Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,

Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

PERBANDINGAN KAPASITAS LENTUR BALOK CASTELLA DENGAN VARIASI


TINGGI LUBANG TERHADAP BALOK PROFIL-I
Nadya Nor Azila1
1

Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia
Email: nadyanor.azila@yahoo.co.id

Abstract: Castellated beam is an open-web expanded beam formed by cutting in zig-zag


pattern along the center of web section of I beam profile, then put back together between top and bottom
part by shifting slightly, so that the beam has a hexagonal hole in the web section, and then connected it
by welding. As a result, the beam profile with the same weight per unit lenght would produce larger
modulus section and momen inertia. The hole on the web section, made the beam has stress
concentration that might caused to premature failure. Accordingly, research about Castellated beams
done using height variation of the hole to determine the effect of these variation with flexural capacity,
critical moments, and critical stress.This research used the principle of a simple beam with pin-roller
support. Load given as concentrated loads by third-point loading method. The deflection values
determined by LVDT reading, while the strain using the result of strain gauge reading. These results
transfered by data logger and displayed on a computer screen. Samples of this test consist of one I-beam
profile dimensions of 150x7x5mm and three Castellated beams with height of hole variation 120mm for
Castella I, 150mm for Castella II, and 165mm for Castella III. The results of theoretical analysis from
this research compared with finite element method with SAP2000 to determine the critical stress that
occured in the Castellated beams.The results showed that there were an increase of beam stiffness value
due to height increase. Stiffness increase of castellated beam were 1.41 times for Castella I beam, and
1.61 times for Castella III beam. As for the Castella II beam did not increase due to the premature
failure. Meanwhile, there were no increases in flexural capacity of the castellated beam. The ratio of the
critical moment was 0.83 for Castella I beam, 0.54 for Castella II beam, and 0.81 for Castella III beam.
critical-stress of Castellated beams also was not increased. It can be seen from the critical stress ratio
was 0.56 for Castella I beam, 0.34 for castella II beam and 0.53 for Castella III beam . No increase in
flexural capacity of the beam was caused by premature failure that was a torsional buckling due to long
stretch of the beam, so the beams were damaged before reaching the maximum load and before reaching
the yield stress. SAP2000 analysis results showed a stress concentration at the web part of Castellated
beams, especially on the beams web that close to the hole. Flexural capacity of Castellted beam can be
increased by puting lateral support to prevent the occurance of torsional buckling.
Keywords: Castellated Beams, I-beam Profile, Torsional Buckling, Critical Stress.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini penggunaan baja di bidang
teknik sipil sedang marak digunakan untuk
berbagai jenis pembangunan. Namun,
penggunaan baja yang membutuhkan biaya
yang cukup besar membuat para ahli di
bidang
teknik
sipil
melakukan
pengembangan dengan tujuan untuk
mengurangi biaya tanpa mengurangi
kekuatan dari struktur baja tersebut.

Beberapa metode baru telah dikembangkan


untuk meningkatkan kekakuan dari struktur
baja tanpa menambah beban dari struktur
tersebut. Salah
satu metode yang
dikembangkan adalah dengan menggunakan
balok Castella.
Balok Castella merupakan Open-Web
Expanded Beams and Girders (perluasan
balok dan girder dengan badan berlubang)
sehingga balok tersebut memiliki elemen
pelat badan berlubang. Gagasan semacam
ini pertama kali dikemukakan oleh H.E.
Prosiding Kolokium FTSP UII - ..

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,
Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

Horton dari Chicago dan Iron Work sekitar


tahun 1910, yang sekarang ini dikenal
dengan metode Castella. Balok Castella
dibentuk dengan cara membelah secara zigzag bagian tengah pelat badan profil,
kemudian bagian bawah dari belahan
tersebut dibalik dan disatukan kembali
antara bagian atas dan bawah dengan cara
digeser sedikit kemudian dilas. Akibat
pemotongan tersebut, profil balok dengan
berat per unit
yang sama akan
menghasilkan modulus potongan dan
momen inersia yang lebih besar. Sebagai
hasil dari modifikasi yang dilakukan, balok
mengalami perubahan sifat penampang, dari
penampang yang solid menjadi tidak solid
karena terdapat lubang pada badan profil
serta
balok
semakin
tinggi
dan
kelangsingannya
menjadi
meningkat.
Akibatnya, pada balok tersebut akan rawan
terjadi kegagalan dini, yaitu buckling
(tekuk) serta lemah terhadap gaya geser.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan
penelitian mengenai balok Castella dengan
menggunakan variasi tinggi lubang untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variasi
tinggi lubang tersebut terhadap kapasitas
lenturnya. Balok Castella tersebut akan
diteliti lebih lanjut dengan membandingkan
kapasitas lentur dari balok Castella dan
balok dengan profil standard, dalam hal ini
baja dengan penampang I. Selain itu, juga
akan dilakukan analisis dengan software
SAP2000 untuk mengetahui letak tegangan
kritis yang terjadi pada balok Castella.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang
telah
diuraikan
sebelumnya,
dapat
dikemukakan rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Berapakah
rasio
perbandingan
kapasitas lentur antara balok Castella
dengan balok standard profil-I?
2. Seberapa besar peningkatan kekakuan
yang terjadi antara balok Castella dan
balok standard profil-I?
3. Seberapa besar tegangan lentur kritis
yang dialami oleh balok Castella dan
- Prosiding Kolokium FTSP UII

4.

bagaimana hasilnya jika dibandingkan


dengan balok standard profil-I?
Bagaimanakah kontur konsentrasi
tegangan yang terjadi pada Balok
Castella
berdasarkan
analisis
SAP2000?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian mengenai balok Castella
ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Untuk membandingkan kapasitas lentur
yang dimiliki oleh balok Castella
dengan balok standard profilI.
2. Untuk
mengetahui
peningkatan
kekakuan yang terjadi antara balok
Castella dan balok standard profil-I
3. Untuk mengetahui tegangan kritis (Fcr)
yang terjadi pada balok Castella dan
perbandingannya dengan balok profil-I.
4. Untuk mengetahui kontur konsentrasi
tegangan
pada
balok
Castella
berdasarkan hasil analisis SAP2000.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Diperoleh
informasi
mengenai
pengaruh variasi tinggi lubang pada
balok Castella terhadap kapasitas lentur
sehingga dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk perencanaan
struktur, khususnya yang menggunakan
komponen struktur balok Castella.
2. Diperoleh informasi perbandingan
kapasitas lentur balok Castella dengan
balok standard profilI.
3. Mampu mengaplikasikan software
SAP2000 dalam analisis tegangan
lentur kritis balok Castella.
4. Sebagai upaya pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang ilmu
Teknik Sipil mengenai perilaku lentur
balok Castella.
1.5 Batasan Masalah
Dalam
percobaan kali ini
digunakan batasan-batasan agar penelitian

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,
Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

ini dapat lebih terfokus. Batasan- batasan


tersebut adalah sebagai berikut.
1. Profil yang digunakan adalah profil-I
150x75x5 mm sepanjang 3 m yang
dimodifikasi menjadi balok Castella
sebagai sampel benda uji.
2. Profil-I yang digunakan sebagai sampel
benda uji dimodifikasi menjadi balok
Castella,
dipotong
kemudian
disambung
dengan
las
dengan
mengabaikan efek tegangan residu
yang diakibatkan oleh pengelasan.
3. Penelitian ini hanya meninjau kapasitas
lentur dari balok Castella dan
membandingkan dengan balok standard
profil-I.
4. Penelitian ini menggunakan model
simple beam dengan tumpuan sendi-rol.
5. Modifikasi balok I menjadi balok
Castella yang digunakan dalam
pengujian ini adalah balok Castella
yang berbentuk hexagonal.
6. Pengamatan yang dilakukan di
laboratorium adalah beban, lendutan,
regangan serta tegangan leleh benda
uji.
7. Analisis menggunakan Metode Elemen
Hingga (MEH) dengan bantuan progran
SAP2000.
8. Pembagian elemen dilakukan secara
Automatic Mesh oleh program
SAP2000.
9. Elemen shell pada SAP2000 hanya
terbatas untuk analisis struktur linier.
2

bertambah besar. Peningkatan momen


inersia terjadi pada sumbu-x (Ix), sedangkan
pada sumbu-y (Iy) relatif sama.
Teknik pemotongan dari profil
Castella sendiri tidak selalu zig-zag, akan
tetapi dapat dibuat bentuk lain seperti
berbentuk lingkaran, segitiga, dan lain
sebagainya. Besarnya lubang yang pada
pelat badan juga dipengaruhi oleh fungsi
dari balok tersebut seperti kebutuhan
pemipaan, ducting, dan lainnya. Gambar 3.1
di bawah ini adalah pembuatan profil balok
Castella menurut Omer W. Blodgett.

Gambar 2.1 Gambar Profil Balok Castella


(Blodgett, 1966)
Keterangan:
dg
= Tinggi balok Castella
db
= Tinggi balok Profil-I
e
= Jarak antar lubang
b
= Lebar pemotongan
h
= Tinggi pemotongan profil

= Sudut pemotongan
dt
= Tinggi penampang T
tw
= Tebal pelat badan
tf
= Tebal pelat sayap
bf
= Lebar balok

LANDASAN TEORI

2.1 Profil Castella

2.2 Tegangan Pada Balok Castella

Balok Castella merupakan balok hasil


modifikasi dari profil-I yang dipotong secara
zig-zag kemudian bagian bawah dari
potongan tersebut disatukan kembali dengan
bagian atasnya dengan cara digeser sedikit
kemudian direkatkan dengan teknik
pengelasan, sehingga terbentuk lubang pada
badan (open web expanded beams). Sebagai
akibat
dari
pemotongan
tersebut
menyebabkan penambahan tinggi dan
kenaikan modulus penampang sehingga
kapasitas momen yang dimiliki juga

Untuk
memvisualisasikan
suatu
struktur, dalam hal ini adalah balok, akan
lebih baik jika dibuat suatu prototype
dengan bentuk yang seideal mungkin agar
mampu
merepresentasikan
kondisi
aktualnya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar
2.2 yang menunjukkan pembebanan suatu
balok Castella dengan dua beban terpusat
simetris.

Prosiding Kolokium FTSP UII - ..

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,
Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

Gambar 2.3 Distribusi Tegangan Lentur


(Sindu, 2006)

Gambar 2.2 Profil Castella (a), BMD (b),


SFD (c)
Pembebanan yang terjadi pada balok
Castella sebagian besar ditahan oleh pelat
sayap sehingga pengurangan luasan pada
pelat badan tidak terlalu memberikan efek
pada kemampuan balok tersebut menahan
beban. Akan tetapi, untuk gaya geser yang
terjadi pada balok Castella akan ditahan
oleh
pelat
badan
sehingga
harus
diperhitungkan akibatnya.
2.3 Desain Plastis Gelagar Pelat
Metode desain plastis merupakan
metode perencanaan struktur baja dengan
memanfaatkan kekuatan cadangan yang
masih dimiliki balok baja setelah leleh.
Kekuatan cadangan tersebut terjadi setelah
tegangan luluh hingga baja mengalami
strain hardening. Secara teori, kondisi strain
hardening memungkinkan struktur baja
masih memiliki kekuatan untuk menahan
beban, akan tetapi lendutan yang terjadi
sudah cukup besar. Sebagai akibat dari
defoemasi tersebut, struktur menjadi tidak
stabil sehingga asusmsi yang digunakan
adalah regangan yang terjadi belum
mencapai strain hardening.
Bentuk
distribusi tegangan lentur pada baja dapat
dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini.

- Prosiding Kolokium FTSP UII

Gambar 2.3 (a) merupakan bentuk


umum distribusi tegangan lentur dengan
batas maksimum Fy. Pada kondisi ini balok
dapat menahan momen dengan persamaan
sebagai berikut
(1)
dengan: My adalah momen leleh, Fy adalah
tegangan leleh baja, dan Sx adalah modulus
elastis penampang.
Kondisi seperti Gambar 2.3 (d) adalah
kondisi ketika balok secara terus menerus
mengalami pembebanan setelah luluh dan
ditahan tegangan tahan tambahan yang
dimiliki
struktur
tersebut.
Proses
penambahan tegangan terjadi secara
berangsur hingga dicapai distribusi plastis
seperti yang telah digambarkan. Dalam
kondisi ini regangan maupun tegangan yang
terjadi sudah mencapai batas maksimumnya.
Momen yang menahan disebut dengan
momen plastis, dan dapat dicari dengan
persamaan berikut ini.
(2)
dengan: My adalah momen leleh, Fy adalah
tegangan leleh baja, dan Zx adalah modulus
plastis penampang.
2.4 Karakteristik Balok
Secara umum pada suatu balok yang
dibebanibeban
tranvsersal
akan
menimbulkan momen, lendutan, serta
pelenturan tidak terkecuali pada balok
Castella. Gambar 2.2
menunjukkan
kejadian pada balok ketika mengalami
pembebanan.

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,
Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

Pembebanan
dilakukan
dengan
metode third
point
loading
yang
menghasilkan momen lentur murni pada
tengah bentang Karakteristik dari balok
dapat diketahui dari kurva beban-lendutan
(P-) hasil eksperimen. Jika pembebanan
dilakukan secara terus menerus hingga balok
runtuh dan dilakukan pengukuran lendutan
maksimum pada tiap tahapan pembebanan,
maka akan diperoleh kurva beban-lendutan.
Besarnya lendutan yang terjadi sesuai
dengan beban yang bekerja. Hubungan
antara beban dan lendutan dapat digunakan
untuk menghitung nilai kekakuan balok.
Berdasarkan teori kekakuan dalam analisis
struktur matriks (McGuire, 1920) besarnya
nilai kekakuan dapat dinyatakan dengan
Persamaan (3) berikut ini.

Persamaan
tersebut
merupakan
hubungan antara kelengkungan dengan
lendutan balok v yang berlaku untuk segala
jenis material, asalkan rotasi balok kecil.
Jika material balok elastis linier,
berdasarkan
hukum
Hooke,
maka
kelengkungan dapat dinyatakan dengan:
(7)
dengan: M adalah momen lentur, dan EI
adalah kekakuan terhadap lentur dari balok.
Persamaan (7) memperlihatkan bahwa
kelengkungan sumbu longitudinal balok
sebanding dengan momen lentur (M) dan
berbanding terbalik dengan besaran EI yang
dikenal sebagai ketegaran lentur (Flexutal
rigidity) balok.
2.5 Metode Elemen Hingga

{ }

[ ]{ }

[ ]

{ }{ }

(3)

Secara umum kekakuan balok dapat


dituliskan dengan persamaan (4) berikut
ini.
(4)
dengan: P adalah beban, dan adalah
lendutan.
Momen yang terjadi pada balok
ketika mengalami pembebanan akan
menimbulkan efek lentur balok. Untuk
menghitung momen dapat digunakan
Persamaan (5) berikut ini.
(5)
dengan: P adalah besarnya pembebanan dan
L adalah panjang bentang sampel.
Sementara itu, nilai kelengkungan
balok menurut Timoshenko dan Gere (1985)
dapat dinyatakan dengan persamaan berikut.
(6)
dengan: adalah kelengkungan dan dalah
jari-jari kelengkungan, v adalah lendutan,
dan adalah putaran sudut.

Metode Elemen Hingga atau Finite


Element Method (FEM) merupakan metode
yang pertama kali diperkenalkan pada tahun
(3.26)
1950 dan terus dikembangkan hingga saat
ini. Saat ini, metode elemen hingga banyak
digunakan di bidang industri untuk
menyelesaikan berbagai persoalan teknik. Di
bidang teknik sipil sendiri metode
(3.27) ini
banyak digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan seperti pada pengerjaan
struktur cangkang, analisa tegangan pada
struktur rangka, pelat berlubang, kejadian
tekuk pada kolom dan shell serta analisa
getaran.
Metode elemen hingga, pada
prinsipnya membagi sebuah sistem kontinyu
menjadi bagian-bagian kecil yang disebut
element, sehingga solusi dalam tiap bagian
kecil dapat diselesaikan dengan lebih
sederhana. Proses ini disebut dengan
diskritisasi yang mana pembagian elemenelemen kecil tersebut dijadikan sebagai
batasan
dari
suatu
struktur/objek
(Suhendro,2000). Dalam tugas akhir ini
akan digunakan bantuan program SAP2000
dalam pengerjaan analisis metode elemen
hingga untuk mengetahui lokasi(3.29)
beserta
besarnya tegangan kritis pada balok
Castella.
Dalam
pengerjaan
dengan
menggunakan metode elemen hingga,
Prosiding Kolokium FTSP UII - ..

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,
Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

digunakan berbagai bentuk pendekatan dan


yang paling sederhana adalah dengan
menggunakan elemen dengan bentuk
segiempat atau segitiga. Penyusunan
element Shell ditentukan dari titik nodal
yang dihubungkan. Jika dipakai empat nodal
(j1,j2,j3,dan j4) jadilah element segiempat.
Sedangkan jika tiga titik nodal (j1,j2,dan j3),
maka
jadilah
element
segitiga
(Dewobroto,2007). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut ini.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

Kuat tarik baja,


Kapasitas lentur balok profil-I dan
balok Castella,
Beban-lendutan balok profil-I dan
balok Castella,
Regangan dari balok profil Castella,
Pola kerusakan benda uji
Kurva beban dan lendutan
Kurva beban dan regangan

3.2 Pemodelan Benda uji


Dalam pengujian ini, dilakukan
pengujian laboratorium sebanyak dua kali
dan permodelan dengan SAP2000 pada
balok castella.
3.2.1 Pengujian Laboratorium

Gambar 2.4 Element Shell Segiempat


(SAP2000)
Dalam penelitian ini, yang menjadi
tinjauan adalah besarnya tegangan, sehingga
digunakan pembacaan shell stress (S) pada
pembacaan hasilnya. Pembacaan tegangan
(S) memiliki definisi yang sama dengan
pembacaan gaya ( F).Tegangan S11 danS22
mengakibatkan tegangan langsung dan
mengalami perubahan terhadap panjang
benda,sedangkan
S12, S13, S23 akan
mengakibatkan
tegangan
geser
dan
menyebabkan terjadinya perubahan sudut
(Dewobroto,2007).
3. METODE PENELITIAN
3.1 Data yang Diperlukan
Data yang akan diambil dari hasil pengujian
adalah sebagai berikut:

- Prosiding Kolokium FTSP UII

Pada pengujian ini, digunakan empat


buah benda uji yang terdiri dari satu buah
balok profil-I dan tiga buah balok profil
castella hasil modifikasi balok profil-I
dengan variasi tinggi lubang 60 cm, 75 cm,
dan 82,5 cm. Seluruh balok menggunakan
baja profil-I ukuran 150x75x5x7.
Pembacaan lendutan mengunakan tiga
buah LVDT pada arah transversal. LVDT1
yang diletakkan di bawah pembebanan
dengan jarak 1/3 bentang dari sebelah kiri
balok, LVDT2 diletakkan pada tengah
bentang, dan LVDT3 diletakkan di bawah
pembebanan dengan jarak 1/3 bentang dari
sebelah kanan. Sedangkan untuk pembacaan
regangan, pada balok Castella masingmasing dipasang strain gauge sebanyak dua
buah. Pemasangan strain gauge dilakukan di
pelat sayap yang terletak di tengah bentang
dengan nama strain gauge 1 (SG1).
Sementara itu, satu yang lain dipasang di
pelat badan dekat lubang pada bagian bawah
titik pembebanan yang dinamakan dengan
strain gauge 2 (SG 2). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut.

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,
Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

Gambar 3.1 Setting-Up Benda Uji Castella


Keterangan:
1. Benda Uji Balok Castella
2. Hydraulic Jack
3. Pengaku Lateral
4. Dukungan Sendi
5. Dukungan Rol
6. LVDT
7. Strain Gauge
3.2.2 Pemodelan SAP2000
Untuk
menganalisis
tegangan,
digunakan metode elemen hingga dengan
bantuan program SAP2000. Dengan
menggunakan program SAP2000 akan
diperoleh hasil berupa gambar yang dapat
menunjukkan posisi tegangan maksimum
yang terjadi pada balok Castella di samping
besarnya tegangan maksimum balok.
Berikut ini adalah langkah dalam pemodelan
balok Castella dengan menggunkan
program SAP2000.
1. Sebelum menggambar di dalam
program
SAP2000
dilakukan
ditentukan terlebih dahulu jumlah gridnya.
2. Tentukan spesifikasi material dan
ketebalan pelat yang digunakan.
3. Dilakukan pemodelan balok Castella
dengan menggambar balok tersebut
pada
grid
yang telah dibuat

4.

5.

6.

7.

sebelumnya.
Penggambaran
menggunakan shell sebagai elemennya.
Dilakukan meshing pada model balok
Castella. Proses meshing dilakukan
dengan Automatic mesh.
Berikan dukungan sendi-rol pada balok
dengan posisi sesuai dengan kondisi
riilnya.
Balok Castella diberikan pembebanan
sesuai dengan beban yang terjadi pada
percobaan.
Model yang sudah diberi beban
kemudian dijalankan dan hasilnya
dapat dilihat baik berupa tegangan atau
momen yang diinginkan pada tiap area
mesh yang ditinjau.

3. 3 Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
beberapa tahapan. Urutan tahapan tersebut
dapat dilihat pada diagram alir berikut ini.

Prosiding Kolokium FTSP UII - ..

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,
Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian


4. HASIL PERHITUNGAN
4.1 Hasil Perhitungan Uji Kuat Lentur
Pengujian kuat lentur dilakukan
dengan menggunakan empat buah balok.
Benda uji tersebut terdiri dari satu balok
profil-I dengan ukuran 150 x 75 x 7 mm dan
tiga balok Castella dengan variasi tinggi
lubang 120 mm, 150 mm, dan 165 mm.
Panjang benda uji masing-masing adalah
2590 mm. Seluruh benda uji diberi pengaku
pada kedua ujungnya sejauh 50 mm dari tepi
sehingga diperoleh bentang bersih balok
sepanjang 2580 mm.

- Prosiding Kolokium FTSP UII

4.1.1 Kurva Beban- Lendutan Hasil


Pengujian
Menurut teori, pembacaan lendutan
terbesar terjadi pada bagian tengah bentang atau
pada LVDT2, akan tetapi terdapat dua buah
sampel, yaitu Castella I dan Castella III yang
lendutan terbesarnya tidak di tengah bentang
melainkan pada bentang sebelah kiri atau pada
LVDT1. Hal ini dimungkinkan karena
pengaturan pengujian tidak dilakukan secara
ideal.

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,
Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

Gambar 4.1 Grafik Beban vs Lendutan


Dari hasil grafik pengujian tersebut,
terlihat bahwa nilai lendutan pada profil-I
dan profil Castella II berada di tengah
bentang, sedangkan untuk profil Castella I
dan III berada di sisi kiri bentangan. Hal ini
dimungkinkan karena setting-up benda uji
yang tidak ideal.
Dari hasil pengujian kerusakan terjadi
pada bagian badan profil yaitu di sudutsudut lubang, hal ini sesuai dengan teori
bahwa tegangan terbesar berada pada daerah
tersebut.

4.1.2 Kurva Beban- Regangan Hasil


Pengujian
Data hasil pengujian berupa beban
maksimum dan regangan tiap sampel
diperoleh dari pembacaan strain gauge yang
dipasang pada pelat badan dan pelat sayap.
Kodefikasi strain gauge yang digunakan
adalah strain gauge 1 dipasang pada pelat
sayap di tengah bentang, sedangkan strain
gauge 2 dipasang pada pelat badan dekat
dengan lubang di tengah bentang.
Pemasangan strain gauge hanya dilakukan
pada benda uji balok Castella sehingga
terdapat tiga kurva yang diperoleh dari
pengujian.
Hasil pembacaan regangan yang
diperoleh dari pengujian ini tidak dapat
dijadikan acuan untuk menentukan besarnya
tegangan pada bagian yang dipasangi strain
gauge karena hasil pembacaannya yang
terlalu kecil.

Gambar 4.2 Kerusakan pada bagian badan


profil (kiri), kerusakan las (kanan)
Prosiding Kolokium FTSP UII - ..

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,
Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

Namun, nilai regangan ini dapat


digunakan sebagai indikator kejadian
regangan dan konsentrasi tegangan pada
benda uji. Kurangnya pemahaman mengenai
penggunaan strain gauge dimungkinkan

mempengaruhi proses pemasangan pada


benda uji sehingga output pembacaan
dimungkinkan tidak sesuai dengan kondisi
nyatanya.

Gambar 4.2 Grafik Beban vs Regangan


Menurut teori, nilai tegangan terbesar
berada pada bagian pelat sayap. Hal ini
berlaku ketika kerusakan yang terjadi pada
balok sesuai dengan teori, yaitu diawali
pada kerusakan tekuk pada sayap yang
dilanjutkan tekuk pada pelat badan dan
kemudian puntir pada balok. Namun pada
penelitian kali ini, tidak ditemukan
kerusakan yang pada pelat sayap. Kerusakan
justru terjadi pada pelat badan akibat
gagalnya sambungan las.
Gagal sambungan pada benda uji
terjadi karena pada saat proses pembebanan,
balok mengalami tekuk puntir sehingga
menyebabkan sambungan terlepas. Proses
pengelasan yang tidak baik menyebabkan
kualitas las tidak mampu menahan beban
yang diberikan dan kemudian terlepas. Hal
ini juga dimungkinkan sebagai penyebab
kecilnya nilai regangan pada pembacaan
strain gauge. Konsentrasi tegangan yang
berada di pelat badan, khususnya di daerah
- Prosiding Kolokium FTSP UII

sekitar lubang, juga diperkuat dengan hasil


analisis program SAP2000. Untuk lebih
jelasnya mengenai lokasi konsentrasi
tegangan dapat dilihat pada pembahasan
mengenai hasil analisis SAP.
Berdasarkan
analisis
SAP2000,
konsentrasi tegangan terdapat pada sudutsudut lubang pelat badan. Hal ini diperkuat
dengan
hasil
laboratorium
yang
menunjukkan nilai regangan pada pelat
badan yang lebih besar daripada pelat
sayap. Kecilnya nilai regangan yang terbaca
pada strain gauge dimungkinkan karena
kerusakan yang terjadi bukanlah hasil dari
pembebanan maksimum, melainkan dari
dari kegagalan sambungan sehingga pada
dasarnya belum ada pengaruh yang
signifikan pada pelat badan maupun sayap
akibat pembebanan, kecuali pada lepasnya
sambungan. Hal ini yang menyebabkan
regangan yang terbaca masih sangat kecil.

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,
Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

4.2 Analisis Hasil Pengujian


4.2.1 Analisis Beban Maksimum
Beban maksimum yang mampu
diterima oleh masing-masing benda uji
dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1
Pengujian

Beban

Maksimum

Hasil

Berdasarkan di atas, beban maksimum


terbesar terjadi pada balok profil-I dan yang
terkecil adalah pada profil Castella II.
Menurut teori, modifikasi profil-I menjadi
profil Castella seharusnya dapat menambah
kemampuan balok dalam menahan beban,
atau dengan kata lain, beban maksimum
balok Castella lebih besar (Yuliatni,2006).
Akan tetapi, pada percobaan kali ini tidak
demikian. Seluruh benda uji Castella
mengalami kegagalan las berupa sambungan
las yang lepas.
4.2.2 Nilai Momen Kritis
Perhitungan
momen
kritis
menunjukkan bahwa kegagalan yang terjadi
pada benda uji merupakan tekuk puntir. Hal
ini menandakan benda uji mengalami
kegagalan dini sebelum mencapai tegangan
leleh sehingga kemampuan balok uji dalam
menahan beban jauh di bawah yang
direncanakan. Bentang balok yang cukup
panjang menjadi penyebab terjadinya
kegagalan karena mudah mengalami puntir.
Tabel 4.2 Perbandingan Momen Kritis Plastis,
Momen Kritis Tekuk Puntir dan Momen Kritis
Hasil Uji

Tabel 4.2 memberi informasi bahwa


momen kritis
yang terjadi
akibat
pembebanan benda uji justru mengalami
penurunan. Tidak adanya peningkatan pada
momen kritis ini dikarenakan benda uji
mengalami kegagalan tekuk puntir sebelum
baja profil leleh. Terjadinya kegagalan tekuk
puntir sesuai dengan hasil perhitungan syarat
tekuk yang menunjukkan bahwa Lb>Lr.
Besarnya momen kritis akibat tekuk lebih
kecil dari momen kritis percobaan. Akan
tetapi hal ini tidak berlaku untuk profil
Castella II, karena profil tersebut sudah
mengalami
kerusakan
awal
berupa
pengelasan sambungan yang tidak baik.
Tabel tersebut juga menunjukkan
perbandingan momen kritis jika dihitung
dalam tiga kondisi, yaitu ketika kondisi
plastis, kondisi mengalami tekuk puntir dan
kondisi akibat percobaan. Besarnya momen
kritis berdasarkan teori meningkat seiring
bertambahnya ketinggian balok akibat
adanya penambahan nilai momen inersia.
Berdasarkan tabel tersebut, momen
yang terjadi akibat percobaan lebih besar
daripada momen secara teoritis akibat tekuk
puntir. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
adanya peningkatan kapasitas lentur balok
uji dikarenakan terjadi kerusakan benda uji
akibat tekuk puntir. Kerusakan tersebut
terjadi ketika baja belum menunjukkan
kondisi leleh apalagi kondisi plastis. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa akibat terjadi
tekuk puntir pada benda uji, momen plastis
tidak terjadi, maka momen kritis yang dapat
ditahan oleh balok menjadi lebih kecil dari
momen rencana (momen plastis).
4.2.3 Tegangan Kritis
Besarnya tegangan
kritis masingmasing benda uji dihitung dan dilakukan
perbandingan antara tegangan kritis teori
dan hasil percobaan. Untuk mendapatkan
nilai tegangan kritis dapat diketahui melalui
Persamaan (8) berikut ini.

(8)

dengan: Mcr adalah momen kritis, Sx adalah


modulus penampang.
Prosiding Kolokium FTSP UII - ..

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,
Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

Tabel 4.3 Perbandingan Tegangan Kritis


Hasil Uji

4.2.4 Analisis Kegagalan Dini


Benda uji yang digunakan dalam
pengujian kapasitas lentur ini seluruhnya
mengalami kegagalan dini berupa tekuk
puntir. Terdapat beberapa faktor yang
dimungkinkan menjadi penyebab terjadinya
kegagalan tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Syarat Tekuk

Tabel 4.4 Perbandingan Tegangan Kritis

Teoritis

Tabel
di
atas
menunjukkan
perbandingan tegangan kritis benda uji
balok profil-I dan balok Castella secara
percobaan maupun teoritis. Hasil tersebut
menunjukkan tidak adanya kenaikan
tegangan kritis dari modifikasi yang
dilakukan. Berdasarkan Persamaan (8)
terlihat bahwa fcr dan Mcr berbanding
terbalik dengan Sx. Kecilnya nilai Mcr akibat
puntir dan semakin besarnya nilai Sx seiring
dengan bertambah tingginya balok Castella
menyebabkan nilai fcr yang diperoleh kecil
sehingga tidak terjadi kenaikan tegangan
kritis. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
kegagalan dni pada benda uji yakni tekuk
puntir.
Kegagalan berupa puntir ini juga
menyebabkan putusnya sambungan las pada
benda uji Castella. Buruknya kualitas las
menyebabkan bagian tersebut mengalami
kegagalan sebelum mencapai kondisi
maksimumnya. Pemberian lateral support
pada bentang balok dapat menjadi alternatif
pencegahan terjadinya puntir dan akan
meningkatkan kapasitas lentur balok
sehingga tegangan kritisnya pun dapat
meningkat di samping kontrol terhadap
kualitas sambungan las pada pelaksanaan
pembuatan benda uji.

- Prosiding Kolokium FTSP UII

Berdasarkan persyaratan terjadinya


tekuk pada baja, seluruh benda uji
termasuk dalam golongan yang
mengalami tekuk puntir. Hal ini sesuai
dengan hasil perhitungan bahwa nilai
Lb>Lr. Untuk menghidari terjadinya
tekuk puntir pada benda uji, dapat
dilakukan dengan memberikan lateral
support pada bentangan balok. Semakin
banyak lateral support yang digunakan
akan semakin mencegah terjadinya
puntir pada balok.

2. Kesalahan Pengaturan Peralatan

Perletakan beban pada benda uji tidak


diperbolehkan bergeser sedikit pun dari
titik yang telah ditentukan. Saat
pelaksanaan pengujian, dimungkinkan
terjadi pergeseran dan menyebabkan
penyebaran beban yang terjadi pada
benda uji tidak sama sehingga
menimbulkan puntiran pada benda uji.
Pengaturan benda uji seharusnya
dipastikan agar benar-benar diletakkan
tegak lurus dengan bidang datar untuk
mencegah terjadinya pergeseran. Saat
pengujian pengecekan tersebut hanya
dilakukan secara visual dan hanya
dengan bantuan alat sederhana berupa
penggaris siku. Seharusnya posisi
benda uji dicek dengan menggunakan
waterpass untuk lebih meyakinkan
posisinya tegak lurus dengan bidang
datar.

3. Kegagalan Sambungan Las

Benda uji balok Castella


yang
digunakan dalam pengujian ini
merupakan hasil modifikasi dari balokI sehingga sangat dimungkinkan

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,
Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

kesalahan sekecil apapun pada saat


proses pembuatan menjadi faktor
penentu terjadinya kerusakan dini pada
benda uji, tidak terkecuali pada
sambungan las. Setelah dilakukan
berbagai identifikasi, ternyata diketahui
bahwa kualitas las pada sambungan
sangat buruk, tidak semua bagian yang
seharusnya dilas terkena oleh las. Hal
ini menyebabkan kekuatan balok baja
tidak lagi homogen karena terdapat
bagian-bagian yang lebih lemah pada
satu bentangan balok. Tidak meratanya
kekuatan balok ini juga menjadi salah
satu akibat terjadinya kegagalan dini.
Kualitas sambungan seharusnya lebih
kuat daripada benda uji. Jika dilihat
pada proses perencanaan, las sudah
sesuai yaitu menggunakan las E70
dengan tegangan leleh 482 N/mm2 yang
lebih tinggi daripada benda uji yaitu
444,65 N/mm2. Akan tetapi, proses
pengelasan
yang
tidak
baik
menyebabkan kualitas sambungan
menjadi
tidak
sesuai
dengan
perencanaan, sehingga keseluruhan
benda
uji
Castella
mengalami
kerusakan pada sambungan berupa
lepasnya sambungan tersebut.

4. Tidak Simetrisnya Penyambungan Benda


Uji Castella

Balok Castella yang dibuat dari


modifikasi balok-I rentan mengalami
kesalahan pada proses penyambungan.
Pembuatan balok Castella dilakukan
dengan memotong bagian pelat badan
balok-I dan kemudian disatukan
kembali bagian atas dan bawahnya

dengan las. Proses inilah yang harus


diperhatikan dengan teliti, karena pada
saat proses penyambungan bagian atas
dan bawah balok, dimungkinkan tidak
benar-benar pada posisi simetris antara
bagian atas dan bawahnya. Besar
kemungkinan yang terjadi adalah
adanya pergeseran sedikit pada saat
penyambungan bagian atas dengan
bagian
bawah
sehingga
timbul
eksentrisitas pada benda uji.
4.3 Analisis Metode Elemen Hingga
dengan Program SAP2000
Hasil pengujian laboratorium dan
perhitungan secara teori lebih lanjut
dilakukan perbandingan dengan hasil
analisis menggunakan program SAP2000.
Analisis menggunakan SAP2000 ini
dilakukan sesuai dengan batasan masalah.
Pembacaan hasil pada SAP2000 hanya
dijadikan sebagai indikator terjadinya
konsentrasi tegangan pada balok Castella.
Pemodelan balok Castella pada program
SAP2000
ini
dilakukan
dengan
mengabaikan konstitutif material model
yaitu dengan mengabaikan kondisi nyata
pada benda uji dan mengasumsikan balok
Castella dalam keadaan tanpa adanya
sambungan las.
Berdasarkan hasil analisis SAP2000, balok

mengalami defleksi sebagai akibat dari


pembebanan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 4.3 (a). Besarnya tegangan dapat
dilihat pada gambar (b) dimana tegangan
terbesar berada pada sudut lubang.
Sedangkan gambar (c) menunjukkan kontur
tegangan yang terjadi pada seluruh balok
Castella.

Prosiding Kolokium FTSP UII - ..

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,
Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

Gambar 4.3 Hasil Analisis SAP2000 pada balok Castella


Pemodelan
SAP2000
kurang
merepresentasikan kondisi nyata benda uji.
Seperti yang telah disebutkan pada
pembahasan mengenai analisis SAP2000,
diketahui bahwa pemodelan dilakukan
dengan mengabaikan adanya sambungan las
serta analisis yang digunakan adalah analisis
linier sehingga tidak terjadi puntir pada
benda uji. Hal ini lah yang menyebabkan
hasil analisis SAP2000 jauh lebih besar,
karena pada SAP2000 tidak mengenal
adanya
tekuk
puntir,
sedangkan
kenyataannya pada benda uji terjadi puntir.
5.

SIMPULAN

2.

3.

4.

Dari hasil analisis, diperoleh simpulan


sebagai berikut:

1.

seharusnya
penelitian
mengenai
kapasitas lentur balok Castella ini
menghasilkan
peningkatan
sesuai
dengan penelitian sebelumnya. Akan
tetapi, pada percobaan kali ini tidak
ditemukan peningkatan. Rasio momen
kritis yang terjadi pada balok Castella I

- Prosiding Kolokium FTSP UII

6.

sebesar 0,83 , balok Castella II sebesar


0,54, dan balok Castella III sebesar
0,81,
tegangan kritis balok Castella juga
tidak mengalami peningkatan. Hal ini
dapat diketahui dari rasio tegangan
kritisnya yaitu 0,56 untuk balok
Castella I, 0,34 untuk balok Castella II
dan 0,53 untuk balok Castella III,
berdasarkan hasil analisis SAP2000
diketahui bahwa konsentrasi tegangan
yang terjadi pada balok Castella
terletak pada pelat badan terutama pada
bagian sudut-sudut lubang,
tidak adanya peningkatan kapasitas
disebabkan oleh terjadinya kegagalan
dini yang dipicu oleh kesalahan pada
pengaturan benda uji, kegagalan
sambungan las, dan kesalahan pada
proses pembuatan benda uji Castella.
SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat


beberapa saran yang harus diperhatikan, yaitu:

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,
Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

1. Pada saat pembuatan benda uji


sebaiknya dilakukan oleh tenaga yang
sudah ahli untuk mengurangi kesalahan
pada
proses
pemotongan
dan
pengelasan.
2. Proses pembuatan benda uji perlu
dipantau sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti penggunaan las yang
tidak sesuai dengan perencanaan.
3. Perlu adanya perhitungan mengenai
perlu atau tidaknya pemberian pengaku
pada bentang balok Castella serta jarak
pengaku. Hal ini dapat meningkatkan
kemampuan balok Castella dalam
menahan beban sehingga terlihat
adanya peningkatan kapasitas lentur
akibat modifikasi yang dilakukan.
4. Untuk penelitian selanjutnya dapat
dilakukan modifikasi seperti perubahan
variasi, baik dari ketinggian lubang
maupun jarak pengaku. Selain itu,
dapat pula dilakukan penelitian
mengenai balok Castella komposit
untuk membandingkan kekuatannya
dengan balok Castella pada umumnya.
5. Analisis dengan metode elemen hingga
dapat dikembangkan dengan tidak
hanya menggunakan progran SAP2000,
namun dapat menggunakan program
lain seperti ANSYS atau STADPRO
agar hasilnya dapat dibandingkan.
7.

DAFTAR PUSTAKA

Adityo, R. Sindhu. (2006). Kapasitas Lentur


Gelagar Pelat Penampang I dan
Penampang Dobel Delta Dengan Rasio
Tinggi terhadap Lebar 5.Tugas
Akhir.(Tidak Diterbitkan). Universitas
Islam Indonesia. Yogyakarta.

Blodgett, Omer W. (1966). Design of


Welded Structures. The James F
Lincoln Arc Welding Fondation.
Cleveland. Ohio. USA.
Darmawan, Loa W. (1984). Konstruksi
Baja. Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
Jakarta.
Dewobroto, Wiranto. (2007). Aplikasi
Rekayasa Konstruksi Dengan SAP2000
Edisi Baru. PT.Garamedia. Jakarta.
McGuire, W. dan Gallagher, R.H. (1979).
Matrix Structural Analysis. John Wiley
& Sons,Inc. Canada.
Salmon, C.G. dan Johnson, J.E.(1991).
Struktur Baja Desain Dan Perilaku 2.
PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Setiawan, Agus. (2008). Perencanaan
Struktur Baja Dengan Metode LRFD
(Berdasarkan SNI 03-1729-2002).
Erlangga. Jakarta.
Spiegel, L. dan Limbrunner, F.G. (1991).
Desain Baja Struktural Terapan.
PT. Erecso. Bandung.
Suharjanto. (2005). Kajian Banding
Numerik Kapasitas Dan Perilaku Balok
Baja Kastela Menggunakan Program
SAP2000.Jurnal
Teknik
Sipil,
Vol.13No.2, Edisi XXXII Juni 2005.
Fakultas Teknik Universitas Janabadra.
Yogyakarta.
Suhendro, Bambang. (2000). Metode
Elemen Hingga dan Aplikasinya.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Suhendro, Bambang. (2000). Teori Model
Struktur Dan Eksperimental. Beta
Offset. Yogyakarta.
Timoshenko dan Gere, Hans J. Wospakrik.
(1985). Mekanika Bahan Edisi Kedua
Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Yuliatni, Hendry Haika. (2007). Kapasitas
Lentur Balok Castella Berdasarkan
Kondisi Batas Tekuk Lokal.Tugas
Akhir. (Tidak Diterbitkan). Universitas
Islam Indonesia. Yogyakarta.

Prosiding Kolokium FTSP UII - ..

You might also like