Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 40

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

4-5

1. Latar Belakang...................................................................................................... .

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................

1 Definisi..................................................................................................................

2 Epidemiologi...........................................................................................................

6-7

3 Anatomi....................................................................................................................

6-19

4 Etiologi..................................................................................................................

19-20

5 Patofisiologi.............................................................................................................

20-22

6 Manifestasi Klinis.................................................................................................

22-25

7 Diagnosis.................................................................................................................

25-26

8 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................

26

9 Diagnosa Banding...................................................................................................

26-31

10 Penatalaksanaan....................................................................................................

32-39

11 Komplikasi............................................................................................................

39

12 Prognosis...............................................................................................................

39

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 40-41

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Anatomi bahu..........................................................................................
Gambar 2 Persendian pada gelang bahu ................................................................
Gambar 3 Anatomi sendi bahu................................................................................
Gambar 4 Anatomi otot penggerak sendi bahu.......................................................
Gambar 5 Anatomi otot penggerak bahu anterior...................................................
Gambar 6 Anatomi otot pergelangan bahu..............................................................
Gambar 7 Range of motions shoulder.....................................................................
Gambar 8 Patofisiologi...........................................................................................
Gambar 9 Patofisiologi frozen shoulder..................................................................
Gambar 10 Staging capsulitis adhesiva.....................................................................
Gambar 11 Gerak aktif dan pasif...............................................................................
Gambar 12 Tes Appley scarcth..................................................................................
Gambar 13 Tendinitis degeneratif.............................................................................
Gambar 14 Tes Moseley...........................................................................................
Gambar 15 Tendinitis bisipitamis.............................................................................
Gambar 16 Sindrom Thoracic Outlet.......................................................................
Gambar 17 Tes Adson..............................................................................................
Gambar 18 Shoulder wheel......................................................................................
Gambar 19 Overhead Pulleys..................................................................................
Gambar 20 Finger ladder.........................................................................................
Gambar21 Latihan pendulum..................................................................................
Gambar 22 Latihan dengan menggunakan tongkat..................................................
2

Gambar 23 Finger ladder exercise..........................................................................


Gambar 24 Over head Pulleys exercise.................................................................
Gambar 25 Shoulder wheel exercise.....................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar belakang
Beraktivitas merupakan hal yang mutlak dilakukan semua makhluk hidup. Terlebih lagi
bagi manusia yang aktivitasnya lebih beragam dibandingkan makhluk hidup yang lain.
Tulang, otot, dan sendi merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam beraktivitas.
Apabila terdapat kelainan pada tiga komponen tersebut maka akan berpengaruh pada
aktivitas. Fungsi anggota badan (ekstremitas) manusia bagian atas yang terdiri atas lengan
dan tangan merupakan bagian yang sangat penting bagi penunjang aktivitas.
Dalam kehidupan sehari-hari didapati ada yang mengalami masalah pada ekstremitas
bagian atas terutama disekitar bahu, yaitu tidak dapat melakukan aktivitas sepenuhnya
dengan keadaan tertentu pada ekstremitas atasnya karena suatu penyebab.
Sa1ah satu penyebab yang dapat mengganggu seseorang melakukan aktivitasnya
adalah apabila seseorang tersebut mengalami nyeri bahu. Frozen shoulder, atau juga sering
disebut sebagai adhesive capsulitis, merupakan suatu kelainan di mana terjadi inflamasi pada
kapsul sendi bahu, yaitu jaringan ikat disekitar sendi glenohumeral, sehingga sendi tersebut
menjadi kaku dan terjadi keterbatasan gerak dan nyeri yang kronis.
Duplay pada awalnya mengidentifikasi kekakuan bahu sebagai Periartheritis pada
tahun 1872 dan pada tahun 1934 Codman memperkenalkan Frozen Shoulder, Naviaser pada
tahun 1945 menggambarkan adanya perubahan jaringan synovial pada sendi Glenohumeral
dan menyebutnya sebagai Adhesive capsulitis dimana menunjukkan adanya perubahan
patologik pada kapsul sendi, Lunberg membagi Frozen Shoulder menjadi 2 katagori yaitu
Adhesive capsulitis idiophatik atau primer dan Adhesive capsulitis sekunder.
Pathogenesis dari Adhesive capsulitis idhiopatik masih belum jelas, meskipun dari
beberapa pendapat menunjukkan mekanisme Frozen Shoulder, Harryman dan Naviaser
menyampaikan kemungkinan penyebab adhesive capsulitis yaitu adanya pengaruh Hormonal,
imunologi, imflamasi dan perubahan biokimia. Frozen Shoulder juga mungkin timbul karena
adanya trauma, mungkin juga timbul secara perlahan-lahan tanpa tanda-tanda atau riwayat
trauma. Keluhan utama yang dialami adalah nyeri dan penurunan kekuatan otot penggerak
4

sendi bahu dan keterbatasan LGS terjadi baik secara aktif atau pasif. Frozen shoulder secara
pasti belum diketahui penyebabnya. Namun kemungkinan terbesar penyebab dari frozen
shoulder antara lain tendinitis, rupture rotator cuff, capsulitis, post immobilisasi lama,
trauma serta diabetes mellitus. Respon autoimmunal terhadap rusaknya jaringan lokal yang
diduga menyebabkan penyakit tersebut.
Prevalensi Frozen shoulder mencapai 2%-5% dari seluruh populasi, banyak terjadi
pada usia 40 - 65 tahun dan sekitar 60 % dari kasus frozen shoulder lebih banyak mengenai
perempuan dibanding laki-laki. Damana dibeberapa literatur menyatakan hal ini karena
adanya hubungan kadar hormon wanita saat menaupose dengan frozen shoulder. Frozen
Shoulder juga terjadi pada 10-20 % dari penderita diabetus mellitus yang merupakan salah
satu faktor resiko frozen shoulder dimana hal ini pertama kali di kemukakan oleh Bridgeman
pada tahun 1972.
Keluhan yang sering dikemukakan oleh penderita antara lain sebagai berikut,
kesulitan untuk memakai baju, untuk menyisir rambut dimana kepala nya harus
dimiringkan terlebih dahulu, sulit untuk mengambil dompet dari saku belakang. Penyebab
nyeri gerak dan fungsi sangat erat kaitannya dengan mekanisme gerak yang terjadi pada
sendi bahu baik secara osteokinematika.
Tujuan penulisan Text Book Reading ini untuk menambah pengetahuan pembaca
umumnya dan penulis khususnya mengenai Frozen Shoulder mulai dari definisi, anatomi dan
fisiologi,

patogenesis,

gejala

klinis,

diagnosis

penatalaksanaan dan diagnosis banding, agar

banding,

pemeriksaan

penunjang,

kita dapat menegakan diagnosis sedini

mungkin sehingga dapat memberikan tatalaksana yang tepat sehingga pasien dapat
melaksanakan kembali aktivitas fungsionalnya sehari hari.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Capsulitis adhesive adalah gangguan pada permukaan gelang bahu dimana jaringan
lunak disekitar sendi sendi yang membentuk gelang bahu terjadi inflamasi dan kekakuan
yang lama kelamaan berkembang menjadi adhesion atau perlengketan sehingga dapat
menyebabkan terjadinya pembatasan gerak dan menyebabkan nyeri yang kronis.10
Istilah frozen shoulder merupakan wadah untuk semua gangguan sendi bahu dengan
pembatasan lingkup gerakan. Biasa nya hanya dapat abduksi kurang dari 80 derajat
sedangkan rotasi interna dan eksterna kurang dari 70 derajat. Istilah lain adalah periarthritis
humeroskapularis, penyakit duplay, bursitis adhesiva. Kerap kali dijumpai bersamaan dengan
penyakit kardiovaskuler. Jarang dijumpai pada usia di bawah 40 tahun, kebanyakan pada
wanita. Risiko penyakit ini meningkat dengan ada nya cedera, infark miokard, stroke dengan
hemiplegia, infeksi paru-paru. Yang paling menonjol adalah rasa nyeri atau gerakan yang
terbatas atau kedua-dua nya.12
Istilah frozen shouder hanya digunakan untuk penyakait yang sudah diketahui dengan
baik yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan progresif bahu yang berlangsung 18 bulan.
Proses peradangan dari tendonitis kronis tapi perubahan-perubahan peradangan kemudian
menyebar melibatkan seluruh cuff dan capsul.2

2. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat nyeri bahu merupakan penyebab tersering nomor 3 yang
menyebabkan disabilitas muskuloskeletal, setelah LBP dan nyeri leher. Prevalensi Frozen
shoulder mencapai 2%-5% dari seluruh populasi, sekitar 60 % dari kasus frozen shoulder
lebih banyak mengenai perempuan dibanding laki-laki. Damana dibeberapa literatur
menyatakan hal ini karena adanya hubungan kadar hormon wanita saat menaupose dengan
6

frozen shoulder. Frozen Shoulder juga terjadi pada 10-20 % dari penderita diabetus mellitus
yang merupakan salah satu faktor resiko frozen shoulder. . Pada 16% penderita, Frozen
Shoulder dapat menyerang kedua bahu, meskipun prosesnya terjadi secara simultan atau
sekuensial. 14% penderita mengalami frozen shoulder pada bahu kontralateral pada saat
proses peradangan masih aktif pada bahu pertama. Frozen shoulder kontralateral biasanya
muncul dalam 5 tahun sejak onset. Kekambuhan frozen shoulder pada bahu yang sama sangat
jarang terjadi. Tidak ada data yang menunjukkan bahwa frozen shouldr lebih cenderung
menyerang ras tertentu. Frozen shoulder lebih sering menyerang wanita dari pada pria,
dengan perbandingan 2:1.Umur rata-rata onset terjadinya frozen shoulder adalah 52 tahun
pada wanita dan 55 tahun pada pria.6,11
Frozen shoulder sering terjadi pada pasien denga hipertiroid dan hipertriglicemi.
Meskipun berbagai penulis melaporkan bahwa penyakit jantung, tuberkulosis, dan berbagai
kondisi medis lainnya dapat berhubungan dengan FS, namun asosiasi ini sebagian besar
hanya anekdot dan tidak didukung dengan studi case control.5

3. ANATOMI FUNGSIONAL
Terdapat

empat

sendi

yang

terpisah

yaitu

glenohumeral,

skapulothorakal,

sternoklavikular, akromioklavikular yang menggerakan bahu secara normal bila terjadi


gerakan kompleks dari empat sendi tersebut.1
Glenohumeral, sternoklavikular dan akromioklavikular merupakan sendi artrodial.
Walaupun sendi ini masing-masing dapat bergerak sendiri, semuanya bergerak secara
simultan dan sinkron, sehingga tercipta gerakan yang halus dan mulus. Sendi sternoklavikular
menghubungkan gelang bahu dan dinding dada, yang dibentuk oleh iga I, klavikula dan
manubrium sterni. Sendi akromioklavikular dan sternoklavikular memungkinkan klavikula
mengadakan rotasi sesuai dengan sumbu panjangnya, ataupun melakukan gerakan elevasi
pada saat mengangkat bahu. Dapat pula melakukan gerakan fleksi dan ekstensi gelang bahu.
Karena itu untuk mencapai gerak lengan yang penuh sampai diatas kepala diperlukan sendi
yang tidak ada gangguan.4
Sendi bahu merupakan salah satu sendi yang paling mobil dan serba guna karena
lingkup gerak sendi yang sangat luas, sehingga berperan penting dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari. Gerakan pada sendi bahu terdiri dari fleksi (180o), ekstensi (60o), abduksi (180o),
adduksi (75o), endorotasi (90o), eksorotasi (90o).13
7

Gambar 1 Anatomi bahu 3,17


Berbeda dngan cara berpikir murni anatomis tentang gelang bahu, maka bila
dipandang dari sudut klinis praktis gelang bahu ada 5 fungsi persendian yang kompleks,
yaitu:3
a. Sendi Glenohumerale
Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan cavitas
glenoidalisscapula yang dangkal dan berbentuk buah per. Permukaan sendi meliputi oleh
rawan hyaline, dan cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya labrum glenoidale3,18
Dibentuk oleh caput humerrus dengan cavitas glenoidalisscapulae, yang diperluas
dengan adanya cartilago pada tepi cavitas glenoidalis, sehingga rongga sendi menjadi lebih
dalam. Kapsul sendi longgar sehingga memungkinkan gerakan dengan jarak gerak yang lebih
luas. Proteksi terhadap sendi tersebut diselenggarakan oleh acromion, procecus coracoideus,
dan ligamen-ligamen. Tegangan otot diperlukan untuk mempertahankan agar caput humerus
selalu dipelihara pada cavitas glenoidalisnya.3
Ligamen-ligamen
ligamenglenoidalis,

yang

memperkuat

ligamenhumeral

sendi

tranversum,

glenohumeral
ligamencoraco

antara

lain

humeral

dan

ligamencoracoacromiale, serta kapsul sendi melekat pada cavitas glenoidalis dan collum
anatomicum humeri 3

Ligament yang memperkuat antara lain:3,13


1) ligamentumcoraco humerale, yang membentang dari procesus coracoideus
sampai tuberculum humeri.
2) ligament coracoacromiale, yang membemtang dari procesus coracoideus sampai
acromion.
3) ligament glenohumerale, yang membentang dari tepi cavitas glenoidalis ke colum
anatobicum, dan ada 3 buah yaitu:
a) ligament gleno humerale superior, yang melewati articulatio sebelah cranial
b) Ligament glenohumeralis medius, yang melewati articulatio sebelah ventral.
c) Ligamentum gleno humeralis inferius, yang melewati articulation sebelah
inferius.

Bursa-bursa yang ada pada shoulder joint:13


1) Bursa otot latisimus dorsi, terletak pada tendon otot teres mayor dan tendon
latisimus dorsi.
2) Bursa infra spinatus, terdapat pada tendon infra spinatus dan tuberositashumeri.
3) Bursa otot pectoralis mayor, terletak pada sebelah depan insersio otot pectoralis
mayor.
4) Bursa subdeltoideus, terdapat diatas tuberositas mayus humeri dibawah otot
deltoideus.
5) Bursa ligament coraco clavikularis, terletak diatas ligamentum coracoclaviculare.
6) Bursa otot subscapularis terletak diantar sisi glenoidalis scapulae dengan otot
subscapularis.
7) Bursa subcutanea acromialis, terletak diatas acromion dibawah kulit

Gambar 2 : Persendian pada gelang bahu 2 :


(1). Glenohumeral,

(2).Suprahumeral.

(3). Akromioklavikular.

(4). Scapulokostal,

(5). Sternoklavikular.

(6). Costosternal.

(7). Costovertebral.
b. Sendi sterno claviculare
Dibentuk oleh extremitas glenoidalis clavikula, dengan incisura clavicularis sterni.
Menurut bentuknya termasuk articulation sellaris, tetapi fungsionalnya glubiodea. Diantar
kedua facies articularisnya ada suatu discus articularis sehingga lebih dapat menyesuikan
kedua facies articularisnya dan sebagai cavum srticulare. Capsula articularis luas,sehingga
kemungkinan gerakan luas.3
Ligamentum yang memperkuat:
1) ligamentum

interclaviculare,

yang

membentang

diantara

medial

extremitassternalis, lewat sebelah cranial incisura jugularis sterni.


2) ligamentum costoclaviculare, yang membentang diantara costae pertama sampai
permukaan bawah clavicula.
3) ligamentum sterno claviculare, yang membentang dari bagian tepi caudal incisura
clavicularis sterni, kebagian cranial extremitas sternalis claviculare.

10

c. Sendi acromioclaviculare
Dibentuk oleh extremitas acromialisclavicula dengan tepi medial dari acromion
scapulae. Facies articularisnya kecil dan rata dan dilapisi oleh fibro cartilago. Diantara
facies articularis ada discus artucularis. Secara morfologis termasuk ariculatio ellipsoidea,
karena facies articularisnya sempit, dengan ligamentum yang longgar.3
Ligamentum yang memperkuatnya:3
1) ligamentacromio claiculare, yamg membentang antara acromion dataran ventral
sampai dataran caudal clavicula.
2) ligament coraco clavicuculare, terdiri dari 2 ligament yaitu:
a) Ligamentum

conoideum,

yang

membentang

antara

dataran

medial

dataran

lateral

procecuscoracoideus sampai dataran caudal claviculare.


b) Ligamentum

trapezoideus,

yang

membentang

dari

procecuscoraoideus sampai dataran bawah clavicuare,


d. Sendi subacromiale
Sendi subacromiale berada diantara arcus acromioclaviculare yang berada di sebelah
cranial dari caput serta tuberositas humeri yang ada di sebeleh caudal, dangan bursa
subacromiale yang besar bertindak sebagai rongga sendi.3
e. Sendi scapulo thoracic
Sendi scapulo thoracic bukan sendi yang sebenarnya, hanya berupa pergerakan
scapula terhadap dinding thorax3

Gambar 3 Anatomi bahu 17

11

Gerakan yang dilakukan oleh bahu selain ditunjang oleh banyaknya sendi pada bahu ( 7
sendi) juga ditunjang oleh banyaknya otot yang berperan dalam melakukan
gerakan bahu.2

Gambar 4. Anatomi Otot penggerak sendi bahu 3


Kumpulan otot ini dikelompokan menjadi 2 yaitu kelompok otot yang menggerakkan dan
menstabilkan scapula (shoulder girdle), otot otot tersebut yaitu:3

Penggerak sendi bahu

1. Deltoid
Dibagi menjadi 3 bagian :
a.Pars Klavicularis (Anterior)
Origo

: Acromial sepertiga klavicula

Gerakan

: Prime mover fleksi 90 dan adduksi bahu dan sebagai pembantu


internal rotasi dan abduksi lebih dari 60 dari bahu.

12

gerakan

b.Pars Acromialis (Midle)


Origo

: Acromion

Gerakan

: Prime mover abduksi bahu sampai 90

c.Pars Spinalis (Posterior)


Origo

: Spina Scapula ( Ventral 1 bertendo pendek dan dorsal bertendo panjang)

Gerakan

: Prime nover ekstensi bahu

Insertio

: Tuberositas Deltoid ( Bursa subdeltoid antara otot dan tuberculum mayus)

Persyarafan

: n axillaris (C5-C6)

2. Supraspinatus
Origo

: Fossa Supraspinatus

Insertio

: Tuberculum Mayus Humerus

Persyarafan

: n suprascapularis (C5)

Gerakan

: Prime mover abduksi bahu hingga 90

3. Infraspinatus
Origo

: Fossa Infraspinatus

Insertio

: Midle dari Tuberculum mayus humeri

Persyarafan

: n suprascapularis (C5)

Gerakan

: Prime mover rotasi ke lateral dan ekstensi horizontal bahu dan sebagai
pembantu gerakan abduksi horizontal bahu.

4. Subscapularis
Origo

: Fossa subscapularis

Insertio

: Tuberculum minus Humerus

Persyarafan

: n subscapularis superior et inferior (C5-C6)


13

Gerakan

: Prime mover rotasi gerakan ke dalam dari humerus

5. Teres minor
Origo

: Permukaan belakang lateral scapula

Insertio

: Distal dari Tuberculum mayus humeri

Persyarafan

: n axillaris (C5)

Gerakan

: Prime mover rotasi ke lateral dan ekstensi horizontal bahu dan sebagai
pembantu gerakan abduksi horizontal bahu.
Kelima otot tersebut disebut sebagai otot instrinsik bahu sedangkan nomer
dua hingga lima dikenal sebagai Rotator cuff

6. Teres Mayor
Origo

: Lateral scapula and angulus inferior

Insertio

: Krista tuberculum minus humerus

Persyarafan

: n subscapularis superior (C5-C6)

Gerakan

: Prime mover Sendi bahu.

7. Letissimus dorsi
Origo

: Processus spinosus dari thoracal 6 nhingga lumbal, belakang sacrum, bagian


posterior crista iliaca dan beberapa costae bagian bawah.

Insertio

: Medial sulcus bisipitalis

Persyarafan

: n thoracodorsalis (C7-C8)

Gerakan

: Prime mover ekstensi dan rotasi ke medial bahu

14

Gambar 5. Anatomi otot penggerak bahu anterior 3


8. koracobrachialis
Origo

: Proceccus coracoids scapula

Insertio

: Permukaan anteromedial humerus

Persyarafan

: n muskulokutaneus (C6-C7)

Gerakan

: Prime mover fleksi bahu 90

9. Pectoralis mayor
1. Pars Klavicularis
Origo

: 2/3 bagian medial clavicula

2. Pars Manubrialis
Origo

: Sternum

3. Pars sternocostalis
Origo

: artilago costae 1-6

Insertio

: Tuberculum Mayus Humeri

Persyarafan

: n Pectoralis medial dan lateral (C5,C6,C7,C8,Th1)

Gerakan

: Prime mover adduksi horizontal dan rotasi ke medial bahu.


15

Pergerakan pergelangan bahu

Gambar 6. Anatomi otot pergelangan bahu 3


1. Serratus Anterior
Origo
Insertio
Persyarafan
Gerakan

: 8 tulang rusuk bagian anterolateralis


: Permukaan anterior scapula dari sudut atas hingga bawah.
: n thoracalis longus (C5,C6,C7)
: Prime mover adduksi dan rotasi ke atas scapula dan sebagai
pembantu gerakan abduksi bahu 90.
2. Rhomboideus Mayor
Origo

: Processus spinosus thoracal 2,3,4,5

Insertio

: Medial scapula hingga bawah scapula.

Persyarafan

: n scapulodorsalis (C5)

Gerakan

: Prime mover adduksi dan rotasi ke bawah scapula dan sebagai pembantu
gerakan elevasi scapula.

3. Rhomboideus minor
Origo

: Proccesus spinosus cervical 7 dan thoracal 1


16

Insertio

: Spina scapula.

Persyarafan

: n scapulodorsalis (C5)

Gerakan

: Prime mover adduksi dan rotasi ke bawah scapula dan sebagai pembantu
gerakan elevasi scapula.

4. Levator scapula
Origo

: Proccesus spinosus cervical 1-4

Insertio

: Tepi atas scapula.

Persyarafan

: n scapulodorsalis (C3,C4,C5)

Gerakan

: Prime mover elevasi scapula.

5. Pectoralis minor
Origo

: Costae 3,4,5

Insertio

: proccesus coracoideus

Persyarafan

: n Pectoralis medialis (C8-Th1)

Gerakan

: Adduksi horizontal bahu

6. Subclavius
Orig

: Permukaan atas tulang rusuk

Insertio

: bagian bawah clavicula

Persyarafan

: n subclavius (C5-C6)

Gerakan

: Depresi clavicula

7. Trapezius
Dibagi menjadi 3 :
1) Superior

17

Origo

: Sepertiaga medial tulang occiput

Insertio

: Sepertiga lateral clavicula bagian posterior.

Gerakan

: Elevasi kepala

2) Midle
Origo

: Proccesus spinosus thoracalis atas

Insertio

: Tepi medial spina scapula.

Gerakan

: Adduksi scapula.

3) Inferior
Origo

: Proccesus spinosus thoracal bawah

Insertio

: Tepi bawah spina scapula.

Persyarafan

: n accesorius (C3-C4)

Gerakan

: Depresi dan adduksi scapula.

Sedangkan sendi bahu dipersarafi oleh plexus brachialis, plexus brachialis merupakan
anyaman serat saraf yang berjalan dari tulang belakang C5-T1, kemudian melewati bagian
leher dan ketiak, dan akhirnya keseluruh bagian lengan atas dan bawah.
Plexus brachialis dimulai dari rami ventral saraf spinal, dimana rami bergabung membentuk 3
truncus, yaitu trunkus superior (C5-C6), trunkus inferior (C7), trunkus medialis(C8-T1).3
Peredaran darah arteri yang memelihara sendi bahu adalah arteri axillaris yang
merupakan lanjutan dari arteri subslavia lalu bercabang-cabang, antara lain

: arteri

subscapularis, dan arteri brachialis. Sedangkan pembuluh darah vena pada sendi bahu anatara
lain vena axillaris yang bercabang-cabang menjadi vena cephalica, vena brachilica.
Range of movement dari shoulder sangat kompleks, yaitu pada bidang sagital (gerak
flexi) 180, sedangkan gerak extensi mencapai 60. Pada bidang frontal, gerak abduksi
mencapai 180, sedangkan gerak adduksi mencapai 45. Untuk gerak rotasi bervariasi, apabila
shoulder dalam keadaan flexi 90, maka total external & internal rotasi adalah 150.17
18

Gambar 7 Range of motions shoulder20


4. ETIOLOGI
Etiologi dari capsulitis adhesiva masih belum diketahui dengan pasti. Adapun faktor
predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use, injuries
atau operasi pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit cardiovascular,clinical depression dan
Parkinson.5
Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS

tahun 2007 mengenai frozen

shoulder, teori tersebut adalah :5

a. Teori hormonal.
Pada umumnya Capsulitis adhesive terjadi 60% pada wanita bersamaan dengan
datangnya menopause.
b. Teori genetik.
19

Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari Capsulitis adhesive, contohnya


ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada saat yang sama.
c. Teori auto immuno.
Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil rusaknya
jaringan lokal. Pada suatu penelitian 90% penderitanya menunjukan HLAB27 positif, yang
berarti bahwa perlekatan tersebut merupakan manifestasi reaksi inflamasi autoimun.
d. Teori postur.
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap
menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.

Frozen shoulder dibagi 2 Klasifikasi, yaitu :12


a. Primer/ idiopatik frozen shoulder
Yaitu frozen yang tidak diketahui penyebabnya. Frozen shoulder lebih banyak terjadi
pada wanita dari pada pria dan biasanya terjadi usia lebih dari 41 tahun. Biasanya terjadi pada
lengan yang tidak digunakan dan lebih memungkinkan terjadi pada orang-orang yang
melakukan pekerjaan dengan gerakan bahu yang lama dan berulang.
b

Sekunder frozen shoulder

Yaitu frozen yang diikuti trauma yang berarati pada bahu misal fraktur, dislokasi, luka
baker yang berat, meskipun cedera ini mungkin sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya.

5. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis menyatakan
bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap nyeri yang timbul pada
bahu dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini sering timbul bila sendi tidak
digunakan terutama pada pasien yang apatis dan pasif atau dengan nilai ambang nyeri yang
rendah, di mana tidak tahan dengan nyeri yang ringan akan membidai lengannya pada posisi
tergantung. Lengan yang imobil akan menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan
bersama-sama dengan vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein,
edema, eksudasi, dan akhirnya reaksi fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara
20

lapisan bursa subdeltoid, adhesi ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon


subskapularis dan bisep, perlekatan kapsul sendi.12,13,17
Penyebab frozen shoulder mungkin melibatkan proses inflamasi. Kapsul

yang berada

di sekitar sendi bahu menebal dan berkontraksi. Hal ini membuat ruangan untuk tulang
humerus bergerak lebih kecil, sehingga saat bergerak terjadi nyeri.2,10
Penemuan makroskopik dari patofisiologi dari frozen shoulder adalah fibrosis yang
padat dari ligament dan kapsul glenohumeral. Secara histologik ditemukan prolifrasi aktif
fibroblast dan fibroblas tersebut berubah menjadi miofibroblas sehingga menyebabkan
matriks yang padat dari kolagen yang berantakan yang menyebabkan kontraktur kapsular.
Berkurangnya cairan synovial pada sendi bahu juga berkontribusi terhadap terjadinya frozen
shoulder.12,17

Gambar 8 patofisiologi 20
Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan thrombine dan fibrinogen
membentuk protein yang disebut fibrin. Protein tersebut menyebabkan penjedalan dalam
darah dan membentuk suatu substansi yang melekat pada sendi. Perlekatan pada sekitar sendi
inilah yang menyebabkan perlekatan satu sama lain sehingga menghambat full ROM.
Kapsulitis adhesiva pada bahu inilah yang disebut frozen shoulder.12
Terdapat pula pendapat yang menyatakan adanya proses perrubahan vakuler pada
frozen shoulder.5
Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalamnya
terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium, yang
berbentuk suatu kantong yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon yang
melintasi sendi, sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi tetapi terlipat sehingga
memungkinkan gerakan secara penuh. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental
21

yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovium normalnya bening, tidak membeku, tidak
berwarna. Jumlah yang di permukaan sendi relative kecil (1-3 ml). Cairan sinovium juga
bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi. Capsulitis adhesiva merupakan
kelanjutan dari lesi rotator cuff, karena terjadi peradangan atau degenerasi yang meluas ke
sekitar dan ke dalam kapsul sendi dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya
reaksi fibrous dapat diperburuk akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi
impingement yang terlalu lama.2

Gambar 9 patofisiologi frozen shoulder21


Sindroma nyeri bahu sangat komplek dan sulit untuk diidentifikasi satu persatu bagian
secara detail. Guna memahami penyebab dan patologi sindroma nyeri bahu, maka dapat
dikelompokkan menjadi:7
a. Faktor Penyebab:
1) Faktor penyebab gerak dan fungsi, yang terkait dengan aktifitas gerak dan
struktur anatomi
2) Faktor penyebab penyebab secara neurogenik yang berkaitan dengan keluhan
neurologik yang menyertai baik secara langsung maupun tidak langsung yang
berupa nyeri rujukan.
b. Berdasarkan sifat keluhan nyeri bahu dapat dikelompokkan menjadi 2
yaitu :
(a) Kelompok spesifik, mengikuti pola kapsuler dan
(b) Kelompok tidak spesifik sebagai kelompok yang bukan mengikuti pola
kapsuler.

22

6. GAMBARAN KLINIS
Penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta gerakan sendi bahu
yang terbatas kesegala arah, terutama gerakan abduksi, sehingga mengganggu lingkup gerak
sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat intensitasnya dari hari ke hari. Bersamaan dengan hal
itu terjadi gangguan lingkup gerak sendi bahu. Penyembuhan terjadi lebih kurang selama 612 bulan, dimana lingkup gerak sendi bahu akan meningkat dan akhir bulan ke 18 hanya
sedikit terjadi keterbatasan gerak sendi bahu.2
a. Nyeri
Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma, seringkali ringan, diikuti
sakit pada bahu dan lengan nyeri secara berangsur-angsur bertambah berat dan pasien sering
tidak dapat tidur pada sisi yang terkena. Setelah beberapa lama nyeri berkurang, tetapi
sementara itu kekakuan semakin terjadi, berlanjut terus selama 6-12 bulan setelah nyeri
menghilang. Secara berangsur-angsur pasien dapat bergerak kembali, tetapi tidak lagi normal
6,12

b. Keterbatasan Lingkup gerak sendi


Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi
glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini adalah suatu gambaran klinis
yang dapat menyertai tendinitis, infark myokard, diabetes melitus, fraktur immobilisasi
berkepanjangan atau redikulitis cervicalis. Keadaan ini biasanya unilateral, terjadi pada usia
antara 4560 tahun dan lebih sering pada wanita.6
Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus. Bila terjadi pada malam hari sering
sampai mengganggu tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya kesukaran penderita
dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita akan melakukan dengan
mengangkat bahunya (srugging)6
c. Penurunan Kekuatan otot dan Atropi otot
Pada pemeriksaan fisik didsapat adanya kesukaran penderita dalam mengangkat
lengannya (abduksi) karena penurunan kekuatan otot. Nyeri dirasakan pada daerah otot
deltoideus, bila terjadi pada malam hari sering menggangu tidur. Pada pemeriksaan
didapatkan adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga
penderita akan melakukandengan mengangkat bahunya (srugging). Juga dapat dijumpai

23

adanya atropi bahu (dalam berbagaoi tingkatan). Sedangkan pemeriksaan neurologik


biasanya dalam batas normal.6, 12
d. Gangguan aktifitas fungsional
Dengan adanya beberapa tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita
frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva seperti adanya nyeri, keterbatasan LGS, penurunan
kekuatan otot dan atropi maka secara langsung akan mempengaruhi (mengganggu) aktifitas
fungsional yang dijalaninya.6,21
Menurut Kisner (1996) Capsulitis adhesive dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :13
a. Pain ( freezing )
Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak sendi bahu
menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir sampai 10 -36
minggu. Nyeri tersebut kerap kali mengganggu tidur penderita, terutama pada pagi
hari.
b. Intermediet/Stiffness ( frozen )
Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau perlengketan yang
nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang diikuti oleh keterbatasan gerak
skapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan. Pada stadium ini terasa linu disertai kekakuan
yang makin bertambah sampai mencapai kekakuan total.
c. Recovery (thawing)
Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada sinovitis tetapi
terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata. Fase ini berakhir selama
6-24 bulan atau lebih. Pada stadium ini rasa linu nya menghilang disertai lenyapnya
kekakuan secara perlahan-lahan. Gangguan gerak yang dirasakan pada mula nya
adalah gerakan kebelakang. Yang biasa dikeluhkan adalah kesulitan memakai baju
atau memakai breast holder (BH) pada wanita. Kemudian terjadi gangguan elevasi.
Nyeri nya terasa di bagian anterolateral dari bahu dan lengan atas serta bagian fleksor
dari lengan bawah. Kadang-kadang menjalar ke dinding thoraks. Bila tidak mendapat
pengobatan, lingkup gerakan nya tidak akan kembalinormal walupun rasa nyeri nya
berkurang.12

24

Gambar 10 Staging Capsulitis Adhesiva21


7.

DIAGNOSIS

1. ANAMNESIS
Pada penderita didapatkan keluhan nyeri hebat dan atau keterbatasan lingkup
gerak sendi (LGS). Penderita tidak bisa menyisir rambut, memakai baju, menggosok
punggung waktu mandi, atau mengambil sesuatu dari saku belakang. Keluhan lain
pada dasarnya berupa gerakan abduksi-eksternal rotasi, abduksi-internal rotasi,
maupun keluhan keterbatasan gerak lainnya.2
2. PEMERIKSAAN FISIK
Capsulitis adhesive merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan
aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher lengan atas dan
punggung. Perlu dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif
terbatas, pertama-tama pada gerakan elevasi dan rotasi interna lengan, tetapi
kemudian untuk semua gerakan sendi bahu. 2,17,18

Gambar 11 Gerak aktif dan pasif18


Tes appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi lingkup
gerak sendi aktif pasien. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula
25

dengan tangan sisi kontralateral melewati belakang kepala (gambar 1). Pada
Capsulitis adhesive pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat
bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak aktif,
maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan.2,17,18
Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk
muskulotendineus rotatorcuff. Pada perabaan, kaput humeri terasa letak nya lebih
tinggi dalam sendi bahu, mendekati akromion bila dibandingkan dengan sisi yang
sehat. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya
mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator
cuff lainnya. 2,17,18

Gambar 12: Tes Appley scracth18

8.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain dibutuhkan pemeriksaan fisik, dalam mendiagnosa suatu penyakit juga
dibutuhkan suatu pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penujang dilakukan sesuai dengan
masing penyakit. Pada Capsulitis adhesive pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu
pemeriksaan radiologi (x-ray untuk menyingkirkan arthritis, tumor, dan deporit kalsium)
dan pemeriksaan MRI atau arthrogram (dilakukan bila tidak ada perbaikan dalam waktu 612 minggu).7

9 .DIAGNOSA BANDING
1. Tendinitis degenerative
Timbul pada dekade ke 5, terutama pria, sering mengenai otot supraspinatus pada
daerah zona kritikal Codman yaitu 1-2 cm sebelah medial tuberositas mayor. Keluhan nyeri
terutama malam hari. Gerakan abduksi lengan terbatas. Gerakan pasif seringkali normal.
26

Nyeri pada tuberositas minor menunjukkan peradangan pada subskapularis, nyeri pada
superior atau inferior lateral dari tuberosistas mayor memberi kesan adanya tendinitis
supraspinatus atau trauma pada otot infraspinatus. Gambaran radiologis pada tipe kronis
didapatkan perubahan degeneratif, pseudocyst dan osteofit pada daerah tuberositas mayor dan
kaput humeri.10,13

Gambar 13 Tendinitis Degeneratif19


2. Tendinitis kalsifikan
Sering mengenai otot supraspinatus atau biceps terutama pada usia muda biasa nya
pada pegawai kantor. Bisa menyerupai penyakit gout dengan serangan akut, tidak hanya
terbatas pada bahu tapi dapat juga mengenai bagian lain dari tubuh. Gejalanya akut dan
mencapai puncaknya hanya dalam beberapa hari,kemudian mengurang dan hilang secara
spontan bila deposit kalsiumnya hancur dan masuk ke dalam bursa subakromion. Hanya 35%
penderita dengan deposit kalsium timbul rasa nyeri. Bila latak nya di dalam tendon tidak
menimbulkan rasa nyeri. Tapi bila letak nya di pinggir sehingga menimbulkan iritasi pada
bursa di sekitar nya baru akan menimbulkan rasa nyeri pada bahu. Pada penderita usia lanjut
biasa nya tidak menimbulkan gejala apapun.6,10,13
3. Bursitis subakromialis
Bursitus subacromialis merupakan peradangan dari bursa sub acromialis, keluhan
utamanya

adalah tidak dapat mengangkat lengan ke samping (abduksi aktif), tetapi

sebelumnya sudah merasa pegal-pegal di bahu. Keluhan pasien pertama kali adalah tidak bisa
abduksi secara aktif serta rasa pegal di bahu. Yang khas adalah rasa nyeri yang dijalarkan ke
insersi m.deltoideus pada tuberositas humeri saat lengan diabduksi reffered pain bursitis
subakromiale. Nyeri ini merupakan nyeri rujukan dari bursitis sub acromialis yang khas
sekali, ini dapat dibuktikan dengan penekanan pada tuberkulum humeri. Tidak adanya nyeri
tekan berarti nyeri rujukan.13

27

Umumnya timbul setelah trauma atau cedera otot atau tendon dari rotator cuff
terutama tendon supraspinatus. Rasa nyeri timbul siang dan malam. Pada bursitis jarang
terjadi pembengkakan kecuali terdapat sinovitis sebagai manifestasi penyakit rematik
sistemik. Pada burstis subakromialis pembatasan LGS hanya terbatas pada 1 bidang yaitu
abduksi seperti pada waktu menyisir rambut.6,10\
Pada pemeriksaan fisik dijumpai adanya Panfull arc sub acromialis 700-1200, tes
fleksi siku melawan tahanan pada posisi fleksi 900 terjadi rasa nyeri.

4. Ruptur dari Rotator Cuff


Otot-otot rotator cuff dapat terobek akibat trauma. Penyebab kelainan jaringan lunak
dari bahu masih belum jelas, kemungkinan karena faktor biokimiawi atau trauma. Proses
degenerasi dari muskulotendineus rotator cuff terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Pada
orang muda akan menyebabkan nyeri akut setelah trauma, tetapi tidak demikian pada lanjut
usia. Umumnya penderita lanjut usia datang dengan keluhan bahwa lengannya lemah
sehingga tidak bisa abduksi.6,10,13
Daerah rawan ( critical zone) dari muskulotendineus rotator cuff yaitu pada insersi di
humerus daerah tersebut sangat peka terhadap cedera. Iskemia pada daerah tersebut
memudahkan terjadi nya ruptur.13
Pada pemeriksaan umumnya hanya bisa abduksi sampai 90 0, jika di suruh abduksi
lebih jauh maka lengan akan jatuh. Demikian juga jika pasien disuruh abdusi dan diberi
tahanan maka lengan akan jatuh. Tindakan pemeriksaan ini di sebut Tes Moseley atau Drop
arm test. Jika gerakan pasif tidak terdapat nyeri atau pembatasan LGS.2,6,13

Gambar 14 Tes Moseley18


5. Tendinitis Bisipitalis
Tendon otot biceps dapat mengalami kerusakan secara tersendiri, meskipun berada
bersama-sama otot supraspinatus. Tendinitis ini biasanya merupakian reaksi terhadap adanya
28

trauma akibat jatuh atau dipukul pada bahu dengan lengan dalam posisi abduksi serta lengan
bawah supinasi. Bisa juga karena kerja keras berulangkali melakukan gerakan abduksi lengan
sambil tangannya supinasi seperti karyawan yang menutup atau membuka botol.
Penyebabnya adalah iritasi dan inflamasi tendon biseps.13
Pada umumnya penderita mengeluh nyeri bahu sepanjang otot biseps yang menjalar
kelengan bawah, nyeri tekan pada daerah sulkus bisipitalis atau tendon bisipitalis.13
Pemeriksaan fisik pada penderita tendinitis bisipitalis disertai pembengkakan dari
pembungkus tendon biseps. Pembesaran tersebut dapat diraba bila jari-jari pemeriksa
digelindingkan (rolling) melalui tendon kaput longum biseps secara bersama-sama yang sehat
dan yang sakit. Akan terasa sangat nyeri pada sisi yang sakit serta didapatkan adanya aduksi
sendi bahu terbatas, nyeri tekan pada tendon otot bisep, tes yorgason disamping timbul nyeri
juga didapat penonjolan pada samping medial tuberkuluminus humeri, berarti tendon otot
bisep tergelincir dan berada di luar sulcus bisipitalis sehingga terjadi penipisan tuberkulum.13

Gambar 15 Tendinitis bisipitamis17


6. Sindroma Thoracic Outlet

(Gambar 16) sindrom Thoracic Outlet19


29

Istilah thoracic outlet berarti pintu atas rongga toraks yang dibentuk oleh lengkungan
iga pertama yang diatapi oleh jaringan miofasial. Berkas saraf yang keluar dari pleksus
brakhialis dan bertujuan menyarafi lengan dan tangan melewati torasik outlet tersebut. Dalam
perlintasan itu, berkas-berkas saraf tersebut melewati

tempat-tempat yang mudah

menjebaknya. Tempat tersebut berupa lubang segitiga yang dibentuk oleh otot-otot skalenus,
sela kostoklavikular dan ruang antara iga dan otot pektoralis minor.6,10
Termasuk dalam sindroma ini adalah sindroma kostoklavikular, sindroma skalenus
antikus dan sindroma kostopektoralis minor. Kelainan yang bertanggungjawab bukan terdapat
pada satu tempat, tapi pada berbagai tempat. Hal ini berarti bahwa penjebakan disebabkan
oleh

suatu

sikap

badan

yang

salah

pada

seseorang

yang

memiliki

struktur

neuromuskuloskeletal yang kurang menguntungkan. Pada umummya mengenai kelompok


pekerja yang harus mengabduksikan lengannya secara berkepanjangan atau orang-orang yang
memiliki kebiasaan tidur dengan lengan dielevasikan dengan atau tanpa hiperabduksi. 7,10,13
Karena sikap hiperabduksi dan elevasi lengan secara berkepanjangan, maka
bungkusan neurovaskuler yang melewati sela kostoklavikular, skalenus dan kostopektoralis
teregang atau terjepit, sehingga timbul parestesi dan nyeri serta perasaan seoah-olah lengan
dan tangan bengkak.6,10,13
Kelainan ini dapat diperiksa dengan tes Adson. Tes ini dilakukan dengan posisi leher
tegak, dan menoleh kesisi yang sakit, sambil menahan nafas. Maka denyut a.radialis akan
mengecil, atau keluhan bertambah berat.6,10,13

(gambar 17) tes Adson18


7. Penekanan pada Saraf Servikal
Biasanya disebabkan oleh artritis degeneratif atau spondiloartrosis, paling sering
mengenai saraf C5C6 sehingga pasien mengeluh bahu dan leher kaku. Nyeri dapat
bertambah dengan menggerakkan leher, batuk, bersin, dimana pada keadaan tersebut saraf
yang terkena akan teregang. Terdapat gangguan motorik, sensorik, refleks tendon, dan dapat
terjadi atrofi.13
8. Nyeri Rujukan

30

Adalah nyeri bahu yang berasal dari alat dalam. Paling sering adalah lesi pada n.frenikus
(C4) juga cabang-cabang C3 dan C4 atau diafragma. Diafragma dapat terangsang oleh karena
keadaan pada mediastinum, perikardium, hepar, atau duktus biliaris. Kelainan seperti infark
miokard, perforasi intraabdominal, aneurisma aorta dapat juga menimbulkan nyeri pada
bahu.13

10. PENATALAKSANAAN
1. MEDIKAMENTOSA
Untuk mengurangi rasa nyeri diberikan analgesik dan obat anti inflamasi
nonsteroid. Pemakaian relaksan otot bertujuan untuk mengurangi kekakuan dan
nyeri dengan menghilangkan spasme otot. Beberapa penulis menganjurkan
pemberian suntikan kortikosteroid ditambah anestesi lokal pada rotator cuff dan
intra artikuler untuk menghilangkan nyeri secara cepat. Digunakan campuran
kristalin kortikosteroid dengan anestesi lokal. Disuntikan di beberapa insersi tendon
supraspinatus, bursa subakromial di bagian anteriolateral, selaput tendon dari biseps
dan pada kapsul sendi di bagian posterior di daerah teres minor. Biasa nya digunakan
kortikosteroid yang long acting misalkan triamcinolone acetonide 40 mg di campur
dengan lidokain atau xylokain 1% menjadi 5cc kemudian diinfiltrasikan di tempat
tersebut di atas. Biasa nya pada fase akut perlu ditambah analgesik yang kuat
misalkan asam mefenamik 500 mg disamping NSAID, kemudian dilanjutkan dengan
latihan.

Harus diperhatikan kemungkinan ruptur dari tendon pada penyuntikan

tersebut, maka penyuntikan tidak boleh lebih dari 2 kali dalam 1 tahun.Dasar
penggunaan kortikosteroid pada Capsulitis adhesive dikaitkan dengan kemampuan
mengurangi edema atau inflamasi saraf.2,10,13,19
Sedangkan tindakan operatif meliputi manipulation under anaesthesia,
arthroscopic dan pembebasan kontraktur. Tindakan Operatif Dilakukan pada kasus
yang parah atau yang tidak ada perbaikan dengan terapi medikamentosa dan
fisioterapi. Proses pembedahan dilakukan oleh ahli bedah dengan dipandu alat
arthroscopy. Waktu pemulihannya bervariasi pada setiap penderita. Metode operasi
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
31

1.
Setelahnpasien

Operasi dengan anasthesi


dibius kemudian bahu dgerakkan

seluas

luasnya

untuk

menghancurkan jaringan pada sendi bahu dengan tujuan memperbaiki luas gerak
sendi. .13
2. Atheroscopi
Tindakan ini dilakukan pada pasien fase freezing atau frozen, dimana setelah pasien
diberi anasthesi, dengan incisi yang sangat minimal di bahu dimasukkan instrument dan
kamera ke celah sendi sebagai pemandu untuk melihat kondisi sisa inflamasi dan
memperbaikinya.13
2. PENANGANAN REHABILITASI MEDIK
A. Terapi dingin
Modalitas terapi ini biasanya untuk nyeri yang disebabkan oleh cedera muskuloskeletal
akut. Demikian pula pada nyeri akut Capsulitis adhesive lebih baik diberikan terapi dingin.2,5
Efek terapi ini diantaranya mengurangi spasme otot dan spastisitas, mengurangi
maupun membebaskan rasa nyeri, mengurangi edema dan aktivitas enzim destruktif
(kolagenase) pada radang sendi. Pemberian terapi dingin pada peradangan sendi kronis
menunjukkan adanya perbaikan klinis dalam hal pengurangan nyeri. 2,5
Adapun cara dan lama pemberian terapi dingin adalah sebagai berikut: 2,5
o Kompres dingin
Teknik: masukkan potongan potongan es kedalam kantongan yang tidak
tembus air lalu kompreskan pada bagian yang dimaksud. Lama: 20 menit, dapat
diulang dengan jarak waktu 10 menit.
o Masase es
Teknik: dengan menggosokkan es secara langsung atau es yang telah dibungkus.
Lama: 5-7 menit. Frekuensi dapat berulang kali dengan jarak waktu 10 menit.
B. Terapi panas
Efek terapi dari pemberian panas lokal, baik dangkal maupun dalam, terjadi oleh
adanya produksi atau perpindahan panas. Pada umumnya reaksi fisiologis yang dapat
diterima sebagai dasar aplikasi terapi panas adalah bahwa panas akan meningkatkan
viskoelastik jaringan kolagen dan mengurangi kekakuan sendi. Panas mengurangi rasa nyeri
dengan jalan meningkatkan nilai ambang nyeri serabut-serabut saraf. Efek lain adalah
memperbaiki spasme otot, meningkatkan aliran darah, juga membantu resolusi infiltrat
radang, edema, dan efek eksudasi. 2,5
Beberapa penulis menganjurkan pemanasan dilakukan bersamaan dengan peregangan,
dimana efek pemanasan meningkatkan sirkulasi yang bermanfaat sebagai analgesik.Terapi
panas dangkal menghasilkan panas yang tertinggi pada permukaan tubuh namun penetrasinya
32

kedalam jaringan hanya beberapa milimeter. Pada terapi panas dalam, panas diproduksi
secara konversi dari energi listrik atau suara ke energi panas didalam jaringan tubuh. Panas
yang terjadi masuk kejaringan tubuh kita yang lebih dalam, tidak hanya sampai jaringan
dibawah kulit (subkutan). Golongan ini yang sering disebut diatermi, terdiri dari: 2,6,7
o Diatermi gelombang pendek (short wave diathermy = SWD)
o Diatermi gelombang mikro (microwave diathermy = MWD)
o Diatermi ultrasound (utrasound diathermy = USD)
Pada Capsulitis adhesive, modalitas yang sering digunakan adalah ultrasound
diathermy (US) yang merupakan gelombang suara dengan frekuensi diatas 17.000 Hz dengan
daya tembus yang paling dalam diantara diatermi yang lain. Gelombang suara ini selain
memberikan efek panas/ termal, juga ada efek nontermal/ mekanik/ mikromasase, oleh
karena itu banyak digunakan pada kasus perlekatan jaringan. Frekuensi yang dipakai untuk
terapi adalah 0,8 dan 1 MHz. Dosis terapi 0,5-4 watt/cm 2, lama pemberian 5-10 menit,
diberikan setiap hari atau 2 hari sekali. US memerlukan media sebagai penghantarannya dan
tidak bisa melalui daerah hampa udara. Menurut penelitian, medium kontak yang paling ideal
adalah gel. 2,5
Efek US pada Capsulitis adhesive :

Meningkatkan aliran darah


Meningkatkan metabolisme jaringan
Mengurangi spasme otot
Mengurangi perlekatan jaringan
Meningkatkan ekstensibilitas jaringan.
Modalitas lain yang digunakan adalah short wave diathermy. Disini digunakan arus

listrik dengan frekuensi tinggi dengan panjang gelombang 11m yang diubah menjadi panas
sewaktu melewati jaringan.Pada umumnya pemanasan ini paling banyak diserap jaringan
dibawah kulit dan otot yang terletak di permukaan. 2,5

C. ELEKTROSTIMULASI: TENS (Transcutaneus Electrical NerveStimulation)


Modalitas terapi fisik ini dapat dipergunakan untuk nyeri akut maupun nyeri kronis, dan
sering digunakan untuk meredakan nyeri pada Capsulitis adhesive.
Untuk peletakan elektroda dan pemilihan parameter perangsangan sampai sekarang
masih lebih banyak bersifat seni dan subyektif. Namun peletakkan elektrode harus tetap

33

berdasarkan pengetahuan akan dasar-dasar anatomi dan fisiologi. Letak elektroda yang biasa
dipilih yaitu: daerah paling nyeri, dermatom saraf tepi, motor point, trigger point, titik
akupuntur. 2,5
Stimulasi dapat juga disertai dengan latihan. Misalnya keterbatasan gerak abduksi,
elektrode aktif (negatif) ditempatkan pada tepi depan aksila dan elektroda kedua diletakkan
pada bahu atau diatas otot deltoid penderita. Pasien berdiri disamping sebuah dinding dan
diminta meletakkan jari-jarinya pada permukaan dinding. Pada saat stimulasi, jari-jari tangan
pasien diminta untuk berjalan ke atas di dinding tersebut. Lama pemberian stimulasi
bervariasi dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat dilakukan sendiri oleh penderita.
Angka keberhasilan untuk menghilangkan nyeri bervariasi dari 25% sampai 8095%.2,5
3. LATIHAN
Merupakan bagian yang terpenting dari terapi Capsulitis adhesive. Pada awalnya
latihan gerak dilakukan secara pasif terutama bila rasa nyeri begitu berat. Setelah nyeri
berkurang latihan dapat dimulai dengan aktif dibantu. Rasa nyeri yang timbul pada waktu
sendi digerakkan baik secara pasif maupun aktif menentukan saat dimulainya latihan gerak.
Bila selama latihan pasif timbul rasa nyeri sebelum akhir pergerakan sendi diduga
masih fase akut sehingga latihan gerakan aktif tidak diperbolehkan. Bila rasa nyeri terdapat
pada akhir gerakan yang terbatas, berarti masa akut sudah berkurang dan latihan secara aktif
boleh dilakukan.
Pada latihan gerak yang menimbulkan/ menambah rasa nyeri, maka latihan harus
ditunda karena rasa nyeri yang ditimbulkan akan menurunkan lingkup gerak sendi. Tetapi bila
gerakan pada latihan tidak menambah rasa nyeri maka kemungkinan besar terapi latihan
gerak akan berhasil dengan baik. Latihan gerak dengan menggunakan alat seperti shoulder
wheel , overhead pulleys, finger ladder, dan tongkat merupakan terapi standar untuk
penderita frozen shoulder. 2,5,9

Gambar 18 : shoulder wheel20


34

Gambar 19 : overhead pulleys20

Gambar 20: finger ladder20

A. Latihan Codman (Pendulum)


Gravitasi menyebabkan traksi pada sendi dan tendon dari otot lengan. Codman
memperkenalkan latihan untuk sendi bahu dengan menggunakan gravitasi. Bila penderita
melakukan gerak abduksi pada saat berdiri tegak akan timbul raa nyeri hebat. Tetapi bila
dilakukan dengan pengaruh dari gravitasi dan otot supraspinatus relaksasi maka gerakan
tersebut terjadi tanpa disertai rasa nyeri. Pada pergerakan pendulum penderita membungkuk
kedepan, daerah lengan yang sakit tergantung bebas tanpa atau dengan beban.5
Tubuh dapat ditopang dengan meletakkan lengan satunya diatas meja atau bangku,
lengan digerakkan ke depan dan ke belakang pada bidang sagital (fleksi-ekstensi). Makin
lama makin jauh gerakannya, kemudian gerakan kesamping, dilanjutkan gerakan lingkar
(sirkuler) searah maupun berlawanan arah dengan jarum jam. Pemberian beban pada latihan
pendulum akan menyebabkan otot memanjang dan dapat menimbulkan relaksasi pada otot
bahu. 2,5,4

Gambar 21: Latihan Pendulum6,20

35

B. Latihan dengan menggunakan tongkat


Latihan dengan tongkat dapat berupa gerakan fleksi, abduksi, adduksi, dan rotasi.
Gerakan dapat dilakukan dalam posisi berdiri, duduk ataupun berbaring. 2,5

Gambar 22 : Latihan dengan menggunakan tongkat6,20

C. Latihan finger ladder


Finger ladder adalah alat bantu

yang dapat memberikan bantuan secara obyektif

sehingga penderita mempunyai motivasi yang kuat untuk melakukan latihan lingkup gerak
sendi dengan penuh. Perlu diperhatikan agar penderita berlatih dengan posisi yang benar,
jangan sampai penderita memiringkan tubuhnya, berjinjit maupun melakukan elevasi
kepala. Gerakan yang dapat dilakukan adalah fleksi dan abduksi. Penderita berdiri
menghadap dinding dengan ujung jari-jari tangan sisi yang terkena menyentuh dinding.
Lengan bergerak keatas dengan menggerakkan jari-jari tersebut (untuk fleksi bahu). Untuk
gerakan abduksi dikerjakan dengan samping badan menghadap dinding.2,5

Gambar 23 Finger Ladder Exercise6,20


D. Latihan dengan over head pulleys (katrol)
Bila diajarkan dengan benar, sistem katrol sangat efektif untuk membantu mencapai
lingkup gerak sendi bahu dengan penuh. Peralatan: dua buah katrol digantungkan pada tiang
dengan seutas tali dihubungkan dengan kedua katrol tersebut. Kedua ujung tali diberi alat
36

agar tangan dapat menggenggam dengan baik. Posisi penderita bisa duduk, berdiri atau
berbaring terlentang dengan bahu terletak dibawah katrol tersebut. Dengan menarik tali pada
salah satu tali yang lain akan terangkat. Sendi siku diusahakan tetap dalam posisi ekstensi dan
penderita tidak boleh mengangkat bahu maupun mengangkat tubuh. Gerakan dilakukan
perlahan-lahan. 2,5

Gambar 24 Over Head Pulleys Exercise20


E.

Latihan dengan shoulder wheel


Dengan instruksi yang benar shoulder whell dapat digunakan untuk memberi motivasi

pada penderita untuk melakukan latihan lingkup gerak sendi bahu secara aktif. Cara
penggunaan alat yaitu penderita berdiri sedemikian rupa sehingga aksis dari sendi bahu sama
dengan aksis roda pemutar sehingga gerak lengan sesuai dengan gerak putaran roda.
Penderita tidak diharuskan menggerakkan roda secara penuh, tetapi gerakan hanya dilakukan
sebesar kemampuan gerakan sendi bahunya. Harus pula diperhatikan pada waktu melakukan
gerakan endorotasi maupun eksorotasi bahu dalam posisi abduksi 90o dan siku fleksi 90o.
Dengan meletakkan siku pada aksis roda maka gerakan dapat dilakukan sampai pada
keterbatasan lingkup gerak sendi. 2,5

Gambar 25 Shoulder weel Exercise20


11. Komplikasi
Pada kondisi capsulitis adhesive yang berat dan tidak mendapat penanganan yang
tepat dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan problematic yang lebih berat antara
lain kekakuan sendi bahu, kecenderungan terjadinya penurunan kekuatan otot otot bahu,
37

potensial terjadinya deformitas pada sendi bahu, atrofi otot sekitar sendi bahu dan adanya
gangguan AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari).6
12. Prognosis
Pasien dengan frozen shoulder bisa sembuh, namun sebagian besar penderita frozen
shoulder kehilangan sebagian fungsi gerak dari sendi bahu. 60-95% dari penderita ruang
lingkup gerakan nya dapat normal kembali. Dengan injeksi lokal, wand exercise dan wall
ladder exercise, dapat menghilangkan rasa nyeri pada malam hari dalam waktu 2 minggu.
Bila abduksi pasif telah mencapai 90 derajat, pergerakan sendi akan normal kembalidengan
latiahn sendiri di rumah. Pada penderita usia lanjut ruang lingkup gerakan nya tidak dapat
embali secara sempurna, tetapi hal tersebut adalah normal untuk usia tertesebut. Pada
penderita yang gagal dapat dibantu dengan fisioterapi. Satu persen penderita perlu manipulasi
dengan narkose.13,21
DAFTAR PUSTAKA

1.Abate M. Management of limited joint mobility. Dove press journal. Ma 2013;6:197-207


2.Carolyn T W. Physical therapy Frozen shoulder.Diakses 29 Juli 2014.
Available from : http://www.physicaltherapyjournal.com/content/66/12/1878.full.pdf
3. Charte M, Anatomi dan fisiologi tulang dan sendi dalam patofisiologi
Vol2.Jakarta,2003;P1357-65
4.Cluett, J. Frozen Shoulder Symptoms. Diakses 25 juli 2014. Available
from:http://orthopedics.about.com/cs/frozenshoulder/a/frozenshoulder_2.html.
5. Holt,T. Corticosteroid injection for shoulder pain:single blind randomized pilot trial in
primary care. Trials Journal.New York.2013
6. Kelley, MJ. Frozen shoulder; evidence and a proposal model guiding
rehabilitation. Journal of orthopedic and sport physical therapy.2009;39(2):P 135-48
7.Lucas M,KRT. Terapi farmaka nyeri berdasar mekanisme penyakit Dalam: Kumpulan
kuliah.Yogyakarta. Pokdi nyeri PERDOSSI fk UGM. 2004:P1-5

38

8. Lestaria A. Penelitian pendahuluan frozen shoulder membandingkan hasil teraapi


fisik di rumah dan rumah sakit. Diakses pada tanggal 26 juli 2014. Available at: http://
www. Digilib.ui.ac.id/opac/themes/ubii2/detail-82273
9.Manske, R. Clinical commentary and literature review:diagnosis, conservative and
surgical management of adhesive capsulitis.Toronto.2010
10. PH Laubscher. Frozen Shoulder. SA orthopedic journal south africa.2009.
Diakses pada tanggal 25 Juli 2014. Available at

http://shoulder.co.za/content/saoj

%20frozen%20shoulder,pdf

11.Roach KE, Budiman-makE,et all. Development of a shoulder pain.


arthritis careres.1991.dec:4(4):143-9
12.Setiawan.Nyeri bahu Dalam: Nyeri pengenalan dan penatalaksanaan. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.1991:P109-25
13.Sianturi, G. Study komparatif injeksi dan oral triamcinolone acetonide pada
sindrome frozen shoulder.Semarang:Universitas Diponegoro.2008
14. Sidharta P. Pemeriksaan Meurologi klinis dasar. Jakarta:PT Dian rakyat;1999
15. Sidharta P. Sakit neuromuskuloskeletal dalam praktek umum.
PT Dian Rakyat.1984: p93- 14
16. Wirawan RB. Aspek neurologik nyeri bahu-lengan dalam tatalaksana nyeri era milenium
baru. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro;2991.P37-45
17.William AM. Managing the frozen shoulder.Walter reed Nationally Military
medical center. Diakses pada tanggal 28 Juli 2014. Available at
http://www.wrnmmc.capmed.mil/Health%20Services/Surgery/Orthopaedics

39

18. Miller A. The 3 minutes musculoskeletal and peripheral nerve exam. Demosmedical;New
York:2000.
19. Horrigan J. The 7 minutes rotator cuff solution. Health for life.New York. 2010;1:3-65
20. Allardyce. Exercise your shoulder pain free.2013. Diakses tanggal 26 Juli 2014.
Available from: http://www.shoulder-pain-exercises.com
21. Reznik M. Frozen shoulder-Adhesive capsulitis.2011. Diakses tanggal 25 Juli 2014.
Available from: http://www. Reznikmedical.med.health/frozenshoulder.com

40

You might also like