QB Bank INDONESIA
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)
KERAJINAN BORDIR
BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtikm@bi.go.idDAFTAR ISI
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Tujuan, Ruang Lingkup dan Metode Penelitian
2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaa
a. Profil Pengusaha ...
b. Pola Pembiayaan
3. Aspek Pemasaran..
. Permintaan
. Penawaran.....
. Harga..
Persaingan
. Jalur Pemasaran...
. Kendala Pemasaran
peange
4. Aspek Produksi
a. Lokasi Usaha.
b. Fasilitas Produksi
¢. Bahan Baku
d, Tenaga Kerja
e. Teknologi
f. Proses Produksi
g. Mutu Produksi .
5. Aspek Keuangan
a. Struktur Biaya.
b. Pendapatan Usaha
c. Kebutuhan Modal
d, Analisa Arus Kas...
e. Evaluiasi Profitabilitas Rencana Investasi
f. Analisa Break Even Point
g. Analisa Sensitivitas
h, Kendala
ingkungan
6. Aspek Sosial Ekono!
a. Aspek Sosial Ekonom
b. Dampak Lingkungan
an Dampak
7. Penutup...
a. Kesimpulan
b. Saran...
LAMPIRAN..
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir 11, Pendahuluan
a. Latar Belakang
Bordir merupakan kerajinan rakyat yang memerlukan ketekunan dan
ketelatenan dalam pengerjaannya. Kerajinan ini telah tumbuh di beberapa
daerah dengan motif dan rancangan khas daerah masing-masing. Awalnya
kerajinan ini berkembang untuk memenuhi kebutuhan pakaian kebaya
wanita yang merupakan pakaian nasional Indonesia, tetapi adanya
perkembangan dan penggunaan yang semakin meluas kerajinan ini menjadi
bagian dari ciri khas motif pakaian untuk sholat seperti mukena, baju koko,
dan selendang.
Hasil kerajinan bordir yang ada di beberapa daerah telah dipasarkan secara
meluas sampai ke manca negara, sehingga dengan adanya krisis moneter
yang membuat nilai dollar melonjak, pasaran ekspor bordir semakin
meningkat dan pendapatan pengusaha bordir semakin tinggi bahkan
penjualan yang dilakukan banyak ditujukan untuk pasaran ekspor karena
nilai jual dalam negeri rendah dan jumlah permintaannya juga sedikit.
Adanya kerajinan ini meningkatkan produktivitas para pengrajin dan
memberi tambahan pendapatan masyarakat yang tidak kecil. Karena rata-
rata seorang pengusaha kerajinan bordir paling sedikit mempekerjakan 10
orang tenaga kerja secara langsung. Untuk pengrajin bordir yang ada di
Bukittinggi Sumatra Barat, mempunyai dua macam sistem pengerjaan yaitu
secara borongan yang dikerjakan di rumah pekerja masing-masing dan
sistem pengerjaan di pabrik, Sehingga tenaga kerja yang terserap
sebenarya lebih banyak lagi dari yang tercatat di perusahaan
Keterampilan membordir kain di Bukittinggi merupakan salah satu khasanah
kekayaan pengetahuan dalam masyarakat yang diturunkan secara
berkesinambungan antar generasi, khususnya kaum wanita atau perempuan
muda dalam mengisi kekosongan waktu setelah selesai pendidikan di
madrasah. Dengan semakin majunya zaman dan kebutuhan akan kain bordir
semakin meningkat_ maka muncullah perusahaan-perusahaan yang
mengelola dan memproduksi kain bordir secara khusus. Biasanya
perusahaan yang memproduksi kain bordir berawal dari pedagang yang
menjual kain bordir di toko atau di Pasar Atas dan Pasar Aur Kuning
Bukittinggi, sehingga untuk keterjaminan pasar barang yang diproduksi tidak
mengalami kesulitan.
Semakin meningkatnya permintaan dan adanya perkembangan teknologi
pembuatan kain bordir yang menggunakan mesin bordir yang lebih baik
dengan banyak kepala jarum didapatkan hasil kain yang lebih cepat dan baik
dibandingkan dengan mesin yang ada saat ini. Pengrajin membutuhkan
adanya suntikan teknologi dan bimbingan untuk mendapatkan akses
pendanaan.
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir 2b. Tujuan, Ruang Lingkup dan Metode Penelitian
Tujuan
Tujuan kajian pola pembiayaan ini adalah:
1. Menyediakan rujukan bagi perbankan dalam rangka meningkatkan
realisasi kredit untuk usaha kecil, khususnya melalui penyediaan kredit
untuk usaha kerajinan bordir.
2. Menyediakan informasi dan pengetahuan untuk mengembangkan
usaha kerajinan bordir mengenai aspek-aspek pemasarannya, aspek
teknik produksinya dan aspek keuangannya.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari studi ini meliputi :
1, Usaha kerajinan bordir yang dimulai dari proses pemotongan kain,
pembuatan pola untuk jenis bordiran Terancang,
2. Melakukan penelitian pola pembiayaan komoditi yang meliputi aspek-
aspek
a. Aspek pemasaran meliputi antara lain kondisi_permintaan
(termasuk pasar ekspor), penawaran, persaingan, harga,
proyeksi permintaan pasar dan rantai pemasaran produk,
b. Aspek produksi meliputi gambaran komoditi, persyaratan teknis
produksi, proses pembuatan dan penanganannya,
c. Aspek keuangan meliputi perhitungan kebutuhan_biaya
investasi, dan kelayakan keuangan. Perhitungan kelayakan
keuangan menggunakan analisa yang disesuaikan dengan jenis
usaha yang dapat meliputi rugi laba, cash flow, net present
value, pay back ratio, benefit cost ratio dan internal rate of
return, termasuk analisa sensitivitas,
d. Aspek sosial ekonomi meliputi pengaruh pengembangan usaha
kerajinan yang diteliti terhadap perekonomian, penciptaan
lapangan kerja dan pengaruh terhadap sektor lain,
e. Aspek dampak lingkungan
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan survei lapang di wilayah yang
selama ini mempunyai potensi pengembangan usaha kerajinan bordir cukup
baik, yaitu di Bukittinggi, Sumatra Barat . Survei lapang dilakukan untuk
memperoleh data sebagai berikut:
1, Data primer dari pengusaha kecil (pengrajin bordir);
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir 32. Data sekunder dari bank umum dan instansi_ terkait (Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, dan BPS Kota Bukittinggi);
3. Tokoh masyarakat setempat (tokoh formal dan tokoh informal)
Hasil pengumpulan data tersebut di atas selanjutnya dianalisa
khususnya untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Analisa usaha, dilakukan untuk mengetahui _bagaimana
pengaruh komoditi yang diteliti dilihat dari aspek-aspek
pemasaran, produksi, —_sosial-ekonomi, dan dampak
lingkungannya;
b. Analisa pembiayaan, dilakukan untuk mengetahui bagaimana
pembiayaan proyek dan kelayakan usaha dilihat dari aspek
keuangannya.
Untuk kepentingan pengumpulan dan analisa data tersebut di atas, sampel
usaha kecil di wilayah penelitian diambil secara acak dengan persyaratan
bahwa usaha kecil tersebut yang paling banyak terdapat di wilayah studi,
dengan mengutamakan mereka yang mendapat kredit bank untuk usaha
kecilnya
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir 42. Pro’
Usaha dan Pola Pembiayaan
a. Profil Pengusaha
Usaha kerajinan bordir di Bukittinggi sebagian besar merupakan usaha turun
temurun yang diwariskan dari orang tuanya. Kebanyakan kerajinan ini
dikerjakan oleh para wanita. Hal ini terkait dengan budaya setempat
khususnya para Wanita Minang, yang dalam waktu senggangnya diharuskan
untuk belajar agar terampil dalam menyulam dan menjahit termasuk
keterampilan bordir. Dengan semakin modernnya pola dan peralatan yang
digunakan dalam bordir ini para Wanita Minang khususnya di Bukittinggi tak
ketinggalan memanfaatkan dan mendalami teknik bordir dengan peralatan
atau mesin jahit khusus bordir.
Adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia, kerajinan bordir Bukittinggi
bukan semakin tenggelam tetapi semakin terangkat naik kepermukaan
dengan adanya pemasaran langsung ke Singapura dan Malaysia. Pendapatan
pengusaha bordir meningkat berlipat dan harga kain Bordir Bukittinggi ikut
naik dengan harga yang tinggi bahkan untuk penduduk lokal tergolong
sangat mahal, sehingga untuk memenuhi keperluan lokal para pedagang di
Bukittinggi akhir-akhir ini cenderung banyak mendatangkan produk bordir
dari Tasikmalaya, Jawa Barat.
Pembuatan kain bordir yang ada di Bukittinggi dilakukan dengan dua macam
sistem, yaitu sistem borongan dan sistem kerja pabrik. Sistem borongan
dilakukan oleh karyawan yang dianggap perusahaan cukup mampu dan
cakap dalam mengerjakan bordir secara mandiri dimana kain, benang dan
design gambar telah ditetapkan oleh perusahaan, pekerja_tinggal
mengerjakan sesuai waktu yang telah ditentukan. Biasanya bordir yang
dikerjakan secara borongan ini termasuk dalam golongan bordir biasa bukan
kelas mewah atau mahal, sedangkan sistem kerja di pabrik dilakukan seperti
pekerja biasa dimana dalam mengerjakannya selalu diawasi oleh supervisor
langsung setiap tahapan produksinya. Kain bordir yang dikerjakan dalam
pabrik ini umumnya mempunyai mutu yang baik dan berharga mahal.
Kerajinan bordir sangat tergantung dengan kualitas keterampilan sumber
daya manusia yang mengerjakannya, karena pekerjaan ini hampir 80%
merupakan pekerjaan tangan (hand made) yang membutuhkan pengetahuan
dan keterampilan khusus dalam mengerjakannya, oleh karena itu
perlindungan dan peningkatan kesejahteraan pekerja bordir supaya tetap
loyal dan tekun menjalankan pekerjaan di Bukittinggi atau perusahaannya
merupakan langkah paling penting.
Saat ini pesaing kerajinan Bordir Bukittinggi bukan berasal dari sesama
pengrajin yang ada di Bukittinggi atau bordir dari Tasikmalaya tetapi dari
pengusaha Malaysia dan Singapura yang membawa para Pengrajin Bordir
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir 5Bukittinggi_ke negara masing-masing guna memenuhi pasar bordir di
Singapura dan Malaysia dengan imbalan kesejahteraan yang lebih tinggi
b, Pola Pembiayaan
Kerajinan Bordir di Bukittinggi yang mempunyai prospek usaha cukup baik
dan telah mendapatkan bantuan pembiayaan dari perbankan sejak tahun
1960-an. Bank telah lama mempunyai catatan serta pengalaman terhadap
pembiayaan komoditi ini. Semua Perbankan yang ada di Bukittinggi telah
mengucurkan kredit untuk pembiayaan usaha ini dan semuanya dapat
membiayai keperluan keuangan dalam pendirian kerajinan bordir baik untuk
keperluan investasi atau keperluan modal kerja
Informasi adanya kegiatan usaha ini serta pengetahuan kelayakan bank
membiayai kerajinan bordir didapatkan oleh pihak intern bank sendiri. Latar
belakang perbankan melakukan pembiayaan terhadap kegiatan ini adalah
alasan bisnis semata tanpa adanya anjuran atau himbauan dari pihak lain.
Dimana semua perbankan mengatakan bahwa usaha kerajinan bordir di
Bukittinggi merupakan proyek yang layak untuk dibiayai dan menguntungkan
secara bisnis.
Sampai saat ini besarnya plafond kredit yang disediakan untuk usaha kecil
kerajinan bordir berkisar kurang dari Rp 5 juta sampai dengan Rp 300 juta
Besarnya tingkat bunga yang biasa diberlakukan untuk usaha kecil ini
berkisar antara 20 sampai dengan 24% pertahun. Bank memberikan grace
period paling lama selama 1 (satu) tahun untuk kredit investasi, sedangkan
untuk modal kerja tidak dikenakan grace period. Untuk jenis kredit investasi
masa pengembalian harus tidak lebih dari 5 (lima) sampai 8 (delapan) tahun
dan untuk jenis kredit modal kerja tidak lebih dari 3 (tiga) tahun sekalipun
demikian bilamana terjadi kesulitan dalam pengembalian, melalui konsultasi
dengan pihak bank, debitur dimungkinkan untuk dapat memperpanjang
pengembalian kredit modal kerjanya.
Persyaratan keharusan debitur menyertakan dana sendiri, merupakan
persyaratan yang bersifat keharusan, dimana debitur sebelum mendapatkan
kredit harus mencantumkan jumlah dana yang mereka sediakan sebesar
35%. Sehingga dalam kajian analisis finansial proyek ini diberlakukan
struktur biaya 65% merupakan kredit bank dan 35% dana sendiri
Guna menjamin keamanan kredit, bank juga memberlakukan keharusan
untuk menyediakan jaminan kredit yang dianggap cukup aman untuk
keselamatan bank. Umumnya jaminan kredit tersebut berupa_ sertifikat
tanah/bangunan tempat berusaha, girik, tabungan/deposito atau kombinasi
diantara hal tersebut diatas, serta jaminan pribadi berupa barang yang relatif
mudah untuk dijual dan jaminan lain yang dianggap aman untuk bank
bilamana terjadi non performing loan
Bank Indoni
= Kerajinan Bordir 6Persyaratan lain yang diberlakukan kepada usaha kecil yang kreditnya diatas
5 juta adalah Surat Ijin Usaha Perdagangan, tanda daftar perusahaan,
fotocopy kartu tanda penduduk, jaminan dimaksudkan untuk pengikatan hak
tanggungan. Persyaratan teknis telah dilengkapi bank akan segera
menindaklanjuti melalui tahapan-tahapan peninjauan lapangan, informasi
antar bank, analisa kredit dan dilanjutkan dengan pembahasan oleh/dalam
loan committee. Keputusan persetujuan pemberian kredit - baik menyangkut
penolakan, persetujuan pemberian kredit dalam jumlah yang lebih kecil,
sama atau lebih besar dengan permohonan, sangat tergantung dari hasil
Pembahasan loan committee. Keseluruhan proses ini memerlukan waktu
antara 3 minggu - 1 bulan. Keputusan ini cukup ditetapkan oleh kantor
cabang setempat jika jumlah kredit yang dikucurkan masih dibawah
wewenangnya.
Proses permohonan kredit usaha ini seluruhnya diajukan oleh pengusaha
sendiri, hanya dalam penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan
keharusan perbankan, dan bank melakukan bantuan teknis penyusunannya.
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir 73. Aspek Pemasaran
a. Permintaan
Aspek pemasaran akan dianalisis dari potensi pasar untuk menyerap hasil
bordir yang dihasilkan pengrajin. Sebagai barang ekonomi bordir saat ini
diperjualbelikan dalam bentuk baju koko (baju ibadah pria), kerudung,
mukena, dan kain kebaya. Kain bordir Indonesia saat ini tidak hanya untuk
pasaran dalam negeri saja tetapi sudah diekspor untuk memenuhi
permintaan luar negeri.
Permintaan kain bordir dengan ragam hias yang khas Bukittinggi untuk
wilayah Sumatra Barat dan sekitarnya cukup tinggi. Tetapi kain bordir
Bukittinggi dengan teknis serta ragam tersendiri mempunyai pasar khusus
dengan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan bordir dari daerah lain
Berdasarkan wawancara dengan responden diperoleh informasi bahwa hasil
bordir yang paling banyak diminati adalah kebaya, selendang, dan mukena.
Pengusaha bordir di Bukittinggi melayani permintaan baik dari dalam negeri
maupun luar negeri. Ada kecenderungan permintaan pasar dalam negeri saat
ini agak lesu namun biasanya terjadi peningkatan menjelang bulan puasa
dan lebaran.
Permintaan ekspor kain bordir dari Bukittinggi terbanyak ke Singapura dan
Malaysia yang merupakan pembeli tradisional kain bordir dari Bukittinggi
selama lima tahun terakhir. Berdasarkan data ekspor tahun 2001 untuk
komoditi selendang, kerudung, cadar, dan syal ( HS: 6117.10.00) termasuk
didalamnya kain bordir, maka dapat dilihat bahwa negara negara utama
tujuan ekspor produk tersebut dari Indonesia adalah Amerika Serikat, Saudi
Arabia, Belanda, Jerman, Sinegal, Jepang, Meksiko, Malaysia, Singapura,
Brunei Darussalam, Denmark, Panama, Tanzania, Chili, Belanda, Australia,
Burma, Swedia, Perancis, Yaman, Austria, Taiwan, Venezuela dan Inggris.
Volume dan nilai ekspor bordir Indonesia sendiri dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan (Grafik 3.1)
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir 81.400 Tie => Vaume con)
1.200 7 = Ti [= Na coo uss)
on
coo fo
coo ot
on
ai 14% 164149
7
aL
Grafik 3.1. Volume dan Nilai Ekspor Bordir Indonesia 1996-2000
(Deperindag, 2001)
Permintaan negara-negara pengimpor produk selendang, kerudung, syal dan
sejenisnya cukup bervariasi baik jumiah maupun volumenya. Nilai ekspor
tertinggi adalah ke Amerika Serikat yang pada tahun 2000 mencapai nilai
US$ 299.910 dengan total volume 32,89 ton, disusul Jepang dengan nilai
US$ 143.520 dan volume 6,63 ton. Berikutnya adalah Sinegal, Belanda,
Brunei Darussalam, Denmark, Singapura dan Malaysia.
Diantara negara-negara tujuan ekspor Indonesia yang transaksi ekspornya
kontinyu terjadi setiap tahunnya mulai tahun 1996 adalah ke negara Amerika
Serikat, Arab Saudi, Jerman, Singapura, Malaysia dan Perancis. Khusus
ekspor ke Arab Saudi sejak tahun 1998 sampai 2000 menunjukkan bahwa
volume dan nilai ekspor produk sejenis bordir dari Indonesia ke negara ini
mengalami penurunan yang sangat tajam. Hal ini perlu mendapat perhatian
khusus dalam pemeliharaan pangsa pasar yang sudah ada
b. Penawaran
Jumlah pengusaha kain bordir di Bukittinggi hasil dari inventarisasi Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi secara formal ada 63
perusahaan dengan total jumlah produksi pada tahun 2000 sebanyak 54.902
helai kain bordir, 28.823 kodi jilbab, 23.293 stel mukena dan 2 master.
Berdasarkan informasi yang didapat, Bordir Bukittinggi yang terkenal dengan
nama bordir terancang dipasarkan dengan harga yang cukup tinggi dengan
tujuan untuk pasaran menengah ke atas serta turis dari luar negeri atau
diekspor, sedangkan untuk kebutuhan menengah ke bawah pedagang bordir
di Bukittinggi mendatangkan Bordir Tasikmalaya.
Beberapa daerah penghasil bordir di Indonesia selain Bukittinggi (Sumbar)
adalah Sumatra Utara, Riau, Lampung, Jawa Barat, DKI, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Bali dan Kalimantan Barat. Berdasarkan daerah asal ekspor (asal
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir 9pelabuhan ekspor) DKI Jakarta merupakan asal daerah ekspor kerudung,
selendang, syal (termasuk bordir) tertinggi. Tingginya ekspor produk
tersebut dari DKI Jakarta adalah dikarenakan sebagian berasal dari daerah
lain yang juga diekspor melalui Pelabuhan Tanjungpriok Jakarta, seperti dari
Jawa Barat, sebagian Sumatra dan Kalimantan, Sebagai perbandingan
daerah pengekspor kerudung, selendang, syal (termasuk bordir) pada tahun
2000 dapat dilihat pada Tabel 3.1. dibawah ini.
Sebagian volume dan nilai ekspor kain bordir dan produk seperti mukena,
kebaya dan kerudung tidak tercatat sebagai nilai ekspor dari Sumatra Barat,
karena sebagian dikirim melalui daerah lain seperti Batam.
c. Harga
Harga jual bordir yang terjadi di pasaran sangat bervariasi, tergantung pada
motif bordirnya, jenis kain, jenis benang yang digunakan dan mutu produk
bordir yang dihasilkan.
Kekhasan hasil bordir dari suatu daerah juga mempengaruhi harga jual
Harga jual produk Bordir Bukittinggi dan Bordir Tasikmalaya dapat dilihat
pada Tabel 3.2.
d, Persaingan
Bordir merupakan hasil kerajinan yang memiliki nilai seni yang memberikan
nilai tambah bagi produk tekstil (kain) yang telah jadi. Bordir dapat
menambah kesan keindahan terhadap suatu produk tekstil dengan
menampilkan berbagai variasi motif. Motif bordir biasanya menampilkan
kekhasan seni di suatu daerah. Oleh karena itu produk yang telah mendapat
polesan dengan bordir memiliki pangsa pasar tersendiri. Produk hasil
kerajinan bordir mampu bersaing dengan produk sejenis yang berada di
pasaran.
Produk bordir dari Indonesia khususnya mukena, kerudung (jilbab) dan kain
kebaya mampu bersaing dengan produk sejenis yang berasal dari Turki,
Taiwan dan Maroko. Di dalam negeri sendiri terjadi persaingan yang sehat
antara berbagai produk bordir dari daerah lain. Sebagai contoh bordir dari
Tasikmalaya dan Bukittinggi_masing-masing memiliki pangsa pasar
tersendiri, Hal ini karena masing-masing produk menampilkan kekhasan
yang berlainan.
Di daerah Bukittinggi terdapat sekitar 63 pengusaha bordir, enam
diantaranya tergolong usaha menengah besar, dan sekitar 57 merupakan
usaha kecil (dengan omset setahun kurang dari 1 milyar). Omset penjualan
usaha kecil kerajinan bordir di Bukittinggi berkisar antara Rp 13,5 juta
sampai dengan Rp 997,5 juta:
Bank Indoni
= Kerajinan Bordir 10Pangsa pasar bordir disamping pasar dalam negeri juga adalah pangsa pasar
luar negeri. Memperkenalkan hasil karya bordir dari Indonesia melalui
kegiatan-kegiatan seperti pameran produk di mancanegera merupakan salah
satu usaha untuk meraih pasar ekspor.
d, Jalur Pemasaran
Pemasaran kain bordir dari pengrajin ke konsumen baik di dalam negeri
maupun di luar negeri biasanya dilakukan sendiri oleh pengusaha bordir,
tetapi_ untuk pengrajin kecil yang mendapatkan order borongan dari
pengusaha bordir penjualannya lewat pengusaha pemberi order. Hampir
tidak ada pengusaha yang menjual produknya lewat kelompok usaha atau
koperasi. Pengusaha yang biasanya juga pedagang kain bordir di pasar atau
toko melakukan penjualan secara langsung lewat pasar atau tokonya. Kain
bordir dan produknya berupa bahan kebaya, mukena dan kerudung selama
ini sebanyak 80% dibeli langsung oleh masyarakat/rumah tanga,
sedangkan sisanya dibeli oleh pedagang besar untuk dijual kembali
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden instansi terkait, disebutkan
bahwa daerah pemasaran kain bordir diantaranya sebanyak 10% dilakukan
antar kecamatan, 15% antar kabupaten, 25% antar propinsi dan 50% dijual
ke luar negeri.
Rantai pemasaran kain bordir mulai dari pengrajin sampai mencapai tujuan
ekspor atau konsumen didaerah lain dapat dilihat dalam Grafik 3.2
Penaraiin
“OG
PengusahalPedagany |____»| _Pedagang
] besar.
Konsumen di Dalam negeri dan
di Luar Negeri
e. Kendala Pemasaran
Pemasaran kerajinan Bordir Bukittinggi sampai saat ini tidak ada hambatan
karena para pengrajin melakukan pemasaran dan promosi secara langsung
ke konsumen di luar negeri khususnya Singapura dan Malaysia. Kendala
yang cukup menonjol dalam pemasaran adalah adanya_persaingan
penawaran produk sejenis dari Singapura dan Malaysia dengan cara
memproduksi bordir di negaranya masing-masing tetapi_menggunakan
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir atenaga kerja dari Bukittinggi sehingga pengrajin dan pengusaha bordir di
Bukittinggi kekurangan tenaga kerja dan tidak dapat memenuhi pesanan
yang ada:
Bank Indoni
= Kerajinan Bordir 124. Aspek Produk:
a. Lokasi Usaha
Usaha kerajinan bordir memerlukan ruang usaha sebagai tempat untuk
menempatkan peralatan mesin juki dan mesin jahit, melakukan pekerjaan
menjahit, mengerjakan bordir, serta ruang toko tempat penjualan/pajangan
produk jadi. Tidak ada persyaratan khusus untuk lokasi usaha kerajinan
bordir ini, karena dapat diusahakan baik di lingkungan perumahan, rumah
tangga, atau di lingkungan pasar. Walaupun demikian untuk memudahkan
dalam penjualan/pemasaran produk, lokasi usaha ini dipilih pada tempat
yang ramai atau dekat dengan pasar sehingga mudah dikunjungi. Disamping
itu untuk memudahkan pengadaan bahan baku berupa kain dan benang
dalam jumlah besar lokasi usaha ini hendaknya berada dalam satu kawasan
sentra usaha kecil sejenis.
b, Fasilitas Produksi
Fasilitas produksi untuk usaha kerajinan bordir terdiri dari fasilitas bangunan
tempat usaha dan peralatan untuk produksi. Bangunan untuk tempat usaha
direncanakan sewa dan dapat digunakan juga sebagai toko tempat penjualan
produk (ruko), sementara mesin dan peralatan untuk produksi direncanakan
dibeli. Jenis fasilitas produksi usaha kerajinan bordir dapat dilihat pada Tabel
4.1.
c. Bahan Baku
Bahan baku yang diperlukan untuk usaha kerajinan bordir adalah kain dan
benang. Jenis kain dan benang yang digunakan disesuaikan dengan produk
yang akan dibuat, yakni kain untuk bahan kerudung, bahan mukena dan
untuk bahan kebaya. Beberapa jenis kain yang bisa digunakan seperti kain
piskin dan polino. Jenis kain yang dibeli disesuaikan pula dengan pesanan
dan yang saat itu banyak digemari dipasaran. Pembelian kain biasanya
dalam satuan rol dan benang dalam satuan gulungan. Sumber bahan baku
relatif tidak sulit didapat, karena hampir seluruh kebutuhan dapat dipenuhi
oleh pasar lokal, baik melalui toko eceran maupun di toko besar atau
pedagang grosir di Pasar Aur Kuning, Bukittinggi. Secara rinci kebutuhan
bahan baku dapat dilihat pada Lampiran 3.
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diperlukan untuk usaha kerajinan bordir umumnya adalah
tenaga yang memiliki keterampilan dalam hal membuat gambar dasar (pola),
tenaga lukis, dan tenaga yang memiliki keterampilan menjahit bordir.
Umumnya tenaga yang ada tergolong tenaga terampil yang terlatih secara
turun temurun. Selain itu juga diperlukan tenaga pemasaran. Tenaga kerja
yang terserap pada usaha kerajinan bordir sebagian besar berasal dari
penduduk setempat dan hanya sebagian kecil yang berasal dari luar.
Bank Indoni
= Kerajinan Bordir 13Upah diberikan berdasarkan jenis pekerjaan atau sistem kerja. Untuk pekerja
tetap seperti tukang pola, tukang lukis dan tenaga pemasaran biasanya
diberi upah setiap bulan yang berkisar antara Rp 250.000 - Rp 1.000.000
Adapun tenaga penjahit ada yang diberi upah harian atau dengan sistem
borongan, Untuk tenaga harian diberi upah antara Rp 10.000 - Rp 14,000
per hari sedangkan untuk tenaga kerja borongan upah diberikan berdasarkan
jumlah unit produk yang dihasilkan. Untuk satu unit kerudung sebesar Rp
4.000, satu unit kebaya panjang diborongkan dengan upah Rp 80.000 dan
untuk pembuatan mukena sebesar 25.000 per unit. Kebutuhan untuk tenaga
kerja tetap dapat dilihat pada Tabel 4.2.
e. Teknologi
Teknologi pembuatan kerajinan bordir terdiri dari teknologi yang bersifat
tradisional dan teknologi modern. Teknologi bordir secara_tradisional
umumnya mengandalkan tenaga manual manusia mulai dari pembuatan
pola, pemotongan bahan sampai penjahitan. Biasanya teknologi ini diajarkan
secara turun temurun dari ibu - ibu yang sudah berpengalaman kepada anak
perempuan yang masih muda. Teknologi bordir yang modern telah
memanfaatkan bantuan komputer dalam pembuatan pola dan memanfaatkan
mesin bordir seperti TMEX-C, TMFXII-C, TMFX-V, dan TMFD Tajima.
Umumnya yang mengunakan teknologi modern sudah tergolong perusahaan
besar.
f. Proses Produksi
Proses produksi pembuatan kerajinan bordir secara umum dapat dilihat pada
Grafik 4.1. Bahan baku berupa kain dipilah dan dipotong sesuai dengan
kebutuhan dan jenis produk bordir yang akan dibuat. Kain yang telah
dipotong diberi pola dan gambar dengan pensil yang akan menjadi dasar
dalam proses pembordiran nantinya. Gambar yang dibuat sebagai motif
bordir disesuaikan dengan selera konsumen yang sedang trend saat itu atau
sesuai pesanan
Kain yang telah diberi pola dan gambar selanjutnya siap untuk dibordir.
Proses pembordiran mengikuti motif gambar yang sudah dibuat dan untuk
itu _memerlukan kesabaran dan ketelitian dalam mengerjakannya, agar
produk yang dihasilkan indah dan rapi. Hasil jahitan umumnya diinginkan
jangan terlihat terlalu menumpuk atau sebaliknya terlalu jarang. Biasanya
untuk sebuah bahan kebaya memerlukan waktu pembordiran rata-rata
selama 6 hari, dan untuk satu unit mukena selama 5 hari serta kain
kerudung selama 1-2 hari. Disamping itu untuk produk bordir yang
berkualitas sangat baik, tidak jarang untuk satu bahan kebaya memerlukan
waktu 2 sampai 3 minggu. Akan tetapi produk ini hanya merupakan bagian
terkecil dari produksi yang dihasilkan, karena harga yang sangat mahal
(diatas Rp 800.000 yang umumnya permintaan dari luar negeri)
Bank Indoni
= Kerajinan Bordir 14Kain yang sudah dibordir selanjutnya dirapikan, bagian yang berlubang
dibuat lubang dengan menggunakan ujung gunting, selanjutnya dirapikan
dengan solder atau besi panas. Fungsi solder atau besi panas dalam
membuat lubang adalah agar sisa benang pada pinggiran lubang tidak
terurai sehingga hasil bordirnya terlihat lebih rapi.
Setelah selesai dibordir, selanjutnya kain dipotong sesuai dengan jenis dan
ukuran produk yang akan dibuat. Kain bordir yang sudah dipotong menurut
polanya kemudian dijahit menjadi kerudung atau mukena. Khusus bahan
kebaya panjang tidak dijahit, tapi dijual dalam bentuk kain bordir sebagai
bahan kebaya
Produk hasil dari kerajinan usaha bordir ini selanjutnya dirapikan dan
dikemas dalam plastik yang diberi label. Untuk kerudung dikemas setiap 10
unit dalam satu kantung. Adapun untuk mukena dan bahan kebaya masing-
masing dikemas satu unit dalam satu kemasan kantung plastik.
¥
Pemotongan
¥
Pembuatan
gambar dan pola
t
Pemborciran &
Pelubangan
¥
Perotangan &
penyahitan sesuai
preduk
7
Kerudung mukena Bahan Kebaya
Grafik 4.1. Proses Produksi Kain Bordir
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir 15g. Mutu Produksi
Jenis produk dari usaha kerajinan bordir di Bukittinggi adalah bordir
terancang, merupakan produk khas bordir daerah ini yang proses
pembuatannya menggunakan mesin jahit biasa (mesin jahit goyang), dengan
motif bordir berlubang. Walaupun proses pekerjaannya relatif membutuhkan
waktu lama, namun hasil yang diperoleh lebih rapi dan halus dibandingkan
dengan jenis bordir lain yang pembuatannya menggunakan mesin jahit
bermotor. Bordir yang dibuat dengan mesin jahit bermotor, motif bordirnya
diberi lubang dengan menggunakan solder/besi panas. Dalam kajian ini,
jumlah, jenis dan mutu produksi yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Volume
Penjualan Harga
Uraian ‘Satuan Per Jual
Periode (Rp)
(Unit)
1. Kerudung (jilbab) Unit 600, 22.500
2. Kebaya Panjang Unit 200| 275.000)
3. a. Mukena : Kw 1 (atas) Unit 200) 150.000
b.Mukena : Kw 2 (atas + bawah)
jumlah Unit 1.100 300.000
Sumber : Data Primer Hasil Survei (2001)
Hasil kerajinan Bordir Bukittinggi dalam bentuk kebaya panjang disajikan
pada Gambar 4.1. dibawah ini.
Gambar 4.1. Kebaya Panjang Hasil Kerajinan Bordir Bukittinggi
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir 16h, Produksi Optimum
Faktor yang berpengaruh terhadap proses produksi bordir adalah besarnya
upah dan ketersediaan tenaga kerja, harga bahan baku pokok, harga jual,
jumlah dan waktu pesanan, serta tingkat kerumitan motif atau gambar bordir
yang bersangkutan. Diantara faktor tersebut yang sangat menentukan
optimalisasi produksi adalah waktu pengerjaan dan harga jual produk.
Dengan kapasitas terpasang 10 mesin juki dan 25 mesin jahit singer dalam
satu tahun dapat dihasilkan jumlah produksi optimum kerudung sebanyak
3.600 unit, mukena atas saja (KW1) sebanyak 1.200 unit, mukena atas
bawah (KW2) sebanyak 600 unit, dan kebaya sebanyak 600 unit
Umumnya ketiga produk yang dihasilkan (kerudung, mukena dan kebaya)
pada saat menjelang puasa dan lebaran mengalami _peningkatan
Penjualan/pesanan. Untuk membuat kebaya panjang membutuhkan waktu
antara 5-21 hari, serta mukena sekitar 4-7 hari, maka untuk mengejar target
produksi di saat pesanan banyak dilakukan dengan mensub-kontrakkan
pekerjaan membordir secara borongan kepada pengrajin setempat.
i, Kendala Produksi
Hambatan aspek teknis produksi usaha kerajinan bordir yang paling
Menonjol adalah adanya kekurangan tenaga terampil yang mengerjakan
bordir akibat banyaknya tenaga terampil bordir yang dibawa pengusaha
Singapura dan Malaysia ke negaranya. Disamping itu, kebutuhan akan bahan
baku bordir yang baik dan berkualitas tinggi (seperti benang emas) harus
didatangkan dari Singapura sehingga harganya cukup tinggi
Bank Indoni
= Kerajinan Bordir 175. Aspek Keuangan
a. Struktur Biaya
Analisa aspek keuangan ini dilakukan untuk melihat kelayakan pembiayaan
menjalankan usaha kerajinan bordir. Melalui Analisa ini dapat diketahui nilai
tambah yang dapat diperoleh serta kemampuan usaha dalam
mengembalikan kredit dengan jangka waktu yang wajar. Kredit yang
digunakan dalam analisa keuangan adalah skim kredit umum dengan tingkat
suku bunga 24 %, sesuai dengan usaha yang telah berjalan.
Usaha kerajinan bordir ini memproduksi sejumlah kerudung (600 unit),
kebaya panjang (200 unit) dan mukena (300 unit). Beberapa asumsi yang
digunakan dalam analisa keuangan usaha ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Komponen biaya usaha kerajinan bordir terdiri dari biaya investasi dan biaya
modal kerja. Biaya investasi terdiri dari biaya sewa bangunan/toko dan
pengadaan peralatan produksi. Adapun biaya modal kerja merupakan biaya
untuk operasional produksi yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap.
1. Biaya Investasi
Total biaya investasi untuk usaha kerajinan bordir adalah sebesar Rp
97.187.500 yang terdiri dari biaya investasi untuk sewa bangunan
proyek sebesar Rp 15.000.000 dan untuk pengadaan peralatan
sebesar Rp 82,187,500. Rincian selengkapnya komponen biaya
investasi usaha pembuatan bordir dapat dilihat pada Lampiran 1.
ya Produksi
Biaya produksi untuk usaha kerajinan bordir terdiri dari biaya produksi
langsung (biaya variabel) dan biaya overhead (biaya tetap)
ya Produksi Langsung (Biaya Variabel)
Biaya variabel merupakan biaya pengadaan bahan baku berupa kain,
benang, serta upah tenaga kerja harian untuk pembuatan masing-
masing jenis produk . Total biaya variabel untuk sejumlah kerudung
(600 unit), kebaya panjang (200 unit) dan mukena (300 unit) dalam
satu kali periode produksi selama 2 bulan kerja (tabel 5.2) Perincian
komponen biaya variabel usaha kerajinan bordir selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 2.
ya Overhead (Biaya Tetap)
ya tetap merupakan biaya operasional yang dikeluarkan untuk
setiap periode kerja, yang tidak terkait langsung dengan jumlah
produksi. Yang termasuk biaya tetap adalah biaya tenaga kerja tetap,
biaya pemasaran dan promosi, biaya transportasi, biaya administrasi,
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir 18listrik, air dan biaya tetap lainnya. Jumiah biaya tetap yang diperiukan
dalam usaha kerajinan bordir adalah sebesar Rp 18.166.667
Tabel 5.3.
Total Biaya Overhead (Biaya Tetap) Usaha Kerajinan Bordir
Uaian Total Biaya Per2 | Total Biaya Per
Bulan Tahun
Biaya Tenaga Tetap 8,000,000 48,000,000
Biaya Pemasaran 4,766,667 28,600,000
Listrik 3,000,000 18,000,000
Transportasi dan
Larministrast 1,200,000 7,200,000
Biaya Pemeliharaan 1,200,000 7,200,000
Jumiah Biaya Tetap 18,166,667 109,000,000
Sumber: Data Hasil Olahan (2001)
Dengan demikian berdasarkan uraian b.1 dan b.2 maka Total biaya produksi
usaha kerajinan bordir adalah sebagai berikut
Tabel 5.4.
Total Biaya Produksi Usaha Kerajinan Bordir (Rp)
Modal Kerja Per | Total Biaya Produksi
praia periode (2 bulanan) Per Tahun
Biaya produksi 68.560.000 411.360.000
iBiaya Overhead 18.166.667 109.000.000
Total Biaya Produksi 86.726.667 520.360.000
Sumber: Data Hasil Olahan (2001)
Selengkapnya rekapitulasi biaya operasi usaha kerajinan bordir dapat dilihat
pada Lampiran 3
b. Pendapatan Usaha
Pendapatan usaha kerajinan bordir berasal dari total penjualan sejumlah
kerudung (600 unit), kebaya panjang (200 unit) dan mukena (300 unit)
selama 2 bulanan, dengan rincian sebagai berikut:
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir 19Tabel 5.5.
Rencana Penjualan dan Pendapatan Usaha Kerajinan Bordir
Volume
i Total Total
Penjualan Harga
Uraian Satuan, Per ual pau penanae
Periode | (Rp Perper (aan
(Unit)
1. Kerudung Unit 600 | 22,500 | 13.500.000 | 81.000.000
(jilbab)
2. Kebaya Panjang | Unit | 200 275,000 | §5.000.000 330.000.000
tee "4 unit 200 150,000, 30.000.000 180.000.000
‘4. Mukena : Kw 2
(atas & bawah)
Total Penjualan Unit | 1,100 = /128.500.000 771.000.000
‘Sumber: Data Hasil Olahan (2001)
Unit 100 300,000 30.000.000 180.000.000
c. Kebutuhan Modal
Kebutuhan modal dalam menjalankan usaha kerajinan bordir terdiri dari
modal investasi dan Modal Kerja untuk satu periode produksi. Dalam
memenuhi kebutuhan modal usaha kerajinan bordir sebagian dipenuhi dari
modal sendiri dan sebagian dari modal pinjaman. Pihak bank bersedia
melakukan pinjaman berupa kredit investasi atau kredit modal kerja. Jangka
waktu pinjaman selama 3 tahun untuk kredit investasi dan 1 tahun untuk
kredit modal kerja dengan bunga sebesar 24 % per tahun.
Pembiayaan proyek usaha kerajinan bordir dibiayai dari dana sendiri dan
dana pinjaman dengan komposisi 35% dana sendiri dan 65% dana pinjaman.
(Tabel 5.6)
Tabel 5.6.
Total Kebutuhan Biaya Usaha Kerajinan Bordir
Kebutuhan | Modal Sendiri (Modal
uD eae Modal 35% 65%
A Biaya Investasi 97.187.500 34.015.625, 63.171.875
B_ Biaya Modal Kerja 86.726.667 30.354.333, 56.372.333
C Total Biaya Proyek | 183.914.167 | 64.369.958 | 119.544.208
‘Sumber: Data Hasil Olahan (2001)
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir 20d, Analisa Arus Kas
Berdasarkan proyeksi arus kas terlihat bahwa tidak terjadi defisit anggaran
selama umur proyek (5 tahun). Melalui pendapatan yang diperoleh telah
mampu membayar cicilan pokok kredit dan bunga sesuai jadwal yang
ditentukan. Pelunasan kredit investasi dapat dilakukan dalam 3 tahun dan
modal kerja selama 1 tahun. Sejak tahun pertama perolehan pendapatan
telah mengalami surplus. Secara rinci proyeksi arus kas tersebut dapat
dilihat pada Lampiran 4,
e. Evaluiasi Profitabilitas Rencana Investasi
Untuk melihat profitabilitas dari modal yang diinvestasikan maka dilakukan
perhitungan berdasarkan parameter dan asumsi pada Tabel 5.1. dengan cara
perhitungan dan rumus seperti pada Lampiran 5, dan diperoleh kriteria
kelayakan usaha sebagai berikut
Tabel 5.7,
Kriteria Kelayakan Usaha Kerajinan
Bordir
NS xriteria
1 NPV (24%) 212.522.893)
2 IRR 61,89%
3. Profit on sale 22,09%
4 PBP (tahun) 1,93)
5 (Net B/C 2,16
6 ROI 43,11%
Sumber: Data Hasil Olahan (2001)
Nilai NPV yang positif, IRR yang berada diatas suku bunga dan Net B/C yang
lebih dari satu memperlihatkan bahwa proyek ini layak untuk dilaksanakan,
dengan tingkat pengembalian modal yang relatif cepat (1,93 tahun). Secara
lebih rinci perhitungan kriteria kelayakan usaha tersebut dapat dilihat pada
Lampiran 6
f. Analisa Break Even Point
Analisa break event point menunjukkan kapasitas produksi minimum
pertahun yang tidak menghasilkan benefit namun tetap masih sanggup
menjalankan usaha (jumlah pengeluaran sama dengan jumlah pendapatan)
Nilai BEP untuk usaha kerajinan bordir adalah sebagai berikut:
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir aTabel 5.8
Analisa BEP Proyek Usaha Kerajinan Bordir
BEP Nilai
Dalam Rupiah 302,911,488
Dalam Unit 2.593
Rincian produk BEP
3.1. Kerudung (jilbab) 1.414
3.2. Kebaya Panjang 471
3.3. Mukena : Kw i (atas) 471
Mukena : Kw 2 +
bewen) (atas 236
TOTAL 2.593
Sumber: Data Primer Hasil Olahan (2001)
Lebih jelasnya perhitungan nilai BEP dapat dilihat pada Lampiran 6.
itas
g. Analisa Sensiti
Suatu usaha yang akan dijalankan sebaiknya juga mempertimbangkan atau
mengantisipasi perubahan-perubahan variabel biaya yang mungkin terjadi
saat proyek sudah berjalan. Suatu unit usaha aman untuk dijalankan apabila
dengan adanya penurunan harga atau kenaikan biaya produksi, usaha
tersebut masih mampu bertahan atau masih dapat memberi keuntungan
atas investasi yang ditanamkan. Untuk mengantisipasi perubahan tersebut
dilakukan analisa sensitivitas.
Berdasarkan analisa_sensitivitas terhadap usaha_ kerajinan__bordir
menunjukkan bahwa penurunan harga jual sebesar 10 persen atau biaya
produksi naik sebesar 10 persen, proyek tersebut masih memberi
keuntungan untuk dapat menutupi biaya investasinya. Bahkan usaha
kerajinan bordir tersebut masih layak dengan penurunan harga jual
mencapai 12,5% dan kenaikan biaya produksi sebesar 20%. Analisa
sensitivitas selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Analisa nilai IRR dari basis dasar perhitungan sebesar 61,89 %. Nilai_ ini
mempunyai arti bahwa usaha kerajinan bordir yang dilakukan masih layak
untuk diusahakan pada kondisi kenaikan tingkat suku bunga sampai sebesar
61,89%.
h, Kendala
Hambatan aspek keuangan usaha kerajinan bordir dilihat dari arus kas
masuk (inflow) dan arus kas ke luar (outflow). Arus kas masuk usaha
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir 2kerajinan bordir mempunyai hambatan dari adanya penundaan atau tidak
terbayarnya penjualan bordir yang dihasilkan akibat dari sistem pembayaran
angsuran atau tunda. Pada aspek arus kas keluar, tidak ada hambatan dan
kendala yang berarti mempengaruhi kelangsungan usaha kerajinan bordir
ini, Apabila ada penurunan harga jual atau kenaikan biaya operasi (baik
biaya variabel maupun biaya tetap) masih di dalam kisaran yang
dimungkinkan layak secara finansial
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir 236. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan
a. Aspek Sosial Ekonomi
Usaha kerajinan bordir merupakan usaha yang sangat menguntungkan.
Dengan berbekal keterampilan, keuletan dan ketekunan berusaha serta
ditunjang dengan pembinaan dari berbagai pihak, unit usaha kecil kerajinan
bordir mampu _memberikan sumbangan yang berarti bagi peningkatan
pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja. Disamping itu usaha
kerajinan bordir, melalui ekspor produknya dapat memberikan kontribusi
sebagai sumber devisa dan peningkatan pendapatan asli daerah. Karena itu
usaha kecil kerajinan bordir merupakan salah unit usaha yang perlu terus
mendapat perhatian dalam pengembangannya.
Penyerapan Tenaga Kerja
Usaha kecil kerajinan bordir turut memberikan lapangan pekerjaan bagi
penduduk sekitar. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, jumlah
tenaga kerja yang terserap pada salah satu sentra kerajinan bordir adalah
sebanyak 150 tenaga kerja yang tersebar pada 10 unit usaha. Berdasarkan
data industri kecil Deperindag Kota Bukittinggi tahun 2000 jumiah kerajinan
bordir yang mempunyai ijin sebanyak 63 buah dengan jumlah tenaga kerja
sebanyak 723 orang. Umumnya tenaga tetap adalah tenaga untuk pembuat
pola, tenaga lukis, dan tenaga pemasaran. Adapun tenaga penjahit biasa
digunakan tenaga harian atau borongan.
Peningkatan Pendapatan dan Peluang Usaha
Dengan terserapnya tenaga kerja di sekitar lokasi usaha akan memberikan
tambahan pendapatan bagi pekerja dan mengurangi pengangguran. Rata-
rata upah yang diterima sebagai tukang jahit adalah berkisar antara
Rp.10.000 - Rp. 14.000 per hari. Disamping adanya tenaga kerja harian,
usaha kerajinan bordir juga memberikan pekerjaan borongan kepada mereka
yang memiliki mesin jahit untuk mengerjakan pekerjaan penjahitan per unit
kerudung, kebaya atau mukena. Umumnya ibu rumah tangga di sekitar
lokasi mengerjakan pekerjaan borongan penjahitan di rumah masing-masing
Hasil yang diperoleh tergantung jumlah unit produk yang dihasilkan.
Pendapatan yang diperoleh untuk setiap unitnya adalah sebesar Rp. 4.000
per unit kerudung, Rp. 25.000 per unit mukena dan Rp. 80.000 per unit
kebaya panjang.
Berkembangnya usaha_kerajinan bordir juga turut _ mendorong
berkembangnya usaha lain, baik yang langsung berkaitan dengan usaha ini,
seperti pedagang kain dan benang maupun usaha lain seperti jasa
pendidikan/kursus-kursus menjahit bordir, dan usaha di sektor pariwisata.
Bank Indoni
= Kerajinan Bordir 24Peluang Ekspor (Peningkatan Devisa)
Hasil kerajinan bordir terancang yang dihasilkan sudah dipasarkan ke luar
negeri seperti ke Malaysia dan Singapura. Upaya untuk menembus pasar
ekspor terus dilakukan seperti aktif dalam mengikuti kegiatan pameran
produk-produk kerajinan di luar negeri sambil menjual produk yang
dihasilkan. Walaupun frekuensinya baru sekali dalam setahun, namun cukup
memberi keuntungan bagi usaha kecil yang bersangkutan. Sebagai tindak
lanjutnya ada sebagian pembeli dari luar langsung memesan atau bahkan
mengirimkan bahan kain untuk dijadikan bordir.
Berdasarkan data ekspor kerudung, selendang, syal (termasuk bordir) tahun
2000 sebesar US $ 1.115.127 menunjukkan bahwa usaha ini mampu
memberikan andil dalam meningkatkan devisa.
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
Tumbuhnya usaha kerajinan bordir akan memberi kontribusi pula terhadap
meningkatnya PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang berasal dari berbagai
sumber retribusi ataupun pajak penghasilan.
b, Dampak Lingkungan
Usaha kerajinan bordir di Kota Bukittinggi sebagian besar merupakan industri
rumah tangga (home industry) hanya beberapa yang merupakan industri
formal dengan struktur organisasi baik dan mempunyai ruangan khusus.
Sehingga limbah yang dihasilkan sebagian besar bercampur dengan limbah
domestik/rumah tangga. Limbah dari ini biasanya dikumpulkan dan langsung
dibuang ke tempat pembungan sampah akhir (TPA)
Sedangkan limbah hasil dari kegiatan kerajinan bordir dari industri formal,
semuanya tergolong limbah padat yang berupa sisa guntingan kain dan
potongan benang bordir umumnya terpisah dari limbah domestik. Limbah ini
tidak mencemari lingkungan. Karena sisa potongan kain dan benang yang
tidak terpakai dalam jumiahnya relatif kecil dan biasanya dikumpulkan untuk
dijual sebagai bahan baku kerajinan tangan lainnya
Berdasarkan keterangan dari tokoh masyarakat setempat. Keberadaan usaha
kerajinan bordir di wilayah ini disambut gembira. Karena memberikan
kontribusi yang tidak sedikit terhadap pendapatan pada masyarakat dan
pemerintah setempat.
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir 257. Penutup
a. Kesimpulan
1, Usaha kerajinan bordir merupakan industri yang berpotensi untuk
dikembangkan, karena memiliki nilai tambah yang cukup besar serta
ditunjang dengan potensi kekayaan khasanah seni budaya yani
beraneka ragam yang dapat diangkat dalam motif bordir sebagai ciri
khas masing-masing daerah.
2. Industri kecil usaha kerajinan bordir sudah mendapat perhatian
pembiayaan oleh bank sejak tahun 1960-an dan terbukti_ mampu
berkembang dan cukup memberi keuntungan sebagai suatu unit
bisnis.
3. Usaha kerajinan bordir memiliki prospek pasar yang cukup potensial
baik untuk pasar domestik maupun pasar ekspor.
4. Usaha kerajinan bordir_ merupakan usaha yang _mengandalkan
keterampilan dalam menjahit dan dapat diturunkan dari generasi ke
generasi sehingga memungkinkan untuk dilakukan dan dikelola oleh
industri kecil. Lokasi usaha dapat dilakukan di ruko atau di sekitar
pasar serta dapat dikelola di dalam suatu sentra industri kecil sebagai
satu unit kelompok usaha.
5. Secara finansial kebutuhan investasi untuk usaha kerajinan bordir
yang dikelola secara intensif dengan kapasitas produksi 1.100 unit/2
bulan adalah sekitar Rp. 97.187.500 dan modal kerja sebesar Rp.
86.726.667 per 2 bulan.
6. Berdasarkan analisa finansial terlihat bahwa usaha kerajinan bordir
memberikan manfaat NPV sebesar Rp 212.522.893, IRR 61,89%, Net
B/C 2,16 dan Pay Back Periode dalam jangka waktu 1,93 tahun (24
bulan) dengan umur proyek selama 5 tahun. Nilai produksi untuk
mencapai BEP adalah sebesar Rp 302.911.488
7. Analisa sensitivitas menunjukkan usaha kerajinan bordir masih layak
dibiayai jika terjadi penurunan harga produk sebesar 10 persen dan
kenaikan biaya produksi 10 persen, bahkan proyek masih dapat
berjalan sampai dengan penurunan harga sebesar 12,5% dan
kenaikan biaya produksi sebesar 20%.
8. Usaha kerajinan bordir memberikan dampak yang positif dari aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan karena mampu menyerap tenaga
kerja, tidak mencemari lingkungan serta sebagai sumber devisa dan
sumber pendapatan daerah.
b. Saran
1. Berdasarkan potensi bahan baku, prospek pasar, aspek teknis
teknologis, dan kelayakan secara finansial, disarankan Bank dapat
Bank Indoni
= Kerajinan Bordir 26memberikan kredit untuk pengembangan usaha kerajinan bordir ini,
khususnya terhadap usaha kecil dan menengah.
2, Instansi terkait dan perbankan dapat terus membina dan mendukung
pengembangan usaha kerajinan ini baik dari segi penerapan teknologi
maupun untuk memperoleh akses terhadap permodalan
3. Dari segi perbaikan teknologi, usaha kecil bordir dapat memanfaatkan
teknologi bordir dengan menggunakan alat bantu mesin bordir yang
lebih besar sehingga mampu menaikkan kapasitas produksi dan
penghematan waktu.
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir 27LAMPIRAN
Bank Indonesia - Kerajinan Bordir
28