Professional Documents
Culture Documents
Fs Vinaedit Final
Fs Vinaedit Final
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
4-5
1. Latar Belakang...................................................................................................... .
1 Definisi..................................................................................................................
2 Epidemiologi...........................................................................................................
6-7
3 Anatomi....................................................................................................................
6-19
4 Etiologi..................................................................................................................
19-20
5 Patofisiologi.............................................................................................................
20-22
6 Manifestasi Klinis.................................................................................................
22-25
7 Diagnosis.................................................................................................................
25-26
8 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................
26
9 Diagnosa Banding...................................................................................................
26-31
10 Penatalaksanaan....................................................................................................
32-39
11 Komplikasi............................................................................................................
39
12 Prognosis...............................................................................................................
39
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Anatomi bahu..........................................................................................
Gambar 2 Persendian pada gelang bahu ................................................................
Gambar 3 Anatomi sendi bahu................................................................................
Gambar 4 Anatomi otot penggerak sendi bahu.......................................................
Gambar 5 Anatomi otot penggerak bahu anterior...................................................
Gambar 6 Anatomi otot pergelangan bahu..............................................................
Gambar 7 Range of motions shoulder.....................................................................
Gambar 8 Patofisiologi...........................................................................................
Gambar 9 Patofisiologi frozen shoulder..................................................................
Gambar 10 Staging capsulitis adhesiva.....................................................................
Gambar 11 Gerak aktif dan pasif...............................................................................
Gambar 12 Tes Appley scarcth..................................................................................
Gambar 13 Tendinitis degeneratif.............................................................................
Gambar 14 Tes Moseley...........................................................................................
Gambar 15 Tendinitis bisipitamis.............................................................................
Gambar 16 Sindrom Thoracic Outlet.......................................................................
Gambar 17 Tes Adson..............................................................................................
Gambar 18 Shoulder wheel......................................................................................
Gambar 19 Overhead Pulleys..................................................................................
Gambar 20 Finger ladder.........................................................................................
Gambar21 Latihan pendulum..................................................................................
Gambar 22 Latihan dengan menggunakan tongkat..................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar belakang
Beraktivitas merupakan hal yang mutlak dilakukan semua makhluk hidup. Terlebih lagi
bagi manusia yang aktivitasnya lebih beragam dibandingkan makhluk hidup yang lain.
Tulang, otot, dan sendi merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam beraktivitas.
Apabila terdapat kelainan pada tiga komponen tersebut maka akan berpengaruh pada
aktivitas. Fungsi anggota badan (ekstremitas) manusia bagian atas yang terdiri atas lengan
dan tangan merupakan bagian yang sangat penting bagi penunjang aktivitas.
Dalam kehidupan sehari-hari didapati ada yang mengalami masalah pada ekstremitas
bagian atas terutama disekitar bahu, yaitu tidak dapat melakukan aktivitas sepenuhnya
dengan keadaan tertentu pada ekstremitas atasnya karena suatu penyebab.
Sa1ah satu penyebab yang dapat mengganggu seseorang melakukan aktivitasnya
adalah apabila seseorang tersebut mengalami nyeri bahu. Frozen shoulder, atau juga sering
disebut sebagai adhesive capsulitis, merupakan suatu kelainan di mana terjadi inflamasi pada
kapsul sendi bahu, yaitu jaringan ikat disekitar sendi glenohumeral, sehingga sendi tersebut
menjadi kaku dan terjadi keterbatasan gerak dan nyeri yang kronis.
Duplay pada awalnya mengidentifikasi kekakuan bahu sebagai Periartheritis pada
tahun 1872 dan pada tahun 1934 Codman memperkenalkan Frozen Shoulder, Naviaser pada
tahun 1945 menggambarkan adanya perubahan jaringan synovial pada sendi Glenohumeral
dan menyebutnya sebagai Adhesive capsulitis dimana menunjukkan adanya perubahan
patologik pada kapsul sendi, Lunberg membagi Frozen Shoulder menjadi 2 katagori yaitu
Adhesive capsulitis idiophatik atau primer dan Adhesive capsulitis sekunder.
Pathogenesis dari Adhesive capsulitis idhiopatik masih belum jelas, meskipun dari
beberapa pendapat menunjukkan mekanisme Frozen Shoulder, Harryman dan Naviaser
menyampaikan kemungkinan penyebab adhesive capsulitis yaitu adanya pengaruh Hormonal,
imunologi, imflamasi dan perubahan biokimia. Frozen Shoulder juga mungkin timbul karena
adanya trauma, mungkin juga timbul secara perlahan-lahan tanpa tanda-tanda atau riwayat
trauma. Keluhan utama yang dialami adalah nyeri dan penurunan kekuatan otot penggerak
4
sendi bahu dan keterbatasan LGS terjadi baik secara aktif atau pasif. Frozen shoulder secara
pasti belum diketahui penyebabnya. Namun kemungkinan terbesar penyebab dari frozen
shoulder antara lain tendinitis, rupture rotator cuff, capsulitis, post immobilisasi lama,
trauma serta diabetes mellitus. Respon autoimmunal terhadap rusaknya jaringan lokal yang
diduga menyebabkan penyakit tersebut.
Prevalensi Frozen shoulder mencapai 2%-5% dari seluruh populasi, banyak terjadi
pada usia 40 - 65 tahun dan sekitar 60 % dari kasus frozen shoulder lebih banyak mengenai
perempuan dibanding laki-laki. Damana dibeberapa literatur menyatakan hal ini karena
adanya hubungan kadar hormon wanita saat menaupose dengan frozen shoulder. Frozen
Shoulder juga terjadi pada 10-20 % dari penderita diabetus mellitus yang merupakan salah
satu faktor resiko frozen shoulder dimana hal ini pertama kali di kemukakan oleh Bridgeman
pada tahun 1972.
Keluhan yang sering dikemukakan oleh penderita antara lain sebagai berikut,
kesulitan untuk memakai baju, untuk menyisir rambut dimana kepala nya harus
dimiringkan terlebih dahulu, sulit untuk mengambil dompet dari saku belakang. Penyebab
nyeri gerak dan fungsi sangat erat kaitannya dengan mekanisme gerak yang terjadi pada
sendi bahu baik secara osteokinematika.
Tujuan penulisan Text Book Reading ini untuk menambah pengetahuan pembaca
umumnya dan penulis khususnya mengenai Frozen Shoulder mulai dari definisi, anatomi dan
fisiologi,
patogenesis,
gejala
klinis,
diagnosis
banding,
pemeriksaan
penunjang,
mungkin sehingga dapat memberikan tatalaksana yang tepat sehingga pasien dapat
melaksanakan kembali aktivitas fungsionalnya sehari hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Capsulitis adhesive adalah gangguan pada permukaan gelang bahu dimana jaringan
lunak disekitar sendi sendi yang membentuk gelang bahu terjadi inflamasi dan kekakuan
yang lama kelamaan berkembang menjadi adhesion atau perlengketan sehingga dapat
menyebabkan terjadinya pembatasan gerak dan menyebabkan nyeri yang kronis.10
Istilah frozen shoulder merupakan wadah untuk semua gangguan sendi bahu dengan
pembatasan lingkup gerakan. Biasa nya hanya dapat abduksi kurang dari 80 derajat
sedangkan rotasi interna dan eksterna kurang dari 70 derajat. Istilah lain adalah periarthritis
humeroskapularis, penyakit duplay, bursitis adhesiva. Kerap kali dijumpai bersamaan dengan
penyakit kardiovaskuler. Jarang dijumpai pada usia di bawah 40 tahun, kebanyakan pada
wanita. Risiko penyakit ini meningkat dengan ada nya cedera, infark miokard, stroke dengan
hemiplegia, infeksi paru-paru. Yang paling menonjol adalah rasa nyeri atau gerakan yang
terbatas atau kedua-dua nya.12
Istilah frozen shouder hanya digunakan untuk penyakait yang sudah diketahui dengan
baik yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan progresif bahu yang berlangsung 18 bulan.
Proses peradangan dari tendonitis kronis tapi perubahan-perubahan peradangan kemudian
menyebar melibatkan seluruh cuff dan capsul.2
2. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat nyeri bahu merupakan penyebab tersering nomor 3 yang
menyebabkan disabilitas muskuloskeletal, setelah LBP dan nyeri leher. Prevalensi Frozen
shoulder mencapai 2%-5% dari seluruh populasi, sekitar 60 % dari kasus frozen shoulder
lebih banyak mengenai perempuan dibanding laki-laki. Damana dibeberapa literatur
menyatakan hal ini karena adanya hubungan kadar hormon wanita saat menaupose dengan
6
frozen shoulder. Frozen Shoulder juga terjadi pada 10-20 % dari penderita diabetus mellitus
yang merupakan salah satu faktor resiko frozen shoulder. . Pada 16% penderita, Frozen
Shoulder dapat menyerang kedua bahu, meskipun prosesnya terjadi secara simultan atau
sekuensial. 14% penderita mengalami frozen shoulder pada bahu kontralateral pada saat
proses peradangan masih aktif pada bahu pertama. Frozen shoulder kontralateral biasanya
muncul dalam 5 tahun sejak onset. Kekambuhan frozen shoulder pada bahu yang sama sangat
jarang terjadi. Tidak ada data yang menunjukkan bahwa frozen shouldr lebih cenderung
menyerang ras tertentu. Frozen shoulder lebih sering menyerang wanita dari pada pria,
dengan perbandingan 2:1.Umur rata-rata onset terjadinya frozen shoulder adalah 52 tahun
pada wanita dan 55 tahun pada pria.6,11
Frozen shoulder sering terjadi pada pasien denga hipertiroid dan hipertriglicemi.
Meskipun berbagai penulis melaporkan bahwa penyakit jantung, tuberkulosis, dan berbagai
kondisi medis lainnya dapat berhubungan dengan FS, namun asosiasi ini sebagian besar
hanya anekdot dan tidak didukung dengan studi case control.5
3. ANATOMI FUNGSIONAL
Terdapat
empat
sendi
yang
terpisah
yaitu
glenohumeral,
skapulothorakal,
yang
memperkuat
ligamenhumeral
sendi
tranversum,
glenohumeral
ligamencoraco
antara
lain
humeral
dan
ligamencoracoacromiale, serta kapsul sendi melekat pada cavitas glenoidalis dan collum
anatomicum humeri 3
(2).Suprahumeral.
(3). Akromioklavikular.
(4). Scapulokostal,
(5). Sternoklavikular.
(6). Costosternal.
(7). Costovertebral.
b. Sendi sterno claviculare
Dibentuk oleh extremitas glenoidalis clavikula, dengan incisura clavicularis sterni.
Menurut bentuknya termasuk articulation sellaris, tetapi fungsionalnya glubiodea. Diantar
kedua facies articularisnya ada suatu discus articularis sehingga lebih dapat menyesuikan
kedua facies articularisnya dan sebagai cavum srticulare. Capsula articularis luas,sehingga
kemungkinan gerakan luas.3
Ligamentum yang memperkuat:
1) ligamentum
interclaviculare,
yang
membentang
diantara
medial
10
c. Sendi acromioclaviculare
Dibentuk oleh extremitas acromialisclavicula dengan tepi medial dari acromion
scapulae. Facies articularisnya kecil dan rata dan dilapisi oleh fibro cartilago. Diantara
facies articularis ada discus artucularis. Secara morfologis termasuk ariculatio ellipsoidea,
karena facies articularisnya sempit, dengan ligamentum yang longgar.3
Ligamentum yang memperkuatnya:3
1) ligamentacromio claiculare, yamg membentang antara acromion dataran ventral
sampai dataran caudal clavicula.
2) ligament coraco clavicuculare, terdiri dari 2 ligament yaitu:
a) Ligamentum
conoideum,
yang
membentang
antara
dataran
medial
dataran
lateral
trapezoideus,
yang
membentang
dari
11
Gerakan yang dilakukan oleh bahu selain ditunjang oleh banyaknya sendi pada bahu ( 7
sendi) juga ditunjang oleh banyaknya otot yang berperan dalam melakukan
gerakan bahu.2
1. Deltoid
Dibagi menjadi 3 bagian :
a.Pars Klavicularis (Anterior)
Origo
Gerakan
12
gerakan
: Acromion
Gerakan
Gerakan
Insertio
Persyarafan
: n axillaris (C5-C6)
2. Supraspinatus
Origo
: Fossa Supraspinatus
Insertio
Persyarafan
: n suprascapularis (C5)
Gerakan
3. Infraspinatus
Origo
: Fossa Infraspinatus
Insertio
Persyarafan
: n suprascapularis (C5)
Gerakan
: Prime mover rotasi ke lateral dan ekstensi horizontal bahu dan sebagai
pembantu gerakan abduksi horizontal bahu.
4. Subscapularis
Origo
: Fossa subscapularis
Insertio
Persyarafan
Gerakan
5. Teres minor
Origo
Insertio
Persyarafan
: n axillaris (C5)
Gerakan
: Prime mover rotasi ke lateral dan ekstensi horizontal bahu dan sebagai
pembantu gerakan abduksi horizontal bahu.
Kelima otot tersebut disebut sebagai otot instrinsik bahu sedangkan nomer
dua hingga lima dikenal sebagai Rotator cuff
6. Teres Mayor
Origo
Insertio
Persyarafan
Gerakan
7. Letissimus dorsi
Origo
Insertio
Persyarafan
: n thoracodorsalis (C7-C8)
Gerakan
14
Insertio
Persyarafan
: n muskulokutaneus (C6-C7)
Gerakan
9. Pectoralis mayor
1. Pars Klavicularis
Origo
2. Pars Manubrialis
Origo
: Sternum
3. Pars sternocostalis
Origo
Insertio
Persyarafan
Gerakan
Insertio
Persyarafan
: n scapulodorsalis (C5)
Gerakan
: Prime mover adduksi dan rotasi ke bawah scapula dan sebagai pembantu
gerakan elevasi scapula.
3. Rhomboideus minor
Origo
Insertio
: Spina scapula.
Persyarafan
: n scapulodorsalis (C5)
Gerakan
: Prime mover adduksi dan rotasi ke bawah scapula dan sebagai pembantu
gerakan elevasi scapula.
4. Levator scapula
Origo
Insertio
Persyarafan
: n scapulodorsalis (C3,C4,C5)
Gerakan
5. Pectoralis minor
Origo
: Costae 3,4,5
Insertio
: proccesus coracoideus
Persyarafan
Gerakan
6. Subclavius
Orig
Insertio
Persyarafan
: n subclavius (C5-C6)
Gerakan
: Depresi clavicula
7. Trapezius
Dibagi menjadi 3 :
1) Superior
17
Origo
Insertio
Gerakan
: Elevasi kepala
2) Midle
Origo
Insertio
Gerakan
: Adduksi scapula.
3) Inferior
Origo
Insertio
Persyarafan
: n accesorius (C3-C4)
Gerakan
Sedangkan sendi bahu dipersarafi oleh plexus brachialis, plexus brachialis merupakan
anyaman serat saraf yang berjalan dari tulang belakang C5-T1, kemudian melewati bagian
leher dan ketiak, dan akhirnya keseluruh bagian lengan atas dan bawah.
Plexus brachialis dimulai dari rami ventral saraf spinal, dimana rami bergabung membentuk 3
truncus, yaitu trunkus superior (C5-C6), trunkus inferior (C7), trunkus medialis(C8-T1).3
Peredaran darah arteri yang memelihara sendi bahu adalah arteri axillaris yang
merupakan lanjutan dari arteri subslavia lalu bercabang-cabang, antara lain
: arteri
subscapularis, dan arteri brachialis. Sedangkan pembuluh darah vena pada sendi bahu anatara
lain vena axillaris yang bercabang-cabang menjadi vena cephalica, vena brachilica.
Range of movement dari shoulder sangat kompleks, yaitu pada bidang sagital (gerak
flexi) 180, sedangkan gerak extensi mencapai 60. Pada bidang frontal, gerak abduksi
mencapai 180, sedangkan gerak adduksi mencapai 45. Untuk gerak rotasi bervariasi, apabila
shoulder dalam keadaan flexi 90, maka total external & internal rotasi adalah 150.17
18
a. Teori hormonal.
Pada umumnya Capsulitis adhesive terjadi 60% pada wanita bersamaan dengan
datangnya menopause.
b. Teori genetik.
19
Yaitu frozen yang diikuti trauma yang berarati pada bahu misal fraktur, dislokasi, luka
baker yang berat, meskipun cedera ini mungkin sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya.
5. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis menyatakan
bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap nyeri yang timbul pada
bahu dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini sering timbul bila sendi tidak
digunakan terutama pada pasien yang apatis dan pasif atau dengan nilai ambang nyeri yang
rendah, di mana tidak tahan dengan nyeri yang ringan akan membidai lengannya pada posisi
tergantung. Lengan yang imobil akan menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan
bersama-sama dengan vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein,
edema, eksudasi, dan akhirnya reaksi fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara
20
yang berada
di sekitar sendi bahu menebal dan berkontraksi. Hal ini membuat ruangan untuk tulang
humerus bergerak lebih kecil, sehingga saat bergerak terjadi nyeri.2,10
Penemuan makroskopik dari patofisiologi dari frozen shoulder adalah fibrosis yang
padat dari ligament dan kapsul glenohumeral. Secara histologik ditemukan prolifrasi aktif
fibroblast dan fibroblas tersebut berubah menjadi miofibroblas sehingga menyebabkan
matriks yang padat dari kolagen yang berantakan yang menyebabkan kontraktur kapsular.
Berkurangnya cairan synovial pada sendi bahu juga berkontribusi terhadap terjadinya frozen
shoulder.12,17
Gambar 8 patofisiologi 20
Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan thrombine dan fibrinogen
membentuk protein yang disebut fibrin. Protein tersebut menyebabkan penjedalan dalam
darah dan membentuk suatu substansi yang melekat pada sendi. Perlekatan pada sekitar sendi
inilah yang menyebabkan perlekatan satu sama lain sehingga menghambat full ROM.
Kapsulitis adhesiva pada bahu inilah yang disebut frozen shoulder.12
Terdapat pula pendapat yang menyatakan adanya proses perrubahan vakuler pada
frozen shoulder.5
Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalamnya
terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium, yang
berbentuk suatu kantong yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon yang
melintasi sendi, sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi tetapi terlipat sehingga
memungkinkan gerakan secara penuh. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental
21
yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovium normalnya bening, tidak membeku, tidak
berwarna. Jumlah yang di permukaan sendi relative kecil (1-3 ml). Cairan sinovium juga
bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi. Capsulitis adhesiva merupakan
kelanjutan dari lesi rotator cuff, karena terjadi peradangan atau degenerasi yang meluas ke
sekitar dan ke dalam kapsul sendi dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya
reaksi fibrous dapat diperburuk akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi
impingement yang terlalu lama.2
22
6. GAMBARAN KLINIS
Penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta gerakan sendi bahu
yang terbatas kesegala arah, terutama gerakan abduksi, sehingga mengganggu lingkup gerak
sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat intensitasnya dari hari ke hari. Bersamaan dengan hal
itu terjadi gangguan lingkup gerak sendi bahu. Penyembuhan terjadi lebih kurang selama 612 bulan, dimana lingkup gerak sendi bahu akan meningkat dan akhir bulan ke 18 hanya
sedikit terjadi keterbatasan gerak sendi bahu.2
a. Nyeri
Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma, seringkali ringan, diikuti
sakit pada bahu dan lengan nyeri secara berangsur-angsur bertambah berat dan pasien sering
tidak dapat tidur pada sisi yang terkena. Setelah beberapa lama nyeri berkurang, tetapi
sementara itu kekakuan semakin terjadi, berlanjut terus selama 6-12 bulan setelah nyeri
menghilang. Secara berangsur-angsur pasien dapat bergerak kembali, tetapi tidak lagi normal
6,12
23
24
DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
Pada penderita didapatkan keluhan nyeri hebat dan atau keterbatasan lingkup
gerak sendi (LGS). Penderita tidak bisa menyisir rambut, memakai baju, menggosok
punggung waktu mandi, atau mengambil sesuatu dari saku belakang. Keluhan lain
pada dasarnya berupa gerakan abduksi-eksternal rotasi, abduksi-internal rotasi,
maupun keluhan keterbatasan gerak lainnya.2
2. PEMERIKSAAN FISIK
Capsulitis adhesive merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan
aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher lengan atas dan
punggung. Perlu dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif
terbatas, pertama-tama pada gerakan elevasi dan rotasi interna lengan, tetapi
kemudian untuk semua gerakan sendi bahu. 2,17,18
dengan tangan sisi kontralateral melewati belakang kepala (gambar 1). Pada
Capsulitis adhesive pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat
bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak aktif,
maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan.2,17,18
Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk
muskulotendineus rotatorcuff. Pada perabaan, kaput humeri terasa letak nya lebih
tinggi dalam sendi bahu, mendekati akromion bila dibandingkan dengan sisi yang
sehat. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya
mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator
cuff lainnya. 2,17,18
8.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain dibutuhkan pemeriksaan fisik, dalam mendiagnosa suatu penyakit juga
dibutuhkan suatu pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penujang dilakukan sesuai dengan
masing penyakit. Pada Capsulitis adhesive pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu
pemeriksaan radiologi (x-ray untuk menyingkirkan arthritis, tumor, dan deporit kalsium)
dan pemeriksaan MRI atau arthrogram (dilakukan bila tidak ada perbaikan dalam waktu 612 minggu).7
9 .DIAGNOSA BANDING
1. Tendinitis degenerative
Timbul pada dekade ke 5, terutama pria, sering mengenai otot supraspinatus pada
daerah zona kritikal Codman yaitu 1-2 cm sebelah medial tuberositas mayor. Keluhan nyeri
terutama malam hari. Gerakan abduksi lengan terbatas. Gerakan pasif seringkali normal.
26
Nyeri pada tuberositas minor menunjukkan peradangan pada subskapularis, nyeri pada
superior atau inferior lateral dari tuberosistas mayor memberi kesan adanya tendinitis
supraspinatus atau trauma pada otot infraspinatus. Gambaran radiologis pada tipe kronis
didapatkan perubahan degeneratif, pseudocyst dan osteofit pada daerah tuberositas mayor dan
kaput humeri.10,13
sebelumnya sudah merasa pegal-pegal di bahu. Keluhan pasien pertama kali adalah tidak bisa
abduksi secara aktif serta rasa pegal di bahu. Yang khas adalah rasa nyeri yang dijalarkan ke
insersi m.deltoideus pada tuberositas humeri saat lengan diabduksi reffered pain bursitis
subakromiale. Nyeri ini merupakan nyeri rujukan dari bursitis sub acromialis yang khas
sekali, ini dapat dibuktikan dengan penekanan pada tuberkulum humeri. Tidak adanya nyeri
tekan berarti nyeri rujukan.13
27
Umumnya timbul setelah trauma atau cedera otot atau tendon dari rotator cuff
terutama tendon supraspinatus. Rasa nyeri timbul siang dan malam. Pada bursitis jarang
terjadi pembengkakan kecuali terdapat sinovitis sebagai manifestasi penyakit rematik
sistemik. Pada burstis subakromialis pembatasan LGS hanya terbatas pada 1 bidang yaitu
abduksi seperti pada waktu menyisir rambut.6,10\
Pada pemeriksaan fisik dijumpai adanya Panfull arc sub acromialis 700-1200, tes
fleksi siku melawan tahanan pada posisi fleksi 900 terjadi rasa nyeri.
trauma akibat jatuh atau dipukul pada bahu dengan lengan dalam posisi abduksi serta lengan
bawah supinasi. Bisa juga karena kerja keras berulangkali melakukan gerakan abduksi lengan
sambil tangannya supinasi seperti karyawan yang menutup atau membuka botol.
Penyebabnya adalah iritasi dan inflamasi tendon biseps.13
Pada umumnya penderita mengeluh nyeri bahu sepanjang otot biseps yang menjalar
kelengan bawah, nyeri tekan pada daerah sulkus bisipitalis atau tendon bisipitalis.13
Pemeriksaan fisik pada penderita tendinitis bisipitalis disertai pembengkakan dari
pembungkus tendon biseps. Pembesaran tersebut dapat diraba bila jari-jari pemeriksa
digelindingkan (rolling) melalui tendon kaput longum biseps secara bersama-sama yang sehat
dan yang sakit. Akan terasa sangat nyeri pada sisi yang sakit serta didapatkan adanya aduksi
sendi bahu terbatas, nyeri tekan pada tendon otot bisep, tes yorgason disamping timbul nyeri
juga didapat penonjolan pada samping medial tuberkuluminus humeri, berarti tendon otot
bisep tergelincir dan berada di luar sulcus bisipitalis sehingga terjadi penipisan tuberkulum.13
Istilah thoracic outlet berarti pintu atas rongga toraks yang dibentuk oleh lengkungan
iga pertama yang diatapi oleh jaringan miofasial. Berkas saraf yang keluar dari pleksus
brakhialis dan bertujuan menyarafi lengan dan tangan melewati torasik outlet tersebut. Dalam
perlintasan itu, berkas-berkas saraf tersebut melewati
menjebaknya. Tempat tersebut berupa lubang segitiga yang dibentuk oleh otot-otot skalenus,
sela kostoklavikular dan ruang antara iga dan otot pektoralis minor.6,10
Termasuk dalam sindroma ini adalah sindroma kostoklavikular, sindroma skalenus
antikus dan sindroma kostopektoralis minor. Kelainan yang bertanggungjawab bukan terdapat
pada satu tempat, tapi pada berbagai tempat. Hal ini berarti bahwa penjebakan disebabkan
oleh
suatu
sikap
badan
yang
salah
pada
seseorang
yang
memiliki
struktur
30
Adalah nyeri bahu yang berasal dari alat dalam. Paling sering adalah lesi pada n.frenikus
(C4) juga cabang-cabang C3 dan C4 atau diafragma. Diafragma dapat terangsang oleh karena
keadaan pada mediastinum, perikardium, hepar, atau duktus biliaris. Kelainan seperti infark
miokard, perforasi intraabdominal, aneurisma aorta dapat juga menimbulkan nyeri pada
bahu.13
10. PENATALAKSANAAN
1. MEDIKAMENTOSA
Untuk mengurangi rasa nyeri diberikan analgesik dan obat anti inflamasi
nonsteroid. Pemakaian relaksan otot bertujuan untuk mengurangi kekakuan dan
nyeri dengan menghilangkan spasme otot. Beberapa penulis menganjurkan
pemberian suntikan kortikosteroid ditambah anestesi lokal pada rotator cuff dan
intra artikuler untuk menghilangkan nyeri secara cepat. Digunakan campuran
kristalin kortikosteroid dengan anestesi lokal. Disuntikan di beberapa insersi tendon
supraspinatus, bursa subakromial di bagian anteriolateral, selaput tendon dari biseps
dan pada kapsul sendi di bagian posterior di daerah teres minor. Biasa nya digunakan
kortikosteroid yang long acting misalkan triamcinolone acetonide 40 mg di campur
dengan lidokain atau xylokain 1% menjadi 5cc kemudian diinfiltrasikan di tempat
tersebut di atas. Biasa nya pada fase akut perlu ditambah analgesik yang kuat
misalkan asam mefenamik 500 mg disamping NSAID, kemudian dilanjutkan dengan
latihan.
tersebut, maka penyuntikan tidak boleh lebih dari 2 kali dalam 1 tahun.Dasar
penggunaan kortikosteroid pada Capsulitis adhesive dikaitkan dengan kemampuan
mengurangi edema atau inflamasi saraf.2,10,13,19
Sedangkan tindakan operatif meliputi manipulation under anaesthesia,
arthroscopic dan pembebasan kontraktur. Tindakan Operatif Dilakukan pada kasus
yang parah atau yang tidak ada perbaikan dengan terapi medikamentosa dan
fisioterapi. Proses pembedahan dilakukan oleh ahli bedah dengan dipandu alat
arthroscopy. Waktu pemulihannya bervariasi pada setiap penderita. Metode operasi
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
31
1.
Setelahnpasien
seluas
luasnya
untuk
menghancurkan jaringan pada sendi bahu dengan tujuan memperbaiki luas gerak
sendi. .13
2. Atheroscopi
Tindakan ini dilakukan pada pasien fase freezing atau frozen, dimana setelah pasien
diberi anasthesi, dengan incisi yang sangat minimal di bahu dimasukkan instrument dan
kamera ke celah sendi sebagai pemandu untuk melihat kondisi sisa inflamasi dan
memperbaikinya.13
2. PENANGANAN REHABILITASI MEDIK
A. Terapi dingin
Modalitas terapi ini biasanya untuk nyeri yang disebabkan oleh cedera muskuloskeletal
akut. Demikian pula pada nyeri akut Capsulitis adhesive lebih baik diberikan terapi dingin.2,5
Efek terapi ini diantaranya mengurangi spasme otot dan spastisitas, mengurangi
maupun membebaskan rasa nyeri, mengurangi edema dan aktivitas enzim destruktif
(kolagenase) pada radang sendi. Pemberian terapi dingin pada peradangan sendi kronis
menunjukkan adanya perbaikan klinis dalam hal pengurangan nyeri. 2,5
Adapun cara dan lama pemberian terapi dingin adalah sebagai berikut: 2,5
o Kompres dingin
Teknik: masukkan potongan potongan es kedalam kantongan yang tidak
tembus air lalu kompreskan pada bagian yang dimaksud. Lama: 20 menit, dapat
diulang dengan jarak waktu 10 menit.
o Masase es
Teknik: dengan menggosokkan es secara langsung atau es yang telah dibungkus.
Lama: 5-7 menit. Frekuensi dapat berulang kali dengan jarak waktu 10 menit.
B. Terapi panas
Efek terapi dari pemberian panas lokal, baik dangkal maupun dalam, terjadi oleh
adanya produksi atau perpindahan panas. Pada umumnya reaksi fisiologis yang dapat
diterima sebagai dasar aplikasi terapi panas adalah bahwa panas akan meningkatkan
viskoelastik jaringan kolagen dan mengurangi kekakuan sendi. Panas mengurangi rasa nyeri
dengan jalan meningkatkan nilai ambang nyeri serabut-serabut saraf. Efek lain adalah
memperbaiki spasme otot, meningkatkan aliran darah, juga membantu resolusi infiltrat
radang, edema, dan efek eksudasi. 2,5
Beberapa penulis menganjurkan pemanasan dilakukan bersamaan dengan peregangan,
dimana efek pemanasan meningkatkan sirkulasi yang bermanfaat sebagai analgesik.Terapi
panas dangkal menghasilkan panas yang tertinggi pada permukaan tubuh namun penetrasinya
32
kedalam jaringan hanya beberapa milimeter. Pada terapi panas dalam, panas diproduksi
secara konversi dari energi listrik atau suara ke energi panas didalam jaringan tubuh. Panas
yang terjadi masuk kejaringan tubuh kita yang lebih dalam, tidak hanya sampai jaringan
dibawah kulit (subkutan). Golongan ini yang sering disebut diatermi, terdiri dari: 2,6,7
o Diatermi gelombang pendek (short wave diathermy = SWD)
o Diatermi gelombang mikro (microwave diathermy = MWD)
o Diatermi ultrasound (utrasound diathermy = USD)
Pada Capsulitis adhesive, modalitas yang sering digunakan adalah ultrasound
diathermy (US) yang merupakan gelombang suara dengan frekuensi diatas 17.000 Hz dengan
daya tembus yang paling dalam diantara diatermi yang lain. Gelombang suara ini selain
memberikan efek panas/ termal, juga ada efek nontermal/ mekanik/ mikromasase, oleh
karena itu banyak digunakan pada kasus perlekatan jaringan. Frekuensi yang dipakai untuk
terapi adalah 0,8 dan 1 MHz. Dosis terapi 0,5-4 watt/cm 2, lama pemberian 5-10 menit,
diberikan setiap hari atau 2 hari sekali. US memerlukan media sebagai penghantarannya dan
tidak bisa melalui daerah hampa udara. Menurut penelitian, medium kontak yang paling ideal
adalah gel. 2,5
Efek US pada Capsulitis adhesive :
listrik dengan frekuensi tinggi dengan panjang gelombang 11m yang diubah menjadi panas
sewaktu melewati jaringan.Pada umumnya pemanasan ini paling banyak diserap jaringan
dibawah kulit dan otot yang terletak di permukaan. 2,5
33
berdasarkan pengetahuan akan dasar-dasar anatomi dan fisiologi. Letak elektroda yang biasa
dipilih yaitu: daerah paling nyeri, dermatom saraf tepi, motor point, trigger point, titik
akupuntur. 2,5
Stimulasi dapat juga disertai dengan latihan. Misalnya keterbatasan gerak abduksi,
elektrode aktif (negatif) ditempatkan pada tepi depan aksila dan elektroda kedua diletakkan
pada bahu atau diatas otot deltoid penderita. Pasien berdiri disamping sebuah dinding dan
diminta meletakkan jari-jarinya pada permukaan dinding. Pada saat stimulasi, jari-jari tangan
pasien diminta untuk berjalan ke atas di dinding tersebut. Lama pemberian stimulasi
bervariasi dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat dilakukan sendiri oleh penderita.
Angka keberhasilan untuk menghilangkan nyeri bervariasi dari 25% sampai 8095%.2,5
3. LATIHAN
Merupakan bagian yang terpenting dari terapi Capsulitis adhesive. Pada awalnya
latihan gerak dilakukan secara pasif terutama bila rasa nyeri begitu berat. Setelah nyeri
berkurang latihan dapat dimulai dengan aktif dibantu. Rasa nyeri yang timbul pada waktu
sendi digerakkan baik secara pasif maupun aktif menentukan saat dimulainya latihan gerak.
Bila selama latihan pasif timbul rasa nyeri sebelum akhir pergerakan sendi diduga
masih fase akut sehingga latihan gerakan aktif tidak diperbolehkan. Bila rasa nyeri terdapat
pada akhir gerakan yang terbatas, berarti masa akut sudah berkurang dan latihan secara aktif
boleh dilakukan.
Pada latihan gerak yang menimbulkan/ menambah rasa nyeri, maka latihan harus
ditunda karena rasa nyeri yang ditimbulkan akan menurunkan lingkup gerak sendi. Tetapi bila
gerakan pada latihan tidak menambah rasa nyeri maka kemungkinan besar terapi latihan
gerak akan berhasil dengan baik. Latihan gerak dengan menggunakan alat seperti shoulder
wheel , overhead pulleys, finger ladder, dan tongkat merupakan terapi standar untuk
penderita frozen shoulder. 2,5,9
35
sehingga penderita mempunyai motivasi yang kuat untuk melakukan latihan lingkup gerak
sendi dengan penuh. Perlu diperhatikan agar penderita berlatih dengan posisi yang benar,
jangan sampai penderita memiringkan tubuhnya, berjinjit maupun melakukan elevasi
kepala. Gerakan yang dapat dilakukan adalah fleksi dan abduksi. Penderita berdiri
menghadap dinding dengan ujung jari-jari tangan sisi yang terkena menyentuh dinding.
Lengan bergerak keatas dengan menggerakkan jari-jari tersebut (untuk fleksi bahu). Untuk
gerakan abduksi dikerjakan dengan samping badan menghadap dinding.2,5
agar tangan dapat menggenggam dengan baik. Posisi penderita bisa duduk, berdiri atau
berbaring terlentang dengan bahu terletak dibawah katrol tersebut. Dengan menarik tali pada
salah satu tali yang lain akan terangkat. Sendi siku diusahakan tetap dalam posisi ekstensi dan
penderita tidak boleh mengangkat bahu maupun mengangkat tubuh. Gerakan dilakukan
perlahan-lahan. 2,5
pada penderita untuk melakukan latihan lingkup gerak sendi bahu secara aktif. Cara
penggunaan alat yaitu penderita berdiri sedemikian rupa sehingga aksis dari sendi bahu sama
dengan aksis roda pemutar sehingga gerak lengan sesuai dengan gerak putaran roda.
Penderita tidak diharuskan menggerakkan roda secara penuh, tetapi gerakan hanya dilakukan
sebesar kemampuan gerakan sendi bahunya. Harus pula diperhatikan pada waktu melakukan
gerakan endorotasi maupun eksorotasi bahu dalam posisi abduksi 90o dan siku fleksi 90o.
Dengan meletakkan siku pada aksis roda maka gerakan dapat dilakukan sampai pada
keterbatasan lingkup gerak sendi. 2,5
potensial terjadinya deformitas pada sendi bahu, atrofi otot sekitar sendi bahu dan adanya
gangguan AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari).6
12. Prognosis
Pasien dengan frozen shoulder bisa sembuh, namun sebagian besar penderita frozen
shoulder kehilangan sebagian fungsi gerak dari sendi bahu. 60-95% dari penderita ruang
lingkup gerakan nya dapat normal kembali. Dengan injeksi lokal, wand exercise dan wall
ladder exercise, dapat menghilangkan rasa nyeri pada malam hari dalam waktu 2 minggu.
Bila abduksi pasif telah mencapai 90 derajat, pergerakan sendi akan normal kembalidengan
latiahn sendiri di rumah. Pada penderita usia lanjut ruang lingkup gerakan nya tidak dapat
embali secara sempurna, tetapi hal tersebut adalah normal untuk usia tertesebut. Pada
penderita yang gagal dapat dibantu dengan fisioterapi. Satu persen penderita perlu manipulasi
dengan narkose.13,21
DAFTAR PUSTAKA
38
http://shoulder.co.za/content/saoj
%20frozen%20shoulder,pdf
39
18. Miller A. The 3 minutes musculoskeletal and peripheral nerve exam. Demosmedical;New
York:2000.
19. Horrigan J. The 7 minutes rotator cuff solution. Health for life.New York. 2010;1:3-65
20. Allardyce. Exercise your shoulder pain free.2013. Diakses tanggal 26 Juli 2014.
Available from: http://www.shoulder-pain-exercises.com
21. Reznik M. Frozen shoulder-Adhesive capsulitis.2011. Diakses tanggal 25 Juli 2014.
Available from: http://www. Reznikmedical.med.health/frozenshoulder.com
40