Ushul Fiqh E - Tugas 5 (Qiyas) - Aziz Bahrudin - 2013114142

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

QIYAS SEBAGAI DALIL HUKUM

Disusun Oleh:
Nama : Aziz Bahrudin
NIM : 2013114142
Makul : Ushul Fiqh E

Pengertian
Secara etimologis, kata qiyas berarti ( )yang artinya m
engukur, dan membandingkan sesuatu dengan yang se
misalnya.
Ulama ushul mendefinisikan qiyas, yaitu menjelaskan hu
kum suatu masalah yang tidak ada nash hukumnya dian
alogikan dengan masalah yang telah diketahui hukumny
a melalui nash (Al-Quran atau Sunnah). Dan mereka jug
a mendefinisikan qiyas dengan redaksi lain yaitu menga
nalogikan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya, karen
a kesamaan Ilat hukumnya.

Dasar Hukum Qiyas


Al-Quran
Allah SWT berfirman:




Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat t
entang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan R
asul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan ha
ri kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik aki
batnya. (QS: An-Nisaa Ayat: 59)

Dasar Hukum Qiyas


Hadist




Bahwa Rasulullah Saw mengutus Muaz ke Yaman sebagai Qadhi.Rasul betrn
ya kepadanya, bagaimana kamu menmnutuskan apabila di hadapkan kepadam
u suatu maslah hukum? Muaz menjwab, aku memutuskannya dengan kitabulla
h, Rasul bertanya lagi, bagaimana caranya apabila kamu tidak menemukan jaw
abannya dalam kitabullah? Muaz menjawab aku putuskan berdasarkan sunnah
Rasulullah SAW. Bagaimana apabila dalam sunnah Rasulullah SAW juga tidak
ada jawabannya? Muaz menjawab, aku akan melakukan ijtihad untuk menetap
kan hukumnya. Mendengar jawaban itu Rasulullah SAW berkata: Segala puji b
agi Allah yang telah membimbing utusan Rasulullah SAW. (HR. Tirmidzi).

Kedudukan Qiyas
Qiyas sebagai dalil untik mengistinbathkan hukum , didsini ulama be
rbeda pendapat. Menurut jumhur ulama qiyas di terima sebagaai d
alil dalam urutan keempat setelah al-Quran,sunnah,dan ijma.
Qiyas ini di gunakan ketika tidak di temukannya hukum tentang sutu
peristiwa di dalam al-Quan, sunnah dan ijma sedangkan peristiwa i
tu memiliki illat yang sama dengan kasus yang telah di tetapkan dal
am al-Quran, sunnah, maupun ijma.

Rukun Qiyas
Suatu wadah atau hal yang telah ditetapkan sendiri huku
mnya oleh pembuat hukum. Ini disebut maqis alaih ata
u musyabbah bihi.
Suatu wadah atau hal yang belum ditemukan hukumnya
secara jelas dalam nash syara. Ini disebut maqis atau
furu atau musyabbah.
Hukum yang disebutkan sendiri oleh pembuat hukum pa
da ashl. Berdasarkan kesamaan ashl itu dengan furu d
an Ilatnya, para mujtahid dapat menetapkan hukum pad
a furu. Ini disebut hukm al-ashl.
Ilat hukum yang terdapat pada ashl dan terlihat pula ole
h mujtahid pada furu.

Syarat-Syarat Qiyas
Menggunakan qiyas tidak akan terpenuhi kecuali bila syarat-s
yarat dari rukun qiyas terpenuhi. Syarat-syarat tersebut adalah s
ebagai berikut:
Syarat Hukum Ashl
Hukum ashl merupakan hukum syara yang bersifat amaliya
h, yang ditetapkan oleh nash Al-Quran atau As-Sunnah.
Bersifat logis, dan diketahui oleh logika ilat dari hukum ashl,
karena dasar qiyas adalah mengetahui ilat hukumnya, dan
mengetahui hakikat dari hukum cabang.
Hukum ashl itu bukan merupakan kekhususan bagi Nabi M
uhammad Saw, misalnya kebolehan Rasulullah Saw beristri
lebih dari empat orang wanita sekaligus.

Syarat-Syarat Qiyas
Syarat Hukum Caban (Faru)
Kasus itu belum ada ketentuan hukumnya dalam Al-Quran
dan Hadist. Sebab qiyas tidak berlaku pada hukum-hukum
yang telah jelas nashnya.
Ilat hukum ashl harus ada di dalam hukum cabang (furu)

Syarat-Syarat Qiyas
Syarat Ilat
Ilat harus bersifat jelas dan tampak, sehingga ia menjadi se
suatu yang menunjukkan.
Ilat harus kuat, tidak terpengaruh oleh perubahan individu,
situasi, maupun keadaan lingkungan.
Harus ada kolerasi antara dengan sifat yang menjadi ilat.
Sifat-sifat yang menjadi ilat yang kemudian melahirkan qiya
s harus berjangkuan, tidak terbatas hanya pada satu huku
m tertentu.
Sifat yang menjadi ilat tidak dinyatakan batal oleh satu dalil,
misalnya karena ilat bertentangan dengan nash.

Macam-Macam Qiyas
Dilihat dari segi kekuatan illat
Qiyas Aulawi
Yaitu illat yang terdapat pada furu lebih utama dari illat yang terd
apat pada ashl.
Qiyas Musawwa
Yaitu hukum pada furu sama kualitasnya dengan hukum yang ad
a pada ashl karena kualitas illat pada keduanya juga sama.
Qiyas Adna
Yaitu illat yang ada pada furu lebih lemah dibandingkan dengan
illat yang ada pada ashl. Artinya ikatan illat yang ada pada furu s
angat lemah dibandingkan ikatan illat yang ada pada ashl.

Macam-Macam Qiyas
Dari segi kejelasan illa
Qiyas Jali
Yaitu qiyas yang illatnya ditetapkan oleh nash bersamaan denga
n hukum al-ashl atau nash tidak menetapkan illatnya, tetapi dipas
tikan bahwa tidak ada pengaruh perbedaan antara ashl dengan f
uru
Qiyas Khafi
Yaitu qiyas yang illat-nya tidak disebutkan dalam nash.

Macam-Macam Qiyas
Dari segi keserasiaan
Qiyas al-muatstsir
Yaitu qiyas yang menjadi penghubun antara ashl dengan furu dit
etapkan melalui nash sharih atau ijma atau qiyas yang ain sifa(si
fatitusendiri)yangmenghubungkan ashl dengan furu berpengaruh
pada hukum itu sendiri.
Qiyas al-mulaim
Yaitu qiyas yang illat hukum ashl-nya mempunyai hubungan yang
serasi. Misalnya, meng-qiyas-kan pembunuh dengan benda berat
kepada pembunuhan dengan benda tajam yang telah disebutkan
diatas. Illat pada hukum ashl mempunyai hubungan yang serasi.

Macam-Macam Qiyas
Dari segi dijelaskan atau tidak
Qiyas al-Mana
Qiyas pada makna ashl, yaitu qiyas yang didalamnya tidak dijelas
kan illat-nya, tetapi antara ashl dengan furu tidak dapat dibedaka
n, sehingga furu seakan-akan ashl.
Qiyas al-Illat
Qiyas yang dijelaskan illat-nya dan illat itu sendiri merupakan mo
tivasi bagi hukum ashl.
Qiyas al-Dalalah
Qiyas yang illat-nya bukan pendorong bagi penetapan hukum itu
sendiri, tetapi illat itu merupakan keharusan yang memberi petunj
uk adanya.

Macam-Macam Qiyas
Dari segi metode
Qiyas al-ikhalah
Yaitu illat nya ditetapkan melalui munasabah dan ikhalah.
Qiyas al-syabah
Yaitu illat-nya ditetapkan melalui metode syabah.
Qiyas al-sibru
Yaitu illat-nya ditetapkan melalui metode al-sibru.
Qiyas al-thard
Yaitu illat-nya ditetapkan melalui metode thard.

Referensi
Syarifuddin Amirm, Ushul Fiqh Jilid 1, Logos, Jakarta
Mardani, Ushul Fiqh , PT RajaGravindo Persada, Jakarta

You might also like