Professional Documents
Culture Documents
070 Sna 17 Mataram
070 Sna 17 Mataram
070 Sna 17 Mataram
Abstrak
Dalam era globalisasi saat ini, informasi menjadi komoditi strategis,
sehingga investasi sistem informasi dilakukan dengan harapan pekerja
memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kinerja. Penelitian ini
bertujuan menguji dan menganalisis pengaruh: 1) perilaku adaptasi berfokus
masalah dan perilaku adaptasi berfokus emosi terhadap infusi sistem
informasi; 2) pemanfaatan sistem informasi terhadap infusi sistem
informasi; 3) infusi sistem informasi terhadap kinerja pengguna sistem
informasi; dan 4) mediasi infusi sistem informasi atas pengaruh
pemanfaatan sistem informasi terhadap kinerja pengguna sistem informasi.
Penelitian ini dilaksanakan di Makassar pada kantor PT. PLN Wilayah
Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara. Pengumpulan data dilakukan
melalui survei dengan menyebarkan kuisioner kepada pengguna sistem
Enterprise Resource Planning (ERP). Kuesioner diisi oleh 101 pengguna
1.
Pendahuluan
menjadi topik yang banyak diteliti saat ini (Zaied, 2012). Konsekuensi positif yang
diharapkan dari pemanfaatan sistem informasi adalah dampaknya terhadap kinerja
individual. Namun, penelitian-penelitian empiris belum menunjukkan hasil yang
konsisten (Beaudry dan Pinsonneault, 2000). Beberapa penelitian menemukan
pemanfaatan teknologi informasi berdampak positif terhadap peningkatan kinerja
individu (Davis et al., 1989; Thompson et al., 1991; Goodhue dan Thompson, 1995,
Chang et al., 2011), sementara penelitian lainnya menemukan pemanfaatan sistem
informasi tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja (Igbaria et al., 2000;
Lucas dan Spitler, 1999; Fung Jin, 2003). Brynjolfsson (1993) mengajukan beberapa
penjelasan akan perbedaan hasil ini, yaitu kemungkinan adanya variabel intervensi yang
bekerja di antara pemanfaatan sistem dengan kinerja. Cooper dan Zmud (1990)
menyatakan bahwa variabel yang mungkin dapat memediasi hubungan antara
pemanfaatan teknologi informasi dengan kinerja adalah infusi teknologi informasi yang
didefinisikan sebagai tingkat melekatnya teknologi informasi ke dalam sistem kerja
pengguna sistem informasi.
Beaudry dan Pinsonneault (2000) menggunakan teori coping yang dikemukakan
oleh Folkman dan Lazarus (1980) sebagai dasar yang menghubungkan apropriasi dan
infusi teknologi informasi dalam sebuah rerangka kerja konseptual yang baru, hubungan
apropriasi dan infusi teknologi informasi dalam pemanfaatan teknologi informasi, dan
dampaknya terhadap kinerja individual. Dalam hal ini, apropriasi teknologi informasi
didefinisikan sebagai proses coping yang bertujuan meningkatkan derajat infusi
teknologi informasi yang didefinisikan sebagai tingkat integrasi teknologi informasi ke
dalam sistem kerja, kebiasaan, dan kompetensi pengguna.
Penelitian ini untuk menguji secara empiris pengaruh pemanfaatan sistem
informasi terhadap peningkatan kinerja individu dengan infusi sistem informasi sebagai
variabel intervening berdasarkan rerangka kerja Beadury dan Pinsonneault (2000) yang
menghubungkan proses apropriasi teknologi informasi dalam pemanfaatan teknologi
informasi yang berdampak pada level infusi teknologi informasi. Berfokus pada
perilaku adaptasi teknologi informasi pada level individu, Fadel (2011) melakukan
penelitian empiris untuk menguji perilaku adaptasi pengguna sistem informasi yang
memengaruhi infusi sistem informasi ke dalam pekerjaan pengguna sistem informasi
Coping Theory
Penyelesaian masalah (coping) berhubungan dengan tindakan-tindakan adaptasi
yang dilakukan oleh individual dalam merespon ke peristiwa-peristiwa pengganggu
yang terjadi di lingkungannya (Jogiyanto, 2007:353). Folkman dan Lazarus (1980)
mendefinisikan coping sebagai usaha-usaha kognitif dan perilaku adaptasi yang
digunakan untuk mengelola permintaan-permintaan eksternal dan atau internal spesifik
yang dinilai melebihi sumber-sumber daya dari orang tersebut.
Perilaku Adaptasi
Adaptasi pemakai didefinisikan sebagai suatu penyelesaian masalah (coping),
dengan demikian dapat dipelajari aneka macam respon dari pemakai termasuk cara
pemakai mengembalikan kestabilan emosinya, memodifikasi tugas-tugas, menginvestasi
kembali, dan mengadaptasi teknologi, atau bahkan menolaknya (Jogiyanto, 2007:356).
Lazarus dan Folkman (1984) membagi coping ke dalam dua bagian yaitu problemfocused coping (adaptasi berfokus masalah) dan emotion-focused coping (adaptasi
berfokus emosi). Adaptasi berfokus masalah mengarah pada penyelesaian masalah,
seperti mencari informasi mengenai suatu masalah, mengumpulkan solusi yang dapat
dijadikan alternatif, memilih alternatif, dan menjalankan alternatif yang dipilih.
Adaptasi berfokus emosi merupakan sekumpulan proses kognitif yang diarahkan untuk
mengurangi penderitaan emosional dan mencakup strategi seperti menghindari,
meminimalisir, menjaga jarak, perbandingan positif, dan mencari nilai positif dari
sebuah peristiwa negatif.
Dalam konteks ini, tindakan berfokus masalah (problem focused acts) termasuk
seluruh perilaku yang terjadi dalam upaya untuk mengubah teknologi itu sendiri dan
prosedur-prosedur pemanfaatannya maupun untuk mengadaptasi sistem kerja tersebut
(tugas-tugas, prosedur operasional, dan kebutuhan fungsional) terhadap TI baru.
Adaptasi berfokus emosi (emotion focused acts) berorientasi pada diri sendiri dan tujuan
personal untuk mengubah persepsi dalam menghadapi konsekuensi kejadian sistem
informasi atau mengurangi ketegangan-ketegangan emosional. Kedua jenis tindakan
coping ini akan mengarahkan pada peningkatan level infusi IT (Beaudry dan
Pinsonneault, 2000).
Infusi Sistem Informasi
Infusi sistem informasi didefinisikan sebagai peningkatan efektivitas organisasi
yang diperoleh melalui pemanfaatan aplikasi teknologi informasi secara penuh
(Cooper dan Zmud, 1990), derajat integrasi teknologi dengan proses bisnis yang ada
(Eder dan Igbaria, 2001), serta melekatnya aplikasi teknologi informasi secara
mendalam dan komprehensif dalam sistem kerja organisasi ataupun individual (Saga
dan Zmud, 1994). Menurut Fadel (2011) yang pokok dari definisi ini adalah 1)
teknologi dapat diintegrasikan pada berbagai tingkatan oleh organisasi dan individual,
dan 2) manfaat yang diperoleh dari teknologi oleh organisasi dan individual tergantung
pada tingkatan integrasi ini. Hasil dari proses infusi ini adalah pemanfaatan seluruh
potensi yang ada dalam aplikasi teknologi informasi secara penuh (Cooper dan Zmud,
1990). Dalam tahapan tersebut, infusi merupakan tahap terakhir pada seluruh tahap
implementasi TI. Dengan demikian, infusi merupakan tahap pemanfaatan teknologi
informasi paling tinggi karena dimanfaatkannya seluruh aplikasi teknologi informasi
untuk mendukung penyelesaian tugas dan pekerjaan individu dalam organisasi.
Beaudry dan Pinsonneault (2000) mengajukan model (gambar 1) yang mengkaji
apropriasi teknologi informasi dan infusi teknologi informasi untuk memberikan
pemahaman yang lebih baik mengenai cara pemanfaatan teknologi informasi dan
hubungannya terhadap kinerja individual. Proses apropriasi teknologi informasi akan
mendorong ke arah level infusi yang lebih tinggi. Dengan demikian level infusi
mengintervensi hubungan antara pemanfaatan teknologi informasi dengan kinerja
individual. Semakin tinggi level infusi teknologi informasi akan berhubungan dengan
peningkatan kinerja (Beaudry dan Pinsonneault, 2000).
Gambar 1 Model hubungan apropriasi teknologi informasi, level infusi, dan
hubungannya dengan kinerja individual
IT-User
Coping Acts
Level of
Infusion
IT-User
Infusion
IT Use
Individual
Performance
IT Use
IT-Work
Coping Acts
IT-Work
Infusion
Individual
Performance
Kinerja
Goodhue dan Thompson (1995) menyatakan bahwa kinerja yang dihasilkan oleh
faktor kesesuaian tugas teknologi berimplikasi pada efisiensi, efektivitas, dan kualitas
yang lebih tinggi terhadap pemanfaatan teknologi, serta implikasi kinerja yang lebih
baik pada sistem informasi. Kinerja yang lebih baik tersebut tercapai karena dapat
memenuhi kebutuhan individual dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.
Model rantai tekonologi kinerja yang diajukan oleh Goodhue dan Thompson (1995),
teknologi informasi memiliki dampak positif terhadap kinerja individual jika teknologi
tersebut dimanfaatkan (utilized) dan teknologi memiliki kesesuaian dengan serangkaian
tugas yang ada. Kinerja yang lebih baik tercapai karena dapat memenuhi kebutuhan
individual dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.
2.1. Pengaruh Adaptasi Berfokus Masalah terhadap Infusi Sistem Informasi
Adaptasi berfokus masalah diarahkan pada penanganan isu-isu yang berhubungan
dengan kegiatan teknologi informasi secara langsung dengan cara mengadaptasi diri
sendiri, mengadaptasi pekerjaannya, dan mengadaptasi sistem. Mengadaptasi diri
sendiri dilakukan dengan merubah kebiasaan-kebiasaan personal untuk menyesuaikan
dirinya ke lingkungan teknologinya (Orlikowski 1996; Tyre dan Orlikowski, 1994),
mempelajari keahlian-keahlian baru (Tyre dan Orlikowski, 1994), dan memperbaiki
komitmen kerja (Majchrzak dan Cotton, 1988). Mengadaptasi pekerjaan dengan
memodifikasi prosedur-prosedur dan pekerjaan-pekerjaan rutin (Tyre dan Orlikowski,
1996). CMUA (Beaudry dan Pinsonneault, 2005) menyatakan bahwa perilaku adaptasi
akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas individual dengan menggunakan sistem
informasi dalam cara yang lebih produktif. Dalam konsep infusi sistem informasi
pengguna sistem informasi akan mengubah lingkungannya untuk mengintegrasikan
secara penuh fitur-fitur teknologi ke dalam tugas-tugas rutin yang akan berdampak
positif terhadap level infusi sistem informasi (Fadel, 2011). Berdasarkan uraian tersebut,
penelitian ini mengajukan hipotesis pertama sebagai berikut:
H1. Perilaku adaptasi berfokus masalah berpengaruh positif terhadap infusi sistem
informasi.
2.2. Pengaruh Adaptasi Berfokus Emosi terhadap Infusi Sistem Informasi
Adaptasi berfokus emosi diorientasikan menuju ke diri sendiri dan mengarah ke
perubahan persepsi seseorang akibat konsekuensi-konsekuensi dari kejadian teknologi
informasi atau untuk mengurangi ketegangan emosional (Jogiyanto, 2007:368).
Berkenaan dengan hal tersebut, penelitian ini meyakini perilaku adaptasi berfokus
emosi terhadap lingkungan kerja baru sistem informasi akan dapat mengintegrasi sistem
informasi yang dapat meningkatkan level infusi sistem informasi. Berdasarkan uraian
tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis kedua:
H2. Perilaku adaptasi berfokus emosi berpengaruh positif terhadap infusi sistem
informasi.
2.3. Pengaruh Pemanfaatan Sistem Informasi terhadap Infusi Sistem Informasi
Pemanfaatan teknologi menunjukkan keputusan individu untuk menggunakan atau
tidak menggunakan teknologi dalam menyelesaikan serangkaian tugasnya. Konsep
pemanfaatan tersebut mencerminkan pilihan individu (atau organisasi) untuk menerima
sistem, atau institusionalisasi sistem yang diukur dengan intensitas dan frekuensi
pemanfaatan sistem informasi oleh pengguna (Goodhue dan Thompson, 1995).
Infusi sistem informasi dimungkinkan terjadi jika pengguna memanfaatkan
teknologi informasi secara mendalam dan menyeluruh sampai pada sistem tersebut
terintegrasi pada pekerjaan rutin pengguna dan proses bisnis yang ada (Cooper dan
Zmud, 1990; Eder dan Igbaria, 2001). Fadel (2011) mengemukakan dalam level
individual, infusi sistem dikonseptualisasikan sebagai tingkat pemanfaatan sistem
informasi oleh pengguna secara penuh terhadap fitur-fitur yang ditawarkan oleh sistem
atau derajat pemanfaatan sistem secara maksimal. Berdasarkan uraian tersebut, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut
H3. Pemanfaatan sistem informasi berpengaruh positif terhadap infusi sistem
informasi.
2.4. Pengaruh Infusi Sistem Informasi terhadap Kinerja Pengguna Sistem Informasi
Infusi sistem informasi telah didefinisikan sebagai tingkat aplikasi teknologi
informasi yang melekat secara mendalam dan secara luas dalam sistem kerja seseorang
maupun dalam organisasi (Cooper dan Zmud, 1990; Eder dan Igbaria, 2001; Saga dan
Zmud, 1994; Zmud dan Apple, 1992). Berdasarkan teori coping, Beaudry dan
Pinsonneault (2000) mengajukan model hubungan antara apropriasi teknologi informasi
sebagai proses coping antara teknologi informasi, pengguna, dan sistem kerja. Beaudry
dan Pinsonneault (2000) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat infusi teknologi
informasi berhubungan dengan kinerja pengguna yang meningkat. Berdasarkan uraian
tersebut, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
H4. Infusi sistem informasi berpengaruh positif terhadap kinerja pengguna sistem
informasi.
2.5. Mediasi infusi sistem informasi atas pengaruh pemanfaatan sistem informasi
terhadap kinerja pengguna sistem informasi
pada
peningkatan
level
infusi
teknologi
informasi.
Level
infusi
H1
H3
H4
Infusi sistem
informasi
Kinerja
H4
Adaptasi
berfokus emosi
H5
3. Metode Penelitian
3.1. Populasi dan Metode Pengumpulan Data
Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna sistem ERP pada Perusahaan Listrik
Negara wilayah Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara. Total pengguna sistem ERP
sebanyak 208 pengguna dengan jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.
Pengambilan data dilakukan secara sensus yaitu prosedur pengambilan dan pencatatan
informasi mengenai karakteristik anggota secara langsung dari suatu populasi tertentu.
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah manajer maupun staf yang
memanfaatkan sistem ERP yang baru diterapkan dalam organisasi.
Pengumpulan data dilakukan melalui survey dengan menyebar kuisioner yang
diantar sendiri maupun melalui email yang dikirim kepada manajer dan staf yang
memanfaatkan sistem ERP. Kuisioner ini berisi daftar pertanyaan terstruktur yang
ditujukan kepada responden dengan maksud untuk memeroleh informasi tertulis yang
berkaitan dengan pemanfaatan sistem informasi, adaptasi sistem informasi, infusi sistem
informasi dan kinerja pengguna sistem informasi.
pendukung
sistem,
mengikuti
pelatihan
sistem
10
pertanyaan
menggunakan skala likert dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju.; dan
c. adaptasi berfokus emosi adalah perilaku penguna dalam mengadaptasi sistem atau
teknologi baru dengan berfokus pada emosi. Dimensi adaptasi berfokus emosi
diukur menggunakan tiga konstruk yaitu mencari dukungan sosial dari rekan kerja,
10
keluarga, maupun atasan serta penilaian kembali yang positif dengan 7 pertanyaan
menggunakan skala likert dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju.
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah infusi sistem informasi dan kinerja.
Infusi sistem informasi juga merupakan variabel intervening. Variabel intervening
adalah variabel yang secara teori memengaruhi fenomena yang diobservasi (variabel
dependen), yang efeknya harus diinferensi melalui efek hubungan antara variabel
independen dengan fenomenanya (variabel dependennya) (Jogiyanto, 2004:154).
Variabel ini juga memediasi (mengintervensi) hubungan kausal variabel independen ke
variabel dependen. Berikut definisi operasional dari variabel dependen yang digunakan
dalam penelitian ini:
a. infusi sistem informasi adalah tingkat aplikasi sistem informasi yang melekat secara
mendalam dan secara luas dalam sistem kerja seseorang maupun dalam organisasi.
Variabel ini diukur melalui indikator penggunaan sistem secara penuh, penggunaan
seluruh kemampuan sistem mendukung pekerjaan, dan integrasi sistem ke dalam
pekerjaan pada level tertinggi dengan 4 pertanyaan menggunakan skala likert.
b. kinerja adalah manfaat (net benefit) yang dirasakan oleh pengguna sistem jika
sistem informasi berkontribusi terhadap individu misalnya dalam hal peningkatan
kualitas pengambilan keputusan, meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan
efektivitas. Variabel ini diukur menggunakan indikator sistem berdampak positif
terhadap peningkatan efektivitas dan produktivitas, serta sistem dirasakan memberi
bantuan yang penting dan bernilai dalam melaksanakan pekerjaan. Variabel ini
diukur menggunakan 2 pertanyaan menggunakan skala likert.
3.3. Teknik Analisis Data
Analisis keterkaitan antara berbagai variabel dilakukan dengan pendekatan uji
statistik berupa uji statistik dengan pendekatan structural equation modeling (SEM).
Dalam penelitian ini analisis data akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
Partial Least Square (PLS). PLS merupakan bagian atau alternatif dari SEM. PLS
adalah salah satu metoda statistik SEM berbasis varian yang didesain untuk
menyelesaikan regresi berganda ketika terjadi permasalahan spesifik data, seperti
ukuran sampel penelitian kecil, adanya data yang hilang dan multikolinearitas
(Jogiyanto dan Abdillah, 2009:11).
Pada pengujian efek mediasi, ouput parameter uji signifikansi dilihat pada tabel total
effect pada software SmartPLS versi 2.0, karena pada efek mediasi tidak hanya
11
4. Hasil Penelitian
4.1. Karakteristik Responden
Berdasarkan data penelitian yang sudah dikumpulkan, maka diperoleh data
mengenai jumlah kuesioner yang disebar. Kuesioner yang dikirim kepada responden
sebanyak 208 kuesioner yang disebarkan secara langsung maupun dikirim melalui
alamat email pengguna sistem ERP. Kuesioner yang kembali sebanyak 103 eksemplar
artinya tingkat pengembalian kuesioner sebesar 49,51%. Kuesioner yang tidak kembali
sebanyak 105 kuesioner. Kuesioner yang tidak diisi secara lengkap sebanyak 2
kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam analisis model penelitian sebanyak 101
kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan responden dengan pengalaman menggunakan
komputer diketahui bahwa sebagian besar telah memiliki pengalaman menggunakan
komputer rata-rata cukup lama yang ditunjukkan dengan jumlah responden terbanyak
adalah responden dengan pengalaman menggunakan komputer 16-20 tahun sebanyak 34
orang atau 33,67%. Hasil penelitian berdasarkan jabatan responden menunjukkan
bahwa pengisian kuesioner pada posisi staf sebanyak 74 orang atau 73,26%, posisi
superviser sebanyak 21 orang atau 20,80%, dan posisi manajer sebanyak 6 orang atau
5,94%.
4.2. Uji Kualitas Data
Uji Validitas dan Realibilitas Kontsruk
Pengujian validitas konstruk secara umum dapat diukur dengan parameter skor
loading di model penelitian (Rule of Thumbs > 0,7) dan menggunakan parameter AVE,
communality, akar AVE dan Redudancy. Skor AVE harus > 0,5, communality > 0,5,
dan Redudancy mendekati 1 (Jogiyanto dan Abdillah, 2009:79-80). Parameter uji
validitas konvergen dilihat dari skor AVE dan Communality, masing-masing harus
bernilai di atas 0,5 (Jogiyanto dan Abdillah, 2009:80). Berikut hasil output uji
konvergen dengan Partial Least Square menggunakan SmartPLS ver 2.0 M3. Hasil uji
validitas menunjukkan kelima variabel dalam penelitian ini valid.
Teknik statistik yang akan digunakan untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini
adalah uji Cronbachs Alpha yang mengukur batas bawah nilai suatu konstruk
12
(Jogiyanto, 2009:61). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai Cronbachs Alpha>0,70 (Hair et al. 2006) dalam Jogiyanto dan Abdillah
(2009:62). Selain Cronbachs Alpha > 0,70, nilai composite reliability harus > 0,70
(Jogiyanto dan Abdillah, 2009:81). Hasil uji reliabilitas pada setiap variabel dapat
dilihat pada hasil perhitungan pada tabel 1 yang semuanya menunjukkan variabel
penelitian ini reliabel.
Tabel 1. AVE, Communality, Composite Reliability, dan Cronbach Alpha
Variabel
AVE
0,709
3
0,634
3
0,548
1
0,554
8
0,774
9
Kinerja (K)
0,9335
0,9009
0,5481
0,8936
0,8614
0,5548
0,8310
0,7278
0,7749
0,8731
0,7118
Original Sample
Standard
Standard
T Statistic
Sample
Mean
Deviation
Error
(|O/STER
(O)
(M)
(STDEV)
(STERR)
R|)
ABE -> ISI
0.3115
0.3095
0.0587
0.0587
5.3101
ABE -> K
0.2017
0.2038
0.0462
0.0462
4.3645
ABM -> ISI
0.1578
0.1544
0.063
0.063
2.5059
ABM -> K
0.1022
0.1022
0.0443
0.0443
2.3063
ISI -> K
0.6476
0.6568
0.0686
0.0686
9.4387
PSI -> ISI
0.5556
0.5642
0.0751
0.0751
7.3966
PSI -> K
0.3598
0.3702
0.0607
0.0607
5.9282
Sumber: Hasil olah data, 2013
13
14
Tabel 3 Total efek pada pengujian model struktur tanpa variabel mediasi
Total Effect tanpa variabel mediasi
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
0.1439
0.1538
Standard
Deviation
(STDEV)
0.0612
0.2100
0.6633
0.2057
0.6632
0.0916
0.0995
ABE -> K
ABM ->
K
PSI -> K
Standard
T Statistics
Error
(|O/STERR|)
(STERR)
0.0612
2.3520
0.0916
0.0995
2.2940
6.6686
PEMBAHASAN
Hasil pengujian hipotesis 1 yang menyatakan perilaku adaptasi berfokus masalah
berpengaruh positif terhadap infusi sistem informasi terdukung. Diperolehnya
pemahaman lebih baik tentang sistem, prosedur dan cara kerja sistem ERP, maka
pengguna dapat melakukan infusi sistem melalui penggunaan aplikasi sistem secara
penuh sehingga aplikasi sistem tersebut melekat secara mendalam dan komprehensif
SNA 17 Mataram, Lombok
Universitas Mataram
24-27 Sept 2014
15
dalam sistem kerja organisasi ataupun individual. Dengan demikian, semakin tinggi
perilaku adaptasi berfokus masalah pengguna sistem ERP maka semakin tinggi pula
infusi sistem ERP.
Hasil pengujian hipotesis 2 yang menyatakan perilaku adaptasi berfokus emosi
berpengaruh positif terhadap infusi sistem informasi terdukung. Adaptasi berfokus
emosi oleh pengguna sistem ERP diarahkan dengan mengubah persepsi pengguna
terhadap suatu situasi yaitu implementasi ERP. Dalam hal ini, pengguna mengatur
emosi, memelihara sikap stabilitas, dan mengurangi ketegangan-ketegangan emosional
dengan cara mencari dukungan sosial dari rekan kerja, membicarakan sistem ERP pada
teman atau keluarga, membicarakan sistem pada atasan. Perilaku adaptasi berfokus
emosi dilakukan pula melalui penilaian kembali secara positif (positive reappraisal)
dengan cara pengguna terus menerus memikirkan secara positif bahwa sistem ERP
adalah peluang untuk belajar dan mengembangkan keterampilan baru serta
menggunakan sistem ERP akan lebih baik seiring berjalannya waktu.
Melalui proses adaptasi berfokus emosi, pengguna ERP melakukan fokus
pendekatan pada kejadian-kejadian sistem ERP sehingga pengguna dapat mengintegrasi
sistem tersebut dan memanfaatkannya secara mendalam dan komprehensif dalam sistem
kerja individual yang kemudian meningkatkan level infusi sistem informasi. Hasil
penelitian ini mendukung model yang dikemukakan oleh Beaudry dan Pinsonneault
(2000; 2005) yang menyatakan adaptasi berfokus emosi secara langsung berhubungan
dengan perubahan kognitif dan motivasional dengan memuaskan manfaat-manfaat yang
dihasilkan oleh sebuah sistem akan mengarahkan pada level infusi teknologi informasi
yang lebih tinggi.
Hasil pengujian hipotesis 3 yang menyatakan pemanfaatan sistem informasi
terhadap infusi sistem informasi terdukung. Tingginya pemanfaatan sistem ERP
menunjukkan pemanfaatan sistem ERP telah menjadi rutinitas karena mengambil
sebagian besar waktu pengguna, pengguna menghabiskan waktunya dengan sistem
dalam sehari cukup tinggi untuk menyelesaikan serangkaian tugas yang telah
dimandatkan dalam organisasi. Semakin sering pengguna memanfaatkan sistem, maka
sistem menjadi aktivitas normal dan hal yang rutin. Pemanfaatan sistem yang tinggi
memungkinkan tingkat infusi yang tinggi karena pengguna ERP akan memanfaatkan
aplikasi-aplikasi sistem yang tersedia secara lebih komprehensif dan terintegrasi untuk
mendukung penyelesaian tugas individu dan sistem kerja organisasi pada tingkat yang
lebih tinggi secara lebih efisien dan efektif.
16
17
menunjukkan semakin tinggi pemanfaatan sistem ERP maka semakin tinggi pula tingkat
infusi sistem yang pada akhirnya meningkatkan kinerja pengguna sistem ERP.
18
Bagi praktek, dari sisi dampak kinerja yang ditimbulkan penelitian ini erat kaitannya
dengan kecocokan tugas teknologi. Kinerja pengguna meningkat sehubungan dengan
pemanfaatan teknologi informasi karena aplikasi-aplikasi sistem cocok atau sesuai
dengan tugas yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh pengguna. Sistem informasi
memberi dampak positif bagi pengguna jika pengguna memanfaatkan sistem dan sistem
tersebut bersesuaian dengan tugas-tugas pengguna (Goodhue dan Thompson, 1995).
Bagi kebijakan, hasil penelitian ini mendukung proses adaptasi dan pemanfaatan sistem
informasi berpengaruh besar terhadap infusi sistem informasi pada rutinitas, kebiasaan
dan sistem kerja pengguna yang dampaknya dirasakan dengan adanya peningkatan
kinerja pengguna.
5.3. Keterbatasan
Pada penelitian ini data dikumpulkan hanya dari satu wilayah perusahaan yaitu PT
PLN wilayah Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara, sehingga daya generalisasi temuantemuan dalam penelitian ini masih terbatas. Data yang dianalisis dalam penelitian ini
menggunakan instrumen berdasarkan persepsi dari skor jawaban responden, hal ini
tentu saja akan menimbulkan bias terhadap hasil peneltian ini, apabila kondisi
responden berbeda dengan kondisi yang sesungguhnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Beaudry, A. dan Pinsonneault A. Advancing the Theory of Infusion: An Appropriation
Model of the Infusion Process. Social Science and Humanities Research
Council of CanadaI, 1999.
Beaudry, A. dan Pinsonneault A. Information Technology and Individual Performance:
A Coping-Based Model of the Appropriation Process, in Proceedings of ASACIFSAM, Canada, 2000, pp. 1-11.
Beaudry, A. dan Pinsonneault A. Understanding User Responses to Information
Technology: A Coping Model of User Adaptation, MIS Quarterly (29: 3),
September 2005, pp. 493-524.
Bernroider, Edward W.N. IT governance for enterprise resource planning supported by
the Delone-McLean model of information system success, Information &
Management 45, May 2008, pp. 257-269.
Brynjolfsson, E. The Productivity Paradox of Information Technology,
Communications of the ACM, 36(12), December 1993, pp. 67-77.
Burton-Jones, A. dan Straub D. Reconceptualizing system usage: an approach and
empirical test, Information Systems Research, May 2006, pp. 220-246.
Chang, Hsiu-Hua., Chou, Huey-Wen., Yin, Chun-Po., dan Lin, Cecilia I. ERP PostImplementation Learning, ERP Usage and Individual Performance Impact. In
proceeding of Pacific Asia Conference of Information Systems, PACIS 2011,
Australia, 7-11 July 2011.
Compeau, D., dan Higgins, CA. Computer Self Efficacy: Development of Measure and
Initial Test, MIS Quarterly, Vol 19:12, 1995.
Cooper, R.B. dan Zmud, R.W. Information Technology Implementation Research: A
Technological Diffusion Approach, Management Science, 36(2), 1990, pp.
123-139.
Davis, F.D., Perceived Usefullness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of
Information Technology, MIS Quarterly, (13:3), 1989, pp. 319-340.
Davis, F.D., Bagozzi, R.P., dan Warshaw, P.R. User Acceptance of Computer
Technology: A Comparison of Two Theoretical Models, Management Science
(35:8), 1989, pp.982 1003.
Dishaw, M.T. dan Strong, D.M. Extending the Technology Acceptance Model with
Task Technolgy Fit Constructs, Information and Management (36:1), 1999, pp.
9-21.
Dishaw, M.T., Strong, D.M., dan Brandy, D.B. Extending the Task-Technology Fit
Model with Self-Efficacy Constructs. In Proceedings of the 8th Americas
Conference on Information System, Dallas, 2002, pp. 1021-1027.
20
Eder, L. B., dan Igbaria, M., Determinants of Intranet diffusion and infusion, Omega
(29:3), 2001, pp. 233-242.
Doll WJ. dan Torkzadeh G. Developing a multidimensional measure of system-use in
an organizational context, Information and Management, 1998, pp. 171-185
Fadel, K.J. The Role of Appraisal in Adapting to Information Systems, Journal of
Organizational and End User Computing, 24(4), 2012, pp. 18-40.
Fadel, K.J. User Adaptation and Infusion of Information Systems, Journal of
Computer Information Systems, Spring 2011, pp. 1-10.
Fung Jin, T., Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Kinerja
Akuntan Publik, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vo. 5 no. 1, 2003, pp. 1-23.
Folkman, S. dan Lazarus, R.S. An Analysis of Coping in a Middle-Aged Community
Sample, Journal Health Social Behavior (21), 1980, pp.219-239.
Goodhue, D.L. dan Thompson R.L. Task Technology Fit and Individual Performance,
MIS Quarterly (19:2), 1995, pp. 213-236.
Igbaria, M., Anandarajan, M., dan Anakwe, U., Technology acceptance in the banking
industry: A Perspective from a less developed country, Information Technology
and People, MCB Universityy Press, 2000, pp. 298-312.
Jogiyanto HM., Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman. Edisi 2004/2005. BPFE, Yogyakarta. 2004.
_______ . Sistem Informasi Keperilakuan. Edisi Revisi. Penerbit Andi. Yogyakarta.
2007.
Jogiyanto HM dan Abdillah, Willy. Konsep & Aplikasi PLS (Partial Least Square)
untuk Penelitian Empiris. BPFE-UGM, Yogyakarta. 2009.
Lazarus, R.S. dan Folkman, S. Stress, Appraisal, and Coping, Springer Publishing
Company, New York, 1984.
Leonard-Barton, D. Implementation as Mutual Adaptation of Technology and
Organization, Research Policy, 1988, pp. 251-267.
Lucas, HC dan Spitler, VK. Technology use and performance: a field study of broker
workstations. Decision Sciences (30:2), 1999, pp. 291-311.
Majchrzak, A. dan Cotton, J. A Longitudinal Study of Adjustment to Technological
Change: From Mass to Computer-Automated Batch Production, Journal of
Occupational Psychology, 61, 1988, pp. 43-66.
Orlikowski, W. J. Improvising Organizational Transformation Over Time: A Situated
Change Perspective, Information System Research (7:1), 1996, pp. 63-92.
21
22