Working Paper FOB USBI-13-05-Selvi Meliza Salim, and Golrida Karyawati

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Journal of Business and Entrepreneurship

Pengaruh Modal Intelektual Terhadap


Kinerja Keuangan
Selvi Meliza Salim11
Golrida Karyawati12
Sampoerna School of Business
The purpose of this research is to analyze the effect of intellectual capital on
company profitability using Return on equity and earning per share. This research is
using Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) method as a measure of the
efficiency of three intellectual capital components recognised which are Capital
Employed Efficiency (CEE), Human Capital Efficiency (HCE), and Structural Capital
Efficiency(SCE). This reseach collects data from 150 firms such as manufacturing,
banking, credit other bank, securities, and real estate sector listed on the Indonesia
Stock Exchange Period 2010-2011. Multiple linear regression model is used to examine
the effect of the three components of intellectual capital efficiency to companys financial
performance both on ROE model and EPS model. The result shows that CEE positively
influence companys profitability both on ROE model and EPS model. HCE however,
eventhough on ROE model shows significant impact on ROE, but on EPS model do not
show significant impact on EPS. Analyse of SCE also indicates inconsistency
phenomenon on both model ROE and EPS. While on model ROE structural capital
efficiency do not show significant impact on ROE, on model EPS however it shows
significant impact on EPS.
Keywords: intellectual capital, capital employed eficiency (CEE), Human capital
efficiency (HCE), structural capital efficiency (SCE), profitability, return
on equity, earning per share.

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN


Pendahuluan
Intellectual capital semakin menjadi
aset yang sangat bernilai dalam bisnis saat
ini. Tetapi laporan keuangan tradisional
belum berhasil menyajikan informasi
intellectual capital. Secara umum, teori
intellectual capital telah banyak
11
12

dikembangkan melalui gagasan-gagasan


dan pemikiran-pemikiran para peneliti,
antara lain Bontis (1998), Firer dan
Williams (2003), Chen et al. (2005),
Najibullah (2005), Margaretha dan
Rakhman (2006), Ulum (2008), Kuryanto
(2008), Anugraheni (2010), Wiradinata dan

Akuntan yang bekerja di perusahaan swasta


Dosen akuntansi pada Sampoerna School of Business

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 2; Mei 2013

Journal of Business and Entrepreneurship

Siregar (2011), dan Zuliyati (2011).


Fenomena ini menuntut mereka mencari
informasi yang lebih rinci mengenai halhal yang berkaitan dengan pengelolaan
intellectual capital. Mulai dari cara
pengidentifikasian, pengukuran sampai
dengan pengungkapan intellectual capital
dalam laporan keuangan perusahaan.
Pulic (1998) memperkenalkan
pengukuran intellectual capital dengan
menggunakan Value Added Intellectual
Coefficient (VAIC) . Metode VAIC
dirancang untuk menyediakan informasi
mengenai efisiensi penciptaan nilai(value
creation) dari aset berwujud dan tidak
berwujud yang dimiliki oleh perusahaan.
Komponen utama dari VAIC dalam
penelitian ini adalah Capital Employed
Efficiency (CEE), Human Capital
Efficiency (HCE), dan Structural Capital
Efficiency (SCE).
Penelitian ini meneliti hubungan
antara intellectual capital dengan
profitabilitas terhadap kinerja keuangan
perusahaan dengan menggunakan data dari
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Kinerja keuangan
perusahaan akan diukur dengan Return on
Equity (ROE) dan Earnings Per Share
(EPS). Intellectual capital diukur dengan
menggunakan model Pulic, yaitu VAIC
(Value Added Intellectual Coefficient).
Pengukuran intellectual capital
menggunakan model pulic yang
menggunakan gaji karyawan sebagai proxi
human capital
(Kuryanto :2008;
Anugraheni:2010, Wiradinata dan Siregar
:2011; dan Zuliyati:2011). Penelitian ini
menggunakan executive salary, dengan
pertimbangan bahwa executive salary lebih
mencerminkan intelectual capital
dibanding dengan total salary. Dalam
banyak industri komponen salary sebagian
besar mungkin merupakan gaji buruh yang
kurang mencerminkan intelectual capital.
2

Pengertian human capital sebagai bagian


dari intelectual capital adalah pekerja yang
mampu menciptakan kekayaan dan nilai
tambah (value added) bagi perusahaan.
Pengetahuan, kompetensi, ketrampilan,
dan pengalaman seorang manajer pada
umumnya termasuk kategori human
capital (Santosa dan Setiawan, 2007). Hal
ini menjadi dasar menggunakan executive
salary dalam penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan pada
perusahaan manufacturing, banking dan
credit agencies selain bank, securities, dan
real estate. Pengambilan sampel kriteria
tersebut didasarkan pemikiiran bahwa
perusahaan pada kelompok ini termasuk
perusahaan yang memiliki karakteristik
perusahaan padat intellectual capital (high
IC-intensive industries). Pengelompokan
perusahaan ini berdasarkan pada Global
Industrity Clasification Standard (GCIS)
dalam Woodcock dan Whiting (2009). Hal
ini menjadi indikator penting bagi
perusahaan tersebut untuk mengelola
sumber daya yang berkaitan erat dengan
intellectual
capital,
berdasarkanpertimbangan tersebut maka
peneliti memilih perusahaan sektor
terserbut. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadii pertimbangan Bapepam dan
Ikatan Akuntan Indonesia menciptakan
standar yang lebih baik dalam
pengungkapan intellectual capital.
Tinjauan Pustaka dan Pengembangan
Hipotesis
Intellectual Capital
Intellectual capital merupakan
kombinasi intangible asset dari nilai pasar,
intellectual property, sumber daya manusia
dan infrastruktur yang memungkinkan
perusahaan menjalankan fungsinya dengan
baik Brooking (1996). Intellectual Capital
mencakup semua pengetahuan karyawan,
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 2; Mei 2013

Journal of Business and Entrepreneurship

organisasi dan kemampuan perusahaan


untuk menciptakan nilai tambah dan
keunggulan kompetitif. Intellectual capital
adalah aset tak berwujud yang memegang
peran penting dalam meningkatkan daya
saing perusahaan dan juga dimanfaatkan
secara efektif untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan. Intellectual
Capital merupakan landasan bagi
perusahaan untuk berkembang dan
mempunyai keunggulan dibandingkan
perusahaan lain.
Intellectual capital dapat dibagi
menjadi komponen modal fisik, modal
manusia, dan modal struktural.
1. Modal fisik (Physical capital)
merupakan modal yang dimiliki
perusahaan berupa dana keuangan
dan aset fisik yang digunakan untuk
membantu penciptaan nilai tambah
perusahaan (Wiradinata dan Siregar,
2011). Physical Capital menunjukkan
hubungan harmonis yang dengan
mitranya, baik dari pemasok,
pelanggan,
pemerintah
dan
masyarakat sekitar. Modal fisik dalam
model Pulic disebut dengan capital
employed (CE).
2. Human capital (HC) merupakan
modal yang terkait dengan
pengembangan sumber daya manusia
perusahaan, seperti kompetensi,
komitmen, motivasi, dan loyalitas
karyawan.
Human
Capital
menunjukkan
kemampuan
perusahaan dalam mengelola sumber
daya manusia. Intelectual capital jenis
ini menganggap manusia sebagai aset
yang bernilai karena pengetahuan
yang dimiliki
3. Modal struktural (SC) merupakan
modal yang dimiliki perusahan,
meliputi pengetahuan yang akan tetap
berada dalam perusahaan. Intelectual
capital jenis ini terdiri dari rutinitas
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 2; Mei 2013

perusahaan, prosedur, sistem, budaya,


dan database (Astuti dan Sabeni,
2005).
Structural
Capital
menunjukkan pengetahuan yang akan
tetap ada dalam perusahaan yang
bersifat bukan manusia, seperti:
rutinitas perusahaan, prosedur,
sistem, budaya, dan database.
Hingga saat ini intelectual capital
belum disajikan dalam laporan keuangan
(Bontis et al:2000). Hal ini disebabkan
metode pengukuran yang tepat dan objektif
atas intelectual capital belum ditemukan
hingga saat ini. Upaya memberikan
penilaian terhadap modal intelektual
merupakan hal yang penting .
Hal ini merupakan tantangan akuntan
saat ini dan dimasa mendatang. Bontis et
al. (2000) mengatakan bahwa intellectual
capital merupakan seluruh proses dan aset,
dan seluruh intangible asset yang telah
dipertimbangkan terhadap metode
akuntansi yang termasuk di dalamnya
adalah kontribusi dari pengetahuan dari
manusia itu sendiri sebagai sumber daya
perusahaan.
Pengukuran Intelectual Capital Dengan
Value Added Intellectual Capital (VAIC)
VAIC dikembangkan oleh Pulic
sebagai instrumen untuk mengukur kinerja
intellectual capital perusahaan. Model ini
menyajikan informasi tentang value
creation efficiency dari aset berwujud
(tangible asset) dan aset tidak berwujud
(intangible asset) yang dimiliki perusahaan
sebagai hasil dari intelectual capital.
Model ini bertitik tolak dari
kemampuan
perusahaan
untuk
menciptakan value added (VA) sebagai
value creation. Pulic (1998) menyatakan
bahwa value creation is entirely based on
knowledge sehingga model ini dimulai
dengan kemampuan perusahaan untuk
menciptakan value added (VA). Value
3

Journal of Business and Entrepreneurship

Added adalah indikator paling objektif


untuk menilai keberhasilan bisnis dan
menunjukkan kemampuan perusahaan
sebagai hasil intelectual capital. Value
added dihitung sebagai selisih antara
output dan input.
Model VAIC mengukur efisiensi
intellectual capital dalam menciptakan
nilai berdasarkan hubungan ketiga
komponen utama intelectual capital yaitu
physical capital, human capital, dan
structural capital. VA dipengaruhi oleh
efisiensi dari Capital Employee (CE),
Human Capital (HC) dan Structural
Capital (SC). Hubungan VA dengan
capital employed atau dana yang tersedia
(modal fisik) diformulasikan dengan CEE,
hubungan VA dan human capital
diformulasikan dengan HCE, dan
hubungan VA terhadap structural capital
diformulasikan dengan SCE.
1. Capital Employed Efficieny (CEE)
adalah indikator efisiensi nilai tambah
modal yang digunakan. CEE
merupakan rasio dari VA terhadap
CE. CEE menggambarkan berapa
banyak nilai tambah perusahaan yang
dihasilkan dari
modal yang
digunakan CEE yaitu kalkulasi dari
mengelola modal perusahaan.
2. Human Capital Efficiency (HCE)
adalah indikator efisiensi nilai tambah
modal manusia. HCE merupakan
rasio dari value added (VA) terhadap
human capital (HC). Hubungan ini
mengindikasikan kemampuan modal
manusia membuat nilai pada
perusahan menghasilkan nilai tambah
setiap rupiah yang dikeluarkan pada
modal manusia. HCE menunujukkan
berapa banyak (VA) dapat dihasilkan
dengan dana yang dikeluarkan untuk
executive salary. Human Capital
merupakan hal yang penting bagi
kelangsungan hidup perusahaan
4

3.

karena human capital merupakan


penggabungan sumber-sumber daya
intangible yang melekat dalam diri
anggota organisasi, selain itu juga
merupakan aset perusahaan dan
sumber inovasi serta pembaharuan.
Structural Capital Efficiency (SCE)
adalah indikator efisiensi nilai tambah
modal struktural. SCE merupakan
ratio dari SC terhadap VA. Rasio ini
mengukur jumlah SC yang
dibutuhkan untuk menghasilkan 1
rupiah dari VA dan merupakan
indikasi bilamana keberhasilan SC
dalam penciptaan nilai (Ulum, 2008).
Structural capital meliputi seluruh
non-human storehouses of knowledge
dalam organisasi. Termasuk dalam hal
ini adalah database, organizational
charts, proocess manuals, strategies,
routines dan segala hal yang membuat
nilai perusahaan lebih besar daripada
nilai materialnya (Ulum, 2008).
Perusahaan dengan structural capital
yang kuat akan memiliki dukungan
budaya yang memungkinkan
perusahaan untuk mencoba sesuatu,
untuk belajar, dan untuk mencoba
kembali sesuatu. Konsep intellectual
capital memungkinkan intellectual
capital untuk diukur dan
dikembangkan dalam suatu
perusahaan (Anatan, 2004).

Metode Penelitian
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan
manufacturing, banking, credit agencies
other than bank, securities, insurance dan
real estate yang terdaftar di BEI (Bursa
Efek Indonesia) periode 2010-2011. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode non
probality sampling. Metode non probality
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 2; Mei 2013

Journal of Business and Entrepreneurship

sampling yang digunakan yaitu judgment


sampling di mana sampel yang dijadikan
objek penelitian ditentukan berdasarkan
kriteria tertentu. Kriteria yang ditetapkan
untuk mengambil sampel dalam penelitian
adalah:
1. Laporan keuangan yang telah
diaudit dan dipublikasikan pada
tahun 2010-2011.
2. Bila ada ketidaktersediaan data dari
salah satu variabel pada perusahaan

3.

tertentu maka emiten tersebut tidak


digunakan sebagai sampel.
Perusahaan tersebut tidak memiliki
laba dan ROE yang negatif selama
periode pengamatan yaitu pada
tahun 2010-2011.

Sampel akhir yang diperoleh dari proses


seleksi sampel berdasarkan kriteria
tersebut adalah 150 perusahaan setiap
tahunnya seperti tersaji dalam tabel 1.

Tabel 1. Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria


Kriteria
Jumlah Sampel
Jumlah perusahaan manufacturing pada tahun 2010-2011
147
Jumlah perusahaan banking, credit agencies other than bank,
securities, insurance pada tahun 2010-2011
73
Jumlah perusahaan real estate pada tahun 2010-2011
50
Dikurangi: Emiten yang datanya tidak lengkap
72
Dikurangi: Emiten yang negatif (Laba dan ROE)
48
Dikali: Lamanya periode penelitian
2
Sampel akhir dari tahun 2010-2011
300
Variabel dan Pengukurannya
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah ROE dan EPS. Kinerja keuangan
perusahaan yang diukur melalui
profitabilitas perusahaan. Kinerja tersebut
diwakili dengan rasio sebagai berikut:
a.

Return on Equity (ROE)


Return on Equity (ROE) merupakan
rasio keuangan yang mewakili
profitabilitas perusahaan. ROE
mempresentasikan return pemegang
saham biasa dan biasanya menjadi
pertimbangan dan indikator keuangan
yang penting bagi investor (Chen et.
al, 2005). Semakin tinggi laba yang
diperoleh maka akan semakin
meningkatkan
ROE.
ROE
diformulasikan sebagai berikut:

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 2; Mei 2013

b.

Earnings per Share (EPS)


Earnings per Share merupakan suatu
ukuran di mana baik manajemen
maupun pemegang saham menaruh
perhatian yang besar. EPS merupakan
analisis laba dari sudut pandang
pemilik dipusatkan pada laba per
saham dalam suatu perusahaan. EPS
juga merupakan salah satu
persyaratan dalam pengungkapan
laporan keuangan bagi perusahaanperusahaan yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia, yang diperoleh
dengan cara membagi laba setelah
dikurangi dividen yang dibagikan
untuk pemegang saham preferen
5

Journal of Business and Entrepreneurship

VA = Value Added
CE =
Capital Employed ( modal fisik
dan aset finansial)
Aset Finansial =
Total Asset Intangible Asset

dengan rata-rata jumlah saham yang


beredar sepanjang tahun.

Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian
ini adalah Intellectual Capital (VAIC)
yang diproksikan berdasarkan value added
yang diciptakan oleh human capital
efficiency (HCE), structural capital
efficiency (SCE), dan capital employed
efficiency (CEE).
Formulasi perhitungan VAIC
adalah sebagai berikut:
a.

c.

di mana:
HCE =
Human Capital Efficiency
VA = Value Added
HC =
Human Capital (executive salary)
d.

di mana:
Value Added (VA) =
Selisih antara Output dan Input.
Output (OUT) =
Total penjualan dan pendapatan
lain-lain.
Input (IN) =
Beban dan biaya-biaya (selain
executive salary).
Penelitian ini menggunakan
perluasan
definisi
dalam
mengungkapkan VAIC dengan
menggunakan executive salary.
Penggunaan executive salary karena
dianggap dapat mencerminkan
Human Capital yang lebih baik.
b.

Menghitung Capital Employed


Efficiency (CEE)
CEE = VA / CE
di mana:
CEE = Capital Employed Efficiency

Capital

HCE = VA / HC

Menghitung Value Added (VA)


VA = Output Input

Menghitung Human
Efficiency (HCE)

Menghitung Structural Capital


Efficiency (SCE)
SCE = SC / VA
di mana:
SCE =
Structural Capital Efficiency
SC =
Structural Capital (SC= VA-HC)
VA = Value Added

Metode Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linear
berganda dengan model sebagai berikut:
a.

Model regresi untuk variabel ROE


ROE = 0 + 1 CEE + 2 HCE +
3 SCE +

Keterangan :
0 = Penduga bagi intersept
1, 2, 3 = Koefisien Regresi
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 2; Mei 2013

Journal of Business and Entrepreneurship

ROE = Return on Equity merupakan


ukuran kinerja keuangan
perusahaan
CEE = Capital Employed Efficiency
HCE = Human Capital Efficiency
SCE = Structural Capital Efficiency

= Error

b.

Model regresi untuk variabel EPS


EPS = 0 + 1 CEE + 2 HCE +
3 SCE +
Keterangan :
0
= Penduga bagi intersept
1, 2, 3 = Koefisien Regresi
ROE
= Earnings per Share
merupakan ukuran
kinerja keuangan
CEE
= Capital Employed
Efficiency
HCE
= Human Capital
Efficiency
SCE
= Structural Capital
Efficiency

= Error

Hasil dan Pembahasan


Statistik Deskriptif
Perusahaan dalam penelitian ini
manufacturing, banking, credit agencies
other than bank, securities, dan real estate.
Dari 270 populasi, peneliti hanya
menggunakan 150 perusahaan per
tahunnya yang dijadikan sebagai sampel
dalam melakukan penelitian karena data
yang tidak lengkap dan bernilai negatif.
Data dipooling dari periode 2010-2011
setelah melakukan kelayakan pooling
dengan pengujian Chow Breakpoint Test .
Statistik Deskriptif untuk model ROE
dan model EPS masing-masing disajikan
pada tabel 2 dan tabel 3. Walaupun ratarata tingkat ROE perusahaan sampel
bernilai 16.2363 namun penyebaran ROE
sangat bervariasi diantara perusahaan.
Terdapat 20 perusahaan yang ROE nya
kurang dari 5%, dan 17 perusahaan yang
ROE nya diatas 30%. Unilever merupakan
pengahasil ROE yang tertinggi. Akan
tetapi banyak perusahaan yang mengalami
peningkatan ROE dari tahun 2010. Data
EPS pun menunjukan variasi yang tinggi.

Tabel 2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Model ROE


N Minimum Maximum
Mean Std. Deviation
ROE
300
.04
113.24 16.2363
12.80292
CEE
300
.005
4.418
.13034
.289536
LHCE
300
.192
6.697 2.92926
1.120443
SCE
300
.174
8.245
.93002
.484656
Valid N (listwise) 300
Tabel 3. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Model EPS
N Minimum Maximum
Mean Std. Deviation
LEPS
300
-3.219
9.469 4.11684
1.758434
LCEE
300
-5.319
1.486 -2.58350
.989394
HCE
300
1.211
809.597 39.39031
83.531151
LSCE
300
-1.7470
2.1096 -.115548
.2585666
Valid N (listwise) 300
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 2; Mei 2013

Journal of Business and Entrepreneurship

Uji Regresi Linear Berganda


Analisa regresi telah memenuhi uji
asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji heteroskedastisitas,
dan uji auto korelasi. Walaupun uji
normalitas dengan kolmogorov Smirnov
dengan alpha 5% menunjukan data ROE
tidak terdistribusi normal, namun
berdasarkan teori central limit bila jumlah
sampel lebih dari 30 maka data
berdistribusi normal. Model regresi
berganda model ROE dan EPS adalah
sebagai berikut:
Persamaan regresi linier berganda
untuk model ROE dan model EPS adalah

sebagai berikut:
ROE = 2,338 + 8,748 CEE + 4,073 LHCE + 0,888 SCE
EPS = 6,071 + 0,740 LCEE + 0,001 HCE + 0,883 LSCE

Kedua model persamaan diatas


berdasarkan hasil uji statistik F pada alpha
5% menunjukan bahwa model mampu
menjelaskan hubungan ketiga variabel
independen (CEE, HC and SCE) baik
dengan variabel dependen ROE (tabel 4)
maupun dengan variabel dependen EPS
(tabel 5).

Tabel 4. Hasil Uji Statistik F Model ROE


ANOVAa
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
1 Regression
10158.387
3
3386.129 25.798
Residual
38852.132
296
131.257
Total
49010.519
299
a. Dependent Variable: ROE
b. Predictors: (Constant), SCE, CEE, LHCE

Tabel 5. Hasil Uji Statistik F Model EPS


ANOVAa
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
1 Regression
217.894
3
72.631 30.424
Residual
706.640
296
2.387
Total
924.534
299
a. Dependent Variable: LEPS
b. Predictors: (Constant), LSCE, HCE, LCEE

Sig.
.000b

Sig.
.000b

Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukan kemampuan menjelaskan variabel


CEE, HCE dan SCE cukup siginikan baik atas variabel ROE(20,7%) yang disajikan
pada tabel 6, maupun EPS(23,6%) yang disajikan pada tabel 7

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 2; Mei 2013

Journal of Business and Entrepreneurship

Tabel 6. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model ROE


Model Summaryb
Model
1

R Square

Adjusted R
Square

Std. Error of the


Estimate

.455a

.207

.199

11.45675

a. Predictors: (Constant), SCE, CEE, LHCE


b. Dependent Variable: ROE

Tabel 7. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model EPS


Model Summaryb
Model
1

R Square

Adjusted R
Square

Std. Error of the


Estimate

.485a

.236

.228

1.545089

a. Predictors: (Constant), LSCE, HCE, LCEE


b. Dependent Variable: LEPS

Hasil uji koefisien regresi (Uji T)


atas ketiga variabel independen baik pada
model ROE (tabel 8) maupun model EPS
(tabel 9) pada alpha 5% menunjukan hasil
berikut:
CEE
Pada Model ROE ditemukan bukti
pengaruh positive CEE terhadap ROE.
Hasil ini sejalan dengan penelitian
Najibullah (2005). Secara statistik dapat
dikatakan bahwa dengan asumsi variable
lain konstan, perubahan CEE sebesar 1
basis point diasosiasikan dengan
perubahan ROE sebesar 8.748 basis point.
Bukti empiris ini menunjukkan bahwa
perusahaan mengandalkan dana yang
tersedia seperti ekuitas dan laba bersih
yang dapat meningkatkan nilai tambah
yang akhirnya meningkatkan profitabilitas.
Dalam model EPS juga ditemukan
bukti yang signifikan bahwa CEE
berpengaruh positif terhadap EPS. Secara
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 2; Mei 2013

statistik dapat dikatakan bahwa dengan


asumsi variable lain konstan, perubahan
Log CEE (LCEE) sebesar 1 basis point
diasosiasikan dengan perubahan EPS
sebesar 0.740 basis point.Hasil ini sejalan
dengan penelitian Ritonga dan Andriyanie
(2011). Bukti empiris ini menunjukan
bahwa physical capital yang dimiliki
perusahaan berperan meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan serta mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan
tersebut berhasil memanfaatkan dan
memaksimalkan dana yang tersedia pada
perusahaan.
HCE
Pada model ROE bukti empiris
menunjukan pengaruh positif HCE
terhadap ROE secara signifikan. Secara
statistik dapat dikatakan bahwa dengan
asumsi variable lain konstan, perubahan
Log HCE (LHCE) sebesar 1 basis point
diasosiasikan dengan perubahan ROE
9

Journal of Business and Entrepreneurship

sebesar 4.073 basis point. Hasil penelitian


Najibulla (2005) belum menemukan bukti
empiris ini. Akan tetapi Farah Margaretha
(2006) menemukan bukti empiris yang
sesuai dengan hasil penelitian ini. Hasil ini
mengindikasikan bahwa perusahaan yang
tergabung sudah mampu mendaya gunakan
Human Capital untuk meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan.
Akan tetapi berbeda dengan model
ROE, penelitian atas model EPS
menemukan bahwa HCE tidak
berpengaruh signifikan atas EPS. Hasil ini
tidak sejalan dengan penelitian Ritonga
dan Andriyanie (2011) yang menemukan
pengaruh signifikan HCE terhadap EPS.
Fenomena yang ditunjukan hasil penelitian
ini mungkin disebabkan hambatan
infrastruktur yang menyebabkan
kurangnya motivasi untuk berinovasi dan
memperbaiki proses bisnis agar lebih
efisiensi dan meningkatkan profitabilitas
pemegang saham. Hal ini membutuhkan
penelitian lebih lanjut.
SCE
Pada model ROE ditemukan bahwa
structural capital efficiency tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
return on equity.Hasil sejalan dengan
penelitian Najibullah (2005). Tidak
berpengaruhnya SCE terhadap ROE
menunjukkan perusahaan sampel belum

mampu dalam memenuhi proses rutinitas


perusahaan dan strukturnya yang
mendukung kinerja bisnis secara
keseluruhan, seperti sistem operasional
perusahaan, budaya organisasi, filosofi
manajemen yang dimiliki perusahaan.
Dengan belum mampunya perusahaan
mentransformasi pengetahuan ke dalam
pengetahuan yang melekat pada hubungan
eksternal
yaitu mentransformasi
pengetahuan individu ke dalam
pengetahuan non manusia. Berarti
perusahaan belum mampu mengembangkan structural capital yang menghasilkan
keunggulan bersaing yang secara relatif
dapat meningkatkan profitabilitas.
Akan tetapi pada model EPS
ditemukan bahwa structural capital
efficiency berpengaruh secara positif
terhadap earnings per share. Secara
statistik dapat dikatakan bahwa dengan
asumsi variable lain konstan, perubahan
Log SCE (LSCE) sebesar 1 basis point
diasosiasikan dengan perubahan EPS
sebesar 0.883 basis point.Hasil ini juga
tidak sejalan dengan penelitian Ritonga
dan Andriyanie (2011). Hasil ini
menunjukkan perusahaan sampel sudah
mampu meningkatkan pengetahuan dan
mengembangkan structural capital yang
dimilikinya untuk mencapai keunggulan
bersaing yang akan menghasilkan kinerja
keuangan yang lebih tinggi.

Tabel 8. Hasil Uji Koefisien Regresi (Uji t) Model ROE

10

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 2; Mei 2013

Journal of Business and Entrepreneurship

Tabel 9. Hasil Uji Koefisien Regresi (Uji t) Model EPS

Kesimpulan
Secara
keseluruhan
dapat
disimpulkan bahwa modal intelektual
mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan. Bukti empiris menunjukan
hubungan antara ketiga komponen
intelectual capital dengan salah satu atau
kedua proksi kinerja keuangan yakni ROE
dan EPS. Capital Employed Efficiency
berpengaruh positif terhadap profitabilitas
perusahaan, baik dengan return on equity
(ROE) maupun dengan EPS. Walapun
dalam model ROE bukti empiris
menunjukan bahwa Human Capital
Efficiency berpengaruh signifikan
terhadap return on equity (ROE), namun
dengan model EPS bukti empiris belum
menunjukan pengaruh signifikan HCE
terhadap EPS. Analisa atas Structural
Capital Efficiency juga menunjukan hasil
yang tidak konsisten antara model ROE
dan model EPS. Pada model EPS bukti
empiris menunjukan pengaruh signifikan
SCE terhadap EPS, namun dengan model
ROE Structural Capital Efficiency belum
terbukti signifikan terhadap return on
equity (ROE).
Implikasi
Hasil temuan menunjukan semakin
pentingnya modal intelektual dalam
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 2; Mei 2013

perusahaan. Akan tetapi sebagian besar


intelektual capital belum dapat disajikan
dalam laporan keuangan. Hasil penelitian
ini diharapkan menjadi masukan bagi
standar setter untuk melakukan pengkajian
lebih lanjut mengenai kemungkinan
penerbitan standar akuntansi sehubungan
dengan modal intelektual ini.
Hasil penelitian ini juga dapat
ditindaklanjuti dengan penelitian
selanjutnya sebagai berikut:
a. Mengembangkan penelitian dengan
menggunakan metode langsung dalam
mengukur intellectual capital, misalnya
dengan balance score card atau real
options model.
b. Memperpanjang periode penelitian.
Dengan memperpanjang periode
penelitian
diharapkan
dapat
memberikan kesimpulan yang lebih
baik dan dapat mengatasi masalah
normalitas residual untuk ketiga
komponen intellectual capital yaitu
CEE, HCE, dan SCE terhadap ROE.
c. Menggunakan proksi kinerja keuangan
perusahaan selain yang digunakan
dalam penelitian ini. Semakin banyak
proksi yang digunakan akan semakin
baik dalam menggambarkan pengaruh
intellectual capital terhadap kinerja
perusahaan.
11

Journal of Business and Entrepreneurship

Daftar Pustaka
Anugraheni, C. M. (2010); Pengaruh
Modal Intelektual Terhadap
Kinerja Perusahaan; sumber:
http://eprints.undip.ac.id/22818/1/
SKRIPSI.pdf (diakses 15 Oktober
2012).
Anatan, L. (2006); Manajemen Modal
Intelektual:
Strategi
Memaksimalkan Nilai Intelektual
dalam Technology Driven
Business; Maranatha Christian
University Vol.5, No. 2 pp 46-56.
Astuti, P.Dwi dan Arifin Sabeni; Hubungan
Intellectual Capital dan Business
Performance dengan Diamond
Specification: Sebuah Perspektif
Akuntansi; SNA VIII Solo pp.
694-707.
Barney, J. B. (1991); Firm resources and
sustainable
competitive
advantage; Jurnal of Management,
Vol 17 No 1, pp 99-120.
Bontis, Nick. (1998); Intellectual Capital
: an Explaratory Study that
Develops Measures and Models;
Management Decision. Vol 36,
No. 2, pp 63-76.
Bontis, Nick, Willian Chua Chong Keow
dan Stanlet Richardson (2000) ;
Intellectual Capital and Business
Performance in Malaysian
Industries; Journal of Intellectual
Capital Vol.1, No. 1, pp 85-100.
Borwerman, OConnell, dan Murphree
(2011); Business Statistics in
Practice, Edisi 6; New York:
McGraw-Hill/Irwin.
Brooking, Annie (1996); Intellectual
Capital: Core Asset for the Third
Millennium Enterprises; London:
International Thomson Business
Press.
12

Bursa Efek Jakarta (2011); Indonesian


Capital Market Directory, Institute
for Economic and Financial
Research.
Chen, M.C., S.J. Cheng. Y. Hwang. (2005);
An empirical investigation of the
relationship between intellectual
capital and firms market value
and financial performance; Jounal
of Intellectual Capital. Vol 6, No.
2, pp 159-176.
Cooper, Donald R. Dan Pamela S.
Schindler (2011); Business
Research Method, 11 th Edition;
Boston : Mc Graw-Hill.
Farah Margaretha, Arief Rakhman (2006);
Analisis Pengaruh Intellectual
Capital Terhadap Market Value
dan Financial Performance
Perusahaan dengan Metode Value
Added Intellectual Coefficient;
Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.
8 No. 2 pp. 199-217.
Firer, S., and S.M. Williams (2003);
Intellectual capital and traditional
measures
of
corporate
performance;
Journal
of
Intellectual Capital Vol.4, No. 3,
pp. 348-360.
Hartono, B. (2001); Intellectual Capital:
Sebuah Tantangan Akuntansi
Masa Depan; Media Akuntansi.
Vol. 21 pp 65-72
Ihyaul Ulum et al. (2007); Intellectual
Capital dan Kinerja Keuangan
Perusahaan : Suatu Analisis
dengan Pendekatan Partial Least
Square; Simposium Nasional
Akuntansi 11.
Ihyaul Ulum et al. (2008); Intellectual
Capital Performance Sektor
perbankan di Indonesia: sumber:
puslit2.petra.ac.id/ejournal/

ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 2; Mei 2013

Journal of Business and Entrepreneurship

index.php/aku/article/.../17081/
17034 (diakses 15 Oktober 2012)
Ihyaul Ulum (2009); Modal Inter-Relasi
Antar
Komponen
Modal
Intelektual (Human Capital,
Structural Capital, Customer
Capital) dan Kinerja Perusahaan;
Humanity, Vol IV, No.2 pp 134140.
Gozali, Iman (2006); Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program
SPSS, Edisi 4; Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Guthrie, Damodar N. dan Dawn C.Porter
(2010); Dasar-dasar Ekonometrika, Edisi 5; Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Kuryanto, Benny (2008); Pengaruh Modal
Intelektual Terhadap Kinerja
Perusahaan; Jurnal Akuntansi dan
Keuangan. Vol. 5, No. 9.
Najibullah, S. (2005); An Empirical
Investigation of The Relationship
Between Intellectual Capital and
Firms Market and Financial
Performance in Context of
Commercial Bank of Bangladesh.
Pulic, A. (1998); Measuring the
performance of intellectual
potensial in knowledge economy.
Paper presented at the 2nd
McMaster Word Congress on
Measuring and Managing
Intellectual Capital by the Austrian
Team for Intellectual Potential.
Ramadhan, I. Ibnu. (2009); Skripsi: Pengaruh
Intellectual Capital terhadap kinerja
Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Tahun 2002-2007;
Universitas Diponegoro (Tidak
Dipublikasikan).
Ritonga, K dan J. Andriyanie (2011); Pengaruh
Modal Intelektual Terhadap Kinerja
Keuangan; Pekbis Jurnal, Vol. 3, No.
2 pp 467-481.
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 2; Mei 2013

Santosa dan Setiawan (2007); Modal


Intelektual dan Dampaknya bagi
Keberhasilan
Organisasi;
Maranatha Christian University
Vol. 7, No.1 pp 1-15.
Sawarjuwono, T. (2003); Intellectual
Capital : perlakuan, pengukuran,
dan pelaporan (sebuah library
research); Jurnal Akuntansi dan
Keuangan. Vol. 5. No.1. pp 35-57.
Solikhah, B, Abdul Rohman, Wahyu
Meiranto (2010); Implikasi
Intellectual Capital Performance,
Growth dan Market Value; Studi
Empiris dengan Pendekatan
Simplistic
Specification
Simposium Nasional Akuntansi
XIII Purwokerto pp 1-29.
Tan, H.P., Plowman, D. & Hancock, P.
(2007) ; Intellectual Capital and
Financial Returns of companies;
Journal of Intellectual Capital,
Vol.8, No.1 pp. 76-95.
Widiyaningrum, A. (2004); Modal
Intelek-tual; Jurnal Akuntansi
dan Keuangan Indonesia Vol.1
pp. 16-25.
Wiradinata dan Siregar. (2011); Pengaruh
Modal Intelektual Terhadap
Kinerja
Keuangan
Pada
Perusahaan Sektor Keuangan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia;
Jurnal Akuntansi & Manajemen
Vol.22, No.2 pp.107-124.
Woodcock, J., H.R. Whiting. (2009);
Intellectual Capital Disclousure
by Australian Companies; Paper
accepted for presentation at thr
AFAANZ Conference, Adelaide,
Australia. July 2009.
Zuliyati. (2011); Intellectual Capital dan
Kinerja Keuangan Perusahaan;
Dinamika Keuangan dan
Perbankan Vol.3, No.1 pp 113125.
13

You might also like