Penerapan Metode COOL-STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Negeri 1 Denpasar Tahun Pelajaran 2012/2013

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

Application COOL-STAD Methods To Improve Learning Outcomes

Physicss Student SMA Negeri 1 Denpasar Academic Year 2012/2013


Penerapan Metode COOL-STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Fisika Siswa SMA Negeri 1 Denpasar
Tahun Pelajaran 2012/2013
I Gusti Nyoman Suardika
Guru SMA Negeri 1 Denpasar, Jalan Kamboja No.4,
Denpasar, 80234, Indonesia.
E-mail: suardika.ign@gmail.com.
Abstract
This research is motivated on the fact that most of the X-10 grade students of SMAN 1 found it difficult to
learn physics. Physics learning outcomes is still below the Minimum Mastery Criterium (MMC) 78. Several
learning methods have been applied but did not show a significant increase in learning outcomes. Low
physics learning outcomes due to lack of motivation and enthusiasm for learning to master the material. To
improve the mastery of basic competencies that are expected to be implemented method is more
demanding activities, group. By applying the method of COOL-STAD (Cooperative Learning Student Teams
Achievement Divisions) is expected to grow in the comfort of the working group, so the physics student
learning outcomes for the better. COOL-STAD Learning is the Cooperative Learning which is basically the
study together in groups, so that the learning process needs to be an emphasis on group work, which in the
end the students still compete to be the best. This action research aims to prove, that by applying the COOLSTAD learning methods can improve student learning outcomes physics. The research method refers to the
measures according to Kemmis and Mc.Taggart consisting of planning, observation, and reflection. Data
were analyzed with descriptive statistics. The results showed, in every cycle there was an increase in mean
learning outcomes, the number of students achieving top grades in the MMC and the classical mastery
learning. This strongly supports the goal of this research leading to the conclusion that the COOL-STAD
learning methods to improve learning outcomes physics in grade X-10 SMAN 1 Denpasar, in the second
semester of the school year 2012/2013.
Keywords: Learning Cool-Stad, Learning Outcomes.

Abstrak
Penelitian ini dilatar belakangi pada kenyataan bahwa sebagian besar siswa kelas X-10 SMAN 1 merasa
kesulitan belajar fisika. Hasil belajar fisika masih bawah nilai KKM 78. Beberapa metode pembelajaran telah
diterapkan namun tidak menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Rendahnya hasil belajar
fisika disebabkan karena kurang motivasi dan semangat belajar untuk menguasai materi. Untuk
meningkatkan penguasaan Kompetensi Dasar yang diharapkan perlu diterapkan Metode yang lebih
menuntut aktivitas, kelompok. Dengan menerapkan metode COOL-STAD (Cooperative Learning Student
Teams Achievement Divisions) diharapkan mampu menumbuhkan kenyamanan dalam kerja kelompok,
sehingga hasil belajar fisika siswa menjadi lebih baik. Pembelajaran COOL-STAD merupakan Pembelajaran
Kooperatif yang pada dasarnya adalah belajar bersama dalam kelompok, sehingga dalam proses belajar
perlu adanya penekanan pada kerja kelompok, yang pada akhirnya siswa tetap berkompetisi untuk menjadi
yang terbaik. Penelitian tindakan ini bertujuan untuk membuktikan bahwa dengan menerapkan metode
pembelajaran Cooperative STAD dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada siswa. Metode penelitian
mengacu pada langkah-langkah menurut Kemmis dan Mc.Taggart yang terdiri dari Perencanaan, Observasi,

dan Refleksi. Data dianalisis dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, pada setiap siklus
terjadi peningkatan pada rerata hasil belajar, jumlah siswa mencapai nilai di atas KKM dan ketuntasan
belajar secara klasikal. Hal ini sangat mendukung tujuan dari penelitian ini sehingga mengarah pada
kesimpulan bahwa metode pembelajaran Cooperative STAD dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada
siswa kelas X-10 SMAN 1 Denpasar pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
Kata Kunci: Pembelajaran Cool-Stad, Hasil Belajar.
1. Pendahuluan
Rangkaian interaksi antara guru dan siswa dalam
proses pembelajaran berdampak terhadap hasil
belajar. Dalam kamus umum bahasa Indonesia
dikemukakan bahwa kata hasil dapat berarti
perolehan,
akibat
atau
kesudahan
(Poerwadarminta, 1982: 348). Jika dikaitkan
dengan pembelajaran, maka hasil belajar
merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya
seorang peserta didik dalam proses belajar.
Sudjana, menyatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta
didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya
(Nana Sudjana, 2008: 22). Sementara Uno,
menyatakan bahwa hasil belajar merupakan
pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh
peserta didik dalam bentuk kemampuankemampuan tertentu (B. Uno, Hamzah, 2007: 17).
Jika dikaitkan dengan hasil belajar fisika, maka
hasil belajar fisika merupakan taraf kemampuan
aktual yang terukur, berupa penguasaan materi
pelajaran dan keterampilan-keterampilan fisika
yang dicapai oleh peserta didik melalui
pengalaman belajar yang telah didapatkan melalui
pembelajaran fisika.
Kemampuan aktual yang dimaksud di atas dalam
ranah kognitif menurut Bloom meliputi (Nana
Sujana, 2008: 23):
1) Pengetahuan: kemampuan yang menyangkut
hal-hal yang perlu diingat atau dihapalkan
seperti hukum, dalil, nama penemu, dan lainlain.
2) Pemahaman:
kemampuan
yamg
mengungkapkan makna dari suatu konsep,
misalnya
menjelaskan
dengan
susunan
kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau
didengarnya,
3) Aplikasi: kemampuan yang diharapkan dari
peserta didik untuk sanggup menggunakan
konsep, ide dan sebagainya dalam situasi baru,
4) Analisis: kemampuan untuk menguraikan suatu
keterkaitan (integrasi) ke dalam unsur-ubsur
atau bagian-bagian sehingga jelas hirarki atau
susunannya,
5) Sintesis: kemampuan untuk menggabungkan
unsur-unsur yang bermakna ke dalam bentuk
menyeluruh (integritas)

6) Evaluasi: kemampuan untuk memberikan


pertimbangan
keputusan
tentang
nilai
berdasarkan pendapat yang dimilikinya dan
kriteria yang digunakan.
Berdasarkan pengetahuan di atas, maka hasil
belajar merupakan taraf kemampuan aktual yang
terukur, berupa penguasaan materi pelajaran dan
keterampilan-keterampilan yang dicapai oleh
peserta didik melalui pengalaman belajar yang
telah didapatkan.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar fisika adalah tingkat
penguasaan terhadap ,materi fisika pada ranah
kognitif, Afektif, dan psikomotor, sebagai hasil dari
pembelajaran fisika dalam kurun waktu tertentu
berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Fisika merupakan ilmu yang berusaha memahami
aturan-aturan alam yang begitu indah dan secara
terstruktur dapat dideskripsikan secara matematis.
Matematik dalam hal ini berfungsi sebagai bahasa
komunikasi sains termasuk fisika. Pengetahuan
fisika terdiri dari banyak konsep dan prinsip yang
pada umumnya sangat abstrak. Kesulitan yang
banyak dihadapi oleh sebagian besar siswa adalah
dalam menginterpretasi berbagai konsep dan
prisip fisika sebab mereka dituntut harus mampu
menginterpretasi pengetahuan fisika tersebut
secara tepat dan tidak samar-samar. Kemampuan
siswa dalam mengidentifikasi dan menginterpretasi
konsep-konsep fisika jelas merupakan prasyarat
penting bagi penggunaan konsep-konsep untuk
membuat inferensi-inferensi yang lebih kompleks
atau untuk pemecahan soal fisika yang berkaitan
dengan konsep-konsep tersebut.
Fisika dapat dipandang sebagai sebuah produk,
proses dan perubahan sikap. Jika dipandang
sebagai sebuah produk maka yang kita lihat, fisika
adalah sekumpulan fakta, konsep, hukum/prinsip,
rumus dan teori yang harus kita pelajari dan
difahami. Fisika berisi fenomena, dugaan, hasilhasil: pengamatan, pengukuran dan penelitian
yang dipublikasikan, jika kita melihatnya sebagai
sebuah proses.
Jika dilihat sebagai suatu
perubahan sikap, maka Fisika akan berisi rasa
ingin tahu, kepedulian, tanggung jawab, kejujuran,
keterbukaan dan kerjasama.

Belajar fisika lebih menekankan penalaran dalam


pemahaman konsep melalui pembelajaran. Belajar
fisika harus mau berfikir, sering disosialisasikan
dengan kreativitas dan pemecahan masalah.
Tanpa adanya rasa keingintahuan yang kuat atau
motivasi tinggi hal tersebut tidak dapat tercapai
sesuai sasaran mutu yang telah ditetapkan
pemerintah maupun satuan pendidikan.

yang diduga dapat meningkatkan


aktivitas dan hasil belajar siswa.

motivasi,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk


membuktikan bahwa dengan menerapkan metode
pembelajaran
Cooperative
STAD
dapat
meningkatkan hasil belajar fisika pada siswa kelas
X-10 semester 2 SMA Negeri 1 Denpasar Tahun
pelajaran 2012/2013.

Sasaran mutu yang ditetapkan SMAN 1 Denpasar


untuk kelas X, kreteria ketuntasan minimal (KKM)
adalah 75 ketuntasan pembelajaran secara
klasikal 85% dan daya serap minimal 75%.
Kondisi nyata pada kegiatan pembelajaran bahwa
hasil pre-test yang dilakukan pada kelas X-10
SMAN 1 Denpasar pada semester genap tahun
pelajaran 2012/2013, hanya 4 (empat) siswa dari
36 siswa atau hanya 11,1% siswa mencapai
KKM, sedangkan sisanya 32 siswa atau 88,9%
siswa masih belum mencapai KKM. hanya sekitar
18 dari 36 siswa ( 50% ) yang tekun mengikuti
pelajaran guru, sisanya kurang menaruh perhatian
terhadap pelajaran fisika. Siswa SMA Negeri 1
Denpasar masih mengalami kesulitan dalam
mempelajari fisika baik proses maupun produk,
hal ini ditunjukkan pada ketidak mampuan
memahami
prosedur
kerja
praktikum
di
laboratorium. Program remidial atau perbaikan
cenderung bersifat klise hanya sebagai syarat saja
karena pertimbangan waktu tersedia dengan
banyaknya materi yang harus disampaikan
sehingga hal ini menyebabkan siswa yang sulit
dalam belajar cenderung makin menurun minat
belajarnya dan pada giliran selanjutnya dapat
menurunkan hasil belajar siswa itu sendiri.

Metode
pembelajaran
Cooperative
STAD
merupakan salah satu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan teori Psikologi sosial.
Dalam teori ini sinergi yang muncul dalam kerja
kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih
daripada
individualistik
dalam
lingkungan
kompetitif.
Kerja
kooperatif
meningkatkan
perasaan positif satu dengan lainnya, mengurangi
keterasingan dan kesendirian, membangun
hubungan dan menyediakan pandangan positif
terhadap orang lain. Metode pembelajaran
Cooperative STAD ini mempunyai beberapa
kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip
bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam
belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar
teman-temannya dalam tim dan juga dirinya
sendiri, serta adanya penghargaan kelompok yang
mampu mendorong para siswa untuk kompak,
setiap siswa mendapat kesempatan yang sama
untuk menunjang timnya mendapat nilai yang
maksimum sehingga termotivasi untuk belajar.
Metode pembelajaran Cooperative STAD memiliki
dua dampak sekaligus pada diri para siswa yaitu
dampak instruksional dan dampak sertaan.
Dampak instruksional yaitu penguasaan konsep
dan
ketrampilan,
kebergantungan
positif,
pemrosesan
kelompok,
dan
kebersamaan.
Dampak sertaan yaitu kepekaan sosial, toleransi
atas perbedaan, dan kesadaran akan perbedaan.

Beberapa strategi maupun metode pembelajaran


telah dicobakan antara lain: metode ceramah,
diskusi kelompok dan metode penugasan. Namun
dengan metode ini belum dapat meningkatkan
hasil belajar fisika siswa. Demikian juga dalam
proses belajar mengajar yang telah berlangsung
cenderung masih sulit untuk melibatkan siswa
secara aktif. Siswa cenderung menerima apa yang
dijelaskan oleh guru dan tidak bertanya kepada
guru atau temannya jika ada hal yang belum
dipahami. Sehingga pada pelajaran berikutnya
kembali harus mengulang penjelasan yang telah
dipelajari. Hal itu disebabkan beberapa faktor
antara lain kurangnya motivasi belajar dan
semangat untuk memahami suatu konsep fisika.

Menurut Nurhadi, dkk, (2003) model pembelajaran


kooperatif tipe STAD lebih cocok digunakan dalam
mengajarkan
tujuan
pembelajaran
yang
dirumuskan dengan satu jawaban benar seperti
perhitungan dan penerapan bercirikan fisika,
penggunaan bahasa dan mekanika, keterampilan
membaca peta, geografi, dan fakta-fakta dan
konsep IPA. Dengan demikian model tersebut
cocok pada semester 2 kelas X-10, yaitu Optik
Geometri dan alat-alat optik yang bercorak
perhitungan dan keterampilan memahami faktafakta dan konsep IPA.
Dalam pembelajaran
metode pembelajaran Cooperative STAD ini siswa
dibagi beberapa kelompok dan tiap kelompok
mempunyai 4 atau 5 anggota yang dipilih
berdasarkan
keheterogenan
menurut
jenis
kelamin, suku maupun intelektual dalam hal ini
tingkat kinerja siswa. Guru menyajikan pelajaran

Berdasarkan permasalahan di atas penulis


berkeinginan untuk melakukan penelitian tindakan
untuk meningkatkan ketuntasan belajar fisika
siswa berupa penerapan Cooperative Learning
Student Teams Achivement Divisions (COOLSTAD) dengan menggunakan ketrampilan proses,

dan siswa bekerja dalam tim mereka untuk


memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
memahami pelajaran tersebut.
Pada akhir
pembelajaran diadakan evaluasi (kuis) dimana
siswa bekerja secara individual dan tidak lagi
bekerja secara kelompok tetapi nilai yang
diperoleh merupakan nilai rata-rata kelompok.
Kelompok siswa yang mendapat upaya kinerja
tertinggi nilai rata-rata sekarang dibandingkan
dengan nilai rata-rata yang lalu dan mendapatkan
penghargaan/ganjaran atas nama kelompok itu
(Nurhadi, dkk, 2003)).

Refleksi, pada tahap ini peneliti mengkaji, dan


mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan yang dilakukan.
Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan
cara observasi, wawancara, dokumentasi dan
teshasil belajar fisika. Selanjutnya dianalisis
dengan statistik deskriptif, yang terdiri dari: nilai
rerata kelas, ketuntasan belajar klasikal. Data juga
ditampilkan dalam tabel frekuensi kumulatif dan
dalam bentuk histogram.
Keberhasilan pembelajaran diperoleh jika terjadi
peningkatan hasil belajar antara prestasi subjek
penelitian sebelum diberikan tindakan dan
sesudah diberika tindakan. Dalam penelitian ini
diusulkan tingkat keberhasilan per siklus yaitu
pada siklus I hasil belajar siswa mencapai nilai
rata-rata 80 dengan ketuntasan belajar sebesar
85% dan pada siklus II mencapai nilai rata-rata 85
atau lebih dengan ketuntasan belajar minimal 90%.
Ketentuan ini merupakan sasaran mutu SMA
Negeri 1 Denpasar agar siswa dapat bersaing
dalam sekolah lebih lanjut ke Perguruan Tinggi
Negeri yang divavoritkan masyarakat.

Dengan metode pembelajaran Cooperative STAD


diharapkan siswa kelas X-10 SMAN 1 Denpasar,
mampu melakukan penalaran dan mau berfikir
untuk memudahkan pemahaman
standar
kompetensi. Menerapkan prinsip kerja alat-alat
optik, sehingga diperoleh hasil belajar yang lebih
baik. Metode pembelajaran Cooperative STAD
diharapkan tepat untuk pembelajaran optik
geometri dan alat-alat optik, karena pada standar
kompetensi ini siswa betul-betul dituntut dapat
bekerja kelompok dalam melakukan eksperimen.
Berpijak pada latar belakang dan dasar teori yang
dipaparkan di atas maka pada penelitian ini
diajukan hipotesis tindakan: Penerapkan metode
Cooperative Learning Student Teams Achievement
Divisions (COOL-STAD) dapat meningkatkan hasil
belajar fisika kelas X-10 Semester 2 SMA Negeri 1
Denpasar Tahun Pelajaran 202/2013.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan


1) Pengamatan Siklus I
Pengamatan dilakukan pada proses pembelajaran
dan tes kemampuan kognitif dilakukan setelah 3
kali pertemuan dengan melakukan tes hasil
belajar. Data hasil belajar yang didapat pada siklus
I adalah sebagai berikut.

2. Metode Penelitian

Tabel-1. Capaian hasil belajar pada siklus I

Rancangan penelitian yang digunakan dalam


penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research)
yang bersifat
kolaboratif, yaitu dengan melibatkan guru Fisika
yang secara formal bertugas di sekolah yang
bersangkutan sebagai pengamat. Model penelitian
menggunakan model Kemmis dan Mc.Taggart
(1998) yang terdiri dari beberapa langkah berikut :
(1) Perencanaan, (2) Tindakan (3) Observasi, dan
(4) Refleksi,

No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan


dengan diawali kegiatan pra tindakan, yaitu dari
bulan Januari sampai bulan maret 2013. Penelitian
dibagi dalam dua siklus yang disesuaikan dengan
jumlah jam tatap muka pada pokok bahasan Optik
geometri dan alat-alat optik. Masing-masing siklus
terdiri dari beberapa langkah berikut : (1)
Perencanaan, yaitu dengan menyusun rumusan
masalah, menentukan tujuan dan metode
penelitian serta membuat rencana tindakan. (2)
Tindakan dilakukan oleh peneliti sebagai upaya
perubahan yang dilakukan. (3) Observasi,
dilakukan dengan mengamati hasil atau dampak
dari tindakan yang dilakukan terhadap siswa. (4)

7.

Indikator
Rata-rata hasil belajar
KKM
Skor Maksimum
Skor Minimum
Jumlah Siswa yang Mesti
Diremidi
Jumlah Siswa yang Perlu
Diberi Pengayaan
Prosentase Ketuntasan
Belajar

83,86
78
92
74

Target
pencapaia
n
80
78
100
78

28

36

75,67
%

85%

Hasil

Berdasarkan tabel-1, rerata hasil belajar fisika


siswa sudah melampaui target yang ditetapkan.
Namun masih terdapat 8 dari 36 siswa perolehan
skor di bawah KKM 78. Maka siswa tersebut harus
diremidial pada hari tertentu dan pada kompetensi
dasar yang sama. Dari hasil observasi pada
proses pembelajaran, bahwa 8 siswa tersebut
memang belum dapat berkolaborasi dalam
kegiatan belajar dalam kelompoknya. Pada
kegiatan kelompok, tampaknya mereka pasif
dalam berdiskusi dan pemecahan masalah.

Berdasarkan analisis dapat dibuat tabel Kelas


Interval pada Siklus I sebagai berikut.

Berdasarkan data hasil belajar pada siklus I,


dilakukan perhitungan dan dikomparasi dengan
indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan,
yang ditunjukkan pada tabel 4-3 berikut.

Tabel 2. Data Kelas Interval pada Siklus I


No
Urut
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Interval
74-76
77-79
80-82
83-85
86-88
89-91
92-94
Total

Nilai
Tengah
75
78
81
84
87
90
93

Frekuensi
Absolut
4
5
4
6
12
3
2
36

Frekuensi
Relatif
11.11
13.89
11.11
16.67
33.33
8.33
5.56
100

Tabel 3. Perolehan skor hasil belajar pada siklus II


No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas


tentang katagori hasil belajar fisika siswa, dapat
digambarkan dalam bentuk histogram sebagai
berikut.
15

8.

Indikator
JumlahNilai
Rata-rata
KKM
Skor Maksimum
Skor Minimum
Jumlah Siswa yang Mesti Diremidi
Jumlah Siswa yang Perlu Diberi
Pengayaan
Prosentase Ketuntasan Belajar

Penc
a
paian
3091
85,86
78
94
76
1
35
94,59

Targe
t
85
78
100
78
0
36
90

Rerata hasil belajar fisika siswa sudah melampaui


target yang ditetapkan. Namun masih terdapat 1
dari 36 siswa perolehan skor di bawah KKM 78.
Maka siswa tersebut harus diremidial pada hari
tertentu dan pada kompetensi dasar yang sama.
Dari hasil observasi pada proses pembelajaran,
bahwa siswa yang belum tuntas tersebut memang
belum dapat berkolaborasi dalam kegiatan belajar
dalam kelompoknya. Pada kegiatan kelompok,
tampaknya mereka tetap pasif dalam berdiskusi
dan pemecahan masalah. Persentase ketuntasan
belajar 94,59% sudah melampaui target 90% yang
direncanakan.
Berdasarkan analisis data dapat dibuat tabel
distribusi frekuensi data hasil belajar fisika siswa
sebagai berikut.

10
5
0

Gambar-1. Histogram siklus I

Tabel
distribusi
frekuensi
dan
histogram
menunjukkan sekitar 16,67 % perolehan skor hasil
belajar fisika siswa berada di sekitar rata-rata,
47,22% di atas rata-rata dan 36,11 % di bawah
rata-rata. Namun masih terdapat 8 siswa (22%)
yang belum mencapai KKM 78. Beberapa aspek
keberhasilan pada siklus I: terjadinya peningkatan
aktivitas belajar siswa, mulai adanya kerja sama
dalam kelompok, meningkatnya motivasi belajar
siswa, dan meningkatnya ketuntasan belajar
secara klasikal.
Kelemahan-kelemahan yang ada dari pelaksanaan
tindakan siklus I adalah: (a) Mengatur tempat
duduk untuk kerja kelompok sangat menyita waktu.
Hal ini disebabkan belum tersedianya ruanganruangan khusus yang memungkinkan secara
langsung dapat digunakan untuk belajar kelompok.
(b) Jumlah siswa yang besar dalam suatu kelas
menyebabkan guru kurang maksimal dalam
mengamati kegiatan belajar, baik secara kelompok
maupun secara perorangan. (c) Masih lambatnya
siswa bekerja dalam menyelesaikan tugas-tugas
yang berkaitan dengan pembelajaran yang
dilakukan. (d) Belum maksimalnya siswa bekerja
sama dalam kelompok.

Tabel 4. Data Kelas Interval pada Siklus II


No
Urut
1
2
3
4
5
Total

Interval
76-79
80-83
84-87
88-91
92-95

Nilai
Tengah
76
81
86
91
96

Frekuensi
Absolut
5
6
8
12
5
36

Frekuensi
Relatif
13.89
16.67
22.22
33.33
13.89
100

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas


tentang katagori hasil belajar fisika siswa, dapat
digambarkan dalam bentuk histogram sesuai
gambar 2 sebagai berikut.
15
10
5
0

2) Pengamatan Siklus II

Gambar 2. Histogram Hasil belajar fisika siswa pada


Siklus II

4. Kesimpulan
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi dan
histogram dapat dilihat bahwa sekitar 22 %
perolehan skor hasil belajar fisika siswa berada di
sekitar rata-rata, 47,22% di atas rata-rata dan
30,56 % di bawah rata-rata, dan masih ada 1
(0,03%) siswa belum mencapai KKM 78.

Berawal dari permasalahan pada rendahnya hasil


belajar fisika siswa kelas X-10 SMA Negeri 1
Denpasar tahun pelajaran 2013/2014, yang telah
dipaparkan pada permasalahan penelitian ini.
Beberapa metode pembelajaran telah dicobakan
namun belum menunjukkan peningkatan hasil
belajar secara signifikan. Untuk mengatasi hal
tersebut peneliti mencobakan penerapan metode
pembelajaran COOL-STAD (Cooperative Learning
Student Teams Achievement Divisions). Yang
diduga dapat peningkatan hasil belajar fisika siswa
kelas X-10.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Pada kondisi awal penelitian diperoleh data hasil
belajar fisika siswa dengan rata-rata 76,56
menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas X10 SMA Ngeri 1 Denpasar dalam mata pelajaran
fisika masih sangat rendah mengingat kriteria
ketuntasan belajar siswa kelas X untuk mata
pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Denpasar adalah
78. Demikian juga ketuntasan belajar klasikal
hanya 62,16%.
Dengan nilai yang sangat rendah seperti itu maka
peneliti mengupayakan untuk dapat meningkatkan
hasil belajar siswa menggunakan metode COOLSTAD (Cooperative Learning Student Teams
Achievement
Divisions).
Akhirnya
dengan
penerapan metode COOL-STAD
yang benar
sesuai teori yang ada, peningkatan rata-rata hasil
belajar siswa pada siklus I dapat diupayakan dan
mencapai rata-rata 83,86. Namun rata-rata
tersebut belum maksimal karena hanya 28 siswa
memperoleh nilai di atas KKM sedangkan yang
lainnya belum mencapai KKM. Sedangkan
prosentase ketuntasan belajar mereka baru
mencapai 75,67. Hal tersebut terjadi akibat
penggunaan metode pembelajaran COOL-STAD
belum dapat dilakukan secara maksimal, karena
metode tersebut baru dicobakan sehingga guru
masih belum mampu melaksanakannya sesua alur
teori yang benar.
Dengan membuat perencanaan yang lebih baik
pada siklus ke II untuk perbaikan hasil belajar
siswa yang lebih maksimal dengan menggunakan
alur dan teori dari metode pembelajaran COOLSTAD
dengan benar dan lebih maksimal.
Disamping itu juga memotivasi siswa agar giat
belajar, memberi arahan-arahan, menuntun
mereka untuk mampu menguasai materi pada
mata fisika lebih optimal. Akhirnya dengan semua
upaya tersebut peneliti mampu meningkatkan hasil
belajar siswa pada siklus II menjadi rata-rata
85,86, dengan ketuntasan belajar 94,59. Hasil
belajar ini sudah melebihi target rata-rata 85 yang
diharapkan pada siklus II dan juga melampaui
ketuntasan yang ditargetkan pada siklus II yaitu
90. Upaya-upaya yang maksimal tersebut
menuntun kepada peneliti pada kesimpulan bahwa
metode pembelajaran COOL-STAD
mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.

Peningkatan hasil belajar fisika siswa dari kondisi


awal, siklus I dan siklus II dapat dibuat tabel
ringkasan sebagai berikut.
Tabel 5. Peningkatan hasil belajar pada kondisi awal,
siklus I dan Siklus II
No
.

Komponen

1.

Nilai siswa di
atas KKM, 78

2.
3.

Nilai rata-rata
Ketuntasan
Belajar klasikal

Kondisi
awal
23
siswa
dari
36
siswa
76,56
62,16%

Siklus I

Siklus II

28 siswa
dari
36 siswa

35 siswa
dari 36
siswa

83,86

80

75,67%)

94,59%.

Berdasarkan
bukti
pencapaian
tujuan
pembelajaran pada tabel ringkasan di atas dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran COOLSTAD dapat dapat meningkatkan hasil belajar
fisika siswa kelas X-10 SMA Negeri 1 Denpasar
tahun pelajaran 2013/2014 .
Berpijak dari temuan penelitian ini, dapat
disampaikan saran-saran sebagai berikut:
Dalam melaksanakan proses pembelajaran pada
mata
fisika
SMA,
penggunaan
metode
pembelajaran COOL-STAD diharapkan menjadi
pilihan dari beberapa metode yang ada, mengingat
metode ini telah terbukti dapat meningkatkan
kerjasama,
partisipasi
aktif,
mengeluarkan
pendapat, bertanya, berdiskusi, berargumentasi
dan lain-lain.
Daftar Pustaka
[1] B.Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran
Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara.
[2]Kemmis, Stephen and Robin McTaggart (eds.),
1988. The action research planner. Victoria,
Australia: Deakin University Press.Press.
[3] Nana Sudjana, 2008. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar,
Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

[4] Nurhadi dan Senduk, Agus Gerrad. 2003.


Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya
dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri
Malang.

[5] Poerwadarminta. 1982. Kamus Besar Bahasa


Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.

You might also like