Professional Documents
Culture Documents
Halal, Haram, Syubhat
Halal, Haram, Syubhat
) :
.
Dari Abu Abdullah An Numan bin Basyir Radhiallahu Anhuma, dia
berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Aalihi wa Sallam
bersabda:
Sesungguhnya yang halal adalah jelas dan yang haram juga jelas dan
di antara keduanya terdapat perkara yang samar, kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya. Barangsiapa yang menghindar dari yang samar maka dia
telah menjaga agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang
terjatuh dalam perkara yang samar maka dia telah terjatuh dalam perkara
yang haram, seperti penggembala yang berada dekat di pagar milik orang
lain dikhawatiri dia masuk ke dalamnya. Ketahuilah setiap raja memeliki
pagar (aturan), aturan Allah adalah larangan-laranganNya. Sesungguhnya di
dalam tubuh terdapat segumpal daging jika dia baik maka baiklah seluruh
jasad itu, jika dia rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah itu adalah
hati. (HR. Bukhari dan Muslim)
Takhrij Hadits:
-
Imam
Imam
Imam
Imam
"
"
"
"
" "
"
. "
Kami meriwayatkan dari Abu Daud As Sijistani Rahimahullah bahwa dia
berkata: Dasar-dasar sunah dalam setiap perilaku ada pada empat hadits.
Pertama, hadits Umar bin Al Khathab dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
bahwa Beliau bersabda: Sesungguhnya amal itu bersama dengan niatnya
dan setiap manusia akan mendapatkan nnilai sesuai apa yang diniatkannya.
Kedua, hadits An Numan bin Bisyir dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
bahwa Beliau bersabda: Perkara halal itu sudah jelas, dan yang haram sudah
jelas, di antara keduanya ada yang masih samar, maka barang siapa yang
menghindar dari yang samar berarti dia telah menjaga agama dan
kehormatan dirinya.
Ketiga, hadits dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
bahwa Beliau bersabda: Di antara bagusnya keislaman seseorang adalah dia
meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.
Keempat, hadits dari Sahl bin Saad As Saidi dari Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam bahwa Beliau bersabda: Zuhudlah kamu di dunia niscaya Allah akan
mencintaimu dan zuhudlah kamu terhadap apa-apa yang dimiliki manusia
niscaya manusia akan mencintaimu. ( Imam Ibnu Abdil Bar, At Tamhid,
9/201)
2.Hadits ini menyebutkan bahwa hukum ada tiga macam:
a.
nama kun-yahnya.
:
An Numan bin Bisyir, ini adalah nama aslinya, An
Numan anak dari Bisyir.
An Numan dilahirkan tahun kedua hijriyah, Sedangkan Bukhari
mengatakan dia lahir pada tahun hijrah. Dia termasuk shigharush shahabah
(sahabat nabi yang junior). Dia mendengarkan hadits langsung dari Nabi
Shallalahu alaihi wa Sallam. Banyak para tabiin yang meriwayatkan hadits
darinya. Dalam hidupnya dia pernah menjadi amir (gubernur)nya Muawiyah
di Kufah, pernah juga jadi Hakim di Damaskus, dan memimpin di kota Himsh.
Dia wafat akhir tahun 64 Hijriyah, karena di bunuh oleh Khalid bin Khala. Ada
juga yang mengatakan dibunuh oleh penduduk Himsh karena dia mengajak
berbaiat kepada Ibnu Zubeir untuk memberontak melawan khalifah. ( Imam
Adz Dzahabi, Siyar Alam An Nubala, 3/412. Cet. 9. 1993M-1413H.
Muasasah Ar Risalah)
: semoga Allah meridhai keduanya, yakni An Numan
dan ayahnya yakni Bisyir.
Bisyir adalah Basyir bin Saad, orang Anshar dari suku Khazraj.
Pemimpin yang berilmu di masyarakatnya, dan termasuk syuhada Badar.
:
Dia (An Numan) berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda:
Ini menunjukkan bahwa An Numan bin Bisyir mendapatkan hadits ini
secara langsung dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tanpa perantara.
Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan
kepadamu. (QS. Al Baqarah (2): 57)
Halalnya semua hewan laut, Allah Taala berfirman:
Dari Anas bin Malik Radhiallahu Anhu, bawah Nabi Shallallahu Alaihi
wa Sallam bersabda:
Lakukan apa saja (kepada mereka), kecuali menggaulinya. ( HR.
Muslim No. 302, Ibnu Hibban No. 1362, Ahmad No. 12354, 13576,
Ibnu Majah No. 644, dengan lafaz: kecuali jima)
Halalnya daging dua bangkai (ikan dan belalang). Dari Abu Hurairah
Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda
tentang laut:
Air laut suci, dan halal bangkainya. ( HR. Abu Daud No. 83, Ibnu
Majah No. 386)
Hadits lain dari Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma, katanya:
5
:
Dihalalkan bagi kami dua bangkai dan dua darah; ada pun dua
bangkai yakni belalang dan ikan, dan dua darah adalah hati dan limpa. ( HR.
Ibnu majah No. 3314, Ahmad No. 5723. Syaikh Syuaib Al Arnauth
mengatakan; hasan, sebenarnya sanad hadits ini dhaif karena
Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, seorang rawi yang dhaif. Namun,
hadits ini banyak jalur lain yang menguatkannya. Syaikh Al Albani
menshahihkannya. Lihat As Silsilah Ash Shahihah No. 1118, Misykah
Al Mashabih No. 4232)
Tentang halalnya dhabb (biawak gurun), Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda dalam Shahih Muslim dan lainnya:
Bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengangkat
tangannya (menolak) darinya. Ditanyakan: Apakah biawak itu haram ya
Rasulullah? Beliau menjawab: Tidak, tetapi itu bukan makanan di negeri
saya, makanan ini membuat aku mual. ( Semua hadits ini shahih, lihat
Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 6/430. Mawqi Ruh Al Islam)
-
Yang dihalalkan karena tidak ada dalil yang mengatakan HARAM, Imam
Asy Syaukani mengatakan ketika menafsirkan Al Baqarah ayat 29:
Di dalamnya ada dalil bahwa hukum asal dari segala sesuatu ciptaan
adalah mubah (boleh) sampai tegaknya dalil yang menunjukkan perubahan
hukum asal ini. Tidak ada perbedaan antara hewan-hewan atau selainnya,
dari apa-apa yang dengannya membawa manfaat, bukan kerusakan. ( Fathul
Qadir, 1/64. Mawqi Ruh Al Islam)
Berkata Imam Muhammad At Tamimi Rahimahullah:
Bahwa segala sesuatu yang didiamkan oleh syari (pembuat syariat),
maka hal itu dimaafkan (mubah), tidak boleh bagi seorang pun untuk
mengharamkan,
atau
mewajibkan,
atau
menyunnahkan,
atau
memakruhkan. ( Imam Muhammad At Tamimi, Arbau Qawaid Taduru
Al Ahkam Alaiha, Hal. 3)
:
Yang haram itu jelas,yaitu keharaman yang yakin, pasti,
tegas dan tidak ada keraguan.
1. Yang haram sesuai penjelasan Al Quran, seperti haramnya khamr,
judi, makanan untuk berhala, mengundi nasib.
Allah Taala
berfirman:
Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin
(yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). (QS. An Nisa (4):92)
Haramnya babi, bangkai, darah, sembelihan bukan untuk Allah. Allah
Taala berfirman:
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain
Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia
tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada
dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Al Baqarah (2):173), dan lain sebagainya.
Mencela seorang muslim adalah fasiq dan membunuhnya adalah
kufur. ( HR. Bukhari No. 48,5687, 6665, Muslim No. 116, At Tirmidzi
No. 2771, 2772, Ibnu Majah No. 3939, 3940. Ahmad No. 3647, Ibnu
Hibban No. 5939, Al Khathib dalam At Tarikh, 13/158, dari jalur
Yahya. Ath Thayalisi No. 248, Abu Awanah, 1/24. Ath Thahawi dalam
Syarh Musykilul Atsar, 1/365, Ibnu Mandah No. 654, 655, dan lainlain)
Haramnya mendatangi dan percaya kepada peramal/dukun/paranormal.
Dari sebagian isterinya, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
Barangsiapa yang mendatangi peramal atau dukun dan membenarkan
apa yang dikatakannya, maka dia telah kafir terhadap agama yang
diturunkan kepada Muhammad. ( HR. Al Baihaqi dalam Sunannya No.
1627, 16274. Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 15, katanya shahih
sesuai syarat Bukhari dan Muslim. Abu Yaala dalam Musnadnya No.
5408, dari Ibnu Masud)
Haramnya penangkal/jimat. Dari Abdullah bin Masud Radhiallahu Anhu,
bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
Bab Haramnya
melukis Lukisan Hewan dan Haramnya
memanfaatkan sesuatu yang terdapat lukisan yang tidak usang,
baik di permadani atau semisalnya. Dan, malaikat Alaihimussalam
tidaklah masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat lukisan dan
anjing.
Hadits-hadits shahih tentang ini sangat banyak, baik yang menyebutkan
Shuurah (lukisan) atau Tamaatsil (patung). Namun, dikecualikan lukisan yang
selain makhluk bernyawa.
Dan lain-lainnya.
3. Yang Haram karena kaidah-kaidah, walau pun di Al Quran dan As
Sunnah tidak disebutkan pengharamannya secara khusus dan
manthuq (tersurat):
Setiap minuman yang memabukkan adalah haram. Dari Aisyah
Radhiallahu Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
1540, Ibnu Majah No. 3386, Ibnu Hibban No. 5345, At Tirmidzi No.
1925, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 24)
Jadi walau pun minuman tersebut tidak berakohol tetapi memabukkan
tetap haram apapun nama, merk, dan istilah minuman itu walau dinamakan
jamu dan suplemen.
Haramnya makan hewan buas, taring, cakar tajam, Dari Ibnu Abbas
Radhiallahu Anhu, dia berkata:
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang memakan semua
binatang buas yang memiliki taring, dan burung yang memiliki cakar. ( HR.
Muslim No. 1934, Abu Daud No. 3803, Ad Darimi No. 1982, Al Baihaqi
dalam As Sunan Al Kubra No. 92, 19141, Abu Yala dalam Musnadnya
No. 357, dari jalur Ali bin Abi Thalib, juga No. 2690. Ahmad No. 2194)
Imam Ibnu Mundzir Rahimahullah mengatakan:
.
Umumnya, para ulama telah ijma(sepakat), bahwa semua yang
memiliki bertaring dari binatang buas adalah haram. ( Kitabul Ijma No.
740)
4. Haramnya perbuatan merusak dan membahayakan diri sendiri.
Allah Taala berfirman:
..dan janganlah kamu menjatuhkan
kebinasaan .. (QS. Al Baqarah (2): 195)
dirimu
sendiri
ke
dalam
Jangan melakukan dharar (kerusakan, kebinasaan), dan jangan
menjadi rusak. ( HR. Ahmad No. 2865, Syaikh Syuaib Al Arnauth
mengatakan: hasan. Malik dalam Al Muwaththa No. 1429, Al Baihaqi
dalam As Sunan Al Kubra No. 11657, 11166, 20230. Ad Daruquthni
No. 83, 288)
Dari ayat dan hadits ini maka para ulama menetapkan keharaman
perilaku apa pun yang merusak diri sendiri dan orang lain, walau secara
tekstual hal tersebut tidak disebutkan namanya; seperti rokok, ganja, dan
NAZA.
10
mengetahuinya
.
13
14
mengetahuinya
:
:
.
.
Yaitu perkara syubhat ini, banyak (katsir) manusia yang tidak
mengetahuinya dan banyak juga yang mengetahuinya, maka banyak yang
tidak tahu dan banyak yang tahu. Tidak dikatakan: lebih banyak manusia
(aktsar) yang tidak mengetahuinya, seandainya dikatakan: lebih banyak
manusia yang tidak mengetahuinya, maka yang tahu sedikit. Jadi, ucapan
Nabi: Banyak manusia yang tidak mengetahuinya, baik karena sedikitnya
ilmu mereka, sedikit pemahaman mereka, dan karena terbatasnya
pengetahuan mereka. ( Syarhul Arbain, Hal. 107)
Sementara dalam riwayat Imam At Tirmidzi tertulis:
.
Banyak manusia yang tidak tahu, manakah yang halal itu dan mana
yang haram. ( HR. At Tirmidzi No. 1205, katanya: hasan shahih)
: berarti ia telah menyelamatkan
Yaitu dia telah menjaga hubungan antara dirinya dengan Allah Taala
dan hubungan antara dirinya di hadapan manusia. Berkata Syaikh Utsaimin
Rahimahullah:
15
:
.
Bagi agamanya yaitu antara dirinya dengan Allah Taala. Dan, Bagi
kehormatannya yaitu antara dirinya dan manusia. Karena perkara syubhat
jika dikerjakan manusia, maka manusia akan membicarakan kehormatannya
dengan mengatakan: orang ini mengerjakan ini dan mengerjakan itu. Dan
demikian juga antara dirinya dan Allah Taala. ( Syarhul Arbain An
Nawawiyah, Hal. 107)
Syaikh Ismail Al Anshari Rahimahullah mengatakan:
:
: .
. : .
Menyelamatkan agama yaitu melakukan pemutusan terhadap hal-hal
yang dicela syariat dan dia berhasil. Dan kehormatannya yaitu dia telah
melindungi dirinya dari omongan manusia tentang apa yang dilakukannya
dan yang menjadi aibnya. Al Irdhu adalah tempat bagi pujian dan celaan dari
manusia. ( At Tuhfah Ar Rabbaniyah No. 6)
Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah mengatakan:
.
Dia telah menjaga agamanya dari kekurangan dan kehormatannya
dari celaan, karena orang yang tidak mengetahui bagaimana menjauhi
syubhat tidak akan selamat dari ucapan orang yang mencelanya. Hadits ini
juga terdapat dalil bahwa orang yang tidak ada keinginan kuat terhadap
syubhat maka dia telah menghalangi dirinya dari celaan, dan ini terdapat
isyarat agar menjaga urusan dunia dan melindungi muruah (kewibawaan).
( Fathul Bari, 1/127)
: barangsiapa
terjerumus dalam wilayah samar-samar maka ia telah terjerumus kedalam
wilayah yang haram
16
. :
seperti penggembala yang berada dekat di pagar milik orang lain dikhawatiri
dia masuk ke dalamnya.
Yaitu karena kecerobohan, kebodohan, dan kecerobohannya dia
mendekati daerah yang bukan haknya, hingga akhirnya ia terjebak di dalam
daerah terlarang tersebut.
Imam Ibnu Daqiq Al Id mengatakan: Ini adalah kalimat perumpamaan
bagi orang-orang yang melanggar larangan-larangan Allah. Dahulu orang
arab biasa membuat pagar agar hewan peliharaannya tidak masuk ke daerah
terlarang dan membuat ancaman kepada siapapun yang mendekati daerah
terlarang tersebut. Orang yang takut mendapatkan hukuman dari penguasa
akan menjauhkan gembalaannya dari daerah tersebut, karena kalau
mendekati wilayah itu biasanya terjerumus. Dan terkadang penggembala
hanya seorang diri hingga tidak mampu mengawasi seluruh binatang
gembalaannya. Untuk kehati-hatian maka ia membuat pagar agar
gembalaannya tidak mendekati wilayah terlarang sehingga terhindar dari
hukuman. Begitu juga dengan larangan Allah seperti membunuh, mencuri,
17
pagar /penjagaan/aturan
:
.
Himaa: tempat yang dijaga dari manusia dan diancam bagi siapa saja
yang memasuki atau mendekatinya dengan hukuman yang keras. ( At
Tuhfah Rabbaniyah, No 6)
Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar:
: aturan Allah adalah apa-apa yang
diharamkanNya.
: jika dia baik maka baiklah seluruh jasad itu, jika
dia rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah itu adalah hati.
18
19