MIKROENKAPSULASI:
PENDEKATAN STRATEGIS UNTUK FORTIFIKAS! PANGAN
Sri Yuliani
Balai Besar Peneltian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
uJ. Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114
Telepon:0251-832762; Fax: 0251-8350920
Emails yuliani@gmailcom
ABSTRAK
se
Risiko kekurangan zat gizi mikro dihadapi olen hampir sepertiga penduduk dua baik di negara
maju maupun di negara yang belum berkembang. Masalah ini mefigancam kéSehatan masyarakat
lu kelompok masyarakat seperti
tan yang menjanjikan
fan zat gizi mikro ke dalam
yang berdampak pada menurunnya kualitas sosio-ekonomi
rendahnya kecerdasan dan produktivitas kerja. Forifikasi my
untuk meningkatkan status gizikesehiatan masyarakat oes
makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat tar ‘gRasinya, kestabilar fortfikan
dan kualitas sensoris pangan fortifkasi merupakan ‘yang memerlukan pemecahan
komprehensit. Mikroenkapsulasi memberikan sou Untuk masalah tersebut. Teknologi
in mampu memberkan perlindungan bahan 3k oe igvour, vitamin, mineral, mkroba dan
bahan aktif lainnya dari pengaruh lingk ‘Mefugikan selama proses pengolahan,
penyimpanan, distribusi dan konsumsi. age fersolas! oleh Suatu sistem matriks
(bahan pengkapsul), teknologi ini da al
seperti timbulnya flavour yang tid
diinginkan, Sifat controlled rele.
iurunan kualitas sensoris pangan fortfikasi
fenfénangkan atau perubahan warna produk yang tidak
eryfekag bunggulen lan yang ck eknolog fi Tusan
ini berisi review teknologi mikroéokay memberikan gambaran komprehensif mengenai
teknologi ini dengan berbadal hen |fantangan, peluang dan alternatif solusinya dipaparkan
dalam tulisan ini dengap) or memberikan kontribusi bagi peningkatan status gizi/
Kata kunci: me Seana pn zat gizi mikro, stabiltas, fortiikan
we v
ABTRACT. Sri yu
oe
i. 2011. Microencapsulation: A strategic approach to food fortification.
‘Almost one third dfworld population suffer from risk of micronutrient malnutrition both in developed
and undevelopéd countries. These problems threaten public health and result in decrease in
Socio-ecggaific quality of a group of commurity such as low intelligence and productivity. Food
forliicatiorvis a promising approach to improve public health/nutrition status through addition of
microndjrient into foods commonly consumec by targeted population. Stability of fortficant and
sensory quality of fortified food are major technical problems. Microencapsulation offers a strategic
solution to these problems. This technology provides protections of active ingredients such as
flavour, vitamin, mineral, microbes and other ingredients against undesirable environment conditions
during processing, storage, distribution and digestion. The active ingredients are isolated in a
matrix system providing preventions of fortified foods from sensory decline such as off-flavour and
off-colour. The other important advantage of microencapsulation is its controlled release properties.
This review was aimed at providing comprehensive pictures of application of microencapsulation
as a strategic approach to food fortification. The status of this technology as well as problems,
challenges, opportunities and alternative problem solvings were discussed in this paper to give
contribution to the improvement of public health/nutrition status through food fortification.
Keywords: microencapsulation, food fortification, micronutrient, fortificant, stabilitykondisi penanganan, penyimpanan dan pengolahan
bahan pangan fortifixasi yang berhubungan dengan
aspek fisikokimia seperti suhu, tekanan, kelembaban,
oksigen, cahaya, pH, katalis, serta adanya
kontaminan atau bahan lain yang dapat boreaksi
dengan fortikan®, atau reaksi dengan zat gizi yang
terkandung dalam pangan media pembawa"*
Perlindungan fortfixan dari pengarub lingkungan
yang merugikan sangat diperlukan untuk mendukung
keberhasilan program fortifikasi secara teknis.
Perlindungan harus diberikan secara menyeluruh
sehingga fortifikan dapat mencapai sistem
pencemaan dengan ‘selamat’ atau terhindar dari
kerusakan akibat proses pengolahan, penyimpanan,
distribusi dan konsumsi. Sebagai contoh, folal yang
difortifikasikan ke dalam tepung dapat mengalami
kerusakan selama pengolahan menjadi berbagai
produk melalui proses pemanasan seperti ekstrusi,
pemanggangan atau penggorengan’®. Lebih lanjut,
beberapa senyawa yang sensi tethadap asam
lambung, walaupun'selamat’ dari proses pengolahan,
akan terdegradasi di dalam lambung sebelum
mencapai usus halus. Perlindungan yang diberikan
haruslah memadai sehingga fortifikasi dapat
mencapai targetnya.
Dalam konsep yang lebih maju, fortitikan juga «* ve
diharapkan dapat berfungsi dalam jangka waktu eat aS
panjang di dalam tubuh sehingga tidak diperjukar
beberapa kali asupan yang cukup mere}
Konsep ini mengacu pada model sing
dalam konsumsi obat dimana obat: a
sehari untuk masa aktif sepanjang
sistem fortiikasi beacon un ey
released.
Dalam fortifikasi, pen “ juga
merupakan aspek teknis y hambahan
fortifikan hendaknya tidak he reg yenerimaan
sensoris, baik dar sisitempilah, raseh aroma maupun
oe
Tabel 1. Beberapa penelitian iiikasi pangan
Tabel 1. Several studies 10d fortification
tekstur. Dalam beberapa kasus, penambahan nutrien
dapat mengubah wama produk sepert adanya wara
kuning pada garam yang diforifikasi dengan zat besi
atau warna kuning pada monosodium glutamate
(MSG) yang diorttixasi dengan vitamin A. Contoh ain,
fortifikasi zat besi dapat menyebabkan adanya ‘rasa
logam’ (metalic aftertaste, timbulnya flavour yang
tidak enak akibat oksidasi lemak (yang dikatalisis
oleh zat besi), adanya perubahan warna bahan
makanan yang tidak diinginkan (akibat interaksi
antara zat besi dan antosianin, flavonoid dan tanin)
serta adanya degradasi vitamin dan mineral (seperti
vitamin Adan C serta yodium)"*"*.
Beberapa zat gizi mikro yang banyak
ditambahkan adalah vitamin A, yodium, zat besi dan
fl. Baten nalaranyangseiag@teritiasecah
quia, terigu, MSGeberas dan sérealia lainnya, teh,
air minum serta-fainyak dagdgmak (Tabel 1).
Sifat fupg8ional aktif dtentukan oleh
kondisi I an gimana bahan aki tersebut
bevad a roses pembuatan produk,
rope ree an lain di dalam oroduk, Kondisi
ya Serta mineral (besi, soe
stroma tobe
Ss
eae MIKROENKAPSULASI: SEBUAH SOLUS!
eet
ATRAKTIF
Tetkait dengan beberapa permesalahan dan
tantangan dalam forifikasi pangan, miktoenkapsulasi
menawarkan solusi yang atraktif. Mikroenkapsulasi
didefinisikan sebagai teknologi pembungkusan atau
pelingkupan suatu bahan aktif dengan bahan lainnya,
FortifikagiFortificant
Bahan Makanan/ Food
Vitamin DY Vian D
Seng/ Zine Sv
beras
millet"
Zat besi terenkapsulasi/ Encapsulation
iron
Zat besi, seng oksida, seng sulfat’ Iron,
zinc oxide, zinc sultate
Zat besi, vitamin A, yodium
terenkapsulasi! ron, vitamin A,
encapsulation iodine
Vitamin A / Vitamin A
Vitamin A (retinil palmitat)/ Vitamin A
Yodium terenkapsulasi/ Encapsulation
jodine
Folat terenkapsulasi! Encapsulation folic
Susu 7 milk
Tepung sorgum dan milet mutiara, milet,
pratanak! Sorghum flour and peari
_ millet”, parboil tice *
Susu cair Liquid milk *
Terigu / Wheat flour
Garam sait®
Minyak goreng / Cooking oil®
Beras | Rice
Beras / Rice *”
Produk ekstrusi pati jagung / Extrution
product of com starch
‘Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian: Vol.7(1), 201111B-shiogokstin e-tmonen
Gambar 2. Skema mikroenkapsulasisecara irklusi molekuler gaan 6
Figure 2. Scheme of microencapsulation with Papen
larutan pengeras. Teknik ini pada umumnya dirancang
untuk menghasilkan mikrokapsul yang larut dalam,
air.
‘Teknik koaservasi juga tergolong ke dalam tekril s
mikroenkapsulasi ‘sojati’, karena bahan akt
terlingkupi dalam bahan pengkapsul s
sempurna®, Pembentukan mikrokapsul
melalui mekanisme pemisahan fase akit
ionik. Dalam teknik
polimer kationik (gelatin) dan polim
{pektin, gum akasia) yang
mikrokapsul ketika kedua muta eer sen
tersebut saling menatrala raha ini
menghasilkan a fonak dan
memerlukan agen cro: ikinengeraskan
teksturnya.
Inklusi moleki Sr deng'8-siklodekstrin
tergolong teknik mikroenkapSulasi ‘sejati’. Dalam
teknik ini, mikroenkapsulasi terjadi pada tingkat
molekuler melalul ingefaksihidrofoDik (50), 8:
Skodeksin mer a Nervawa skikyergiorsusun
oleh 7 molekul glikopiranosa dan memiliki bentuk
yang menyerupai-kerucut kosong terpancung [50].
Bagian dalam kcruout bersifat hidrofobik cedangkan
agian luarbersifathidrofilk. Bahan aktif yang bersifat
hidrofobik akan terperangkap di dalam kerucut melalui
iinteraksi hidrofobik (Gambar 2). Walaupun bagian luar
kerucut bersifat hidrofilik, dalam keadaan
mengenkapsulasi bahan akti, -siklodekstrin memilki
kelarutan yang rendah. B-siklodekstrin memilki
ketahan panas yang tinggi [50-52] schingga sesuai
Untuk aplikasi yang membutuhkan ketahanan panas
dan ketidak-larutan seperti ekstrus.
Teknik presipitasi protein menggunakan prinsip
pengendapan protein dalam pembentukan
mikrokapsul®. Dalam teknik ini, bahan aktif
didispersikan ke dalam suspensi protein, lalu
ditambahkan larutan asam untuk membawa pH sistem
es
Kompleks Oisinlodekstrin~ d-imonen —1Q>
<é
jekstrin
role inclusion
Fos ve
“ cpeherknya, Page sae mengendap,
imerangkap bahan aktif membentuk
ws kapsul. Mikrokapsul yang dihasilkan
ogi fartan yang rendah dan tahan panas tinggi
Pee
He S ‘APLIKASI MIKROENKAPSULASI UNTUK
FORTIFIKAS! PANGAN
Dalam fortifkasi pangan, fortifkan dtambahkan ke
dalam bahan makanan yang banyak dixonsumsi oleh
masyarakat target. Bahan makanan yang digunakan
sebagai matriks pembawa fortiikan dapat berupa
bahan makanan siap santap maupur berupa bahan
mentah yang memerlukan proses pengolahan.
Dalam kehidupan moderen yang serba praktis,
produk ekstrusi siap santap seperti drect expanded
Snack (breakfast cereals, crackers, bars) banyak
diminati konsumen, baik kalangan angk-anak, remaja
maupun dewasa. Produk ini memilki potensi yang
tinggi sebagai media pembawa fortifikan untuk
meningkatkan status gizi tertentu atau untuk
penyediaan pangan fungsional.
A. Kajian Khusus — Aplikasi Mikroenkapsulasi
untuk Fortifikasi Produk Ekstrusi
Publikasi aplikasi mikroenkapsulasi untuk produk
ekstrusi tergolong jarang. Yuliani et al.** telah
mereview potensi aplikasi mikroenkapsulasi untuk
fortfikasi produk ekstrusi dengan menggunakan flavour
sebagai model fortfikan volatil. Dalam reviewnya
dikemukakan hambatan dan tantangan dalam
memberikan flavour pada produk ekstrusi. Kehilangan
flavour dalam jumlah besar terjadi melalui mekanisme
flash distilation pada saat produkkeluar dari ekstruder
bersamaan dengan terjadinya ekspansi produk
‘ulin Teknologi Pascapanen Pertanian: Vol.7(1}, 2011 13mikrokapsul dari 2,5% ke 5% cenderung
‘meningkatkan ekspansi produ”.
B. Aplikasi Mikroenkapsulasi untuk Fortifikasi
Pangan Lain
Mikroenkapsulasi dilaporkan telah diaplikasikan untuk
fortifiasi beberapa produk seperti garam, susu, keju,
minyak dan beras, Studi tentang fortitikasi ganda
{menambahkan 2 atau lebih fortfikan ke dalam bahan
makanan) telah banyak dilakukan untuk
‘meningkatkan efisiensi program fortfikasi dimana
kasus kekurangan beberapa zat gizi mikro terjadi
secara bersamaan seperti fortfixasi garam dengan
yodium, zat besi dan vitamin At atau fortitikasi
garam dengan vitamin A, beberapa jenis vitamin B,
kalsium pantotenat dan yodium,*. Namun demikian,
keberadaan beberapa fortifikan secara sekaligus
dapat mengakibatkan penurunan bioavailabilitas
fortiikan dan mutu makanan. Zat besi dapat bereaksi
dengan air menimbulkan perubahan warna garam®*
Selain itu, adanya zat besi dan air dapat
menyebabkan hilangnya yodium dan vitamin A.
Zat besi yang dapat larut seperti ferro-sulfat
merupakan fortiikan yang murah dan memiliki
bioavailabiltas yang baik. Namun demikian, senyawa
ini dapat menurunkan mutu makanan yang.
difortifikasi karena dapat meyebabkan perut
ibal
wama, oksidasi lavour dan menimbulkan fan ie
Beberapa studi tentang mikroenkapsulas| zat
dengan liposom menurjukkan, bahyape kes
terenkapsulasi memiliki bioavailat ngeamas
dengan zat besi yang tidak Tonal enh
dapat mencogan Kontak zat bes Bengan Baran
makanan sehingga perubahan aioon nan yang
tidak dinginkan dapat dininde@* tous
zat besi dengan lesitin member aly ng efektif
dalam moncogah pera ur, oftcolour
dan rasa logam tanpasfiengubah bigavailabilitasnya®
Minyak terhidrogerias| juga tel@?hcigunakan untuk
‘mengenkapsulas’ zat besi napivn belum memberikan
hasil yang memuaskan Karena tidak stabil pada suhu
dan kelembaban tiqgg! selama pengolahan,
penyimpanan atau peby'apan produk™
Mikroenkapsthasi dapat mencegah perubahan
warna makanay yang dikatalisis oleh zat besi
sekaligus juga moningkatkan stablltas yoolum dan
vitamin A. Stabilitas yodium dalam fortiikasi garam
dilaporkan meningkat ketika yodium (dalam bentuk
kalium yodida) dienkapsulasi dengan maltodekstrin®™
Mikroenkapsulasi vitamin A dengan minyak sawit
jerhidrogenasi juga dapat meningkatkan stabiitas
vitamin A dalam fortiikasi garam’. Minyak sawit
terhidrogenasi_berperan ganda dalam
mikroenkapsulasi vitamin A, yaitu bahwa minyak
merupakan bahan pengkapsul yang ideal untuk
vitamin A yang bersifat larut dalam minyak. Dalam
Keadaan terenkapsulasi, vitamin A terlndung dari
Kemungkinan terjadinya oksidasi.. Vitamin A yang
biasa digunakan untuk fortifkasi bahan makanan
ering memilki harga yang lobih tingg) daripada
vitamin A yang digunakan fortifikasi makanan cair
&
(harga mencapai 4 kali lipat). Dengan enkapsulasi
vitamin A yang biasa digunakan untuk fortifikasi
makanan cair dapat digunakan juga untuk fortitikasi
makanan kering sehingga dapat menekan biaya
Fortitikasi biskuit” dengan asam folat yang
terenkapsulasi dalam kombinasi alginat dan pektin
diiaporkan dengan retensi folat yang masih rendah
(3,6%). Fortifikasi beras dengan asam folat yang
ditambahkan dengan teknik coating juga telah
dilaporkan namun retensi folat yang diperoleh pada
nasi relatif rendah*. Mikroenkapsulasi asam folat
dalam alginat dan pektin dapat memberikan
kestabilan dan retensi asam folat yang lebih balk (360
‘mg/100 9) pada keju dibandingkan dengan asam folat
yang tidak dienkapsulasi (109 ma/100 9)".
Fortiikasi susu dengan vi dan zat besi
telah dilaporkan dideberapa liératur ®, yaitu bahwa
mikroenkapsylastdengan ligdsom dapat melindungi
vitamin C yang ditortifikasikan ke daam susu pada
proses paste
jsasix(63°C,30 meni). Dengan
mikroepkapsutasi, ké@ar asam askorbat dalam susu
pastétisasitergeke: 345.80 mgi, sedangkan tanpa
tulasi Mengalami penurunen hingga hanya
ee
\S>_,oFontiikasi susu dan yoghurt dengan zat besi
ing dienkapsulasi dalam lesitin kedelai dapat
Katkan absorpsi besi (12,3%) dibandingkan
Wan tanpa enkapsulasi (7,7%) pada percobaan
0° “Tood services: probiotics and protective cultures,
222. sO % >” Trends in Food Sciences and Technology 2008,
15.YulaniS, Srestha A, Hoerudin, Encapblatehot