Professional Documents
Culture Documents
Development of Fire Danger Index at SBA Wood Industries, South Sumatra
Development of Fire Danger Index at SBA Wood Industries, South Sumatra
Jl. Meranti Wing 19 lv. 4 Kampus IPB Darmaga, Bogor, email: mtaufik@ipb.ac.id
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FATETA - IPB, Kampus IPB Darmaga
3
Dep. Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, FAHUTAN - IPB, Kampus IPB
Darmaga 4 SBA Wood Industries, Sinarmas Forestry, Palembang.
Naskah masuk : 7 Oktober 2010; Naskah diterima : 1 Agustus 2011
ABSTRACT
Fire danger rating system is one of importance for detecting fire danger potential situated in forest estate.
Keetch-Byram Drought Index (KBDI) is an index for assessing early fire danger as it only requires daily
rainfall and maximum air temperature data. This paper will discuss application of KBDI for the early
detection of fire danger in SBA Wood Industries. The study site was located in Ogan Komering Ilir District,
South Sumatera in which improvement of KBDI parameters is needed to satisfy local climate and hydrology
conditions. Using data observation from 1 April 2009 to 11 May 2010 from HQ Baung station including daily
rainfall, maximum air temperature, and water table depth, KBDI for wetland ecosystem was developed.
Through the optimization process, we obtained the values of parameters for calculating KBDI that met local
condition. In its application, KBDI had a good performance in detecting a fire danger potential that is in the
extreme levels of fire danger there were six fire occurrences in around station. We found a critical depth of
water table that able to maintain KBDI in safer level for fire is in depth of 0.659 m. The deeper of water table
depth, the more fire risks would be.
Kata kunci : KBDI, optimisasi, kedalaman muka air, lahan basah, Sumatera Selatan
21
5
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.8 No. 4 , Oktober 2011, 215 - 223
I. PENDAHULUAN
Kebakaran hutan telah menyebabkan
degradasi ekologi yang serius seperti kerusakan
pada habitat alam (Ager et al., 2007), perubahan
komposisi dan struktur ekosistem hutan
(Senkowsky, 2001; Johnstone dan Chapin III,
2006; Wallenius et al., 2007; Chuvieco et al.,
2009), dan dampak yang lebih serius adalah
gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Di
Indonesia, kebakaran hutan biasanya terjadi pada
saat musim kemarau panjang dan kegiatan
pembukaan lahan yang masih mengunakan api.
Kedua kondisi tersebut akan menimbulkan kondisi
ekstrim berupa akumulasi biomassa kering yang
mudah terbakar terutama jika terjadi pada lahan
bergambut.
35.
BAHAN
DAN
Gambar (Figure) 1. Lokasi HTI SBAWI di Ogan Komering Ilir - Sumatra Selatan (Study site
of HTI SBAWI in Ogan Komering Ilir - Sumatera Selatan)
Faktor hujan dan
faktor
air
tanah
Ketiga variabel ini
C. Metode Penelitian
mengurangi
nilai
dapat diukur manual
setiap
hari
KBDI
dan
sebaliknya
Keetch-Byram Drought Index (KBDI)
faktor suhu memerupakan indeks kekeringan yang dikembang-sebagaimana
biasanya.
Namun
nambah nilai KBDI.
kan untuk pengendalian kebakaran hutan di
demikian,
Faktor
Florida, Amerika Serikat (Keecth & Byram, 1968).
pengukuran
kekeringan
dihitung
Indeks ini mencerminkan kondisi kelembaban
menggunakan
sebagai
berikut
tanah, dimana semakin tinggi nilainya berarti tanah
sensor
dan
alat
(Buchholz
and
tersebut semakin kering. Nilai indeks berkisar pada
Weidemenn,
2000;
penyimpan
data
angka 0 - 800 bila hujan diukur dalam satuan inchi,
Setiawan et al.,
0 - 203.2 dalam satuan SI (Crane, 1982 dalam (logger) jauh lebih
2009).
praktis
dan
juga
Alexander, 1990) dan kisarannya menjadi 0 - 2000
tidak
terlalu
mahal
bila hujan dalam satuan mm (Buchholz &
[aT
exp (bT*Tmx
dilihat
dari
Weidemenn, 2000). Dikaitkan dengan potensi bila
1 + aR exp ( bR*Rann)
bahaya ke-bakaran nilai KBDI diklasifikasikan ataskualitas data yang
4 level, yaitu potensi rendah 0 - 1000 (LOW), dihasilkan.
Nilai
KBDI
dimana, Qmx adalah
sedang 1000 - 1500 (MOD), tinggi 1500 - 1750
dihitung
nilai
KBDI
(HGH) dan ekstrim 1750 - 2000 (EXT) (Buchholz &
berdasarkan
Weidemenn, 2000).
maksimum (dalam
Mengingat data yang digunakan lebih sedikitpersamaan berikut
hal ini, 2000), Tmx
dan mudah dalam proses perhitungannya KBDI(Setiawan et al.,
adalah suhu udara
semakin banyak diaplikasikan (Dimitra-kopoulos & 2009):
maksimum harian
Bemmerzouk, 2003), terutama di negera berkembang Qt = Q t-1 + Q t QHt..............dan R
adalah
ann
yang pada umumnya mem-punyai keterbatasan
curah
hujan
peralatan ukur cuaca. Dalam KBDI, data yang dimana, Q adalah
tahunan, dan aT, bT,
KBDI,
QT
dibutuhkan hanya hujan dan suhu maksimum harian nilai
cT dan dT adalah
adalah
faktor
dan bila di lahan basah diperlukan data kedalaman
parameter
suhu
kekeringan,
Q
R
muka air tanah.
udara dan aR dan
adalah faktor hujan,
bR
adalah
dan QH adalah faktor
air tanah, dan t
parameter
hujan
adalah waktu (hari).
tahunan.
2
17
paramet
er
Fakto
r
hujan
dihitu
ng
seba
gai
berik
ut
(Buc
hholz
&
Weid
emen
n,
2000)
.
Q Rt
= Rt
5.1
(3)
dima
na, R
adala
h
hujan
haria
n
yang
diperhitun
gkan
bila
mele
bihi
5,1
mm/h
ari.
Fakto
r air
tanah
dihitu
ng
seba
gai
berik
ut
(Setia
wan
et
al.,
2009)
.
Qt
= aH
bH
*
(h)t
(4)
R
diman
a,
adalah
kadar
air
tanah
volumt
erik, h
adalah
jarak
antara
muka
air
tanah
dan
permu
kaan
tanah,
dan aH
dan bH
adalah
air
tanah.
Hubung
an
antara
kadar
air
tanah
dan
muka
air
tanah
didekati
dengan
persam
aan
retensi
air
tanah
berikut
(Genuc
hten,
1980).
(h) =
+ ( ). S-1
R
S = { 1 + | n | n} m
dimana
S
adalah
kadar
air
tanah
jenuh,
R
kadar
air
tanah
residual
,
S
adalah
derajat
kejenuh
an,
serta ,
n dan
m
adalah
paramet
er
retensi
air
tanah.
Tabel 1
menyaji
kan
perkem
bangan
model
KBDI
dilihat
dari
kebutuh
an data
dan
paramet
(5)
(6)
er
digunak
yang an.
Tabel (Table) 1.
Per
ke
mb
ang
an
par
am
ete
r
KB
DI
ber
das
ark
an
keb
utu
han
dat
a
(K
BD
I's
pa
ra
me
ter
de
vel
op
me
nt
foll
ow
ing
da
ta
ne
ce
ssi
ty)
Suhu Maksimum
(Maximum temperature)
Parameter
Keetch & Byram (1968)
Crane (1982)
Buchholz & Weidemenn (2000)
Setiawan et al. (2009)
B
D
D. I
A(
Q
n t)
al u
is n
a t
Du
at kl
a a
h
at a
a n
hi
dr b
ol a
og s
i a
da h
n
cu d
ac i
a h
di it
su u
su n
n g
da
la d
me
Mn
s. g
E a
xc n
el
20 P
03 e
be r
rd s
as .
ar (
ka 1
n )
bu la (
n 6
pe )
ng .
a D
ma
at l
an a
. m
In
de p
ks e
ke r
ke h
rin it
ga u
n n
K g
aagai nilaii
ndefault. n
t
Nilai
e
aparamet rs
wer KBDIe
p
auntuk
s
i
l,lokasi
nSBAWI, (a
)
il OKI
d
adiperoleha
i dengan n
pcara
s
aproses lo
r optimisa p
e
asi
mparemet (
b
eer
)
t dengan y
a
emenggu n
r nakan g
KSolver. d
Boses Pr ig
Doptimasi u
n
I dilakuka
n untuka
Bmemper
oleh nilaiuQt yangk
memberi a
ckan bedan
hnilai
terkecil u
h(Root n
Mean t
oSquare u
Error,
ld
RMSE) k
m
zdengan
indeks e
akekering n
g
nan
penguku h
ran
(Q
).
it
dNilai Q
u
mencer n
minkan
Wkondisi g
K
ekelemba
ban
B
i tanah
aktual D
d() yangI
k
ehubunga
a
nnya
li
mdapat
dinyatak b
ean
r
a
ndengan
Persama s
(7)i,
nan
(Setiawa Q
n et al.,k
( 2009). (
P
2
e
Q
=
(1
r
0
s
0
a
m
0
a
)
a
Nilai
dKBDI Qtn
i yang
diperole 8
gh perlu).
udikalibra
si
ndengan
Q
anilai
dengan
kcara
amencari
hubung
nan
linear
antara
sQ dan
Qt
esehingg
ba
diperole
h nilai
Q
k
=
a
.
Q
t
+
b
(
8
)
Q
k
m
e
r
u
p
a
k
a
n
n
il
a
i
K
B
D
I
a
k
h
i
r
y
a
n
g
d
i
g
u
n
a
k
a
n
s
e
b
a
g
a
i
i
n
d
i
k
a
t
o
r
u
n
t
u
k
m
e
li
h
a
t
b
a
h
a
y
a
k
e
b
a
Hujan Tahunan
(The Annually
rain fall)
Air Tanah
aT
bT
cT
dT
aR
bR
aH
bH
k H
ar Q
a
n
h
ut B
a
n a
di
lo u
k n
a
si. g
p
61. HA
a
SIL
d
DA
a
N
PE
p
MB
e
AH
r
AS
i
AN
o
d
Ae
.
H1
as
il A
p
a r
sil i
p l
e 2
n 0
g 0
a 9
m
at a 1
n 1
c
ur M
a e
h i
h 2
uj 0
a 1
n 0
h
ar d
ia i
n p
di e
St r
a o
si l
u e
n h
p
e c
n u
g r
a a
mh
at
a h
n u
j sebesar S
a2.854
e
nmm
p
dengan t
yhari
e
ahujan
m
nsebanya b
gk
197 e
hari.
r
t Secara 2
i umum 0
ncurah
0
ghujan
9
gtinggi
i terjadi s
. pada
e
Tmusim b
openghuj e
t an yaitu s
aperiode a
l bulan
r
cNovemb 2
uer - April 2
r mengiku ,
ati
pola 6
hcurah
hujan
m
hmonsun m
ual
di .
j Indonesi K
aa. Pada i
nbulan- s
bulan
a
stersebut r
ecurah
a
l hujan
n
abulanan
mmelebihi
a200 mm. s
Curah u
h
4hujan
0tertinggi u
6terjadi
pada
u
hbulan
d
aApril
a
r 2010
r
i sebesar a
p384 mm.
ePeriode
m
nkering
gterjadi a
k
apada
s
mbulan
aMei
-i
t Oktober m
a2009
u
ndengan m
curah
yhujan
d
abulanan i
i terendah
S
t pada
t
ubulan
a
s
i
u
n
H
Q
B
a
u
n
g
s
e
l
a
m
a
p
e
r
i
o
d
e
p
e
n
g
a
m
a
t
a
n
y
a
i
t
u
a
n
t
a
r
a
2
6
,
6
- 9
3
4, 0
Cengan
rata-rata
dTmax
218
setara dengan
indeks
sebesar 32,5 0C. Suhukekeringan
udara
maksimumsebesar
43.
tertinggi sebesar 34,9Keetch
&
0
C terjadi pada 21Byram
(1968)
September 2009 danmenyarankan
terendah sebesar 26,6penghitungan
0
C pada 8 JanuariKBDI
dapat
2010.
dimulai
pada
KAT
diawal
musim
Stasiun HQ Baungsemi
dimana
berfluktuasi
padanilai
KBDI
kisaran 0,289 m3/m3sangat rendah.
hingga
0,627Penghitungan
m3/m3
.
KATKBDI
juga
tertinggi terjadi padadapat dimulai
tanggal 9 April 2009pada periode
dan terendah padahujan
yang
tanggal 3 Oktobermelimpah
2009. Pada bulan-sebesar 150 -
200 mm/minggu
meskipun
secara
aktual
KBDI
tidak
bernilai
nol.
Untuk
perhitungan
model,
KBDI
awal model (Qt)
diberi angka 43
juga. Optimisasi
dengan Solver
menghasilkan
nilai
RMSE
sebesar
16
dengan
R2
sebesar 0,694.
Hasil optimisasi
parameter
model
KBDI
disajikan pada
Tabel 2. Hasil
optimasi
memberikan
nilai parameter
baru
untuk
variable
dimana
QH
parameter
aH
dan bH secara
berturutan
bernilai 120 dan
0,216.
Faktor
muka air tanah
(QH)
memberikan
pengurangan
terhadap KBDI
hingga
102
angka setara
dengan
pengurangan
maksimum
KBDI karena
faktor
hujan.
Semakin dekat
muka air tanah
dengan
permukaan
maka
pengurangan
nilai
KBDI
semakin besar.
Hubungan
antara
faktor
muka air tanah
dengan
kedalaman
muka air tanah
disajikan pada
QH
8
0
6
0
4
0
2
0
tanah lapisan
atas. Hal ini
sangat penting
mengingat
kelembaban
tanah lapisan
atas
sangat
penting dalam
menjaga
kelembaban
bahan bakar di
hutan.
0
-20
-1.0
Gambar (Figure) 2.
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
Tabel (Table) 2. Perbandingan nilai parameter KBDI sebelum dan sesudah optimasi (KBDI's
parameter value; before and after oprimization)
Variabel
Parameter
Penelitian ini
2000
0,9680
1,1714
0,0875
0,0572
8,3000
8,2750
1,5520
1,7588
10,8800
10,8804
0,0017
0,0046
RMSE
2
R
120
0,2160
16
0,6940
84
0,884
dengan
besarnya
hujan yang terjadi.
Pengurang-an indeks
Nilai KBDI meningkat secara alami dengan
juga
terjadi
jika
datangnya musim kemarau dan turun dengan
kedalaman muka air
datangnya musim penghujan (Gambar 3).
tanah di atas 0,659 m.
Penghitungan KBDI dimulai pada tanggal 9 April
Nilai KBDI mencapai
2010 dengan nilai indeks sebesar 43. Mengingat
maksimum 2000 yaitu
lokasi penelitian terletak di lintang ekuator, suhu
pada
tanggal
4
0
udara maksimum harian selalu di atas 25 C. Hal
Oktober 2009 dimana
tersebut berdampak pada peningkatan nilai KBDI
kadar
air
tanah
terjadi setiap hari. Jika ada hujan nilai indeks
sebesar 0,299 m3/m3.
akan berkurang sesuai
Kadar air tanah ini
220
2009 sebesar
0,32 m3/m3 .
Pengaruh
Selanjutnya
curah hujan terhadapKAT meningkat
penurunan nilai KBDImenjadi 0,335
pada
bulan-bulanm3/m3
pada
kering hanya bersifattanggal
15
sementara.
PadaSeptember
tanggal 2 Juli 2009,2009
dengan
curah hujan sebesaradanya
hujan
30
mm
mampusebesar
10,2
menghambat
lajumm.
KAT
peningkatan
KBDIkemudian
untuk
mencapaimencapai titik
kriteria
bahayaterendah
kebakaran
Sedangsebesar 0,289
dengan
penurunanm3/m3
pada
indeks sebesar 23tanggal
3
angka. Kejadian hujanOktober 2009.
pada tanggal 5 JuliHujan sebesar
2009 sebesar 46 mm2
mm
(4
juga menurunkan nilaiOktober 2010)
KBDI. Setelah periodemenyebabkan
hujan tersebut, KBDIKAT
naik
meningkat tajam kemenjadi 0,299
level kriteria bahayam3/m3.
Hujan
kebakaran yang lebihsebesar
45,6
tinggi. Adanya hujanmm (tanggal 5
hanya
mampuOktober 2009)
menahan
lajumenyebabkan
peningkatan
KBDIKAT naik hingga
yang
bersifat0,415
m3/m3
sementara
sepertidan MAT naik
pada kejadian hujandari -0,744 m ke
tanggal 26 Juli 2010. -0,125
m.
Dengan
B. Pembahasan
dimulainya
hujan,
Curah
hujanmusim
selalu
sangat berpengaruhKAT
diatas
terhadap
dinamikaberada
m3
/m3,
KAT
dan
MAT.0,4
Fluktuasi
keduanyaSedangkan
sangat
dipengaruhiMAT meningkat
oleh dinamika curahsampai terjadi
hujan yang turun dangenangan
pada
membasahi
tanah.seperti
31
Pada
musimtanggal
penghujan
sepertiDesember 2009
pada Bulan April, KATgenangan
mendekati level jenuhmencapai 0,139
hingga mencapai KATm.
0,627 m3 /m3 . KAT
Kinerja
mulai
berkurangmodel
KBDI
dengan ber-akhirnyayang
musim
penghujandikembangkan
pada bulan Mei 2009.di lahan basah
Bahkan
KATHTI
SBAWI
mencapai titik layudapat
dilihat
permanen
padadari kebakaran
tanggal 12 Septemberyang terjadi di
sekitar Stasiun
HQ
Baung.
Pada
kriteria
bahaya
kebakaran
Tinggi, di lokasi
pernah terjadi
kebakaran yaitu
pada tanggal 19
Agustus 2009.
Pada
tanggal
tersebut
nilai
KBDI sebesar
1589. Kejadian
kebakaran
menunjukkan
bahan
bakar
yang tersedia di
hutan
sudah
cukup
kering.
Pada
kondisi
kering di Bulan
September
2009,
kebakaran
hutan
terjadi
sebanyak lima
kali yaitu pada
tanggal:
5
September,
7
September, 11
September, 22
September, 29
September
2009. Selama
bulan
September
2009,
kriteria
bahaya
kebakaran pada
A.A.,
M.A.
Finney,
B.K.
Kerns
and H.
Maffei.
2007.
Modelin
g
Wildfire
Risk to
Norther
n
Spotted
Owl
(Strix
Occide
ntalis
Caurina
)
Habitat
in
Central
Oregon,
USA.
Forest
Ecology
and
Manage
ment
246: 4556.
IV.
KESI
MPUL
AN
1. KBDI
yang
dikembangkan
dapat
digunakan untuk
deteksi bahaya
kebakaran pada
lahan basah.
2. Nilai KBDI yang
mencerminkan
bahaya
kebakaran
hutan
dapat
ditekan dengan
mempertahanka
n
kedalaman
muka air tanah
di atas 0,659 m.
UCAPAN
TERIMA
KASIH
Penelitian
ini
didanai oleh Hibah
Alexander M.E.
Kom-petensi
1990.
DIREKTORAT
Computer
PENDIDIKAN TINGGI
Calculation of
DEPDIKNAS dengan
No.
Kontrak:
219/SP2H/
Programmers
PP/DP2M/V/2009.
Beware! Fire
Ucapan terima kasih
Management
juga
disampaikan
Notes
untuk HTI Sebangun
51 (4):
Bumi Andalas Wood
23-25.
Industries yang telah
memberikan ijin dalamBuchholz G.
and D.
monitoring data cuaca
Weidem
dan hidrologi.
the
DAFTA
R
Fire
Danger
Rating
System
s as a
Tool for
Early
Warnin
g
in
Forestr
y.
Internati
onal
Forest
Fire
News
No. 23,
32-36.
P
U
S
T
A
K
A
Burgan R.E.
1988.
Revisio
ns
to
the
1978
Nationa
l FireDanger
Rating
System
.
Researc
h Paper
RP - SE
- 273 . U
. S .
Departm
ent
of
Agricultu
re,
Forest
Service,
Southea
stern
Forest
Experim
ent
Station,
Asheville
, NC, 39
p.
ann.
2000.
The
Use of
Simple
Chan D.W.,
J.T. Paul and
A. Dozier.
2004.
KeetchByram
Drought
Index:
Can It
Help
221
Tanaman
Predict Wildland
Fires? Fire
Management
Today 64(2): 39 - 42.
Cooke
W.,
V.
Anantharaj, C.
Wax, J. Choi, K.
Grala, M. Jolly,
G.P. Dixon, J.
Dyer,
D.L.
Evans and G.B.
Goodrich. 2007.
Integrating
Climaticand
F u e l s
Information
into
National Fire Risk
Decision Support
Tools.
USDA
Forest Service
Proceedings
RMRS-P-46CD.
Page 555 - 569.
Crane
W.J.B.
1982.
Computing
Grassland
and
Forest
Fire
Behavior, Relative
Humidity
and
Drought Index by
Pocket Calculator.
Australian
Forestry
45(2):
89-97.
Chuvieco
E.,
I.
Aguado,
M.
Yebra, H. Nieto,
J. Salas, M.P.
Martn, L. Vilar,
J. Martnez, S.
Martn,
P.
Ibarra, J. de la
Riva, J. Baeza,
F.
Rodrgues,
J.R. Molina, M.A.
Herrera,
R.
Zamora. 2009.
Development of a
Framework
for
Fire
Risk
Assessment
Using
Remote
Sensing
and
Geographic
Information
System
Technologies.
Ecol. Model . (in
press), doi:10 .
1016/j
.
ecolmodel.2008
.11.017.
Dimitrakopoulos
A.P.
and
A.M.
Bemmerzouk.
2003. Predicting
Live Herbaceous
Moisturecontent
from a Seasonal
Drought Index. Int
J
Biometeorol,
47:73-79.
DOI
10.1007/s00484002-0151-1.
Genuchten,
M.Th.
1980. A ClosedForm Equation for
Predicting
the
Hydraulic
Conductivity
of
Unsaturated Soils.
Sparks
J.C.,
R.E.
Masters,
D.M.
Engle and G.A.
Bukenhofer. 2002.
Season
of
Burn
Influences
Fire
Behavior and Fuel
Consumption
in
Restored Shortleaf
Pine-Grassland
Communities.
Restoration
Ecology Vol. 10
No. 4, pp. 714722.
Stocks BJ, BD Lawson, ME
Alexander, CE Van
Wagner
and
RS
McAlpine,
TJ
Lynham, and DE
Dube. 1989. The
Canadian Forest Fire
Danger
Rating
System: An Overview.
For. Chron. 65: 450
-457.
222
Wybo J.L., F.
G.,Guraniri and
B. Richard.
and1995.
Weidemann
G.Buchholz,
Redhahari
A.A.Hoffmann
(1998). Fire Danger
System for East
Kalimatan Province,
Indonesia
(in
Indonesian).
Forest
Fire
Dang
er
Asses
sment
Metho
ds and
Decision
Support.
Safety
Science
20: 61 70.
2
2
3