Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 4

PENATALAKSANAAN PADA NEONATUS ATERM

DENGAN LABIOPALATOSKISIS DI RSUP SANGLAH


DENPASAR
D Urmila 1), NMR Sumawati 2), AA Oka A 3)
Program Studi DIII Kebidanan STIKES Bina Usada Bali
e-mail : maderisna@ymail.com
Abstract. World Health Organization (WHO) make a statement about World Neonatorum
that the direct cause of neonatal death either because of congenital abnormalities 7%.
Labiopalatoskizis Incidence in 2012 at Sanglah reached 41 per 1000 live births and the incidence
in 2013 were 13 per 1000 births. The purpose of this case study is to gain real experience and
able to provide midwifery care in infants with labiopalatoskizis.
The method which using in this case study is SOAP method includes the data of
subjective, objective, analysis and management. The location of the present study in Sanglah
Hospital Denpasar, execution time 18 January until 8 April 2014, the subject of this case study is
baby from Mrs. "PS" with labiopalatoskizis aged 5 days, and the instrument used is the format of
neonates midwifery care.
In the discussion of the case of Baby Mrs. "PS" is not found a mismatch between theory
and practice in the field so that it can be said that there is no a gap between theory and practice
in the field.
Having given midwifery care for baby Mrs. PS on 6 days at Sanglah Hospital and
home visits for 7 times, the development of the baby that the baby is feeding well using by the tools
of the obturator. The health workers are expected can give pre wedding and pre conception
counseling to mother.
Keywords

:Neonates, Labiopalatoskizis

1)
: Penulis
2) 3) : Pembimbing dan Penanggung jawab

perlu ditingkatkan peran Pos Pelayanan


Terpadu (Posyandu) serta penempatan bidan
- bidan desa di Pos Persalinan Desa
(Polindes) di wilayah-wilayah yang terpencil
yang sulit dijangkau dan jauh dari Rumah
Sakit (Maryunani, Anik. 2010). Angka
kematian bisa terjadi karena adanya
kecacatan atau kelainan kongenital yang
berupa kelainan bawaan. Menurut Laporan
world Health Organization (WHO) yang
dikutip dari State of the worlds mother 2007
dikemukakan
bahwa
penyebab
dari
kematian neonatus adalah kelainan bawaan
sebesar 7 % (Depkes RI. 2011). Penyebab
langsung kelainan kongenital sulit diketahui,
namun beberapa faktor penyebab yang dapat
mempengaruhi
terjadinya
kelainan
kongenital antara lain kelainan genetik,
pengaruh infeksi, obat, umur ibu, hormonal,
radiasi, dan gizi.
Kelainan kongenital pada bayi baru
lahir dapat berupa satu jenis kelainan atau
dapat pula beberapa kelainan kongenital

Pendahuluan
Peningkatan dan perbaikan upaya
kelangsungan,
perkembangan
dan
peningkatan kualitas hidup merupakan
upaya penting untuk masa depan Indonesia
yang lebih baik. Upaya kelangsungan hidup
tersebut berperan penting sejak masa dini
kehidupan, yaitu masa dalam kandungan,
bayi dan anak balita (Maryunani, Anik.
2010). Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia adalah tertinggi di negara ASEAN
(Association South East Asian Nation).
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI), AKB di Indonesia
sekarang adalah 35 bayi per 1000 kelahiran,
dirincikan 157.000 bayi meninggal dunia per
tahun atau 430 bayi meninggal dunia perhari
(Maryunani, Anik dan Nurhayati. 2009).
Mellenium Development Goals
(MDGs) mencanangkan untuk menurunkan
angka kematian anak sampai dua pertiga
pada tahun 2015, untuk menurunkan Angka
Kematian Bayi dan Balita di Indonesia maka

17

18
yang terjadi secara bersamaan yang disebut
dengan kelainan kongenital multipel
(Maryunani, Anik dan Nurhayati. 2009).
Menurut Hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
angka kematian bayi di indonesia sebesar 34
per 1000 kelahiran hidup. Kematian bayi
dalam bulan-bulan pertama kehidupan
sering diakibatkan oleh kelainan kongenital
yang cukup berat (Stella et all. 2007).
Kelainan ini berwujud labioskizis disertai
palatoskizis 50%, labioskizis 25% atau
palatoskizis 25%. Pada 20% dari kelompok
ini ditemukan adanya riwayat kelainan bibir
sumbing dalam keturunan. Diperkirakan
sekitar 10% penderita palatoskizis akan
menderita masalah bicara misalnya suara
sengau (Khoirunnisa, Endang dan Sudarti.
2010). Angka kejadian dan kelainan
kongenital berbeda-beda untuk bangsa,
namun secara keseluruhan frekuensi
kelainan kongenital hampir sama jumlahnya
(Maryunani, Anik dan Nurhayati. 2009).
Menurut hasil survei di RSUD Dr. Pirngadi
Medan pada tahun 2007-2011 terdapat 102
bayi dengan kelainan kongenital, dengan
rincian pada tahun 2007 sebanyak 30 bayi,
2008 sebanyak 29 bayi, 2009 sebanyak 15
bayi, 2010 sebanyak 13 bayi, dan 2011
sebanyak 15 bayi. Angka kejadian
labiopalatoskizis pada tahun 2012 di RSUP
Sanglah mencapai 41 per 1000 kelahiran dan
angka kejadian pada tahun 2013 sebanyak
13 per 1000 kelahiran. Mengingat semakin
langkanya kasus yang terjadi maka penulis
tertarik untuk mengetahui faktor penyebab
dan cara memberikan asuhan kebidanan
pada labiopalatoskizis.
Tinjauan Pustaka
Neonatus adalah bayi yang baru
mengalami proses kelahiran dan bayi masih
berusia 0-28 hari (Rahardjo, Kukuh dan
Marmi. 2012). Labiopalatoskizis merupakan
kelaian kongenital anomali yang berupa
adanya kelainan bentuk pada struktur wajah
(Yuliani, Rita dan Suriadi. 2006).
Labiopalatoskizis merupakan suatu kelainan
yang dapat terjadi pada daerah mulut yang
terjadi akibat gagalnya jaringan lunak untuk
menyatu selama perkembangan embrio
(Hidayat, Aziz Alimul. 2006).
Labiopalatoskizis adalah kelainan kongenital
sumbing akibat kegagalan fusi palatum pada
garis tengah dan kegagalan fusi dengan
septum nasi (Sudarti et all. 2012).
Labiopalatoskizis merupakan deformitas
daerah mulut berupa celah/ sumbing atau
pembentukan yang kurang sempurna semasa
perkembangan embrional di mana bibir atas

Jurnal Dunia Kesehatan, volume 3, nomor 1

bagian kanan dan kiri tidak tumbuh bersatu


(Dewi, Vivian Nanny Lia. 2012). Umumnya
kelainan kongenital ini berdiri sendiri dan
penyebabnya tidak diketahui dengan jelas,
selain itu dikenal beberapa syndrome atau
malformasi yang disertai adanya sumbing
bibir, sumbing palatum atau keduanya yang
disebut
kelompok
syndrome
chefts.
Beberapa syndromik clefts adalah sumbing
yang terjadi pada kelainan kromosom mutasi
genetik atau kejadian sumbing yang
berhubungan dengan akibat toksikosis
selama kehamilan (kecanduan alkohol).
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi
atau penyatuan frominem maksilaris dengan
frominem medial yang diikuti disrupsi kedua
bibir rahang dan palatum anterior. Masa
krisi fusi tersebut terjadi sekitar minggu
keenam pascakonsepsi. Sementara itu,
palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi
dengan septum nasi. Gangguan palatum
durum dan palatum molle terjadi pada
kehamilan minggu ke tujuh sampai dengan
minggu ke-12. Cacat terbentuk pada
trimester pertama kehamilan, prosesnya
karena tidak terbentuknya mesoderm, pada
daerah tersebut sehingga bagian yang telah
menyatu (proses nasalis dan maksilaris)
pecah kembali (Dewi, Vivian Nanny Lia.
2012).
Metode
Metode yang digunakan dalam
studi kasus ini dalah metode SOAP yang
meliputi data subyektif, obyektif, analisa dan
penatalaksanaan. Lokasi pengambilan studi
ini di RSUP Sanglah Denpasar Bali, waktu
pelaksanaan 18 januari sampai dengan 8
April 2014, subyek dari studi kasus ini
adalah By. Ny. PS umur 5 hari dengan
labiopalatoskizis, dan intrumen yang
digunakan adalah format asuhan kebidanan
pada neonatus.
Hasil dan Pembahasan
Kasus yang dikaji didapatkan
bahwa kelainan kongenital yang terjadi pada
bayi tersebut sebagian besar diakibatkan dari
faktor keturunan atau genetik. Pemeriksaan
yang dilakukan pada By. Ny. PS lahir
dengan kelainan yaitu bibir sumbing,
diperoleh saat melakukan pemeriksaan fisik
yang dilakukan di mulut bayi didapatkan
hasil terdapat sumbing pada bibir yang
mencapai langit langit, sementara itu
dalam pemeriksaan fisik yang dilakukan
pada kepala, mata, hidung, telinga, leher,
dada, abdomen, punggung, genetalia, anus,
ektremitas, dan kulit bayi tidak ditemukan
adanya kelainan atau dapat dikatakan bahwa

19
semua pemeriksaan dengan hasil normal,
namun hanya terdapat satu kelainan pada
mulut bayi yaitu sumbing pada bibir yang
mencapai langit langit. Hasil pemeriksaan
tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktek yang dilakukan, hal tersebut
tercermin dari pemeriksaan fisik yang
dilakukan. Labiopalatoskizis merupakan
suatu kelainan yang dapat terjadi pada
daerah mulut yang terjadi akibat gagalnya
jaringan lunak untuk menyatu selama
perkembangan embrio (Aziz Alimul
Hidayat, 2006). Menurut Anik Maryunani
(2009) penyebab dari kelainan kongenital
sulit diketahui namun yang mempengaruhi
kelainan kongenital antara lain kelainan
genetik, pengaruh infeksi, obat, umur ibu,
hormonal, radiasi dan gizi. Labiopalatoskizis
terjadi akibat dari kegagalan fusi atau
penyatuan frominem maksilaris dengan
frominem medial yang diikuti disrupsi kedua
bibir rahang dan palatum anterior (Vivian.
2012). Menurut Kukuh Rahardjo dan Marmi
(2012) Setelah dilakukan pengkajian
diperoleh data subjektif dan objektif yang
akan disimpulkan untuk memperoleh
analisa. Analisa merupakan keputusan yang
ditegakkan dari data subjektif dan objektif
yang diperoleh saat melakukan pengkajian
dan pemeriksaan, sehingga diperoleh
penegakan diagnosa kebidanan yang akan
dijadikan pedoman dasar dalam melakukan
tindakan dalam upaya menanggulangi
ancaman keselamatan klien atau pasien.
Berdasarkan data tersebut diperoleh
diagnosa Neonatus Aterm Umur 5 Hari
dengan Labiopalatoskizis. Labiopalatoskizis
merupakan kelaian kongenital anomali yang
berupa adanya kelainan bentuk pada struktur
wajah (Yuliani, Rita dan Suriadi. 2006).
Penderita
labiopalatoskizis
biasanya
mengalami masalah bicara misalnya suara
sengau, labiopalatoskizis dapat di tangani
dengan
tehnik
pembedahan,
tehnik
pembedahan tersebut dilakukan secara
bertahap, namun dalam tehnik pembedahan
tersebut bidan tidak berwenang untuk
menanganinya (Endang Khoirunnisa dan
Sudarti 2010). Menurut Endang Khoirunnisa
dan
Sudarti
(2010)
salah
satu
penatalaksanaan
pada
bayi
dengan
labiopalatoskizis yang dapat dilakukan oleh
bidan adalah memprioritas utamakan pada
teknik pemberian nutrisi yang adekuat,
tehnik pemberian nutrisi yang adekuat akan
sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan bayi serta nutrisi juga
berperan dalam pertahanan hidup bayi di
dunia, oleh sebab itu orang tua sangat perlu

Jurnal Dunia Kesehatan, volume 3, nomor 1

memperhatikan reflek menghisap bayi.


Penatalaksanaan lain yang dianggap juga
efektif pada bayi dengan labiopalatoskizis
adalah dengan cara pembedahan, namun
dalam hal ini bidan tidak berwenang untuk
menanganinya
karena
pembedahan
merupakan salah satu wewenang tenaga
kesehatan yang lebih tinggi tingkatannya,
namun jika pemenuhan nutrisi tersebut tidak
adekuat dan berat badan bayi tidak normal
maka tindakan pembedahan tidak ada
dilakukan sampai dengan batas yang telah
ditentukan oleh tenaga kesehatan. Prosedur
penatalaksanaan pada bayi dengan kelainan
kongenital di RSUP Sanglah Depasar yaitu
mencegah hipotermi, memenuhi nutrisi bayi,
dan melakukan tindakan pembedahan bila
diperlukan, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada kesenjangan yang terjadi antara
teori dengan praktek secara nyata
dilapangan. Setelah dilakukan perawatan
selama 11 hari di rumah sakit dan dilakukan
kunjungan rumah sebanyak tujuh kali,
diperoleh hasil keadaan bayi membaik,
asupan nutrisi bayi terpenuhi dan terjadi
peningkatan berat badan bayi secara
bertahap.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan asuhan kebidanan
pada Neonatus Aterm umur 5 hari dengan
Labiopalatoskizis, yang diberikan pada By.
Ny. PS di RSUP Sanglah Denpasar,
dengan menggunakan metode SOAP
diperoleh data subyektif yang diperoleh dari
pengkajian yaitu ibu mengatakan bayinya
mengalami bibir sumbing dan di dalam
keluarga terdapat keturunan bibir sumbing,
kemudian dari data obyektif diperoleh bayi
tersebut mengalami bibir sumbing mulai dari
bibir sampai dengan langit langit.
Berdasarkan dari data tersebut diperoleh
analisa yaitu Asuhan Kebidanan Pada
Neonatus Aterm Umur 5 Hari Dengan
Labiopalatoskizis.
Pada tahap evaluasi
keadaan bayi sudah membaik, sehingga
asuhan yang diberikan selama ini mencapai
hasil yang diharapkan. Pengkajian data
subyektif,
obyektif,
analisa,
dan
penatalaksanaan yang didapatkan dalam
pemberian asuhan kebidanan dilakukan
dengan berpedoman pada teori yang ada,
dan dapat disimpulkan bahwa tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan
pelaksanaan asuhan dilapangan. Tenaga
kesehatan sebaiknya memberikan anjuran
kepada para calon ibu melalui konseling pra
nikah dan pra konsepsi sehingga kehamilan
dapat direncanakan dengan baik khususnya
bagi ibu yang memiliki riwayat kelainan

20
kongenital pada keluarga untuk melakukan
deteksi dini pada kehamilan yang bertujuan
untuk mengetahui kelainan kongenital.
Daftar Pustaka
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2012. Asuhan
Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : Salemba Medika.
Dahliana et all. 2012. Asuhan Neonatus,
Bayi, dan Balita. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Depkes RI. 2011. Ibu Selamat, Bayi Sehat,
Suami Siaga. diakses tanggal 29 Juni
2014,
from
:
http://www.depkes.go.id/index.php/b
erita/press-release/790-ibu-selamatbayi-sehat-suami-siaga.pdf
Fernsebner, Billie dan Barbara. 2006.
Keperawatan Perioperatif. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak. Jakarta :
Salemba Medika.
Khoirunnisa, Endang dan Sudarti. 2010.
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
dan Anak Balita. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Maryunani, Anik dan Nurhayati. 2009.
Asuhan
Kegawatdaruratan
dan
Penyulit Pada Neonatus. Jakarta :
CV. Trans Info Media.
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan
Anak Dalam Kebidanan. Jakarta :
CV. Trans Info Media.
Maryuni, Anik dan Nurhayati. 2008. Asuhan
Bayi Baru Lahir Normal (Asuhan
Neonatal). Jakarta : CV. Trans Info
Media.
Rahardjo, Kukuh dan Marmi. 2012. Asuhan
Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Sartika, Yan et all. 2011. Asuhan Neonatus,
Bayi, dan Balita. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Setiawan. 2010. Etika Kebidanan dan
Hukum Kesehatan. Jakarta : CV.
Trans Info Media.
Stella et all. 2007. Karakteristik Ibu Yang
Melahirkan Bayi Dengan Kelainan
Kongenital Di RSUD dr. PIRNGADI
MEDAN Tahun 2007-2011, diakses
tanggal 29 Juni 2014, from :
http//www.scribd.com/2007/

Jurnal Dunia Kesehatan, volume 3, nomor 1

Karakteristik Ibu Yang Melahirkan


Bayi Dengan Kelainan Kongenital Di
RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun
2007-2011
Sudarti et all. 2012. Asuhan Pertumbuhan
kehamilan, Persalinan, Neonatus,
Bayi, dan Balita. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Yuliani, Rita dan Suriadi. 2006. Asuhan
Keperawatan Pada Anak. Jakarta :
CV. Sagung Seto.
Yulianti, Lia dan Yeyen. 2012. Asuhan
Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : CV. Trans Info Media.

You might also like