Medfact pocket guide drug interaction

Drug
Furosemide

Interaksi obat
a. Cholestyramine
b. Colestipol

PotassiumSparing Diuretics
[amiloride,
spironolactone,
triamterene]

a. ACE Inhibitor
b. Digoxin

Angiotensin II
Receptor Blockers
[candesartan
eprosartan,
irbesartan,
losartan,
olmesartan,
telmisartan,
valsartan]
Diltiazem

Potensial efek
a. Decreased GI
absorption of
furosemide.
b. Decreased GI
absorption of
furosemide

a.

b.

a.

a.

b.
c.

Elevated serum
potassium
Decreased
inotropic effects

Lithium

a. Increased
concentrations of
lithium.

Theophylline
[aminophylline,
oxtriphylline,
theophylline]
Moricizine
Carbamazepine

a. Increased
concentrations
of theophylline.
b. Increased
concentrations of
moricizine.
Decreased
concentrations of
diltiazem.
c. Increased
concentrations of
carbamazepine

Penanganannya
a. Administer
cholestyramine
at least 2 hours
after
furosemide.
b. Administer
colestipol at
least 2 hours
after furosemide
a.
Monitor serum
potassium.
b.
Monitor for
decreased
digoxin effects.
Increase
digoxin dose if
necessary.
a. Monitor lithium
concentrations
and for
signs/symptom
s of toxicity

a. Monitor
theophylline
concentrations.
Adjust
theophylline
dose as needed
when starting or
stopping
diltiazem.
b. Adjust dose of
one or both
drugs as
needed.
c. Monitor
carbamazepine
concentrations.
Adjust dose as

Prednisone (see
also
Corticosteroidsclass)

Azole Antifungals
[fluconazole,
itraconazole,
ketoconazole]

Increased effects
of corticosteroid.

needed when
starting or
stopping
diltiazem.
Decrease
corticosteroid
dose if
necessary.

Dari Stockley:
a. Loop diuretic + food
Some studies suggest that food modestly reduces the bioavailability and diuretic
effects of furosemide, whereas others suggest that no significant effect occurs. Food
does not appear to affect bumetanide or torasemide bioavailability.
b. Angiotensin II receptor antagonists + Diuretics; Potassium-sparing
There is an increased risk of hyperkalaemia if angiotensin II receptor antagonists are
given with potassium-sparing diuretics] (such as amiloride and the aldosterone
antagonists, eplerenone and spironolactone), particularly if other risk factors are also
present.
Mechanism
Angiotensin II receptor antagonists reduce the levels of aldosterone, which results in
the retention of potassium. This would be expected to be additive with the
potassium-retaining effects of amiloride, triamterene, spironolactone and
eplerenone, leading to hyperkalaemia, but usually only if other risk factors are
present.
Angiotensin II receptor antagonists + Food
Food slightly increases the AUC of eprosartan and losartan, slightly reduces the
AUC of telmisartan, and modestly reduces the AUC of valsartan. Food has no effect
on the AUC of candesartan, irbesartan or olmesartan.
c. Potassium-sparing diuretics; Spironolactone +Food
Food may increase the plasma levels of spironolactone, but this did not alter its
antihypertensive efficacy in one long-term study.

Menurut Medscape
Spironolactone + furosemide
Spironolakton meningkatkan dan furosemide menurunkan serum kalium.
Pengaruh dari interaksi tidak jelas, penggunaan secara hati-hati. Potensi
interaksi berbahaya. Gunakan secara hati-hati dan dipantau secara ketat.
Valsartan + furosemide
Valsartan meningkatkan and furosemide menurunkan serum kalium.
Pengaruh dari interaksi tidak jelas, penggunaan secara hati-hati. Potential for
interaction, monitor.
Prednisone + furosemide
Prednisone, furosemide. Mechanism : pharmacodynamic synergism. Minor or
non-significant interaction. Risk of hypokalemia, especially with strong
glucocorticoid activity.
Diltiazem + prednisone
1. Diltiazem will increase the level or effect of prednisone by affecting
hepatic/ intestinal enzyme CYP3A4 metabolism. Significant interaction
possible, monitor closely.
2. Diltiazem will increase the level or effect of prednisone by P-Glycoprotein
(MDR1) efflux transporter. Significant interaction possible, monitor
closely.

Brand: :
Product
Code::
Komposisi:
Indikasi:
Dosis:
Pemberian
Obat:
Kontra
Indikasi:
Perhatian:
Efek
Samping:
Interaksi
Obat:
Kemasan:

Tanabe Indonesia
G
Diltiazem HCl
Dilihat pada dosis.
Untuk hipertensi esensial : 100-200 mg 1 kali/hari. Untuk angina pektoris, angina
pektoris varian : awal 100 mg 1 kali/hari. Jika perlu dapar ditingkatkan sampai 200
mg 1 kali/hari.
Telan utuh, jangan dikunyah atau dihancurkan.
Blok AV derajat 2 atau 3, sick sinus syndrome, gagal jantung kongestif berat,
hipersensitif, hamil.
Blok AV derajat 1, gangguan fungsi ginjal atau hati berat, hipotensi berat,
bradikardi berat, gagal jantung kongestif.
Sakit kepala, pusing, bradikardi, blok AV, kemerahan pada wajah, peningkatan
SGOT dan SGPT, ruam kulit, gangguan GI, malaise, pruritus.
-bloker, digitalis, teofilin, siklosporin, karbamazepin, anestesi, simetidin,
antihipertensi, antiaritmia, aprindin HCl, tacrolimus, fenitoin, triazolam,
midazolam, HIV protease inhibitor, rifampisin, relaksan otot, blok kanal Ca,
dihidropiridin, rauwolfia.
Kapsul 100 mg x 30

SPIRONOLAKTON
NAMA GENERIK
Spironolakton
NAMA KIMIA
(7alfa,17alfa)-7-(Acetylthio)-17-Hydory-3-oxo-pregn-4-ene-21-cqrboxylic acid y-lactone.
STRUKTUR KIMIA
C24H32O4S

SIFAT FISIKOKIMIA
Serbuk putih sampai agak kekuningan. Praktis tidak larut dalam air, larut dalam alkohol dan etil
asetat, larut baik dalam kloroform dan benzene, sedikit larut dalam metil alkohol.
SUB KELAS TERAPI
Diuretik
FARMAKOLOGI
Preparat ini biasanya dipakai bersama diuretik lain untuk mengurangi ekskresi kalium disamping
memperbesar diuresis. ;Durasi kerja : 2-3 hari, ;Ikatan protein : 91-98%. ;Metabolisme : melalui
hati untuk membentuk banyak metabolit termasuk canrenone (metabolit aktif). ;T eliminasi :
78-84 menit. ;Waktu untuk mencapai puncak dalam serum :1-3 ham (utamanya dalam bentuk
metabolit aktif). ;Ekskresi : melalui urin dan feses
STABILITAS PENYIMPANAN
Hindari dari cahaya.
KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap spironolakton atau komponen lain dalam sediaan, anure, insufisiensi ginjal
akut, gangguan fungsi ekskresi ginjal yang signifikan, hiperkalemia, kehamilan (hipertensi yang
diinduksi kehamilan)
EFEK SAMPING
Edema, gangguan SSP seperti mengantuk, lethargi, sakit kepala, kebingungan, demam, ataksia,
makulopopular, erupsi eritematosus, urtikaria, hiesutism, eosinofilia, ginekomastia, sakit
payudara, hiperkalemia serius, hiponatremia, dehidrasi, metabolik ;asidosis, impotensi, haid
tidak teratur, amenorea, pendarahan setelah postmenopouse, anoreksia, mual, muntah, kram
perut, diare, pendarahan lambung, ulserasi, gastritis, muntah, agranulositosis, toksisitas
hepatoselular peningkatan konsentrasi BUN.
INTERAKSI MAKANAN
Makanan akan meningkatkan absorbsi, hindari licorice.
INTERAKSI OBAT
Penggunaan bersamaan spironolakton dengan diuretik hemat kalium lainnya, suplemen kalium,
antagonis reseptor angiotensin, kotrimoksazol (dosis besar) dan inhibitor ACE dapat
meningkatkan risiko hiperkalemia, terutama pada pasien gangguan ginjal.;Kolestiramin dapat
menyebabkan asidosis hiperkloremik pada pasien sirosis, hindari penggunaannya secara
bersamaan.
PENGARUH HASIL LAB
Menyebabkan kenaikan konsentrasi serum digoksin
PENGARUH KEHAMILAN
Faktor resiko : C/D pada pasien hipertensi yang diinduksi kehamilan.

PENGARUH MENYUSUI
Spironolakton didistribusikan ke air susu/tidak direkomendasikan
PARAMETER MONITORING
Tekanan darah, elektrolit serum, fungsi ginjal. ;Pada pasien gagal jantung kongestif : level
kalium dan fungsi ginjal harus dicek dalam 3 hari dan seminggu setelah pemberian dosis awal,
kemudian setiap 2-4 minggu untuk 3-12 bulan, kemudian setiap 3-6 bulan.
BENTUK SEDIAAN
Tablet 25 mg, 100 mg
PERINGATAN
Hindari penggunaan suplemen, garam mengandung kalium, makanan yang mengandung kalium,
atau obat-obat lain yang mengandung kalium. Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit.
Ginecomastia berhubungan dengan dosis dan durasi terapi.;Terapi dengan diuretik harus disertai
perhatian untuk pasien yang mengalami disfungsi hati parah, perubahan elektrolit dan cairan
dapat memperparah ensefalopati. Hentikan penggunaan obat sebelum katerisasi vena
adrenal.;Saat evaluasi terhadap pasien gagal jantung yang menggunakan terapi spironolakton,
kadar kreatinin harus < 2.5 mg/dL pada pria atau < 2 mg/mL pada wanita dan kalium < 5 mEq/L
MEKANISME AKSI
Spironolakton berkompetisi dengan aldosteron pada reseptor di tubulus ginjal distal,
meningkatkan natrium klorida dan ekskresi air selama konversi ion kalium dan hidrogen, juga
dapat memblok efek aldosteron pada otot polos arteriolar.
{BOTTOM}
Laxadine Syrup 60 ml, Informasi obat kali ini akan menjelaskan jenis obat
konstipasi, Susah buang air besar sebelum & sesudah operasi, yang diantaranya
menjelaskan dosis obat, komposisi atau kandungan obat, manfaat atau kegunaan
dan khasiat atau dalam bahasa medis indikasi, aturan pakai Laxadine Sirup, cara
minum/makan atau cara menggunakannya, juga akan menerangkan efek samping
atau kerugian, pantangan atau kontra indikasi serta bahayanya, over dosis atau
keracunan, dan farmakologi serta meknisme kerja dan harga dari obat Laxadine
Sirup, dan inilah penjelasannya:
LAXADINE
GOLONGAN
Obat Bebas
KANDUNGAN
Per 5 ml : Fenolftalein 56 mg, Paraffin 1200 mg, Gliserin 736 mg, Agar-agar 9,4 mg.
INDIKASI
Susah buang air besar sebelum & sesudah operasi, urus-urus (pengosongan usus)
untuk persiapan sebelum pemeriksaan radiologi.
PERHATIAN

Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kehilangan air & elektrolit, otot
lemah, & kehilangan berat badan.
Interaksi obat : minyak mineral bisa mengganggu penyerapan vitamin yang larut
dalam lemak.
KEMASAN
Sirup 60 ml.
DOSIS
2 sendok teh sebelum istirahat/tidur.