Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN

INVESTASI PADA EQUITY SECURITIES PADA


PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA
Variyetmi Wira
Jurusan Admnistrasi Niaga, Politeknik Negeri Padang

Abstract
This research aims to determine the factors that affect the return on investments in equity
securities. This study examines whether the profitability ratios, liquidity, leverage, growth rate
(growth) and firm size (firm size) is a factor that may affect the return on investment. Investors
basically want to increase the return on investment, such as dividends and capital gains. In this
study focuses only dividends as a return. Profitability is measured by ROI and ROE, measured
by the current liquidity ratio, leverage measured by debt equity ratio, growth measured by sales
growth and firm size measured by the logarithm to the total assets owned by the company.
Object of this study were manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange that
paid dividends in the period 2000 to 2007, and reported its financial statements ending on 31
December each year. This research resulted in that the rate of return on investments in the form
of dividends to investors is influenced significantly and negatively associated with profitability
ratios as measured by negative and significant ROI through leverage (debt) of investee
companies. While the factors of profitability measured by return on equity, liquidity, growth and
firm size had no significant.
Keywords: dividend, profitability, liquidity, leverage, growth, firm size

1.

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Pembelian saham merupakan salah


satu alternatif investasi yang menarik
bagi investor, karena ada dua return
yang akan diharapkan. Pertama dividen,
merupakan keuntungan yang dibagikan
oleh manajemen terhadap pemegang
saham. Kedua Capital Gain, merupakan
selisih antara harga pada saat jual dan
beli saham. Return ini menjadi indikator
untuk meningkatkan wealth dari para
investor, termasuk di dalamnya para
pemegang saham. Dividen merupakan
salah satu bentuk peningkatan wealth
pemegang saham (Suharli, 2004).
Investor akan sangat senang apabila
mendapatkan tingkat pengembalian
investasinya semakin tinggi dari waktu
ke waktu. Oleh karena itu, investor dan
investor potensial memiliki kepentingan
untuk mampu memprediksi berapa
besar tingkat pengembalian investasi
mereka .

Tingkat pengembalian investasi


berupa pendapatan dividen tidak mudah
diprediksi. Menurut Black (1976),
kebijakan dividen merupakan teka-teki
yang sulit untuk dijelaskan, dan selalu
menimbulkan tanda tanya besar bagi
investor, kreditor, bahkan kepada
kalangan akademisi. Keputusan suatu
perusahaan
mengenai
dividen
terkadang
diintegrasikan
dengan
keputusan pendanaan dan keputusan
investasinya.
Sesuai dengan The bird in the
hand theory yang diungkapkan Gordon
dan Lintner (1962), dalam Suharli
(2004), menyatakan bahwa satu burung
di tangan lebih berharga daripada seribu
burung di udara. Wirjolukito et. al.
(2003)
mengungkapkan
bahwa
pembayaran dividen dan bunga hutang
akan mengurangi arus kas bebas yang
tersedia bagi manajer agar dapat
diinvestasikan di dalam proyek kecil
yang memiliki nilai sekarang bersih
positif
dan
perquisites.
Masalah
keagenan (agency problem) juga

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada


Perusahaan Manufaktur di Indonesia

potensial
mengurangi
keputusan
meningkatkan kesejahteraan pemegang
saham, sebagai prinsipal. Oleh karena
itu, memang penting seorang investor
atau
investor
potensial
mampu
memprediksi
kebijakan
dividen
perusahaan.
Besar kecilnya dividen yang dibagikan
tidak terlepas dari kinerja keuangan
perusahaan. Salah satu metode untuk
melihat kinerja keuangan perusahaan
tersebut adalah melalui rasio keuangan.
Faktor-faktor yang diduga terkait dengan
pembagian dividen adalah tingkat
kemampulabaan perusahaan (rasio
profitabilitas
perusahaaan),
tingkat
likuiditas perusahaan dalam menjaga
hutang jangka pendek perusahaan
dengan menggunakan aktiva jangka
pendek perusahaan, tingkat hutang
yang dimiliki serta tingkat pertumbuhan
perusahaan
dan
ukuran
dari
perusahaan itu sendiri. Jika tingkat
kemampulabaan dan tingkat likuiditas
perusahaan besar, maka perusahaan
cenderung meningkatkan pembayaran
dividen. Namun sebaliknya terhadap
tingkat hutang, perusahaan akan
mengurangi
kewajiban
membayar
dividen, jika tingkat hutang yang tinggi.
2.

Permasalahan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas


maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah
kebijakan
dividen
dipengaruhi oleh profitabilitas
perusahaan berupa return on
Investment (ROI) dan rasio
return in Equity (ROE)?
2. Apakah
kebijakan
dividen
dipengaruhi
oleh
likuiditas
perusahaan
berupa
rasio
Current Rasio (CR)?
3. Apakah
kebijakan
dividen
dipengaruhi
oleh
hutang
perusahaan Debt To Equity
Rasio (DER)?
4. Apakah
kebijakan
dividen
dipengaruhi
oleh
tingkat
pertumbuhan
perusahaan
(growth)?
2

Apakah kebijakan dividen dipengaruhi


oleh ukuran perusahaan (firm size)?
3.

Landasan Teori

Pengertian
dan
bentuk-bentuk
Dividen
Berikut beberapa pengertian
dari dividen menurut para ahli dikutip
dari Baruno dan Endrianif (2004):
a. Madura
(2001),
dividen
merupakan penghasilan yang
diberikan
oleh
perusahaan
kepada
pemiliknya
atau
pemegang saham.
b. Ang (1997), dividen merupakan
nilai
pendapatan
bersih
perusahaan
setelah
pajak
dikurangi dengan laba ditahan
(retained earnings) yang ditahan
sebagai
cadangan
bagi
perusahaan.
c. Gill (2004), dividen merupakan
bagian dari pendapatan bersih
perusahaan yang dibayarkan
atau
dibagikan
kepada
pemegang
saham
dengan
tingkat tertentu per saham.
d. Smith
(1989),
dividen
merupakan pembagian laba
kepada
pemegang
saham
perusahaan sebanding dengan
jumlah saham yang dipegang
masing-masing oleh pemilik.
Kieso dan Weygant (2002)
dikutip dalam Baruno dan Endrianif
(2004) mengungkapkan bahwa deviden
yang dibagikan oleh perusahaan kepada
pemegang sahamnya, terdiri dari
beberapa bentuk:
a. Dividen tunai (cash dividend),
adalah dividen yang dibayarkan
oleh
perusahaan
kepada
pemegang sahamnya dalam
bentuk tunai.
b. Dividen
Saham
(Stock
Dividend), adalah pembayaran
dividen
dengan
saham
perusahaan dengan proporsi
tertentu.
c. Dividen non kas (Property
Dividend), adalah dividen yang
dibayarkan kepada pemegang
saham dalam bentuk selain kas,
biasanya dalam bentuk barang

1.

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada


Perusahaan Manufaktur di Indonesia

dagang, real estate, aktiva


tetap, aktiva lain-lain.
d. Dividen likuidasi (Liquidating
Dividend), adalah dividen yang
dibagikan
pada
saat
perusahaan tidak berlaba atau
pada
saat
perusahaan
menderita rugi.
e. Dividen Surat hutang (Scrip
Dividend), adalah perusahaan
tidak
membayar
dividen
sekarang, akan tetapi memilih
pembayarannya pada suatu
tanggal dimasa depan.
Teori Kebijakan Dividen
Dikutip dari Sunarto dan Kartika
(2003), terdapat beberapa teori tentang
kebijakan dari para ahli, yaitu:
a. Teori Dividen tidak relevan
(Dividend Irrelevance theory).
Menurut Modigliani dan Miller
(MM), nilai suatu perusahaan
hanya
ditentukan
oleh
kemampuannya
untuk
menghasilkan laba dan resiko
bisnisnya, bukan ditentukan
oleh besar kecilnya Dividen
Payout Ratio.

2.

b. Teori the bird in the hand. Teori


ini dikemukan oleh Gordon dan
Lintner
dimana
kebijakan
dividen bagi para pemegang
saham adalah relevan terhadap
nilai saham, hal ini dikarenakan
tingkat ketidakpastian yang
tinggi dari pada capital gain
sehingga
investor
lebih
menyukai dividen dari pada
capital gain.
c.

3.

Teori Perbedaan Pajak (Tax


Differential Theory). Teori ini
kemukan oleh Litzenberger dan
Ramaswamy yang berpendapat
bahwa karena adanya pajak
terhadap keuntungan dividend
an capital gain, maka investor
lebih menyukai capital gain
karena dapat menunda pajak.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Kebijakan Dividen

Menurut Keown, Scott, dkk


(2000), ada banyak pertimbangan yang
mempengaruhi keputusan perusahaan
mengenai dividen, diantaranya adalah:
1. Pembatasan hukum.
Batasan hukum ini ada 2
kategori yaitu:
a. Statutory
restriction
(pembagian menurut UU).
b. Ketentuan hukum yang
tertuang dalam kontrak
penerbutan obligasi dan
saham
preferen
yang
cenderung bersifat unik.
2. Posisi Likuiditas
Perusahaan yang sukses dalam
mengumpulkan kas dari operasi
terlihat dari jumlah laba ditahan
yang cukup besar.
3. Tidak ada atau kurangnya
sumber pendanaan lain.
4. Kemungkinan pendapatan yang
diramalkan
5. Kontrol
Kebijakan
dalam
kontrol
perusahaan sangat diperlukan
dalam pengendalian sumber
pembiayaan.
6. Inflasi
Riyanto (1994) memasukkan
faktor lain yang juga mempengaruhi
pertimbangan
keputusan
dari
perusahaan
mengenai
dividennya,
diantaranya:
1. Kebutuhan
dana
untuk
membayar hutang
2. Tingkat
pertumbuhan
perusahaan
4. Hubungan beberapa Faktor dalam
Kebijakan Dividen
Naveli (1989) mengungkapkan
bahwa secara umum kebijakan dividen
yang ditempuh perusahaan adalah
salah satu dari 3 kebijakan ini, yaitu (1)
Constant Dividend Payout Ratio, (2)
Stable Per Share Dividend, dan (3)
Reguler Dividend Plus Extra.
1. Dividen
sebagai
Tingkat
Pengembalian Investasi
Laba bersih perusahaan dapat
diperlakukan
menjadi
tiga,
yaitu
diinvestasikan kembali ke dalam aset

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada


Perusahaan Manufaktur di Indonesia

yang produktif, dibayarkan untuk


melunasi kewajiban dan dibagikan
sebagai dividen (Pratt, 2000). Laba
bersih merupakan return dari investasi
perusahaan, sedangkan laba bersih
yang
dibagikan
sebagai
dividen
merupakan direct return bagi pemegang
saham.
Dividen disebutkan sebagai
bagian laba atau earnings atau income
yang dibagi. Income, berdasarkan
penerimanya
dapat
diklasifikasikan
menjadi lima konsep, yaitu: (1) konsep
nilai tambah (value added concept), (2)
konsep
laba
bersih
perusahaan
(enterprise net income concept), (3)
konsep laba bersih untuk investor (net
income to investor), (4) konsep laba
bersih untuk pemegang saham (net
income to shareholders concept), dan
(5) konsep laba bersih untuk pemiliki
residual ekuitas (net income to residual
equity holders), Hendriksen dan Breda
(1992).
2. Profitabilitas Investee dan Return
Investasi berupa Dividen
Profitabilitas
adalah
kemampuan perusahaan menghasilkan
laba (profit). Laba inilah yang akan
menjadi dasar pembagian dividen
perusahaan, apakah dividen tunai
ataupun dividen saham. Sehingga
peningkatan laba bersih perusahaan
investee akan meningkatkan tingkat
pengembalian
investasi
berupa
pendapatan dividen bagi investor.
Profitabilitas dapat diukur melalui jumlah
laba operasi, laba bersih, tingkat
pengembalian
investasi/aktiva,
dan
tingkat pengembalian ekuitas pemilik.
Smith (1971) juga menunjukkan
bahwa terdapat kecenderungan yang
kuat
bagi
perusahaan
untuk
menghindari
memotong
dividen.
Stabilitas keuntungan adalah penting
untuk mengurangi risiko bilamana terjadi
penurunan
laba
yang
memaksa
manajemen untuk memotong dividen
(Partington, 1989). Perusahaan yang
memiliki stabilitas keuntungan dapat
menetapkan tingkat pembayaran dividen
dengan yakin dan mensinyalkan kualitas
atas keuntungan mereka.
4

Naim
(1998)
mengukur
profitabilitas,
salah
satunya
menggunakan
rasio
Return
on
Investment (ROI). ROI merupakan
tingkat pengembalian investasi atas
investasi perusahaan pada aktiva.
3. Likuiditas Investee dan Return
Investasi berupa Dividen
Perusahaan
investee
yang
memiliki
likuiditas
baik
maka
memungkinkan pembayaran dividen
lebih baik pula. Likuiditas perusahaan
dapat diukur melalui rasio keuangan
seperti : current ratio, quick ratio dan
cash
acid-ratio
(Karnadi,
1993).
Penelitian ini mengukur likuiditas
perusahaan
dengan
menggunakan
current ratio. Likuiditas perusahaan
diasumsikan dalam penelitian ini mampu
menjadi
alat
prediksi
tingkat
pengembalian investasi berupa dividen
bagi investor. Current ratio seringkali
dijadikan sebagai ukuran likuiditas,
termasuk dalam persyaratan kontrak
kredit.
4. Hutang dan Return Investasi berupa
Dividen
Menurut Howton et. al. (1998)
mengutip Opler dan Titman (1993) dan
Johnson (1995); perusahaan leveraged
memiliki peluang investasi yang tidak
menguntungkan serta arus kas bebas
yang tinggi. Dengan membedakan
perusahaan
yang
pembayaran
dividennya tinggi dengan yang rendah,
Johnson
mengatakan
bahwa
perusahaan
yang
pembayaran
dividennya rendah mempengaruhi harga
saham
secara
positif
pada
pengumuman
penawaran
hutang.
Kebijakan hutang dinyatakan dalam
rasio leverage.
Rozeff
(1982)
menyatakan
bahwa perusahaan yang leverage
operasi atau keuangannya tinggi akan
memberikan dividen yang rendah.
Struktur permodalan yang lebih tinggi
dimiliki oleh hutang menyebabkan pihak
manajemen
akan
memprioritaskan
pelunasan kewajiban terlebih dahulu
sebelum membagikan dividen. Leverage
ratio yang paling umum digunakan
adalah rasio hutang terhadap modal

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada


Perusahaan Manufaktur di Indonesia

(debt to equity ratio) (Karnadi, 1993),


oleh
karena
itu
penelitian
ini
menggunakan Debt to Equity Ratio
untuk menghitung tingkat leverage.
5. Growth perusahaan dan Return
Investasi berupa Dividen
Makin
cepat
tingkat
pertumbuhan suatu perusahaan, makin
besar kebutuhan dana untuk waktu
mendatang
untuk
membiayai
pertumbuhanya. Perusahaan tersebut
biasanya akan lebih senang untuk
menahan
pendapatanya
daripada
dibayarkan sebagai deviden dengan
mengingat batasan-batasan biayanya.
6. Firm Size dan Return Investasi
berupa Dividen
Firm Size menjelaskan bahwa
suatu perusahaan yang mapan dan
besar memiliki akses yang lebih mudah
ke pasar modal di bandingkan dengan
perusahaan kecil. Akses yang baik bisa
membantu
perusahaan
memenuhi
kebutuhan likuiditasnya. Kemudahan
aksesbilitas ke pasar modal dapat
diartikan adanya fleksibilitas dan
kemampuan bank untuk memunculkan
dana yang lebih besar, dengan catatan
perusahaan tersebut memiliki rasio
pembayaran dividen yang lebih tinggi
daripada perusahaan kecil. Ukuran
perusahaan diwakili oleh Log Natural
(Ln) dari total assets tiap tahun.
4.

Metodologi Penelitian

4.1 Pengembangan Hipotesis


Hipotesa dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
H1 :
Semakin tinggi profitabilitas
investee maka semakin besar tingkat
pengembalian
investasi
berupa
pendapatan dividen
H2 :
Semakin baik likuiditas investee
maka
semakin
besar
tingkat
pengembalian
investasi
berupa
pendapatan dividen
H3 :
Semakin
tinggi
leverage
investee maka semakin rendah tingkat
pengembalian
investasi
berupa
pendapatan dividen

H4 :
Semakin tinggi growth investee
maka
semakin
besar
tingkat
pengembalian
investasi
berupa
pendapatan dividen
H5 :
Semakin
besar
firm
size
investee maka semakin besar tingkat
pengembalian
investasi
berupa
pendapatan dividenstudy.

4.2 Sumber Data


Objek penelitian adalah seluruh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan melaporkan laporan
keuangan tahunan pada periode yang
berakhir tanggal 31 Desember 2000
sampai dengan 31 Desember 2007
yang termasuk ke dalam industri
manufaktur.
Data yang dipergunakan adalah
data sekunder yang bersumber dari
database
Bursa
Efek
Indonesia
(www.idx.co.id) yang diakses melalui
internet, JSX Monthly, Indonesian
Capital Market Directory.
4.3 Rancangan Penelitian
Pengujian hipotesis dilakukan
dengan uji t. Sebelum melakukan uji
statistik dan pengambilan keputusan,
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
klasik untuk memperoleh model dengan
tingkat ketelitian yang tinggi agar hasil
analisis dapat diinterprestasikan secara
kuat. Pengujian asumsi klasik terdiri
atas:
1. Uji Multikolinieritas
Uji ini dilakukan untuk mendeteksi
terjadinya satu atau lebih variabel
independen kerkorelasi sempurna atau
mendekati dengan variabel lainnya.
Menurut Triton (2005) dengan adanya
standard error untuk masing-masing
koefisien yang diduga akan sangat
besar, sehingga pengaruh masingmasing variabel independen tidak dapat
dideteksi.
Untuk
mendeteksinya
digunakan rumus Variance inflation
Factor (VIF) = 1/(1r2). Jika nilai VIF
kecil dari 5, maka variabel independen
yang
digunakan
bebas
dari
multikolinieritas.

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada


Perusahaan Manufaktur di Indonesia

1. Uji Autokorelasi
Uji asumsi ini bertujuan untuk
mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara
anggota serangkaian observasi pada
periode
tertentu
dengan
periode
sebelumnya. Ada beberapa cara untuk
melakukan pengujian terhadap asumsi
autokorelasi, salah satunya dengan
Durbin-Watson d test. Durbin-Watson d
test ini mempunyai masalah yang
mendasar yaitu tidak diketahui secara
tepat mengenai distribusi dari statistic d
itu sendiri. Namun Durbin-Watson d test
telah menetapkan batas atas (du) dan
batas bawah (dL). Durbin-Watson d test
telah menabelkan du dan dL untuk taraf
5% dan 1% yang selanjutnya dikenal
dengan tabel Durbin-Watson (Triton,
2005).
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji asumsi ini bertujuan untuk
mengetahui adanya korelasi antara error
term dengan
variabel
dependen.
Menurut Triton (200) varian dari Y
meningkat dengan meningkatnya X,
dalam hal ini varian Y tidak sama. Jadi
terdapat heteroskedastisitas. Apabila
semua asumsi model regresi linier klasik
dipenuhi, maka penaksir OLS (ordinary
Least Square) adalah BLUE (Best Linier
Unbiased Estimated) artinya dalam
kelas semua penaksir tidak bisa linier,
mereka
mempunyai
varian
yang
minimum efisien.
Setelah melakukan uji asumsi
klasik, maka rancangan penelitian dapat
dilakukan
dengan
langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Membuat tabulasi data yang
diperoleh
b. Membuat
model
penelitian
berupa persamaan regresi.
c. Melakukan pengujian hipotesis
dengan
menentukan
null
hypotesis
dan
alternative
hypotesis serta menentukan
tingkat
signifikansi
sebesar
10%.
d. Menghitung koefisien korelasi
parsial
(r)
dam
koefisien
determinasi
parsial
untuk
mengukur
seberapa
kuat
hubungan
dan
pengaruh
masing-masing
variabel
6

e.

dependen
dengan
variabel
independen secara terpisah.
Melakukan uji t, yaitu untuk
menguji apakah masing-masing
variabel
independen
berpengaruh terhadap variabel
dependen.

4.4 Pengukuran Variabel


Variabel-variabel
dan
indikator pengukuran yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
Tabel 4.1 PENGUKURAN VARIABEL
Variabel
1. Return
Investment
(ROI)

Indikator
On

ROI =

EBIT + Penyusutan
Total aktiva

2. Return
On
Equity (ROE)

ROE =

3. Current
(CR)

CR =

Ratio

4. Debt
Equity
Ratio (DER)

Laba setelah pajak


modal sendiri

Aktiva lancar
Hutang lancar

DER =

Total Hutang
Total Modal Sendiri

5. Growth

Penj tahun t Penj tahun t-1


Penjualan tahun t-1

6. Firm Size

Log dari Total Aset

7. Dividen Payout
Ratio

Dividen per lembar saham


Laba per lembar saham

4.5 Metode penelitian


Dalam penelitian ini penulis
menggunakan analisis regresi berganda
untuk menguji apakah faktor yang
mempengaruhi dividen (X) mampu
memprediksi tingkat return investasi (Y).
Adapun analisis regresi dapat
dirumuskan sebagai berikut:
DPR = b0 + b1ROI + b2ROE+ b3CR +
b4DER + b5Growth + b6Firm Size

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada


Perusahaan Manufaktur di Indonesia

5.

CR
(X)
DER
(X)

Analisa Studi Literatur

5.1 Statistik Deskriptif

Growt
h (X)
Firm
Size

Tabel 5.1
STATISTIK DESKRIPTIF
Variabel
DPR(%)

Max

Mean

S. Dev

363

0,0600

837,000

45,9698

77,0569

ROI(%)

363

0,1900

116,080

9,9345

9,6331

ROE(%)

363

0,3800

1206,000 23,5533

75,8721

CR (X)

363

0,2400

221,000

3,2893

11,7231

DER(X)

363

0,0600

7,280

1,1205

1,1016

Growth (X)

363

-1,0000 6,630

0,2307

0,5315

Firm Size (X)

363

2,5100

5,8288

0,7170

Valid N

Min

7,760

0,093

0,009

0,041

-.014

0,093

0,014

0,219
(**)

0,014

.0,04

0,009

0,014

0,033

0,009

0,014

0,041

0,219
(**)

0,033

** Correlation is significant at the 0.01


level (2-tailed).
Sumber: Hasil Olahan (2009)
Pada Tabel 5.3 terlihat bahwa
ketiga variabel bebas memiliki nilai VIF
di bawah 10 dan nilai tolerance di atas
10%. Maka dapat dikatakan tidak terjadi
multikolinieritas.
2. Autokorelasi

Pada tabel 5.1 terlihat bahwa


jumlah sampel yang digunakan selama
periode penelitian dari tahun 2000
sampai 2007, terdapat sebanyak 363
sampel perusahaan yang termasuk
kedalam kriteria yang telah ditetapkan.
Dari hasil statistik deskriptif, Rata-rata
perusahaan manufaktur memberikan
dividen (DPR) adalah 45,97% dengan
standar
deviasi
77,06.
Variabel
independen dalam penelitian ini adalah
Return On Investment (ROI), Return On
Equity (ROE), Current Ratio (CR), Debt
Equity Ratio (DER), Growth dan Firm
Size.

2. Multikolinieritas
Untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolineritas
digunakan
analisis
matrik korelasi antar variabel bebas dan
perhitungan nilai Variance Inflation
Factor (VIF). Apabila korelasi diatas
90% dan nilai VIF lebih besar dari
sepuluh maka terjadi multikolinieritas.
Berikut ini disajikan matrik korelasi dan
hasil pengujian VIF.
Tabel 5.2
MATRIK KORELASI ANTAR VARIABEL
BEBAS
ROI(
%)

ROE(
%)

CR
(X)

0,179
(**)

0,037

0,179
(**)

0,020

DER
(X)
0,261
(**)
0,014

Model autokorelasi ini berguna


untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t
dengan
kesalahan
pada
periode
sebelumnya. Model yang baik harus
bebas
dari
autokorelasi.
Adanya
autokorelasi dapat di uji dengan uji D-W
(DurbinWatson). Secara umum yang
dikemukakan oleh Firdaus (2004)
menyatakan bahwa jika niali D-W
berada pada nilai 1,55 dan 2,46
menunjukkan tidak ada autokorelasi.
Tabel 5.3
TABEL UJI DURBIN WATSON
Mo
del
1

5.2 Pengujian Asumsi Klasik

ROE
(%)

0,020

363

Sumber: Hasil Olahan (2009)

ROI
(%)

0,037
0,261
(**)

Growt
h (X)

Firm
Size
(X)

0,014

0,009

0,004

0,014

R
0,201
(a)

R
Square

Adjusted
R Square

0,040

0,024

Std.
Error
76,1215
632

DurbinWatson
2,072

a Predictors: (Constant), Firm Size (X),


ROI(%), Growth (X), CR (X), ROE(%),
DER(X)
b Dependent Variable: DPR(%)

Sumber: Hasil Olahan (2009)


Dari tabel 5.3 terlihat bahwa
nilai DW test adalah 2.072, maka dapat
dikatakan nilai tersebut berada dalam
area no auto atau berada di atas batas
atas sehingga dapat disimpulkan tidak
terdapat autokorelasi pada penelitian ini.
3. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini dilakukan untuk
menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians
dari residual atas suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Untuk mendeteksi ada

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada


Perusahaan Manufaktur di Indonesia

atau tidaknya heteroskedastisitas, maka


dapat dilihat dari grafik scaterplot dan
melalui uji Glejser.
Grafik 5.1 GRAFIK
HETEROSKEDASTISITAS

Scatterplot

-1,075

0,438

-0,009

0,054

0,156

0,344

11,199

3,883

-6,964

7,535

-4,544

5,742

0,134
0,008

2,453
0,159

0,024

0,453

0,160
0,048
0,042

2,884
0,924
0,791

0,015
0,873
0,651
0,004
0,356
0,429

a Dependent Variable: DPR(%)


Sumber: data diolah (2009)

Dependent Variabel: DPR (%)


1

Regression Studentized Residual

ROI
(%)
ROE
(%)
CR
(X)
DER
(X)
Growt
h (X)
F.Siz
e (X)

Sehingga diperoleh persamaan


regresi sebagai berikut:
Y = 96,978 1,075ROI 0,009ROE +
0,156CR

11,199DER

6,964Growth 4,544Firm Size

-1
-2

Regression Standardized Predicted Value

Sumber : Data diolah

Dari grafik 5.1 dapat dilihat


bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi
heteroskedastisitas. Karena terlihat titiktitik menyebar secara acak dan tidak
membentuk pola tertentu yang jelas.
5.3 Pengujian Hipotesis
Menggunakan
analisis
berganda
dengan
sampel
363
perusahaan selama perode penelitian.
Pengujian
dilakukan
dengan
mengunakan statistic uji-t. Uji t adalah
alat bantu yang digunakan untuk melihat
apakah
terdapat
pengaruh
yang
signifikan antara variabel independen
dengan variabel dependen. Dengan
tingkat signifikansi yang digunakan
adalah 10%. Hasil regresi variabel
independen (rasio profitabilitas, rasio
likuiditas, rasio hutang, growth dan firm
size)
yang
digunakan
untuk
memprediksi pengembalian investasi
berupa DPR pada perusahaan, dapat
dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4
HASIL REGRESI
Model

Unstandardized
Coefficients

Std.
coef

Std.
Error

Beta

B
1

(Cons
tant)

96,978

33,366

Sig.

2,906

0,004

1. Hipotesis 1 : Semakin Tinggi


Profitabilitas Investee maka Semakin
Besar Tingkat Pengembalian
Investasi Berupa Pendapatan
Dividen
Tingkat
profitabilitas
perusahaan, dalam penelitian
ini
menggunakan dua rasio yaitu ROI dan
ROE.
Hasil pengujian memperlihatkan
bahwa hubungan ROI dan ROE
terhadap DPR adalah tidak searah
(bertanda negatif). Artinya jika nilai ROI
dan ROE semakin besar, maka nilai
DPR akan semakin kecil. Dengan kata
lain semakin besar tingkat profitabilitas
maka
semakin
kecil
tingkat
pengembalian
investasi
berupa
pendapatan dividen. Jadi hipotesis 1
ditolak.
2. Hipotesis 2 : Semakin Baik Likuiditas
Investee maka Semakin Besar
Tingkat Pengembalian
Investasi
Berupa Pendapatan Dividen
Tingkat likuiditas diukur dengan
menggunakan rasio lancar. Dengan
menggunakan taraf signifikansi 10%,
maka
variabel
CR,
mempunyai
pengaruh yang tidak signifikan karena
nilai signifikansi lebih besar dari 10%.
Hasil pengujian memperlihatkan
bahwa hubungan CR terhadap DPR
adalah searah (bertanda positif). Artinya
jika nilai CR semakin besar, maka nilai
DPR akan semakin besar. Dengan kata

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada


Perusahaan Manufaktur di Indonesia

lain semakin besar tingkat likuiditas


maka
semakin
besar
tingkat
pengembalian
investasi
berupa
pendapatan dividen. Jadi hipotesis 2
dapat diterima.
3. Hipotesis 3 : Semakin Tinggi
Leverage Investee maka Semakin
Rendah
Tingkat
Pengembalian
Investasi
Berupa
Pendapatan
Dividen
Tingkat leverage diukur dengan
rasio hutang terhadap modal sendiri
(DER). Dengan menggunakan taraf
signifikansi 10%, maka variabel DER,
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap DPR karena nilai signifikansi
lebih kecil dari 10%.
Hasil pengujian memperlihatkan
bahwa hubungan CR terhadap DPR
adalah tidak searah (bertanda negatif).
Artinya jika nilai CR semakin besar,
maka nilai DPR akan semakin kecil atau
sebaliknya. Dengan kata lain semakin
besar tingkat leverage perusahaan
maka
semakin
kecil
tingkat
pengembalian
investasi
berupa
pendapatan dividen. Jadi hipotesis 2
diterima.
4. Hipotesis 4 : Semakin Tinggi Growth
Investee maka Semakin Besar
Tingkat Pengembalian
Investasi
Berupa Pendapatan Dividen
Tingkat
pertumbuhan
perusahaan
dapat
dilihat
dari
pertumbuhan penjualan perusahaan
(growth). Dengan menggunakan taraf
signifikansi 10%, maka variabel growth
mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan terhadap DPR karena nilai
signifikansi lebih besar dari 10%.
Hasil pengujian memperlihatkan
bahwa hubungan growth perusahaan
terhadap DPR adalah tidak searah
(bertanda negatif). Artinya jika nilai
growth semakin besar, maka nilai DPR
akan semakin kecil atau sebaliknya.
Dengan kata lain semakin besar tingkat
pertumbuhan
perusahaan
maka
semakin kecil tingkat pengembalian
investasi berupa pendapatan dividen.
Jadi hipotesis 2 ditolak.

5. Hipotesis 5 : Semakin Besar Firm


Size Investee maka Semakin Besar
Tingkat Pengembalian
Investasi
Berupa Pendapatan Dividen
Ukuran perusahaan perusahaan
dapat dilihat dari besarnya aset yang
dimiliki perusahaan (firm Size). Dengan
menggunakan taraf signifikansi 10%,
maka firm size mempunyai pengaruh
yang tidak signifikan terhadap DPR
karena nilai signifikansi lebih besar dari
10%.
Hasil pengujian memperlihatkan
bahwa hubungan ukuran perusahaan
terhadap DPR adalah tidak searah
(bertanda negatif). Artinya jika nilai
ukuran perusahaan semakin besar,
maka nilai DPR akan semakin kecil atau
sebaliknya. Dengan kata lain semakin
besar tingkat ukuran perusahaan maka
semakin kecil tingkat pengembalian
investasi berupa pendapatan dividen.
Jadi hipotesis 2 ditolak.
5.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data
menunjukkan
bahwa
profitabilitas
investee mempengaruhi secara terbalik
kebijakan dividen suatu perusahaan
manufaktur. Profitabilitas diukur dengan
Return
on
Investment
(ROI)
mempengaruhi kebijakan dividen secara
terbalik. Hal ini bertolak belakang
dengan penelitian Naim (1998) yang
mengukur profitabilitas salah satunya
menggunakan
rasio
Return
on
Investment (ROI). ROI merupakan
tingkat pengembalian investasi atas
investasi perusahaan pada aktiva.
Menyatakan bahwa perusahaan yang
memiliki stabilitas keuntungan dapat
menetapkan tingkat pembayaran dividen
dengan yakin dan mensinyalkan kualitas
atas keuntungan mereka. Oleh karena
itu, semakin tinggi rasio profitabilitas
maka semakin besar dividen yang
dibagikan ke investor.
Profitabilitas
yang
diukur
dengan
ROE
juga
memberikan
pengaruh yang terbalik terhadap tingkat
pengembalian investasi berupa dividen.
Namun pengaruh ROI terhadap DPR
tidak signifikan. Jadi dari hasil analisis
data menunjukan bahwa semakin tinggi

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada


Perusahaan Manufaktur di Indonesia

profitabilitas
maka
dividen
yang
dibagikan semakin kecil. Hasil penelitian
ini berbeda dengan teori yang
dikemukakan oleh Riyanto dan Hanafi.
Hal ini disebabkan karena perusahaan
manufaktur merupakan perusahaan
yang membutuhkan investasi yang
cukup
besar
untu
kemajuan
perusahaan. Selama periode 2000
sampai 2007 terlihat bahwa perusahaan
masih dalam tahap perkembangan.
Sehingga proporsi laba lebih besar di
alokasikan ke dalam laba ditahan,
akibatnya dividen yang dibagikan
kepada pemegang saham lebih kecil.
Faktor likuiditas menunjukan
bahwa semakin tinggi likuiditas maka
dividen yang dibagikan semakin besar.
Likuiditas perusahaan menunjukkan
kemampuan perusahaan mendanai
operasional perusahaan dan melunasi
kewajiban jangka pendeknya. Oleh
sebab itu, perusahaan investee yang
memiliki
likuiditas
baik
maka
memungkinkan pembayaran dividen
lebih baik pula. Penelitian ini baru
dikembangkan
kali
ini
meskipun
penelitian Suharli (2004) sebelumnya
sudah memberikan pemikiran awal
mengenai
pengaruh
likuiditas
perusahaan terhadap kebijakan jumlah
pembagian
dividen.
Likuiditas
perusahaan pada penelitian ini diukur
dengan current ratio (Karnadi, 1993).
Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa
faktor likuiditas dapat mempengaruhi
tingkat pengembalian investasi berupa
dividen bagi investor namun tidak
signifikan.
Faktor leverage menunjukkan
bahwa semakin tinggi leverage (hutang)
maka
semakin
rendah
tingkat
pengembalian
investasi
berupa
pendapatan dividen dan berpengaruh
secara signifikan. Tingkat leverage
diukur dengan Debt to equity ratio
(DER). Penelitian ini dikuatkan dengan
pernyataan Rozeff (1982) bahwa
perusahaan yang leverage operasi atau
keuangannya tinggi akan memberikan
dividen yang rendah. Pernyataannya
sesuai dengan pandangan bahwa
perusahaan yang berisiko seperti di
industri manfaktur akan membayar
dividennya lebih rendah, dengan
10

maksud
untuk
mengurangi
ketergantungan akan pendanaan secara
eksternal. Struktur permodalan yang
lebih tinggi dimiliki oleh hutang
menyebabkan pihak manajemen akan
memprioritaskan pelunasan kewajiban
terlebih dahulu sebelum membagikan
dividen.
Perusahaan yang memiliki rasio
hutang
lebih
besar
seharusnya
membagikan dividen lebih kecil karena
laba yang diperoleh digunakan untuk
melunasi kewajiban. Dengan demikian
investor dapat mempelajari kewajiban
perusahaan
untuk
memperkirakan
pendapatan dari investasi berupa
dividen, di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, tingkat hutang memiliki
hubungan tidak searah (negatif) dan
signifikan dengan tingkat pengembalian
investasi berupa dividen.
Dari hasil pengolahan terlihat
bahwa growth memiliki pengaruh yang
negatif dan tidak signifikan terhadap
tingkat pembayaran deviden pada
perusahaan
manufaktur.
Menurut
Riyanto (1995:266) semakin tinggi
dividend pay out ratio yang ditetapkan
oleh suatu perusahaan, makin kecil
dana yang tersedia untuk ditanamkan
kembali di dalam perusahaan, ini berarti
akan
menghambat
pertumbuhan
perusahaan. Karena salah satu cara
yang digunakan untuk meningkatkan
pertumbuhan adalah mengalokasikan
dana yang cukup besar ke dalam laba
ditahan.
Setiap perusahaan pada satu
sisi selalu menginginkan adanya
pertumbuhan bagi perusahaan, di sisi
lain perusahaan mampu membayarkan
dividen
kepada
para
pemegang
sahamnya. Tetapi dalam prakteknya
kedua
tujuan
tersebut
selalu
bertentangan. Sebab kalau makin tinggi
tingkat dividen yang dibayarkan, berarti
makin sedikit laba yang dapat ditahan,
dan
sebagai
akibatnya
ialah
menghambat
tingkat
pertumbuhan
dalam
pendapatan
dan
harga
sahamnya. Kalau perusahaan menahan
sebagian besar dari pendapatannya
tetap di dalam perusahaan, berarti
bahwa bagian dari pendapatan yang
tersedia untuk pembayaran dividen

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada


Perusahaan Manufaktur di Indonesia

adalah kecil. Hasil ini mengindikasikan


bahwa perusahaan manufaktur di
Indonesia belum berada pada posisi
well established, sehingga pembayaran
dividen masih kecil.
Pengujian terhadap variabel firm
size diperoleh hasil bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan dari
firm size terhadap deviden payout ratio
dan berhubungan secara negatif. Hasil
ini tidak sesuai dengan hasil penelitian
dari Susilowati yang menyatakan bahwa
ukuran
perusahaan
mempunyai
pengaruh terhadap kebijakan deviden.
Namun hasil ini konsisten dengan
penelitian Sudarsi yang menyatakan
bahwa firm size tidak mempunyai
pengaruh terhadap rasio pembayaran
deviden. Dari hasil ini maka dapat
disimpulkan bahwa firm size tidak
dijadikan
pertimbangan
dalam
menentukan kebijakan deviden pada
perusahaan manufaktur.
Hal ini di sebabkan karena
semakin besar perusahaan maka
kesempatan investasi akan semakin
besar
pula.
Dengan
banyaknya
kesempatan investasi tersebut maka
akan lebih baik jika keuntungan yang
ada ditanamkan pada investasi yang
dapat menghasilkan NPV positif,
sehingga perusahaan membayarkan
deviden yang rendah. Hal ini sesuai
dengan teori deviden residual, yang
menyatakan
bahwa
perusahaan
menetapkan kebijakan deviden setelah
semua investasi yang menguntungkan
habis dibiayai. Dengan kata lain,
deviden yang dibayarkan merupakan
nilai sisa setelah semua usulan investasi
yang menguntungkan habis dibiayai.
Hal ini juga mengindikasikan bahwa
perusahaan manufaktur di Indonesia
belum memiliki kemudahan akses ke
pasar modal, karena investor tidak
mendapatkan dividen yang cukup besar
dari perusahaan. Sehingga perusahaan
cenderung menyisihkan laba ke dalam
laba
ditahan,
untuk
melakukan
tambahan
investasi
perusahaan.
Akibatnya dividen yang siap untuk
dibagikan ke pemegang saham menjadi
lebih kecil.

6.

Penutup

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi tingkat pengembalian
investasi berupa dividen bagi investor
dapat berpengaruh secara signifikan
melalui rasio profitabilitas yang diukur
dengan ROI dan leverage (hutang) dari
perusahaan investee. Sedangkan faktor
lain seperti likuiditas, growth dan firm
size
tidak
berpengaruh
secara
signifikan.
Tingkat profitabilitas yang diukur
dengan ROI dan ROE, tingkat leverage,
growth dan firm size memiliki hubungan
yang terbalik atau negatif terhadap
pengembalian investasi berupa deviden
pada perusahaan manufaktur tahun
2000 2007. Sehingga semakin besar
tingkat profitabilitas, leverage, growth
dan firm size, maka semakin kecil
deviden yang dibagikan oleh investee
kepada investor, begitu pula sebaliknya.
Sedangkan faktor likuiditas memiliki
hubungan yang searah/positif namun
tidak signifikan terhadap kebijakan
dividen, sehingga semakin tinggi tingkat
likuiditas maka semakin besar dividen
yang dibagikan oleh investee kepada
investor, begitupula sebaliknya.
Tingkat profitabilitas berhubungan
negatif dengan pengembalian investasi
berupa deviden bagi investor pada
perusahaan manufaktur, karena laba
yang dihasilkan oleh perusahaan
manufaktur cenderung digunakan untuk
membiayai aktivitas operasional dan
menanamkan investasi yang tinggi.
Sehingga dana yang dibagikan ke
dalam bentuk deviden menjadi rendah.
Tingkat likuiditas perusahaan
investee berhubungan positif namun
tidak signifikan terhadap pengembalian
investasi berupa dividen bagi investor
pada perusahaan manufaktur. Likuiditas
menunjukkan kemampuan perusahaan
melunasi hutang jangka pendek dan
mendanai aktivitas operasional. Ini
berarti perusahaan manufaktur memiliki
tingkat likuiditas yang tinggi, sehingga
memampukan
perusahaan tersebut

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13

11

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada


Perusahaan Manufaktur di Indonesia

membagikan dividen kepada investor


dalam jumlah yang tinggi pula.
Tingkat leverage perusahaan
investee berhubungan negatif dan
signifikan
dengan
pengembalian
investasi berupa dividen bagi investor
karena tingkat leverage. Hal ini
menunjukkan
bahwa
investee
perusahaan
manufaktur
melunasi
kewajibannya dari laba yang ada
sehingga dividen yang dibagikan ke
investor menjadi kecil.
Tingkat pertumbuhan (growth)
perusahaan
berhubungan
negatif
namun
yidak
signifikan
terhadap
pengembalian investasi berupa deviden
bagi investor. Karena pada perusahaan
manufaktur,
untuk
meningkatkan
pertumbuhan,
perusahaan
mengalokasikan laba lebih besar ke
dalam laba ditahan sehingga deviden
yang dibayarkan semakin kecil. Dengan
kata lain perusahaan manufaktur di
Indonesia belum pada posisi mapan,
sehingga masih perlu untuk menambah
investasi untuk lebih kompetitif dalam
bersaing.
Begitu pula dengan ukuran
perusahaan (firm size) berhubungan
negatif namun tidak signifikan dengan
pengembalian investasi berupa deviden
kepada investor. Ini disebabkan karena
perusahaan
manufaktur
untuk
mendapatkan laba yang lebih tinggi
akan berinvestasi pada aset yang
menguntungkan. Sehingga laba yang
ada
cenderung
digunakan
untuk
investasi sehingga deviden yang
dibayarkan menjadi lebih kecil.

6.2 Keterbatasan Penelitian


Penggunaan
variabel
yang
digunakan untuk melihat factor yang
mempengaruhi tingkat pengembalian
dividen, dipilih hanya berdasarkan pada
beberapa studi literature saja, sehingga
tidak dapat menggambarkan kondisi
perusahaan secara jelas.
6.3 Saran

12

Adapun saran yang dapat


diberikan peneliti dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi manajemen perusahaan
emiten,
agar
lebih
memperhatikan faktor likuiditas
dalam menentukan kebijakan
deviden,
sehingga
dapat
membantu manajemen untuk
menentukan kebijakan deviden
yang optimal.
2. Bagi penelitian selanjutnya agar
menggali atau mengembangkan
lagi faktor lain yang dapat
memprediksi
tingkat
pengembalian investasi berupa
pendapatan dividen, sehingga
semakin memperkaya khasanah
penelitian khususnya penelitian
tentang dividen.

Daftar Referensi
Ang, R. 1997. The Intelligent
Indonesia Capital Market Edisi
Mediasoft, Indonesia.

to
1.

Black, F. 1976. The Dividend Puzzle.


Journal of Portfolio Management.
(winter) 5- 8.
Baruno, Agung dan Yeni Endriani, 2005,
Analisis Pengaruh Rasio-Rasio
Keuangan Terhadap Dividend
Payout Ratio pada Industri
Telekomunikasi di Bursa Efek
Jakarta Periode 2000-2004,
Jurnal Ekonomi Volume XV No.
39, September-Oktober
Gordon. M. J. 1959. Dividends. Earnings
and Stock Prices. Review of
Economics
and
Statistics.
(May): 99-105.
Hermi. 2004. Hubungan Laba Bersih
dan Arus Kas Operasi terhadap
Dividen Kas pada Perusahaan
Perdagangan Besar Barang
Produksi di BEJ pada Periode
1999-2002.
Media
Riset
Akuntansi,
Auditing,
dan
Informasi
Vol.4
No.3.
Universitas Trisakti. Jakarta

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada


Perusahaan Manufaktur di Indonesia

Horne,

Van & Wachowicz. 1998,


Prinsip-Prinsip
Manajemen
Keuangan Buku II, Salemba
Empat, Jakarta

Howton, S.D., Howton, S.W., dan


Perfect, S.B. 1998. The Market
Reaction to Straight Debt
Issues: The Effects of Free
Cash Flow. The Journal of
Financial Research. Vol. XXI.
No.2. PP. 219-228
Ikatan

Akuntan
Indonesia.
2002.
Standar Akuntansi Keuangan.
per 1 April 2002. Salemba
Empat, Jakarta.

Karnadi, Steve H. 1993. Manajemen


Pembelanjaan,
Yayasan
Promotio
Humana, Jakarta
Keane, S. 1974. Dividends and the
Resolution
of
Uncertainly.
Journal of Business Finance
and Accounting (Autumn), 389 393
Keown, Arthur J, et al. 1999, DasarDasar Manajemen Keuangan,
Terjemahan
Chairul
D,
Djakman, SE.Ak, MBA, Jilid 1,
Salemba Empat, Jakarta
Lintner, John. 1956. Distribution of
Incomes of Corporation of
Among Dividends, Retained
Earnings, and Taxes. The
American Review, May, 97-113.
Miller, M., dan F. Modigliani. 1961.
Dividend policy, growth and
valuation of shares. Journal of
Business. 34: 411-433.

Naveli,

Raymond
P.
1989.
Fundamentals of Managerial
Finance. Cincinnati Ohio: South
Western Publishing.

Pratt J, 2000, Financial Accounting in An


Economic Context 4th Ed.,
South-Western
College
Publishing, USA
Smith, K. V. 1971. Increasing Steam
Hypothesis
of
Corporate
Dividend
Policy.
California
Management Review.
Sharpe,

William. 1999. Investement


sixth Edition. Prentice Hall. New
Jersey

Suharli,

M. 2004. Studi Empiris


Terhadap Faktor Penentu
Kebijakan Jumlah Dividen.
Tesis
Magister
Akuntansi
(Tidak Dipublikasikan). Jakarta

Sunarto dan Kartika, Andi, 2003, Analisa


Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Dividen Kas di
Bursa Efek Jakarta, Jurnal
Bisnis dan Ekonomi, Maret
Tandelilin, E. 2001, Analisa Investasi
dan
Manajemen
Portofolio,
BPFE- Yogyakarta
Wirjolukito,
Aruna.
2000.
Relationship analysis of
value of the firm and
manager behaviour in fund
managers
:
agency
problem research of non
financial listed companies
in Indonesia. unpblished
manuscript.
Jakarta.

Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13

13

You might also like