Professional Documents
Culture Documents
Journal ACC ISPA Rokok 2-Libre
Journal ACC ISPA Rokok 2-Libre
KELUARGAYANGMEROKOKDIDALAM
RUMAHDENGANKELUARGAYANG
TIDAKMEROKOK
HadiSyahputra,FebrianaSabrian,WasistoUtomo
ProgramStudiIlmuKeperawatanUniversitasRiau
JalanPatimurano9Pekanbaru,28293,Indonesia
Email: hadiicoro@gmail.com,hp085278645786
Abstract
ThisresearchisintendedtofindoutthecomparisonofAcuteRespiratoryInfection(ARI)
incidenceinchildrenagebelowfive(toddlers)betweenfamilythathassmokersathomewith
familythathasnonsmokeratall.Thisresearchusedcomparativestudydesignwithcase
controlapproach.ResearchhasbeendoneinRejosarihealthcentersinPekanbarucityon68
families which was chosen by using simple random sampling technique by considering
inclusioncriteria.Measurementtoolsthathasbeenusedisquestionnairethathasbeentested
withvaliditasandreliabilitastest.Analysisthatwasusedisunivariateandbivariateanalysis
withchisquaretest.Resultofthisresearchhasshownthatfrom34families(50%oftotal
sampel)withsmokerathomeandhavingchildrenwithARIare58,8%,whileanother34
familieswithnonsmokeratallandhavingchildrenwithARIare29,4%withdegreesof
significance 0,05 obtained the pv (0,028) < (0,05) and OR point 3,429. Conclution of this
researchisthereissignificantdifferencesbetweenARIincidenceintoddlersthathadsmoker
familymemberathomewithfamilythathasnonsmokerfamilymemberatallwith3,429
timesgreaterriskonthefamilywithsmokerathome.Accordingtothisresearch,health
centers(Puskesmas)areexpectedtoincreasepromotioneffortsbyprovidingcounselingto
familiesaboutthedangeroftobaccosmoketochildrenhealth.
Keywords:ARI,family,smokingbehavior,toddler.
berkembang
termasukIndonesia
PENDAHULUAN
Merokok merupakan salah satu gaya
hidup yang berpengaruh pada kesehatan
manusia.Perilakumerokokpadasaatinisudah
menjaditrenddikalanganremajadandewasa
baik pria maupun wanita. Dalam kehidupan
seharihari sangat mudah dijumpai orang
orang yang merokok, baik di tempattempat
umum,rumahsakit,Puskesmasdanbahkandi
dalam rumah. Keadaan ini merupakan
cerminan dari masih rendahnya kepedulian
para perokok akan bahaya asap rokok pada
kesehatandirisendirimaupunkesehatanorang
lain.
Tingginya prevalensi merokok negara
menyebabkan
masalah merokok
menjadi semakin
serius.Datastatistik
dari World Health
Organization
(WHO) tahun 2012
menunjukkan
prevalensi jumlah
perokok (berusia
lebihdari15tahun)
di seluruh dunia
sebanyak36%pada
lakilaki dan 8%
perempuan, dimana
terdapat 32% laki
pneumonia.
Berdasarkan studi pendahuluan
yang dilakukan peneliti pada tanggal 12
Oktober2012diwilayahkerjaPuskesmas
Rejosari,didapatkandatabahwasepanjang
bulan September 2012, total balita yang
bertempat tinggal di wilayah kerja
Puskesmas Rejosari memiliki frekuensi
kejadian ISPA (pneumonia) sebanyak 41
orang balita. Sedangkan kejadian ISPA
(bukan Pneumonia) sebanyak 300 orang
balita.Datainimenunjukkanpeningkatan
kejadian ISPA dari bulan sebelumnya,
yaitu pada bulan Agustus 2012 jumlah
balita yang menderita ISPA (pneumonia)
berjumlah 27 balita. Sedangkan kejadian
ISPA (bukan pneumonia) sebanyak 288
orangbalita.
Studi pendahuluan juga dilakukan
pada tanggal 14 februari tahun 2013 di
salah satu posyandu yang terdapat
diwilayahkerjaPuskesmasRejosari,yaitu
posyanduSelembutHatiyangterdapatdi
kelurahan Tenayan Raya dengan
mewawancarai10orangibuyangmemiliki
balita ISPA. Hasil studi pendahuluan ini
mendapatkan hasil dari 10 ibu yang
mempunyai balita ISPA, 8 orang ibu
diantaranyamemilikisuamiperokokyang
merokokdidalamrumah.
Keberadaan perokok didalam
rumah telah terbukti memiliki pengaruh
terhadap kejadian ISPA, dimana menurut
penelitian yang dilakukan oleh Winarni,
UmmahdanSalimtahun2010mengatakan
bahwa terdapat hubungan antara perilaku
merokok orang tua dan anggota keluarga
yangtinggaldidalamsaturumahdengan
kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini
diperkuatolehPermatasari(2009),dimana
didapatkan hasil bahwa luas ventilasi,
lubangasapdapurdankeberadaanperokok
didalam rumah memiliki hubungan
bermakna dengan kejadian pneumonia
padabalita.
Berdasarkanfenomenadanhasil
penelitian diatas, pertanyaan yang ingin
dijawab peneliti adalah apakah ada
perbedaan kejadian ISPA balita yang
signifikanantarakeluargayangmerokok
didalamrumahdengankeluargayangtidak
merokok sama sekali ? Sehingga peneliti
tertarik untuk membandingkan kejadian
ISPApadakeluargayangmerokokdidalam
itu,penelitimemintatolongkepadaBidan
Puskesmas untuk bersamasama menuju
Posyandu serta menjelaskan kepada
keluargayangadadiPosyandutujuandan
manfaat,sertamenjaminhakhak
bahwamayoritaskeluargamemilikijumlah
anggotakeluargasebanyak4orangyaitu21
HASIL
PENELITIAN
Analisaunivariat
Tabel1.
Karakteristikdatademografiresponden
Kategoriresponden
Jumlahanggota
keluarga
3orang
4orang
5orang
6orang
7orang
8orang
Usiabalita
2 tahun
3 tahun
4 tahun
Jeniskelaminbalita
Lakilaki
Perempuan
Tabel2
Kebiasaanmerokokanggotakeluarga
Jumlah
(%)
20
21
15
5
5
2
29,4
30,9
22,1
7,4
7,4
2,9
24
22
22
35,3
32,4
32,4
38
30
55,9
44,1
Kebiasaanmerokok
Tidakmerokok
sama
sekali
Merokokdi
dalam
rumah
Total
Jumlah
34
(%)
50
34
50
68
100
Jumlah
38
30
(%)
55,9
44,1
Analisabivariat
Tabel4
PerbandingankejadianISPAbalitapada
keluargayangmerokokdidalamrumah
dengankeluargayangtidakmerokok
Variabel
Kebiasaan
keluarga
Kejadian
ISPA
Tdk
Srng
sering
N
N
(%)
(%)
Total
N
(%)
OR
(95%
CI)
P
Value
3,429
0,028
merokok
Tidakada
Ada
Total
24
(70,6)
14
(41,2)
38
(55,9)
10
34
(29,4) (100)
20
34
(58,8) (100)
30
68
(44,1) (100)
1,2
19,3
Tabel 4 menunjukkan
perbedaankejadianISPAbalitapada
keluarga yang merokok didalam
rumah dan keluarga yang tidak
merokok sama sekali. Dari 68
keluarga responden yang terdiri dari
34 keluarga responden perokok di
dalam rumah dan 34 keluarga
responden yang tidak terdapat
perokoksamasekali,didapatkanhasil
bahwadari34keluargayangmerokok
didalam rumah terdapat 20 keluarga
(58,8%) yang balita nya sering
terserang ISPA dan 14 keluarga
(41,2%) balita mereka tidak sering
terserang ISPA. Sedangkan dari 34
keluargayangtidakmemilikiperokok
PEMBAHASAN
A.Karakteristikresponden
1. karakteristik demografi responden
Berdasarkanpenelitianyang
dilakukanpadawilayahkerjaPuskesmas
Rejosari, didapat kan hasil bahwa 21
keluarga (30,9%) dari total 68 keluarga
memiliki jumlah anggota keluarga
sebanyak4orangdanhanya2keluarga
(2,9 %) yang memiliki jumlah anggota
keluargasebanyak8orang.Halinidapat
menjadisalahsatuindikatorkeberhasilan
pemerintahprovinsiRiauterkaitdengan
program keluarga berencana (KB) yang
menyurakan kampanye Dua Anak Cukup
(KemenkesRI,2013).
Jumlah anggota keluarga yang
tinggal dalam satu rumah dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya
ISPApadabalita.Halinisesuaidengan
penelitianyangdilakukanolehOktaviani,
FajardanPurba(2010)yangmenyatakan
bahwaterdapathubunganyangsignifikan
antara kepadatan hunian rumah dengan
kejadianISPApadabalita(p=0,032).
Berdasarkan usiabalita,
dalam
penelitian ini di dapatkan bahwa sebagian
besar balita memiliki usia 2 tahun
dengan
jumlah24balita(35,3%)danuntukbalita
yang berusia 3 tahun dan 4 tahun
memiliki proporsi yang sama yaitu 22
balita (32,4%). Usia diduga terkait
dengansistemkekebalantubuh,dimanabayi
dan anakbalita merupakan kelompok yang
sehingga masih rentan terhadap berbagai
penyakitinfeksi(Suhandayani,2007).
Penelitian yang dilakukan oleh
EconomicandSocialcommissionforAsia
andthePasific(ESCAP)adatahun2007
tentang diferensiasi kejadian ISPA pada
bayi dan balita yang berusia < 6 bulan
sampai 59 bulan, menunjukkan bahwa
sebagianbesarkejadianISPAterjadipada
saatusia1223bulanyaknisebesar23,7%,
sedangkan kejadian ISPA paling sedikit
ditemukanpadabailtayangberusia4859
bulanyaknisebesar12,8%.
Berdasarkan jenis kelamin balita,
dalam penelitian ini didapatkan bahwa
proporsi balita yang berjenis kelamin laki
lakilebihbanyakdibandingkanbalitayang
berjeniskelaminperempuanyaitusebanyak
38balita(55,9%).Halinidikarenakanbalita
yangberjeniskelaminlakilakilebihbanyak
dijumpai daripada balita perempuan,
sehingga kesempatan balita lakilaki untuk
dilakukan penelitian lebih banyak
dibandingkanbalitaperempuan.
Mishra(2003)menjelaskanbahwa
tidak ada perbedaan kejadian ISPA yang
signifikan antara balita yang berjenis
kelamin lakilaki dan perempuan.
PernyataaninidiperkuatolehWHOyang
menyatakanbahwapadaumumnyahanya
terdapat sedikit perbedaan revalensi
kejadianISPAberdasarkanjeniskelamin,
dimanalebihseringterjadipadabalitalaki
laki.Halinikemungkinandisebabkanoleh
kurangmatangnyafungsiparuparubalita
lakilaki(WHO,2007).
Berdasarkan kebiasaan merokok
anggota keluarga, dalam penelitian ini
diambil proporsi yang sama antara jumlah
keluarga yang memiliki angota keluarga
yangmerokokdidalamrumahdankeluarga
yang tidak merokok, yaitu samasama
berjumlah 34 keluarga. Hal ini dilakukan
karena penelitian ini merupakan penelitian
yang membandingkan 2 variabel, sehingga
kekebalantubuhnyabelumsempurna,
jumlah sampel antar variabel memiliki
jumlah yang sama. Menurut Arikunto
(2006),untukpenelitiancomparative,jumlah
sampel yang digunakan harus memiliki
perbandinganyangsama.
2.kejadianISPApadabalita
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukanpada68keluargaresponden,38
keluarga (55,9%) diantarnya memiliki
balita yang tidak sering menderita ISPA.
Sedangkan30keluarga(44,1%)memiliki
balitayangseringterserangISPA.Halini
dapat disebabkan oleh sebagian dari
jumlahsampel(50%)merupakankeluarga
yang merokok di dalam rumah sehingga
menyebabkan balita mereka menjadi
perokok pasif di dalam rumah. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian
Masudatul (2013), terdapat hubungan
signifikan antara kebiasaan merokok
anggotakeluargadidalamrumahdengan
kejadianISPA(P=0,023).
Jeniskelaminjugasedikitberpengaruh
pada sering atau tidaknya kejadian ISPA
pada balita, walaupun secara statistik
menggambarkan tidak ada hubungan yang
signifikanantarakejadianISPApadabalita
berdasarkan jenis kelamin. Hasil penelitian
Mairusnita (2007) mengatakan bahwa
Untuk hasil uji chisquare
menunjukkan p value sebesar 0,028
dimana p value < 0,05. Hasil ini dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak, dimana
terdapatperbedaanyangsignifikanantara
kejadian ISPA balita pada keluarga yang
merokokdidalamrumahdengankeluarga
yangtidakmerokoksertanilaiOR3,429
yang berarti bahwa keluarga yang
memilikianggotakeluargayangmerokok
di dalam rumah balitanya beresiko 3,4
lebihseringterserangISPAdibandingkan
dengankeluargayangtidakmerokok.
Keadaan fisik sekitar manusia
berpengaruhterhadapmanusiabaiksecara
langsung maupun tidak terhadap
lingkunganlingkungan biologis dan
lingkungan sosial manusia. Lingkungan
fisik (termasuk unsur kimia) meliputi
udara, kelembaban, air, dan pencemaran
udara. Berkaitan dengan ISPA, adalah
tergolongairbornediaseasekarenasalah
satu penularannya melalui udara yang
merokokorangsekitarnya(Jabbar,2012).
Menjadiseorangperokokpasifdapat
menimbulkanberbagaipenyakityang
(Goldberg,2010).
Keberadaanperokokaktifdidalam
rumah akan menyebabkan pencemaran
udaradidalamruangan.Manusiabernapas
kirakira20kalidalamsatumenit,sekali
tarikan napas maka 500 mililiter udara
terhirup. Kita bisa bayangkan akibatnya
jika udara yang masuk kedalam tubuh
sudah terkana polusi. Udara yang tidak
sehat dengan partikelpartikel polusi
sebesar 10 mikron bisa mengakibatkan
berbagai infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA). Polusi udara dapat disebabkan
oleh kontaminasi asap rokok, ozon yang
berasal dari printer, perabotan cat, bahan
pembersihdandaridebuataukarbonyang
menempel(Ide,2010).
Anakanak yang menjadi perokok
pasif lebih beresiko terserang penyakit
dibandingkanorangdewasa,dimanasudah
terbukti bahwa anakanak menyerap
nikotinduakalilebihbanyakdibandingkan
orangdewasa(Hanas,2007).Balitayang
menjadiperokokpasifdidalamrumahnya
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
terserang penyakit bronkitis, pneumonia
dan infeksi saluran pernafasan lainnya
serta penyakit asma dan juga infeksi
telinga(Edlin&Golanty,2010).
Balita merupakan masa dimana
strukturtubuhbelumsempurnaataumatur
sehinggamasabalitabiasadisebutsebagai
masa pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan dan perkembangan yang
terjadipadamasabalitamerupakansalah
satu penyebab tingginya resiko balita
terserang penyakit pernafasan karena
sistem fisiologis belum sempurna pada
masa ini. Wong dkk (2009) mengatakan
bahwa sebagian besar sistem fisiologis
relatife matur pada akhir masa toddler,
dimana struktur internal telinga dan
tenggorokanterusmemendekdanmelurus,
dan jaringan limfoid tonsil dan adenoid
terus bertambah besar. Akibatnya, sering
terjadiotitismedia,tonsillitis,daninfeksi
saluranpernafasanatas.
Penelitian telah banyak dilakukan
HadiSyahputra:MahasiswaProgram
StudiIlmuKeperawatanUniversitas
Riau,Indonesia
Ns.FebrianaSabrian,MPH:Dosen
Kelompok KeilmuanKeperawatan
Komunitas ProgramStudiIlmu
Keperawatan
Universitas Riau,
Indonesia
Ns.WasistoUtomo,M.Kep.,Sp.
KMB:Dosen Kelompok Keilmuan
Keperawatan Medikal Bedah Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Riau, Indonesia
DAFTARPUSTAKA
Arikunto,S.(2006).ProsedurPenelitian
SuatuPendekatanPraktik.Jakarta:
RinekaCipta.
Corwin,E.J.(2009).Bukusaku
patofisiologi.Jakarta:EGC.
DinasKesehatanProvinsiRiau.(2010).
Profil kesehatanprovinsiRiau.
Pekanbaru:DinkesProvinsiRiau.
DinasKesehatanKotaPekanbaru(2012).
RekapanlaporanP2ISPAtahun
2011. Pekanbaru:DinkesKota
Pekanbaru.
Edlin,G.,&Golanty,E.(2010).Health&
th
wellness10 ed.London:Jones
andbartlettpublishers.
ESCAP.(2007).AsiaPasificpopulation
journal.Nepal:unitednations
EconomicandSocialcommission
forAsiaandthePacific.
Goldberg,R.(2010).Drugsacrossthe
spectrumsixthedition.Belmont:
Wadsworth.
Hanas,R.(2007).Type1diabetesin
children,adolescentsandyoung
adults.Finland:RagnarHanas,
MD.PhD.
Ide,P.(2010).Healthsecretofpepino.
Jakarta:PTElexMedia
Komputindo.
Jabbar,A.(2008).Ngerokokbikin
kamukaya. Solo:samudera.
KementrianKesehatanRI.(2012).Global
adulttobaccosurvey.Diperoleh
tanggal20September2012dari
http://www.depkes.go.id/inddex.ph
p/berita/pressrelease/2048
kemenkesluncurkanhasilsurvey
tembakau.html.
KementrianKesehatanRI.(2013).
IndonesiaTimurSepakati18
RekomendasiRakerkesnas.
Diperolehtanggal11Juni2013dari
http://www.depkes.go.id/index.php /
berita/pressrelease/2281 indonesia
timursepakati18 rekomendasi
rakerkesnas.html.
disease.France:Worldhealth
organization.
Mairusnita.(2007).Karakteristikpenderita
infeksisaluranpernafasanakut(ISPA)
padabalitayangberobatkebadan
pelayanankesehatanrumahsakit
umumdaerah(bpkrsud)kotalangsa
tahun2006.USU:eRepository
WHO.(2008).WHOreportontheglobal
tobaccoepidemic,theMPOWER
package.Geneva:Worldhealth
organization.
WHO.(2009).10factsonsecondhandsmoke.
Diperolehtanggal1Oktober2012dari
http://www.who.int/features/factfil
es/tobacco/en/.
Mishra,R.(2003).Encyclopaediaofhealth,
nutritionandfamilywelfare.New
Delhi:Sarup&Sons.
WHO.(2010).Indonesia:healthprofile.
Diperolehtanggal1Oktober2012dari
http://www.who.int/gho/countries/i
dn/country_profiles/en/.
Nur,H.(2004).Faktorfaktoryang
berhubungandengankejadian
penyakitISPApadabalita
dikelurahanPasieNanTigo
KecamatanKotoTangahKota
Padang.SkripsiFKMUSU.
Medan
WHO.(2011).WHOreportontheglobal
tobaccoepidemic.Diperolehtanggal1
Oktober2012dari
http://www.who.int/tobacco/global
_report/2011/en/index.html.
Oktaviani,D.,Fajar.M.A.,Purba.I.(2010).
Hubungankondisifisikrumahdan
perilakukeluargaterhadapkejadian
ISPApadabalitadikelurahancabai
kotaPrabumulihTahun2010.
http://balitbangnovda.sumselprov.g
o.id/data/download/20121227222926.
Warner,P.,&Kelly,P.(2009).365kiat
mengasuhbayisegalasesuatuyang
perludiketahuipadatahunpertama.
Jakarta:Arcan.
WHO.(2003).PenangananISPApadaanakdi
RumahSakitkecilnegaraberkembang
pedomanuntukdokterdanpetugas
kesehatansenior(C.A.Wijawa,Terj.).
Jakarta:PenerbitBukuKedokteran
EGC.
WHO.(2007).Addressingsexandgenderin
epidemicproneinfectious
WHO.(2012).Worldhealthstatistic2012.
Diperolehtanggal1Oktober2012dari
http://www.who.int/gho/publicatio
ns/world_health_statistics/2012/en/
Winarni.,Ummah,B.A.,&Salim,S.A.N.
(2010).Jurnalilmiahkesehatan
keperawatan:Hubunganantaraperilaku
merokokorangtuadananggotakeluarga
yangtinggaldalamsaturumahdengan
kejadianISPApadabalitadiwilayah
kerjaPuskesmasSemporIIkabupaten
kebumen.Diperolehtanggal28
septemberdari
http://scholar.google.co.id/scholar?hl=
id&q=Jurnal+ilmiah+kesehatan+
keperawatan+%3A+Hubungan+
antara+perilaku+merokok+orang+
tua+dan+anggota+keluarga+yang+
tinggal+dalam+satu+rumah+dengan+
kejadian+ISPA+pada+balita+
diwilayah+kerja+Puskesmas
+Sempor+II+kabupaten+kebumen
.+&btnG=
Wong,D.L.,Eaton,M.H.,Wilson,D.,
Winkelstein,M.L.,&Schwartz,P.
(2009).Bukuajarkeperawatan
pediatrikvolume2.Jakarta:EGC.