Professional Documents
Culture Documents
Ukkie - LBM 5 SGD 21
Ukkie - LBM 5 SGD 21
Ukkie - LBM 5 SGD 21
Step 1
Step 2
1.
2.
3.
4.
5.
4. Condition
Know about the ingredient
Based on empiric
5. Weakness
Belum melalui uji preklinik uji klinik uji toksisitas
Belum tau dosis pasti .
6. Benefit
Cheap
Easy to use
Easy to find
Sicentification of traditional
herbal
step
STEP 7
1. Step of clinical trial ?
1.
purpose
Keterangan:
Studi etnomedisin dan etnofarmakologi pada kelompok etnis
masyarakat tertentu.
- dapat diidentifikasi jenis tanaman,
- bagian tanaman yang digunakan ramuan tradisional yang
-
dipakai
indikasi dari tiap tanaman maupun ramuan,
baik untuk tujuan pemeliharaan kesehatan
maupun
ramuan
yang
potensial
untuk
dilakukan
uji
manfaat
dan
keamanan.
Untuk formula yang sudah turun temurun dan terbukti aman,
maka dapat langsung pada tahap uji klinik fase 2 (WHO-TDR,
2005). Komnas SJ sepakat untuk uji klinik fase 2 dalam rangka
melihat efikasi awal dan keamanan, cukup menggunakan pre-
komplementer.
Hasil akhir uji klinik Saintifikasi Jamu adalah Jamu Saintifik, yang
menunjukkan bahwa Jamu uji mempunyai nilai manfaat dan
terbukti
aman.
Apabila
perusahaan
farmasi
akan
fitofarmaka
sesuai
dengan
peraturan
yang
berlaku.
Untuk formula jamu baru (bukan turun-temurun), maka tahapan
uji klinik sebagaimana obat modern tetap harus diberlakukan,
yakni uji pre-klinik, uji klinik fase 1, fase 2, dan fase 3. Namun
demikian, uji untuk melihat profil farmakokinetik (absorbsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi) tidak perlu dilakukan, baik
pada uji pre-klinik maupun uji klinik fase 1. Hal ini dikarenakan
ramuan jamu berisi banyak zat kimia (bisa ratusan) sehingga
tidak mungkin untuk melacak absorbsi, distribusi, metabolisme,
dan ekskresi semua komponen zat kimia tersebut dalam tubuh
hewan coba maupun tubuh manusia (WHO-TDR, 2005). Dengan
kesehatan formal.
Bentuk sediaan yang dapat dipakai sebagai
adalah
untuk
mendapatkan
bukti
ilmiah
tentang
ramuan
yang
tergabung
dalam
Asosiasi
2. Peralatan jamu
Memiliki ruangan:
a) Ruang tunggu.
b) Ruang pendaftaran dan rekam medis (medical record).
c) Ruang konsultasi/pelaksanaan penelitian.
d) Ruang pemeriksaan/tindakan.
e) Ruang peracikan jamu.
f) Ruang penyimpanan jamu.
g) Ruang diskusi.
h) Ruang laboratorium sederhana.
i) Ruang apotek jamu.
3) Klinik Jamu tipe B harus memenuhi persyaratan:
a. Ketenagaan yang meliputi:
1. Dokter sebagai penanggung jawab
2. Tenaga kesehatan komplementer _alternatif lainnya sesuai
kebutuhan.
3. Diploma (D3) pengobat tradisional dan/atau pengobat
tradisional
ramuan
yang
tergabung
dalam
Asosiasi
dan
(3)
hanya
merupakan
tenaga
penunjang
dalam
Saintifikasi Jamu.
Harus aman, sesuai dg MMI, farmakope indo dan harus dibuktikan
secara empiris.
Perbedaan
Ramuan
Fitofarmaka
Saintifikasi Jamu
Ramuan
(komposisi) Tidak ada batasan berapa
hendaknya terd
iri
dari
dapat
beberapa
terdiri
dari
simplisia,/sediaan
(lima)
simplisia/sediaan
galenik.
Simplisia
masing-
masing
tersebut
sekurang-kurangnya
berdasar
Dukungan
penelitian
dipertanggung
keamanan
dan
tersebut
harus
mencakup
berbagai
tahap
sistematik.
Tahap-
Penapisan
farmakologik
belum
aktivis
diperlukan
terdapat
bila
petunjuk
mengenai khasiat.
b. Bila
telah ada
mengenai
petunjuk
khasiat
maka
Sediaan
(formulasi).
6. Penapisan Fitokimia dan
Standarisasi Sediaan.
7 Pengujian klinik.
Sediaan
Sediaan Oral :
Serbuk ; Rajangan ; Kapsul
(ekstrak ) ; Tablet ( ekstrak )
; Pil ( ekstrak ) ; Sirup ;
Sediaan terdispersi ( emulsi /
suspensi ).
Sediaan Topikal :
Salep / Krim ( ekstrak ) ;
sebagai
program
Saintifikasi
ramuan
simplisia
kering
(untuk
dijadikan
jamu
godhogan),
Terstandar,
Linimenta
bentuk
Bedak ; Param.
uji
Suppositoria ( ekstrak ) ;
( ekstrak ) ;
bahan
Obat
Herbal
ekstrak
dalam
tanaman
tunggal,
Level
Phytopharmaceut
ical
pengembangan
obat
dari
tanaman
dan
senyawa
alam
lainnya sekarang
menjadi
daerah
yang signifikan
dari
penelitian
untuk
pengembangan
obat
baru
dengan
dasar
historis suara.
Can be reciped
by doctor
berupa
simplisia
yang
telah
terbukti
khasiat
terstandarisasi
dengan
uji
klinik berjumlah
6
berupa
fitofarmaka.
Terdiri dari tidak
lebih
dari
bahan herbal
http://www.uel.ac.uk/study/courses/phytopharmaceuticals.htm
http://www.b2p2toot.litbang.depkes.go.id/v110606/index.php?
mod=menu.page&id_menu=106
dan
Bagian Ketiga
Ketenagaan
Pasal 11
1) Dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang
memberikan pelayanan jamu pada fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (2) harus memiliki:
a. Surat Tanda Registrasi (STR) dari Konsil Kedokteran Indonesia
untuk dokter atau dokter gigi, STRA untuk apoteker dan surat
izin/registrasi dari Kepala Dinas Kesehatan Propinsi bagi
tenaga kesehatan lainnya.
b. Memiliki surat izin praktik bagi dokter atau dokter gigi dan
surat izin kerja/surat izin praktik bagi tenaga kesehatan
lainnya dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
c. Memiliki surat bukti registasi sebagai tenaga pengobat
komplementer
alternatif
(SBR-TPKA)
dari
Kepala
Dinas
Kesehatan Propinsi.
d. Memiliki surat tugas sebagai tenaga pengobat komplementer
alternatif (ST-TPKA/SIK-TPKA) dari Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
PERATURAN
MENTERI
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
7. Definiton
8. Step
faktor-faktor
lain
yang
secara
objektif
dapat
Hampir
memasukkan
sebagian
wanita
besar
hamil
uji
sebagai
klinik
subjek
obat
tidak
mengingat
masing-masing
1).pengobatan
kelompok
Apasien
dibandingkan
memenuhi
pengobatan.
b. Rancangan silang/rancangan
sama
(Gambar
pengacakan
subjek
kriteria
(RCT-cross-over
design)
Pada rancangan ini setiap subjek akan memperoleh semua
bentuk
pengobatan/perlakuan
ditentukan
secara
acak.
Untuk
secara
selang-seling
menghindari
yang
kemungkinan
contoh,
jika
obat
baru
yang
diuji
indikasikan
yang
sama
dalam
mendapatkan
yang
sama
untuk
mendapatkan
obat
uji
atau
untuk
menghindari
bias
(pracondong)
pada
terhadap
proses
terapetik
yang
Sebagai
contoh
adalah
tekananndarah,
yang
utama
penilaian
adalah
penurunan
panas,
terjadi
Suatu
uji
klinik
obat/perlakuan,
tidak
tetapi
saja
menilai
juga
menilai
kemanfaatan
segi
suatu
keamanan
S.G.,
Setiabudi,
R.,
Suyatna,
F.D.,
Elexmedia Computindo.
Katzung.1989.Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 3.EGC: Jakarta
9. Purpose
TUJUAN
DAN
RUANG
LINGKUP
Pasal 2
Tujuan pengaturan saintifikasi jamu adalah:
a. Memberikan landasan ilmiah (evidence based ) penggunaan
jamu secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan
kesehatan.
b. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan
tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam rangka upaya
preventif, promotif, rehabilitatif dan paliatif melalui penggunaan
jamu.
c. Meningkatkan kegiatan penelitian kualitatif terhadap pasien
dengan penggunaan jamu.
d. Meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat
nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas
baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan
kesehatan.
10.Condition
11.Weakness
12.Benefit
MAPPING
Tanaman
Zat aktif
Khasiat empiris
jamu
saintifikasi
dokter
kursus
FITOFARMAKA
DR. UMUM