Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014

Yogyakarta, 15 November 2014

ISSN: 1979-911X

PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN DENGAN INTEGRASI SISTEM BLENDED


LEARNING DAN SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN
Retno Hendrowati1 dan Asriana Issa Sofia2
Program Studi Teknik Informatika, Universitas Paramadina, Jakarta
2
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Paramadina, Jakarta
1

ABSTRACT
Each Oganization or Institution strifing to improve the quality of human resources through
learning organization. The source of learning in the organization is managed through the knowledge
management (KM). KM means to create, manage, use, and disseminate knowledge. Knowledge in the
area of education may include teaching materials. Information technology can support KM to be more
quickly, accurately and efficiently. This model is also called e-learning concept. One application of
technology in support of teaching and learning is the availability of electronic applications based
learning (e-learning). E-learning allows remote learning, without face-to-face meetings and that the
learner can learn anytime, anywhere. But in reality, not all teaching materials can be optimized
through e-learning. Therefore we need the face-to-face learning, so that a direct interaction between
teachers and students can be conducted optimally. The combination of online and face-to-face
learning is called blended learning. However, how can integration on the managing of knowledge
management, by utilizing blended learning, improve the quality of learning?. In this paper we will
discuss the integration between the system of blended learning and knowledge management in
managing knowledge as a resource for the college. With descriptive qualitative research methods, we
will describe the utilization and management of blended learning and knowledge management. The
result of the discussion in this paper can be concluded that between knowledge management and
blended learning is one factor support each other, whereas KM deals with the acquisition of
knowledge and BL facilitates it. In higher education, KM and BL can be synergized to manage
teaching materials, and organization teaching materials.
Keywords : Blended learning, knowledge management system, e-learning, integrasi knowledge
management and blended learning
PENDAHULUAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pembelajaran adalah cara atau proses
menjadikan orang belajar.
Mutu pembelajaran mencerminkan kualitas dari sebuah proses
pembelajaran, yang indikatornya adalah kualitas hasil yang dicapai si pembelajar dari proses tersebut.
Menurut Umaedi (), proses pendidikan yang bermutu melibatkan input seperti siswa, guru, metode,
kurikulum, sarana, lingkungan dan pengelolaan pembelajaran yang baik.
Dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran, dunia pendidikan modern terus berinovasi
mengembangkan teknologi pembelajaran berbasis IT, salah satunya adalah memanfaatkan jaringan
internet dan mengembangkan apa yang disebut dengan sistem e-learning . Konsep e-learning atau
pembelajaran elektronik didorong oleh pentingnya konsep pembelajaran sepanjang hayat (lifelong
learning), dimana belajar bersifat fleksibel dalam arti tersedia kapan saja dan ditempat manapun.
Dalam konteks pembelajaran di pendidikan tinggi, saat ini telah banyak perguruan tinggi di Indonesia
yang sudah mulai menerapkan e-learning, baik di kota-kota besar maupun daerah. Fenomena ini
semakin kuat dengan adanya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Jarak Jauh pada Pendidikan Tinggi tahun 2010, yang membuka peluang bagi Perguruan
Tinggi untuk melakukan pendidikan on line berbasis IT. E-learning pun menjadi salah satu pilihan
utama untuk model pembelajaran dimaksud.
Melalui e-learning, proses belajar mengajar dilakukan secara virtual dimana materi ajar
diunggah oleh dosen dan diunduh oleh mahasiswa, serta dimungkinkan komunikasi dan kolaborasi
antara pengajar-siswa dan antar siswa melalui forum diskusi, e-mail, chat, tugas dan evaluasinya.
A-349

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014


Yogyakarta, 15 November 2014

ISSN: 1979-911X

Namun pada praktiknya, tidak semua proses belajar-mengajar bisa efektif diselenggarakan secara
murni melalui e-learning. Memang pergeseran dari model pembelajaran tradisional tatap muka ke
model jarak jauh memerlukan tingkat adaptasi cukup sulit bagi penggunanya sehingga bisa
menjadikan e-learning kurang efektif apalagi ketika hambatan datang dari kultur atau mental (mental
block). Tetapi ternyata dalam penggunaan e-learning yang sudah biasapun terbukti kemudian ada
kekurangan-kekurangan yang hanya bisa diisi oleh interaksi langsung antara dosen dan siswa. Masalah
ini kemudian melahirkan konsep baru yang disebut sebagai blended-learning, sebuah integrasi antara
kuliah on line dan kuliah tatap muka.
Blended-learning tetap memerlukan perencanaan dan penanganan matang untuk bisa
mencapai efektifitas dalam hasil belajar, yaitu dengan melakukan pengelolaan materi pembelajaran
secara tepat. Pengelolaan pengetahuan sebagai materi belajar menjadi perhatian dari apa yang disebut
dengan Knowledge Management (KM). Knowledge Management merupakan paradigma baru yang
kini banyak diterapkan dan terus didorong sebagai budaya organisasi yang dianjurkan, agar terwujud
pembelajaran dalam organisasi yang berkelanjutan. Knowledge Management membantu mengelola
pengetahuan secara individu atau kelompok dalam organisasi atau antara organisasi yang dapat
mempengaruhi kualitas dan manfaat pengetahuan (Qwaider, 2011). Sistem manajemen pengetahuan
mencakup proses penciptaan, penyimpanan, dan pendistribusian informasi yang diperlukan untuk
belajar dan proses-proses tersebut akan bagus dengan dukungan teknologi informasi dalam hal ini
adalah blended-learning.
Blended Learning dan Knowledge Management sama-sama mempunyai tujuan memfasilitasi
pembelajaran yang terorganisasi dengan baik. Integrasi blended-learning dan Knowledge Management
akan menjadikan proses penyimpanan/repository serta diseminasi pengetahuan berjalan lebih efektif
dan efisien.
Pembahasan integrasi antara BL dan KM dalam makalah ini dilakukan dengan metode
deskriptif kualitatif, melalui tahapan menganalisis konsep e-learning, BL dan KM dengan mengacu
pada teori (studi pustaka) dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya.Menurut pemaparan penelitian
Walid dalam International Journal for e-learning Security (Qwaider, Integrated of Blended Learning
System (BLs) and Knowledge Management System, December 2011), BL dan KM secara tradisional
dianalisis sebagai sumber repository pengetahuan dan penyebaran pengetahuan yang efektif. Integrasi
BL dan KM adalah kemampuan pengiriman, penggunaan materi pembelajaran dan proses kolaborasi
pembelajaran demi keberhasilan dalam organisasi.
PEMBAHASAN
Konsep teori yang akan dipaparkan dalam makalah ini adalah knowledge management, elearning, dan blended learning. Perpaduan (integrasi) dari ketiganya akan dibahas dalam rangka
meningkatkan mutu pembelajaran di perguruan tinggi.
Knowledge Manajement (KM / Manajemen Pengetahuan)
Knowledge management (pengelolaan pengetahuan/KM) merupakan paradigma baru yang kini banyak
diterapkan dan terus didorong sebagai budaya organisasi yang dianjurkan. Berbagai pengertian dari
KM telah diungkapkan penelitian-penelitian sebelumnya. Knowledge management (KM) adalah
disiplin yang membantu mengelola pengetahuan secara individu atau kelompok, dalam organisasi atau
antar organisasi yang dapat mempengaruhi kualitas dan pemanfaatan pengetahuan. (Yimaz, April
2012). Knowledge management system (KMs) adalah suatu konsep yang dapat digunakan untuk
pembuatan repository pengetahuan, pengaksesan pengetahuan dan penyebaran pengetahuan melalui
kolaborasi komunikasi yang sesuai. Menurut Uriarte, yang dimaksud dengan knowledge management
adalah proses mengubah tacit knowledge (pengetahuan personal yang masih tersembunyi) menjadi
explicit knowledge (pengetahuan yang teridentifikasi, terstruktur, terdokumentasi), dan kemudian
dilakukan penyebarannya (knowledge sharing). Caranya adalah dengan merekamnya dalam mediamedia yang memungkinkan orang lain untuk bisa mengakses dan memanfaatkannya mulai dari
hanya secarik kertas hingga database komputer yang kompleks. (Uriarte, 2008, p.30). Ke semua
A-350

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014


Yogyakarta, 15 November 2014

ISSN: 1979-911X

pengertian tersebut mempunyai tujuan yang sama mengenai KM yaitu untuk mendapatkan informasi
yang tepat untuk orang yang tepat pada saat yang tepat.
Nonaka dan Takeuchi (Yimaz, April 2012) mengembangkan model spiral pengetahuan untuk
menggambarkan siklus bagaimana pengetahuan dibuat, ditransfer dalam organisasi melalui interaksi
tacit maupun eksplisit. Keempat mode dalam siklus tersebut adalah sebagai berikut :
tacit

tacit

tacit

tacit

Sosialisasi

Eksternalisasi
eksplisit

Internalisasi

Kombinasi

eksplisit

eksplisit

eksplisit

Gambar 1. Empat mode konversi pengetahuan (Qwaider, Integrated of Blended Learning


System (BLs) and Knowledge Management System, December 2011)
Berdasarkan gambar 1 tersebut, dapat dilihat bahwa mode sosialisasi merupakan proses
berbagi pengetahuan tacit dari pengalaman bersama tim dalam lingkungan kecil misal satu tim kerja.
Mode ekternalisasi merupakan tahapan mengartikulasikan pengetahuan tacit menjadi pengetahuan
yang lebih eksplisit. Sehingga pengetahuan dapat diakses oleh bersama dalam lingkungan yang lebih
luas. Konten manajemen dan struktur pengetahuan harus dapat berguna pada mode eksternalisasi
tersebut. Mode kombinasi merupakan proses konversi pengetahuan eksplisit ke tingkat yang lebih
kompleks (analisis) atau agregasi dari pengetahuan-pengetahuan yang ada. Mode terakhir adalah
internalisasi merupakan proses penerapan pengetahuan eksplisit dan setiap individu atau kelompok
dapat melakukan internalisasi pengetahuan sesuai kemampuannya.
Dalam konteks pendidikan, teknologi pembelajaran (technologi on learning) banyak
dikembangkan sebagai media untuk menyelenggarakan proses knowledge management tersebut.
Kompetensi keilmuan seorang guru atau dosen terkait subyek yang diampu dituangkan ke dalam
materi-materi yang terdokumentasi untuk kemudian disebarluaskan ke mahasiswanya menggunakan
teknologi pembelajaran tertentu, sehingga proses belajar tidak lagi terbatas di ruang-ruang kelas
melainkan bisa diakses anak didik dari manapun dan kapanpun.
E-Learning dan Blended Learning System (BL)
Menurut pendapat Robin (Rennie, 2009), pembelajaran adalah proses aktif yang melibatkan
pembelajar dengan ide-ide dan berinteraksi dengan pembelajar lain untuk membangun makna.
Pembelajaran melibatkan bahasa dan ekspresi diri. Pembelajaran membutuhkan waktu untuk belajar,
meninjau ide-ide, mencoba, dan menggunakan ide-ide. Setiap orang membutuhkan pengetahuan untuk
belajar, tidak mungkin menyerap pengetahuan baru tanpa mempunyai pengetahuan sebelumnya.
Semakin banyak yang diketahuai semakin banyak belajar. Lingkungan online sangat mendukung ini
semua. Itulah salah satu perlunya pembelajaran online dalam pengembangan pengetahuan.
E-Learning (pembelajaran berbasis elektronik) dapat mendukung pendidikan jarak jauh
tersebut. E-Learning dapat didefinisikan sebagai pembelajaran menggunakan media elektronik,
mengakuisisi pengetahuan dan ketrampilan (Qwaider, 2011) Saat ini telah banyak instansi, perguruan
tinggi, dan sekolah yang memanfaatkan e-elearning untuk meningkatkan proses belajar dan
pendidikan masyarakat. Melalui e-learning, proses belajar mengajar dapat dilakukan secara virtual,
materi ajar dapat diunggah oleh pengajar dan diunduh oleh siswa, antara pengajar dan siswa atau siswa
dengan siswa berkolaborasi melalui forum diskusi, e-mail, chat, tugas dan evaluasinya. Pengajaran ini
berbasis student based learning, sehingga keaktifan mahasiswa sangatlah penting.
Tidak ada yang menyangkal akan besarnya pengaruh positif dari teknologi pembelajaran
terhadap peningkatan kompetensi si pembelajar. Teknologi pembelajaran yang saat ini paling banyak
A-351

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014


Yogyakarta, 15 November 2014

ISSN: 1979-911X

diterapkan oleh dunia pendidikan adalah e-learning. E-learning dimanfaatkan secara optimal sebagai
sarana untuk melakukan knowledge management dalam konteks perkuliahan, dikarenakan banyaknya
keunggulan dari e-learning. Namun seperti juga teknologi pembelajaran pada umumnya, penggunaan
e-learning pun bisa menyebabkan sejumlah efek negatif bagi si pembelajar. Tulisan ini mencoba
menghadapkan potensi-potensi positif dengan potensi-potensi negatif dari e-learning sebagai sebuah
on line studying, sehingga bisa direkomendasikan karakter metode pembelajaran dan model-model
penugasan seperti apa yang sekiranya tepat diberikan melalui e-learning, dengan mengoptimalkan
potensi positif e-learning dan meminimalikan efek negatif e-learning.
Berdasarkan karakter e-learning maka dapat dipetakan potensi positif dan negative e-learning
sebagai berikut (Nazarlou, 2013)
1. Multi-medialization of studying material
Materi belajar berupa informasi kata-kata maupun gambar yang mengandung suara, gambar
kartun dan video, dan bahkan layar tiga dimensi. Potensi positifnya adalah membuat materi
kuliah lebih ekspresif sehingga transmisi informasi kepada si pembelajar lebih mudah atau
efisien, sehingga disinyalir bisa meningkatkan mutu efek pembelajaran. Potensi positif ini
muncul karena teknologi multimedia berhasil menjawab kecenderungan anak muda modern
yang lebih suka pada segala sesuatu yang penuh ide kreatif, bersifat audio-visual. Namun
demikian disisi lain ditengarai bahwa multimedialisasi materi belajar juga bisa memperlemah
kemampuan logika berfikir. Kemudahan-kemudahan yang disediakan oleh komputer, seperti
misalnya e-dictionary, akan membuat si pembelajar lebih banyak mengandalkan pada fasilitas
tersebut, dan kurang menggunakan kemampuannya sendiri untuk menemukan atau menggali
dengan fikirannya sendiri.
2. Autonomous learning
E-learning dapat memberikan sumber-sumber pembelajaran yang mendalam dan beragam
melalui hypertext, sehingga sangat memungkinkan si pembelajar untuk mengeksplorasi
pengetahuan secara bebas dan mandiri. Kemandirian belajar tanpa harus selalu mengandalkan
dosen ini sangat sejalan dengan paradigma student-active learning yang terus didorong.
Namun demikian harus diwaspadai ketika si pembelajar secara bebas dan terus-menerus
bermain dalam lautan informasi di internet, melahirkan kondisi lost in internet, suatu
kondisi dimana seseorang terhanyu
3. Virtualization of study
Aktifitas belajar dengan menggunakan e-learning merupakan sebuah proses belajar yang
sesungguhnya, karena tetap tercipta kelas nyata tanpa terkendala ruang, waktu dan kondisi.
Sifat on-line dari e-learning memungkinkan terselenggaranya kelas-kelas virtual tanpa
kondisi harus ada bersama-sama di ruang kelas, sehingga cara ini dianggap mampu
mengantisipasi ketiadaan ruang kelas, ketidaksinkronan waktu antara dosen dan mahasiswa,
dan perbedaan tempat dari setiap orang. Maka dari itu tidak ada kendala yang berarti bagi
sebuah matakuliah untuk memenuhi persyaratan akademis terkait jumlah pertemuan, karena
kendala pertemuan tatap muka bisa disiasati dengan kuliah on line. Namun ternyata belajar
secara virtual ini bisa menjauhkan si pembelajar dari dunia nyata, dan bahkan secara perlahan
bisa memperlemah kemampuan si pembelajar untuk beradaptasi dengan dunia nyata yang
kompleks.
4. Contact of space-time out limit relationship
Melalui e-learning, pembelajar sangat mungkin melakukan kontak satu sama lain tanpa
kehadiran fisik; disisi lain dapat berkomunikasi secara bebas dan setara tanpa saling melihat
perbedaan status sosial, gaya hidup dan latar belakang budaya . Ini menarik, bahwa interaksi
melalui e-learning mampu meniadakan diskriminasi fisik tak beralasan yang seringkali
menjadi masalah dalam komunikasi tatap muka. Namun demikian , kontak yang menembus
ruang dan waktu seperti ini berpotensi mengurangi kegiatan tatap muka yang interaktif (faceto-face interactive). Berkomunikasi menggunakan komputer yang meniadakan tubuh,
anonimitas, tidak memperlihatkan ekspresi bahasa (nada suara, ekspresi wajah, bahasa tubuh)
sebenarnya justru menyulitkan untuk mendapatkan komunikasi yang efisien karena
informasi yang baik memerlukan bahasa, suara dan gerak tubuh. Jadi meskipun e-learning
A-352

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014


Yogyakarta, 15 November 2014

ISSN: 1979-911X

mendorong terjadinya interaksi jaringan (interaction of network), tapi berpotensi


memperlemah aktifitas yang bersifat interpersonal. Akibatnya, perasaan atau kepekaan antar
manusia (interpersonal feeling) nya menjadi menipis, maka tingkat sosialisasi personalnyapun
menjadi rendah.
5. Gangguan kesehatan jangka panjang pada diri pembelajar, seperti radiasi, pandangan mata,
juga organ tubuh lainnya, termasuk sikap tubuh yang menjadi terlalu banyak berselancar di
internet dan computer bisa berpotensi mengurangi aktifitas luar, itupun terganggu komunikasi
interpersonalnya (direct interpersonal communication).
Dari pemetaan potensi positif dan negatif dari e-learning di atas, jelas bahwa e-learning
sebagai sebuah alat edukasi tidaklah sempurna dan masih mengandung problematik. Maka diperlukan
strategi untuk menentukan model pembelajaran dan model penugasan perkuliahan yang cukup tepat
dengan mengoptimalkan peran positif e-learning dan meminimalkan efek negatifnya.
Penggunaan teknologi multimedia sebaiknya terus didorong dalam pembelajaran e-learning,
baik dalam materi perkuliahan dosen maupun hasil karya mahasiswa melalui penugasan. Mengapa
multimedia? Menurut sebuah hasil riset, dua dari tiga pengaruh positif dari teknologi pembelajarana
adalah teknologi multimedia, dilihat dari dua hal berikut (Ohara, 2014) : [1] Content area learning.
Teknologi multimedia mempermudah si pembelajar untuk mengumpulkan informasi dan
meningkatkan kemampuan menulisnya (writing skill). Mereka menjadi semakin bisa menggali ide-ide
utama (main ideas), ide-ide pendukung (supporting details) serta membangun hubungan sebab-akibat
secara lebih baik - daripada pembelajar dengan cara tradisional; [2] Reading comprehensive. Bentukbentuk media seperti gambar, video dan audio klip, hypertext, hypermedia dan webpage terbukti
mampu meningkatkan kemampuan membaca dan pengayaan perbendaharaan kata.
Pembelajaran dengan menggunakan teknologi multimedia kapan tepatnya dilakukan? Menurut
Wijayanto (Wijayanto, 2010), berikut adalah piramida yang menggambarkan tingkat rerata ingatan
(retention rate) pembelajar berdasarkan jenis metodologi pengajaran yang diterapkan.

Education
The importance of
appropriate teaching
methodology

Retention
Rate

Source: National Learning Laboratories, Bethel, Maine, USA

Page 4

Gambar 3 : Metode Pembelajaran Yang Tepat (Wijayanto, 2010)


Teknologi multimedia sebaiknya digunakan dalam perkuliahan tatap muka di kelas maupun elearning. Setiap metodologi pengajaran diatas sangat bisa disajikan dan disampaikan dengan teknologi
multimedia, sehingga diharapkan akan meningkatkan efektifitasnya, diindikasikan dengan naiknya
rerata ingatan oleh si pembelajar. Pemutaran film atau video itu sendiri adalah teknologi dosen, yang
ditengarai menghasilkan hanya 5 % rerata ingatan, jika disajikan dengan materi yang sudah
dimultimediasasikan, tentu akan lebih memperlama perhatian dan diingat oleh mahasiswa. Tugas
membaca bisa dipresentasikan dan didiskusikan dengan pengayaan audioiovisual dan multimedia.
Oleh karena itu diperlukan kombinasi pembelajaran antara pembelajaran tradisional (tatap muka / face
to face) dan pembelajaran berbasis elektronik, yang kemudian dikenal dengan istilah blended learning.
A-353

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014


Yogyakarta, 15 November 2014

ISSN: 1979-911X

Konsep blended e-learning memungkinkan semua metodologi pengajaran tersebut diterapkan


baik dikelas maupun secara on line, sepanjang memanfaatkan teknologi multimedia. Sebuah
eksperimen terhadap para mahasiswa perguruan tinggi di luar neger menunjukkan bahwa mahasiswa
sangat
mengharapkan kemampuan dosen dalam menggunakan teknologi terkini dalam
mengkomunikasikan materi perkuliahan; dengan komposisi 50% ceramah dan 50% interaktif,
(Windham, 2014) .
Blended e-learning bisa dilakukan dengan memilah bagian mana dari sebuah metode yang
harus disampaikan secara langsung kepada mahasiswa, dan bagian mana yang bisa dilakukan secara
on line. Interaksi langsung atau komunikasi tatap muka perlu dilakukan untuk dosen menyampaikan
penugasan dan pembentukan tim, mendiskusikan cara kerja tim baik
Berbagai pengertian blended learning telah banyak dibahas, diantaranya yang telah
diungkapan Robin dalam bukunya Elearning, Blended Learning atau hybrid courses adalah
pembelajaran yang memadukan antara komponen online dan tatap muka (Rennie, 2009). Menurut
Singh H. (Qwaider, 2011), blended learning merupakan perpaduan antara pembelajaran atap muka
(trandisional) dan pembelajaran secara elektronik. Sistem blended learning dapat digambarkan sebagai
berikut :
Blended e-learning
System
Online delivery

Face to face

methods

delivery methods

Gambar 2. Pengertian Blended Learning System (Qwaider, 2011)


Dari gambar tersebut terlihat bahwa blended learning memadukan antara pembelajaran tatap
muka dan online. Dalam hal ini aplikasi web dapat berperan sebagai ruang kelas dan informasi secara
langsung dapat disampaikan melalui web tersebut. Blended learning dibutuhkan pada saat proses
belajar mengajar tidak hanya tatap muka, namun menambah waktu pembelajaran dengan
memanfaatkan teknologi dunia maya; mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop
antara pengajar dan siswa; Siswa dan pengajar dapat diposisikan sebagai pihak yang belajar (Ali,
2014). Menurut Ali (Ali, 2014), pelaksanaan blended learning sebagai continuum antara pembelajaran
konvesional dan online learning, yaitu : online penuh, online penuh dengan pilihan melakukan face to
face, beberapa kali online penuh dan beberapa kali face to face di kelas atau laboratorium, belajar face
to face namun siswa dipersyarakatkan mengikusi aktivitas online sebagai pengayaan atau tambahan,
belajar face to face namun siswa tidak diwajibkan / dipersyarakatkan mengikusi aktivitas online
seabgai pengayaan atau tambahan, dan pembelajaran konvensional (face to face).
Blended learning memanfaatkan teknologi synchronous dan asynchronous dalam
pembelajaran online. Pembelajar dapat mengakses materi program belajar (knowledge) dimanapun,
kapanpun. Sehinngga pembelajar dapat lebih menyesuaikan diri agar dapat mempunyai beragam
kesempatan dalam memilah materi pembelajaran, dan dapat lebih nyaman melakukan diskusi
(terutama bagi pembelajar yang kurang dapat berdiskusi / komunikasi secara tatap muka). Agar
pembelajaran online dapat lebih optimal, maka perlu adanya kolaboratif antar pembelajar baik oleh
pengajar maupun siswa. Contoh, penyelenggaraan diskusi online untuk suatu topik yang diberikan
oleh pengajar, mahasiswa saling memberikan pendapat, demikian pula pendapat atau kesimpulan dari
pengajar. Hal ini dapat mengatasi beberapa efek buruk kompetisi yang sering muncul pada saat
pembelajaran tatap muka (Rennie, 2009).
INTEGRASI KNOWLEDGE MANAGEMENT Dan BLENDED LEARNING SYSTEM
Knowledge Management dan Blended Learning System (KM dan BL) sama-sama mempunyai
tujuan memfasilitasi pembelajaran yang terorganisasi dengan baik. Pada awalnya KM dapat
dimanfaatkan sebagai repository pengetahuan, dimana resource dapat dikelola, dan didesiminasikan
A-354

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014


Yogyakarta, 15 November 2014

ISSN: 1979-911X

dengan efektif dan efisien. Sehingga diharapkan KM dan BL dapat lebih powerfull dalam mendukung
pembelajaran dengan mengelola materi dan aktivitas-aktivitas dalam peningkatan mutu pembelajaran
dan pengetahuannya. BL dapat berperan dalam penyampaian sumber-sumber
atau materi
pembelajaran (knowledge) agar siswa/pembelajar dapat memperdalam materi.
Selain itu, KM dan BS bertujuan mengkonstruksi pengetahuan untuk proses pembelajaran. BL
mampu menggabungkan kekuatan dan efektivitas dari pendekatan ruang kelas dengan lebih fleksibel
dan pembelajaran dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja memungkinkan pembelajar menjadi
lebih menyesuaikan dan bersifat individu. KM menitikberatkan pada organisasi pengetahuan,
mendistribusikan pengatahuan, dan BLs merupakan salah satu cara yang tepat untuk mendistribusikan
pengetahuan secara dimanik dan dapat sebagai media kolaborasi pengetahuan dengan dukungan
teknologi informasi.
Menurut tulisan Walid (Qwaider, Integrated of Knowledge Management and E-Learning
System, 2011), e-learning dan manajemen pengetahuan merupakan hal yang tidak dipisahkan karena
e-learning dapat meningkatkan efektivitas setiap fase dalam manajemen pengetahuan yaitu :
sosialisasi, ekternalisasi, kombinasi, internalisasi, kognisi dan umpan balik. Setiap tahapan tersebut
dapat didukung dengan memanfaatkan e-learning, misal pada tahapan kombinasi, pengetahuan tentang
suatu produk ataupun proses dalam suatu usaha (bisnis) dikelola untuk pembelajaran yang lebih efektif
dan efisien.
Penelitian lainnya menyebutkan bahwa berdasarkan mode siklus manajemen pengetahuan
gambar 1 di atas, menurut Nonaka dan Takeuchi (Yimaz, April 2012) disebutkan bahwa pengetahuan
(dalam organisasi) dibuat dengan interaksi / konversi yang secara berlangsung terus menerus antara
tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit berdasarkan pengalaman personal tidak dapat
dengan mudah tersirat dan disebarkan, namun pengatahuan eksplisit dapat dengan mudah tersirat,
format dan dikomunikasikan. Dukungan teknologi sangat penting untuk transformasi pengetahuan
tacit menjadi pengetahuan eksplisit, yaitu media e-learning dan blended learning.
KESIMPULAN
Dari paparan tulisan di atas, dapat disimpulkan bahwa KM dan BL merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan karena keduanya mengelola pengetahuan untuk proses pembelajaran. Pembelajaran
sepanjang hayat bagi pembelajar didukung oleh e-learning. E-learning dapat dimanfaatkan sebagai
tools pembelajaran dan pengelolaan pengetahuan. Namun tidak seluruhnya pembelajaran dilakukan
melalui e-learning dan tetap membutuhkan pembelajaran secara konvensional (tatap muka).
Perpaduan inilah yang dikenal dengan blended learning (BL) dan terus dikembangkan.
Berdasarkan siklus mode KM, yaitu internalisasi, sosialisasi, ekternalisasi, dan kombinasi,
mode sosialisasi akan mudah dilakukan dengan pembelajaran tatap muka, mode eksternalisasi dan
kombinasi dapat dilakukan dengan tatap muka ataupun online, serta untuk mode internalisasi dapat
didukung dengan pembelajaran online. Dengan demikian, BL dapat mendukung KM secara dinamis,
pendistribusian pengetahuan secara kolaboratif dengan sarana teknologi informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2014). Analisis dampak implementasi model blended learning(kombinasi pembelajaran di
kelas dan e-learning)pada mata kuliah medan elektromagnetik. academia.edu.
Mokhtari, Mortaza N. (April 2013). Research on Negative Effect on E-Learning, Mortaza Mokhtari
Nazarlou, International Journal of Mobile Network Communication & Telematics (UMNCT)
Vol.3. No.2, April 2013, HYPERLINK
"http://airccse.org/journal/ijmnct/papers/3213ijmnct02.pdf"
http://airccse.org/journal/ijmnct/papers/3213ijmnct02.pdf
O'Hara, etc., (April 2014).What is the Impact of Technology on Learning ? Susan ohara / Robert
Pritchard, Pearson Allyn Bacon Prentice Hall, 30 April 2014, HYPERLINK
"http://www.education.com/reference/article/what-impact-technology-learning/"
http://www.education.com/reference/article/what-impact-technology-learning/
Qwaider, W. Q. (2011). Integrated of Knowledge Management and E-Learning System. International
Journal of Hybrid Information Technology, Vol 4 No 4.
A-355

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014


Yogyakarta, 15 November 2014

ISSN: 1979-911X

Qwaider, W. Q. (December 2011). Integrated of Blended Learning System (BLs) and Knowledge
Management System. International Journal for e-Learning Security (IJeLS), Volume 1.
Rennie, R. M. (2009). Elearning, Panduan Lengkap Memahami Dunia Digital dan Inernet
(terjemahan oleh Teguh Wahyu Utomo). Jakarta: Pustaka Baca.
Wijayanto, (2010) Korupsi Mengorupsi Indonesia, Wjayanto, et.al, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta 2010
Yimaz, Y. (April 2012). Knowledge Management in E-learning Practices. TOJET, Volume 11 Issue 2.
,The Students Perspective, Carie Windham in Is It Age or IT: First Steps Toward
Understanding the Net Generation, Diana Oblinger EDUCAUSE James Oblinger, North Carolina
State University, HYPERLINK "https://net.educause.edu/ir/library/pdf/pub7101.pdf"
https://net.educause.edu/ir/library/pdf/pub7101.pdf
.,Introduction to Knowledge Management, Filemon A. Uriarte Jr, National Academy of
Science and Technology, Government of Japan, Japan-ASEAN Solidarity Fund, 2008

A-356

You might also like