Pustaka: Edition. USA: Books / Company

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

Tanggal Praktikum: 5 Desember 2013

Preparat: Alkohol Absolut(1/20 prosedur)


I.

PUSTAKA
1.

Furniss, B.S, Hannaford, A.J. Smith ,P.W.G. Rogers, V.Tatchell, A.R, 1989,
Vogels Textbook of Practical Organic Chemistry,5 th ed, The English
Language Book Society and Longman, John willey and Sons Inc, New

2.

York,400-401.
Mc Murry, J. 2000. Organic Chemistry, 5th edition. USA: Books / Company
Pasific Grove,654-656.

II.

PROSEDUR
Ethanol of a high degree of purity is frequently required in preparative organic
chemistry. For some purposes ethanol of c.99,5 per cent purity is satisfactory; this
grade may be purchased (the absolute alcohol of commerce), or it may be
conveniently prepared by the dehydration of rectified spirit with calcium oxide.
Rectified spirit is the constant boiling point mixture which ethanol forms with
water, and usually contains 95,6 per cent of ethanol by weight. Whenever the term
rectified spirit is used in this book, approximately 95 per cent ethanol is to be
understood. Ethanol which has been denatured by the incorporation of certain
toxin additives, notably methanol, to render it unfit for consumption, constitutes
the industrial spirit (indusrial methylated spirit,IMS) of commerce; it is frequently
a suitable solvent for recrystallisations.
Dehydration of rectified spirit by calcium oxide. Pour the contents of a
Winchester bottle of rectified spirit (2-2,5 litres) into a 3-litre round-bottomed
flask and add 500 g of calcium oxide which has been freshly ignited in a muffle
furnance and allowed to cool in desiccator. Fit the flask with a double surface
codenser carrying a calcium chloride guard-tube, reflux the mixture gently for 6
hours (preferably using a heating mantle) and allow to stand overnight.
Reassamble the condenser for donward distillation via a splash head adapter to
prevent carry-over of the calcium oxide in the vapour stream. Attach a receiver
adapter which is protected by means of a calcium chloride guard-tube. Distill the
ethanol gently discarding the first 20 ml of distillate. Preserve the absolute ethanol
(99,5%) in a bottle with a well fitting stopper.

III.

DASAR TEORI

Alkohol merupakan suatu senyawa organik organik yang tersusun dari atom C,
H dan O dengan rumus umum C nH2n+1OH. Ciri khas alkohol yaitu terdapatnya
gugus OH pada rantai karbon. Rantai karbon dapat berupa gugus alkil jenuh
maupun tidak jenuh, gugus alkil tersubtitusi dan dapat pula terikat pada rantai
siklik. Selain alkohol dengan satu gugus OH dikenal pula alkohol yang memiliki
gugus OH lebih dari satu. Alkohol yang memiliki satu gugus OH disebut
alkohol monohodroksi, alkohol dengan dua gugus OH disebut alkohol dihidroksi
dan seterusnya.
Berdasarkan atom karbon yang mengikat gugs OH alkohol dikelompokan
menjadi:
a. Alkohol primer, yaitu alkohol yang gugus OH terikat pada C primer

b. Alkohol sekunder, yairu alkohol yang gugus OH terikat pada C sekunder

c. Alkohol tersier, yaitu alkohol yang gugus OH terikat pada C tersier

Tata Nama Alkohol


Tata nama IUPAC

1) Tata nama alkohol tidak begitu berbeda dengan pemberian nama pada alkana.
Perbedaannya yaitu akhiran a pada alkana terkait diganti dengan akhiran ol.
2) Pemberian nomor pada atom karbon dimulai dari atom karbon yang paling
dekat dengan gugus OH.
Contoh

Tata Nama Trivial


Tata nama trivial atau nama umum hanya berlaku untuk alkohol-alkohol suku
rendah atau alkohol-alkohol dengan rumus molekul sederhana. Tata nama trivial
untuk alkohol yaitu dengan menyebut nama gugus alkil yang mengikat gugus
OH kemudian diikuti dengan kata alkohol.

Isomer dan Sifat Alkohol

Senyawa-senyawa alkohol dengan jumlah atom karbon yang sama dapat


mengalami isomer. Pada alkohol terjadi isomer posisi, yaitu alkohol dengan
jumlah atom karbon sama tetapi letak gugus OH dalam struktur berbeda.
Misalnya alkohol dengan rumus molekul C 3H8O dapat ditulis dengan dua rumus
struktur.

Kelarutan alkohol dalam air dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang
terdapat pada alkohol. Alkohol dengan 1-3 atom karbon meruapakan cairan tak
berwarna dan dapat larut dalam air dengan segala perbandingan, 4-5 atom karbon
sedikit larut dalam air sedangkan alkohol dengan jumlah atom karbon > 6 tidak
larut dalam air.
Berdasarkan struktur yang dimiliki, alkohol merupakan gabungan antara
alkana atau gugus R dan air. Gugus R bersifat nonpolar atau lipofilik, gugus OH
bersifat polar atau hidrofobik, ketika alkohol dengan jumlah atom karbon sedikit
ketika dilarutkan dalam air maka gugus OH dapat membentuk ikatan hidrogen
dengan molekul air. Namun ketika jumlah atom karbon makin banyak maka sifat
nonpolar dari gugus R atau alkana lebih dominan sehingga kelarutan dalam air
berkurang bahkan tidak larut ketika jumlah atom karbon makin banyak.
Makin tinggi berat molekul maka makin tinggi pula titik didih dan
viskositasnya. Titik didih alkohol lebih tinggi dari alkana yang berat molekulnya
hampir sama karena terbentuk ikatan hidrogen dengan sesama molekul alkohol.
Pada alkana tidak terbentuk ikatan hidrogen antar sesama molekul.
Titik didih alkohol titik didh alkohol primer > alkohol sekunder > tersier. Pada
alkohol-alkohol bercabang memiliki titik didih lebih rendah dari alkohol dengan
dengan rantai lurus. Dengan ketentuan memiliki berat molekul yang hampir sama
atau dengan jumlah atom karbon sama. Hal ini disebabkaa alkohol-alkohol
bercabang bentuk molekulnya menyerupai bola.

Berikut beberapa fungsi alkohol secara umum


a) Sebagai bahan dasar sintesis senyawa organik
b) Sebagai pelarut
c) Sebagai bahan dasar pembuatan deterjen sintetik misalnya lauril alkohol.
d) Sebagai bahan pembersih kaca
e) Untuk hewan-hewan koleksi yang berukuran kecil alkohol dapat dijadikan
sebagai pengawet.
f) Campuran metanol dan etanol sering dicampurkan dengan bensin sebagai bahan
bakar.
Reaksi-Reaksi pada Alkohol
Gugus OH merupakan gugus fungsi dari alkohol oleh sebab itu sebagian
besar reaksi terjadi pada gugus tersebut. Berikut merupakan beberapa reaksi yang
terjadi pada alkohol: reaksi oksidasi, penggantian gugus OH, penggantian atom
H pada gugus OH oleh gugus asam, logam aktif dan gugus alkil.

Alkohol Absolut
Alkohol absolute merupakan cairan yang tidak berwarna, jernih, mudah
menguap, mudah bergerak, bau khas , rasa panas, mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru tidak berasap,mudah larut dalm air,kloroform dan eter p.
Alkohol terdiri dari molekul polar, diman oksigen mengemban muatan
negative parsial. Karena alkohol dapat membentuk ikatan hydrogen antara
molekul-molekulnya maka titik didih alkohol lebih tinggi daripada alkil halida
atau eter yang bobot molekulnya sebanding.Alkohol berbobot molekul lebh
rendah larut dalam air disebabkan oleh ikatan hydrogen alkohol-air. Bagian
hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofob, yakni menolak molekul- molekul air.
Makin panjang bagian hidrokarbon ini akan makin rendah kelarutannnya.

Alkohol absolut didapat dari alkohol 95% dengan mengguakan azeotrop


tersier (misal dengan destilasi menggunakan tiga komponen azeotrop). Campuran
7,5%air (titik didih 100C), 18,5% etanol (titik didih 78,3C), dan 74% benzene
(titik didih 80C), menghasilkan azeotrop tersier (titik didih 64,9C), yang mana
merupakan titik didih minimum campuran. Benzene dan etanol membentuk
azeotrop biner (titik didih 68,2C). Jadi, ketika campuran 95% etanol dan benzene
didestilasi ,azeotrop tersier yang akan didestilasi terlebih dagulu, diikuti dengan
azeotrop biner dan fraksi akhir (titik didih 78,3C)adalah alkohol absolut.
Campuran Azeotrop
Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih cairan (kimiawi) pada ratio
tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi
biasa. Ketika campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki
komposisi yang sama dengan fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut
juga constant boiling mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika
campuran tersebut dididihkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut :

Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi
sebelum mencapai azeotrop.Campuran kemudian dididihkan dan uapnya
dipisahkan dari sistem kesetimbangan uap cair (titik B).Uap ini kemudian
didinginkan dan terkondensasi (titik C).Kondensat kemudian dididihkan,
didinginkan, dan seterusnya hingga mencapai titik azeotrop. Pada titik azeotrop,
proses tidak dapat diteruskan karena komposisi campuran akan selalu tetap. Pada
gambar di atas, titik azeotrop digambarkan sebagai pertemuan antara kurva
saturated vapor dan saturated liquid. (ditandai dengan garis vertikal putus-putus)
Dalam bidang kimia, distilasi azeotropik merujuk pada teknik-teknik yang
digunakan untuk memecah azeotrop dalam distilasi. Dalam rekayasa kimia, salah
satu teknik untuk memecah titik azeotrop adalah dengan penambahan komponen

lain untuk menghasilkan azeotrop heterogen yang dapat mendidih pada suhu lebih
rendah, misalnya penambahan benzena (bisa juga dengan garam dan solvennya)ke
dalam campuran air dan alkohol.
Jika konstituen campuran tidak campur sempurna, azetrop akan terdapat
miscibility gap. Tipe azeotrop ini disebut azeotrop heterogen.Jika komposisi
azeotrop di luar miscibility gap atau konstituen campuran campur sempurna, tipe
ini disebut azeotrop homogen.Azeotrop yang mengandung dua konstituen disebut
azeotrop biner.Yang mengandung tiga konstituen disebut azeotrop tersier.

Metode Pemisahan Komponen Azeotrop


Banyak metode yang bisa digunakan untuk menghilangkan titik azeotrop pada
campuran heterogen. Contoh campuran heterogen yang mengandung titik
azeotrop yang paling populer adalah campuran ethanol-air, campuran ini dengan
metode distilasi biasa tidak bisa menghasilkan ethanol teknis (99% lebih)
melainkan maksimal hanya sekitar 96,25 %. Hal ini terjadi karena konsentrasi
yang lebih tinggi harus melewati terlebih dahulu titik azeotrop, dimana komposisi
kesetimbangan cair-gas ethanol-air saling bersilangan. Beberapa metode yang
populer digunakan adalah :
Pressure Swing Distillation
Extractive Distillation
Refluks
Dalam pembuatan alkohol absolut juga dilakukan proses refluks. Refluks
adalah peristiwa uap yang mengkondensasi dikembalikan ke labu. Refluks
dilakukan untuk mempercepat reaksi dengan jalan pemanasan tetapi tidak
mengurangi jumlah zat yang ada. Pada umumnya reaksi-reaksi senyawa organik
berjalan lambat sehingga campuran reaksi perlu dipanaskan tetapi pemanasan
akan menyebabkan penguapan, baik pereaksi maupun hasil reaksi. Karena itu,
agar reaksi campuran tersebut dapat berjalan dengan cepat tanpa adanya
penguapan, maka dilakukanlah pemanasan secara refluks.
Destilasi

Destilasi merupakan suatu proses di mana zat cair dipanaskan hingga titik
didihnya dan mengalirkan uap ke dalam alat pendingin yang disebut kondensor,
dan mengumpulkan hasil pengembunan sebagai zat cair.
Proses destilasi terdiri dari 3 tahap :
a. Mengubah substansi dalam bentuk uapnya
b. Memindahkan uapnya yang telah terbentuk
c. Mengkondensasi uap yang terbentuk menjadi cairannya kembali
Jika suatu zat cair yang murni didestilasi dan grafik antara temperatur destilasi
dan hasil destilasi digambarkan, diperoleh suatu garis lurus.Bila suatu zat cair
diletakkan dalam ruang tertutup, sebagian molekulnya masuk ke dalam fase uap
dan molekul fase uap masuk kembali ke fase cair. Akhirnya tercapai
kesetimbangan kadar molekul molekul yang keluar dan masuk kembali ke fase
cair yang sama. Bila temperatur zat cair dinaikkan sampai suatu tingkat dimana
tekanan uap melebihi tekanan udara, zat cair itu mulai mendidih.
Zat Pengering
Pada pemurnian zat cair diperlukan suatu zat anorganik yang sesuai sebagai
pengering untuk mengeringkan zat yang dimurnikan dari air. Syarat pemilihan zat
pengering:
1. Tidak bereaksi dengan zat organik
2. Kapasitas mengeringkan besar dan harus dapat bekerja dengan cepat
3. Tidak larut dalam cairan organik dan mudah dipisahkan
4. Tidak mempunyai efek katalitik untuk terjadinya reaksi kimia dari senyawa
organik, misalnya polimerisasi, reaksi kondensasi, oto-oksidasi dan lain-lain.
5. Murah dan mudah didapat
Superheating dan Bumping
Superheating adalah suatu keadaan dimana cairan memiliki suhu yang lebih
tinggi dari titik didihnya. Adanya perbedaan tekanan dan suhu yang besar di
antara bagian bagian dari cairan dapat menimbulkan suatu percikan yang kuat
atau suatu ledakan. Peristiwa ini disebut bumping. Untuk mencegah destilasi pada
tekanan atm ditambah batu didih pada waktu masih dingin. Pada pendinginan
biasa, bumping dapat dihindari dengan : pengadukan, penambahan batu didih,
pemanasan merata, isi labu tidak lebih dari 2/3 volume labu.

IV.

TUJUAN
1.
2.

V.

Mampu menjelaskan cara memisahkan campuran azeotrop.


Mampu memperoleh alkohol absolut tanap kontak dengan udara luar.

ALAT DAN BAHAN


Alat-alat :
1. Labu alas bulat
2. Gelas ukur
3. Tabung CaCl2
4. Pendingin balik
5. Pendingin Liebig
6. Penangas air
7. Termometer
8. Pipa bengkok
9. Adaptor

10. Statif dan klem


11. Labu hisap
12. Erlenmeyer
13. Corong kaca
Bahan:
1.
2.
3.

Etanol 96%
CaO
Batu didih

100 ml
5g

VI.

MEKANISME REAKSI
C2H5OH . XH2O + CaO

Etanol 95% kalsium oksida

VII.

Ca(OH)2
+
C2H5OH
kalsium hidroksida
etanol absolute

CARA KERJA
1. Dimasukkan 100 ml etanol 95% dan 5 g CaO ke dalam labu alas bulat ,
ditambahkan beberapa butir batu didih.
2. Dipasang pendingin balik, diatas pendingin dihubungkan dengan tabung CaCl2
3. Refluks campuran selama 1 jam
4. Dilakukan destilasi sedrhana untuk memperoleh alkohol absolut, dimana
penampung juga dihubungkan dengan tabung CaCl2 (1-2 tetes destilat pertama
ditampung di Erlenmeyer, kemudian dibuang)
5. Ditentukan titik didih dan ditentukan indeks biasnya, kemudian dimasukkan
botol hasil.

VIII.

SKEMA KERJA
Disiapkan 100 ml etanol 96%, 5 gram CaO, dan beberapa butir batu didih

Dimasukkan ke dalam alas bulat 250 ml


Dipasang pendingin balik , diatas pendingin dihubungkan dengan tabung CaCl2
Dialirkan air melalui pendingin balik
Refluks campuran selama 1 jam
Didiamkan 30 menit

Dilakukan proses destilasi sederhana,dimana penampung dihubungkan dengan


tabung CaCl2
1-2 tetes destilat pertama ditampung di Erlenmeyer, kemudian selanjutnya hasil
ditampung dalam labu hisap
Ditentukan titik didih dan indeks bias

Hasil ditimbang , dimasukkan dalam botol hasil

IX.

GAMBAR PEMASANGAN ALAT

100 ml
etanol

5
gram

Batu

1
2

DESTILASI SEDERHANA

X.

HASIL PERCOBAAN
Jumlah dalam Gram
Hasil teoritis : 75,8229 gram

REFLUKS

Hasil praktis : 18,6 gram


Rendemen / Persentase Hasil
18,6 gram

x 100
75,8229 gram
=24,5 %
XI.

PEMBAHASAN /DISKUSI
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendapatkan alkohol absolut (99,5%),
yang dilakukan adalah dengan mengukur etanol 96% dan menimbang CaO lalu
mencampurkan kedua zat tersebut dalam labu alas bulat leher pendek. Alkohl
absolut (99,5%) dapat dibuat dengan menghilangkan air dari etanol 96% dengan
reaksi kimia. Misal, etanol 96% didestilasi dengan benzene untuk menghilangkan
air karena campuran azeotrop akan menguap lebih dahulu. CaO yang dicampur
dengan etanol berfungsi sebagai zat pengering karena dapat menghilangkan 5%
air dari etanol dan dapat bereaksi dengan air membentuk etanol-kalsium
hidroksida yang sukar larut, Ca(OH)2. CaO tidak boleh dibiarkan di udara terbuka
karena CaO bersifat higroskopis. CaO yang digunakan harus memenuhi standar
yaitu :
a. Tidak bereaksi dengan zat organic
b. Kapasitas mengeringkan besar dan harus dapat bekerja cepat
c. Tidak larut cairan organic dan mudah dipisahkan
d. Tidak mempunyai efek katalitik untuk terjadinya reaksi kimia dari senyawa
organik, misalnya polimerisasi , reaksi kondensasi ,autooksidasi, dan lainlain.
e. Sifat tidak stabil seperti higroskopis, deliquescent , dan efflorescent
f. Murah dan mudah didapat.

Setelah CaO dan etanol bercampur, masukkan batu didih supaya tidak terjadi
bumping. Lalu campuran CaO dan etanol tersebut direfluks dengan pendingin
bola selama 1 jam supaya uap yang terbentuk dapat terkondensasi kembali. Bolabola pada pendingin ini gunanya untuk memperluas pekerjaan pendingin supaya
pendinginan sempurna. Di atas pendingin bola dipasang tabung CaCl2 yang berisi

CaCl2 anhidrida dan ditutup dengan kapas. CaCl2 yang dimasukkan ke dalam
tabung harus memenuhi persyaratan yaitu:
a. Dipanaskan dahulu sebelum digunakan ,supaya tidak mengandung air.
b. Setelah dipakai untuk refluks , tabung CaCl2 yang telah jenuh dan
terkontainasi harus dipijar sebelum digunakan kembali.
Hal ini dimaksudkan untuk melindungi zat dari pengaruh uap air dan
melindungi zat dari CO2 sehingga bisa didapatkan alkohol absolut. Setelah refluks
selesai, diamkan 30 menit. Lalu lakukan destilasi sederhana dengan seperangkat
alat destilasi, penampung hasil destilasi juga dihubungkan dengan tabung CaCl2
dan buang 1-2 tetes destilat pertama di erlenmeyer.Kemudian selanjutnya hasil
ditampung dalam labu hisap yang telaah dihubungkan dengan tabung CaCl2.
Setelah destilasi selesai , timbang hasilnya, tentukan titik didih serta indeks
biasnya. Selain CaO, bahan lain yang dapat digunakan untuk menghilangkan air
dalam etanol 95% adalah benzen karena campuran azeotrop benzen-air-etanol
akan menguap lebih dahulu. Dan juga K2CO3 anhidrat , CaSO4 anhidrat, MgSO4
anhidrat karena ketiga zat tersebut merupakan dying agent untuk golongan
alkohol.

XII.

KESIMPULAN
1. Pada proses pembuatan Alkohol Absolut didapat kristal Alkohol Absolut
sebesar 18.6 gram. Hasil ini kurang dari hasil teoritis yaitu 75,8229 gram,
sehingga didapatkan persen hasil sebesar 24.5%
2. Kekurangan Alkohol Absolut yang didapat akibat dari terjadi penguapan
Alkohol Absolut saat proses destilasi karena masih ada pori pada sumbat
gabus yang digunakan walaupun sumbat itu sudah diberi lem kertas.
3. Titik didih teoritis 78,5C, pada saat praktikum kita mendapatkan titik didih
kurang dari 78,5C kaena proses destilasi tidak dilakukan proses

penghomogenan cairan dalm labu detilasi sehingga dapat menyebabkan


bumping.
XIII.

TANDA TANGAN PESERTA PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II


PEMBUATAN ALKOHOL ABSOLUT

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
2013

You might also like