Professional Documents
Culture Documents
32 59 1 SM
32 59 1 SM
:Neonates, Labiopalatoskizis
1)
: Penulis
2) 3) : Pembimbing dan Penanggung jawab
Pendahuluan
Peningkatan dan perbaikan upaya
kelangsungan,
perkembangan
dan
peningkatan kualitas hidup merupakan
upaya penting untuk masa depan Indonesia
yang lebih baik. Upaya kelangsungan hidup
tersebut berperan penting sejak masa dini
kehidupan, yaitu masa dalam kandungan,
bayi dan anak balita (Maryunani, Anik.
2010). Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia adalah tertinggi di negara ASEAN
(Association South East Asian Nation).
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI), AKB di Indonesia
sekarang adalah 35 bayi per 1000 kelahiran,
dirincikan 157.000 bayi meninggal dunia per
tahun atau 430 bayi meninggal dunia perhari
(Maryunani, Anik dan Nurhayati. 2009).
Mellenium Development Goals
(MDGs) mencanangkan untuk menurunkan
angka kematian anak sampai dua pertiga
pada tahun 2015, untuk menurunkan Angka
Kematian Bayi dan Balita di Indonesia maka
17
18
yang terjadi secara bersamaan yang disebut
dengan kelainan kongenital multipel
(Maryunani, Anik dan Nurhayati. 2009).
Menurut Hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
angka kematian bayi di indonesia sebesar 34
per 1000 kelahiran hidup. Kematian bayi
dalam bulan-bulan pertama kehidupan
sering diakibatkan oleh kelainan kongenital
yang cukup berat (Stella et all. 2007).
Kelainan ini berwujud labioskizis disertai
palatoskizis 50%, labioskizis 25% atau
palatoskizis 25%. Pada 20% dari kelompok
ini ditemukan adanya riwayat kelainan bibir
sumbing dalam keturunan. Diperkirakan
sekitar 10% penderita palatoskizis akan
menderita masalah bicara misalnya suara
sengau (Khoirunnisa, Endang dan Sudarti.
2010). Angka kejadian dan kelainan
kongenital berbeda-beda untuk bangsa,
namun secara keseluruhan frekuensi
kelainan kongenital hampir sama jumlahnya
(Maryunani, Anik dan Nurhayati. 2009).
Menurut hasil survei di RSUD Dr. Pirngadi
Medan pada tahun 2007-2011 terdapat 102
bayi dengan kelainan kongenital, dengan
rincian pada tahun 2007 sebanyak 30 bayi,
2008 sebanyak 29 bayi, 2009 sebanyak 15
bayi, 2010 sebanyak 13 bayi, dan 2011
sebanyak 15 bayi. Angka kejadian
labiopalatoskizis pada tahun 2012 di RSUP
Sanglah mencapai 41 per 1000 kelahiran dan
angka kejadian pada tahun 2013 sebanyak
13 per 1000 kelahiran. Mengingat semakin
langkanya kasus yang terjadi maka penulis
tertarik untuk mengetahui faktor penyebab
dan cara memberikan asuhan kebidanan
pada labiopalatoskizis.
Tinjauan Pustaka
Neonatus adalah bayi yang baru
mengalami proses kelahiran dan bayi masih
berusia 0-28 hari (Rahardjo, Kukuh dan
Marmi. 2012). Labiopalatoskizis merupakan
kelaian kongenital anomali yang berupa
adanya kelainan bentuk pada struktur wajah
(Yuliani, Rita dan Suriadi. 2006).
Labiopalatoskizis merupakan suatu kelainan
yang dapat terjadi pada daerah mulut yang
terjadi akibat gagalnya jaringan lunak untuk
menyatu selama perkembangan embrio
(Hidayat, Aziz Alimul. 2006).
Labiopalatoskizis adalah kelainan kongenital
sumbing akibat kegagalan fusi palatum pada
garis tengah dan kegagalan fusi dengan
septum nasi (Sudarti et all. 2012).
Labiopalatoskizis merupakan deformitas
daerah mulut berupa celah/ sumbing atau
pembentukan yang kurang sempurna semasa
perkembangan embrional di mana bibir atas
19
semua pemeriksaan dengan hasil normal,
namun hanya terdapat satu kelainan pada
mulut bayi yaitu sumbing pada bibir yang
mencapai langit langit. Hasil pemeriksaan
tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktek yang dilakukan, hal tersebut
tercermin dari pemeriksaan fisik yang
dilakukan. Labiopalatoskizis merupakan
suatu kelainan yang dapat terjadi pada
daerah mulut yang terjadi akibat gagalnya
jaringan lunak untuk menyatu selama
perkembangan embrio (Aziz Alimul
Hidayat, 2006). Menurut Anik Maryunani
(2009) penyebab dari kelainan kongenital
sulit diketahui namun yang mempengaruhi
kelainan kongenital antara lain kelainan
genetik, pengaruh infeksi, obat, umur ibu,
hormonal, radiasi dan gizi. Labiopalatoskizis
terjadi akibat dari kegagalan fusi atau
penyatuan frominem maksilaris dengan
frominem medial yang diikuti disrupsi kedua
bibir rahang dan palatum anterior (Vivian.
2012). Menurut Kukuh Rahardjo dan Marmi
(2012) Setelah dilakukan pengkajian
diperoleh data subjektif dan objektif yang
akan disimpulkan untuk memperoleh
analisa. Analisa merupakan keputusan yang
ditegakkan dari data subjektif dan objektif
yang diperoleh saat melakukan pengkajian
dan pemeriksaan, sehingga diperoleh
penegakan diagnosa kebidanan yang akan
dijadikan pedoman dasar dalam melakukan
tindakan dalam upaya menanggulangi
ancaman keselamatan klien atau pasien.
Berdasarkan data tersebut diperoleh
diagnosa Neonatus Aterm Umur 5 Hari
dengan Labiopalatoskizis. Labiopalatoskizis
merupakan kelaian kongenital anomali yang
berupa adanya kelainan bentuk pada struktur
wajah (Yuliani, Rita dan Suriadi. 2006).
Penderita
labiopalatoskizis
biasanya
mengalami masalah bicara misalnya suara
sengau, labiopalatoskizis dapat di tangani
dengan
tehnik
pembedahan,
tehnik
pembedahan tersebut dilakukan secara
bertahap, namun dalam tehnik pembedahan
tersebut bidan tidak berwenang untuk
menanganinya (Endang Khoirunnisa dan
Sudarti 2010). Menurut Endang Khoirunnisa
dan
Sudarti
(2010)
salah
satu
penatalaksanaan
pada
bayi
dengan
labiopalatoskizis yang dapat dilakukan oleh
bidan adalah memprioritas utamakan pada
teknik pemberian nutrisi yang adekuat,
tehnik pemberian nutrisi yang adekuat akan
sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan bayi serta nutrisi juga
berperan dalam pertahanan hidup bayi di
dunia, oleh sebab itu orang tua sangat perlu
20
kongenital pada keluarga untuk melakukan
deteksi dini pada kehamilan yang bertujuan
untuk mengetahui kelainan kongenital.
Daftar Pustaka
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2012. Asuhan
Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : Salemba Medika.
Dahliana et all. 2012. Asuhan Neonatus,
Bayi, dan Balita. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Depkes RI. 2011. Ibu Selamat, Bayi Sehat,
Suami Siaga. diakses tanggal 29 Juni
2014,
from
:
http://www.depkes.go.id/index.php/b
erita/press-release/790-ibu-selamatbayi-sehat-suami-siaga.pdf
Fernsebner, Billie dan Barbara. 2006.
Keperawatan Perioperatif. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak. Jakarta :
Salemba Medika.
Khoirunnisa, Endang dan Sudarti. 2010.
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
dan Anak Balita. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Maryunani, Anik dan Nurhayati. 2009.
Asuhan
Kegawatdaruratan
dan
Penyulit Pada Neonatus. Jakarta :
CV. Trans Info Media.
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan
Anak Dalam Kebidanan. Jakarta :
CV. Trans Info Media.
Maryuni, Anik dan Nurhayati. 2008. Asuhan
Bayi Baru Lahir Normal (Asuhan
Neonatal). Jakarta : CV. Trans Info
Media.
Rahardjo, Kukuh dan Marmi. 2012. Asuhan
Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Sartika, Yan et all. 2011. Asuhan Neonatus,
Bayi, dan Balita. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Setiawan. 2010. Etika Kebidanan dan
Hukum Kesehatan. Jakarta : CV.
Trans Info Media.
Stella et all. 2007. Karakteristik Ibu Yang
Melahirkan Bayi Dengan Kelainan
Kongenital Di RSUD dr. PIRNGADI
MEDAN Tahun 2007-2011, diakses
tanggal 29 Juni 2014, from :
http//www.scribd.com/2007/