Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 21

: :

:

( :


:
:
:

:


:

:


:
:

1


:

:


:

:


:



:
: :

:
:
)[]2113[ ]1

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah, telah


dibawakan daging. Beliau lalu membentangkan tangannya. Beliau
menyukai daging tersebut, kemudian Beliau menggigitnya. Beliau
bersabda, Aku adalah pemimpin manusia pada hari kiamat, apakah
kamu mengetahui mengapa demikian? Allah akan mengumpulkan
orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian dalam
suatu lapangan. Lalu ada seseorang yang menyeru kepada mereka,
dan penglihatannya dapat menembus mereka. Matahari dekat
kepada mereka. Maka, manusia sampai kepada suatu kebingungan
dan kesusahan yang mereka tiada mampu (mengatasinya) dan tidak
kuat menaggungnya.
Manusia berkata kepada sebagian lainnya, Apakah kamu tidak
melihat apa-apa yang ada pada kamu? Apakah kamu tidak melihat
apa-apa yang telah sampai kepada kamu? Apakah kamu tidak
melihat siapakah orang yang dapat mensyafaati (membela) kamu
kepada Tuhanmu?
Lalu sebagian manusia berkata kepada sebagian yang lainnya,
Datanglah kamu kepada Adam. Lalu mereka berkata kepadanya,
Engkau adalah Bapaknya manusia, Allah telah menjadikanmu
dengan tangan-Nya. Dia meniupkan roh-Nya dan Dia menyuruh para
malaikat agar sujud, dan mereka bersujud kepadamu. Syafaatilah
kami kepada Tuhanmu! Apakah kamu tidak melihat apa-apa yang
ada pada kami? Apakah kamu tidak melihat apa-apa yang telah
sampai kepada kami?
Maka Adam berkata, Sesungguhnya Tuhan-ku telah membenciku
pada hari ini dengan kebencian yang belum pernah dia berikan.
Sesungguhnya Dia telah melarangku memakan buah suatu pohon
(larangan), namun aku melanggarnya. Bagaimana aku dapat
memberikan syafaat kepadamu? Pergilah kamu kepada Nuh a.s.

Lalu mereka datang kepada Nuh dan berkata kepadanya, Wahai


Nuh, engkau adalah rasul yang awal di muka bumi dan Allah telah
menyebutmu seorang hamba yang sangat bersyukur. Syafaatilah
kami kepada Tuhan Kami, apakah kamu tidak melihat apa-apa yang
ada pada kami? Apakah kamu tidak melihat apa-apa yang telah
sampai kepada kami?
Maka Nuh berkata kepada mereka, Sesungguhnya Tuhan-ku telah
membenciku pada hari ini dengan kebencian yang belum pernah dia
berikan. Sesungguhnya aku telah mendoakan celaka atas kaumku.
Bagaimana aku dapat memberikan syafaat kepadamu? Pergilah
kamu kepada Ibrahim a.s.
Lalu mereka datang kepada Ibrahim dan berkata, Wahai Ibrahim,
engkau adalah nabi Allah dan kekasih-Nya dari penduduk bumi.
Syafaatilah kami kepada Tuhanmu, apakah kamu tidak melihat apaapa yang ada pada kami? Apakah kamu tidak melihat apa-apa yang
telah sampai kepada kami?
Maka Ibrahim berkata kepada mereka, Sesungguhnya Tuhanku
telah membenciku pada hari ini dengan kebencian yang belum
pernah Dia berikan. Nabi Ibrahim menyebutkan dusta-dustanya,
bagaimanakah aku dapat memberikan syafaat kepadamu? Pergilah
kamu kepada selainku, pergilah kamu kepada Musa a.s.
Lalu mereka pergi kepada Musa dan berkata, Wahai Musa, engkau
adalah utusan Allah, Allah telah menganugerahkan kepadamu
dengan risalah-Nya dan firman-Nya atas manusia. Syafaatilah kami
kepada Tuhanmu, apakah kamu tidak melihat apa-apa yang ada
pada kami? Apakah kamu tidak melihat apa-apa yang telah sampai
kepada kami?

Maka Musa berkata kepada mereka, Sesungguhnya Tuhanku telah


membenciku pada hari ini dengan kebencian yang belum pernah Dia
berikan sebelumnya. Sesungguhnya aku telah membunuh seorang
(manusia), padahal aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya.
Bagaimana aku dapat memberikan syafaat kepadamu? Pergilah
kepada Isa a.s.
Lalu mereka datang kepada Isa a.s. dan berkata, Wahai Isa,
sesungguhnya engkau adalah utusan Allah dan kalimat yang Dia
letakkan kepada Maryam, dan kamu berbicara dengan manusia
pada waktu dalam buaian. Syafaatilah kami kepada Tuhanmu,
apakah kamu tidak melihat apa-apa yang ada pada kami? Apakah
kamu tidak melihat apa-apa yang telah sampai kepada kami?
Maka Isa berkata kepada mereka, Sesungguhnya Tuhanku telah
membenciku pada hari ini dengan kebencian yang belum pernah Dia
berikan sebelumnya. Namun dia tidak menyebutkan dosanya.
Bagaimana aku dapat memberikan syafaat kepadamu? Pergilah
kamu kepada Muhammad saw.
Maka mereka datang kepada Nabi Muhammad saw. dan berkata,
Wahai Muhammad engkau adalah utusan Allah dan penutup para
nabi. Sesungguhnya Allah telah mengampuni bagi Tuan (dosa) yang
terdahulu dan yang kemudian. Syafaatilah kami kepada Tuhanmu.
Apakah Tuan tidak melihat apa-apa yang ada pada kami?
Maka Nabi Muhammad pergi, lalu datang di bawah arasy. Beliau
bersujud kepada Tuhannya. Kemudian Allah membukakan dan
memberitahukan kepada Beliau, yaitu pujian-pujian kepada-Nya dan
(ucapan) tanda terima kasih yang baik kepada-Nya. Dia tidak
membukakannya bagi seorang pun selain Beliau.

Kemudian Allah berfirman, Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu


dan mohonkanlah (kepada-Ku), niscaya kamu akan Kuberi, dan
mohonlah syafaat (kepada-Ku), niscaya kamu (diizinkan) memberi
syafaat.
Maka Nabi Muhammad mengangkat kepalanya, lalu berkata, Ya
Tuhanku, selamatkanlah umatku. Selamatkanlah umatku. Lalu
dikatakan kepada Beliau saw., Aku akan memasukkan sebagian
dari umatmu ke surga, yaitu orang-orang yang tiada hisaban atasnya
melalui Baabul Aiman, yaitu salah satu pintu surga. Mereka adalah
sekutu-sekutu manusia lainnya mengenai pintu-pintu selain Baabul
Aiman.
Demi Zat yang jiwa Muhammad berada dalam kekuasaan-Nya,
sesungguhnya antara dua daun pintu dari pintu-pintu surga seperti
jarak antara Mekah dan Hajr, dan seperti jarak antara Mekah dan
Bashrah.Dalam hadits Bukhari, seperti jarak antara Mekah
dan Hamilir.[2]

Syawahid Al-Hadits
: :
( :
3[)]
Artinya : Memberitahu kepada kami Ismail berkata memberi tahu
kepadaku Malik dari Abu Ziyad dari Al-Araj dari Abu Hurairoh
bahwasanya Rasulullah bersabda: Setiap Nabi mempunyai doa
yang terkabul dan aku menginginkan menyimpan doaku sebagai
syafaat untuk umatku dihari akhir.

Ayat Al-Quran yang Berhubungan


Allah SWT menetapkan adanya syafaat di dalam kitab-Nya dalam
banyak tempat dan dengan persyaratan ketat. Allah juga
memberitahukan bahwa syafaat itu adalah wewenang-Nya secara
penuh, tidak seorang pun yang berhak dan dapat campur tangan.[4]
Sebagaimana dalam firman-Nya:
Katakanlah: Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya.
Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nyalah
kamu dikembalikan. (az-Zumar: 44)
Allah SWT juga memberitahukan bahwa syafaat itu tidak akan ada
atau tidak akan terjadi tanpa seizin-Nya, sebagaimana firman-Nya:
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia
Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak
mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di
bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya,
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan
bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah
Maha Tinggi lagi Maha Besar. (al-Baqarah: 255)
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas
Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan
memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang
demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka
apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
7

Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka


sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi
orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya). (an-Najm:26)
Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang
yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu, sehingga apabila
telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata
Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu? Mereka
menjawab: (Perkataan) yang benar, dan Dia-lah Yang Maha Tinggi
lagi Maha Besar. (Saba: 23)
Ayat di atas menerangkan bahwa pemberian syafaat hanya dapat
berlaku dengan izin Tuhan. Orang-orang yang akan diberi izin
memberi syafaat dan orang-orang yang akan mendapat syafaat
merasa takut dan harap-harap cemas atas izin Tuhan. Tatkala takut
dihilangkan dari hati mereka, orang-orang yang akan mendapat
syafaat bertanya kepada orang-orang yang diberi syafaat: Apa
yang dikatakan oleh Tuhanmu?. Mereka menjawab: Perkataan yang
benar, yaitu Tuhan mengizinkan memberi syafaat kepada orangorang yang disukai-Nya yaitu orang-orang mukmin.[5]
Kemudian mengenai siapa yang berhak memberikan syafaat, Allah
menjelaskan bahwa syafaat itu hanya terjadi jika Dia
mengizinkannya. Izin untuk memberikan syafaat Dia khususkan
kepada para kekasih-Nya, orang-orang yang bertaqwa, yang
diridhoi-Nya, dan dipilih-Nya, sebagaimana firman-Nya:
Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf- shaf,
mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin
kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan
kata yang benar. (an-Naba: 38)

Mereka tidak berhak mendapat syafaat kecuali orang yang telah


mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah.
(Maryam: 87)
Maksudnya: mengadakan perjanjian dengan Allah ialah menjalankan
segala perintah Allah dengan beriman dan bertakwa kepada-Nya. [6]
Lalu mengenai siapakah yang berhak menerima syafaat itu? Allah
membatasi penerima syafaat itu hanya di kalangan orang yang
diridhai-Nya, sebagaimana firman-Nya:
Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka
(malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi
syafaatmelainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu
selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. (al-Anbiya: 28)
Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang
Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah
meridhai perkataannya. (Thaha: 109)
Allah SWT hanya meridhai pemberian syafaat kepada ahli tauhid
dan ikhlas. Adapun tentang orang selain mereka, Dia berfirman:
Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat
yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan
menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai
teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang
pemberi syafaat yang diterima syafaatnya. (al-Mumin: 18)
Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat seorangpun, dan
tidak pula mempunyai teman yang akrab, (asy-Syuara: 100-101)

Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang


yang memberikan syafaat . (al-Muddatstsir: 48)

Syarah Ulama
Perdebatan tentang syafaat nabi kepada umatnya telah terjadi sejak
dahulu dan masih berlangsung hingga sekarang. Salah satu pihak
memandang bahwa syafaat tersebut hanya untuk meninggikan
derajat bagi orang-orang beriman dan tidak melakukan dosa.
Sedangkan pihak lain juga menyatakan bahwa syafaat tersebut
berfungsi untuk menghapus dosa dan mengeluarkan orang-orang
yang telah disiksa di neraka untuk memasuki surga, sebab di dalam
hatinya pasti masih memiliki kebaikan walaupun hanya seberat biji
sawi.[7]
Dalam hadits menerangkan bahwa tidak ada yang bisa memberikan
syafaat kepada sekelompok orang yang meminta syafaat, kecuali
Rasulullah. Ketika sekelompok orang tersebut mendatangi
Rasulullah, maka Rasul segera menghadap Allah dan memohon
kepada Allah agar diringankannya penderitaan umatnya dan
memohon agar umat Beliau masuk surga. Allah pun mengabulkan
doa Rasulullah dengan rahmat-Nya dan mengampuni dosa.
Adapun syafaat Nabi tersebut berupa doa. Satu hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah akan
mendoakan umatnya di hari akhir agar terbebas dari siksa api
neraka. Doa Nabi Muhammad tersebut merupakan keutamaan
Beliau atas semua nabi-nabi sebelumnya, doa itu akan diberikan
kepada keluarganya dan kepada umatnya. Ibn Bathal mengatakan
bahwa hadits tersebut merupakan penjelasan keutamaan Rasulullah
atas seluruh nabi-nabi terdahulu pada umatnya lewat doanya yang
10

terkabul bagi umatnya dan keluarganya. Sedangkan al-Sindi


mengutarakan bahwa sesungguhnya syafaat itu hanya untuk
meninggikan derajat dan bukan bagi orang-orang yang melakukan
dosa besar, mereka akan kekal di neraka. Menurut Ibn Masud,
orang yang melakukan dosa besar akan diazab, sedangkan bila ia
meninggal mengucapkan dua kalimat syahadat maka ia akan
dikeluarkan dari neraka.
Mazhab ahli sunnah berpendapat bahwa barangsiapa yang mati
dalam keadaan Tauhid, maka ia akan masuk surga, dan bagi orang
yang bertaubat ia mendapat karunia masuk surga. Jika ia mati
dalam belum bertaubat, maka hal itu diserahkan sepenuhnya
kepada kehendak Allah yang akan mengampuni atau tidak.
Sedangkan orang yang melakukan dosa besar dan dia masih mengesakan Allah, maka baginya akan masuk surga. Untuk orang-orang
kafir yang melakukan kebaikan di dunia dia tetap kekal di neraka.
Al-Qadhi al-Iyad berkata bahwa bagi golongan Mutazilah syafaat
Nabi hanya untuk meninggikan derajat saja. Sedangkan al-Nawawi
mengutarakan beberapa syafaat nabi Muhammad bagi umatnya,
yaitu: (1) Melapangkan orang-orang yang berada di surga, (2)
Masuknya segolongan umat tanpa hisab, (3) Menghapus dosa, (4)
Megeluarkan orang-orang yang berbuat dosa dari neraka, (5)
Mengangkat derajat, (6) meringankan dosa Abu Thalib, (7) bagi
orang yang meninggal di Madinah.

KONTEKSTUALISASI
Jika kita melihat pada saat ini banyak orang yang mengaku cinta
kepada Allah, cinta kepada Nabi tetapi sebenarnya mereka tidak
mengenal siapa Allah dan siapa Nabi Muhammad. Jadi untuk
melahirkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad kita harus
11

mengenalnya terlebih dahulu. Dengan cinta kita kepada Rasul, maka


Rasul pun juga akan mencitai kita.
Shalawat pada zaman sekarang pun juga sedang tenar, seperti
shalawat Habib Syekh yang sedang memboming masyarakat kini.
Tetapi yang harus diperhatikan bahwa jangan hanya dengan kita
menyanyikan shalawat kepada Rasul, kita hanya menyanyikan
shalawat saja. Tetapi ditandai dengan mengikuti sunah nya dan
menjalankan syariat yang diajarkan kepada Nabi Muhammad.

ANALISIS
Secara garis besar, semua umat islam meyakini adanya syafaat
yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hambanya di akhirat nanti.
Syafaat dapat berupa pelipatgandakan pahala atau balasan manusia
atas apa yang telah diperbuat di dunia. Syafaat juga diartikan
sebagai keringanan atau dihapuskannya dosa bagi orang-orang
yang telah melakukan kesalahan di dunia juga syafaat berarti
keluarnya orang-orang yang berdosa besar dari neraka suatu saat
kelak.
Suatu paham mengartikan bahwa syafaat itu diberikan kepada
orang-orang yang telah melakukan dosa besar. Dosa besar yang
semestinya menerima azab, akan tetapi mereka terbebas dari azabNya, juga diberikan kepada orang-orang yang diridhai-Nya
sebagaimana dalam firman Al-Anbiya ayat 28. Itulah menurut faham
Asyariyah.
Kaum Mutazilah berpendapat bahwa syafaat Nabi hanya untuk
menambah derajat dan pahala bagi orang-orang mukmin,
sedangkan al-Zamakhsyari mengemukakan bahwa syafaat itu tidak
bisa diberikan kepada para pelaku maksiat dengan alasan bahwa
12

tidak ada orang yang bisa menanggung hak orang lain, baik dengan
melakukan apa yang semestinya dijalankan orang lain ataupun
membebaskan orang lain dari kewajibannya. Maka dari itu syafaat
hanya berlaku dalam pengertian menambah anugerah yang telah
diberikan Allah.[8]
Menurut kami syafaat diberikan kepada orang-orang yang diridhoi
oleh Allah. Diridhoi disini dimaksudkan bahwa seluruh orang, baik
yang melakukan dosa besar maupun kecil, jika ia diridhoi oleh Allah
mendapatkan syafaat Nabi Muhammad, maka ia akan
mendapatkannya. Ini seperti yang tertera dalam Al-Quran surat alAnbiya ayat 28.
Syafaat juga bisa diartikan menjadi tiga. Pertama Syafaat Nabi untuk
didunia. Ini ditandai oleh hadis yang menerangkan suatu ketika Nabi
didatangi seseorang yang mengalami kebutaan. Lalu orang tersebut
meminta kepada Nabi Muhammad untuk mendoakannya agar
disembuhkan dari penyakitnya. Lalu setelah beberapa saat, penyakit
orang itu sembuh. Lalu syafaat Nabi di padang mahsyar yang
dinamakan syafaat al-Qubra, yaitu safaat ketika umat manusia
memikirkan nasibnya sendiri, kecuali nabi Muhammad yang
memikirkan umatnya. dan syafaat Nabi setelah masa peritungan
yang dinamakan dengan syafaat al-Udma, yaitu syafaat yang
diberikan setelah manusia dihisab amal kebaikannya. Perhitungan
amal tersebut sesuai dengan amal perbuatannya di dunia. Bagi
orang-orang yang dimasukkan oleh Allah ke neraka karena dosadosa besar mereka didunia, kelak akan dikeluarkan oleh Allah
melalui syafaat Nabi. Keluarnya ahli neraka tersebut disebabkan
mereka masih mengesakan Allah dan meninggal dalam keadaan
mumin walaupun hanya tersisa dalam hatinya kebaikan dari iman
seberat biji sawi.

13

KESIMPULAN
Kita sebagai Umat Nabi Muhammad dituntun untuk selalu mengikuti
ajaran-ajaran Beliau. Mencintai Nabi Muhammad tidak hanya
dengan mengikuti ajarannya saja, tetapi juga dengan cara
bershalawat atas Beliau. Betapa cintanya Rasul kepada umatnya, itu
ditandai dengan adanya pemberian syafaat Rasul kepada umatnya
besok di hari kiamat.
Syafaat Nabi untuk umatnya terdiri dari syafaat didunia, syafaat Nabi
di padang mahsyar yang dinamakan syafaat al-Qubra, dan syafaat
Nabi setelah masa peritungan yang dinamakan dengan syafaat alUdma.
Kita semua percaya bahwa amal shaleh yang kita lakukan jauh lebih
sedikit dari amal salah yang sering kita perbuat. Oleh karena itu,
karena kasih-Nya kepada kita, Allah memberikan wewenang kepada
rasul untuk memberi syafaat. Alangkah bahagianya kita jikalau
mendapatkan syafaat Rasul besok di hari akhir.
[1] Shohih Bukhari[3162]
Shohih Muslim juz I(Beirut. Dar al-Fikr.tt) hlm 127-29. A-Tirmidzi,juz IV, hlm 43-45
[2] Syekh Ahmad Hijaazi; Drs. Sofyan Suparman (penerj.), Al-Majalisus Saniyyah: SyarahHadis Arbain
Nawawi, (Bandung: Trigenda Karya, 1995), hlm: 550-552.
[3] Sohih Bukhari.
[4] Syekh Hafizh Hakami, 200 Sual Wa Jawab Fi Al-Aqidah Al-Islamiyah (terjemahan: Asad Yasin),
Jakarta: Gema Insani, hlm.150
[5] Departemen Agama RI, Al Quran Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, Banten: PT Kalim, hlm.432
[6] Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 312
[7] Untung Tri Wanarso, Skripsi: Hadis-Hadis tentang Syafaat (Studi Maanil Hadis), 2004.
[8] Al-Zamakhsyari, al-Kasyaf, Jilid I, (ttp: Intisyarat Aftab Tamran, tth). Hlm. 214-215, 291.

14

Telaga Nabi yang Dijanjikan


(ditulis oleh: Al-Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan)
Asy-Syaikh Rabi bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah menerangkan,
Ahlus Sunnah berbeda pendapat dalam hal urutan al-Haudh
(telaga), syafaat, dan ash-shirath: manakah yang lebih awal?
Al-Imam al-Bukhari tsebagaimana dijelaskan oleh al-Hafizh Ibnu
Hajar tmengisyaratkan tentang urutannya, bahwa al-Haudh itu
setelah shirath dan hisab, serta setelah itu semuanya.
Namun, banyak ulama yang menyelisihinya. (Mereka berpendapat)
al-Haudh-lah yang pertama, sebelum peristiwa ash-shirath, hisab,
mizan, bahkan sebelum itu semua, karena manusia keluar (dari
kuburan mereka) dalam keadaan haus, sebagaimana berita di dalam
hadits yang sahih. (Syarh Aqidatus Salaf, hlm. 153)
Makna al-Haudh
Secara etimologi, al-Haudh adalah tempat terkumpulnya air dalam
jumlah yang banyak, yakni telaga. Adapun makna al-Haudh secara
syari adalah sebuah telaga di Mahsyar, yang airnya bersumber dari
sungai al-Kautsar (yang dikaruniakan) kepada Nabi n. (Syarh
Lumatul Itiqad li Ibnu Utsaimin hlm. 123)
Dalil-Dalil Adanya al-Haudh
Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad al-Hakami t berkata, Sungguh,
terdapat dalil tentang penyebutan al-Haudh, yaitu tafsiran al-Kautsar
dengan makna al-Haudh, keberadaan dan sifat-sifatnya, dari sanadsanad para sahabat g dari Nabi n, yaitu hadits-hadits yang masyhur
dengan sanad-sanad yang banyak bahkan sampai derajat
mutawatir. Hadits-hadits tersebut termuat dalam kitab-kitab hadits,
seperti kitab-kitab Shahih, Hasan, Musnad, dan Sunan. (Maarijul
Qabul 2/871)

15

Al-Imam Ibnu Abil Izzi al-Hanafi t berkata, Hadits-hadits yang


menyebutkan al-Haudh mencapai derajat mutawatir. Ada lebih dari
tiga puluh sahabat g yang meriwayatkannya. Guru kami, Imaduddin
Ibnu Katsir, benar-benar telah membahas sanad-sanadnya di bagian
akhir kitab sejarah yang besar yang berjudul al-Bidayah wan
Nihayah. (Syarh Aqidah ath-Thahawiyah hlm. 309)
Di antara dalil as-Sunnah yang menunjukkan adanya telaga milik
Nabi n adalah:

: . :
. :

Sesungguhnya aku akan mendahului kalian di telaga itu. Barang

siapa yang melewatiku, dia akan minum di telaga itu, dan barang
siapa yang berhasil minum darinya, niscaya dia tidak akan merasa
haus selamanya. Sungguh, beberapa kaum akan berusaha
melewatiku. Aku mengenal mereka dan mereka mengenaliku.
Kemudian dipisahkan antara aku dengan mereka. Nabi n berkata,
Aku katakan, Sesungguhnya mereka dari golonganku! Dikatakan
kepadaku, Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang mereka
ada-adakan sepeninggalmu! Aku katakan, Amat jauh (telagaku)
bagi orang yang mengubah (agamaku) sepeninggalku. (HR. alBukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah z, Nabi n bersabda,

: .

16

Sesungguhnya telagaku lebarnya lebih jauh daripada jarak Ailah1


ke Aden. Sungguh warna airnya lebih putih daripada salju, lebih
manis daripada madu dicampur susu, dan bejana-bejana untuk
meminumnya jumlahnya lebih banyak daripada jumlah bintangbintang di langit. Sungguh aku akan menghalangi orang-orang
darinya (orang yang tidak berhak meminumnya), sebagaimana
seorang penggembala unta menghalangi unta orang lain dari
telaganya. Mereka bertanya, Wahai Rasulullah, apakah engkau
akan mengenali kami pada saat itu? Beliau n menjawab, Tentu,
kalian memiliki tanda-tanda yang tidak dimiliki oleh seorang pun dari
umat-umat terdahulu. Kalian akan mendatangiku dalam keadaan
wajah, tangan, dan kaki kalian putih bersinar karena wudhu. (HR.
Muslim)
Telaga Rasulullah n Sudah Ada
Rasulullah n mengabarkan kepada kita,

Sesungguhnya aku akan mendahului kalian di telaga. Aku

sebagai saksi atas kalian dan sesungguhnya akudemi Allah


sedang memandang telagaku sekarang. (HR. al-Bukhari dan
Muslim dari Uqbah bin Amir z)
Apakah Nabi Selain Rasulullah n Juga Memiliki Telaga?
Rasulullah n bersabda,

Sesungguhnya setiap nabi r memiliki telaga di akhirat dan

sungguh mereka saling berbangga-bangga, siapakah di antara


17

mereka yang paling banyak peminum/pengunjungnya. Sungguh, aku


berharap kepada Allah bahwa telagakulah yang paling banyak
pengunjungnya. (HR. al-Bukhari dalam at-Tarikh, ath-Thabarani,
dan lainnya. Al-Albani mengatakan dalam ash-Shahihah no. 1589,
Kesimpulannya, hadits ini dengan segenap jalan-jalannya adalah
hasan atau sahih. Wallahu alam.)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin t berkata,
Sebagaimana Allah l telah mengaruniai Rasulullah n sebuah
telaga dengan hikmah dan keadilan-Nya lyang akan didatangi
dan diminum oleh orang-orang yang beriman dari umatnya, Dia l
juga mengaruniai setiap nabi sebuah telaga. Dengan demikian,
orang-orang yang beriman akan mendapatkan manfaat dari para
nabi yang diutus kepada mereka (sebelum umat ini). Akan tetapi,
telaga yang paling agung adalah telaga Nabi kita, Muhammad n.
(Syarh Aqidah Washitiyah 2/159160)
Sifat-Sifat Telaga Nabi n
Al-Imam Ibnu Abil Izzi al-Hanafi t berkata, Kesimpulan yang dapat
diambil dari hadits-hadits sahih yang menyebutkan sifat-sifat telaga
Nabi n adalah sebagai berikut.
Telaga Nabi n adalah sebuah telaga yang agung
Tempat yang mulia
Dialiri dari air minum yang berada di surga dari sungai alKautsar
Warnanya lebih putih daripada susu
Suhunya lebih dingin daripada salju/es
Lebih manis daripada madu
Lebih wangi daripada misik
Telaga yang sangat luas, panjang dan lebarnya sama.
Panjang setiap sisinya sejarak perjalanan satu bulan. (Syarh
Aqidah ath-Thahawiyah hlm. 311)
18

Adapun di antara dalil yang menunjukkan sifat-sifat telaga Nabi n


yang disimpulkan oleh al-Imam Ibnu Abil Izzi t adalah:
a. Rasulullah n bersabda,

Warna airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis
daripada madu. Dua pancuran yang bersumber dari sungai surga
(al-Kautsar) yang mengalirinya: satu pancuran dari emas dan
pancuran lainnya dari perak. (HR. Muslim dari Tsauban z)
b. Rasulullah n juga bersabda,

Telagaku (lebar dan panjangnya) sejauh perjalanan satu bulan.


Airnya lebih putih daripada perak, baunya lebih harum daripada
misik, dan bejana-bejananya sejumlah bintang-bintang di langit.
Barang siapa yang meminumnya, niscaya dia tidak akan merasa
haus selamanya.(HR. Muslim dari Abdullah bin Amr c)

Kaum yang Dihalangi dari Telaga Nabi n


Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin t berkata, Yang akan
datang dan minum dari telaga Nabi n adalah orang-orang yang
beriman kepada Allah l dan Rasul-Nya n, yaitu orang yang mengikuti
syariat beliau n. Adapun orang yang enggan dan sombong untuk
mengikuti syariatnya, niscaya akan diusir dari telaga Nabi n. (Syarh
Aqidah al-Wasithiyah 2/158)

19

Dari Asma bintu Abu Bakr c, Rasulullah n bersabda,

: . :

Sungguh, aku (akan menunggu) di telaga hingga aku bisa melihat


orang yang datang kepadaku dari kalian (kaum muslimin). Beberapa
orang akan diambil sebelum sampai kepadaku. Aku lantas
mengatakan, Wahai Rabbku, mereka dari golonganku dan dari
umatku. Lalu dikatakan kepadaku, Apakah engkau mengerti apa
yang mereka lakukan sepeninggalmu? Demi Allah, mereka telah
murtad dari agamanya. (HR. Muslim)

: .
:

Satu rombongan dari sahabatku akan melewatiku nanti pada hari


kiamat. Namun, mereka diusir dari telaga itu. Aku katakan, Wahai
Rabbku, mereka adalah para sahabatku. Allah l menjawab,
Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan
sepeninggalmu. (HR. Muslim)

Asy-Syaikh Rabi bin Hadi hafizhahullah menerangkan, Yang


dimaksud oleh hadits ini adalah satu kaum yang murtad dari
agamanya. Mereka bukan para sahabat g. Oleh karena itu,
dikatakan kepada beliau n, Sesungguhnya engkau tidak mengetahui
apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu. Adapun para
sahabat g tidak mengadakan sedikit pun perkara yang baru (dalam
agama) setelah Rasulullah n wafat. Bahkan, mereka menyebarkan
agama (ke seluruh dunia) dan menyampaikan risalah beliau
sebagaimana mestinya. (Syarh Aqidatus Salaf hlm. 152)
20

Al-Imam al-Qurthubi t berkata, Para ulama kita hafizhahumullah


mengatakan, Setiap orang yang murtad dari agamanya atau
mengada-adakan suatu perkara baru dalam agama (bidah) yang
tidak diizinkan dan diridhai oleh Allah l, maka dia termasuk golongan
orang-orang yang diusir atau dihalangi dari telaga Nabi n. Adapun
yang paling keras diusir adalah setiap orang yang menyelisihi
jamaah kaum muslimin dan memisahkan diri (menyempal) dari
mereka, seperti Khawarij beserta sekte-sektenya, Syiah Rafidhah
beserta sempalan-sempalannya, dan Mutazilah beserta pecahanpecahannya. Merekalah orang-orang yang mengganti agamanya.
(at-Tadzkirah hlm. 352)
Sebagai penutup, kita panjatkan doa,

Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hatiku di


atas agama-Mu!
Catatan Kaki:

1 Sebuah kota pelabuhan di wilayah Jordania. Jaraknya dengan Aden lebih


dari 2.000 km. (-red.)

21

You might also like