280 293 1 PB

You might also like

Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 7
POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 2, Maret 2011 ISSN : 1858-3709 PENGARUH KECEPATAN POTONG TERHADAP GETARAN MESIN PERKAKAS. Influence cutting speed of chatter Ichlas Nur Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang Kampus Unand Limau Manis Padang 25163 ‘Telp. 0751-72590 Fax. 0751-72576, E-mail:Ichlasnur@gmail.com ABSTRACT Chatter is caused by excessive vibration machining process parameter changes. Surface quality is also strongly influenced by the vibration of machine tools. Soto meets the specification of the geometry needs to be ‘monitored, In this research does is how the influence of feeding rate on the vibration machine by increasing the depth ofeutwithoutchatter. Testing chatter for the process of turning performed on material ST60, with the variation of machining parameters are cutting speed of 57.9, 688, 97.1 land! 15.58, while feeding rate constant at 0.045mm/put. While the depth of cut increased gradually with the increase of 0.05mmtothe process of experiencing chatter. In this study, used two sensors i.e. sensors microphone and accelerate meter sensors 10 compare them. From the results obtained that the sensor signal measuring microphone can be used to detect chatter amounted on average to the microphone 245.5Hz and 250 Hz accelerate meter. Critical depth limit of each additional feeding rate and cutting speed is kept constant will decrease. Limitdepth oferiticalstartcutting speedisO.8mm, 0.8mm, Imm, 1.9mm Keywords: chatter, microphone, lineof criticaldepth PENDAHULUAN Analisis Kekasaran Permukaan dalam proses pemesinan mesin serta aplikasi (F. Koenigsberg & J. Tlusty, 1970). Hasil — kekasaran —permukaan _hasil pembubutan diperiksa dengan menggunakan analisa FFT. Kekasaran permukaan dipengaruhi oleh beberapa Komponen yaitu : kecepatan potong, esalahan putaran gpindel dan getaran mesin bubut. Diagram blok permukaan kekasaran dalam proses pembubutan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang proses, Untuk menguji asal Komponen ini kesalahan, serangkaian tes pemotongan dilakukan dengan berbagai _pengaturan. spindle bearing dan dengan berbagai jenis bahan benda kerja. Telah ditunjukkan bahwa metode yang disajikan dalam penelitian ini sangat_membantu dalam mengevaluasi machinability material benda kerja dan juga dalam mendiagnosa kondisi sistemspindle mesin perkakas. Proses pemesinan pada mesin bubut adalah terjadinya gerak relatif antara pahat dan benda kerja akan menghasilkan variasi chip yang berakibat pada perubahan gaya, sehingga amplitudo getaran terus membesar dengan cepat. Amplitudo yang membesar akan menimbulkan suara yang melengking yang berasal dari pahat yang memotong bendakerja. Bertambahnya amplitudo yang terjadi juga disebabkan karena energi yang dipakai_pemotongan akan diserap oleh sistem. Sistem disini adalah sistem mesin perkakas. Apabila energi yang diserap lebih besar dari energi yang tersedia maka sistem akan stabil, dan sebaliknya energi yang diserap lebih kecil dari energi yang tersedia maka sistem menjadi tidak stabil (unstable).Energi yang mengeksitasi getaran tersebut berasal dari proses pemotongan itu sendiri disebut Geraran eksitasi diri atau lebih dikenal Chatter. Dalam proses pemesinan, besar batas ini dapat diketahui dengan menaikkan lebar geram atau kedalaman potong sedikit demi sedikit sampai terjadi chatter. Chatter “merupakan hal _perlu dihindari pada proses pemesinan, Penelitian yang banyak dilakukan hampir semua analisis chatter membuat asumsi, bahwa gaya pemesinan adalah bersifat linear walaupun sebenamya gaya pemesinan 12 POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 2, Maret 2011 ISSN : 1858-3709 mengandung sifat bukan linear, seperti kecepatan makan, kedalaman pemakanan dan kecepatan potong. Analisis pendekatan chatter saat ini memperkenalkan analisis stabilitas sistem , pemesinan yang melibatkan gaya-gaya yang tidak linear. Keakuratan dari metodologi ini divalidasi melalui perbandingan antara simulasi time domain dengan eksperimen. Pada akhimya dicapai suatu kesimpulan bahwa dengan melibatkan _perhitungan —_gaya-gaya pemesinan yang tidak linier menghasilkan dampak yang signifikan tethadap stabilitas sistem pemesinan yang dihasilkan (Nur Tchlas, 2007) Dalam pemotongan logam dan manufaktur industri, hasil permukaan suatu produk sangat penting dalam menentukan kualitas. Permukaan yang sésuai dengan spesifikasi dapat menjamin kualitas serta dapat mengurangi biaya proses pemesinan yang berulang. Selain kualitas permukaan yang baik atau sesuai dengan spesifikasi dapat_meningkatkan kelelahan, ketahanan korosi serta kekuatan creep... Dalam penelitian ini tujuan utama adalah mempelajari pengaruh kecepatan potong tethadap kedalaman potong — terhadap kekasaran permukaan dengan material baja mild steel pada proses pembubutan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Kenaikan kecepatan —potong akan menghasilkan kualitas permukaan yang tebih baik.. Kecepatan potong optimal dan kedalaman potong dalam kasus ini 1400rpm dan 0.1mm, yang menghasilkan 4.695ym kekasaran permukaan rata-rata. Respon Metode Permukaan (RSM) digunakan untuk memprediksi kekasaran permukaan. Dan dari _hasil.dihasilkan, korelasi untuk kekasaran’ permukaan dengan parameter pemotongan yang memenuhi wajar tingkat pendekatan. Baik kecepatan potong dan kedalaman potong adalah signifikan parameter dalam mempengaruhi kekasaran _permukaan (Sheila Thien Nga Ting, 2009). Tlustrasi_ yang terjadinya chatter terlihat pada Gambsr 1 adalah defleksi benda kerja sebelum dan sesudah chatter disebabkan oleh benda kerja dan pahat. ‘Agar tidak terjadi hal chatter maka perlu dipertimbangkan kestabilan pada proses pemesinan (F. Koenigsberg & J. Tlusty, 1970) 7 { ‘emu 2 smi 3p conen Kester Gambar 1. Defleksi benda kerja sebelum dan sesudah Chatter (F. Koenigsberg & J. Tlusty, 1970) Getaran yang terjadi pada proses pemesinan ini juga mengakibatkan kerugian antara lain (Sheila Thien Nga Ting, 2009) : 1 Pahat menjadi aus 2 Kualitas permukaan rendah 3. Laju produksi berkurang 4 Mempercepat keausan — komponen mesin perkakas Untuk mengetahui batas kedalaman potong (Ain) maka dilakukan proses pemesinan. Batas kedalaman _potong dihubungkan dengan kestabilan dari mesin perkakas, dimana harga batas kestabilan ini cukup unik, artinya hanya berlaku pada tipe mesin perkakas, orientasi dan parameter pemesinan, kombinasi pahat-kerja. Proses pemesinan adalah interaksi antara benda kerja dan pahat memberikan kenaiken getaran (F. Koenigsberg & J. Tiusty, 1970). Satu yang sangat penting dari sumber getaran dalam proses pemotongan adalah efek regeneratif. Dimana benda kerja pada mesin bubut berputar dan _bergerak, sedangkan untuk milling dan shaping benda kerja bergerak akan dipotong dan menyebabkan terjadinya chip variasi akibat perubahan gaya, sehingga amplitudo getaran terus membesar dengan cepat. Energi yang mengeksitasi getaran tersebut berasal dari proses pemotongan itu sendiri disebut Getaran eksitasi diri atau lebih dikenal Chatter. Dalam proses pemesinan, besar batas ini dapat diketahui dengan menaikkan lebar geram atau kedalaman sedikit demi sedikit sampai terjadi chatter. 113 POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 2, Maret 2011 Chatter merupakan hal _perlu dihindari pada proses pemesinan, Penelitian yang banyak dilakukan hampir semua analisis chatter membuat asumsi, bahwa gaya pemesinan adalah bersifat linear walaupun sebenamya gaya pemesinan mengandung sifat bukan linear, seperti kecepatan makan, kedalaman pemakanan dan kecepatan potong. Analisis pendekatan chatter saat ini memperkenalkan analisis stabilitas sistem pemesinan —_yang melibatkan gaya-gaya yang tidak linear. Keakuratan dari metodologi ini divalidasi melalui perbandingan antara simulasi time domain dengan eksperimen. Pada akhimya dicapai suatu kesimpulan bahwa dengan melibatkan —_perhitungan —_gaya-gaya pemesinan yang tidak linier menghasilkan dampak yang signifikan terhadap stabilitas sistem pemesinan yang dihasilkan (Sheila Thien Nga Ting, 2009). y Fe [+] (1) Pronee Pomatengen a ° ¥ = (@) Sinan Getaren media pertakee | [*————— Gambar 2. Diagram Blok Proses Chatter Diagram blok proses chatter pada rangkaian tertutup yang terlihat pada gambar | dimulai dengan timbulnya getaran Y sehingga terjadi gerak relatif antara pahat dengan benda kerja pada proses pemotongan tersebut. Gerak relatif menimbulkan perubahan tebal geram yang berakibat pada terjadinya perubahan gaya potong. Fluktuasi gaya ini kemudian mengeksitasi ke sistem mesin perkakas untuk bergetar dan akan timbul lagi getaran pada Y. Getaran Y akan mempengaruhi proses pemotongan dan seterusnya terjadi hubungan yang membentuk siklus fertutup. Asumsi untuk menyederhanakan hubungan getaran antara Y dengan variasi gaya F sebagai berikut : 1 Variasi gaya pemotongan F _hanya disebabkan oleh pengaruh perubahan luas Penampang geram 2 Arah dari variasi gaya pemotongan F sama dengan arah gaya pemotongan Fe dalam proses yang stabil ISSN + 1858-3709 Proses pemotongan dapat digambarkan Gambar 3. Perubahan Tebal Geram Akibat Getaran Y (Sheila Thien Nga Ting, 2009) Luas penampang yang terletak tegak lurus terhadap kecepatan potong v mengakibatkan terjadi getaran. Pada Gambar 2.2 arah getaran dengan notasi (Y). Selama terjadi getaran dengan amplitudo Y ketebalan geram berubah antara (h-Y) dan (b+Y), dimana h adalah tebal geram pada saat proses pemotongan dalam keadaan stabil. Perubahan ini menyebabkan terjadinya variasi gaya pemotongan F dari rata-rata Fe pada proses yang stabil. Untuk perubahan kecil hubungan antara perubahan gaya dan ketebalan geram dianggap linear F=-RY. qd) tanda negatif pada persamaan diatas menunjukkan bahwa terjadinya dalam arah (Y) maka gaya akan mengecil. Koefisien R menyatakan intensitas kopling antara getaran dan gaya pemotongan nerupakan gain dari fungsi transfer. Pada Gambar 2.3 ditunjukkan parameter proses pemotongan pada bidang yang tegak lurus kecepatan potong v. Gambar 4, Parameter Pemotongan pada bidang yang tegak lurus kecepatan potong v (Sheila Thien Nga Ting, 2009) 14 ISSN : 1858-3709 POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 2, Maret 2011 Jadi terjadi getaran X dengan arah (%) yang membentuk sudut e dengan sisi mata potong utama pahat maka akan menimbulkan perubahan luas penampang geram yang kemidian menyebabkan perubahan gaya pemotongan. Besar pengaruh getaran X ini berbeda untuk sudut e yang berlainan. Arah Y menimbulkan perubahan maksimum dinamakan arah (Y). Sedangkan arah getaran yang tegak lurus (¥) tidak akan menyebabkan perubahan gaya pemotongan, Oleh Karena itu getaran X dipengaruhi gaya pemotongan adalah getaran yang diproyeksikan kedalam arah (¥). Untuk lebar geram b yang jauh lebih besar dari tebal geram h maka getaran Y dianggap tegak lurus mata potong utama sehingga arah (Y) ini dikatakan normal terhadap permukaan potong. Karena biasanya b > h, maka pembahasan selanjutnya —_diasumsikan bahwa (Y) tegak lurus terhadap mata potong utama, sehingga intensitas kopling antara gaya dan getaran R sebanding dengan lebar geram b, sehingga persamaan menjadi 2) F=-brl.... dimana r adalah koefisien kopling yang tergantung dari semua kondisi pemotongan kecuali lebar geram b. Persamaan gaya pemotongan dapat dinyatakan sebagai : Fe =Caf'? =C\bh’?. dan (3) F__6F, br =o = SE = 1 DC bh" remand pb. (4) sehingga = r=C, hh? .... ©) dimana : F = variasi gaya pemotongan (N) a = kedalaman potong (mm) F = gerak makan (mm/t) b =lebar geram Gaya pemotongan Pp =pangkat tebal geram H-= tebal geram (mm) C1,C2,C = konstanta Gambar 5. Hubungan antara Tebal dan lebar geram (Sheila Thien Nga Ting, 2009) Pada umumnya harga t merupakan bilangan kompleks, Karena adanya pergeseran fasa antara perubahan gaya dan perubahan tebal geram. Artinya variasi gaya potong juga dipengaruhi oleh kecepatan perubahan luas penampang geram. Karena analisis matematisnya lebih rumit dan perbaikan terhadap hasil akhir terlalu berarti, maka diambil _penyederhanaan dengan menganggap bahwa r adalah real sehingga variasi. gaya potong hanya dipengaruhi oleh perubahan —_luas penampang geram. METODOLOGI Dalam — penelitian yang akan dilakukan adalah memanfaatkan komputer sebagai alat yang dipakai untuk mendeteksi chatter dengan cara menangkap bunyi kemudian diteruskan soundcard, yang keluaran soundcard dimasukkan ke ADC dan selanjutnya diteruskan ke parallel port komputer dan data tersebut dapat diolah lebih lanjut sesuai yang diinginkan. Untuk menvalidasi pembanding dilakukan baik getaran maupun emisi akustiknya secara simultan masing — masing dengan accelerometer dan mikrofon, us POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 2, Maret 2011 ASSN : 1858-3709 Gambar 6, Susunan peralatan penelitian Dalam analisis penelitian parameter Konstanta ini diambil batasan dan asumsi adalah sebagai berikut : 1. Pemakaian mikrofon omnidirectional, jarak dari pemotongan adalah 10 mm 2. Material bendakerja adalah St 60 dan pahat bubut insert karbida dengan sudut potong utama (k,) adalah 45° 3. Percobaan pemotongan menggunakan pahat bubut insert dengan material pahat insert karbida dengan keausan pahat karbida adalah Vp = 0.3 4, Asumsi getaran adalah linear dan respon secara horizontal 5. Panjang pencekaman bendakerja dari chuck mesin bubut adalah $0 mm, dan panjang penjuluran benda kerja adalah 150 mm. 6. Kecepatan makan potong dinaikkan sebesar 0,044 (mm/put) — sampai terjadinya chatter 7. Kecepatan potong adalah 57,8 (m/min), 68,8 (m/min), 97,111 (m/min), 115,48 (evmin) Dalam penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada gambar 5, yaitu flow chart diagram _penelitian. Sedangkan pada gambar 6, adalah susunan peralatan penelitian yang akan dilakukan adalah memanfaatkan komputer sebagai alat yang dipakai untuk mendeteksi chatter dengan cara menangkap bunyi kemudian diteruskan soundcard, yang _keluaran soundcard dimasukkan ke ADC dan selanjutnya diteruskan ke parallel port Komputer dan data tersebut dapat diolah lebih lanjut sesuai yang diinginkan. Untuk menvalidasi_pembanding dilakukan baik getaran maupun emisi akustiknya secara simultan masing — masing dengan accelerometer dan mikrofon. ‘Tabel 1. Parameter Pemotongan Kecepaian Patong (lminy 57,9 68,8 97 1 Gambar 6. Flow chart 16 POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 2, Maret 2011 HASIL Dari semua —_pengujian proses pemotongan yang dilakukan terlihat adanya kecenderungan apabila kedalaman potong ditambah maka amplitudo pada spektrum juga bertambah dan kedalantan ditambah lagi akan mengalami pertambahan amplitudo sampai ISSN : 1858-3709 kedalaman maksimal, _dimana _terjadi penambahan amplitudo tidak linear lagi. Fenomena ini yang disebut chatter dimana amplitudo getaran yang membesar dan suara yang keras. ‘Tabel 2. Hasil Percobaan Parameter pemesinan Kedalaman —_Frekuensi (Hz) ‘Amplitudo Ve f Potong Acc Mik (m/min) (mm) Mikrofon___Ace (m/s2) (mV) 0.20 250.0 250.0 12.5 23.2 0.40 250.0 250.0 12.8 23.5 60 251.0 251.0 13.5 27.0 579 0.045 0.85 234.0 241.0 55.0 90.8 0.90 226.0 234.0 76.0 147.0 00 23. 22 112.0 __183.0 0.20 243.0 251.0 13.0 30.0 0.40 243.0 251.0 BS 30.2 0.60 2 2: 1 33.0 68.8 0,045 0.90 241.0 241.0 122.0 341.0 1.00 241.0 241.0 130.0 372.0 1.10 241.0 241.0 140.0 ___389.0 0.20 250.00 250.00 6.20 13.64 0.40 250.00 250.00 138 13.64 0.60 249.00 249.00 1.56 26.17 STM 0,045 0.80 249.00 249.00 8.72 35.26 ae ae 1.10 230.00 234.00 133.32 244.96 1.20 234.00 234.00 154.18 255.31 04 256 265 35 7.16 06 270 278 38. 9.16 08 260 261 39 145 1 248 249 6.1 18.7 115,48 0,045 12 258 258 65 16.4 14 255 249, 7 193 16 246 246 10.63 20.3 246 246, iL 2, en a 245, 246. 204 631, 7 POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 2, Maret 2011 PEMBAHASAN Pengaruh kecepatan potong. Pada tabel diatas yang digaris bawahi adalah terjadinya batas terjadinya chatter. Dari grafik hubungan antara kecepatan potong 57.9 [m/min], 68.8 [m/min], 97,11 [m/min] dan 115,48 [m/min] terjadi kenaikan kedalaman potong dari 0,8 mm, 0,8 mm,1 mm dan 1,9 mm. Dan amplitudo getaran juga akan terjadinya kenaikan, Frekuensi gefaran atau chatter yang terjadi pada accelerometer adalah 222-259 Hz dan mikrofon adalah 222-256 Hz Perbandingan spektrum waterfalll mikrofon dan accelerometerPerbandingan keluaran spektrum antara accelerometer mikrofon adalah hampir sama. Frekuensi ISSN : 1858-3709 chatter yang terjadi adalah sama yaitu 220 s.d 259 Hz, kemudian pola kenaikan antara amplitudo untuk mikrofon dan acelerometer juga sama, akan tetapi terdapat sedikit tambahan pola yang terjadi pada_mikrofon adalah adanya harmonisa alat ukur mikrofon dan ADC. disetiap percobaan Perbandingan keluaran spektrum antara accelerometer mikrofon adalah hampir sama, Frekuensi chatter yang terjadi adalah sama yaitu 220 s.d 246 Hz, kemudian pola kenaikan antara amplitudo untuk mikrofon dan acelerometer juga sama, akan tetapi terdapat sedikit tambahan pola yang terjadi pada mikrofon adalah adanya harmonisa alat ukur mikrofon dan ADC. Kecepatan potong vs Kedalaman Potong Kedalaman Potong (mm) ° 50 100 150 Kecepatan Makan (m/min) Grafik 5. Grafik kecepatan potong dengan kedalaman potong SIMPULAN ; Dari hasil pembahasan di atas dapat

You might also like