Professional Documents
Culture Documents
Laporan Fix
Laporan Fix
Stimulus 1
Mrs. Tari, 37 years old, from middle income family, comes to doctor (public health
centre) with chief complain vaginal bleeding. The mother also complains abdominal
cramping. She also missed her period for about 8 weeks. The mother also feels nauseous,
sometimes have vomiting and breast tenderness. Since 1 year ago she complain about vaginal
discharge with smelly odor and sometime accompanied by vulvar itchy. She already have 2
children before and the youngest child is 6 years old. Her husband is a truck driver.
Stimulus 2
In the examintaion findings:
Height = 155cm; weight 50kg; blood presure= 120/80 mmHg; pulse= 80x/m; RR=
20x/m
Palpebral conjunctival looked normal, hyperpigmented breasts.
External examination: abdomen flat and shouffle, symmetric, uterine fundal not
palpable,there is no mass, no pain tenderness and no free fluid sign
Internal examination:
Speculum examination: portio livide, external os open with blood come out from
exterrnal os, there are no cervical erotion, laceration or polyp.
Bimanual examination: cervix is soft, the external os open, no cervical motion
tenderness, uterine size about 8 weeks gestation, both adnexa and parametrium within normal
limit.
Hb 11g/dL; WBC 12000/mm3; ESR 15 mm/jam
Peripheral blood image: WNL
Urine: pregnancy test (BHCG) positive
Klarifikasi Istilah
1. Vaginal Bleeding
2. Abdominal Cramping
3. Nauseous
: perdarahan pervagina
: kontraksi/ keram perut
:sensasi tidak menyenangkan yang secara samar
4. Vomiting
5. Breast tenderness
6. Vaginal discharge
7. Hyperpigmented breasts
8. Portio livide
9. Laceration
10. Polyp
11. Cervical erotion
12. HCG
puncaknya di 12minggu
Identifikasi Masalah
1. Ny. Tari, 37 tahun, dengan keluhan utama perdarahan vagina disertai keram perut.
2. Ia telat haid 8 minggu, mengeluh nausea, kadang muntah dan nyeri payudara.
3. Sejak 1 tahun yang lalu mengeluh vaginal discharge yang berbau dan kadang gatal
pada vulva.
4. Riwayat : Ekonomi menengah
Punya 2 anak
Anak terakhir berumur 6 tahun
Suaminya bekerja sebagai sopir truk
5. Pemeriksaan fisik
Tinggi = 155cm; Berat 50kg; Tekanan darah = 120/80 mmHg; nadi = 80x/m; RR=
20x/m, hyperpigmented breasts.
External examination: abdomen flat and shouffl, symmetric, uterine fundal not
palpable,there is no mass, no pain tenderness and no free fluid sign
Internal examination:
Speculum examination: portio livide, external os open with blood come out from
exterrnal os, there are no cervical erotion, laceration or polyp.
antara lain :
Melekatnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. Hal ini merupakan hal yang
normal terjadi pada masa kehamilan dan biasanya jumlah darah yang keluar sangat
sedikit.
Tejadinya perubahan hormonal tubuh pada masa kehamilan. Jumlah darah yang
keluar sangat sedikit dan biasanya terjadi pada minggu awal kehamilan. Namun, pada
sebagian wanita perdarahan ini ada yang menetap sampai akhir kehamilan.
antara lain :
Abortus / keguguran : keluarnya hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma)
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Perdarahan pervaginam yang terjadi
tumbuh kantung janin saja tanpa ada tanda - tanda pertumbuhan janin didalamnya.
Kehamilan Ektopik : Kehamilan yang terjadi di luar rahim. Gejala pada umumnya
yaitu perdarahan dan nyeri perut hebat.
Mola hidatidosa / Hamil anggur : Kehamilan yang tidak terdapat janin di dalamnya,
melainkan hanya gelembung - gelembung yang berisi darah, berwarna merah
keunguan.
atau
plasenta
tidak
menempel
di
tempat
semestinya.
Selain itu, jaringan rongga panggul dan otot-ototnya pun melemah sejalan
pertambahan usia. Hal ini membuat rongga panggul tidak mudah lagi menghadapi dan
mengatasi komplikasi yang berat, seperti perdarahan. Pada keadaan tertentu, kondisi
hormonalnya tidak seoptimal usia sebelumnya. Itu sebabnya, risiko keguguran,
kematian janin, dan komplikasi lainnya juga meningkat.
4. Bagaimana mekanisme perdarahan pervagina dengan keram perut pada kasus ini?
Perdarahan di dalam desidua basalis iskemianekrosis di jaringan
sekitarnyahasil
konsepsi
terlepasuterus
berkontraksi
mengeluarkan
sisa
digestivus
menurun
motilitas
seluruh
traktus
digestivus
juga
berkurangmekanan lebih lama berada dalam lambung & apa yang telah
serat
syaraf
akibat
penimbunan
lemak,
air
dan
garam
dan
laktoglobulin.
(b) Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara.( Hanifa Wiknjosastro,2002 :95 )
6. Apa saja etiologi dari keluarnya cairan berbau amis dan gatal-gatal di bagian vulva?
Merupakan indikasi suatu vaginitis,infeksi yang sering menyebabkan vaginitis dalah
trikomoniasis, vaginosis bacterial, dan kandidiasis. Penyebab non infeksi adalah atrofi
vagina, alergi atau iritasi bahan kimia.
7. Bagaimana hubungan riwayat 1 tahun yang lalu dengan kasus?
Riwayat 1 tahun lalu vaginal discharge, smelly odor, vulvar itchy infeksi
reproduksi external asenden infeksi gnetalia interna faktor resiko abortus.
8. Bagaimana hubungan riwayat reproduksi dengan kasus?
(a)Memiliki 2 anak Tidak ada riwayat abortus genetik maupun autoimun.
(b)Jarak kehamilan 6 tahun Jarak kehamilan yg lama berhubungan dengan faktor
risiko abortus
Nilai normal
Interpretasi
TB 155 cm, BB 50 kg
BB normal:
Normal
= (155-100)x10%(155-100)
= 55-5,5
= 49,5 kg
TD 120/80 mmHg
60-90/100-140 mmHg
Normal
60-100x/mnt
Normal
Normal
Konjungtiva
terlihat normal
palpebra -
Hiperpigmentasi payudara
Pemeriksaan Luar:
Tanda kehamilan
Normal menyingkirkan
diagnosis KET. Pada KET,
abdomen tegang, ada nyeri
tekan, dan ada tanda cairan
bebas.
Menggunakan spekulum:
Portio livide
Berwarna pink
OUE terbuka dan
OUE tertutup dan fluksus (-)
adanya aliran darah
Tidak ada erosi
serviks, laserasi, dan polip
Pemeriksaan
bimanual/vaginal toucher
Kenyal
Tanda kehamilan
Abnormal,
adanya
perdarahan aktif
tanda
Normal mengindikasikan
bahwa perdarahan bukan dari
serviks
Tanda kehamilan
Serviks
lunak,
OUE terbuka
Tidak ada nyeri
goyang serviks
Ukuran
uterus
sebesar
8
minggu
kehamilan
-
Normal menyingkirkan
diagnosis KET
Normal
perdarahan pervaginam. Perdarahn yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan
berwarna cokelat tua. Selain itu, pada pemeriksaan vaginal ditemukan rasa nyeri saat
serviks digerakkan. Demikian pula kavum Douglas menonjol dan nyeri saat perabaan
serta berisi cairan (darah).
b. Abortus :
1. Abortus iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,
ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik dalam kandungan.
2. Abortus insipiens
Abortus yang sedang mangancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar
dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam
kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
3. Abortus kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri, ostium uteri telah
menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit, pada kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500g.
4. Abortus inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum
uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih
terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang
tersisa.
5. Missed abortion
Embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20
minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
c. Mola hidatidosa
Gejala utama :
- Amnorea
- Tanda kehamilan, mual, muntah, pusing, yang derajat keluhannya lebih hebat
- Perdarahn pervaginam
- Uterus yang lebih besar dari usia kehamilannya
- Tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti balotemen dan detak jantung
-
janin
Pada kehamilan trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik
HBA1c, hiperinsulinemia.
Tes koagulasi kadar fibrinogen.
Tes kadar serum progesteron dan LH.
Analisis kromosom.
Anamnesis
Identitas :
2.
3.
4.
dsb)
- Trauma fisik/ psikis
Kelainan traktus genitalis (inkompetensia uterus, mioma submukosa, retroversi
2.
3.
4.
5.
Faktor embrionik;
6.
Kelainan kromosom;
7.
Antagonis rhesus;
8.
9.
10.
Epidemiologi :
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian
abortus spontan antara 15-20 % dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh
kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tingginya
angka chemical pregnancy loss yang tidak bisa diiketahui pada 2-4 minggu setelah
konsepsi. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun. Dengan
demikian setiap tahun terjadi 500.000-750.000 abortus spontan.
15. Bagaimana patofisiologi pada kasus?
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta
yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi
uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio
rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis
cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih
tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi
saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan
pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat
namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada
dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering
menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14
22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa
saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang
banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus
dan nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo, 2002).
16. Apa saja manifestasi klinis pada kasus?
Perdarahan pervaginam
Kontraksi uterus
Dilatasi serviks
Kadang ditemukan sebagian atau seluruhnya hasil konsepsi.
Diagnosis
Abortus
imminens
Abotus
insipiens
Sedang hingga
banyak
Terbuka
Gejala lain
Plano tes(+)
Kram
Uterus lunak
Kram
uterus lunak
kontraksi makin
lama makin kuat
Abortus
inkomplit
Abortus
komplit
Missed
abortion
Sedikit hingga
banyak
Banyak
Sedikit dan
warna
kehitaman
Terbuka
Lunak
(ostium
terbuka atau
sudah
menutup)
Agak
kenyal dan
ostium
tertutup
Kram
Keluar jaringan
sebagian
Uterus lunak
Sedikit / kram
(-)
Uterus kenyal
Gejala
kehamilan
menghilang
Uterus
tak
membesar
secara manual.
Usia kehamilan kurang dari 16 minggu lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual
Berikan Ergomefiin 0,2 mg intramuscular (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu)
Atau Misoprostol 400 mg per oral (dapat diulang stelah 4 jam bila perlu)
Pemberian Analgetik
Segera lakukan persiapan pengeluaran hasil konsepsi dari uterus, kartena pada abortus
a. Perdarahan
Dapat di atasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfuse darah, kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak di berikan pada waktunya.
b. Perforasi uterus
Dapat terjadi perforasi pada kerokan terutama pada uterus dalam posisi retrofleksi,
jika terjadi perforasi harus segera di lakukan laparatomi.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus. Lebih sering
di temukan pada abortus inkompletus dan abortus buatan yang tanpa memperhatikan
aseptik dan aniseptik.
d. Syok
Keadaan syok dapat di timbulkan oleh bermacam-macam sebab yang terbanyak
adalah syok hipovolemik yaitu adanya kekurangan volume darah yang beredar akibat
perdarahan atau dehidrasi.
19. Bagaimana prognosis pada kasus?
Ibu : dubia et bonam
Janin : dubia et malam
20. Bagaimana kompetensi dokter umum pada kasus?
2
Hipotesis
Mrs. Tari, 37 tahun, mengalami abortus insipiens e.c infeksi dan usia ekstrim.
Kerangka Konsep
Mrs. Tari
Tanda kehamilan
nausea,
Faktor Resiko
Usia 37 tahun ( usia
kadang
ekstrim)
payudara
dengan keluhan
Infeksi
Vulvovaginitis
Perdarahan per
vagina, dan keram
perut
Sintesis
I.
Abortus
3.
terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat saraf sehingga
sangat sensitif
5. Selaput dara (hymen)
Hymen terutama terdiri atas jaringan pengikat elastic dan kolagen yang ditutup
sebelah dalam dan luar oleh epitel gepeng berlapis, tidak ada kelenjar atau elemenelemen otot dan tidak banyak mengandung serabut-serabut saraf. Biasanya hymen
berlubang kecil sampai sebesar ujung jari atau 2 jari. Pada koitus pertama kali
umumnya hymen akan robek pada beberapa tempat dan biasanya pada sebelah
belakang dan kadang-kadang tidak berdarah.
6. Vestibulum
Vestibulum merupakan suatu daerah di antara kedua labia minora kanan kiri
dan meluas dari klitoris sampai frenulum labiorum pudenda. Kurang lebih 1-1,5cm di
bawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum. Tidak jauh dari lubang kemih,
di kiri dan kanan bawahnya, dapat dilihat dua ostia Skene. Saluran Skene analog
dengan kelenjar prostat pada laki-laki.
7. Kelenjar Bartholin
Di kiri dan kanan dekat fossa navikulare terdapat kelenjar Bartholin. Kelenjar
ini berukuran diameter lebih kurang 1 cm, terletak di bawah otot konstriktor kunni.
Pada waktu rangsangan seksual, kelenjar ini mengeluarkan lendir.
8. Bulbus vestibule
Merupakan kumpulan vena yang terletak di bawah selaput lender vestibulum,
dekat ramus os pubis. Bulubus vestibule sebagian tertutup oleh muskulus iskio
kavernosus dan muskulus konstriktor vagina. Secara embriologik, bulbus vestibule
homolog dengan korpus kavernosus. Pada waktu persalinan biasanya kedua bulbus
tertarik ke atas sampai di bawah arkus pubis, kadang-kadang bulbi vestibule dapat
luka dan robek sehingga menimbulkan pendarahan banyak dan hematoma vulvae.
1. Vagina
Vagina merupakan saluran muskulomembranosa yang menghubungkan vulva
dan uterus dan terletak di antara vesika urinaria dan rectum. Di antara vesika urinaria
dan vagina terdapat septum vesikovaginalis, sedang di antara dinding vagina bagian
bawah dan rectum terdapat jaringan ikat septum rektovaginalis. Seperempat bagian
atas dinding vagina belakang terpisah dari rectum oleh kantong rektouterina yang
biasa disebut kavum Douglasi. Dinding kanan dan kiri vagina berhubungan dengan
muskulus levator ani. Di puncak vagina dipisahkan oleh serviks, terbentuk forniks
anterior, posterior dan lateralis kiri dan kanan. Forniks mempunyai arti klinik karena
organ internal pelvis dapat dipalpasi melalui dinding forniks yang tipis. Selain itu,
forniks posterior dapat digunakan sebagai akses masuk ke dalam rongga peritoneum.
Bentuk dalam vagina berlipat-lipat disebut ruggae. Di vagina tidak didapatkan
kelenjar-kelenjar bersekresi. Epitel vagina terdiri atas epitel gepeng tidak bertanduk,
di bawahnya terdapat jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah
Vaskularisasi vagina:
1. Arteria uterine, memberikan vaskularisasi kepada 1/3 vagina bagian atas
2. Arteria vesikalis inferior, memberikan vaskularisasi kepada 1/3 vagina bagian
tengah
3. Arteria hemoroidalis mediana dan arteria pidendus interna yang memberikan
darah ke vagina 1/3 bagian bawah.
Darah kembali melalui pleksus venosus yang mengikuti arteria dan masuk ke
dalam vena hipogastrika.
Limfatisasi vagina:
Getah bening yang berasal dari 2/3 bagian atas vagina akan melalui kelenjar
getah bening di daerah vasa iliaka, sedangkan getah bening yang berasal dari 1/3
bagian bawah akan melalui kelenjar getah bening di region inguinalis.
Inervasi vagina
Sebagian besar vagina merupakan alat yang relative kurang sensitive
2. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah avokad yang sedikit gepeng kea rah depan
belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri
atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5cm, lebar di atas 5,25 cm,
tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25cm. letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah
anteversiofleksio.
Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri, serviks uteri. Corpus uteri
merupakan bagian uterus yang terletak di bawah tuba uterine. Bagian bawah korpus
menyempit yang akan berlanjut sebagai serviks uteri. Serviks menembus dinding
anterior vagina dan terbagi atas portio supravaginalis dan portio vaginalis cervicis
uteri. Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis yang dilapisi oleh
kelenjar-kelenjar torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu
saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum dan pintu di vagina
disebut ostium uteri eksternum.
Ismus adalah bagian uterus antara serviks dan korpus uteri, diliputi oleh
peritoneum viserale yang mudah sekali digeser dari dasarnya atau digerakkan di
daerah plika vesikouterina.
Histologi uterus
Secara histologik dari dalam ke luar, uterus terdiri atas:
1. Tunica mucosa atau endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri.
Endimetrium terdiri atas epitel kuboid, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan
banyak pembuluh darah yang berkelok-kelok.
2. Tunica muscularis atau myometrium yang sangat tebal dan dibentuk oleh otot
polos yang disokong oleh jaringan ikat. Lapisan otot polos uterus di sebelah dalam
berbentuk sirkular dan di sebelah luar longitudinal. Di antara kedua lapisan itu
terdapat lapisan otot oblik berbentuk anyaman
3. Lapisan serosa, yakni peritoneum visceral
Uterus terfiksasi dalam rongga pelvis tetapi terfiksasi dengan baik oleh jaringan
ikat dan ligament yang menyokongnya. Ligament yang memfiksasi uterus adalah
sebagai berikut:
1. Ligamentum kardinal (Mackenrodt)
Yakni ligamentum terpenting yang mencegah uterus tidak turun.
Terdiri dari jaringan ikat tebal yang berjalan dari serviks dan puncak vagina
kea rah lateral dinding pelvis.
2. Ligamentum sakro-uterina
Merupakan ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak
bergerak. Berjalan dari serviks bagian kiri dan kanan ke arah os sacrum.
3. Ligamentum rotundum
Merupakan ligamentun yang menahan uterus dalam antefleksi.
Berjalan dari fundus uteri kiri-kanan ke daerah inguinal
4. Ligamentum latum
Yakni ligamentum yang meliputi tuba. Berjalan dari uterus kea rah
lateral. Untuk memfiksasi uterus ligamentum ini tidak banyak artinya.
5. Ligamentum infundibulo-pelvikum
Yakni ligamentum yang menahan tuba falloppii. Berjalan dari arah
infundibulum ke dinding pelvis.
Vaskularisasi uterus
Uterus diperdarahi oleh arteria uterine yang berasal dari arteria iliaka interna
(disebut juga arteri hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum latum masuk ke
dalam uterus di daerah serviks kira-kira 1,5cm di atas forniks lateralis vagina.
Pembuluh darah lain yang member vaskularisasi ke uterus adalah arteria
Ovarika kiri dan kanan. Arteria ini berjalan dari lateral dinding pelvis melalui
Arteria ovarica yang berasal dari aorta abdominalis setinggi vertebra lumbalis
1
Vena ovarica dextra bermuara ke vena cava inferiot sedangkan vena ovarica
sinistra ke vena renalis sinistra
Persarafan
Persarafan ovarium berasal dari pleksus aorticus dan mengikuti perjalanan arteria
ovarica.
II. ABORTUS
Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan.
Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable
(yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus
sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan
20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu)
Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a.
b.
Kelainan
kromosom,
Lingkungan
sekitar
terutama
tempat
trimosoma
implantasi
dan
monosoma
kurang
sempurna
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Penyebab dari segi Maternal
Penyebab secara umum:
Infeksi akut
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.
Infeksi kronis
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya :
-
hipertensi
nephritis
diabetes
anemia berat
penyakit jantung
toxemia gravidarum
3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan
hiperemia dan abortus
Penyebab dari segi Janin
1. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2. Mola hidatidosa.
3. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua secara
dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin
dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk,
seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum)
janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus.
Manifetasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
badan normal atau meningkat.
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus
Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi,
tidak menonjol dan tidak nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 3 minggu setelah abortus
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah.
Jenis abortus:
Abortus spontan: abortus terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar.
Abortus buatan (pengguguran=aborsi=abortus provokatus)
provokatus therapetik (ab provokatus medisinalis) atas indikasi terapetik/ med
Provokatus kriminalis= aborsi=pengguguran
Abortus spontan
Insidensi 10% dari seluruh kehamilan
PATOLOGI
Perdarahan desidua basalisNekrosis jaringan sekitarHasil konsepsi terlepasUterus
berkontraksi Hasil konsepsi keluar
Jenis dan derajat abortus
D E R A J A T
Diagnosis
Abortus
imminens
Perdarahan
Sedikit hingga
sedang
Serviks
Besar uterus
Gejala lain
Tertutup
Sesuai umur
Plano tes(+)
kehamilan
Kram
Uterus lunak
abortus
insipiens
Sedang hingga
banyak
Terbuka
Sesuai atau
lebih kecil
Abortus
inkomplit
Sedikit hingga
banyak
Terbuka
Lebih kecil
dari umur
kehamilan
Kram Keluar
jaringan Uterus
lunak
Abortus
Sedikit atau
Lunak (terbuka
komplit
tidak
atau tertutup
ada
Missed
abortion
III.
Sedikit dan
warna
kehitaman
Agak kenyal
dan
tertutup
umur
kehamilan
Uterus kenyal
Infeksi Vulvovaginitis
Secara definisi keputihan adalah cairan tubuh (bukan darah) yang keluar dari organ
reproduksi wanita. Keadaan ini dapat bersifat fisiologis atau patologis. Keputihan yang
fisiologis dapat timbul saat terjadi perubahan siklus hormonal, seperti sebelum pubertas,
stress psikologis, sebelum dan setelah datang bulan, kehamilan, saat menggunakan
kontrasepsi hormonal, atau saat menopause (Moctar R, 1986).
Keputihan sudah menjadi masalah yang banyak ditemui para wanita. Penyebabnya mulai
dari bakteri, jamur, parasit, sampai dengan virus. Selain itu masuknya benda asing dalam
vagina, kanker dan menopause, juga dapat menjadi penyebab datangnya keputihan. Dari
upaya menghilangkan gejala, memberantas
dari
lingkungan, air tak bersih, pemakaian tampon atau panty liner berkesinambungan. Semua
ini potensial membawa jamur, bakteri, virus, dan parasit:
a. Jamur Candida
Warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal pada vagina.
Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang.
Biasanya, kehamilan,
penyakit kencing manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi
pemicu. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat Candida karena saat
persalinan tanpa sengaja menelan cairan ibunya yang menderita penyakit tersebut.
b. Parasit Trichomonas Vaginalis
Ditularkan lewat hubungan
Cairan
keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir.
Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina nyeri bila ditekan.
c. Kuman (bakteri)
Bakteri Gardnella-Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan
keabuan, berair, berbuih, dan berbau amis. Juga menyebabkan peradangan vagina tak
spesifik. Biasanya mengisi penuh
sel-sel epitel vagina berbentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan
diubah Menjadi senyawa amin bau amis,berwarna keabu-abuan.
Beberapa jenis bakteri lain juga memicu munculnya penyakit kelamin.
Gonococcus, atau lebih dikenal dengan nama GO. Warnanya kekuningan,
yang
sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung kuman
Neisseria gonorrhoea. Kuman ini mudah mati setelah terkena sabun, alkohol, deterjen,
dan sinar matahari. Cara penularannya melalui senggama.
Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit kelamin, seperti
condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai tumbuhnya kutil-kutil yang sangat
banyak disertai cairan berbau. Ini sering pula menjangkiti wanita hamil. Sedang virus
herpes ditularkan lewat hubungan badan. Bentuknya seperti luka melepuh, terdapat di
sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan terasa panas. Gejala keputihan
akibat virus juga bisa menjadi faktor pemicu kanker rahim.
e. Chlamydia trachomatis, kuman ini sering menyebabkan penyakit mata trakhoma.
Ditemukan di cairan vagina dengan pewarnaan Diemsa.
f. Treponema pallidium, adalah penyebab penyakit kelamin sifilis. Penyakit ini dapat
terlihat sebagai kutil-kutil kecil di liang senggama dan bibir kemaluan (Mims, 2004).
Hal lain yang juga dapat menyebabkan keputihan antara lain:
pemakaian tampon vagina, celana dalam terlalu ketat, alat kontrasepsi, rambut yang tak
sengaja masuk ke vagina, pemakaian antibiotika yang terlalu lama dan lain-lain. Kanker
leher rahim juga dapat menyebabkan keputihan.
Patogenesis
Keputihan yang fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedang pada keputihan yang
patologik terdapat banyak leukosit.
Keputihan yang fisiologik dapat ditemukan pada:
Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; ini disebabkan oleh pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh dari estrogen;keputihan
disini dapat menghilang dengan sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan kecemasan pada
orang tua.
Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudat dari dinding vagina.
Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih
encer.
Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis
uteri.
Mekanisme keputihan patologis
Di dalam vagina terdapat berbagai bakteri, 95 persen adalah bakteri lactobacillus dan
selebihnya bakteri patogen (bakteri yang menyebabkan penyakit). Dalam keadaan
ekosistem vagina yang seimbang, bakteri patogen tidak akan mengganggu. Peran penting
dari bakteri dalam flora vaginal adalah untuk menjaga derajat keasaman (pH) agar tetap
pada level normal. Dengan tingkat keasaman tersebut, lactobacillus akan tumbuh subur
dan bakteri patogen akan mati. Pada kondisi tertentu, kadar pH bisa berubah menjadi
lebih tinggi atau lebih rendah dari normal. Jika pH vagina naik menjadi lebih tinggi dari
4,2 (kurang asam), maka jamur akan tumbuh dan berkembang. Akibatnya, lactobacillus
akan kalah dari bakteri patogen.( Greer, Cameron, Mangowan, 2003.)
Gejala klinis
Ciri-ciri dari cairan lendir yang normal adalah berwarna putih encer, bila menempel pada
celana dalam maka warnanya kuning terang, konsistensinya seperti lendir (encer kental)
tergantung dari siklus hormon, tidak berbau dan tidak menimbulkan keluhan.
Sebaliknya, bila terjadi gejala antara lain: gatal pada organ intim perempuan, rasa
terbakar, kemerahan, nyeri selama berhubungan intim, nyeri saat berkemih, keluar cairan
berlebihan dari organ intim perempuan (baik berlendir ataupun bercampur darah), dan
berbau.
Daftar Pustaka
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Gibbs, Ronald S. 2008. Danforth's Obstetrics and Gynecology, 10th Ed. Lippincott Williams
& Wilkins.
Mirzanie, Hanifah., Desy Kurniawati. 2009. Obgynacea. Yogyakarta : TOSCA Enterprise.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta..
Prawirohardjo, Sarwono, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono.2006. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisologi Manusia dari sel ke system. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Supono. 1985. Ilmu Kebidanan Bab I Fisiologi. Palembang : FK Unsri.
Supono. 1985. Ilmu Kebidanan Bab II Patologi. Palembang : FK Unsri.