Professional Documents
Culture Documents
1 12
1 12
Abstract
The purpose of this research was to know the effect of honey on the
percentage of living, length movement and survival of comet fish sperm and
determine the dosage appropriate addition of honey at physiological NaCl diluent
media for sperm storage process comet fish (Carassius auratus auratus). This
research was taking place at Education Fisheries Laboratory of Fisheries and
Marine Faculty Airlangga University Surabaya. Experimental design used
Completely Randomized Design and continued by Duncans Multiple Range Test.
Test materials used in this study are the comet fish sperm placed in
Eppendorf tubes and stored in refrigerator with 3 treatments and 8 replication.
Media diluents used is physiological NaCl added with honey Dosages of the
experiments were 0.3% (A); 0.4% (B); 0.5% (C); 0.6% (D) and 0.7% (E) and
0.05% glucose (KG); fructose 0.05% (KF) and without the additional of
physiological NaCl (KN). The main parameters of the observed percentage of live
sperm are a long movement and survival of spermatozoa. The supporting
parameters observed were fresh sperm concentration, percentage of fresh sperm to
live fresh sperm, pH, volume and color of sperm.
The result of the research shows that the additions honey with different
dosage at diluents material physiological NaCL give effect toward life percentage
and life resistance of spermatozoa but at length movement is not significantly. The
best of average life percentage and length movement sperm is treatment addition
honey 0.6% at diluents material physiological NaCL that are 58.39% and 134.43
second
Keywords : Carassius auratus auratus, sperm, honey, cryopreservation
Pendahuluan
Masa pematangan gamet induk ikan jantan dan betina terkadang tidak
terjadi secara bersamaan dan akan mengakibatkan kesulitan di dalam pemijahan
serta mengganggu ketersediaan benih. Salah satu alternatif pemecahan dalam
masalah tersebut adalah melakukan penyimpanan spermatozoa ikan, sehingga
dapat digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama dan dapat diatur
penggunaannya sesuai dengan kebutuhan.
Keberhasilan penyimpanan sperma ditentukan oleh kualitas bahan
pengencer, bahan pengawet, rasio pengenceran, laju pembekuan dan pencairan
kembali (Billard, et al., 1995). Rustidja (2000) menyatakan bahwa manfaat bahan
pengencer adalah untuk mengurangi aktifitas spermatozoa, dapat memperpanjang
hidup spermatozoa dan juga dapat menjaga kualitas spermatozoa pada saat proses
penyimpanan.
Kualitas sperma (persentase hidup, motilitas dan lama hidup) akan terus
menurun setelah dikeluarkan dari tubuh ikan (Rustidja, 2000). Penurunan kualitas
ikan dapat ditekan dengan pengawetan melalui pengenceran dan pendinginan.
Penambahan bahan pengencer akan menciptakan kondisi yang sesuai bagi
spermatozoa. Penyimpanan spermatozoa di luar tubuh memerlukan bahan
pengencer yang dapat menjamin kebutuhan fisik dan kimia spermatozoa sehingga
dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu (Sutoyo, 2000).
Energi yang dibutuhkan oleh spermatozoa diperoleh gula sederhana seperti
fruktosa dan glukosa (Tang dan A. Handi, 2004). Madu mengandung 41%
fruktosa dan 35% glukosa yang dapat digunakan spermatozoa sebagai sumber
energi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh madu terhadap kualitas
sperma yaitu meliputi persentase hidup, lama gerak dan ketahanan hidup sperma
ikan komet dan untuk menentukan dosis penambahan madu yang optimal pada
media pengencer NaCl fisiologis terhadap proses penyimpanan sperma ikan
komet (Carassius auratus auratus).
sekitar dua menit kemudian dimasukkan ke dalam toples plastik dan dimasukkan
ke dalam lemari pendingin.
Pemeriksaan makroskopis sperma meliputi volume, warna, pH dan
kekentalan sedangkan mikroskopis sperma meliputi konsentrasi, persentase hidup,
lama gerak dan lama hidup spermatozoa.
Penentuan konsentrasi spermatozoa dilakukan dengan cara thoma dan
dinyatakan dalam angka (Salisbury dan VanDemark, 1985). Cara ini
menggunakan pengencer berupa larutan eosin 2%. Prosedur pemeriksaan dengan
Thoma adalah sperma diambil dengan pipet sampai tanda 0,5 kemudian pipet
diangkat dari cairan sperma, ujung pipet diangkat dan dibersihkan dengan tissue,
Selanjutnya cairan eosin diambil hingga angka 11. Ujung karet penghisap ditekuk
kemudian pipet dikocok dengan gerakan membentuk angka delapan beberapa kali
sampai larutan homogen, Beberapa tetes (5 tetes) cairan dibuang dari pipet
tersebut, lalu ujung pipet dibersihkan lagi dengan tissue. Setelah itu larutan
sperma dari pipet tersebut diteteskan pada papan hitung Thoma melalui salah satu
sisi gelap penutup. Spermatozoa yang terdapat pada 5 kotak yaitu 4 kotak di sudut
dan1 kotak ditengah dihitung di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x. Jika
jumlah spermatozoa dalam 5 kotak adalah X dan rata-rata adalah Y, maka
konsentrasi dalam cairan tersebut adalah Y x 106 sel/ml.
Pengamatan sperma selama proses penyimpanan dalam lemari pendingin
dilakukan dengan interval waktu 4 jam. Sampel diambil dari lemari pendingin,
didiamkan terlebih dahulu selama 5 menit dan diletakkan pada obyek glass dan
dibiarkan pada suhu kamar. Pengamatan sperma dilakukan selama dua hari.
Penentuan persentase hidup sperma dilakukan dengan metode pewarnaan.
Cara ini menggunakan pengencer berupa larutan pewarna eosin negrosin. Satu
tetes sperma ( 0,01 ml) yang telah diencerkan, diletakkan pada obyek glass
kemudian ditambah dengan cairan pewarna eosin negrosin dan dihomogenkan.
Selanjutnya dibuat preparat ulas dengan cara menekan dan mendorong
menggunakan cover glass membentuk sudut 45o dan dikeringkan pada api
Bunsen. Pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x.
Penghitungan persentase hidup sperma dapat dihitung dengan menggunakan
rumus ((Evans dan Maxwell (1987) dalam Hidayaturrahmah (2007)):
sampai
berapa
lama
spermatozoa
dapat
bergerak
dengan
menggunakan stop watch. Satu tetes sperma diambil dengan menggunakan spuit
(0,01 ml) dan diletakkan pada obyek glass cekung kemudian diteteskan dengan
aquades (0,1 ml). Pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100x
untuk menghitung lama pergerakan masa sperma dari mulai bergerak hingga
berhenti bergerak. Pengamatan lama gerak dinyatakan dalam detik, pemeriksaan
terhadap sperma dilakukan baik pada sperma segar maupun perlakuan.
Pengamatan ketahanan hidup dilakukan seiring dengan pemeriksaan
persentase hidup dan lama gerak (motilitas) yaitu dengan cara menghitung sampai
berapa lama spermatozoa dapat bertahan hidup dalam proses penyimpanan.
Pengamatan ketahanan hidup dinyatakan dalam jam.
Parameter utama dalam penelitian ini adalah persentase hidup (%), lama
gerak (detik), ketahanan hidup (jam) spermatozoa. Parameter pendukung yang
juga diamati dalam penelitian ini adalah konsentrasi sperma segar (sel/ml),
persentase hidup sperma segar (%), lama gerak sperma segar (detik), derajat
keasaman (pH), volume dan warna sperma.
Pengaruh penambahan madu pada media pengencer NaCl fisiologis dalam
proses penyimpanan spermatozoa ikan komet (Carassius auratus auratus)
dianalisis dengan menggunakan Analisis Ragam (ANOVA) dengan tingkat
kesalahan 5% kemudian dilanjutkan uji Jarak Berganda Duncan.
Keterangan : Superskrip berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata
(p< 0,05).
Perlakuan A : dosis madu 0,3% pada media pengencer NaCl fisiologis
Perlakuan B : dosis madu 0,4% pada media pengencer NaCl fisiologis
Perlakuan C : dosis madu 0,5% pada media pengencer NaCl fisiologis
Perlakuan D : dosis madu 0,6% pada media pengencer NaCl fisiologis
Perlakuan E : dosis madu 0,7% pada media pengencer NaCl fisiologis
Perlakuan KG : dosis glukosa 0,05% pada media pengencer NaCl fisiologis
Perlakuan KF : dosis fruktosa 0,05% pada media pengencer NaCl fisiologis
Perlakuan KN : media pengencer NaCl fisiologis tanpa penambahan
yang tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan perlakuan penambahan madu 0,3%
pada media pengencer NaCl fisiologis (A). Perlakuan penambahan madu dengan
dosis 0,4% (B) dan 0,7% (E) tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan kontrol
NaCl+glukosa 0,05% (KG) dan kontrol NaCl+fruktosa 0,05% (KF).
Data rata-rata lama gerak sperma pada pengamatan 4-52 jam disajikan pada
Tabel 2. Analisis varian (ANAVA) menunjukkan bahwa perlakuan tidak
berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap lama gerak sperma. Rata-rata lama gerak
spermatozoa ikan komet yang terbaik didapat pada perlakuan D yaitu 134,43
detik.
Tabel 3. Rata-rata ketahanan hidup sperma ikan komet dengan berbagai macam
perlakuan
Perlakuan
Ketahanan Hidup (jam)
A
46,67b
B
52a
C
52a
D
52a
E
52a
KG
52a
KF
52a
KN
46,67b
Keterangan : Superskrip berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata
(p< 0,05).
pengambilan sperma.
Hardjopranoto (1995) menyatakan bahwa protein yang tinggi dalam pakan dapat
meningkatkan volume, konsentrasi dan jumlah spermatozoa yang hidup.
Konsentrasi sperma yang rendah disebabkan kebutuhan nutrisi dalam sel sperma
belum mencukupi karena nutrisi yang tersedia lebih banyak dipakai untuk
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan tubuh (Kilawati, 2004). Frekuensi
pengambilan sperma mempengaruhi konsentrasi sperma, karena spermatozoa
memiliki waktu tertentu untuk proses spermatogenesis sehingga jumlah
spermatozoa berkurang jika frekuensi pengambilan sperma terlalu dekat.
Derajat keasamana (pH) mempengaruhi metabolisme sel spermatozoa.
Sesaat setelah stripping sampel sperma memiliki pH 7 (netral). Kondisi yang basa
atau asam akan menurunkan metabolisme sel sperma, sehingga pH sperma harus
dijaga tetap netral.
Media pengencer harus isotonik terhadap sperma. Larutan pengencer yang
bersifat
mempengaruhi metabolisme
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penambahan madu pada media
pengencer NaCl fisiologis berpengaruh terhadap persentase hidup dan ketahanan
hidup spermatozoa ikan komet namun tidak berpengaruh terhadap lama gerak
spermatozoa ikan komet (Carassius auratus auratus). Penambahan madu dengan
dosis 0,6% merupakan dosis yang terbaik dalam meningkatkan kualitas sperma
pada proses penyimpanan.
Daftar Pustaka
Billard R., J. Cosson, G. Perchec and. O. Linhart. 1995. Biology of Sperm and
Artificial Reproduction in Carp. Aquaculture vol. 129. pp. 95-112.
10
11
12