Professional Documents
Culture Documents
Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian
Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian
Abstract
This research aims to determine the factors that affect the return on investments in equity
securities. This study examines whether the profitability ratios, liquidity, leverage, growth rate
(growth) and firm size (firm size) is a factor that may affect the return on investment. Investors
basically want to increase the return on investment, such as dividends and capital gains. In this
study focuses only dividends as a return. Profitability is measured by ROI and ROE, measured
by the current liquidity ratio, leverage measured by debt equity ratio, growth measured by sales
growth and firm size measured by the logarithm to the total assets owned by the company.
Object of this study were manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange that
paid dividends in the period 2000 to 2007, and reported its financial statements ending on 31
December each year. This research resulted in that the rate of return on investments in the form
of dividends to investors is influenced significantly and negatively associated with profitability
ratios as measured by negative and significant ROI through leverage (debt) of investee
companies. While the factors of profitability measured by return on equity, liquidity, growth and
firm size had no significant.
Keywords: dividend, profitability, liquidity, leverage, growth, firm size
1.
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
potensial
mengurangi
keputusan
meningkatkan kesejahteraan pemegang
saham, sebagai prinsipal. Oleh karena
itu, memang penting seorang investor
atau
investor
potensial
mampu
memprediksi
kebijakan
dividen
perusahaan.
Besar kecilnya dividen yang dibagikan
tidak terlepas dari kinerja keuangan
perusahaan. Salah satu metode untuk
melihat kinerja keuangan perusahaan
tersebut adalah melalui rasio keuangan.
Faktor-faktor yang diduga terkait dengan
pembagian dividen adalah tingkat
kemampulabaan perusahaan (rasio
profitabilitas
perusahaaan),
tingkat
likuiditas perusahaan dalam menjaga
hutang jangka pendek perusahaan
dengan menggunakan aktiva jangka
pendek perusahaan, tingkat hutang
yang dimiliki serta tingkat pertumbuhan
perusahaan
dan
ukuran
dari
perusahaan itu sendiri. Jika tingkat
kemampulabaan dan tingkat likuiditas
perusahaan besar, maka perusahaan
cenderung meningkatkan pembayaran
dividen. Namun sebaliknya terhadap
tingkat hutang, perusahaan akan
mengurangi
kewajiban
membayar
dividen, jika tingkat hutang yang tinggi.
2.
Permasalahan Penelitian
Landasan Teori
Pengertian
dan
bentuk-bentuk
Dividen
Berikut beberapa pengertian
dari dividen menurut para ahli dikutip
dari Baruno dan Endrianif (2004):
a. Madura
(2001),
dividen
merupakan penghasilan yang
diberikan
oleh
perusahaan
kepada
pemiliknya
atau
pemegang saham.
b. Ang (1997), dividen merupakan
nilai
pendapatan
bersih
perusahaan
setelah
pajak
dikurangi dengan laba ditahan
(retained earnings) yang ditahan
sebagai
cadangan
bagi
perusahaan.
c. Gill (2004), dividen merupakan
bagian dari pendapatan bersih
perusahaan yang dibayarkan
atau
dibagikan
kepada
pemegang
saham
dengan
tingkat tertentu per saham.
d. Smith
(1989),
dividen
merupakan pembagian laba
kepada
pemegang
saham
perusahaan sebanding dengan
jumlah saham yang dipegang
masing-masing oleh pemilik.
Kieso dan Weygant (2002)
dikutip dalam Baruno dan Endrianif
(2004) mengungkapkan bahwa deviden
yang dibagikan oleh perusahaan kepada
pemegang sahamnya, terdiri dari
beberapa bentuk:
a. Dividen tunai (cash dividend),
adalah dividen yang dibayarkan
oleh
perusahaan
kepada
pemegang sahamnya dalam
bentuk tunai.
b. Dividen
Saham
(Stock
Dividend), adalah pembayaran
dividen
dengan
saham
perusahaan dengan proporsi
tertentu.
c. Dividen non kas (Property
Dividend), adalah dividen yang
dibayarkan kepada pemegang
saham dalam bentuk selain kas,
biasanya dalam bentuk barang
1.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
2.
3.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
Naim
(1998)
mengukur
profitabilitas,
salah
satunya
menggunakan
rasio
Return
on
Investment (ROI). ROI merupakan
tingkat pengembalian investasi atas
investasi perusahaan pada aktiva.
3. Likuiditas Investee dan Return
Investasi berupa Dividen
Perusahaan
investee
yang
memiliki
likuiditas
baik
maka
memungkinkan pembayaran dividen
lebih baik pula. Likuiditas perusahaan
dapat diukur melalui rasio keuangan
seperti : current ratio, quick ratio dan
cash
acid-ratio
(Karnadi,
1993).
Penelitian ini mengukur likuiditas
perusahaan
dengan
menggunakan
current ratio. Likuiditas perusahaan
diasumsikan dalam penelitian ini mampu
menjadi
alat
prediksi
tingkat
pengembalian investasi berupa dividen
bagi investor. Current ratio seringkali
dijadikan sebagai ukuran likuiditas,
termasuk dalam persyaratan kontrak
kredit.
4. Hutang dan Return Investasi berupa
Dividen
Menurut Howton et. al. (1998)
mengutip Opler dan Titman (1993) dan
Johnson (1995); perusahaan leveraged
memiliki peluang investasi yang tidak
menguntungkan serta arus kas bebas
yang tinggi. Dengan membedakan
perusahaan
yang
pembayaran
dividennya tinggi dengan yang rendah,
Johnson
mengatakan
bahwa
perusahaan
yang
pembayaran
dividennya rendah mempengaruhi harga
saham
secara
positif
pada
pengumuman
penawaran
hutang.
Kebijakan hutang dinyatakan dalam
rasio leverage.
Rozeff
(1982)
menyatakan
bahwa perusahaan yang leverage
operasi atau keuangannya tinggi akan
memberikan dividen yang rendah.
Struktur permodalan yang lebih tinggi
dimiliki oleh hutang menyebabkan pihak
manajemen
akan
memprioritaskan
pelunasan kewajiban terlebih dahulu
sebelum membagikan dividen. Leverage
ratio yang paling umum digunakan
adalah rasio hutang terhadap modal
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
Metodologi Penelitian
H4 :
Semakin tinggi growth investee
maka
semakin
besar
tingkat
pengembalian
investasi
berupa
pendapatan dividen
H5 :
Semakin
besar
firm
size
investee maka semakin besar tingkat
pengembalian
investasi
berupa
pendapatan dividenstudy.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
1. Uji Autokorelasi
Uji asumsi ini bertujuan untuk
mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara
anggota serangkaian observasi pada
periode
tertentu
dengan
periode
sebelumnya. Ada beberapa cara untuk
melakukan pengujian terhadap asumsi
autokorelasi, salah satunya dengan
Durbin-Watson d test. Durbin-Watson d
test ini mempunyai masalah yang
mendasar yaitu tidak diketahui secara
tepat mengenai distribusi dari statistic d
itu sendiri. Namun Durbin-Watson d test
telah menetapkan batas atas (du) dan
batas bawah (dL). Durbin-Watson d test
telah menabelkan du dan dL untuk taraf
5% dan 1% yang selanjutnya dikenal
dengan tabel Durbin-Watson (Triton,
2005).
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji asumsi ini bertujuan untuk
mengetahui adanya korelasi antara error
term dengan
variabel
dependen.
Menurut Triton (200) varian dari Y
meningkat dengan meningkatnya X,
dalam hal ini varian Y tidak sama. Jadi
terdapat heteroskedastisitas. Apabila
semua asumsi model regresi linier klasik
dipenuhi, maka penaksir OLS (ordinary
Least Square) adalah BLUE (Best Linier
Unbiased Estimated) artinya dalam
kelas semua penaksir tidak bisa linier,
mereka
mempunyai
varian
yang
minimum efisien.
Setelah melakukan uji asumsi
klasik, maka rancangan penelitian dapat
dilakukan
dengan
langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Membuat tabulasi data yang
diperoleh
b. Membuat
model
penelitian
berupa persamaan regresi.
c. Melakukan pengujian hipotesis
dengan
menentukan
null
hypotesis
dan
alternative
hypotesis serta menentukan
tingkat
signifikansi
sebesar
10%.
d. Menghitung koefisien korelasi
parsial
(r)
dam
koefisien
determinasi
parsial
untuk
mengukur
seberapa
kuat
hubungan
dan
pengaruh
masing-masing
variabel
6
e.
dependen
dengan
variabel
independen secara terpisah.
Melakukan uji t, yaitu untuk
menguji apakah masing-masing
variabel
independen
berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Indikator
On
ROI =
EBIT + Penyusutan
Total aktiva
2. Return
On
Equity (ROE)
ROE =
3. Current
(CR)
CR =
Ratio
4. Debt
Equity
Ratio (DER)
Aktiva lancar
Hutang lancar
DER =
Total Hutang
Total Modal Sendiri
5. Growth
6. Firm Size
7. Dividen Payout
Ratio
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
5.
CR
(X)
DER
(X)
Growt
h (X)
Firm
Size
Tabel 5.1
STATISTIK DESKRIPTIF
Variabel
DPR(%)
Max
Mean
S. Dev
363
0,0600
837,000
45,9698
77,0569
ROI(%)
363
0,1900
116,080
9,9345
9,6331
ROE(%)
363
0,3800
1206,000 23,5533
75,8721
CR (X)
363
0,2400
221,000
3,2893
11,7231
DER(X)
363
0,0600
7,280
1,1205
1,1016
Growth (X)
363
-1,0000 6,630
0,2307
0,5315
363
2,5100
5,8288
0,7170
Valid N
Min
7,760
0,093
0,009
0,041
-.014
0,093
0,014
0,219
(**)
0,014
.0,04
0,009
0,014
0,033
0,009
0,014
0,041
0,219
(**)
0,033
2. Multikolinieritas
Untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolineritas
digunakan
analisis
matrik korelasi antar variabel bebas dan
perhitungan nilai Variance Inflation
Factor (VIF). Apabila korelasi diatas
90% dan nilai VIF lebih besar dari
sepuluh maka terjadi multikolinieritas.
Berikut ini disajikan matrik korelasi dan
hasil pengujian VIF.
Tabel 5.2
MATRIK KORELASI ANTAR VARIABEL
BEBAS
ROI(
%)
ROE(
%)
CR
(X)
0,179
(**)
0,037
0,179
(**)
0,020
DER
(X)
0,261
(**)
0,014
ROE
(%)
0,020
363
ROI
(%)
0,037
0,261
(**)
Growt
h (X)
Firm
Size
(X)
0,014
0,009
0,004
0,014
R
0,201
(a)
R
Square
Adjusted
R Square
0,040
0,024
Std.
Error
76,1215
632
DurbinWatson
2,072
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
Scatterplot
-1,075
0,438
-0,009
0,054
0,156
0,344
11,199
3,883
-6,964
7,535
-4,544
5,742
0,134
0,008
2,453
0,159
0,024
0,453
0,160
0,048
0,042
2,884
0,924
0,791
0,015
0,873
0,651
0,004
0,356
0,429
ROI
(%)
ROE
(%)
CR
(X)
DER
(X)
Growt
h (X)
F.Siz
e (X)
11,199DER
-1
-2
Unstandardized
Coefficients
Std.
coef
Std.
Error
Beta
B
1
(Cons
tant)
96,978
33,366
Sig.
2,906
0,004
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
profitabilitas
maka
dividen
yang
dibagikan semakin kecil. Hasil penelitian
ini berbeda dengan teori yang
dikemukakan oleh Riyanto dan Hanafi.
Hal ini disebabkan karena perusahaan
manufaktur merupakan perusahaan
yang membutuhkan investasi yang
cukup
besar
untu
kemajuan
perusahaan. Selama periode 2000
sampai 2007 terlihat bahwa perusahaan
masih dalam tahap perkembangan.
Sehingga proporsi laba lebih besar di
alokasikan ke dalam laba ditahan,
akibatnya dividen yang dibagikan
kepada pemegang saham lebih kecil.
Faktor likuiditas menunjukan
bahwa semakin tinggi likuiditas maka
dividen yang dibagikan semakin besar.
Likuiditas perusahaan menunjukkan
kemampuan perusahaan mendanai
operasional perusahaan dan melunasi
kewajiban jangka pendeknya. Oleh
sebab itu, perusahaan investee yang
memiliki
likuiditas
baik
maka
memungkinkan pembayaran dividen
lebih baik pula. Penelitian ini baru
dikembangkan
kali
ini
meskipun
penelitian Suharli (2004) sebelumnya
sudah memberikan pemikiran awal
mengenai
pengaruh
likuiditas
perusahaan terhadap kebijakan jumlah
pembagian
dividen.
Likuiditas
perusahaan pada penelitian ini diukur
dengan current ratio (Karnadi, 1993).
Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa
faktor likuiditas dapat mempengaruhi
tingkat pengembalian investasi berupa
dividen bagi investor namun tidak
signifikan.
Faktor leverage menunjukkan
bahwa semakin tinggi leverage (hutang)
maka
semakin
rendah
tingkat
pengembalian
investasi
berupa
pendapatan dividen dan berpengaruh
secara signifikan. Tingkat leverage
diukur dengan Debt to equity ratio
(DER). Penelitian ini dikuatkan dengan
pernyataan Rozeff (1982) bahwa
perusahaan yang leverage operasi atau
keuangannya tinggi akan memberikan
dividen yang rendah. Pernyataannya
sesuai dengan pandangan bahwa
perusahaan yang berisiko seperti di
industri manfaktur akan membayar
dividennya lebih rendah, dengan
10
maksud
untuk
mengurangi
ketergantungan akan pendanaan secara
eksternal. Struktur permodalan yang
lebih tinggi dimiliki oleh hutang
menyebabkan pihak manajemen akan
memprioritaskan pelunasan kewajiban
terlebih dahulu sebelum membagikan
dividen.
Perusahaan yang memiliki rasio
hutang
lebih
besar
seharusnya
membagikan dividen lebih kecil karena
laba yang diperoleh digunakan untuk
melunasi kewajiban. Dengan demikian
investor dapat mempelajari kewajiban
perusahaan
untuk
memperkirakan
pendapatan dari investasi berupa
dividen, di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, tingkat hutang memiliki
hubungan tidak searah (negatif) dan
signifikan dengan tingkat pengembalian
investasi berupa dividen.
Dari hasil pengolahan terlihat
bahwa growth memiliki pengaruh yang
negatif dan tidak signifikan terhadap
tingkat pembayaran deviden pada
perusahaan
manufaktur.
Menurut
Riyanto (1995:266) semakin tinggi
dividend pay out ratio yang ditetapkan
oleh suatu perusahaan, makin kecil
dana yang tersedia untuk ditanamkan
kembali di dalam perusahaan, ini berarti
akan
menghambat
pertumbuhan
perusahaan. Karena salah satu cara
yang digunakan untuk meningkatkan
pertumbuhan adalah mengalokasikan
dana yang cukup besar ke dalam laba
ditahan.
Setiap perusahaan pada satu
sisi selalu menginginkan adanya
pertumbuhan bagi perusahaan, di sisi
lain perusahaan mampu membayarkan
dividen
kepada
para
pemegang
sahamnya. Tetapi dalam prakteknya
kedua
tujuan
tersebut
selalu
bertentangan. Sebab kalau makin tinggi
tingkat dividen yang dibayarkan, berarti
makin sedikit laba yang dapat ditahan,
dan
sebagai
akibatnya
ialah
menghambat
tingkat
pertumbuhan
dalam
pendapatan
dan
harga
sahamnya. Kalau perusahaan menahan
sebagian besar dari pendapatannya
tetap di dalam perusahaan, berarti
bahwa bagian dari pendapatan yang
tersedia untuk pembayaran dividen
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
6.
Penutup
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi tingkat pengembalian
investasi berupa dividen bagi investor
dapat berpengaruh secara signifikan
melalui rasio profitabilitas yang diukur
dengan ROI dan leverage (hutang) dari
perusahaan investee. Sedangkan faktor
lain seperti likuiditas, growth dan firm
size
tidak
berpengaruh
secara
signifikan.
Tingkat profitabilitas yang diukur
dengan ROI dan ROE, tingkat leverage,
growth dan firm size memiliki hubungan
yang terbalik atau negatif terhadap
pengembalian investasi berupa deviden
pada perusahaan manufaktur tahun
2000 2007. Sehingga semakin besar
tingkat profitabilitas, leverage, growth
dan firm size, maka semakin kecil
deviden yang dibagikan oleh investee
kepada investor, begitu pula sebaliknya.
Sedangkan faktor likuiditas memiliki
hubungan yang searah/positif namun
tidak signifikan terhadap kebijakan
dividen, sehingga semakin tinggi tingkat
likuiditas maka semakin besar dividen
yang dibagikan oleh investee kepada
investor, begitupula sebaliknya.
Tingkat profitabilitas berhubungan
negatif dengan pengembalian investasi
berupa deviden bagi investor pada
perusahaan manufaktur, karena laba
yang dihasilkan oleh perusahaan
manufaktur cenderung digunakan untuk
membiayai aktivitas operasional dan
menanamkan investasi yang tinggi.
Sehingga dana yang dibagikan ke
dalam bentuk deviden menjadi rendah.
Tingkat likuiditas perusahaan
investee berhubungan positif namun
tidak signifikan terhadap pengembalian
investasi berupa dividen bagi investor
pada perusahaan manufaktur. Likuiditas
menunjukkan kemampuan perusahaan
melunasi hutang jangka pendek dan
mendanai aktivitas operasional. Ini
berarti perusahaan manufaktur memiliki
tingkat likuiditas yang tinggi, sehingga
memampukan
perusahaan tersebut
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
11
12
Daftar Referensi
Ang, R. 1997. The Intelligent
Indonesia Capital Market Edisi
Mediasoft, Indonesia.
to
1.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
Horne,
Akuntan
Indonesia.
2002.
Standar Akuntansi Keuangan.
per 1 April 2002. Salemba
Empat, Jakarta.
Naveli,
Raymond
P.
1989.
Fundamentals of Managerial
Finance. Cincinnati Ohio: South
Western Publishing.
Suharli,
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
13