Professional Documents
Culture Documents
Extensive Anterior STEMI - Referat Kardiologi
Extensive Anterior STEMI - Referat Kardiologi
Case Report
Medical Faculty
August 2014
Hasanuddin University
Presented by :
Juliarwon Putra
C 111 09 284
Supervisor :
Prof. dr. Peter Kabo, Ph.D, Sp.FK, Sp.JP (K), FIHA, FAsCC
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
: Juliarwon Putra
NIM
: C 111 09 284
Judul Referat :
EXTENSIVE ANTERIOR STEMI ONSET < 12 HOURS KILLIP II
Makassar,
Agustus 2014
Supervisor
Prof. dr. Peter Kabo, Ph.D, Sp.FK, Sp.JP (K), FIHA, FAsCC
ii
CASE REPORT
I.
PATIENTS IDENTITY
Medical Record
: 673070
Name
: Mr. J
Gender
: Male
II.
HISTORY TAKING
Chief Complaint : Pain on left chest
Present disease history : Chest pain felt approximately 2 days ago and
worsened since 9 hours prior to hospitalization. The pain was felt suddenly
like being pressed and radiated to the back of the body, and lasted for more
than 5 minutes. Cold sweat (+), nausea (+), vomiting (+). Syncope (-).
Shortness of breath also felt during the pain. DOE (+). PND (-). Orthopneu
(-). Cough (+) for 1 year. Defecation and urination is normal.
III.
PHYSICAL EXAMINATION
Vital sign
Blood Pressure
: 100/60 mmHg
Respiratory Rate
: 24 x/mnt
Pulse Rate
: 75 x/mnt
Lip
: Cyanosis (-)
Chest Examination
Inspection
Palpation
Wheezing -/-
Cardiac Examination
Inspection
Palpation
Abdominal Examination
Inspection
Extremity Examination
Edema pretibial minimal
IV. ELECTROCARDIOGRAPHY
Interpretation :
Sinus rhythm, heart rate 75 x/mnt
Axis 45O
Elevation of ST segmen on lead I, aVL, V1-V6
Conclusion :
Sinus rhythm, normo axis
Extensive anterior STEMI
V.
CHEST X-RAY
Interpretation :
Active tuberculosis minimal lession
Dilatatio et elongatio aortae
VI. ECHOCARDIOGRAPHY
Conclusion :
LV systolic and diastolic dysfunction
EF 35%
MR mild
Akinetic anterior, hipokinetic on other segment
Result
330
1131
72.9
0.51
Normal Value
140
< 190
< 25
< 0.05
Unit
mg/dL
U/L
U/L
Ng/mL
VIII. DIAGNOSIS
Extensive anterior STEMI onset < 12 jam KILLIP II
DM Type II non-obese
Suspect active tuberculosis
IX. PLANNING
Check laboratory FPG, FPG2PP, HbA1C, Lipid profile
Sputum Examination
ECG control
Coronary angiography
X.
TREATMENT
Oxygenation O2 2-4 Lpm via nasal canule
Fluid NaCl 0.9% 500 cc/24 hours/IV
Antiplatelet Aspirin 160 mg/24 hours/oral (loading dose)
Antiplatelet Clopidogrel 300 mg/24 hours/oral (loading dose)
Anticoagulan Enoxaparin 0.6 cc/12 hours/SC
ACE Inhibitor Captopril 6.25 mg/8 hours/oral
Oral hypolipidemic agent Simvastatin 40 mg/24 hours/oral
Vasodilator Isosorbid dinitrat long acting 10 mg/8 hours/oral
Diuretic Furosemide 20 mg/8 hours/oral
Anxiolytic Alprazolam 0.5 mg/24 hours/oral
Laxantive Laxadyn syrup 10 cc/24 hours/oral
Insulin Injection :
DISCUSSION
I.
PENDAHULUAN
syndromes yang terdiri atas angina pektoris tak stabil, IMA tanpa elevasi
segmen ST, dan IMA dengan elevasi ST. (3-5) Insidens STEMI telah menurun
selama 20 tahun terakhir. Mortalitas di rumah sakit akibat acute coronary
syndrome telah menurun dari sekitar 20% menjadi sekitar 5%, karena
perbaikan terapi dan cepatnya didapatkan terapi yang efektif. (4)
Pada STEMI, arteri koroner hampir tertutup sempurna oleh bekuan
darah, sehingga menyebabkan hampir semua bagian otot jantung yang
disuplai oleh arteri tersebut mulai mengalami kematian. Tipe gagal jantung
yang berat ini memiliki karakteristik pada EKG yaitu peningkatan segmen
ST. (3)
II.
PATOFISIOLOGI
Faktor resiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah yaitu
usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga. Sedangkan faktor resiko yang
seperti arteritis,
trauma,
diseksi,
thromboemboli,
kelainan
III.
DIAGNOSIS
Diagnosis infark myocard bergantung kepada hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisis, pengukuran marker biokimia kerusakan otot jantung
(khususnya Troponin), dan hasil pemeriksaan EKG.
(10)
Dari anamnesis,
EKG normal
Elevasi segmen ST
Pembentukan gelombang Q
Lokasi IMA
Anterior
V3, V4
Anteroseptal
Anterior ekstensif
I, aVL, V2-V6
Anterolateral
Inferior
Lateral
I, aVL, V5, V6
Septum
V1, V2
Posterior
V7, V8, V9
Ventrikel Kanan
V3R - V4R
Arteri Koroner
Arteri koroner kiri cabang LADdiagonal
Arteri koroner kiri cabang LADdiagonal, cabang LAD-septal
Arteri koroner kiri-proksimal
LAD
Arteri koroner kiri cabang LADdiagonal dan/atau cabang
sirkumfleks
Arteri koroner kanan (paling
sering) cabang desenden
posterior dan/ cabang arteri
koroner kiri-sirkumfleks
Arteri koroner kiri cabang LADdiagonal dan/cabang
sirkumfleks
Arteri koroner kiri cabang LADseptal
Arteri koroner
kanan/sirkumfleks
Arteri koroner kanan bagian
proksimal
10
STEMI
untuk
mendeteksi
adanya
aritmia
yang
dapat
Diseksi aorta
Emboli paru
Perforasi ulkus
Tension pneumothorax
Pericarditis
Angina atipikal
11
V.
Myocarditis
Kardiomyopati hipertrofi
Serangan panik
TERAPI
Tujuan utama penatalaksanaan IMA adalah mendiagnosis secara
cepat, menghilangkan nyeri dada, menilai dan mengimplementasikan
strategi reperfusi yang mungkin dilakukan, memberi antithrombotik dan anti
platelet, serta memberi obat penunjang. Terdapat beberapa pedoman
(guideline) penatalaksanaan STEMI yaitu dari ACC/AHA dan ESC, tetapi
perlu disesuaikan dengan kondisi sarana / fasilitas di masing-masing tempat
dan kemampuan ahli yang ada. (12)
Nitrat 5 mg sublingual (dapat diulang 3 kali) lalu drips bila masih nyeri
Tatalaksana umum
Oksigen (sungkup atau nasal canule) harus diberikan pada pasien
yang sesak nafas, hipoksik, atau yang juga menderita gagal jantung, serta
pada pasien yang saturasi oksigennya < 90%. Pertanyaan mengenai apakah
12
oksigen juga harus diberikan kepada pasien tanpa sesak nafas atau gagal
jantung masih belum jelas. Monitoring saturasi oksigen dapat sangat
membantu untuk memutuskan apakah pasien membutuhkan bantuan oksigen
atau ventilator. Semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan
oksigen selama 6 jam pertama. (2, 13)
Mengurangi nyeri sangat penting karena nyeri berhubungan dengan
aktivasi simpatik yang menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan beban
kerja jantung. Titrasi opioid IV (seperti morfin) merupakan obat yang paling
sering digunakan. Morfin dapat diberikan dengan dosis 2-4 mg dan dapat
diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. Tidak boleh
diberikan dalam bentuk injeksi IM. Efek sampingnya dapat berupa mual dan
muntah, hipotensi dengan bradikardi, dan depresi pernafasan. Obat
antiemetik dapat diberikan bersamaan dengan opioid untuk mengurangi
mual. (2, 13)
Fibrinolitik
Terapi fibrinolitik lebih baik diberikan dalam 30 menit sejak masuk
(door to needle time < 30 menit) bila tidak terdapat kontraindikasi. Tujuan
13
ada
patologi
intrakranial
yang
tidak
termasuk
kontraindikasi
4. Resusitasi jantung paru traumatik atau lama (> 10menit) atau operasi
besar (< 3 minggu)
5. Perdarahan internal baru dalam 2-4 minggu
14
Obat fibrinolitik :
1) Streptokinase : Merupakan fibrinolitik non-spesifik fibrin. Pasien yang
pernah terpajan dengan SK tidak boleh diberikan pajanan selanjutnya
karena telah terbentuknya antibodi. Reaksi alergi tidak jarang
ditemukan. Manfaat mencakup harganya yang murah dan insidens
perdarahan intrakranial yang rendah. (15)
2) Tissue Plasminogen Activator (tPA, alteplase) : Penelitian oleh Global
15
VI. PROGNOSIS
Mortalitas rata-rata STEMI adalah sebesar 30%, dengan 25 hingga
30% dari pasien yang meninggal tersebut meninggal sebelum sampai di
rumah sakit (umumnya karena fibrilasi ventrikel). (18)
16
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2010.
6.
7.
8.
9.
10.
Hampton JR. The ECG in Practice, 4th Edition. London: Elsevier Science
Limited - CHURCHILL LIVINGSTONE; 2003.
11.
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran ECG; 2007.
12.
13.
14.
Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP. Braunwalds Heart Diseases: A
Textbook of Cardiovascular Medicine. Philadelphia: Elsevier; 2008.
17
15.
Fesmire FM, Bardy WJ, Hahn S. Clinical policy: indications for reperfusion
therapy in emergency department patients with suspected acute myocardial
infarction. Journal of Emergency Medicine. 2006(48):35883.
16.
17.
18.
18