Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

SURAH AL BAQARAH Ayat 285-286

Daripada Ibni Masud, berkata Ia : Bersabda Junjungan Nabi s.a.w.:


Barangsiapa yang membaca dua ayat daripada akhir surah Al-Baqarah pada malam hari nescaya
mencukupi keduanya akan dia.
Adapun dua ayat tersebut ialah :
1. Firman Allah Taala : ( Aamanar rasuulu bimaa unzila llaihi mir rabbihi wal muminuun.
Kullun aamana billaahi wamalaaikatihi wakutubihii warusulihii laa nufarriqu baina ahadim
mir rusulihii waqaaluu saminaa wa athanaa ghufraanaka rabbanaa wailaikal mashiir).
285. Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga orangorang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan KitabkitabNya, dan Rasul-rasulNya. Mereka berkata lagi: Kami dengar dan kami taat. (Kami pohonkan)
keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali.
2. ( Laa yukallifullaahu nafsan illaa wusahaa lahaa maa kasabat waalaihaa maktasabat.
Rabbanaa laa tu aakhiznaa in nasiinaa au akhtha-naa, rabbanaa walaa tahmil alainaa ishran
kamaa hamal tahuu alal ladziina min qablinaa. Rabbanaa walaa tuhammilnaa maa laa
thaaqata lanaa bih. Wafu annaa waghfir lanaa warhamnaa, anta maulanaa fanshurnaa alal
qaumil kaafiriin.)

286. Allah tidak memberati seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya. Ia mendapat pahala
kebaikan yang di usahakannya, dan ia juga menanggung dosa kejahatan yang diusahakannya. (Mereka
berdoa dengan berkata): Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami
terlupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan
yang berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada
kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak terdaya
memikulnya. Dan maafkanlah kesalahan kami, serta ampunkanlah dosa kami, dan berilah rahmat
kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan
terhadap kaum-kaum yang kafir.
Surah Al-Baqarah (Ayat 285-286)
Makna mencukupi keduanya bagi sesiapa yang membacanya ialah mencukupi kepadanya daripada
melakukan ibadah pada malam hari, atau daripada melakukan bacaan Al-Quran, ataupun dapat
menolak keduanya kejahatan dan bencana syaitan atau manusia dan jin, atau mencukupi untuk
menambah kekuatan iqtikadnya, kerana dua ayat itu ada mengandungi makna iman dan amal secara
ringkas.
Sabda Rasulullah s.a.w:
Barangsiapa membaca dua ayat di akhir surah Al-Baqarah pada malam hari nescaya Allah taala akan
menjaganya dari segala gangguan musuh dan syaitan.
Sabda Rasulullah s.a.w:
Sesungguhnya Allah taala telah mengakhiri surah Al-Baqarah dengan dua ayat yang mana ianya
adalah perbendaharaan Allah di bawah Arasy, maka belajarlah kamu akan ayat itu dan ajarkanlah ia
kepada isteri-isteri kamu dan anak-anak kamu. Maka sesungguhnya ia adalah solat, doa dan Quran.
Keterangan
Surah Al Baqarah.
Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Janganlah kau jadikan rumah-rumahmu
seperti kuburan, sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibaca surat Al Baqarah."
(Diriwayatkan oleh Muslim)
Ayat Kursi.
Dari Ubai bin Ka'ab ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Wahai Abu Munzir, tahukah engkau ayat
manakah dalam Al Qur'an yang paling agung menurutmu?" Aku menjawab, "Allahu laailaaha illa
huwalhayyul qoyyuum (ayat kursi)",
Lalu beliau menepuk dadaku dan bersabda, "Semoga Allah memudahkan ilmu bagimu wahai Abu
Munzir."
(Diriwayatkan oleh Muslim)

ASBABUN NUZUL :
1. Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan lain-lainnya dari Abu Hurairah, katanya, "Tatkala
turun ayat, 'Dan jika kamu melahirkan apa yang terdapat dalam dadamu atau
menyembunyikannya, pastilah akan dihisab oleh Allah.' (Q.S. Al-Baqarah 284) sungguh
terasa berat oleh para sahabat. Mereka datang kepada Rasulullah saw. lalu bersimpuh di atas
kedua lutut mereka, kata mereka, 'Ayat ini telah diturunkan kepada baginda, tetapi kami tidak
sanggup memikulnya', maka Rasulullah saw. bertanya, 'Apakah kalian hendak mengatakan
seperti apa yang diucapkan oleh Ahli Kitab yang sebelum kalian, 'Kami dengar dan kami
langgar?' hendaklah kalian ucapkan, 'Kami dengar dan kami patuhi. Ampunilah kami wahai
Tuhan kami dan kepada-Mu kami akan kembali.' Setelah orang-orang itu berusaha
membacanya hingga lidah-lidah mereka pun menjadi lunak karenanya, maka Allah pun
menurunkan di belakangnya, 'Rasul telah beriman...' (Q.S. Al-Baqarah 285) Sesudah itu ayat
tadi dinasakhkan oleh Allah dengan menurunkan, 'Allah tidak membebani seseorang kecuali
menurut kemampuannya...'" (Q.S. Al-Baqarah 286) Muslim dan lain-lain meriwayatkan pula
seperti di atas dari Ibnu Abbas.
2. Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan lain-lainnya dari Abu Hurairah, katanya, "Tatkala
turun ayat, 'Dan jika kamu melahirkan apa yang terdapat dalam dadamu atau
menyembunyikannya, pastilah akan dihisab oleh Allah.' (Q.S. Al-Baqarah 284) sungguh
terasa berat oleh para sahabat. Mereka datang kepada Rasulullah saw. lalu bersimpuh di atas
kedua lutut mereka, kata mereka, 'Ayat ini telah diturunkan kepada baginda, tetapi kami tidak
sanggup memikulnya', maka Rasulullah saw. bertanya, 'Apakah kalian hendak mengatakan
seperti apa yang diucapkan oleh Ahli Kitab yang sebelum kalian, 'Kami dengar dan kami
langgar?' hendaklah kalian ucapkan, 'Kami dengar dan kami patuhi. Ampunilah kami wahai
Tuhan kami dan kepada-Mu kami akan kembali.' Setelah orang-orang itu berusaha
membacanya hingga lidah-lidah mereka pun menjadi lunak karenanya, maka Allah pun
menurunkan di belakangnya, 'Rasul telah beriman...' (Q.S. Al-Baqarah 285) Sesudah itu ayat
tadi dinasakhkan oleh Allah dengan menurunkan, 'Allah tidak membebani seseorang kecuali
menurut kemampuannya...'" (Q.S. Al-Baqarah 286) Muslim dan lain-lain meriwayatkan pula
seperti di atas dari Ibnu Abbas.
TAFSIR :
1. Surah Al-Baqarah dimulai dengan menerangkan bahwa Alquran tidak ada keraguan padanya
dan juga menerangkan sikap manusia terhadapnya, yaitu ada yang beriman, ada yang kafir
dan ada yang munafik. Selanjutnya disebutkan hukum-hukum salat, zakat, puasa, haji,
pernikahan, jihad, riba, hukum perjanjian dan sebagainya. Ayat ini adalah sebagai ayat
penutup surah Al-Baqarah yang menegaskan sifat Nabi Muhammad saw. dan para
pengikutnya terhadap Alquran itu. Mereka mempercayainya, menjadikannya sebagai
pegangan hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan ayat ini juga

menegaskan akan kebesaran dan kebenaran Nabi Muhammad saw. dan orang-orang yang
beriman, dan menegaskan bahwa hukum-hukum yang tersebut itu adalah hukum-hukum yang
benar.
Dengan ayat ini Allah swt. menyatakan dan menetapkan bahwa Rasulullah saw. dan orang-orang yang
beriman, benar-benar telah mempercayai Alquran, mereka tidak ragu sedikit pun dan mereka
meyakini benar Alquran itu.
Pernyataan Allah swt. ini terlihat pada diri Rasulullah saw. dan pribadi-pribadi orang mukmin, terlihat
pada kesucian dan kebersihan hati mereka, ketinggian cita-cita mereka, ketahanan dan ketabahan hati
mereka menerima cobaan-cobaan dalam menyampaikan agama Allah, sikap mereka di waktu
mencapai kemenangan dan menghadapi kekalahan, sikap mereka terhadap musuh-musuh yang telah
dikuasai, sikap mereka di waktu ditawan dan sikap mereka di waktu memasuki daerah-daerah luar
Jazirah Arab.
Sikap dan watak yang demikian adalah sikap dan watak yang ditimbulkan oleh ajaran-ajaran Alquran
dan ketaatan melaksanakan hukum Allah swt. Inilah yang dimaksud dengan jawaban Aisyah r.a.
ketika ditanya tentang akhlak Nabi Muhammad saw. beliau menjawab:
:
Artinya:
Bukankah engkau selalu membaca Alquran?" Jawabnya: "Ya." Aisyah berkata: "Maka sesungguhnya
akhlak Nabi itu sesuai dengan Alquran."
(HR Muslim)
Seandainya Nabi Muhammad saw. tidak meyakini benar ajaran-ajaran yang dibawanya dan tidak
berpegang kepada kebenaran dalam melaksanakan tugas-tugasnya, tentulah ia dan pengikutnya tidak
akan berwatak demikian. Ia akan ragu-ragu dalam melaksanakan cita-citanya, ragu-ragu menceritakan
kejadian-kejadian umat yang dahulu yang tersebut di dalam Alquran, terutama dalam menghadapi
reaksi orang-orang Yahudi dan Nasrani. Apalagi mengingat bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani
adalah orang yang banyak pengetahuan mereka tentang sejarah purbakala di masa itu, karena itu Nabi
Muhammad selalu memikirkan dan tetap meyakini kebenaran setiap yang akan beliau kemukakan
kepada mereka.
Dalam pada itu orang-orang yang hidup di zaman Nabi, baik pengikut beliau maupun orang-orang
yang mengingkari, semuanya mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang kepercayaan, bukan
seorang pendusta.
Tiap-tiap orang yang beriman itu yakin akan adanya Allah Yang Maha Esa, hanya Dia sendirilah yang
menciptakan makhluk, tidak berserikat dengan sesuatu pun. Mereka percaya kepada kitab-kitab Allah
yang telah diturunkan-Nya kepada para Nabi-Nya, percaya kepada malaikat-malaikat Allah, dan
malaikat yang menjadi penghubung antara Allah swt. dengan rasul-rasul-Nya, pembawa wahyu Allah.
Mengenai keadaan zat, sifat-sifat dan pekerjaan-pekerjaan malaikat itu termasuk ilmu Allah, hanya

Allah swt. yang Maha Tahu. Percaya kepada malaikat merupakan pernyataan percaya kepada Allah
swt.
Dinyatakan pula pendirian kaum muslimin terhadap para rasul, yaitu mereka tidak membeda-bedakan
antara rasul-rasul Allah; mereka berkeyakinan bahwa semua rasul itu sama, baik pengikutnya sedikit
maupun banyak, baik hukum-hukum yang dibawanya ringan atau berat, banyak atau sedikit,
semuanya adalah sama, perbedaan itu disesuaikan dengan keadaan, kesanggupan dan kemaslahatan
umat-umat mereka.
Firman Allah swt.:


(136)
Artinya:
Katakanlah (hai orang-orang mukmin), "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada
kamu dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya dan apa yang
diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak
membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. (Q.S Al
Baqarah: 136)
Dalam pada itu Allah swt. menerangkan bahwa masing-masing rasul itu mempunyai keutamaan
dibandingkan dengan rasul-rasul yang lain. Suatu keutamaan yang dipunyai seorang rasul mungkin
tidak dipunyai oleh rasul yang lain, dan rasul yang lain itu mempunyai keutamaan pula.
Berfirman Allah swt.:



Artinya:
Rasul-rasul itu kami lebihkan sebahagian (dari) mereka atas sebahagian yang lain. (Q.S Al Baqarah:
253)
Ayat ini mengisyaratkan keutamaan umat Islam atas umat-umat lainnya yang membedakan rasul-rasul
Allah. Ada yang mereka percayai dan ada yang tidak mereka percayai. Bahkan sebahagian dari para
rasul itu semasa hidupnya mereka perolok-olokkan.
Allah swt. menerangkan lagi sifat-sifat lain yang dimiliki orang Islam. Yaitu apabila mereka
mendengar sesuatu perintah atau larangan Allah, mereka mendengar dengan penuh perhatian,
melaksanakan perintah-perintah itu, dan menghentikan larangan-larangan-Nya, karena mereka
merasakan kebesaran kekuasaan Allah dan yakin bahwa hanya Allah sajalah yang wajib disembah dan
ditaati.
Oleh karena orang-orang mukmin mempunyai sifat-sifat yang demikian, maka mereka selalu
memanjatkan doa kepada Allah, yaitu: "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah kami
kembali."
Sesungguhnya doa-doa orang-orang yang beriman bukanlah sekedar untuk meminta ampun kepada
Allah swt. atas kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat, bahkan juga memohon ke hadirat Allah

agar selalu diberi-Nya taufik dan hidayat, agar dapat melaksanakan segala perintah-Nya dan
menghentikan segala larangan-Nya.
Dari doa ini dapat dipahami juga bahwa orang-orang yang beriman selalu berusaha melaksanakan
perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya setelah mereka mendengar,
memahami perintah dan larangan itu. Dalam pada itu mereka sadar bahwa mereka seorang manusia
yang tidak sempurna, tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Sekalipun hati dan jiwa mereka telah
berjanji akan melaksanakan perintah dan larangan Allah setelah mendengar dan mmahaminya tetapi
tanpa mereka sadari, mereka sering tersalah, lupa dan lalai, sehingga mereka mengabaikan perintah
dan larangan itu. Sekalipun mereka telah mengetahui bahwa Allah swt. tidak akan menghukum
manusia karena tersalah, lupa dan lalai, tetapi orang-orang yang beriman merasa dirinya wajib
memohon ampun dan bertobat kepada Allah, agar Allah swt. tidak menghukumnya karena perbuatan
yang demikian itu.
Pengaruh iman yang demikian tampak pada tingkah laku sifat-sifat, tindakan dan perbuatan mereka.
Semuanya itu dijuruskan dan diarahkan ke jalan yang diridai Allah. Hal ini dipahami dari pernyataan
mereka: "Hanya kepada Engkaulah kami kembali."
Pernyataan ini mengungkapkan hakekat hidup manusia yang sebenarnya, menggariskan pedoman
hidup dan tujuan akhir yang harus dicapai oleh manusia.
2. Ayat ini menerangkan bahwa dalam mencapai tujuan hidup itu manusia diberi beban oleh
Allah swt. sesuai kesanggupannya, mereka diberi pahala lebih dari yang telah diusahakannya
dan mendapat siksa seimbang dengan kejahatan yang telah dilakukannya.
Dengan ayat ini Allah swt. mengatakan bahwa seseorang dbebani hanyalah sesuai dengan
kesanggupannya. Agama Islam adalah agama yang tidak memberati manusia dengan beban yang berat
dan sukar. Mudah, ringan dan tidak sempit adalah asas pokok dari agama Islam.
Allah berfirman:

Artinya:
....dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.... (Q.S Al Hajj:
78)
Dan firman Allah swt.:

(28)


Artinya:
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah. (Q.S An
Nisa': 28)
Dan firman-Nya pula:

Artinya:

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.... (Q.S Al
Baqarah: 185)
Kemudian Allah swt. menerangkan hasil beban yang telah dibebankan dan dilaksanakan oleh
manusia, yaitu amal saleh yang dikerjakan mereka, maka balasannya akan diterima dan dirasakan oleh
mereka berupa pahala dan surga. Sebaliknya perbuatan dosa yang dikerjakan oleh manusia, maka
hukuman karena mengerjakan perbuatan itu akan dirasakan dan ditanggung pula oleh mereka, yaitu
siksa dan azab di neraka.
Ayat ini mendorong manusia agar mengerjakan perbuatan yang baik serta menunaikan kewajibankewajiban yang telah ditetapkan oleh agama.
Ayat ini memberi pengertian bahwa perbuatan baik itu adalah perbuatan yang mudah dikerjakan
manusia karena sesuai dengan watak dan tabiatnya, sedang perbuatan yang jahat adalah perbuatan
yang sukar dikerjakan manusia karena tidak sesuai dengan watak dan tabiatnya.
Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yang suci dan telah tertanam dalam hatinya jiwa ketauhidan.
Sekalipun manusia oleh Allah swt. diberi persediaan untuk menjadi baik dan persediaan menjadi
buruk, tetapi dengan adanya jiwa tauhid yang telah tertanam dalam hatinya sejak ia masih dalam
rahim ibunya, maka tabiat ingin mengerjakan kebajikan itu lebih nyata dalam hati manusia dibanding
dengan tabiat ingin mengerjakan kejahatan.
Adanya keinginan yang tertanam pada diri seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang baik
akan memberikan kemungkinan baginya untuk mendapat jalan yang mudah dalam mengerjakan
pekerjaan itu apalagi bila ia berhasil dan dapat menikmati usahanya itu, maka dorongan dan semangat
untuk mengerjakan pekerjaan baik yang lain semakin bertambah pada dirinya.
Segala macam pekerjaan jahat adalah pekerjaan yang bertentang dan tidak sesuai dengan tabiat
manusia. Mereka melakukan perbuatan jahat pada mulanya adalah karena terpaksa. Bila ia
mengerjakan perbuatan jahat, maka timbullah pada dirinya semacam rasa takut, selalu khawatir akan
diketahui oleh orang lain. Perasaan ini akan bertambah setiap melakukan kejahatan. Akhirnya
timbullah rasa malas, rasa berdosa pada dirinya dan merasa dirinya dibenci oleh orang lain.
Rasulullah saw. :

Artinya:
Kebaikan itu adalah budi pekerti yang baik, dan dosa itu adalah apa-apa yang tergores di dalam
hatimu sedang engkau tidak suka orang lain mengetahuinya.
(HR Muslim)
Kesukaran yang timbul akibat perbuatan jahat ini akan bertambah terasa oleh manusia bila ia telah
mulai menerima hukuman langsung atau tidak langsung dari perbuatannya itu.

Dari ayat ini juga dipahami pula bahwa seseorang tidak akan menerima keuntungan atau kerugian
disebabkan perbuatan orang lain; mereka tidak akan diazab karena dosa orang lain. Mereka diazab
hanyalah karena kejahatan yang mereka lakukan sendiri.
Allah swt. berfirman:

(39)
( 38)
Artinya:
(Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwasanya
seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (Q.S An Najm: 38-39)
Termasuk usaha manusia ialah anaknya yang saleh yang mendoakannya, sedekah jariyah yang
dikeluarkannya dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat yang diajarkannya.
Rasulullah saw.:
:
Artinya:
Apabila seseorang telah meninggal dunia, putuslah (pahala) amalnya kecuali tiga hal, yaitu anak yang
saleh yang mendoakannya, sedekah jariah, dan ilmu yang bermanfaat.
(HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Setelah Allah swt. menerangkan sifat orang-orang yang beriman dan menyebutkan karunia yang telah
dilimpahkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, yaitu tidak membebani hamba dengan yang tidak
sanggup mereka kerjakan, maka Allah swt. mengajarkan doa untuk selalu dimohonkan kepada-Nya
agar diampuni dari segala dosa karena mengerjakan perbuatan terlarang disebabkan lupa atau
tersalah.
Allah swt. mengajarkan doa kepada hamba-hamba-Nya bukanlah sekedar untuk dibaca dan diulangulang lafaznya saja, melainkan maksudnya ialah agar berdoa itu dibaca dengan tulus ikhlas dengan
sepenuh hati dan jiwa, di samping melakukan segala perintah-Nya dan menghentikan larangan-Nya,
sesuai dengan kesanggupan hamba itu sendiri.
Doa erat hubungannya dengan tindakan dan perbuatan. Tindakan dan perbuatan erat pula
hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Sebab itu orang yang berdoa belumlah dapat dikatakan
berdoa, bila ia tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan serta menjauhi larangan
yang harus dihentikannya. Ia bertindak, berbuat dan beramal haruslah berdasarkan ilmu pengetahuan
itu. Ada amal yang sanggup dikerjakannya dan ada amal yang tidak sanggup dikerjakannya, ada amal
yang dikerjakan dengan sempurna dan ada pula amal yang tidak dapat dikerjakan dengan sempurna.
Untuk menyempurnakan kekurangan ini, maka Allah swt. mengajarkan doa kepada hamba-Nya.
Dengan perkataan lain doa itu menyempurnakan amal yang tidak sanggup dikerjakan dengan
sempurna.
Dari doa yang diajarkan Allah swt. itu dipahami bahwa pada hakekatnya perbuatan terlarang yang
dikerjakan karena lupa atau tersalah ada juga hukumannya dan hukuman itu ditimpakan kepada

pelakunya. Karena itu Allah swt. mengajarkan doa tersebut kepada hamba-Nya agar dia terhindar dari
hukuman itu.
Setelah Allah swt. mengajarkan doa kepada hamba-Nya supaya ia mohonkan ampunan kepada Allah
dari segala perbuatan yang dilakukannya karena lupa dan tersalah, maka Allah swt. mengajarkan doa
yang lain untuk memohon agar ia tidak diberati beban yang berat sebagaimana yang telah dibebankan
Allah swt. kepada orang-orang dahulu. Misalnya kepada Bani Israil pernah dibebankan kewajiban
untuk memotong bahagian pakaian yang kena najis, dan membayar zakat seperempat dari jumlah
harta, dan sebagainya. Kemudian Allah juga mengajarkan doa untuk memohon kepada-Nya agar ia
tidak diberati beban yang tidak sanggup dilaksanakannya.
Doa ini merupakan kabar gembira dari Allah swt. kepada Nabi saw. dan orang yang mengikutinya,
bahwa agama yang dibawa Nabi saw. adalah agama yang mudah, tidak sempit, tidak sulit, bahkan
memudahkan bagi manusia untuk mencapai tujuan hidupnya, yaitu kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
Di antara doa orang-orang yang beriman ini ialah yang berbunyi sebagai berikut: "Ya Allah,
hapuskanlah bekas-bekas kesalahan kami, baik yang telah diampuni maupun yang belum dan
janganlah kami diazab karena dosa perbuatan yang telah kami kerjakan, janganlah kami disiksa
karenanya, berilah kami taufik dan hidayah dalam segala perbuatan kami, sehingga kami dapat
melaksanakan perintah-perintah Engkau dengan mudah."
Pada akhir ayat ini Allah mengajarkan agar memanjatkan doa kepada-Nya, memohon pertolonganNya dalam menghadapi orang-orang kafir. Pertolongan yang dimohonkan di sini ialah pertolongan
agar mencapai kemenangan. Yang dimaksud kemenangan ialah kemenangan dunia dan akhirat, bukan
semata-mata kemenangan dalam peperangan.

You might also like