak tidak menggunakan
tungku.
Instrumen: Instrumen yang
digunakanberupakuesionertentangdata
demografiresponden,kebiasaanmerokok
anggota keluarga serta kejadian ISPA
padabalitayangterdiridari7pertanyaan
yang sebelumnya telah dilakukan uji
validitasdanujireliabilitas.
Prosedur: Tahapan awal peneliti
mengajukan surat permohonan izin
penelitiankePSIKURyangselanjutnya
diteruskan ke Dinas kesehatan kota
Pekanbaru, kemudian peneliti meminta
izin kepada kepala Puskesmas Rejosari
Pekanbaruuntukmelakukanpenelitiandi
wilayahkerjaPuskesmasRejosari.Setelah

itu,penelitimemintatolongkepadaBidan
Puskesmas untuk bersamasama menuju
Posyandu serta menjelaskan kepada
keluargayangadadiPosyandutujuandan
manfaat,sertamenjaminhakhak

responden, kemudian peneliti


mengajukanpertanyaansesuaikuesioner
kepadaresponden.

bahwamayoritaskeluargamemilikijumlah
anggotakeluargasebanyak4orangyaitu21

HASIL
PENELITIAN
Analisaunivariat
Tabel1.
Karakteristikdatademografiresponden

balita (35,3%). Sedangkan jenis kelamin


balita paling banyak lakilaki yakni
sebanak38balita(55,9%).

Kategoriresponden
Jumlahanggota
keluarga
3orang
4orang
5orang
6orang
7orang
8orang
Usiabalita
2 tahun
3 tahun
4 tahun
Jeniskelaminbalita
Lakilaki
Perempuan

keluarga (30,9%) dan usia balita keluarga


responden sebagian besar 2 tahun yaitu 24

Tabel2
Kebiasaanmerokokanggotakeluarga

Jumlah

(%)

20
21
15
5
5
2

29,4
30,9
22,1
7,4
7,4
2,9

24
22
22

35,3
32,4
32,4

38
30

55,9
44,1

Kebiasaanmerokok
Tidakmerokok
sama
sekali
Merokokdi
dalam
rumah
Total

Jumlah
34

(%)
50

34

50

68

100

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat


bahwajumlahkeluargayangmempunyai
kebiasaanmerokokdidalamrumahsama
jumlahnya dengan keluarga yang tidak
merokoksamasekaliyaitumasingmasing
34keluarga(50%).
Tabel3

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat

Kejadian ISPA pada balita dalam satu


tahunterakhir
KejadianISPA
Tidaksering
Sering

Jumlah
38
30

(%)
55,9
44,1

Berdasarkan tabel 3 diketahui


bahwa mayoritas keluarga responden
memilikibalitayangtidakseringmenderita
ISPAyakni38keluarga(55,9%).

Analisabivariat
Tabel4
PerbandingankejadianISPAbalitapada
keluargayangmerokokdidalamrumah
dengankeluargayangtidakmerokok
Variabel
Kebiasaan
keluarga

Kejadian
ISPA
Tdk
Srng
sering
N
N
(%)
(%)

Total
N
(%)

OR
(95%
CI)

P
Value

3,429

0,028

merokok
Tidakada
Ada
Total

24
(70,6)
14
(41,2)
38
(55,9)

10
34
(29,4) (100)
20
34
(58,8) (100)
30
68
(44,1) (100)

1,2
19,3

Tabel 4 menunjukkan
perbedaankejadianISPAbalitapada
keluarga yang merokok didalam
rumah dan keluarga yang tidak
merokok sama sekali. Dari 68
keluarga responden yang terdiri dari
34 keluarga responden perokok di
dalam rumah dan 34 keluarga
responden yang tidak terdapat
perokoksamasekali,didapatkanhasil
bahwadari34keluargayangmerokok
didalam rumah terdapat 20 keluarga
(58,8%) yang balita nya sering
terserang ISPA dan 14 keluarga
(41,2%) balita mereka tidak sering
terserang ISPA. Sedangkan dari 34
keluargayangtidakmemilikiperokok

sama sekali, 24 diantaranya (70,6%)


memiliki balita yang tidak sering
menderita ISPA dan hanya 10 keluarga
(29,4%)yangmemilikibalitayangsering
menderitaISPA.

Berdasarkan hasil analisa dengan


menggunakanujiChiSquaremenunjukkan
p value sebesar 0,028 dimana p value <
0,05.HaliniberartiHoditolakdandapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
kejadianISPAbalitaantarakeluargayang
merokokdidalamrumahdenganyangtidak
merokok.Darihasilanalisisdiperolehpula
nilai OR=3,429, artinya keluarga yang
memiliki anggota keluarga yang merokok
didalamrumah,balitamerekaberesiko3,4
kaliterserangISPAdibandingkankeluarga
yangtidakmerokoksamasekali.

PEMBAHASAN
A.Karakteristikresponden
1. karakteristik demografi responden
Berdasarkanpenelitianyang
dilakukanpadawilayahkerjaPuskesmas
Rejosari, didapat kan hasil bahwa 21
keluarga (30,9%) dari total 68 keluarga
memiliki jumlah anggota keluarga
sebanyak4orangdanhanya2keluarga
(2,9 %) yang memiliki jumlah anggota
keluargasebanyak8orang.Halinidapat
menjadisalahsatuindikatorkeberhasilan
pemerintahprovinsiRiauterkaitdengan
program keluarga berencana (KB) yang
menyurakan kampanye Dua Anak Cukup

(KemenkesRI,2013).
Jumlah anggota keluarga yang
tinggal dalam satu rumah dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya
ISPApadabalita.Halinisesuaidengan
penelitianyangdilakukanolehOktaviani,
FajardanPurba(2010)yangmenyatakan
bahwaterdapathubunganyangsignifikan
antara kepadatan hunian rumah dengan
kejadianISPApadabalita(p=0,032).
Berdasarkan usiabalita,
dalam
penelitian ini di dapatkan bahwa sebagian
besar balita memiliki usia 2 tahun
dengan

jumlah24balita(35,3%)danuntukbalita
yang berusia 3 tahun dan 4 tahun
memiliki proporsi yang sama yaitu 22
balita (32,4%). Usia diduga terkait

dengansistemkekebalantubuh,dimanabayi
dan anakbalita merupakan kelompok yang
sehingga masih rentan terhadap berbagai
penyakitinfeksi(Suhandayani,2007).
Penelitian yang dilakukan oleh
EconomicandSocialcommissionforAsia
andthePasific(ESCAP)adatahun2007
tentang diferensiasi kejadian ISPA pada
bayi dan balita yang berusia < 6 bulan
sampai 59 bulan, menunjukkan bahwa
sebagianbesarkejadianISPAterjadipada
saatusia1223bulanyaknisebesar23,7%,
sedangkan kejadian ISPA paling sedikit
ditemukanpadabailtayangberusia4859
bulanyaknisebesar12,8%.
Berdasarkan jenis kelamin balita,
dalam penelitian ini didapatkan bahwa
proporsi balita yang berjenis kelamin laki
lakilebihbanyakdibandingkanbalitayang
berjeniskelaminperempuanyaitusebanyak
38balita(55,9%).Halinidikarenakanbalita
yangberjeniskelaminlakilakilebihbanyak
dijumpai daripada balita perempuan,
sehingga kesempatan balita lakilaki untuk
dilakukan penelitian lebih banyak
dibandingkanbalitaperempuan.
Mishra(2003)menjelaskanbahwa
tidak ada perbedaan kejadian ISPA yang
signifikan antara balita yang berjenis
kelamin lakilaki dan perempuan.
PernyataaninidiperkuatolehWHOyang
menyatakanbahwapadaumumnyahanya
terdapat sedikit perbedaan revalensi
kejadianISPAberdasarkanjeniskelamin,
dimanalebihseringterjadipadabalitalaki
laki.Halinikemungkinandisebabkanoleh
kurangmatangnyafungsiparuparubalita
lakilaki(WHO,2007).
Berdasarkan kebiasaan merokok
anggota keluarga, dalam penelitian ini
diambil proporsi yang sama antara jumlah
keluarga yang memiliki angota keluarga
yangmerokokdidalamrumahdankeluarga
yang tidak merokok, yaitu samasama
berjumlah 34 keluarga. Hal ini dilakukan
karena penelitian ini merupakan penelitian
yang membandingkan 2 variabel, sehingga

kekebalantubuhnyabelumsempurna,
jumlah sampel antar variabel memiliki
jumlah yang sama. Menurut Arikunto
(2006),untukpenelitiancomparative,jumlah
sampel yang digunakan harus memiliki
perbandinganyangsama.

2.kejadianISPApadabalita
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukanpada68keluargaresponden,38
keluarga (55,9%) diantarnya memiliki
balita yang tidak sering menderita ISPA.
Sedangkan30keluarga(44,1%)memiliki
balitayangseringterserangISPA.Halini
dapat disebabkan oleh sebagian dari
jumlahsampel(50%)merupakankeluarga
yang merokok di dalam rumah sehingga
menyebabkan balita mereka menjadi
perokok pasif di dalam rumah. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian
Masudatul (2013), terdapat hubungan
signifikan antara kebiasaan merokok
anggotakeluargadidalamrumahdengan
kejadianISPA(P=0,023).
Jeniskelaminjugasedikitberpengaruh
pada sering atau tidaknya kejadian ISPA
pada balita, walaupun secara statistik
menggambarkan tidak ada hubungan yang
signifikanantarakejadianISPApadabalita
berdasarkan jenis kelamin. Hasil penelitian
Mairusnita (2007) mengatakan bahwa
Untuk hasil uji chisquare
menunjukkan p value sebesar 0,028
dimana p value < 0,05. Hasil ini dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak, dimana
terdapatperbedaanyangsignifikanantara
kejadian ISPA balita pada keluarga yang
merokokdidalamrumahdengankeluarga
yangtidakmerokoksertanilaiOR3,429
yang berarti bahwa keluarga yang
memilikianggotakeluargayangmerokok
di dalam rumah balitanya beresiko 3,4
lebihseringterserangISPAdibandingkan
dengankeluargayangtidakmerokok.
Keadaan fisik sekitar manusia
berpengaruhterhadapmanusiabaiksecara
langsung maupun tidak terhadap
lingkunganlingkungan biologis dan
lingkungan sosial manusia. Lingkungan
fisik (termasuk unsur kimia) meliputi
udara, kelembaban, air, dan pencemaran
udara. Berkaitan dengan ISPA, adalah
tergolongairbornediaseasekarenasalah
satu penularannya melalui udara yang

penyakit ISPA dapat mengenai balita laki


laki maupun perempuan namun presentase
lakilaki sedikit lebih besar dibandingkan
balita perempuan. Hasil penelitian Nur
(2004) mengatakan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara jenis
kelamin dengan kejadian ISPA pada balita
denganP=0,208.

B. Perbandingan kejadian ISPA balita


padakeluargayangmerokokdidalam
rumah dengan keluarga yang tidak
merokok
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada 68 keluarga di wilayah
kerjaPuskesmasRejosari,diperolehhasil
bahwa dari 34 keluarga yang memiliki
balitadananggotakeluargayangmerokok
didalam rumah 20 balita (58,8%) sering
terserang ISPA. Hasil ini lebih tinggi
dibandingkan keluarga yang tidak
memilikianggotakeluargayangmerokok,
dimana dari 34 keluarga hanya 10 balita
(29,4%)yangseringterserangISPA.
tercemar dan masuk ke dalam tubuh
melalui saluran pernapasan, maka udara
secara epidemiologi mempunyai peranan
yangbesarpadatransmisipenyakitinfeksi
saluranpernapasan.
Salah satu faktor yang
menyebabkan kejadian ISPA balita ini
adalah karena adanya anggota keluarga
yang merokok didalam rumah, sehingga
menyebabkan balita mereka beresiko
tinggiterpaparasaprokok(perokokpasif).
Paparan asap rokok memperberat
timbulnya ISPA, karena dari 1 batang
rokokyangdinyalakanakanmenghasilkan
asap sampingan selama sekitar 10 menit,
sementara asap utamanya hanya akan
dikeluarkanpadawakturokokitudihisap
dan biasanyahanya kurangdari 1menit.
Walaupun asap sampingan dikeluarkan
dahulu ke udara bebas sebelum dihisap
perokok pasif, tetapi karena kadar bahan
berbahayanya lebih tinggi dari pada asap
utamanya, maka perokok pasif tetap
menerima akibat buruk dari kebiasaan

merokokorangsekitarnya(Jabbar,2012).
Menjadiseorangperokokpasifdapat
menimbulkanberbagaipenyakityang

berbahaya karena dalam asap rokok


terkandung lebih dari 4000 bahan kimia,
dimana minimal terdapat 250 zat yang
berbahaya dan lebih dari 50 zat tersebut
diketahuisebagaipenyebabkanker(WHO,
2009). Perokok pasif diklasifikasikan
menjadi 2 kategori yaitu individu yang
terpapar oleh asap rokok yang sudah
dihirup oleh perokok aktif (mainstream
smoke)danindividuyangterpapardengan
asap hasil dari pembakaran ujung rokok
(sidestream smoke). Sidestream smoke
memiliki kandungan nikotin dan
karbonmonoksida yang lebih banyak dari
mainstream smoke karena sidestream
smoke tidak melalui filter dan terbakar
dengansuhuyanglebihtinggi(Goldberg,
2010).
Rokokmengandung3bahanutama
yang berdampak buruk bagi kesehatan
yaitu tar, nikotin dan karbonmonoksida.
Meskipunsekarangbanyaktersediarokok
dengan kandungan tar dan nikotin yang
rendah,akantetapitidakadarokokyang
aman bagi kesehatan. Selain itu, asap
rokok juga sangat berbahaya karena
mengandung bahan kimia yang telah
terbukti menyebabkan kanker serta dapat
meningkatkanresikoanakkecilterserang
penyakit saluran pernafasan dan infeksi
telingatengah(Warner&kelly,2009).
Corwin(2009)mengatakanbahwa
produk asap rokok dapat merangsang
peningkatan produksi mukus dan
menurunkan kemampuan silia sehingga
terjadiakumulasimukusyangkentaldan
terperangkapnya partikel atau
mikroorganisme dijalan napas sehingga
menurunkan pergerakan udara didalam
tubuh. Pada tahun 2008, WHO juga
menyatakanbahwaasaprokokmerupakan
penyebabenampenyakitutama(daritotal
delapan penyakit) yang meyebabkan
kematian didunia, dimana salah satunya
adalahISPbAyangmerupakanklasifikasi
dari ISPA. Asap rokok yang terdapat
dilingkungan dapat menyebabkan
gangguan pada paruparu dan saluran
perkemihansertakankerhatidanpankreas

(Goldberg,2010).
Keberadaanperokokaktifdidalam
rumah akan menyebabkan pencemaran
udaradidalamruangan.Manusiabernapas
kirakira20kalidalamsatumenit,sekali
tarikan napas maka 500 mililiter udara
terhirup. Kita bisa bayangkan akibatnya
jika udara yang masuk kedalam tubuh
sudah terkana polusi. Udara yang tidak
sehat dengan partikelpartikel polusi
sebesar 10 mikron bisa mengakibatkan
berbagai infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA). Polusi udara dapat disebabkan
oleh kontaminasi asap rokok, ozon yang
berasal dari printer, perabotan cat, bahan
pembersihdandaridebuataukarbonyang
menempel(Ide,2010).
Anakanak yang menjadi perokok
pasif lebih beresiko terserang penyakit
dibandingkanorangdewasa,dimanasudah
terbukti bahwa anakanak menyerap
nikotinduakalilebihbanyakdibandingkan
orangdewasa(Hanas,2007).Balitayang
menjadiperokokpasifdidalamrumahnya
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
terserang penyakit bronkitis, pneumonia
dan infeksi saluran pernafasan lainnya
serta penyakit asma dan juga infeksi
telinga(Edlin&Golanty,2010).
Balita merupakan masa dimana
strukturtubuhbelumsempurnaataumatur
sehinggamasabalitabiasadisebutsebagai
masa pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan dan perkembangan yang
terjadipadamasabalitamerupakansalah
satu penyebab tingginya resiko balita
terserang penyakit pernafasan karena
sistem fisiologis belum sempurna pada
masa ini. Wong dkk (2009) mengatakan
bahwa sebagian besar sistem fisiologis
relatife matur pada akhir masa toddler,
dimana struktur internal telinga dan
tenggorokanterusmemendekdanmelurus,
dan jaringan limfoid tonsil dan adenoid
terus bertambah besar. Akibatnya, sering
terjadiotitismedia,tonsillitis,daninfeksi
saluranpernafasanatas.
Penelitian telah banyak dilakukan

terkait dengan pengaruh asap rokok


terhadap kesehatan pernafasan balita.
Winarni,UmmahdanSalim(2010)

mengatakan bahwa terdapat hubungan


antara perilaku merokok orang tua dan
anggota keluarga yang tinggal di dalam
satu rumah dengan kejadian ISPA pada
balita. Penelitian ini diperkuat oleh
Permatasari (2009), dimana didapatkan
hasil bahwa keberadaan perokok didalam
rumah memiliki hubungan bermakna
dengankejadianpneumoniapadabalita.
KESIMPULANDANSARAN
Berdasarkanhasilpenelitiantentang
perbandingan kejadian ISPA balita pada
keluargayangmerokokdidalamrumahdan
keluarga yang tidak merokok di wilayah
kerja Puskesmas Rejosari diperoleh
kesimpulan bahwa sebagian besar keluarga
di wilayah kerja Puskesmas Rejosari
memilikijumlahanggotakeluargasebanyak
4 orang yaitu berjumlah 21 keluarga (30,9
%), sebagian besar keluarga responden
memiliki balita berusia dua tahun yaitu
berjumlah 24 keluarga (35,4%), sebagian
besarkeluargamemilikibalitayangberjenis
kelamin lakilaki yaitu berjumlah 38
Disarankan pada Dinas Kesehatan
Kota Pekanbaru agar mampu membuat
perencanaan program yang berkaitan
denganbahayaasaprokokdidalamrumah
terhadapkesehatanbalitasepertiprogram
Rumah Bebas Asap Rokok. Bagi
Puskesmas agar dapat melakukan
penyuluhan atau promosi secara berkala
dan langsung kepada masyarakat tentang
bahaya asap rokok di dalam rumah.
Disarankan kepada keluarga agar
mengetahuidanmemahamitentangbahaya
asap rokok di dalam rumah terhadap
kesehatan para anggota keluarganya
terutama balita, karena salah satu fungsi
keluarga adalah melakukan pencegahan
dan perawatan penyakit pada anggota
keluarganya. Sedangkan bagi peneliti
lainnya, diharapkan hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai pembanding dan
inspirasiuntukmelakukanpenelitianlebih
lanjut dengan menggunakan desain dan

keluarga (55,9%), sebagian besar keluarga


memilikibalitayangtidakseringmenderita
ISPAyaituberjumlah38keluarga(55,9%).
Karakteristik kebiasaan merokok anggota
keluargasamasamaberjumlah34keluarga
(50%),karenapenelitianinimembandingkan
kejadian ISPA balita pada keluarga yang
merokokdidalamrumahdankeluargayang
tidak merokok, sehingga komposisi dari
keluarga yang merokok didalam rumah
sebanding dengan keluarga yang tidak
merokok.
Berdasarkan hasil uji chisquare
diperolehhasilpvaluelebihkecildarinilai
alpha(0,028<0,05),dandapatdisimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
kejadian ISPA balita antara keluarga yang
merokok di dalam rumah dengan keluarga
yang tidak merokok. Berdasarkan hasil
analisdata,didapatnilaiOR=3,429,artinya
keluarga yang memiliki anggota keluarga
yangmerokokdidalamrumah,balitamereka
beresiko 3,4 kali terserang ISPA
dibandingkankeluargayangtidakmerokok
samasekali.
metode yang berbeda untuk menganalisis
atau menghubungkan faktor penyebab
ISPA lainnya yang mempengaruhi ISPA
padabalita.

HadiSyahputra:MahasiswaProgram
StudiIlmuKeperawatanUniversitas
Riau,Indonesia
Ns.FebrianaSabrian,MPH:Dosen
Kelompok KeilmuanKeperawatan
Komunitas ProgramStudiIlmu
Keperawatan
Universitas Riau,
Indonesia
Ns.WasistoUtomo,M.Kep.,Sp.
KMB:Dosen Kelompok Keilmuan
Keperawatan Medikal Bedah Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Riau, Indonesia
DAFTARPUSTAKA
Arikunto,S.(2006).ProsedurPenelitian

SuatuPendekatanPraktik.Jakarta:
RinekaCipta.
Corwin,E.J.(2009).Bukusaku
patofisiologi.Jakarta:EGC.

DinasKesehatanProvinsiRiau.(2010).
Profil kesehatanprovinsiRiau.
Pekanbaru:DinkesProvinsiRiau.
DinasKesehatanKotaPekanbaru(2012).
RekapanlaporanP2ISPAtahun
2011. Pekanbaru:DinkesKota
Pekanbaru.
Edlin,G.,&Golanty,E.(2010).Health&
th
wellness10 ed.London:Jones
andbartlettpublishers.
ESCAP.(2007).AsiaPasificpopulation
journal.Nepal:unitednations
EconomicandSocialcommission
forAsiaandthePacific.

Goldberg,R.(2010).Drugsacrossthe
spectrumsixthedition.Belmont:
Wadsworth.
Hanas,R.(2007).Type1diabetesin
children,adolescentsandyoung
adults.Finland:RagnarHanas,
MD.PhD.
Ide,P.(2010).Healthsecretofpepino.
Jakarta:PTElexMedia
Komputindo.
Jabbar,A.(2008).Ngerokokbikin
kamukaya. Solo:samudera.
KementrianKesehatanRI.(2012).Global
adulttobaccosurvey.Diperoleh
tanggal20September2012dari
http://www.depkes.go.id/inddex.ph
p/berita/pressrelease/2048
kemenkesluncurkanhasilsurvey
tembakau.html.
KementrianKesehatanRI.(2013).
IndonesiaTimurSepakati18
RekomendasiRakerkesnas.
Diperolehtanggal11Juni2013dari
http://www.depkes.go.id/index.php /
berita/pressrelease/2281 indonesia
timursepakati18 rekomendasi

rakerkesnas.html.

disease.France:Worldhealth
organization.

Mairusnita.(2007).Karakteristikpenderita
infeksisaluranpernafasanakut(ISPA)
padabalitayangberobatkebadan
pelayanankesehatanrumahsakit
umumdaerah(bpkrsud)kotalangsa
tahun2006.USU:eRepository

WHO.(2008).WHOreportontheglobal
tobaccoepidemic,theMPOWER
package.Geneva:Worldhealth
organization.

Masudatul, I. (2013). Pengaruh kebiasaan


merokokkeluargadidalamrumah
terhadapkejadianISPApadabalita.
Skripsitidakdipublikasikan.

WHO.(2009).10factsonsecondhandsmoke.
Diperolehtanggal1Oktober2012dari
http://www.who.int/features/factfil
es/tobacco/en/.

Mishra,R.(2003).Encyclopaediaofhealth,
nutritionandfamilywelfare.New
Delhi:Sarup&Sons.

WHO.(2010).Indonesia:healthprofile.
Diperolehtanggal1Oktober2012dari
http://www.who.int/gho/countries/i
dn/country_profiles/en/.

Nur,H.(2004).Faktorfaktoryang
berhubungandengankejadian
penyakitISPApadabalita
dikelurahanPasieNanTigo
KecamatanKotoTangahKota
Padang.SkripsiFKMUSU.
Medan

WHO.(2011).WHOreportontheglobal
tobaccoepidemic.Diperolehtanggal1
Oktober2012dari
http://www.who.int/tobacco/global
_report/2011/en/index.html.

Oktaviani,D.,Fajar.M.A.,Purba.I.(2010).
Hubungankondisifisikrumahdan
perilakukeluargaterhadapkejadian
ISPApadabalitadikelurahancabai
kotaPrabumulihTahun2010.
http://balitbangnovda.sumselprov.g
o.id/data/download/20121227222926.
Warner,P.,&Kelly,P.(2009).365kiat
mengasuhbayisegalasesuatuyang
perludiketahuipadatahunpertama.
Jakarta:Arcan.
WHO.(2003).PenangananISPApadaanakdi
RumahSakitkecilnegaraberkembang
pedomanuntukdokterdanpetugas
kesehatansenior(C.A.Wijawa,Terj.).
Jakarta:PenerbitBukuKedokteran
EGC.
WHO.(2007).Addressingsexandgenderin
epidemicproneinfectious

WHO.(2012).Worldhealthstatistic2012.
Diperolehtanggal1Oktober2012dari
http://www.who.int/gho/publicatio
ns/world_health_statistics/2012/en/
Winarni.,Ummah,B.A.,&Salim,S.A.N.
(2010).Jurnalilmiahkesehatan
keperawatan:Hubunganantaraperilaku
merokokorangtuadananggotakeluarga
yangtinggaldalamsaturumahdengan
kejadianISPApadabalitadiwilayah
kerjaPuskesmasSemporIIkabupaten
kebumen.Diperolehtanggal28
septemberdari
http://scholar.google.co.id/scholar?hl=
id&q=Jurnal+ilmiah+kesehatan+
keperawatan+%3A+Hubungan+
antara+perilaku+merokok+orang+
tua+dan+anggota+keluarga+yang+
tinggal+dalam+satu+rumah+dengan+
kejadian+ISPA+pada+balita+
diwilayah+kerja+Puskesmas
+Sempor+II+kabupaten+kebumen

.+&btnG=

Wong,D.L.,Eaton,M.H.,Wilson,D.,
Winkelstein,M.L.,&Schwartz,P.
(2009).Bukuajarkeperawatan
pediatrikvolume2.Jakarta:EGC.

You might also like