Professional Documents
Culture Documents
Skenario G Blok 23
Skenario G Blok 23
Mrs. Anita, a 39-year-old woman in her first pregnancy delivered twin sons 2 h ago. There
were no significant antenatal complications. She had been prescribed ferrous sulphate and
folic acid during the pregnancy as anemia prophylaxis, and her last haemoglobin was 10,9
g/dL at 38 weeks.
The fetuses were within normal range for growth and liquor volume on serial scan
estimations. A vaginal delivery was planned and she went into spontaneous labor at 38 weeks
and 4 days. The labor had been unremarkable and the midwife recorded both placenta as
appearing complete.
As this was a twin pregnancy, an intravenous cannula had been inserted when labor was
established. The lochia has been heavy since delivery but the woman is now bleeding very
heavily and passing large clots of blood.
On arrival in the room you find that the sheets are soaked with blood and there is also
approximately 500 ml of blood clot in a kidney dish on the bed.
You act as a doctor in public health centre and be pleased to analyse this case.
The woman is conscious but drowsy and pale.
Height = 155 cm; weight 50 kg
In the examination findings:
The temperature is 35,9oC, blood pressure 120/70 mmHg and heart rate 112/min. The
peripheral extremities are cold. The uterus is palpable to the umbilicus and felt soft. The
abdomen is otherwise soft and non-tender. On vaginal inspection there is a second-degree tear
which has been sutured but you are unable to assess further due to the presence of profuse
bleeding.
The midwife sent blood tests 30 min ago because she was concerned about the blood loss at
the time.
Haemoglobin
7,2 g/dL
99,0 fL
3.200/mm3
-1-
131.000/mm3
Platelet
International normalized ratio (INR)
1,3
39 s
Sodium
138 mmol/L
Potassium
3,5 mmol/L
Urea
5,2 mmol/L
Creatinine
64 mol/L
I.
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Ferrous sulfat: suatu rumus kimia FeSO4 yang merupakan preparat besi oral
yang paling murah dan banyak digunakan.
2. Asam folat: vitamin B kompleks yang larut dalam air, asam pteroiglutamat
yang terlibat dalam hematopoiesis serta sintesis asam amino dan DNA.
3. Anemia profilaksis: pencegahan penyakit atau pengobatan preventif dari
anemia.
4. Kanula intravena: pipa untuk dimasukkan ke dalam pembuluh vena, selama
pemasangan biasanya lumen diisi dengan trocar.
5. Lochia: sekret vagina yang berlangsung selama minggu pertama atau kedua
setelah persalinan
6. Drowsy: mengantuk.
7. INR: tes darah yang mengukur derajat pengenceran darah.
8. APTT: waktu tromboplastin parsial yang diaktifkan.
II.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Ny. Anita, 39 tahun, melahirkan bayi kembar laki-laki 2 jam yang lalu,
kehamilan pertama, dibawa ke rumah sakit karena perdarahan sangat berat
-2-
III.
ANALISIS MASALAH
Masalah 1: Ny. Anita, 39 tahun, melahirkan bayi kembar laki-laki 2 jam yang lalu,
kehamilan pertama, dibawa ke rumah sakit karena perdarahan sangat berat disertai
banyak pengeluaran gumpalan darah (gumpalan darah 500 ml dan sprei dibasahi
oleh darah).
1. Etiologi kehamilan gemelli?
Fetus kembar biasanya merupakan hasil dari fertilisasi dari 2 ovum yang
berbeda (dizygotic/fraternal twins). Biasanya sedikit pada fertilisasi 1 ovum
yang selanjutnya membelah. Namun etiologi belum diketahui secara pasti.
uteri
merupakan
penyebab
utama
terjadinya
perdarahan
-3-
Grandemultipara
Uterus yang terlalu regang (hidramnion, hamil ganda, anak besar (BB
> 4000 gr)
Partus precipitatus
Infeksi uterus
Anemi berat
Pimpinan kala III yang salah, dengan memijit-mijit dan mendorongdorong uterus sebelum plasenta terlepas
IUFD
yang
sudah
lama,
penyakit
hati,
(koagulopati)
-
Robekan serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks
seorang multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan
pervaginam. Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan
dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan
yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus
-4-
Perlukaan vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak
sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi
lebih sering terjadisebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih
apabila
kepala
janin
harus
diputar.
Robekan
terdapat
pada
Robekan perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum
umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala
janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa,
kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih
besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika.
c. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah belum lahirnya plasenta jam setelah anak lahir.
Tidak semua retensio plasenta menyebabkan terjadinya perdarahan.
Apabila terjadi perdarahan, maka plasenta dilepaskan secara manual lebih
dulu.
d. Inversio uterus
Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam menjadi diluar saat
melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan. Dengan
berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan
mengecil dan uterus akan terisi darah.
e. Perdarahan karena gangguan pembekuan darah
-
Solusio plasenta
Eklamsia
Sepsis
-5-
Pada kasus ini terjadi perdarahan akibat atonia uteri, penyebab atonia:
a. Oversdistensi uterus: uterus mengalami distensi yang berlebihan karena
kehamilan kembar, hal ini akan menyebabkan daya kontraksi menjadi
jelek.
b. Karena melahirkan anak kembar, kemungkinan proses partus berlangsung
lebih lama yang menyebabkan kelelahan otot untuk berkontraksi lagi
setelah janin lahir sehingga terjadi perdarahan.
c. Pada kasus juga terdapat anemia yang menyebabkan daya kontraksi uterus
menjadi lebih lemah.
Faktor resiko (kehamilan kembar, primipara, usia ekstrim >36 tahun)
distensi uterus yang berlebihan penurunan fungsi miometrium (akibat
kelelahan) rangsangan serabut-serabut otot miometrium kegagalan
kontraksi uterus atonia uteri (pada saat plasenta lepas dari dinding
uterus) arteri yang rupture gagal di konstriksi perdarahan terus menerus
perdarahan hebat yang bercampur dengan lochia perdarahan hebat dan
pengeluaran gumpalan darah.
Kelas II, dengan kehilangan volume darah antara 15-30% dari total
volume.
Kelas III, dengan kehilangan darah antara 30-40% dari volume pada
sirkulasi darah.
Kelas IV, dengan kehilangan yang lebih besar daripada 40% volume
sirkulasi darah.
-6-
Grade 1
pendarahan petekial
Grade 2
Grade 3
Grade 4
-7-
5. Bagaimana interpretasi sprei yang dibasahi oleh darah dan gumpalan darah
500 ml?
Rata-rata darah yang keluar pada saat melahirkan per vagina secara normal
adalah 400ml-500ml. Jika sudah terdapat 500ml bekuan darah mengindikasian
bahwa telah terjadi pengeluaran darah yang berlebihan.
Faktor resiko (kehamilan kembar, primipara, usia ekstrim >39 tahun)
distensi uterus yang berlebihan penurunan fungsi miometrium (akibat
kelelahan) rangsangan serabut-serabut otot miometrium kegagalan
kontraksi uterus atonia uteri (pada saat plasenta lepas dari dinding
uterus) arteri yang rupture gagal di konstriksi perdarahan terus menerus
perdarahan hebat yang bercampur dengan lochia perdarahan hebat dan
pengeluaran gumpalan darah.
Masalah 2: Tidak ada komplikasi antenatal yang signifikan. Ny. Anita diberi sulfas
ferrosus dan asam folat untuk profilaksis anemia. Usia gestasi 38 minggu dengan
Hb 10,9 g/dL. Pertumbuhan dan volume likuor fetus normal.
1. Bagaimana interpretasi Hb 10,9 g/dL pada kehamilan kembar usia 38 minggu?
Status kehamilan
Tidak hamil
Hamil
Hemoglobin (g/dl)
12,0
Trimester I
11,0
Trimester II
10,5
11,0
Trimester III
Interpretasi pada kasus: Hb rendah
-8-
2. Indikasi pemberian asam folat dan sulfas ferrosus pada kehamilan kembar usia
38 minggu?
Kebutuhan rata-rata (Fe) adalah 4mg/hari, dan semakin meningkat sesuai
dengan pertambahan usia kehamilan. Fe yang berasal dari makanan tersedia
sebanyak 25 mg/hari, tetapi karena yang diresorbsi hanya sekitar sepuluh
persennya, maka pada umumnya ibu hamil memerlukan tambahan 100 mg Fe
dan 300 mg asam folat perhari agar tidak terjadi penurunan feritin serum
sebanyak 26 mg perliter pada kehamilan 28 minggu keatas.
Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besi-nya
yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia
karena kekurangan asam folat (Depkes, 2009). Karena selain anemia
defisiensi besi, pada kehamilan juga sering terjadi anemia megaloblastik
karena defisiensi asam folat, untuk itu perlu diberikan preparat asam folat
juga. Hal ini terutama dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan defek
neural dan anomali kongenital lainnya akibat defisiensi asam folat.
Pada kasus ini, Ny.Anita sudah diberikan preparat asam folat dan besi oral
untuk mencegah terjadinya defisiensi nutrisi dan anemia dalam kehamilan
dengan segala konsekuensinya. Hasilnya, pada usia gestasi ke 38, Hb Ny.Anita
adalah 10,9 mg/dL sedikit mendekati normal. Namun, setelah selesai
persalinan, Hb Ny.Anita adalah 7,2 mg/dL. Hal ini menandakan terjadi
penurunan Hb akibat perdarahan post partum bukan karena kondisi sebelum
persalinan.
Masalah 3: Ny. Anita melahirkan pervaginam, usia gestasi 38 minggu dan 4 hari.
Tidak ada tanda-tanda spesifik dan plasenta lahir lengkap. Karena ini kehamilan
kembar maka dipasang kanula intravena sebelum persalinan. Ada lochia yang
banyak sejak persalinan.
1. Bagaimana perencanaan persalinan pada kehamilan kembar? (indikasi
pervaginam dan SC)
-9-
- 10 -
f. Pada letak lintang coba versi luar dulu, atau melahirkan dengan cara versi
dan ekstraksi.
g. Pada letak kepala, persalinan dipercepat dengan ekstraksi vakum atau
forseps.
h. Pada letak bokong atau kaki, ekstraksi bokong atau kaki.
i. Indikasi seksio saesarea hanya pada:
Plasenta previa
Terjadi interlocking pada letak janin 69, anak pertama letak sungsang
dan anak kedua letak kepala.
Indikasi SC Absolut:
Kembar monoamniotik.
Indikasi SC Relatif:
Diskordansi janin dengan lingkar perut lebih dari 20%, khususnya bila
janin pertama lebih kecil.
- 11 -
Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus
melalui IV
Klien yang mendapat terapi obat yang tidak bisa diberikan melalui oral
atau intramuskuler
Klien yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan terapi cairan
- 12 -
Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat
menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti
ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal
(anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan
intramuskular (disuntikkan di otot).
Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan
melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena).
Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada
orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada
penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk
pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa
banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu
mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.
- 13 -
Prosedur Pemasangan
Instruksi pemasangan infuse dari Dokter tercata lengkap dan jelas pada
rekam medic atau secara lisan pada keadaan darurat bila ada kurang
dimengerti segera tanyakan pada Dokter yang memberi instruksi
Persiapan:
a. Meja/trolly serupa meja suntik tersedia diatasnya: IV catheter yang
akan digunakan. IV catheter cadangan atau wing needle. Transfusion
set/infusion set terbungkus steril, kapas alkohol 70%, bethadine, kasa
steril, plester/hypafik, spalk, larutan infuse yang akan diberikan.
b. Standar infuse.
c. Pencahayaan yang baik.
d. Tutup ruang pasien agar pelaksana dapat lebih konsentrasi.
e. Beritahukan kepada pasien tentang pemasangan infuse dan tenangkan
pasien
- 14 -
- 15 -
Dalam kasus ini, terjadi pengeluaran lochia yang banyak (dapat juga
dikatakan normal karena secara fisiologis lochia paling banyak keluar
segera setelah plasenta lahir). Yang patologis kemungkinan terjadi akibat
kegagalan penutupan arteri yang rupture setelah pelepasan plasenta (akibat
atonia uteri) pengeluaran darah yang berlebihan bercampur dengan
gumpalan lochia lochia has been heavy since delivery
tapi
dan pucat
- 16 -
DAN O2 drowsy
Kepucatan: kehilangan banyak vol. darah
mempertahankan perfusi ke organ vital
suplai darah kepermukaan kulit tampak
pucat
TB 155 cm, BB 50 kg
BMI: 20,8
Interpretasi: normal
Pada kasus ini, nilai TB, dan BB yang tertera,
diperoleh setelah Ny.Utami melahirkan, dimana
terjadi pengeluaran janin, cairan amnion, dan
kehilangan
darah.
Sehingga
berat
badan
menjadi turun.
Temperature 35,9 C
Interpretasi menurun
Normal: 36,5-37,2 C
Perdarahan yang terjadi mengakibatkan suhu
rendah pada Ny. Rima, karena fungsi lain dari
darah adalah untuk menghangatkan tubuh
BP 100/60 mmHg,
Normal
HR: 112x/menit
Ekstremitas
dingin
- 17 -
Uterus
teraba
Abdomen
lembut
dan Normal
non-tender
jaringan
tubuh
dan
mencegah
- 18 -
Hb
Nilai Normal
9,8 - 12,3
g/dL
Salah
satu
gejala
klinik
hb
disebabkan
adanya
yang
perdarahan
terjadi
pasca
persalinan.
MCV
80 - 100 fL
99,0 fL
Interpretasi = Normal.
Hal
ini
menyingkirkan
diagnosis
banding
anemia
defisiensi
sebelumnya.
anemia
Karena
defisiensi
adanya
besi
pada
besi
- 19 -
yang
rendah
(mikrositik).
gambarannya
adalah
Karena
terjadi
perdarahan
penurunan
volume
150.000 -
131.000/mm Menurun
3
INR
400.000
0,8 - 1,2
1,3
Perdarahan trombosit
Meningkat
Perdarahan viskositas darah
APTT
20 35 detik
39 detik
yang
lain
menurun)
Natrium
135 - 145
138 mmol/L
Normal
Kalium
mmol/L
3,6 - 5,5
3,5 mEq/dL
Normal
Urea
mEq/dL
2,6 - 5,5
5,2
Normal
mmol/dL
mmol/dL
Pada
pemeriksaan
dehidrasi
penderita,
BUN
(blood
urea
- 20 -
dehidrasi
dapat
memberikan
temuan
kadar
tinggi palsu.
Kreatinin
34-82 mol/L
64 mol/dL
Normal
Masalah 6:
1. Bagaimana cara penegakan diagnosis dan pemeriksaan penunjang?
Anamnesis
a. Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien
(kemungkinan diagnosis)
b. Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab
munculnya keluhan pasien (diagnosis banding)
c. Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit
tersebut (faktor predisposisi dan faktor risiko)
d. Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi)
e. Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan
pasien (faktor prognostik, termasuk upaya pengobatan)
Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi meliputi: menarche, lamanya siklus, banyaknya,
baunya, keluhan waktu haid, HPHT.
b. Riwayat perkawinan meliputi: usia kawin, kawin yang keberapa, usia
mulai hamil.
c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu.
Riwayat hamil meliputi: waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada
abortus, retensi plasenta.
Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi
badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi
akibat mual, keluhan lain.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
a. Suhu badan. Suhu biasanya meningkat sampai 38 0C dianggap normal.
Setelah satu hari suhu akan kembali normal (36 37 0C), terjadi penurunan
akibat hipovolemia.
b. Denyut nadi. Nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi
hipovolemia yang semakin berat.
c. Tekanan darah. Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia.
d. Pernafasan. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi
tidak normal.
Pemeriksaan Khusus:
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi
dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi:
a. Nyeri/ketidaknyamanan: nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta
tertahan), ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma).
b. Sistem vaskularisasi:
- 22 -
c. Sistem reproduksi:
Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi
sebelum kehamilan (sub involusi).
- 23 -
2. DD dan WD?
Gejala & Tanda yang Selalu Ada
Diagnosis
Ada
Kemungkinan
Atonia uteri
Syok
Pucat
Lemah
Uterus
Menggigil
Perdarahan segera
setelah
persalinan
(HPP primer)
Perdarahan segera
o
Darah
mengalir
segar
yg
segera
kontraksi
Robekan
jalan
lahir
baik
o
Plasenta lengkap
akibat
- 24 -
traksi
berlebihan
o
Perdarahan segera
Uterus
uteri
akibat tarikan
kontraksi
baik
Inversio
Perdarahan
lanjutan
berkontraksi
( mengandung pembuluh
tetapi
Uterus
fundus
Perdarahan segera
Tertinggalnya
tinggi sebagian
tdk plasenta
dr
berkurang
Lumen
vagina
terisi massa
o
Shock
neurogenik
Inversio uteri
Anemia
Perdarahan
Demam
terlambat
segera
Shock
(perdarahan intraabdominal
/ vaginum )
lahir )
o
Perdarahan segera
Nyeri
sedikit
berat
perdarahan > 24
jam pasca partus
Perdarahan
Ruptura uteri
cepat
3. Etiologi?
Penyebab perdarahan post partum menurut Rustam 2000 antara lain antonia
uteri. Faktor presdisposisi terjadinya antonia uteri adalah:
- 25 -
Umur telalu muda atau terlalu tua (kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35tahun)
Perietas sering terjadi atau dijumpai pada grande multipara dan multipara
Uterus terlalu tegang dan besar misalnya pada (gemeli, hidramnion, atau
janin besar). Pada kondisi ini miometrium teregang dengan hebat sehingga
kontraksinya setelah kelahiran bayi menjadi tidak efisien. (Varley, 2000)
Anemia.
- 26 -
4. Epidemiologi?
Gemelli
Insidensi kembar adalah satu dalam sembilan puluh kehamilan. Dimana
sekitar dua pertiga dari kehamilan kembar tersebut merupakan kembar
dizigotik. Frekuensi kejadian meningkat pada ibu usia 30-40 tahun. Kembar
diperhitungkan
sebagai
salah
satu
risiko
kematian
maternal
dan
perinatal,dengan tingkat mortalitas bayi baru lahir sebanyak 52,7 kematian per
1000 kelahiran hidup.
PPH
Pada tahun 2003-2005, the UK Confidential Enquiries into Maternal Deaths
melaporkan bahwa perdarahan adalah penyebab langsung ketiga tertinggi dari
kematian ibu (6,6 kematian/juta maternal). Bahkan di Inggris, mayoritas
kematian ibu karena perdarahan harus dianggap dapat dicegah, dengan 10 dari
17 (58%) kasus di triennium 2003-2005 dinilai telah menerima major
substandard care. Pendarahan kedaruratan sebagai penyebab utama
morbiditas ibu hampir pada semua kasus, hampir tidak diaudit pada negara
maju dan berkembang. Di Skotlandia, tingkat perdarahan yang mengancam
jiwa (kehilangan darah 2,5 liter atau lebih atau ibu yang menerima lebih dari 5
unit transfusi darah atau ibu yang mendapat terapi koagulopati setelah kasus
akut) diperkirakan 3.7/1000 maternal.
- 27 -
sebagian besar kasus yang fatal, perdarahan obstetrik harus dianggap sebagai
prioritas topik untuk pengembangan pedoman nasional. Perdarahan obstetrik
meliputi perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum.
5. Faktor risiko?
Usia
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari
35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan
yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada
usia dibawah 20 tahun, fungsi reproduksi seorang wanita belum
berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi
reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan
fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih besar (Faisal,
2008).
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil
dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi
daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian
maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun (Wiknjosastro,
2005)
Pendidikan
Menurut Depkes RI (2002), pendidikan yang dijalani seseorang memiliki
pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dimana seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih
rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru
dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah. Wanita
dengan pendidikan lebih tinggi cenderung untuk menikah pada usia yang
lebih tua, menunda kehamilan, mau mengikuti Keluarga Berencana (KB),
- 28 -
dan mencari pelayanan antenatal dan persalinan. Selain itu, mereka juga
tidak akan mencari pertolongan dukun bila hamil atau bersalin dan juga
dapat memilih makanan yang bergizi. Menurut Thadeus dan Maine (1990)
yang dikutip dari Suryani (2008), dari beberapa penelitian yang dilakukan
di berbagai negara menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
penggunaan pelayanan obstetri dan tingkat pendidikan ibu.
Paritas
Paritas merupakan faktor risiko yang memengaruhi perdarahan postpartum
primer. Pada paritas yang rendah (paritas 1) dapat menyebabkan
ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan sehingga ibu hamil tidak
mampu dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan,
persalinan dan nifas. Sedangkan semakin sering wanita mengalami
kehamilan dan melahirkan (paritas lebih dari 3) maka uterus semakin
lemah sehingga besar risiko komplikasi kehamilan (Manuaba, 1998).
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan
pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas satu
dan paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai angka kejadian perdarahan
pascapersalinan lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian
maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik
yang lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau
dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas
tinggi adalah tidak direncanakan (Wiknjosastro, 2005). Menurut penelitian
Herianto (2003) bahwa paritas lebih dari 3 bermakna sebagai faktor risiko
yang memengaruhi perdarahan postpartum primer. Penelitian Miswarti
(2007) menyatakan proporsi ibu yang mengalami perdarahan postpartum
primer dengan paritas 1 sebesar 12%, paritas 2-3 sebesar 40% dan paritas
lebih dari 3 sebesar 48%, serta terdapat hubungan yang signifikan antara
paritas dengan perdarahan postpartum primer. Demikian juga dengan
penelitian Milaraswati (2008) menyatakan bahwa proporsi ibu yang
mengalami perdarahan postpartum primer dengan paritas >4 yaitu 69%
dan didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan
perdarahan postpartum primer.
- 29 -
Anemia
- 30 -
Menurut World Health Organization (WHO) anemia pada ibu hamil adalah
kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0
gr%. Volume darah ibu hamil bertambah lebih kurang sampai 50% yang
menyebabkan konsentrasi sel darah merah mengalami penurunan.
Bertambahnya sel darah merah masih kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma darah sehingga terjadi pengenceran darah.
Perbandingan tersebut adalah plasma 30%, sel darah 18% dan
haemoglobin 19%. Keadaan ini tidak normal bila konsentrasi turun terlalu
rendah yang menyebabkan hemoglobin sampai <11 gr%. Meningkatnya
volume darah berarti meningkatkan pula jumlah zat besi yang dibutuhkan
untuk
memproduksi
sel-sel
darah
merah
sehingga
tubuh
dapat
Menurut penelitian
- 31 -
Vasokonstriksi
DIC
- 32 -
Jika tahap ini tidak ditangani dengan mengembalikan volume sirkulasi, shock
akan berkembang ketahap selanjutnya.
Jika tahap kedua, sudah terjadi kehilangan 15-25% volum intravascular. HR,
RR dan pengisian kapiler meningkat. Tekanan nadi menurun. Tekanan darah
masih normal.
7. Manifestasi klinis?
8. Manajemen?
Pada umumnya dilakukan secara simultan (bila pasien syok) hal-hal sebagai
berikut:
- 33 -
tampon
kondom,
- 34 -
9. Komplikasi?
Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan:
Syok hemorraghic
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya
kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan
gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan
hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat,
maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus renal dan
selanjutnya meruak bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah di
ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak
terselamatkan
- 35 -
Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan
perubahan hemostasis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah.
Anemia dapat berlanjut menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu
pusing dan tidak bergairah dan juga akan berdampak juga pada asupan ASI
bayi.
Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum
sampai syok. Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat
menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisi dapat
mempengaruhi sistem endokrin.
Kematian
Persiapan persalinan
Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb,
golongan darah, dan bila memungkinkan sediakan donor darah dan
dititipkan di bank darah. Pemasangan cateter intravena dengan lubang
yang besar untuk persiapan apabila diperlukan transfusi.Untuk pasien
dengan anemia berat sebaiknya langsung dilakukan transfusi. Sangat
- 36 -
Persalinan
Setelah bayi lahir, lakukan massae uterus dengan arah gerakan circular
atau maju mundur sampai uterus menjadi keras dan berkontraksi dengan
baik. Massase yang berlebihan atau terlalu keras terhadap uterus sebelum,
selama ataupun sesudah lahirnya plasenta bisa mengganggu kontraksi
normal
myometrium
dan
bahkan
mempercepat
kontraksi
akan
tidak ada
manual
plasenta.
Apabila
sekarang
didapatkan
- 37 -
11. Prognosis?
ad vitam dubia
ad fungsionam dubia
Prognosis tergantung pada penyebab dari perdarahan, lamanya, jumlah
perdarahan yang terjadi, keadaan yang memperparah perdarahan, dan
efektivitas dari terapi yang diberikan. Diagnosis dan terapi yang cepat dan
tepat mutlak diperlukan untuk mencapai hasil yang terbaik pada setiap pasien.
12. SKDI?
Perdarahan post partum:
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan
- 38 -
IV.
HIPOTESIS
Ny. Anita, 39 tahun, mengalami perdarahan post-partum akibat kehamilan Gemelli
dan usia ibu yang lanjut (advanced maternal age).
V.
LEARNING ISSUE
1. Gemelli
DEFINISI
Kehamilan kembar atau kehamilan multiple adalah suatu kehamilan dengan
dua janin atau lebih. Kehamilan multiple dapat berupa kehamilan
ganda/gemeli (2 janin), triplet (3 janin), kuadruplet (4 janin), quintuplet (5
janin) dan seterusnya. Kehamilan multiple terjadi jika dua atau lebih ovum
dilepaskan dan dibuahi (dizigotik) atau jika satu ovum yang dibuahi membelah
secara dini hingga membentuk dua embrio (monozigotik).
Superfetasi adalah fertilisasi dan perkembangan ovum ketika janin telah
berada di dalam uterus. Sedangkan superfekundasi adalah fertilisasi ovum
melalui inseminasi setelah ovum difertilisasi. Superfekundasi mengacu kepada
pembuahan dua ovum dalam jangka waktu pendek, namun bukan pada waktu
koitus yang sama dan tidak harus oleh sperma pria yang sama.
- 39 -
setiap ras di suatu negara dan dipengaruhi oleh usia ibu (meningkat dari 3 per
1000 kelahiran pada ibu berusia di atas 20 tahun hingga 14 per 1000 kelahiran
pada ibu berusia 35 40 tahun) serta paritas. Di Indonesia, terdapat satu kasus
kembar siam untuk setiap 200.000 kelahiran.
a. Ras
Angka kelahiran kembar mendekati 1 dari 90 kehamilan di AmerikaUtara.
Insiden lebih tinggi terjadi di Afrika yaitu 1 dari 20 kelahiran. Di Asia
gemelli jarang terjadi.Di Jepang misalnya 1 per 155 kelahiran.
b. Hereditas
Wanita kembar non-identik memberikan kemungkinan bayi kembar 1 dari
60 kelahiran. Sebaliknya seorang ayah yang kembar non-identik memiliki
kemungkinan bayi kembar hanya 1 dari 125 kelahiran.
c. Usia maternal dan riwayat kehamilan
Wanita berusia 35 40 tahun dengan empat anak atau lebih, memiliki
kemungkinan melahirkan anak kembar tiga kali lipat dibanding wanita
berusia 20 tahun.
d. Tinggi dan berat badan ibu
Kembar non-identik lebih sering terjadi pada wanita bertubuh besar dan
tinggi dibandingkan pada wanita yang bertubuh kecil. Hal ini mungkin
lebih terkait dengan status gizi daripada ukuran tubuh itu sendiri.
e. Obat-obat penyubur dan kemajuan teknologi
Kehamilan multipel lebih sering terjadi pada wanita yang mengkonsumsi
obat-obat fertilitas selama menjalani induksi ovulasi. Konsumsi clomiphene
citrate memiliki kemungkinan melahirkan anak kembar 5 12% dan
kurang dari 1%memperoleh kehamilan triplet atau lebih. Hampir 20%
kehamilan akibat konsumsi gonadotropin merupakan kehamilan kembar
ganda dan sekitar 5% merupakan kembar triplet atau lebih. Risiko
kehamilan kembar juga meningkat pada proses transfer embrio dan
superovulasi.
FISIOLOGI
Kehamilan kembar memiliki fisiologi sebagai berikut:
- 40 -
a. Berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000 gr lebih ringan
dari janin tunggal.
b. Berat badan bayi baru lahir pada gemeli di bawah 2500 gr, triplet di bawah
2000 gr, quadriplet di bawah 1500 gr, dan quintuplet di bawah 1000 gr.
c. Berat badan masing-masing janin dari kehamilan kembar tidak sama,
umumnya antara 50 sampai 1000 gram, dan karena pembagian sirkulasi
darah tidak sama, maka yang satu lebih kurang tumbuh dari yang lainnya.
d. Pada kehamilan ganda monozigotik
Dapat terjadi sindroma transfusi fetal, pada janin yang mendapat darah
lebih banyak terjadi hidramnion, polistemia, edema dan pertumbuhan
yang baik. Sedangkan janin kedua terlihat kecil, anemis, dehidrasi,
oligohidrami dan mikrokardia, karena kurang mendapat darah.
- 41 -
Pada fertilisasi in vitro dapat pula terjadi kehamilan kembar, jika gluttelur vang diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu dan jika semua
embrio yang kemudian dimasukkan ke dalam rongga rahim ibu tumbuh
berkembang lebih dari satu. Pada kembar yang berasal dari satu telur, faktor
bangsa,
hereditas,
umur
dan
paritas
tidak
atau
sedikit
sekali
- 42 -
- 43 -
DIAGNOSIS
Gejala dan tanda
Hidramnion banyak ditemukan pada kehamilan ganda, sehingga adanya
hidramnion harus menimbulkan kewaspadaan.
Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tua kehamilan
- 44 -
Polihidramnion;
Auskultasi
Palpasi satu atau lebih fetus pada fundus setelah melahirkan satu bayi.
Laboratorium
Nilai hematokrit dan hemoglobin serta jumlah seldarah merah menurun,
berhubungan dengan peningkatan volume darah.Anemia mikrositik hipokrom
sering kali muncul pada kehamilan kembar. Pada trimester kedua, kebutuhan
fetus terhadap besi (Fe) melebihi kemampuan maternal untuk mensuplai Fe 7.
Pada tes toleransi glukosa sering kali didapat gestasional DM dan gestasional
hipoglikemi. Pada kehamilan kembar, chorionic gonadotropin pada urin,
estriol dan pregnanendiol meningkat. Kehamilan kembar juga dapat
didiagnosis dengan pemeriksaan peningkatan serum alfa fetoprotein ibu,
meskipun pemerisaan ini tidak berdiri sendiri.
Ultrasonografi
Sonografi dapat dilakukanpada awal minggu 6 7 postmenstrual dengan
vaginal probe. Dengan pemeriksaan USG yang teliti,kantung gestasional yang
terpisah dapat diidentifikasi pada awal kehamilan kembar. Identifikasi masingmasing kepala fetus harus dapat dilakukan dalam bidang tegak lurus sehingga
tidak tertukar dengan potongan lintang badan janin dengan kepala janin yang
kedua. Scanning sonograf harus mampu mendeteksi semua bagian janin.
- 45 -
Roentgen foto abdomen. Namun cara ini sudah jarang dilakukan karena
adanya bahaya penyinaran.
MANIFESTASI KLINIK
Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati
Batas toleransinya dan seringkali terjadi partus prematurus. Usia kehamilan
makin pendek dengan makin banyaknya janin pada kehamilan kembar. Kirakira 25% bayi kembar, 50% bayi triplet, dan 75% bayi kuadruplet lahir 4
minggu sebelum kehamilannya cukup-bulan. Lama kehamilan rata-rata untuk
kehamilan kembar 260 hari, triplet 246 hari dan kuadruplet 235 hari.
Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar
bertambah, sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain.
Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan
kembar daripada kehamilan tunggal. Hidramnion menyebabkan uterus regang,
- 46 -
PENANGANAN PERSALINAN
Kehamilan
kembar
perlu
perhatian
khusus.
Rekomendasi
untuk
diperlakukan
seperti
biasa
jika
bayi
letaknya
dapat dilakukan ekstraksi cunam pada letak kepala dan ekstraksi kaki pada
letak sungsang. Seksio sesaria dapat dilakukan pada kehamilan kembar atas
indikasi janin pertama letak lintang, prolaps funikuli dan plasenta previa.
Masuknya dua bagian besar dari janin ke dalam panggul sangat luas.
Kesulitan ini diatasi dengan mendorong kepala atau bokong yang belum
masuk benar ke dalam rongga panggul keatas untuk memungkinkan janin
yang lain lahir lebih dulu.
Kesulitan lain yang mungkin terjadi adalah interlocking. Janin
pertama dalam letak sungsang dan janin kedua dalam presentasi kepala.
Setelah bokong lahir, dagu janin pertama tersangkut pada leher janin kedua.
Jika keadaan ini tidakdapat dilepaskan, dilakukan dekapitasi atau seksio
sesaria.
Segera setelah bayi kedua lahir, ibu disuntikkan oksitosin 10 IU dan
tinggi fundus uteri diawasi. Jika tampak tanda-tanda plasenta lepas, maka
plasenta dilahirkan dan diberi 0,2 mg methergin. Kala IV diawasi secara
cermat dan cukup lama agar perdarahan post partum dapat diketahui dini dan
dapat segera ditangani.
Interval antara lahirnya bayi pertama dan kedua biasanya 5 15 menit,
dengan waktu rata-rata 11 menit. Kelahiran bayi kedua yang kurang dari 5
menit setelah bayi pertama akan menimbulkan trauma persalinan. Sementara
kelahiran bayi kedua yang lebih dari 30 menit dapat menimbulkan insufisiensi
uteroplasental, karena berkurangnya volume uterus dan juga dapat terjadi
solusio plasenta sebelum bayi dilahirkan.
KOMPLIKASI
Komplikasi pada ibu dan janin pada keadaan hamil kembar lebih besar
dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Angka kematian parinatal pada
kehamilan kembar cukup tinggi. Kembar monozigotik 2,5 kali lebh tinggi dari
pada angka kematian kembar dizigotik. Risiko terjadinya abortus pada salah
satu fetus atau keduanya tinggi. Pada trimester pertama kehamilan reabsorbsi
satu janin atau keduanya mungkin terjadi. Anemia sering kali ditemukan pada
kehamilan kembar karena kebutuhan nutrisi yang tinggi serta peningkatan
volume plasma yang tidak sebanding dengan peningkatan sel darah merah
mengakibatkan kadar hemoglobin menjadi turun.
- 49 -
PROGNOSIS
Bahaya bagi ibu dengan kehamilan kembar lebih tinggi dari pada
kehamilan tunggal. Hal ini dikarenakan pada kehamilan kembar, ibu lebih
sering mengalami anemia, pre-eklampsia, operasi obstetrik dan perdarahan
postpasrtum sehingga prognosis untuk ibu lebih jelek bila dibandingkan pada
kehamilan tunggal, dimana resiko terjadi toksemia gravidarum, hidramnion,
anemia, pertolongan obstetri operatif dan perdarahan post partum lebih tinggi.
Angka kematian perinatal tinggi terutama karena premature, prolaps tali pusat,
solusio plasenta dan tindakan obstetrik karena kelainan letak janin.
Kematian bayi kedua lebih tinggi dari pada bayi pertama karena lebih
sering terjadi gangguan sirkulasi plasenta setelah bayi pertama lahir, lebih
banyak terjadi prolapsus funikuli, solusio plasenta, serta kelainan letak pada
janin kedua.
- 50 -
2. PPH
A. DEFINISI
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih
setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir) (Wiknjosastro, 2000).
Fase dalam persalinan dimulai dari kala I yaitu serviks membuka kurang dari 4
cm sampai penurunan kepala dimulai, kemudian kala II dimana serviks sudah
membuka lengkap sampai 10 cm atau kepala janin sudah tampak, kemudian
dilanjutkan dengan kala III persalinan yang dimulai dengan lahirnya bayi dan
berakhir dengan pengeluaran plasenta. Perdarahan postpartum terjadi setelah
kala III persalinan selesai (Saifuddin, 2002).
Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan
menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok,
ataupun merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus
menerus dan ini juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi
banyak yang mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok
(Mochtar, 1995).
B. ETIOLOGI
Penyebab perdarahan postpartum antara lain:
a. Atonia uteri 50% - 60%
b. Retensio plasenta 16% - 17%
c. Sisa plasenta 23% - 24%
d. Laserasi jalan lahir 4% - 5%
e. 5. Kelainan darah 0,5% - 0,8% (Mochtar, 1995).
C. EPIDEMIOLOGI
Insiden
Angka kejadian perdarahan postpartum setelah persalinan pervaginam
yaitu 5 8 %. Perdarahan postpartum adalah penyebab paling umum
perdarahan yang berlebihan pada kehamilan, dan hampir semua tranfusi
- 51 -
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba, 1998):
1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang
terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan
postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta,
robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan pascapersalinan yang
terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder
disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa
plasenta yang tertinggal.
E. FAKTOR RISIKO
Umur
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari
35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan
yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada
usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum
berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi
reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan
fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih besar (Faisal,
2008).
- 52 -
Pendidikan
Menurut Depkes RI (2002), pendidikan yang dijalani seseorang memiliki
pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dimana seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih
rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru
dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah. Wanita
dengan pendidikan lebih tinggi cenderung untuk menikah pada usia yang
lebih tua, menunda kehamilan, mau mengikuti Keluarga Berencana (KB),
dan mencari pelayanan antenatal dan persalinan. Selain itu, mereka juga
tidak akan mencari pertolongan dukun bila hamil atau bersalin dan juga
dapat memilih makanan yang bergizi.
Paritas
Paritas merupakan faktor risiko yang memengaruhi perdarahan postpartum
primer. Pada paritas yang rendah (paritas 1) dapat menyebabkan
ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan sehingga ibu hamil tidak
mampu dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan,
persalinan dan nifas. Sedangkan semakin sering wanita mengalami
kehamilan dan melahirkan (paritas lebih dari 3) maka uterus semakin
lemah sehingga besar risiko komplikasi kehamilan (Manuaba, 1998).
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan
pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas satu
dan paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai angka kejadian perdarahan
pascapersalinan lebih tinggi.
- 53 -
Anemia
Anemia dapat mengurangi daya tahan tubuh ibu dan meninggikan
frekuensi
komplikasi
kehamilan
serta
persalinan.
Anemia
juga
F. MANIFESTASI KLINIS
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari
volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak
pada kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa perdarahan
pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan banyak darah
tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain
(Wiknjosastro, 2005).
- 54 -
Robekan rahim
Plasenta succenturiata
d. Inspekulo : untuk melihat robekan pada cervix, vagina, dan varises yang
pecah.
e. Pemeriksaan laboratorium : bleeding time, Hb, Clot Observation test dan
lain lain.
No.
1.
selalu ada
kadang-kadang ada
- Uterus tidak berkontraksi - Syok
kemungkinan
- Atonia Uteri
dan lembek
- Perdarahan segera setelah
anak
lahir
(Perdarahan
- Pucat
- Menggigil
- Plasenta belum lahir setelah - Tali pusat putus akibat - Retensio Plasenta
30 menit
traksi berlebihan
- Perdarahan lanjutan
- 55 -
4.
Plasenta
atau
selaput
(mengandung tinggi
pembuluh
darah)
fundus
Tertinggalnya
tidak berkurang
lengkap
- Perdarahan segera (P3)
5.
- Syok neurogenik
- Inversio uteri
- Sub-involusi uterus
- Anemia
- Demam
terlambat
Perdarahan
- Endometritis atau
jam
sisa
setelah
Perdarahan
persalinan.
sekunder
atau
plasenta
P2S.
-
Perdarahan
(ringan
atau
bervariasi
berat,
terus
- Robekan dinding
- 56 -
diperhitungkan
dan
dipersiapkan
langkah-langkah
dalam
Anemia dalam kehamilan harus diobati karena perdarahan dalam batasbatas normal dapat membahayakan penderita yang sudah anemia. Kadar
fibrinogen perlu diperiksa pada perdarahan yang banyak, kematian janin
dalam uterus dan solusio plasenta. Apabila sebelumnya penderita sudah
mengalami perdarahan postpartum, persalinan harus berlangsung di rumah
sakit. Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb,
golongan darah dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil mengawasi
persalinan, dipersiapkan keperluan untuk infus dan obat-obatan penguat
rahim (uterus tonikum). Setelah ketuban pecah kepala janin mulai
membuka vulva, infus dipasang dan sewaktu bayi lahir diberikan ampul
methergin atau kombinasi 5 satuan sintosinon (sintometrin intravena)
(Mochtar, 1995).
Dalam kala III uterus jangan dipijat dan didorong ke bawah sebelum
plasenta lepas dari dindingnya. Penggunaan oksitosin sangat penting untuk
mencegah perdarahan postpartum. Sepuluh satuan oksitosin diberikan
intramuskulus segera setelah anak lahir untuk mempercepat pelepasan
plasenta. Sesudah plasenta lahir hendaknya diberikan 0,2 mg ergometrin
intramuskulus. Kadang-kadang pemberian ergometrin, setelah bahu depan
bayi lahir dengan tekanan pada fundus uteri plasenta dapat dikeluarkan
dengan segera tanpa banyak perdarahan. Namun salah satu kerugian dari
- 57 -
Pada perdarahan yang timbul setelah anak lahir dua hal harus dilakukan,
yakni menghentikan perdarahan secepat mungkin dan mengatasi akibat
perdarahan. Setelah plasenta lahir perlu ditentukan apakah disini dihadapi
perdarahan karena atonia uteri atau karena perlukaan jalan lahir. Jika
plasenta belum lahir (retensio plasenta), segera dilakukan tindakan untuk
mengeluarkannya (Wiknjosastro, 2005).
untuk
mempercepat
pelepasan
plasenta
dengan
- 58 -
Pada manajemen aktif persalinan kala III, tali pusat segera dijepit dan
dipotong
setelah
persalinan,
untuk
memungkinkan
intervensi
perut
sedikit
di
atas
tulang
pinggang.
Dengan
3. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang ditamdai dengan menurunnya
volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Syok hipovolemik juga bisa terjadi
karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler
menyebabkan penurunan volume intraventrikel kiri pada akhir distol yang
akibatnya juga menyebabkan menurunnya curah jantung (cardiac output).
Keadaan ini juga menyebabkan terjadinya mekanisme kompensasi dari pembuluh
darah dimana terjadi vasokonstriksi oleh katekolamin sehingga perfusi makin
- 59 -
memburuk. Pada luka bakar yang luas, terjadi kehilangan cairan melalui
permukaan kulit yang hangus atau di dalam lepuh. Muntah hebat atau diare juga
dapat mengakibatkan kehilangan cairan intravaskuler. Pada obstruksi, ileus dapat
terkumpul beberapa liter cairan di dalam usus. Pada diabetes atau penggunaan
diuretic kuat dapat terjadi kehilangan cairan karena dieresis yang berlebihan.
Kehilangan cairan juga dapat ditemukan pada sepsis berat, pancreatitis akut, atau
peritonitis purulenta difus. Pada syok hipovolemik, jantung akan tetap sehat dan
kuat, kecuali jika miokard sudah mengalami hipoksia karena perfusi yang sangat
berkurang. Respon tubuh terhadap perdarahan tergantung pada volume, kecepatan
dan lama perdarahan. Bila volume intravaskuler berkurang, tubuh akan selalu
berusaha mempertahankan perfusi organ-organ vital (jantung dan otak) dengan
mengorbankan perfusi organ yang lain seperti ginjal, hati dan kulit akan terjadi
perubahan-perubahan hormonal melalui system rennin-angiotensin-aldosteron,
system ADH, dan system saraf simpatis. Cairan interstitial akan masuk ke dalam
pembuluh darah untuk mengembalikan volume intravascular, dengan akibat
terjadi hemodilusi (dilusi plasma protein dan hematokrit) dan dehidrasi interstitial.
Dengan demikian tujuan utama dalam mengatasi syok perdarahan adalah
menormalkan kembali volume intravascular dan interstitial. Bila deficit volume
intravascular hanya dikoreksi dengan memberikan darah maka masih tetap terjadi
deficit interstistial, dengan akibatnya tanda-tanda vital yang masih belum stabil
dan produksi urin yang berkurang. Pengambilan volume plasma dan interstitial ini
hanya mungkin bila diberikan kombinasi cairan koloid (darah, plasma, dextran,
dan sebagainya) dan cairan garam seimbang.
PATOFISIOLOGI
Bila terjadi hipovolemi maka tubuh akan melakukan kompensasi melalui
mekanisme neurohumoral yang akan meningkatkan kemampuan kardiovaskuler
sehingga tekanan darah bisa dipertahankan. Akibat kompensasi ini maka terjadi
takikardia, vasokonstriksi, penyempitan tekanan nadi, akral dingin dan penurunan
produksi urin.
- 60 -
karena
ginjal
mempunyai
cara
regulasi
sendiri
untuk
Fase Progresif Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu
mengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah
jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan
seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri menurun, aliran
darah menurun, hipoksia jaringan bertambah nyata, gangguan seluler,
metabolisme terganggu, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya
terjadi kematian sel. Dinding pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu
berkonstriksi sehingga terjadi bendungan vena, vena balik (venous return)
menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah ke
jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat
menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati
intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation).
Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat
vasomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan.
Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya
dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek syok
(vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia usus
menimbulkan penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan
invasi bakteri usus ke sirkulasi. Invasi bakteri dan penurunan fungsi
detoksikasi hepar memperjelek keadaan. Dapat timbul sepsis, DIC
bertambah nyata, integritas sistim retikuloendotelial rusak, integritas mikro
- 61 -
MANIFESTASI KLINIS
- 62 -
Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian
kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
- 63 -
Secara klinis perjalanan renjatan dapat dibagi dalam 3 fase yaitu fase kompensasi,
dekompensasi, dan ireversibel.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Urin : produksi urin menurun, lebih gelap dan pekat, BJ meningkat >
1,020
PENANGANAN
Pastikan jalan nafas pasien dan nafas dan sirkulasi dipertahankan. Beri
bantuan ventilator tambahan sesuai kebutuhan. Bebaskan jalan nafas,
oksigen 100%.
sesuai
ketentuan
untuk
mengoptimalkan
preload
jantung,
Kateter tekan vena sentra dimasukkan dalam atau didekat atrium kanan
untuk bertindak sebagai petunjuk penggantian cairan. Pembacaan tekanan
vena sentral kontinu (CVP) memberi petunjuk dan derajat perubahan dari
- 64 -
pembacaan data dasar; kateter juga sebagai alat untuk penggantian volume
cairan darurat.
Mulai infus IV dengan cepat sampai CVP meningkat pada tingkat pada
tingkat yang memuaskan diatas pengukuran dasar atau sampai terdapat
perbaikan pada kondisi klinis pasien.Infus larutan Ringer Laktat digunakan
pada awal penangana karena cairan ini mendekati komposisi elektrolit
plasma, begitu juga dengan osmolalitasnya, sediakan waktu untuk
pemeriksaan golongan darah dan pencocokkan silang, perbaiki sirkulasi,
dan bertindak sebagai tambahan terapi komponen darah.
1. Pasang kateter urine tidak menetap: catat haluaran urine setiap 15-30
menit, volume urine menunjukkan keadekuatan perfusi ginjal.
2. Lakukan pemeriksaan fisik cepat untuk menentukan penyebab syok.
3. Pertahankan surveilens keperawatan terus menerus terhadap pasien totaltekanan darah, denyut jantung, pernafasan, suhu kulit, warna, CVP, EKG,
hematokrit, Hb, gambaran koagulasi, elektrolit, haluaran urine-untuk
mengkaji respon pasien terhadap tindakan. Pertahankan lembar alur
- 65 -
Infus RL atau koloid 20 ml/kg BB dalam 10-15 menit, dapat diulang 2-3
kali. Bila akses vena sulit pada anak balita bisa dilakukan akses
intraosseous di pretibia. Pada renjatan berat pemberian cairan bisa
mencapai > 60 ml/kg BB dalam 1 jam. Bila resusitasi cairan sudah
mencapai 2-3 kali tapi respon belum adekuat, maka dipertimbangkan
untuk intubasi dan bantuan ventilasi. Bila tetap hipotensi sebaiknya
dipasang kateter tekanan vena sentral (CVP).
1. Dopamin
2. Epinephrine : 0,1 g/kg BB/ menit IV, dosis bisa ditingkatkan bertahap
sampai efek yang diharapkan, pada kasus-kasus berat bisa sampai 2-3
g/kg BB/ menit.
3. Norepinephrine: 0,1 g/kg BB/ menit IV, dapat ditingkatkan sampai efek
yang diharapkan.
Kortikosteroid :
- 66 -
KOMPLIKASI
Gangguan koagulasi/pembekuan
Evaluasi gejala sisa SSP sangat penting, mengingat organ ini sangat
sensitif terhadap hipoksia yang dapat terjadi pada renjatan berkepanjangan.
Renjatan irreversible.
- 67 -
VI.
KERANGKA KONSEP
Overdistensi uteri
Atonia uteri
Perdarahan
postpartum
Syok
Takikardi
VII.
KESIMPULAN
Ny. Anita, 39 tahun, mengalami PPH derajat 2 dengan komplikasi syok
hipovolemik karena atonia uteri dengan faktor risiko advanced maternal age,
kehamilan kembar, dan primigravida.
- 68 -
DAFTAR PUSTAKA
Abdul BS, Gulardi HW, Biran A, Djoko W, editor. Buku panduan praktis pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Ed. 1. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta: 2002.
Sinsin, Iis. 2008. Skia: Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan, Ed. IV, cetakan III. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26440/4/Chapter%20II.pdf
- 69 -