Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 31

Skenario C Blok 17

Stimulus 1
Mrs. Tari, 37 years old, from middle income family, comes to doctor (public health
centre) with chief complain vaginal bleeding. The mother also complains abdominal
cramping. She also missed her period for about 8 weeks. The mother also feels nauseous,
sometimes have vomiting and breast tenderness. Since 1 year ago she complain about vaginal
discharge with smelly odor and sometime accompanied by vulvar itchy. She already have 2
children before and the youngest child is 6 years old. Her husband is a truck driver.
Stimulus 2
In the examintaion findings:
Height = 155cm; weight 50kg; blood presure= 120/80 mmHg; pulse= 80x/m; RR=
20x/m
Palpebral conjunctival looked normal, hyperpigmented breasts.
External examination: abdomen flat and shouffle, symmetric, uterine fundal not
palpable,there is no mass, no pain tenderness and no free fluid sign
Internal examination:
Speculum examination: portio livide, external os open with blood come out from
exterrnal os, there are no cervical erotion, laceration or polyp.
Bimanual examination: cervix is soft, the external os open, no cervical motion
tenderness, uterine size about 8 weeks gestation, both adnexa and parametrium within normal
limit.
Hb 11g/dL; WBC 12000/mm3; ESR 15 mm/jam
Peripheral blood image: WNL
Urine: pregnancy test (BHCG) positive

Klarifikasi Istilah
1. Vaginal Bleeding
2. Abdominal Cramping
3. Nauseous

: perdarahan pervagina
: kontraksi/ keram perut
:sensasi tidak menyenangkan yang secara samar

4. Vomiting
5. Breast tenderness
6. Vaginal discharge
7. Hyperpigmented breasts
8. Portio livide
9. Laceration
10. Polyp
11. Cervical erotion
12. HCG

mengacu pada epigastrium dan abdomen


: muntah
: nyeri tekan payudara
: cairan yang keluar dari dinding vagina
: perubahan warna areolar yang lebih gelap
: portio berwarna kebiruan (tanda kemungkinan hamil)
: Luka robek
: massa yang menonjol dari membran mukosa
: luka lecet di daerah serviks
:Hormon chorionic gonadotropintanda kehamilan

puncaknya di 12minggu

Identifikasi Masalah
1. Ny. Tari, 37 tahun, dengan keluhan utama perdarahan vagina disertai keram perut.
2. Ia telat haid 8 minggu, mengeluh nausea, kadang muntah dan nyeri payudara.
3. Sejak 1 tahun yang lalu mengeluh vaginal discharge yang berbau dan kadang gatal
pada vulva.
4. Riwayat : Ekonomi menengah
Punya 2 anak
Anak terakhir berumur 6 tahun
Suaminya bekerja sebagai sopir truk
5. Pemeriksaan fisik
Tinggi = 155cm; Berat 50kg; Tekanan darah = 120/80 mmHg; nadi = 80x/m; RR=
20x/m, hyperpigmented breasts.
External examination: abdomen flat and shouffl, symmetric, uterine fundal not
palpable,there is no mass, no pain tenderness and no free fluid sign
Internal examination:
Speculum examination: portio livide, external os open with blood come out from
exterrnal os, there are no cervical erotion, laceration or polyp.

Bimanual examination: cervix is soft, the external os open, no cervical motion


tenderness, uterine size about 8 weeks gestation, both adnexa and parametrium
within normal limit.
6. Pemeriksaan Laboratorium
Hb 11g/dL; WBC 12000/mm3; ESR 15 mm/jam
Peripheral blood image: WNL
Urine: pregnancy test (HCG) positive
Analisis Masalah
1. Apa saja etiologi perdarahan pervagina pada kehamilan muda?
Secara umum :
Factor genetic
Kelainan congenital uterus
Autoimun
Defek fase luteal
Infeksi
Hematologic
Lingkungan
Penyebab perdarahan pervaginam yang tidak berbahaya pada ibu hamil trimester 1,
-

antara lain :
Melekatnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. Hal ini merupakan hal yang
normal terjadi pada masa kehamilan dan biasanya jumlah darah yang keluar sangat

sedikit.
Tejadinya perubahan hormonal tubuh pada masa kehamilan. Jumlah darah yang
keluar sangat sedikit dan biasanya terjadi pada minggu awal kehamilan. Namun, pada

sebagian wanita perdarahan ini ada yang menetap sampai akhir kehamilan.

Penyebab perdarahan pervaginam yang berbahaya pada ibu hamil trimester 1,


-

antara lain :
Abortus / keguguran : keluarnya hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma)
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Perdarahan pervaginam yang terjadi

biasanya disertai nyeri perut.


Blighted ovum : suatu kehamilan yang tidak berkembang sempurna, yaitu hanya

tumbuh kantung janin saja tanpa ada tanda - tanda pertumbuhan janin didalamnya.
Kehamilan Ektopik : Kehamilan yang terjadi di luar rahim. Gejala pada umumnya
yaitu perdarahan dan nyeri perut hebat.

Mola hidatidosa / Hamil anggur : Kehamilan yang tidak terdapat janin di dalamnya,
melainkan hanya gelembung - gelembung yang berisi darah, berwarna merah
keunguan.

2. Apa hubungan usia ibu dengan keluhan?


Mrs. Tari usia 37 tahun, resiko abortus semakin tinggi dengan semakin bertambahnya
usia ibu. Insiden abortus dengan trisomi meningkat dengan bertambahnya usia ibu.
Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1 : 80, pada usia diatas 35 tahun karena angka
kejadian kelainan kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun
(Prawirohardjo, 2009). Usia Produktif adalah 20-35 tahun, jika usia lebih dari 35
tahun, organ reproduksi sudah tidak maksimal, sel terlur yang dihasilkan sudah
kurang berkualitas sehingga meningkatkan resiko bayi lahir cacat, down syndrome
dll. Meningkatnya usia juga membuat kondisi dan fungsi rahim menurun. Salah satu
akibatnya adalah jaringan rahim tak lagi subur. Padahal, dinding rahim tempat
menempelnya plasenta. Kondisi ini memunculkan kecenderungan terjadinya plasenta
previa

atau

plasenta

tidak

menempel

di

tempat

semestinya.

Selain itu, jaringan rongga panggul dan otot-ototnya pun melemah sejalan
pertambahan usia. Hal ini membuat rongga panggul tidak mudah lagi menghadapi dan
mengatasi komplikasi yang berat, seperti perdarahan. Pada keadaan tertentu, kondisi
hormonalnya tidak seoptimal usia sebelumnya. Itu sebabnya, risiko keguguran,
kematian janin, dan komplikasi lainnya juga meningkat.

3. Apa saja etiologi keram perut pada kehamilan?


Rasa keram pada perut, terutama perut bagian bawah biasanya disebabkan oleh:
1. Infeksi saluran kencing
2. Kontraksi pada rahim seperti mau melahirkan, biasanya akibat stres fisik atau psikis
yang berlebihan.
3. Sembelit. Ini cukup sering terjadi pada ibu hamil karena kadar hormon progesteron
yang tinggi dalam darah.
Sedangkan kondisi kram perut yang timbul dengan disertai perdarahan
pervaginam pada kehamilan muda merupakan tanda warning dari kemungkinan
adanya berbagai macam gangguan pada kehamilan (solusio plasenta, ectopic
pregnancy, abortus, dll). Penyebab lainnya adalah kista ovarium saat kehamilan,
salphingitis akut, apendisitis akut, retensio urin akut, perforasi usus, dan ruptur organ
(hati, limpa, dll)

4. Bagaimana mekanisme perdarahan pervagina dengan keram perut pada kasus ini?
Perdarahan di dalam desidua basalis iskemianekrosis di jaringan
sekitarnyahasil

konsepsi

terlepasuterus

berkontraksi

mengeluarkan

sisa

konsepsiabdominal cramping dan vaginal bleeding


5. Bagaimana Interpretasi dan mekanisme dari telat haid 8 minggu, mual, muntah dan
payudara kencang?
Interpretasi dari keluhan tsb adalah merupakan tanda-tanda kehamilan
Telat haidapabila telah terjadi konsepsi (kehamilan) maka akan terjadi
peningkatan estrogen & progesterone pada lapisan endometrium yang akan

mempertahan endometrium agar tidak luruh & menjadi tempat implantasi


Mual muntah (emesis gravidarum):
pada TM 1 kehamilan terjadi peningkatan kadar estrogen & HCGtonus-tonus
otot

digestivus

menurun

motilitas

seluruh

traktus

digestivus

juga

berkurangmekanan lebih lama berada dalam lambung & apa yang telah

dicernakan lebih lama dalam usus mual muntah


Payudara kencang : pengaruh hormone estrogen,progesterone &somatomotropin
Estrogen berfungsi :
a. Menimbulkan hipertrofi system saluran payudara.
b. Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara
tampak makin besar.
c. Tekanan

serat

syaraf

akibat

penimbunan

lemak,

air

dan

garam

menyebabkan rasa sakit pada payudara


Progesterone:
(a) Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.
(b) Menambah sel asinus.
Somomamotropin:
(a) Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin

dan

laktoglobulin.
(b) Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara.( Hanifa Wiknjosastro,2002 :95 )
6. Apa saja etiologi dari keluarnya cairan berbau amis dan gatal-gatal di bagian vulva?
Merupakan indikasi suatu vaginitis,infeksi yang sering menyebabkan vaginitis dalah
trikomoniasis, vaginosis bacterial, dan kandidiasis. Penyebab non infeksi adalah atrofi
vagina, alergi atau iritasi bahan kimia.
7. Bagaimana hubungan riwayat 1 tahun yang lalu dengan kasus?

Riwayat 1 tahun lalu vaginal discharge, smelly odor, vulvar itchy infeksi
reproduksi external asenden infeksi gnetalia interna faktor resiko abortus.
8. Bagaimana hubungan riwayat reproduksi dengan kasus?
(a)Memiliki 2 anak Tidak ada riwayat abortus genetik maupun autoimun.
(b)Jarak kehamilan 6 tahun Jarak kehamilan yg lama berhubungan dengan faktor
risiko abortus

9. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?


Hasil pemeriksaan

Nilai normal

Interpretasi

TB 155 cm, BB 50 kg

BB normal:

Normal

= (155-100)x10%(155-100)
= 55-5,5
= 49,5 kg
TD 120/80 mmHg

60-90/100-140 mmHg

Normal

Denyut nadi 80x/menit

60-100x/mnt

Normal

Laju pernafasan 20x/menit 16-24x/menit

Normal

Konjungtiva
terlihat normal

Normal tidak ada tanda


anemia

palpebra -

Hiperpigmentasi payudara

Pemeriksaan Luar:

abdomen datar dan lemas,


simetris, fundus uteri tidak
teraba, tidak ada massa,
tidak ada nyeri tekan, dan
tidak ada tanda cairan
bebas
Pemeriksaan Dalam

Tanda kehamilan

Normal menyingkirkan
diagnosis KET. Pada KET,
abdomen tegang, ada nyeri
tekan, dan ada tanda cairan
bebas.

Menggunakan spekulum:
Portio livide
Berwarna pink
OUE terbuka dan
OUE tertutup dan fluksus (-)
adanya aliran darah
Tidak ada erosi
serviks, laserasi, dan polip

Pemeriksaan
bimanual/vaginal toucher

Kenyal

Tanda kehamilan
Abnormal,
adanya
perdarahan aktif

tanda

Normal mengindikasikan
bahwa perdarahan bukan dari
serviks

Tanda kehamilan

Serviks
lunak,
OUE terbuka
Tidak ada nyeri
goyang serviks
Ukuran
uterus
sebesar
8
minggu
kehamilan
-

Normal menyingkirkan
diagnosis KET

Kedua adneksa dan


parametrium dalam batas
normal

Normal

Besar uterus sesuai dengan


umur
kehamilan

menyingkirkan diagnosis mola


hidatidosa (ukuran uterus
lebih besar daripada usia
kehamilan)

10. Apa diagnosis banding kasus ini?


Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda kemungkinan besar disebabkan oleh
abortus atau kehamilan ektopik.
a. Kehamilan ektopik :
Gambaran klinik kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak khas, dan penderita
maupun dokternya biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan,
sampai terjadinya abortus tuba atau rupture tuba. Pada umumnya penderita akan
menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda, dan mungkin merasa nyeri sedikit di
perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan ditemukan
uterus membesar dan lembek serta mengalami pembesaran yang tidak sesuai dengan
usia kehamilan. Seringkali dijumpai masa tumor/massa di daerah adneksa. Apabila
kehamilan ektopik mengalami penyulit maka akan timbul gejala khas yaitu timbulnya
gejala sakit perut mendadak yang kemudian disusul dengan syok atau pingsan (vital
sign tidak normal). Ini adalah petanda khas terjadinya kehamilan ektopik terganggu.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu, diikuti dengan

perdarahan pervaginam. Perdarahn yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan
berwarna cokelat tua. Selain itu, pada pemeriksaan vaginal ditemukan rasa nyeri saat
serviks digerakkan. Demikian pula kavum Douglas menonjol dan nyeri saat perabaan
serta berisi cairan (darah).
b. Abortus :
1. Abortus iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,
ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik dalam kandungan.
2. Abortus insipiens
Abortus yang sedang mangancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar
dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam
kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
3. Abortus kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri, ostium uteri telah
menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit, pada kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500g.
4. Abortus inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum
uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih
terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang
tersisa.
5. Missed abortion
Embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20
minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
c. Mola hidatidosa
Gejala utama :
- Amnorea
- Tanda kehamilan, mual, muntah, pusing, yang derajat keluhannya lebih hebat
- Perdarahn pervaginam
- Uterus yang lebih besar dari usia kehamilannya
- Tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti balotemen dan detak jantung
-

janin
Pada kehamilan trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik

11. Bagaimana Interpretasi pemeriksaan laboratorium?


Hb = 11 g/dL normal.
o Nilai normal Hb masa kehamilan adalah 12-15 g/dL. Dikatakan anemia bila
Hb TS1 n TS3 : kurang dari 11g/dL. Dan TS2 : kurang dari 10,5 g/dL.

WBC = 12.000/mm3 Meningkat Infeksi.


o Selama kehamilan leukosit akan meningkat 5.000-12.000/l, mencapai
puncak pada saat persalinan dan masa nifas berkisar 14.000-16.000/l,

etiologi belum diketahui.


ESR = 15mm/hour normal. Nilai normal ESR adalah 0-15mm/hour.
Peripheral Blood Image WNL (within normal limit) normal.
Urine : Pregnancy test (-HCG) + positif hamil.
o Normal wanita tidak hamil : < 5 IU/l(internatinoal units per liter)
Ibu hamil :
- 24-28hari setelah haid terakhir 5-100 IU/L
- 4-5 minggu (1bulan) setelah haid terakhir 5-100 IU/L
- 5-6 minggu setelah haid terakhir 100-10.000 IU/L
- 14-16 minggu (4bulan) setelah haid terakhir 12.000-270.000 IU/L
-

3.000 50.000 IU/L.


TS 3 1.000-50.000 IU/L
Perempuan pasca menopause < 10 IU/L.

12. Apa saja pemeriksaan penunjang yang diperlukan ?


Pada kasus ini :
Kultur servical, titer virus dan serum antibodi.
USG dan doppler denyut jantung janin dapat menentukan apakah janin masih
hidup, membantu menentukan kelainan organik (anensefalus), kemungkinan
blighted ovum, dapat melihat bentuk dan ukuran dari uterus serta mengetahui
apakah inkompeten uterus.
Kasus tertentu pemeriksaan penunjang yang dilakukan tergantung dari etiologinya,
seperti:

Abnormalitas endokrin, misal Hipotiroid TSH, FT3 n FT4. Diabetes Melitus

HBA1c, hiperinsulinemia.
Tes koagulasi kadar fibrinogen.
Tes kadar serum progesteron dan LH.
Analisis kromosom.

13. Apa working diagnosis dan bagaimana cara mendiagnosis?


Diagnosis :
1.
-

Anamnesis
Identitas :

Usia : 37 tahun (G3P2A1), usia anak termuda = 6 tahun


TB = 155 cm, BB = 50 kg
Berasal dari keluarga pendapatan menengah, suami bekerja sebagai supir truk
- Riwayat penyakit umum : (-)
- Riwayat obstetrik : dua kali melahirkan anak normal
- Riwayat ginekologik : sejak satu tahun lalu mengeluh vaginal discharge yang
berbau dan kadang disertai gatal pada vulva. Riwayat pengobatan tidak
dikatakan.
- Riwayat haid : telat haid sudah 8 minggu
- Keluhan sekarang : terjadi perdarahan dan keram perut
2. Pem. Fisik
- Pada pemeriksaan ditemuan tanda-tanda kehamilan, seperti : patudara
hiperpigmentasi, mual muntah, payudara terasa kencang
- Pada pemeriksaan khusus (internal dan bimanual) : ditemukan portio livide,
servix lunak, ukuran uterus sekitar 8 minggu kehamilan
- Pertanda dari abortus : abdominal cramping, perdarahan, OUE terbuka
3. Pem. Lab
- Pada kasus dijelaskan bahwa Ny. Tari positif hamil, dan juga ditemukan
leukositosis (WBC 12.000 g/dl) yang memperkuat kecurigaan infeksi yang
didapatkan dari anamnesis (kemungkinan etiologi abortus)
4. USG (jika dilakukan USG, akan ditemukan seperti di bawah ini)
- Pembesaran uterus sesuai dengan umur kehamilan
- Gerak janin dan denyut jantung masih jelas walau sudah mulai tidak normal
- Terlihat penipisan serviks uterus atau pembukaannya.
- Kadang terlihat pelepasan plasenta dari dinding uterus.

14. Bagaimana etiologi, faktor resiko dan epidemiologinya?


Etiologi
1.

Kelainan perkembangan zigot

2.
3.

- Kel. Kromosom (degenerasi ova, trisomi, poliploidi, kelainan kromosom seks)


- Lingkungan endometrium kurang optimal
- Pengaruh teratogen (radiasi, virus, dsb)
Kelainan plasenta
Faktor maternal
- Penyakit infeksi (TORCH, lysteria, mycoplasma, dsb)
- Gangguan nutrisi berat
- Penyakit sistemik kronis (Tuberculosis, obesitas dan DM, penyakit ginjal,
penyakit hati, malaria, anemia berat)
- Alkohol / perokok (aktif maupun pasif)
- Gangguan imunologis

- Hormonal (defisiensi progesteron, gangguan fungsi tiroid, hiperandrogenisme,

4.

dsb)
- Trauma fisik/ psikis
Kelainan traktus genitalis (inkompetensia uterus, mioma submukosa, retroversi

uteri gravidi inkarserata, infeksi kronis pada adneksa dan endometrium)


Faktor Resiko
1.

Faktor kelainan ovum: degenerasi hidatid villi;

2.

Faktor ibu: penderita anomali kongenital, kelainan letak uterus, kurangnya


persiapan uterus, distorsio uterus, peregangan uterus terlalu cepat (kehamilan
mola, gemeli);

3.

Gangguan sirkulasi plasenta: penderita nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum,


anomali plasenta;

4.

Penyakit ibu: penyakit infeksi, keracunan, malnutrisi, gangguan metabolisme,


penyakit kardiovaskuler;

5.

Faktor embrionik;

6.

Kelainan kromosom;

7.

Antagonis rhesus;

8.

Korpus luteum terlalu cepat atrofi atau faktor serviks;

9.

Rangsangan kontraksi uterus: laparotomi, terkejut, uterotonika, dan

10.

Faktor bapak: umur, penyakit kronis (TBC, anemi, jantung, keracunan,


malnutrisi).

Epidemiologi :
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian
abortus spontan antara 15-20 % dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh
kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tingginya
angka chemical pregnancy loss yang tidak bisa diiketahui pada 2-4 minggu setelah
konsepsi. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun. Dengan
demikian setiap tahun terjadi 500.000-750.000 abortus spontan.
15. Bagaimana patofisiologi pada kasus?

Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta
yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi
uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio
rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis
cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih
tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi
saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan
pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat
namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada
dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering
menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14
22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa
saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang
banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus
dan nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo, 2002).
16. Apa saja manifestasi klinis pada kasus?

Secara umum manifes abortus adalah :

Perdarahan pervaginam
Kontraksi uterus
Dilatasi serviks
Kadang ditemukan sebagian atau seluruhnya hasil konsepsi.

Diagnosis
Abortus
imminens

Manifestasi abortus berdasarkan jenisnya


Perdarahan
Serviks
Besar uterus
Sedikit hingga
Tertutup
Sesuai umur
sedang
kehamilan

Abotus
insipiens

Sedang hingga
banyak

Terbuka

Sesuai atau lebih


kecil

Gejala lain
Plano tes(+)
Kram
Uterus lunak
Kram
uterus lunak
kontraksi makin
lama makin kuat

Abortus
inkomplit

Abortus
komplit

Missed
abortion

Sedikit hingga
banyak

Banyak

Sedikit dan
warna
kehitaman

Terbuka

Lunak
(ostium
terbuka atau
sudah
menutup)
Agak
kenyal dan
ostium
tertutup

Lebih kecil dari


umur kehamilan

Lebih kecil dari


umur kehamilan

Lebih kecil dari


umur kehamilan

Kram
Keluar jaringan
sebagian
Uterus lunak
Sedikit / kram
(-)
Uterus kenyal
Gejala
kehamilan
menghilang
Uterus
tak
membesar

17. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ?


Penatalaksanaan :
- Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan
-

selama 36 jam dengan diberikan morfin


Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul

dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.


Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose
5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai

terjadi abortus komplit.


Antibiotika profilaksis : Ampisilin i.v sebelum tindakan kuretase.
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta

secara manual.
Usia kehamilan kurang dari 16 minggu lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi

vakum manual
Berikan Ergomefiin 0,2 mg intramuscular (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu)
Atau Misoprostol 400 mg per oral (dapat diulang stelah 4 jam bila perlu)
Pemberian Analgetik
Segera lakukan persiapan pengeluaran hasil konsepsi dari uterus, kartena pada abortus

insipiens kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi


Dianjurkan kepada pasien untuk rawat inap

18. Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi?


Komplikasi yang berbahaya pada abortus:

a. Perdarahan
Dapat di atasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfuse darah, kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak di berikan pada waktunya.
b. Perforasi uterus
Dapat terjadi perforasi pada kerokan terutama pada uterus dalam posisi retrofleksi,
jika terjadi perforasi harus segera di lakukan laparatomi.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus. Lebih sering
di temukan pada abortus inkompletus dan abortus buatan yang tanpa memperhatikan
aseptik dan aniseptik.
d. Syok
Keadaan syok dapat di timbulkan oleh bermacam-macam sebab yang terbanyak
adalah syok hipovolemik yaitu adanya kekurangan volume darah yang beredar akibat
perdarahan atau dehidrasi.
19. Bagaimana prognosis pada kasus?
Ibu : dubia et bonam
Janin : dubia et malam
20. Bagaimana kompetensi dokter umum pada kasus?
2
Hipotesis
Mrs. Tari, 37 tahun, mengalami abortus insipiens e.c infeksi dan usia ekstrim.

Kerangka Konsep
Mrs. Tari

Tanda kehamilan
nausea,

Faktor Resiko
Usia 37 tahun ( usia

kadang

ekstrim)

muntah dan nyeri

payudara

dengan keluhan

Infeksi
Vulvovaginitis

Perdarahan per
vagina, dan keram
perut

Sintesis
I.

Abortus

ANATOMI SISTEM REPRODUKSI WANITA


Organ reproduksi perempuan terbagi atas :

1. Organ genitalia eksterna (bagian untuk sanggama)


2. Organ genitalia interna (bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan sel telur,
transportasi blastokist, implantasi dan tumbuh kembang janin).

3.

Organ genitalia eksterna


Organ genitalia eksterna biasa disebut vulva, meliputi sebua organ yang tampak dari
luar dan terdapat di antara os pubis dan perineum. Vulva terdiri atas:
1. Mons veneris atau mons pubis
Mons pubis adalah jaringan lemak yang menonjol pada bagian depan simfisis
pubis yang setelah pubertas akan ditutup oleh rambut kemaluan yang umumnya
berbentuk segitiga dengan dasar pada tepi atas simfisis dan meluas ke bawah sampai
sisi luar labia mayora.
2. Labia mayora
Merupakan jaringan lemak yang menonjol dari mons pubis ke bawah
belakang, dimana bagian kanan dan kiri labia mayora bertemu membentuk komissura
posterior. Labia mayora analog dengan skrotum pada pria. Bagian luar labia mayora
menyerupai kulit biasa. Di bawah kulit terdapat jaringan pengikat padat yang banyak
mengandung serabut elastic dan jaringan lemak dengan pleksus venosus, tetapi tidak
terdapat elemen-elemen otot. Pleksus venosus ini dapat pecah karena trauma dan
membentuk hematoma.
3. Labia minora
Merupakan lipatan pipih yang terletak di sebelah medial labia mayora. Ke
depan kedua labia minora bertemu di atas klitoris membentuk preputium klitoridis
dan yang di bawah klitoris membentuk frenulum. Ke belakang kedua labia ini juga
bersatu dan membentuk fossa naviculare, yang tampak utuh pada perempuan yang
belum melahirkan dan tampak tebal dan tidak rata pada perempuan yang pernah
melahirkan,
Labia minora ditutup epitel gepeng berlapis dengan tonjolan-tonjolan papil,
dan mengandung banyak glandula sebasea serta ujung-ujung saraf yang menyebabkan
labia minora sangat sensitif
4. Klitoris
Tertutup oleh preputium klitoridis yang terdiri atas glans klitoridis, korpus
klitoridis dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoris

terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat saraf sehingga
sangat sensitif
5. Selaput dara (hymen)
Hymen terutama terdiri atas jaringan pengikat elastic dan kolagen yang ditutup
sebelah dalam dan luar oleh epitel gepeng berlapis, tidak ada kelenjar atau elemenelemen otot dan tidak banyak mengandung serabut-serabut saraf. Biasanya hymen
berlubang kecil sampai sebesar ujung jari atau 2 jari. Pada koitus pertama kali
umumnya hymen akan robek pada beberapa tempat dan biasanya pada sebelah
belakang dan kadang-kadang tidak berdarah.
6. Vestibulum
Vestibulum merupakan suatu daerah di antara kedua labia minora kanan kiri
dan meluas dari klitoris sampai frenulum labiorum pudenda. Kurang lebih 1-1,5cm di
bawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum. Tidak jauh dari lubang kemih,
di kiri dan kanan bawahnya, dapat dilihat dua ostia Skene. Saluran Skene analog
dengan kelenjar prostat pada laki-laki.
7. Kelenjar Bartholin
Di kiri dan kanan dekat fossa navikulare terdapat kelenjar Bartholin. Kelenjar
ini berukuran diameter lebih kurang 1 cm, terletak di bawah otot konstriktor kunni.
Pada waktu rangsangan seksual, kelenjar ini mengeluarkan lendir.
8. Bulbus vestibule
Merupakan kumpulan vena yang terletak di bawah selaput lender vestibulum,
dekat ramus os pubis. Bulubus vestibule sebagian tertutup oleh muskulus iskio
kavernosus dan muskulus konstriktor vagina. Secara embriologik, bulbus vestibule
homolog dengan korpus kavernosus. Pada waktu persalinan biasanya kedua bulbus
tertarik ke atas sampai di bawah arkus pubis, kadang-kadang bulbi vestibule dapat
luka dan robek sehingga menimbulkan pendarahan banyak dan hematoma vulvae.

Organ genitalia interna

1. Vagina
Vagina merupakan saluran muskulomembranosa yang menghubungkan vulva
dan uterus dan terletak di antara vesika urinaria dan rectum. Di antara vesika urinaria
dan vagina terdapat septum vesikovaginalis, sedang di antara dinding vagina bagian
bawah dan rectum terdapat jaringan ikat septum rektovaginalis. Seperempat bagian
atas dinding vagina belakang terpisah dari rectum oleh kantong rektouterina yang
biasa disebut kavum Douglasi. Dinding kanan dan kiri vagina berhubungan dengan
muskulus levator ani. Di puncak vagina dipisahkan oleh serviks, terbentuk forniks
anterior, posterior dan lateralis kiri dan kanan. Forniks mempunyai arti klinik karena
organ internal pelvis dapat dipalpasi melalui dinding forniks yang tipis. Selain itu,
forniks posterior dapat digunakan sebagai akses masuk ke dalam rongga peritoneum.
Bentuk dalam vagina berlipat-lipat disebut ruggae. Di vagina tidak didapatkan
kelenjar-kelenjar bersekresi. Epitel vagina terdiri atas epitel gepeng tidak bertanduk,
di bawahnya terdapat jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah
Vaskularisasi vagina:
1. Arteria uterine, memberikan vaskularisasi kepada 1/3 vagina bagian atas
2. Arteria vesikalis inferior, memberikan vaskularisasi kepada 1/3 vagina bagian
tengah
3. Arteria hemoroidalis mediana dan arteria pidendus interna yang memberikan
darah ke vagina 1/3 bagian bawah.
Darah kembali melalui pleksus venosus yang mengikuti arteria dan masuk ke
dalam vena hipogastrika.
Limfatisasi vagina:

Getah bening yang berasal dari 2/3 bagian atas vagina akan melalui kelenjar
getah bening di daerah vasa iliaka, sedangkan getah bening yang berasal dari 1/3
bagian bawah akan melalui kelenjar getah bening di region inguinalis.
Inervasi vagina
Sebagian besar vagina merupakan alat yang relative kurang sensitive
2. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah avokad yang sedikit gepeng kea rah depan
belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri
atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5cm, lebar di atas 5,25 cm,
tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25cm. letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah
anteversiofleksio.
Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri, serviks uteri. Corpus uteri
merupakan bagian uterus yang terletak di bawah tuba uterine. Bagian bawah korpus
menyempit yang akan berlanjut sebagai serviks uteri. Serviks menembus dinding
anterior vagina dan terbagi atas portio supravaginalis dan portio vaginalis cervicis
uteri. Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis yang dilapisi oleh
kelenjar-kelenjar torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu
saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum dan pintu di vagina
disebut ostium uteri eksternum.
Ismus adalah bagian uterus antara serviks dan korpus uteri, diliputi oleh
peritoneum viserale yang mudah sekali digeser dari dasarnya atau digerakkan di
daerah plika vesikouterina.
Histologi uterus
Secara histologik dari dalam ke luar, uterus terdiri atas:
1. Tunica mucosa atau endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri.
Endimetrium terdiri atas epitel kuboid, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan
banyak pembuluh darah yang berkelok-kelok.
2. Tunica muscularis atau myometrium yang sangat tebal dan dibentuk oleh otot
polos yang disokong oleh jaringan ikat. Lapisan otot polos uterus di sebelah dalam

berbentuk sirkular dan di sebelah luar longitudinal. Di antara kedua lapisan itu
terdapat lapisan otot oblik berbentuk anyaman
3. Lapisan serosa, yakni peritoneum visceral
Uterus terfiksasi dalam rongga pelvis tetapi terfiksasi dengan baik oleh jaringan
ikat dan ligament yang menyokongnya. Ligament yang memfiksasi uterus adalah
sebagai berikut:
1. Ligamentum kardinal (Mackenrodt)
Yakni ligamentum terpenting yang mencegah uterus tidak turun.
Terdiri dari jaringan ikat tebal yang berjalan dari serviks dan puncak vagina
kea rah lateral dinding pelvis.
2. Ligamentum sakro-uterina
Merupakan ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak
bergerak. Berjalan dari serviks bagian kiri dan kanan ke arah os sacrum.
3. Ligamentum rotundum
Merupakan ligamentun yang menahan uterus dalam antefleksi.
Berjalan dari fundus uteri kiri-kanan ke daerah inguinal
4. Ligamentum latum
Yakni ligamentum yang meliputi tuba. Berjalan dari uterus kea rah
lateral. Untuk memfiksasi uterus ligamentum ini tidak banyak artinya.
5. Ligamentum infundibulo-pelvikum
Yakni ligamentum yang menahan tuba falloppii. Berjalan dari arah
infundibulum ke dinding pelvis.

Vaskularisasi uterus
Uterus diperdarahi oleh arteria uterine yang berasal dari arteria iliaka interna
(disebut juga arteri hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum latum masuk ke
dalam uterus di daerah serviks kira-kira 1,5cm di atas forniks lateralis vagina.
Pembuluh darah lain yang member vaskularisasi ke uterus adalah arteria
Ovarika kiri dan kanan. Arteria ini berjalan dari lateral dinding pelvis melalui

ligamentum infundibulo-pelvikum mengikuti tuba falloppii. Bersama-sama kembali


melalui pleksus vena hipogastrika.
Aliran limfe
Pembuluh limfe dari fundus uteri berjalan bersama arteria ovarica dan
mengalirkan limfe ke nodi para aortic setinggi vertebra L1. Pembuluh limfe dari
corpus uteri dan serviks uteri bermuada ke nodi iliaci interni dan nodi iliaci eksterni.
Beberapa pembuluh limfe mengikuti ligamentum teres uteri di dalam canalis
inguinalis dan mengalirkan cairan limfe ke nodi inguinalis superficiales.
Inervasi
Saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari pleksus hipogastrikus inferior
3. Tuba fallopi, terdiri atas:
1. Pars interstitialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus
2. Pars ismika, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya
3. Pars ampularis, yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat
konsepsi terjadi
4. Infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka kea rah abdomen dan
memiliki fimbrae
Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum visceral yang merupakan bagian dari
ligamentum latum.
4. Ovarium
Mesovarium menggantung ovarium di bagian ligamentum latum kanan dan
kiri. Ukurannya kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira
4cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5cm. pinggir atasnya berhubungan dengan
mesovarium tempat ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut
saraf untuk ovarium sedangkan pinggir bawahnya bebas. Ujung ovarium yang lebih
rendah berhubungan dengan uterus melalui ligamentum ovarii propium. Bagian
ligamentum latum yang terletak antara perlekatan mesovarium dan dinding lateral
pelvis disebut ligamentum suspensorium ovarii.
Ovarium biasanya terletak di depan dinding lateral pelvis pada lekukan yang
disebut fossa ovarica. Fossa ini dibatasi di atas oleh arteria dan vena iliaca eksterna
serta di belakang oleh arteria dan vena iliaca interna.
Vaskularisasi ovarium

Arteria ovarica yang berasal dari aorta abdominalis setinggi vertebra lumbalis

1
Vena ovarica dextra bermuara ke vena cava inferiot sedangkan vena ovarica
sinistra ke vena renalis sinistra

Persarafan
Persarafan ovarium berasal dari pleksus aorticus dan mengikuti perjalanan arteria
ovarica.
II. ABORTUS
Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan.
Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable
(yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus
sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan
20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu)
Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a.
b.

Kelainan

kromosom,

Lingkungan

sekitar

terutama
tempat

trimosoma
implantasi

dan

monosoma

kurang

sempurna

c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alcohol


2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.

4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Penyebab dari segi Maternal
Penyebab secara umum:

Infeksi akut
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.

Infeksi kronis
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya :
-

hipertensi

nephritis

diabetes

anemia berat

penyakit jantung

toxemia gravidarum

5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.


6. Trauma fisik.

Penyebab yang bersifat lokal:


1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.

3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan
hiperemia dan abortus
Penyebab dari segi Janin
1. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2. Mola hidatidosa.
3. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua secara
dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin
dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk,
seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum)
janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus.
Manifetasi Klinis

Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.

Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
badan normal atau meningkat.

Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi

Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus

Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi,
tidak menonjol dan tidak nyeri.

Pemeriksaan Penunjang

Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 3 minggu setelah abortus

Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion


Komplikasi

Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi

Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah.

Jenis abortus:
Abortus spontan: abortus terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar.
Abortus buatan (pengguguran=aborsi=abortus provokatus)
provokatus therapetik (ab provokatus medisinalis) atas indikasi terapetik/ med
Provokatus kriminalis= aborsi=pengguguran
Abortus spontan
Insidensi 10% dari seluruh kehamilan
PATOLOGI
Perdarahan desidua basalisNekrosis jaringan sekitarHasil konsepsi terlepasUterus
berkontraksi Hasil konsepsi keluar
Jenis dan derajat abortus
D E R A J A T
Diagnosis
Abortus
imminens

Perdarahan
Sedikit hingga
sedang

Serviks

Besar uterus

Gejala lain

Tertutup

Sesuai umur

Plano tes(+)

kehamilan

Kram
Uterus lunak

abortus
insipiens

Sedang hingga
banyak

Terbuka

Sesuai atau
lebih kecil

Kram uterus lunak

Abortus
inkomplit

Sedikit hingga
banyak

Terbuka

Lebih kecil
dari umur
kehamilan

Kram Keluar
jaringan Uterus
lunak

Abortus

Sedikit atau

Lunak (terbuka

Lebih kecil dari Sedikit/kram (-)

komplit

tidak

atau tertutup

ada

Missed
abortion

III.

Sedikit dan
warna
kehitaman

Agak kenyal
dan
tertutup

umur
kehamilan

Uterus kenyal

Lebih kecil dari Gejala kehamilan


umur
menghilang
kehamilan
Uterus tak membesar

Infeksi Vulvovaginitis
Secara definisi keputihan adalah cairan tubuh (bukan darah) yang keluar dari organ
reproduksi wanita. Keadaan ini dapat bersifat fisiologis atau patologis. Keputihan yang
fisiologis dapat timbul saat terjadi perubahan siklus hormonal, seperti sebelum pubertas,
stress psikologis, sebelum dan setelah datang bulan, kehamilan, saat menggunakan
kontrasepsi hormonal, atau saat menopause (Moctar R, 1986).
Keputihan sudah menjadi masalah yang banyak ditemui para wanita. Penyebabnya mulai
dari bakteri, jamur, parasit, sampai dengan virus. Selain itu masuknya benda asing dalam
vagina, kanker dan menopause, juga dapat menjadi penyebab datangnya keputihan. Dari
upaya menghilangkan gejala, memberantas

penyebab dan mencegah, pencegahan

merupakan upaya efektif (Moctar, 1986).


Etiologi
a) Penyebab non patologis.
b) Saat menjelang menstruasi atau setelah menstruasi.
c) Rangsangan Seksual, saat wanita hamil
d) Stress, baik fisik maupun psikologis
Keputihan bisa karena banyak hal. Benda asing, luka pada vagina, kotoran

dari

lingkungan, air tak bersih, pemakaian tampon atau panty liner berkesinambungan. Semua
ini potensial membawa jamur, bakteri, virus, dan parasit:

a. Jamur Candida
Warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal pada vagina.
Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang.

Biasanya, kehamilan,

penyakit kencing manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi

pemicu. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat Candida karena saat
persalinan tanpa sengaja menelan cairan ibunya yang menderita penyakit tersebut.
b. Parasit Trichomonas Vaginalis
Ditularkan lewat hubungan

seks, perlengkapan mandi, atau bibir kloset.

Cairan

keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir.
Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina nyeri bila ditekan.
c. Kuman (bakteri)
Bakteri Gardnella-Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan
keabuan, berair, berbuih, dan berbau amis. Juga menyebabkan peradangan vagina tak
spesifik. Biasanya mengisi penuh
sel-sel epitel vagina berbentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan
diubah Menjadi senyawa amin bau amis,berwarna keabu-abuan.
Beberapa jenis bakteri lain juga memicu munculnya penyakit kelamin.
Gonococcus, atau lebih dikenal dengan nama GO. Warnanya kekuningan,

yang

sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung kuman
Neisseria gonorrhoea. Kuman ini mudah mati setelah terkena sabun, alkohol, deterjen,
dan sinar matahari. Cara penularannya melalui senggama.
Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit kelamin, seperti
condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai tumbuhnya kutil-kutil yang sangat
banyak disertai cairan berbau. Ini sering pula menjangkiti wanita hamil. Sedang virus
herpes ditularkan lewat hubungan badan. Bentuknya seperti luka melepuh, terdapat di
sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan terasa panas. Gejala keputihan
akibat virus juga bisa menjadi faktor pemicu kanker rahim.
e. Chlamydia trachomatis, kuman ini sering menyebabkan penyakit mata trakhoma.
Ditemukan di cairan vagina dengan pewarnaan Diemsa.
f. Treponema pallidium, adalah penyebab penyakit kelamin sifilis. Penyakit ini dapat
terlihat sebagai kutil-kutil kecil di liang senggama dan bibir kemaluan (Mims, 2004).
Hal lain yang juga dapat menyebabkan keputihan antara lain:

pemakaian tampon vagina, celana dalam terlalu ketat, alat kontrasepsi, rambut yang tak
sengaja masuk ke vagina, pemakaian antibiotika yang terlalu lama dan lain-lain. Kanker
leher rahim juga dapat menyebabkan keputihan.
Patogenesis
Keputihan yang fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedang pada keputihan yang
patologik terdapat banyak leukosit.
Keputihan yang fisiologik dapat ditemukan pada:
Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; ini disebabkan oleh pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh dari estrogen;keputihan
disini dapat menghilang dengan sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan kecemasan pada
orang tua.
Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudat dari dinding vagina.
Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih
encer.
Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis
uteri.
Mekanisme keputihan patologis
Di dalam vagina terdapat berbagai bakteri, 95 persen adalah bakteri lactobacillus dan
selebihnya bakteri patogen (bakteri yang menyebabkan penyakit). Dalam keadaan
ekosistem vagina yang seimbang, bakteri patogen tidak akan mengganggu. Peran penting
dari bakteri dalam flora vaginal adalah untuk menjaga derajat keasaman (pH) agar tetap
pada level normal. Dengan tingkat keasaman tersebut, lactobacillus akan tumbuh subur
dan bakteri patogen akan mati. Pada kondisi tertentu, kadar pH bisa berubah menjadi
lebih tinggi atau lebih rendah dari normal. Jika pH vagina naik menjadi lebih tinggi dari
4,2 (kurang asam), maka jamur akan tumbuh dan berkembang. Akibatnya, lactobacillus
akan kalah dari bakteri patogen.( Greer, Cameron, Mangowan, 2003.)
Gejala klinis

Ciri-ciri dari cairan lendir yang normal adalah berwarna putih encer, bila menempel pada
celana dalam maka warnanya kuning terang, konsistensinya seperti lendir (encer kental)
tergantung dari siklus hormon, tidak berbau dan tidak menimbulkan keluhan.
Sebaliknya, bila terjadi gejala antara lain: gatal pada organ intim perempuan, rasa
terbakar, kemerahan, nyeri selama berhubungan intim, nyeri saat berkemih, keluar cairan
berlebihan dari organ intim perempuan (baik berlendir ataupun bercampur darah), dan
berbau.

Daftar Pustaka

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Gibbs, Ronald S. 2008. Danforth's Obstetrics and Gynecology, 10th Ed. Lippincott Williams
& Wilkins.
Mirzanie, Hanifah., Desy Kurniawati. 2009. Obgynacea. Yogyakarta : TOSCA Enterprise.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta..

Prawirohardjo, Sarwono, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono.2006. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisologi Manusia dari sel ke system. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Supono. 1985. Ilmu Kebidanan Bab I Fisiologi. Palembang : FK Unsri.
Supono. 1985. Ilmu Kebidanan Bab II Patologi. Palembang : FK Unsri.

You might also like