Professional Documents
Culture Documents
A349-356 Retno Hendrowati
A349-356 Retno Hendrowati
ISSN: 1979-911X
ABSTRACT
Each Oganization or Institution strifing to improve the quality of human resources through
learning organization. The source of learning in the organization is managed through the knowledge
management (KM). KM means to create, manage, use, and disseminate knowledge. Knowledge in the
area of education may include teaching materials. Information technology can support KM to be more
quickly, accurately and efficiently. This model is also called e-learning concept. One application of
technology in support of teaching and learning is the availability of electronic applications based
learning (e-learning). E-learning allows remote learning, without face-to-face meetings and that the
learner can learn anytime, anywhere. But in reality, not all teaching materials can be optimized
through e-learning. Therefore we need the face-to-face learning, so that a direct interaction between
teachers and students can be conducted optimally. The combination of online and face-to-face
learning is called blended learning. However, how can integration on the managing of knowledge
management, by utilizing blended learning, improve the quality of learning?. In this paper we will
discuss the integration between the system of blended learning and knowledge management in
managing knowledge as a resource for the college. With descriptive qualitative research methods, we
will describe the utilization and management of blended learning and knowledge management. The
result of the discussion in this paper can be concluded that between knowledge management and
blended learning is one factor support each other, whereas KM deals with the acquisition of
knowledge and BL facilitates it. In higher education, KM and BL can be synergized to manage
teaching materials, and organization teaching materials.
Keywords : Blended learning, knowledge management system, e-learning, integrasi knowledge
management and blended learning
PENDAHULUAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pembelajaran adalah cara atau proses
menjadikan orang belajar.
Mutu pembelajaran mencerminkan kualitas dari sebuah proses
pembelajaran, yang indikatornya adalah kualitas hasil yang dicapai si pembelajar dari proses tersebut.
Menurut Umaedi (), proses pendidikan yang bermutu melibatkan input seperti siswa, guru, metode,
kurikulum, sarana, lingkungan dan pengelolaan pembelajaran yang baik.
Dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran, dunia pendidikan modern terus berinovasi
mengembangkan teknologi pembelajaran berbasis IT, salah satunya adalah memanfaatkan jaringan
internet dan mengembangkan apa yang disebut dengan sistem e-learning . Konsep e-learning atau
pembelajaran elektronik didorong oleh pentingnya konsep pembelajaran sepanjang hayat (lifelong
learning), dimana belajar bersifat fleksibel dalam arti tersedia kapan saja dan ditempat manapun.
Dalam konteks pembelajaran di pendidikan tinggi, saat ini telah banyak perguruan tinggi di Indonesia
yang sudah mulai menerapkan e-learning, baik di kota-kota besar maupun daerah. Fenomena ini
semakin kuat dengan adanya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Jarak Jauh pada Pendidikan Tinggi tahun 2010, yang membuka peluang bagi Perguruan
Tinggi untuk melakukan pendidikan on line berbasis IT. E-learning pun menjadi salah satu pilihan
utama untuk model pembelajaran dimaksud.
Melalui e-learning, proses belajar mengajar dilakukan secara virtual dimana materi ajar
diunggah oleh dosen dan diunduh oleh mahasiswa, serta dimungkinkan komunikasi dan kolaborasi
antara pengajar-siswa dan antar siswa melalui forum diskusi, e-mail, chat, tugas dan evaluasinya.
A-349
ISSN: 1979-911X
Namun pada praktiknya, tidak semua proses belajar-mengajar bisa efektif diselenggarakan secara
murni melalui e-learning. Memang pergeseran dari model pembelajaran tradisional tatap muka ke
model jarak jauh memerlukan tingkat adaptasi cukup sulit bagi penggunanya sehingga bisa
menjadikan e-learning kurang efektif apalagi ketika hambatan datang dari kultur atau mental (mental
block). Tetapi ternyata dalam penggunaan e-learning yang sudah biasapun terbukti kemudian ada
kekurangan-kekurangan yang hanya bisa diisi oleh interaksi langsung antara dosen dan siswa. Masalah
ini kemudian melahirkan konsep baru yang disebut sebagai blended-learning, sebuah integrasi antara
kuliah on line dan kuliah tatap muka.
Blended-learning tetap memerlukan perencanaan dan penanganan matang untuk bisa
mencapai efektifitas dalam hasil belajar, yaitu dengan melakukan pengelolaan materi pembelajaran
secara tepat. Pengelolaan pengetahuan sebagai materi belajar menjadi perhatian dari apa yang disebut
dengan Knowledge Management (KM). Knowledge Management merupakan paradigma baru yang
kini banyak diterapkan dan terus didorong sebagai budaya organisasi yang dianjurkan, agar terwujud
pembelajaran dalam organisasi yang berkelanjutan. Knowledge Management membantu mengelola
pengetahuan secara individu atau kelompok dalam organisasi atau antara organisasi yang dapat
mempengaruhi kualitas dan manfaat pengetahuan (Qwaider, 2011). Sistem manajemen pengetahuan
mencakup proses penciptaan, penyimpanan, dan pendistribusian informasi yang diperlukan untuk
belajar dan proses-proses tersebut akan bagus dengan dukungan teknologi informasi dalam hal ini
adalah blended-learning.
Blended Learning dan Knowledge Management sama-sama mempunyai tujuan memfasilitasi
pembelajaran yang terorganisasi dengan baik. Integrasi blended-learning dan Knowledge Management
akan menjadikan proses penyimpanan/repository serta diseminasi pengetahuan berjalan lebih efektif
dan efisien.
Pembahasan integrasi antara BL dan KM dalam makalah ini dilakukan dengan metode
deskriptif kualitatif, melalui tahapan menganalisis konsep e-learning, BL dan KM dengan mengacu
pada teori (studi pustaka) dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya.Menurut pemaparan penelitian
Walid dalam International Journal for e-learning Security (Qwaider, Integrated of Blended Learning
System (BLs) and Knowledge Management System, December 2011), BL dan KM secara tradisional
dianalisis sebagai sumber repository pengetahuan dan penyebaran pengetahuan yang efektif. Integrasi
BL dan KM adalah kemampuan pengiriman, penggunaan materi pembelajaran dan proses kolaborasi
pembelajaran demi keberhasilan dalam organisasi.
PEMBAHASAN
Konsep teori yang akan dipaparkan dalam makalah ini adalah knowledge management, elearning, dan blended learning. Perpaduan (integrasi) dari ketiganya akan dibahas dalam rangka
meningkatkan mutu pembelajaran di perguruan tinggi.
Knowledge Manajement (KM / Manajemen Pengetahuan)
Knowledge management (pengelolaan pengetahuan/KM) merupakan paradigma baru yang kini banyak
diterapkan dan terus didorong sebagai budaya organisasi yang dianjurkan. Berbagai pengertian dari
KM telah diungkapkan penelitian-penelitian sebelumnya. Knowledge management (KM) adalah
disiplin yang membantu mengelola pengetahuan secara individu atau kelompok, dalam organisasi atau
antar organisasi yang dapat mempengaruhi kualitas dan pemanfaatan pengetahuan. (Yimaz, April
2012). Knowledge management system (KMs) adalah suatu konsep yang dapat digunakan untuk
pembuatan repository pengetahuan, pengaksesan pengetahuan dan penyebaran pengetahuan melalui
kolaborasi komunikasi yang sesuai. Menurut Uriarte, yang dimaksud dengan knowledge management
adalah proses mengubah tacit knowledge (pengetahuan personal yang masih tersembunyi) menjadi
explicit knowledge (pengetahuan yang teridentifikasi, terstruktur, terdokumentasi), dan kemudian
dilakukan penyebarannya (knowledge sharing). Caranya adalah dengan merekamnya dalam mediamedia yang memungkinkan orang lain untuk bisa mengakses dan memanfaatkannya mulai dari
hanya secarik kertas hingga database komputer yang kompleks. (Uriarte, 2008, p.30). Ke semua
A-350
ISSN: 1979-911X
pengertian tersebut mempunyai tujuan yang sama mengenai KM yaitu untuk mendapatkan informasi
yang tepat untuk orang yang tepat pada saat yang tepat.
Nonaka dan Takeuchi (Yimaz, April 2012) mengembangkan model spiral pengetahuan untuk
menggambarkan siklus bagaimana pengetahuan dibuat, ditransfer dalam organisasi melalui interaksi
tacit maupun eksplisit. Keempat mode dalam siklus tersebut adalah sebagai berikut :
tacit
tacit
tacit
tacit
Sosialisasi
Eksternalisasi
eksplisit
Internalisasi
Kombinasi
eksplisit
eksplisit
eksplisit
ISSN: 1979-911X
diterapkan oleh dunia pendidikan adalah e-learning. E-learning dimanfaatkan secara optimal sebagai
sarana untuk melakukan knowledge management dalam konteks perkuliahan, dikarenakan banyaknya
keunggulan dari e-learning. Namun seperti juga teknologi pembelajaran pada umumnya, penggunaan
e-learning pun bisa menyebabkan sejumlah efek negatif bagi si pembelajar. Tulisan ini mencoba
menghadapkan potensi-potensi positif dengan potensi-potensi negatif dari e-learning sebagai sebuah
on line studying, sehingga bisa direkomendasikan karakter metode pembelajaran dan model-model
penugasan seperti apa yang sekiranya tepat diberikan melalui e-learning, dengan mengoptimalkan
potensi positif e-learning dan meminimalikan efek negatif e-learning.
Berdasarkan karakter e-learning maka dapat dipetakan potensi positif dan negative e-learning
sebagai berikut (Nazarlou, 2013)
1. Multi-medialization of studying material
Materi belajar berupa informasi kata-kata maupun gambar yang mengandung suara, gambar
kartun dan video, dan bahkan layar tiga dimensi. Potensi positifnya adalah membuat materi
kuliah lebih ekspresif sehingga transmisi informasi kepada si pembelajar lebih mudah atau
efisien, sehingga disinyalir bisa meningkatkan mutu efek pembelajaran. Potensi positif ini
muncul karena teknologi multimedia berhasil menjawab kecenderungan anak muda modern
yang lebih suka pada segala sesuatu yang penuh ide kreatif, bersifat audio-visual. Namun
demikian disisi lain ditengarai bahwa multimedialisasi materi belajar juga bisa memperlemah
kemampuan logika berfikir. Kemudahan-kemudahan yang disediakan oleh komputer, seperti
misalnya e-dictionary, akan membuat si pembelajar lebih banyak mengandalkan pada fasilitas
tersebut, dan kurang menggunakan kemampuannya sendiri untuk menemukan atau menggali
dengan fikirannya sendiri.
2. Autonomous learning
E-learning dapat memberikan sumber-sumber pembelajaran yang mendalam dan beragam
melalui hypertext, sehingga sangat memungkinkan si pembelajar untuk mengeksplorasi
pengetahuan secara bebas dan mandiri. Kemandirian belajar tanpa harus selalu mengandalkan
dosen ini sangat sejalan dengan paradigma student-active learning yang terus didorong.
Namun demikian harus diwaspadai ketika si pembelajar secara bebas dan terus-menerus
bermain dalam lautan informasi di internet, melahirkan kondisi lost in internet, suatu
kondisi dimana seseorang terhanyu
3. Virtualization of study
Aktifitas belajar dengan menggunakan e-learning merupakan sebuah proses belajar yang
sesungguhnya, karena tetap tercipta kelas nyata tanpa terkendala ruang, waktu dan kondisi.
Sifat on-line dari e-learning memungkinkan terselenggaranya kelas-kelas virtual tanpa
kondisi harus ada bersama-sama di ruang kelas, sehingga cara ini dianggap mampu
mengantisipasi ketiadaan ruang kelas, ketidaksinkronan waktu antara dosen dan mahasiswa,
dan perbedaan tempat dari setiap orang. Maka dari itu tidak ada kendala yang berarti bagi
sebuah matakuliah untuk memenuhi persyaratan akademis terkait jumlah pertemuan, karena
kendala pertemuan tatap muka bisa disiasati dengan kuliah on line. Namun ternyata belajar
secara virtual ini bisa menjauhkan si pembelajar dari dunia nyata, dan bahkan secara perlahan
bisa memperlemah kemampuan si pembelajar untuk beradaptasi dengan dunia nyata yang
kompleks.
4. Contact of space-time out limit relationship
Melalui e-learning, pembelajar sangat mungkin melakukan kontak satu sama lain tanpa
kehadiran fisik; disisi lain dapat berkomunikasi secara bebas dan setara tanpa saling melihat
perbedaan status sosial, gaya hidup dan latar belakang budaya . Ini menarik, bahwa interaksi
melalui e-learning mampu meniadakan diskriminasi fisik tak beralasan yang seringkali
menjadi masalah dalam komunikasi tatap muka. Namun demikian , kontak yang menembus
ruang dan waktu seperti ini berpotensi mengurangi kegiatan tatap muka yang interaktif (faceto-face interactive). Berkomunikasi menggunakan komputer yang meniadakan tubuh,
anonimitas, tidak memperlihatkan ekspresi bahasa (nada suara, ekspresi wajah, bahasa tubuh)
sebenarnya justru menyulitkan untuk mendapatkan komunikasi yang efisien karena
informasi yang baik memerlukan bahasa, suara dan gerak tubuh. Jadi meskipun e-learning
A-352
ISSN: 1979-911X
Education
The importance of
appropriate teaching
methodology
Retention
Rate
Page 4
ISSN: 1979-911X
Face to face
methods
delivery methods
ISSN: 1979-911X
dengan efektif dan efisien. Sehingga diharapkan KM dan BL dapat lebih powerfull dalam mendukung
pembelajaran dengan mengelola materi dan aktivitas-aktivitas dalam peningkatan mutu pembelajaran
dan pengetahuannya. BL dapat berperan dalam penyampaian sumber-sumber
atau materi
pembelajaran (knowledge) agar siswa/pembelajar dapat memperdalam materi.
Selain itu, KM dan BS bertujuan mengkonstruksi pengetahuan untuk proses pembelajaran. BL
mampu menggabungkan kekuatan dan efektivitas dari pendekatan ruang kelas dengan lebih fleksibel
dan pembelajaran dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja memungkinkan pembelajar menjadi
lebih menyesuaikan dan bersifat individu. KM menitikberatkan pada organisasi pengetahuan,
mendistribusikan pengatahuan, dan BLs merupakan salah satu cara yang tepat untuk mendistribusikan
pengetahuan secara dimanik dan dapat sebagai media kolaborasi pengetahuan dengan dukungan
teknologi informasi.
Menurut tulisan Walid (Qwaider, Integrated of Knowledge Management and E-Learning
System, 2011), e-learning dan manajemen pengetahuan merupakan hal yang tidak dipisahkan karena
e-learning dapat meningkatkan efektivitas setiap fase dalam manajemen pengetahuan yaitu :
sosialisasi, ekternalisasi, kombinasi, internalisasi, kognisi dan umpan balik. Setiap tahapan tersebut
dapat didukung dengan memanfaatkan e-learning, misal pada tahapan kombinasi, pengetahuan tentang
suatu produk ataupun proses dalam suatu usaha (bisnis) dikelola untuk pembelajaran yang lebih efektif
dan efisien.
Penelitian lainnya menyebutkan bahwa berdasarkan mode siklus manajemen pengetahuan
gambar 1 di atas, menurut Nonaka dan Takeuchi (Yimaz, April 2012) disebutkan bahwa pengetahuan
(dalam organisasi) dibuat dengan interaksi / konversi yang secara berlangsung terus menerus antara
tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit berdasarkan pengalaman personal tidak dapat
dengan mudah tersirat dan disebarkan, namun pengatahuan eksplisit dapat dengan mudah tersirat,
format dan dikomunikasikan. Dukungan teknologi sangat penting untuk transformasi pengetahuan
tacit menjadi pengetahuan eksplisit, yaitu media e-learning dan blended learning.
KESIMPULAN
Dari paparan tulisan di atas, dapat disimpulkan bahwa KM dan BL merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan karena keduanya mengelola pengetahuan untuk proses pembelajaran. Pembelajaran
sepanjang hayat bagi pembelajar didukung oleh e-learning. E-learning dapat dimanfaatkan sebagai
tools pembelajaran dan pengelolaan pengetahuan. Namun tidak seluruhnya pembelajaran dilakukan
melalui e-learning dan tetap membutuhkan pembelajaran secara konvensional (tatap muka).
Perpaduan inilah yang dikenal dengan blended learning (BL) dan terus dikembangkan.
Berdasarkan siklus mode KM, yaitu internalisasi, sosialisasi, ekternalisasi, dan kombinasi,
mode sosialisasi akan mudah dilakukan dengan pembelajaran tatap muka, mode eksternalisasi dan
kombinasi dapat dilakukan dengan tatap muka ataupun online, serta untuk mode internalisasi dapat
didukung dengan pembelajaran online. Dengan demikian, BL dapat mendukung KM secara dinamis,
pendistribusian pengetahuan secara kolaboratif dengan sarana teknologi informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2014). Analisis dampak implementasi model blended learning(kombinasi pembelajaran di
kelas dan e-learning)pada mata kuliah medan elektromagnetik. academia.edu.
Mokhtari, Mortaza N. (April 2013). Research on Negative Effect on E-Learning, Mortaza Mokhtari
Nazarlou, International Journal of Mobile Network Communication & Telematics (UMNCT)
Vol.3. No.2, April 2013, HYPERLINK
"http://airccse.org/journal/ijmnct/papers/3213ijmnct02.pdf"
http://airccse.org/journal/ijmnct/papers/3213ijmnct02.pdf
O'Hara, etc., (April 2014).What is the Impact of Technology on Learning ? Susan ohara / Robert
Pritchard, Pearson Allyn Bacon Prentice Hall, 30 April 2014, HYPERLINK
"http://www.education.com/reference/article/what-impact-technology-learning/"
http://www.education.com/reference/article/what-impact-technology-learning/
Qwaider, W. Q. (2011). Integrated of Knowledge Management and E-Learning System. International
Journal of Hybrid Information Technology, Vol 4 No 4.
A-355
ISSN: 1979-911X
Qwaider, W. Q. (December 2011). Integrated of Blended Learning System (BLs) and Knowledge
Management System. International Journal for e-Learning Security (IJeLS), Volume 1.
Rennie, R. M. (2009). Elearning, Panduan Lengkap Memahami Dunia Digital dan Inernet
(terjemahan oleh Teguh Wahyu Utomo). Jakarta: Pustaka Baca.
Wijayanto, (2010) Korupsi Mengorupsi Indonesia, Wjayanto, et.al, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta 2010
Yimaz, Y. (April 2012). Knowledge Management in E-learning Practices. TOJET, Volume 11 Issue 2.
,The Students Perspective, Carie Windham in Is It Age or IT: First Steps Toward
Understanding the Net Generation, Diana Oblinger EDUCAUSE James Oblinger, North Carolina
State University, HYPERLINK "https://net.educause.edu/ir/library/pdf/pub7101.pdf"
https://net.educause.edu/ir/library/pdf/pub7101.pdf
.,Introduction to Knowledge Management, Filemon A. Uriarte Jr, National Academy of
Science and Technology, Government of Japan, Japan-ASEAN Solidarity Fund, 2008
A-356