Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 13

Ajaran Filsafat Friedrich

Wilhelm Nietzsche

Nama: Yosua Teguh


Saputra
Nim : 2014-71- 087
Dosen : Bpk. Mulyo
Tugas
: Online Filsafat

Biografi Friedrich Wilhelm


Nietzsche
Friedrich Wilhelm Nietzsche lahir di Rocken, wilayah
Sachsen pada tanggal 15 Oktober 1844. Dia lahir
dari sebuah keluarga Protestan Lutheran yang
saleh. Ayahnya adalah seorang pendeta Lutheran
yang meninggal pada saat dia berumur 5 tahun.
Dan dia sendiri diproyeksikan mengikuti jejak ayah,
paman dan kakeknya untuk menjadi pendeta.
Pada tahun 1854, Nietzsche masuk Gymnasium di
kota Naumburg, namun empat tahun kmudian
ibunya memintanya belajar di sebuah sekolah
asrama Lutheran di kota Pforta. Di sanalah dia
membaca karya banyak sastrawan dan pemikir
besar. Selain itu dia juga tertarik dengan
kebudayaan Yunani Kuno.

Lanjutan...
Dia meneruskan studinya di Universitas Bonn pada
tahun 1864 bersama teman-temannya dari Pforta.
Tahun 1965, dia belajar filologi di Leipzig. Studinya
tersebut kemudian terputus ketika pada tahun
1867, dia diminta untuk menunaikan wajib militer.
Lalu, karena jatuh dari kudanya dan terluka, dia
kembali lagi ke Leipzig dan belajar lagi. Pada inilah
dia berteman dengan Richard Wagner, komponis
Jerman yang nantinya akan berpengaruh banyak
pada kehidupan Nietzsche. Persahabatan itulah
yang kemudian berpengaruh pada periode pertama
riwayat intelektualnya. Pada periode itu, bersama
temannya dia berkutat pada pemikiran mengenai
kelahiran kembali seni Yunani Kuno.

Lanjutan...
Sekitar tahun 1869, dia menjadi dosen di Universitas Basel. Waktu itu
usianya baru 24 tahun dan belum meraih gelar doktor. Dia memilih
untuk menjadi seorang ateis. Di masa itu jugalah hubungan dengan
Wagner semakin memburuk. Dia merasa diperalat demi kemahsyuran
Wagner. Terlebih karena Wagner kemudian menjadi Kristen. Kemudian
dimulailah periode intelektual Nietzsche yang kedua. Periode ini
menghasilkan beberapa karya.
Yang disebut periode ketiga adalah di mana ketika Nietzsche
menemukan kemandiriannya dalam berfilsafat. Selama periode inilah,
dia sakit-sakitan dan kesepian. Dia mengalami ketegangan mental.
Nietzsche terobsesi untuk selalu menyanjung dirinya. Pada bulan
Januari 1889, Nietzsche menjadi gila. Dia banyak mengaku sebagai
orang-orang terkenal dari Ferdinand De Lesseps, arsitek terusan
Suez, sampai bahkan mengaku sebagai yang tersalib. Dia
meninggal dunia di dalam kesepiannya di Weimar pada tanggal 25
Agustus 1900 karena Pneumonia.

Filosofi Friedrich Wilhelm


Nietzsche
Nietzsche adalah filsafat cara memandang 'kebenaran'
atau dikenal dengan istilah filsafat perspektivisme.
Nietzsche juga dikenal sebagai "sang pembunuh Tuhan"
(dalam Also sprach Zarathustra). Ia memprovokasi dan
mengkritik kebudayaan Barat di zamannya (dengan
peninjauan ulang semua nilai dan tradisi atau
Umwertung
aller
Werten)
yang
sebagian
besar
dipengaruhi
oleh
pemikiran
Plato
dan
tradisi
kekristenan (keduanya mengacu kepada paradigma
kehidupan setelah kematian, sehingga menurutnya anti
dan pesimis terhadap kehidupan). Walaupun demikian
dengan kematian Tuhan berikut paradigma kehidupan
setelah kematian tersebut, filosofi Nietzsche tidak
menjadi sebuah filosofi nihilisme.

Lanjutan...
Justru sebaliknya yaitu sebuah filosofi untuk
menaklukan
nihilisme
(berwindung
der
Nihilismus) dengan mencintai utuh kehidupan
(Lebensbejahung), dan memposisikan manusia
sebagai manusia purna bermensch dengan
kehendak untuk berkuasa (der Wille zur Macht).
[butuh rujukan]
Selain itu Nietzsche dikenal sebagai filsuf seniman
(Knstlerphilosoph)
dan
banyak
mengilhami
pelukis modern Eropa di awal abad ke-20, seperti
Franz Marc, Francis Bacon,dan Giorgio de Chirico,
juga para penulis seperti Robert Musil, dan Thomas
Mann. Menurut Nietzsche kegiatan seni adalah
kegiatan metafisik yang memiliki kemampuan
untuk mentransformasikan tragedi hidup.

Karya Friedrich Wilhelm


Nietzsche

1872: Die Geburt der Tragdie (Kelahiran tragedi)

18731876:
Unzeitgemsse
kontemporer)

18781880:
manusiawi)

1881: Morgenrthe (Merahnya pagi)

1882: Die frhliche Wissenschaft (Ilmu yang gembira)

18831885: Also sprach Zarathustra (Maka berbicaralah Zarathustra)

1886: Jenseits von Gut und Bse (Melampaui kebajikan dan kejahatan)

1887: Zur Genealogie der Moral (Mengenai silsilah moral)

1888: Der Fall Wagner (Hal perihal Wagner)

1889: Gtzen-Dmmerung (Menutupi berhala)

1889: Der Antichrist (Sang Antikristus)

1889: Ecce Homo (Lihat sang Manusia)

1889: Dionysos-Dithyramben

1889: Nietzsche contra Wagner

Menschliches,

Betrachtungen

Allzumenschliches

(Pandangan
(Manusiawi,

nonterlalu

Kritik Nietzcshe Terhadap


Rasionalitas dan Kebenaran
Nietzsche
tidak
menghargai
rasionalitas,
bahkan
mendekonstruksi rasionalitas dan menghargai klaimklaim dogmatisnya sendiri untuk meruntuhkan dasardasar miliknya dan lebih banyak lebih baik wissenschaft
atau
kebudayaan.
Untuk
mudahnya
kita
akan
memulainya dengan melihat pars construensnya yang
merupakan konsep yang hidup tentang realitas. Dalam
visinya, realitas itu muncul sebagai ledakan dahsyat dari
kekuatan
hidup.
Nietzsche
menyebutnya
sebagai
"sebuah kekuatan hebat tanpa awal dan tanpa akhir,
sang keindahan yang membebaskan diri dari kekuatan
cinta dan kebencian, suka cita dan duka, keberanian dan
ketakutan, kebebasan dan ketundukan yang menyeruak
keluar, yang membebaskan diri secara dahsyat tanpa
aturan, tanpa kontrol apa pun.

Lanjutan...
Realitas merupakan hidup itu sendiri dalam semua
ungkapannya yang paling mencekam, menarik. Hidup itu
sendiri merupakan kehendak untuk berkuasa yang tak
terukur, tak terbilang, tak mampu dikalkulasi. Nilai
tertinggi bagi Nietzsche sama dengan kehendak untuk
berkuasa, lebih persis lagi sama dengan kualitas
maksimal kuasa yang berhasil direngkuh dan dimiliki
oleh si manusia. Filsafatnya sama dengan jawaban tak
bersyarat untuk menjawab "ya" terhadap hidup yang
menggeser semua "tidak", semua larangan, dosa,
dakwaan. Perbedaan "ya" dan "tidak", positip dan
negatif, baik dan buruk merupakan kejahatan yang tidak
bisa diampuni terhadap kehidupan. Berkata "ya" pada
hidup merupakan suatu kekuatan. Mengatakan "tidak"
pada hidup merupakan penurunan derajad. Hidup adalah
nihilisme. Siapa pun yang berkata "ya" kepada hidup
akan bebas termasuk juga bila itu termasuk yang imoral.
Yang menjawab "tidak" pada hidup itu termasuk budak,
juga bila itu termasuk sesuatu yang moral/baik.

Lanjutan...
Untuk semua orang kuat dan alamiah, mereka membuat
semuanya bersama-sama dalam satu tindakan hidup baik cinta
maupun benci, balas budi atau balas dendam, kebaikan dan
kemarahan, penolakan dan pengiyaan. Bila baik, manusia perlu
tahu juga yang jelek. Bila jelek, itu disebabkan karena manusia
tidak lagi tahu apa yang baik. Sebagaimana yang dirumuskan
Zarathrusta, hukum tertinggi hidup adalah perlu untuk
"tenggang rasa" pada tiap "penolakan" atau penerimaan dalam
hidup. Kristianisme adalah racun terhadap nilai ini, imoral,
melawan hidup, melawan natura. Dalam konsepsi realitas
Nietzsche, nilai "baik" sebagai ketaatan terhadap hukum moral
dipandang sebagai "parasit," artinya hidup dengan memperalat
kehidupan sendiri, seperti benalu yang menghisap darah hidup,
seperti epikuris yang menikmati "kebahagiaan kecil" dengan
menolak kebahagiaan besar yang immoral

Lanjutan...
Hidup yang selalu menjadi tema sentral Nietzsche
mempunyai batas-batas yang jelas, yaitu hidup di dunia ini,
fisik, dalam tubuh karena tidak ada dunia lain di luar dunia
material, tidak ada pula hidup badani kita di sini. Manusia
lahir untuk berada di bumi ini (esistere sulla terra). Roh/jiwa
yang semestinya menjadi subjek eksisitensi di dunia
sekarang itu tidak ada. Manusia hanyalah yang bertubuh
ini: "saya adalah si tubuh ini seluruhnya tanpa yang lain."
Dunia Nietzsche meluas, merangkum imanensi dunia ini.
Memisahkan dunia idea yang asli, yang sejati dengan
dunia semu (di bumi ini) merupakan dusta yang amat
memalukan yang dibuat Plato dan Kristianisme. Dunia
hanya ada satu, yaitu yang ada di depan mata kita. Dalam
dunia ini tidak ada lagi tempat bagi Tuhan. Zarathrusta
mengatakan bahwa Tuhan sudah mati. Sesungguhnya Tuhan
tidak pernah ada karena tidak mampu ada.

Lanjutan...
Tuhan sama dengan proyeksi kebutuhan-kebutuhan kaum
lemah. Tuhan ditemukan oleh jiwa yang lemah, jiwa yang
sakit, yang diracuni oleh perasaan-perasaan luhur
melawan orang-orang yang benar-benar sehat, kuat, dan
kuasa. Tuhan adalah hasil kreasi manusia sebagaimana
dewa-dewa yang lain pula. Derita dan ketidakmampuanlah
yang menciptakan semua yang suci di seberang dunia
nyata ini. Manusia kelelahan karena menari sendiri dengan
meloncat-loncatkan kakinya ke maut untuk menggapai
puncak,
kelelahan
karena
tidak
memahami
yang
disebabkan karena tidak mampu mengingini. Tubuhlah
yang menentukan langkah-langkah dan bukan jari telunjuk
yang menunjuk ke atas. Dunia manusia dan dunia non
manusia, dunia yang dikejar sebagai adikodrati itu tidak
lain adalah surga dari ketiadaan yang merupakan rahim
dari Ada, Being.

Lanjutan...
Hanyalah si sakit, si lemah yang meremehkan tubuh dan kehidupan,
serta menggantinya dengan surga dan tetesan darah penebusan
namun toh akhirnya tetap memutuskan hubungan mereka dari tubuh
mereka sendiri serta dari bumi (dalam ketiadaan). Hidup ini ada
dalam perjalanan gemilangnya melalui satu jurusan perkembangan
dari tahap manusia. Super manusia adalah makna dari bumi ini.
Kehendak berseru: manusia super adalah arti dari bumi (Nietzsche,
idem hal 6) dan inilah undangan dari Nabi Zarathrusta untuk umat
manusia ( BM, 78). Zarathrusta mau mengajar umat manusia
mengenai makna dari keberanian mereka yang tidak lain adalah
manusia super. Hidup, kehendak berkuasa, mengekspresikan diri
paling puncak pada manusia super. Di sana nilai seluruhnya
mewujudkan diri, menemukan realisasinya yaitu menjadikan
kehendak kuasa mengada dan diadakan dalam keteganganketegangan yang agresif dan meledak-meledak dalam jatung hati
manusia.

You might also like