Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

JURNALPSIKOLOGI

VOLUME37,NO.1,JUNI2010:6581

PartisipasidalamPromosiKesehatanpadaKasus
PenyakitDemamBerdarah(DB)Ditinjaudari
PemberdayaanPsikologisdan
RasaBermasyarakat
1

FranciscaM.Josef
PalangMerahNorwegia
BandaAceh
2

TinaAfiatin
FakultasPsikologiUniversitasGadjahMada

Abstract
DengueFever(DF)anditssevereform,DengueHaemorrhagicFever(DHF),aremajor
causesofmorbidityandmortalityforhumanbeings.ThecasesofDFillnessalwaysincreases
in every year, especially when flood disaster occurred. Geographic position of Indonesia in
tropicalareamadeeveryprovinceisDFendemicarea.In1997,therewere31.784peopleand
156.697 people in 2007 who suffered from DHF. The Indonesian government conduct the
community empowerment program as follows trainings for cadres of DHF prevention
(JumantikPSNDBD)inthecommunitiesandconducttheDHFpreventioncampaigninthe
schoolsinordertodecreasethecasenumberofDHFpatients.
The aims of this research as follows: (1) to know the influence of the Psychological
Empowerment to the Participation in Health Promotion on the Disease Case of DF; (2) to
know the influence of the Sense of Community to Participation in Health Promotion on the
Disease Case of DF; and (3) to know the effective contribution from both Psychological
Empowerment or Sense of Community toward Participation in Health Promotion on the
DiseaseCaseofDF.
The participants of this research were 137 women with specific criteria: married, high
school as the minimum education level, and has their own income. This research was
conducted in Sleman District, the specific coverage area in Community Health Center
(Puskesmas)ofGamping,Depok,Mlati,Kalasan,andPrambanan.
Theresultofregressionanalysisshown:(1)BothofthePsychologicalEmpowermentand
the Sense of Community have influenced on the Participation in Health Promotion on the
DiseaseCaseofDF(R=0,436;p<0,01),(2)thePsychologicalEmpowermenthasinfluencedon
theParticipationinHealthPromotionontheDiseaseCaseofDF(r=0,314;p<0,01),(3)the
SenseofCommunityhasinsignificantinfluencedontheParticipationinHealthPromotionon
theDiseaseCaseofDF(r=0,100;p>0,05);(4)Bothpredictorvariablescontributes19%tothe
criterion.
Keywords:participation,psychologicalempowerment,senseofcommunity,denguefever(DF)

Korespondensimengenaiartikelinidapatdilakukandenganmenghubungi:maristhajosef@gmail.com.
Korespondensimengenaiartikelinidapatdilakukandenganmenghubungi:afiatin2003@yahoo.com.

1
2

65

JOSEF&AFIATIN

DemamDengue(DengueFever/DF)dan
dalam bentuk yang lebih parah adalah
Demam Berdarah Dengue/DBD (Dengue
Haemorrhagic
Fever/DHF)
merupakan
penyakit yang berbahaya dan menimbul
kankematianpadamanusia(WHO,dalam
Chua, Chua, Chua, & Chua, 2005; Renga
nathan et al., 2003). Penyakit DF/DHF
adalah penyakit yang disebabkan oleh
Dengue Virus (DEN) dari famili Flavivi
ridae, genus Flavivirus (Figueiredo, 2003).
Virus ini ditularkan melalui perantara
vektor nyamuk betina Aedes aegypti.
Serotipe Dengue terdiri dari DEN1, DEN
2, DEN3, dan DEN4 (Chua et al., 2005;
Figueiredo,2003;Renganathanetal.,2003).
Setiap tahun di seluruh dunia terjadi
lebih dari 100 juta kasus penyakit demam
dengue dan lebih dari 100.000 kasus DBD.
HanyaAfrikadanTimurTengahyangjauh
dari peristiwa Kejadian Luar Biasa (KLB)
DBD (Sopotammarak, 2003). Seluruh pro
vinsi di Indonesia merupakan wilayah
endemis DBD dan selalu mengalami
peningkatan jumlah penderita DBD setiap
tahun.Terhitungsejaktahun1997terdapat
31.784 jiwa penderita DBD (Kompas, 19
Februari 2008) dan tahun 2007 terdapat
156.697 jiwa penderita DBD (Kompas, 20
Februari2008).KhususdiYogyakarta,data
pada tahun 2006 terdapat penderita DBD
2.184 jiwa kemudian meningkat menjadi
2.463 jiwa pada tahun 2007 (Kompas, 8
Februari2008).
Respon masyarakat untuk berpartisi
pasiaktifdalampencegahanpenyakitDBD
sesuai himbauan dan ajakan pemerintah
bukan hal yang mudah. Di lain pihak,
pemerintah juga memiliki ketidakmam
puan untuk mengatasi persoalan penyakit
DBD secara tuntas dan berkelanjutan.
Realita yang terjadi di masyarakat sampai
saatinimenunjukkanbahwaadanyaketer
batasan pengetahuan dan informasi
tentang cara pencegahan penyakit DBD
66

pada masyarakat (Kompas, 1 Maret 2008;


13 Maret 2008; 7 Juli 2008), sulitnya mem
buat semua orang peduli dan mau
berusaha menjaga kebersihan lingkungan
untuk pencegahan penyakit DBD (Huta
barat, Windyaningsih, & Delianna, 2007;
Kompas, 2 Februari 2008; 7 Juli 2008; 1
Maret 2008; 13 Maret 2008), rendahnya
kesadaran dan tanggung jawab kolektif
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
(Kompas, 8 Februari 2008; 4 Maret 2008),
dan orang merasa lebih percaya pada
metode pemberantasan nyamuk dengan
bahankimiadibandingkanmelakukanPSN
secara mandiri (Cahyo, 2006; Haryono,
1999; Kompas, 2 Februari 2008; Kompas, 7
Juli2008).
Minimnya partisipasi masyarakat
membuat program promosi kesehatan
tidak dapat bertahan jangka panjang,
sehingga kondisi kesehatan masyarakat
menurun (Dalton, Elias, & Wandersman,
2001; Green & Kreuter, 1991). Partisipasi
masyarakatmerupakankunciutamadalam
mobilisasi masyarakat pada program
promosi kesehatan berbasis komunitas
untuk pencegahan dan pengendalian
penyakit menular DBD (Therawiwat,
Fungladda, Kaewkungwal, Imamee, &
Steckler, 2005; Raju, 2003). Partisipasi
masyarakat dijadikan strategi global untuk
penanganan DBD yang tersusun dalam
DengueCommunication for Behavioral
Impact(DengueCOMBI)(Renganathanet
al.,2003).
Definisipartisipasidalampenelitianini
keterlibatan individu dalam untuk berpen
dapatdanikutmengambilkeputusanpada
proses identifikasi masalah dan kekuatan
yang dimiliki, perencanaan solusi, pelak
sanaan, dan evaluasi sesuai dengan tujuan
dan manfaat yang ingin dicapai bersama
(Ewles & Simnett, 2003; Yoo et al., 2004).
Keterlibatan individu dari proses perenca
naan sampai pada proses evaluasi tersebut
JURNALPSIKOLOGI

PARTISIPASIDALAMPROMOSIKESEHATAN

berdasarkan dinamika pengalaman, ide


ide, perasaan, dan kontribusi kekuatan
yang dimiliki individu untuk ikut serta
mengambil keputusan yang berdampak
bagidirisendiridankomunitasnya.
Model konseptual dari Kieffer,
Wandersman, Zimmerman, dan McMillan
etal.,(dalamDalton,Elias,&Wandersman,
2001), faktorfaktor yang berperan dalam
partisipasi masyarakat adalah (a) rasa
bermasyarakat, (b) provokasi, (c) pember
dayaan psikologis, dan (d) situasi yang
mendorong pemberdayaan. Konseptual
model tersebut melibatkan sisi individual
(berupa pemberdayaan psikologis), ling
kungan (berupa provokasi, organisasi akar
rumput), dan interaksi dari individu dan
lingkungan (berupa partisipasi masyarakat
dan rasa bermasyarakat). Didukung de
ngan penelitian Guareschi & Jovchelovitch
(2004), Nelson et al., (2004), ulasan jurnal
oleh FosterFishman, Berkowitz, Louns
bury, Jacobson, & Allen, (2001), dan
Prilleltensky (2008), perlu diteliti lebih
lanjut tentang peran pemberdayaan
psikologis dan rasa bermasyarakat dengan
partisipasi masyarakat. Gender adalah
salah satu variabel yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat dan pemberdayaan
psikologis (Peterson, Lowe, Aquilino, &
Schneider, 2005). Perempuan cenderung
lebih aktif berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan ketika berada di
dalam situasi organisasi dan ketika lebih
merasaberdayasecarapsikologis.
Berkaitan dengan kesetaraan gender,
harus ada keikutsertaan perwakilan laki
laki dan perempuan secara seimbang
dalam proses pengembangan masyarakat
agar dapat mengakomodasi kepentingan
dan kebutuhan kelompok rentan dan
kelompok marjinal (The Sphere Project,
2006). Apabila dibandingkan dengan laki
laki,perempuanmemilikisumberdayadan
akses yang lebih sedikit untuk mendapat
JURNALPSIKOLOGI

kan proteksi dan penghargaan secara


hukum, akses yang lebih sempit terhadap
pengetahuandaninformasi,sertakekuatan
yang lebih lemah untuk pengambilan
keputusan baik di dalam maupun di luar
rumah(Oxfam,2004;Hadar,dalamSubono
2001; WHO, 2002). Sebagian besar perem
puan di dunia memiliki frekuensi yang
rendah untuk mengendalikan kehidupan
nya, khususnya kesehatan (Amiruddin,
2004; LopezCarlos & Zahidi, 2005; Oxfam,
2004; WHO, 2002; Yuarsi, 2005); terlebih
lagi perempuan dengan pendapatan
rendahdanjanda(Oxfam,2004;TheSphere
Project,2006;WHO,2002).
Kajian dari penelitian yang mengulas
tentang peranan ibu terhadap pencegahan
penyakit DBD menunjukkan bahwa
peningkatan pengetahuan dan partisipasi
ibu sangat berperan sangat penting (Chua
et al., 2005; Hasanah, 2006; Siahaan, 2006;
Tram et al., 2003). Alasan yang dikemu
kakanadalahperanperawatananakketika
sakitdititikberatkanpadaibu,pengetahuan
ibuterhadapseranganpenyakitDBDyang
masih minim, transmisi penyakit melalui
gigitan nyamuk terjadi pada siang hari
pada saat anakanak beraktivitas di ling
kungannya, serta karakter nyamuk betina
yang bertelur di dalam genangan air pada
kontainer yang ada di dalam maupun di
luar rumah, dan nyamuknyamuk tersebut
malahbersembunyididalamrumahketika
dilakukanpengasapan.
Pemberdayaan adalah suatu cara de
ngan mana rakyat, organisasi, dan komu
nitas diarahkan agar mampu menguasai
atau
berkuasa
atas
kehidupannya
(Rappaport,dalamDaltonetal.,2001;Speer
& Peterson, 2000). Menurut The Cornell
EmpowermentGroup(dalamNelsonetal.,
2004)pemberdayaanadalahsebuahintensi
yang berasal dari komunitas lokal, yang
melibatkan rasa saling menghargai satu
sama lain, refleksi kritis, kepedulian, dan
67

JOSEF&AFIATIN

partisipasi kelompok, pada saat orang


orang tersebut mengalami ketidakseim
bangan pembagian sumbersumber yang
tersedia di lingkungannya kemudian
berusaha untuk menambah akses dan
kontrol yang lebih besar terhadap sumber
sumbertersebut.
Pemberdayaan psikologis merupakan
kesadaran kritis individu terhadap kondisi
masyarakat dan keahlian untuk memobi
lisasi kekuatan pada diri sendiri dan
komunitas (Dalton et al., 2001), meskipun
Prilleltensky (2008) menyebutkan bahwa
dayaitutidakhanyaberasaldarikekuatan
psikis tetapi gabungan antara kekuatan
politisdanpsikis.Kesadarankritistersebut
merupakan pemahamanpemahaman indi
vidu bahwa ketidakseimbangan kondisi
kesehatan dipengaruhi oleh ketidakseim
bangankondisisosial(Campbell&Murray,
2004; Nelson et al., 2004), ingin mengubah
perilakunyadanmengembangkanketeram
pilan personal dengan cara bekerja simul
tan untuk memperbaiki struktur sosial
yang merugikan mereka (Freire, dalam
Campbell & Murray, 2004), ada perasaan
diperlakukan tidak adil dalam suatu
komunitas dan ketidakseimbangan kondisi
sosial yang berpengaruh terhadap
kesehatan (Conway & Hachen, 2005;
Guareschi & Jovchelovitch, 2004), keya
kinan bahwa pengetahuan membuat indi
vidu lebih percaya diri untuk menentukan
pilihan kesehatan (Kok, Schaalma, Ruiter,
Empelen,&Brug,2004;Nelsonetal.,2004).
Untuk meningkatkan pemberdayaan
masyarakat di Indonesia, pemerintah
menerbitkan bukubuku panduan dan tata
laksana pengendalian penyakit DBD
(Hadinegoro et al., 2004; Hutabarat,
Windyaningsih, Delianna, 2007; Suroso et
al., 2007), program pelatihan kader
Jumantik atau Juru Pemantau Jentik PSN
DBD di komunitas (Kompas, 2 Februari
2008) dan di sekolahsekolah (Kompas, 3
68

November2007),programkampanyecegah
DBD (Kompas, 19 Februari 2008), dan
meluncurkan program Desa Siaga pada
wilayah endemis DBD (Departemen
KesehatanRI,2006).Kabupatenantaralain
di Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Dinas
Kesehatan Kabupaten Kudus menyiapkan
antisipasi meningkatnya kasus DBD
dengan membentuk Jumantik di 77 desa
yang diberi pendidikan dan pelatihan
tentangkesehatankhususnyaDBD.Setelah
parakaderjumantikdibekalidenganinfor
masi dan pengetahuan yang benar untuk
pengendalianvektordanpencegahanDBD,
pemerintah mengharapkan mereka dapat
menjadi pionir mobilisasi masyarakat PSN
DBD di komunitas tempat tinggalnya
(Kompas,2Februari2008).
Mengacu pada penelitian Therawiwat
et al., (2005) dan Kreuter, Lukwago,
Bucholtz, Clark, & SandersThompson,
(2003), budaya lokal dan nilainilai kebi
jakan lokal dipandang sebagai kekuatan
sosial yang mempengaruhi keefektifan
pengendalian penyakit di masyarakat.
Kebudayaan masyarakat Indonesia, khu
susnya kebudayaan Jawa, mengenal
budayagotongroyongdangugurgunung.
Konsep dasar gotong royong dan gugur
gunungadalahrasakebersamaandidalam
masyarakat, rasa yang menyatukan ang
gota masyarakat untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan besar bersamasama
(Purwadi, 2006; Purwadi & Dwiyanto,
2007). Perasaan itu membuat pekerjaan di
masyarakatmenjaditanggungjawabbersa
madandiselesaikansecarakolektifpula.
Komunitas yang memiliki rasa berma
syarakat yang tinggi akan memperkuat
keterlibatan mereka dalam mengidentifi
kasikanpersoalankesehatandikomunitas
nya. Rasa bermasyarakat adalah perasaan
individubahwadirinyamerupakanbagian
dari komunitas, tempatnya berbagi penga
laman emosional dan perasaan saling
JURNALPSIKOLOGI

PARTISIPASIDALAMPROMOSIKESEHATAN

membutuhkandiantaraanggotakomunitas
tersebut. Elemenelemen dalam rasa
bermasyarakatadalahkeanggotaan,penga
ruh, integrasi dan pemenuhan kebutuhan,
dan keterkaitan pengalaman emosional
(McMillan, dalam Dalton et al., 2001).
Individuyangmemilikirasabermasyarakat
cenderung lebih mudah untuk berpartisi
pasi dalam program yang dijalankan di
masyarakatkarenamerekamemilikiikatan
sejarah dan pengalaman yang sama di
tempat tinggalnya tersebut (Freudenberg,
2004). Rasa bermasyarakat membuat indi
vidu mengalami perasaan terlibat dan
memiliki kekuatan, serta merasa ikut
bertanggungjawabterhadapkomunitasnya
(Evans, 2007). Rasa bermasyarakat yang
kuat pada individu dapat meningkatkan
kesadaran terhadap stresor yang berasal
dari lingkungan fisik dan dampak dari
bencanalingkungansehinggamenurunkan
angkamorbiditas(Parkeretal.,2004).
Partisipasi, pemberdayaan psikologis,
dan rasa bermasyarakat merupakan
variabelvariabel yang penting untuk
diteliti.Ketigavariabeltersebutmerupakan
kekuatan sosial yang berperan untuk
mereduksikompleksitasketerbatasanpela
yanan kesehatan. Keterbatasan pelayanan
kesehatandilihatdariduasisi,yaitu(a)sisi
penyedia suplai layanan kesehatan dan (b)
sisi pemakai layanan kesehatan (Bandura,
2004).Dengankatalainketerbatasandilihat
dari sisi pemerintah atau profesional
kesehatan sebagai penyedia atau dari sisi
masyarakatsebagaipemakai.
Berdasarkan uraian masalah tersebut
maka penulis memfokuskan pada variabel
penelitian pemberdayaan psikologis dan
rasa bermasyarakat sebagai faktor yang
berperan dalam partisipasi masyarakat
untuk pencegahan penyakit DB. Penelitian
yang akan dilaksanakan ini akan difokus
kan pada sisi pemakai layanan kesehatan
yaitu masyarakat. Dengan demikian
JURNALPSIKOLOGI

permasalahan dalam penelitian ini adalah


apakah pemberdayaan psikologis dan rasa
bermasyarakat berperan terhadap partisi
pasi dalam promosi kesehatan pada kasus
penyakitDB?
Zimmerman & Rappaport (dalam
Duffy & Wong, 2003) mendefinisikan
partisipasiindividudidalamnegarasecara
umum adalah keterlibatan individu secara
sukarela dalam berbagai aktivitas yang
terorganisir untuk mencapai tujuan bersa
ma. Partisipasi komunitas di dalam suatu
negara biasanya dikaitkan dengan peru
bahan sosial yang ada di masyarakat.
Partisipasimasyarakatadalahprosesdima
na setiap individu ikut serta mengambil
keputusandidalaminstitusi,program,dan
lingkungan yang mempengaruhi hidup
mereka kepentingan komunitasnya sendiri
dan membuat pendapatnya didengar
sehingga
mempengaruhi
keputusan
(Dalton, et al., 2001; Heller et al., 1984;
Hubley,1993).
Partisipasi dalam promosi kesehatan
adalah desentralisasi dalam pengambilan
keputusan dengan cara membuat kepu
tusan sendiri, mengorganisir aktivitas
secaramandiri,melibatkantanggungjawab
yanglebihbesardanmembutuhkanalokasi
sumber daya keuangan dan material.
Dengan demikian orang akan terbantu
untuk memiliki kontrol yang lebih besar
terhadap determinan yang mempengaruhi
kesehatan mereka (Hill, dalam Chesworth,
1996). Bukan hal yang mudah bagi setiap
individu untuk dapat memilih atau
menentukan gaya hidup bersih dan sehat
(Milio,dalamNaidoo&Wills,2000).Untuk
membantu memudahkan individu dalam
memilih perilaku hidup yang sehat, maka
dilakukanlah upaya promosi kesehatan
(Naidoo&Wills,2000).
Promosi kesehatan adalah sebuah
peristiwa, aktivitas, dan proses yang
memfasilitasi
individu,
kelompok,
69

JOSEF&AFIATIN

komunitas, atau populasi sehingga mereka


mampu melindungi dan meningkatkan
derajat kesehatan (Renwick, Brown, &
Nagler, 1996), mengurangi insiden penya
kit di sebuah populasi dimana fokusnya
pada pencegahan penyakit bukan pada
penyembuhan pada saat penyakit sudah
muncul (Heller, et al., 1984), melibatkan
intervensiperilakudanlingkungan(Marks,
Murray, Evans, & Willig, 2000; Renwick et
al., 1996). Tujuan dari promosi kesehatan
adalah memperpanjang kehidupan dan
meningkatkan kualitas hidupnya dengan
mencegah atau mengurangi dampak dari
kekurangan fisik dan/atau kesehatan
mentalpadaindividubaiksecaralangsung
maupuntidaklangsung(Marks,etal.,2000;
Renwick,etal.,1996).
Promosi tindakan PSN DBD digencar
kan karena lebih efektif dibandingan
metode pemberantasan dengan bahan ki
mia dan dapat dilakukan oleh masyarakat
setempat yang tinggal di seluruh wilayah
yang terjangkit, di wilayah sekitarnya, dan
yang merupakan satu kesatuan epidemio
logis(Surosoetal.,2007;Hadinegoroetal.,
2004;Hutabaratetal.,2007).KegiatanPSN
DBD dapat diusahakan dengan sumber
dayayangberasaldarimasyarakatsendiri.
Kegiatannya cukup sederhana yaitu
denganmelakukan3MPlus.
Sesuai dengan pemaparan di atas,
sosialisasi dan penggalakan aktivitas PSN
DBDseharusnyamerupakanaktivitasyang
berkonsentrasi pada pencegahan primer
dalam promosi kesehatan dimanaaktivitas
dilaksanakan sebelum terjadi peristiwa
kasus DBD di lingkungan masyarakat,
masyarakat.Diharapkanmasyarakatmene
rima pengetahuan dan informasi tentang
penyakit DBD, nyamuk penular DBD,
pencegahan DBD, pertolongan pertama
terhadappenyakitDBD,danterlibatdalam
penyebaran informasi tentang DBD di
komunitas.
70

Penelitian yang akan dilakukan ini


menggunakan aspekaspek dalam berpar
tisipasiyangterdiriatasketerlibatandalam
identifikasi masalah, identifikasi kekuatan
masyarakat, penyusunan strategi penyele
saian masalah, pelaksanaan program, dan
evaluasiprogram.
Konseppemberdayaanpsikologisyang
diajukan oleh Zimmerman & Rappaport
(dalamRudkin,2003),sertahasilpenelitian
Speer&Peterson(2000);Akey,Marquis,&
Ross (2000); Short & Rinehart (1992)
memfokuskan pemberdayaan sebagai ba
gian dari keadaan psikologis individu
untuk dapat berkuasa atas kehidupannya
yang berusaha meningkatkan kapasitas
internal atau psikis. Untuk mempertahan
kan kesinambungan dan keberlanjutan
peningkatan kekuatan di masyarakat,
keduakonseptentangpemberdayaanharus
seiring sejalan dan saling mendukung satu
dengan yang lain. Dengan demikian,
apabilaindividuinginmembuatperubahan
kualitas hidup pribadi dan masyarakat,
makadiperlukanpemberdayaanpsikologis
untuk mendorong aktualisasi perilaku
yangmeresponpadakesenjangankekuatan
atau kekuasaan yang dirasakan masyara
kat. Kesadaran terhadap kesenjangan
kekuatan dapat mengarahkan individu
untuk berpikir kritis terhadap persoalan
persoalan komunitas yang berdampak
terhadap kesejahteraan masyarakat. Pene
litian ini memfokuskan pada pemberda
yaan psikologis adalah perasaan positif
individu bahwa ia mampu mengubah
kondisi hidupnya dan membuat alternatif
pilihan untuk mengubah, mengatasi, dan
beradaptasidengankondisilingkungannya
berdasarkan pada aspekaspek kognisi,
keyakinan terhadap kemampuan diri sen
diri,keyakinanterhadapkekuatankolektif,
komitmen, motivasi, dan kesempatan
untuk
mendapatkan
sumbersumber
kekuatandiri.

JURNALPSIKOLOGI

PARTISIPASIDALAMPROMOSIKESEHATAN

Dengan demikian, penelitian yang


akan dilakukan ini menggunakan aspek
aspek dalam pemberdayaan psikologis
yang terdiri atas kognisi, keyakinan terha
dap kemampuan diri sendiri, keyakinan
terhadap kekuatan kolektif, komitmen,
motivasi, dan kesempatan untuk meng
akseskekuatandiri.
Dalton et al., (2001) mengemukakan
dua macam tipe komunitas, yaitu: (a)
Lokalitas yang diartikan sebagai konsep
tradisional yang menerangkan penduduk
yangtinggaldidalamlokasitertentu,yaitu
blok, lingkungan bertangga, kota, bahkan
negara. Ikatan interpersonal yang ada di
antara penduduk tersebut merupakan
ikatan berdasarkan proksimitas atau jarak,
bukan pada pilihan. Pada individu yang
memiliki rasa bermasyarakat yang tinggi,
mereka akan menunjukkan loyalitas dan
mengidentifikasi diri sendiri dengan
merujuk pada daerah asalnya. Kelekatan
pada tempat tinggal menjadi elemen kunci
dalam membentuk rasa bermasyarakat
(Chavis&PrettydalamDaltonetal.,2001);
dan (b) Relasional yang diartikan oleh
Heller (dalam Dalton et al., 2001) sebagai
komunitas dalam tipe relasional yang
berartiadanyahubunganinterpersonaldan
rasa bermasyarakat yang tidak dibatasi
secara geografis. Contohnya kelompok
bantu diri, unit kegiatan pelajar, kegiatan
voluntarian, partai politik, dan asosiasi
kaum profesional, serikat buruh, dan lain
lain.
Saranson(dalamRudkin,2003)berpen
dapat bahwa rasa bermasyarakat membu
tuhkan rasa saling menghargai, saling
ketergantungan dalam memberi dan
menerima bantuan serta mempertahankan
situasi tersebut. Rasa bermasyarakat
mengarah pada rasa kepemilikan, merasa
menjadi bagian kecil dari sebuah struktur
komunitasyangbesar.Rasabermasyarakat
juga merupakan persepsi akan adanya
JURNALPSIKOLOGI

kesamaan dengan orang lain, pernyataan


adanya saling ketergantungan satu sama
lain, kesediaan untuk memelihara saling
ketergantungan ini dengan cara memper
lakukan orang lain sesuai dengan harapan
individu kepada orang lain, memelihara
perasaan bahwa seseorang merupakan
bagian dari sebuah struktur yang lebih
besar, stabil, dan dapat diandalkan
(Sarason,dalamDuffy&Wong,1996).
Menurut Bell, Greene, Fisher, & Baum
(2001) rasa bermasyarakat mengikutserta
kan rasa memiliki, yaitu fenomena psiko
logis yang tidak membutuhkan bukti
kepemilikan legal terhadap suatu lokasi
atau bangunan, tetapi lebih pada perasaan
atau kesadaran individu akan adanya
hubungankhususyangluarbiasaterhadap
situasi tertentu. Bell et al., (2001) menya
makan rasa bermasyarakat dengan istilah
kelekatan individu pada suatu tempat dan
didalamnya terdapat ikatan sosial antar
tetangga. Rasa bermasyarakat adalah
perasaan memiliki dalam diri individu,
bahwa individu bermakna bagi satu sama
lain dan bagi kelompok, dan kepercayaan
bersama bahwa kebutuhan individu akan
terpenuhi melalui komitmen dalam
kebersamaan (McMillan & Chavis, dalam
Daltonetal.,2001).
Berdasarkan uraian di atas, maka
dalam penelitian ini rasa bermasyarakat
didefinisikan sebagai perasaan individu
bahwa dirinya adalah bagian dari suatu
komunitas, memiliki suatu komunitas, dan
lekat dengan komunitas yang hidup
bersama dalam letak geografis tertentu
yang mana perasaan ini muncul akibat
adanya kesamaan dan saling ketergan
tungan individu dengan individu lain di
dalam komunitas. Penelitian yang akan
dilakukan ini menggunakan aspekaspek
rasa bermasyarakat yang terdiri atas keang
gotaan, pengaruh, integrasi dan pemenuh
ankebutuhan,danketerikatanpengalaman
71

JOSEF&AFIATIN

emosional. Berdasarkan kajian teoritis


makahipotesisdalampenelitianiniadalah:
(1) Partisipasi dalam promosi kesehatan
pada kasus penyakit DB dipengaruhi oleh
pemberdayaan psikologis dan rasa berma
syarakat; (2) Partisipasi dalam promosi
kesehatan pada kasus penyakit DB
dipengaruhi oleh pemberdayaan psikolo
gis; dan (3) Partisipasi dalam promosi
kesehatan pada kasus penyakit DB
dipengaruhiolehrasabermasyarakat.

Metode
Variabel yang diteliti adalah: Partisi
pasi dalam Promosi Kesehatan untuk
Kasus penyakit DB sebagai variabel
kriterium. Variabelvariabel prediktor
antara lain pemberdayaan psikologis dan
rasabermasyarakat.
SubjekPenelitian
Penelitian dilakukan pada responden
berjenis kelamin perempuan, telah meni
kah,pendidikanterakhirminimalSMUdan
memiliki penghasilan sendiri, dengan jum
lah total responden 137 orang. Responden
tinggal di wilayah Kecamatan Depok
(Puskesmas Depok 1), Kalasan (Puskesmas
Kalasan), Mlati (Puskesmas Mlati 1),
Gamping (Puskesmas Gamping 1), dan
Prambanan (Puskesmas Prambanan).
Kriteria tersebut dilihat dari kesesuaian
data identitas subjek dalam angket. Dasar
pemilihan kriteria subjek penelitian adalah
anggota masyarakat dianggap subjek yang
paling tahu dengan situasi dan kondisi
wilayah tempat tinggalnya. Lokasi dipilih
berdasarkan urutan yang memiliki angka
kasusDBtertinggidiKab.Sleman,DIY.
AlatPengumpulanData
Penelitian ini menggunakan alat beru
pa tiga buah skala dengan 4 pilihan, yang
72

terdiri dari (A) Skala Partisipasi dalam


Promosi Kesehatan pada Kasus Penyakit
DB, (B) Skala Pemberdayaan Psikologis,
dan (C) Skala Rasa Bermasyarakat. Pada
skala partisipasi dalam promosi kesehatan
pada kasus penyakit DB, subjek diminta
memilih salah satu jawaban dari 4 pilihan
antara lain selalu, sering, kadangkadang,
tidak pernah. Skor nilai untuk butir
unfavorable bergerak dari 1 sampai 4 dan
untukbutirfavorablebergerakdari4sampai
1.ContohsoalpadaSkalaSkalaPartisipasi
dalam Promosi Kesehatan pada Kasus
Penyakit DB adalah: Saya turut mencari
tahu penyebab DB yang terjadi di tempat
tinggal saya; Setiap ada kesempatan saya
bersedia mengajukan diri untuk menjadi
juru pemantau jentik di tempat tinggal
saya; Merasa bukan tanggung jawab
pribadi untuk merancang perbaikan
program pencegahanDB di tempat tinggal
saya.
Pada skala pemberdayaan psikologis
dan skala rasa bermasyarakat, subjek
diminta memilih salah satu jawaban dari 4
pilihan,yaitu(a)SSatausangatsetuju,(b)S
atausetuju,(c)TSatautidaksetuju,dan(d)
STS atau sangat tidak setuju. Skor nilai
untuk butir unfavorable bergerak dari 1
sampai4danuntukbutirfavorablebergerak
dari 4 sampai 1. Contoh soal pada Skala
Pemberdayaan Psikologis adalah: Saya
merasa bahwa saya memiliki kemampuan
yang cukup untuk membuat kondisi
lingkunganyanglebihbaik;Sayaberusaha
tanpakenallelahuntukmengubahkeadaan
hidup saya. Contoh Skala Rasa Bermasya
rakat adalah: Saya merasa bangga sebagai
warga di wilayah tempat tinggal saya
sekarang ini; Saya merasa bahwa tempat
tinggal saya ini dapat memenuhi kebu
tuhanbatinsaya.Reliabilitaspadamasing
masing skala adalah sebagai berikut: (1)
Skala partisipasi dalam promosi kesehatan
pada kasus penyakit DB (= 0,927); (2)

JURNALPSIKOLOGI

PARTISIPASIDALAMPROMOSIKESEHATAN

Skala pemberdayaan psikologis (= 0,964);


dan(3)Skalarasabermasyarakat(=0,919).
AnalisisData
Untuk menguji hipotesis digunakan
teknik analisa regresi ganda dengan ban
tuanprogramSPSS15.Sebelummelakukan
analisa regresi, dilakukan uji asumsi yang
terdiridariujinormalitasdanlinieritas.

Hasil
Hipotesis penelitian yang pertama
terbukti sangat signifikan dalam penelitian
ini. Metode analisis regresi menghasilkan
nilai F=15,751 (p<0,001) yang berarti pem
berdayaan psikologis dan rasa berma
syarakatmempengaruhipromosikesehatan
padakasusDB.
Hipotesis kedua penelitian ini terbukti
menunjukkan pengaruh yang sangat
signifikan antara variabel pemberdayaan
psikologis terhadap variabel partisipasi
dalam promosi kesehatan pada kasus
penyakitDB.HasilanalisiskorelasiPearson
satu ekor diperoleh hubungan positif yang
signifikanantaraantaravariabelpemberda
yaanpsikologisdenganvariabelpartisipasi
dalam promosi kesehatan pada kasus
penyakit DB (r=0,427; p<0,01). Variabel
partisipasi dalam promosi kesehatan pada
kasus penyakit DB dipengaruhi oleh
variabel pemberdayaan psikologis dengan
mengendalikan variabel rasa bermasya
rakatdiperolehr=0,314;p<0,01.
Hipotesis ketiga tidak terbukti, Varia
bel rasa bermasyarakat tidak berperan
secara signifikan jika berdiri sendiri
terhadap variabel kriterium. Hasil analisis
korelasi Pearson satu ekor diperoleh
hubungan positif yang signifikan antara
variabel rasa bermasyarakat dengan varia
bel partisipasi dalam promosi kesehatan
pada kasus penyakit DB (r=0,319; p< 0,01).
JURNALPSIKOLOGI

Pengaruh dari variabel prediktor rasa


bermasyarakat terhadap variabel partisipa
si dalam promosi kesehatan pada kasus
penyakitDBdenganmengendalikanvaria
bel prediktor pemberdayaan psikologis
diperoleh r=0,100; p>0,05. Hal ini berarti
variabel pemberdayaan psikologis yang
memilikipengaruhpalingsignifikanterha
dapvariabelkriterium.
Partisipasi dalam promosi kesehatan
pada kasus penyakit DB dapat dipredi
ksikan dari pemberdayaan psikologis dan
rasa bermasyarakat sebesar R2=0,190 (19%).
Variabelprediktoryanglainmempengaru
hisekitar81%terhadapvariabelkriterium.
Sumbangan efektif masingmasing
prediktorterhadapkriteriumnyadilakukan
analisis regresi dengan metode stepwise.
Hasil analisis regresi memunculkan bahwa
sumbangan efektif dari variabel prediktor
Pemberdayaan psikologis sebesar 18,2
persen (R2=0,182), F=30,070; p<0,01.
Sumbangan efektif dari variabel prediktor
rasa bermasyarakat sangat kecil yaitu
sebesar0,8persen.Dengandemikiandapat
dikatakan bahwa variabel prediktor
pemberdayaan psikologis yang paling
berpengaruh dan memberikan sumbangan
terbesar terhadap variabel kriterium
partisipasi dalam promosi kesehatan pada
kasuspenyakitDB.
Hasil analisis regresi dengan metode
enter diperoleh bahwa partisipasi dalam
promosikesehatanpadakasuspenyakitDB
dipengaruhiolehpemberdayaanpsikologis
dan rasa bermasyarakat secara signifikan,
diperoleh koefisien konstanta B sebesar
57,134, koefisien B Pemberdayaan psiko
logis sebesar 0,347, dan koefisien B pada
rasa bermasyarakat sebesar 0,163. Dengan
demikian persamaan garis regresi dengan
metode enter tersebut disusun sebagai
berikut:
=(0,347)X1+(0,163)X2+57,134

73

JOSEF&AFIATIN

Keterangan:
= Partisipasi dalam Promosi Kese
hatanpadaKasusPenyakitDB
X1= Pemberdayaanpsikologis
X2= Rasabermasyarakat.

Hasil analisis regresi dengan metode


stepwisedilakukanuntukmemperolehdata
yang lebih teliti tentang peran variabel
prediktor yang paling berpengaruh terha
dap variabel kriterium. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa partisipasi dalam
promosikesehatanpadakasuspenyakitDB
dipengaruhi sangat kuat oleh pember
dayaan psikologis, koefisien konstanta B
sebesar 58,727, koefisien B pemberdayaan
psikologis sebesar 0,408. Dengan demikian
persamaan garis regresi dengan metode
stepwisetersebutdisusunsebagaiberikut:
=(0,408)X1+58,727
Keterangan:
= Partisipasi dalam Promosi Kese
hatanpadaKasusPenyakitDB
X1= Pemberdayaanpsikologis

Diskusi
Berdasarkan hasil analisis regresi
gandadankorelasiparsialdidapatkanhasil
bahwahipoteispertamadankeduaterbukti
sangat signifikan sedangkan hipotesis
ketiga tidak terbukti. Penjelasan hipotesis
tersebut selengkapnya akan dibahas satu
persatu.
Hipotesis pertama penelitian ini yang
menyatakan bahwa Partisipasi dalam
promosikesehatanpadakasuspenyakitDB
dipengaruhiolehpemberdayaanpsikologis
dan rasa bermasyarakat terbukti. Ini
berarti semakin kuat pemberdayaan psiko
logis dan rasa bermasyarakat secara
bersamasamamakasemakintinggitingkat
partisipasi dalam promosi kesehatan pada
kasus penyakit DB. Penguatan upaya
74

upaya pemberdayaan psikologis dan rasa


bermasyarakat akan membuat partisipasi
masyarakat dalam upaya pencegahan
penyakitDBsemakinmeningkat.
Hipotesis kedua yang menyatakan
bahwa Partisipasi dalam promosi kese
hatanpadakasuspenyakitDBdipengaruhi
oleh pemberdayaan psikologis terbukti.
Hal ini berarti Pemberdayaan psikologis
yang dimiliki oleh subjek memberikan
peranan yang paling besar terhadap
partisipasiwargadalampromosikesehatan
pada kasus penyakit DBD. Semakin kuat
pemberdayaan psikologis yang dimiliki
subjek maka semakin tinggi tingkat
partisipasiwarga.
Pemberdayaan didefinisikan sebagai
kesempatan individu untuk memiliki
kekuatan, pilihan, otonomi diri, dan
tanggung jawab (Lightfoot, dalam Short &
Reinhart, 1992). Didukung oleh hasil
penelitian Guareschi & Jovchelovitch
(2004), Therawiwat et al.. (2003), dan Raju
(2003) yang menunjukkan bahwa pengeta
huan, keahlian, dan status sosial menjadi
bagian dari pemberdayaan. Dengan kata
lain, indidivu yang memiliki pengetahuan,
keahlian, dan status sosial yang kuat akan
memiliki kesempatan yang lebih besar
untuk memiliki kekuatan/kekuasaan,
pilihan, menentukan otonomi dirinya, dan
tanggungjawab.
Demimeningkatkanpartisipasimasya
rakat dalam upaya pencegahan penyakit
DB, perlu mempertimbangkan faktor
pemberdayaan psikologis pada diri indi
vidu. Pemberdayaan dapat diperkuat
dengan adanya status pendidikan dan
penghasilan individu. Dengan memiliki
sumber daya pengetahuan atau informasi
sertadidukungdengankemampuanuntuk
mandiri dari segi penghasilan, mempe
ngaruhi individu untuk aktif dalam
berbagaikegiatanpencegahanpenyakitDB.
Ulasan
penelitian
Guareschi
&
JURNALPSIKOLOGI

PARTISIPASIDALAMPROMOSIKESEHATAN

Jovchelovitch (2004) dan Nelson et al.,


(2004) menunjukkan bahwa untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat di
dalam program berbasis komunitas,
informasi dan dukungan finansial menjadi
salah satu sumber daya yang diperkuat.
Dengankekuatanindividudanmasyarakat
tersebut diharapkan mampu mempersem
pit jarak antara pihak otoritas/kaum
profesional dengan masyarakat. Partisipasi
dapat ditingkatkan dengan memperkuat
pemberdayaan psikologis individu dan
masyarakat. Dengan keberdayaan secara
psikis, setiap orang memiliki pemahaman
bahwa dirinya memberikan kontribusi
terhadap perubahan kondisi kesehatan
lingkungan yang lebih baik lagi di
lingkungan tempat tinggalnya. Dengan
pengetahuan dan informasi, individu akan
lebih percaya diri untuk menentukan
pilihanpilihan hidup sehat (Kok et al.,
2004;Nelsonetal.,2004).
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini
yang menyatakan bahwa Partisipasi da
lam promosi kesehatan pada kasus
penyakit DB dipengaruhi oleh rasa
bermasyarakat tidak terbukti. Dengan
melihat hasil analisis korelasi Pearson satu
ekor diperoleh hubungan positif yang
signifikan antara variabel rasa bermasya
rakat dengan variabel partisipasi dalam
promosikesehatanpadakasuspenyakitDB
(r=0,319; p < 0,01). Hubungan antara rasa
bermasyarakat terhadap variabel partisi
pasi dalam promosi kesehatan pada kasus
penyakit DB dengan mengendalikan
variabel prediktor pemberdayaan psiko
logis menunjukkan nilai korelasi sebesar
(p=0,247). Ini berarti peran variabel rasa
bermasyarakat dapat diabaikan ketika
dipakai dalam menjelaskan variabel parti
sipasidalampromosikesehatanpadakasus
penyakit DB. Variabel rasa bermasyarakat
tidakberperansecarasignifikanjikaberdiri

JURNALPSIKOLOGI

sendiri dalam menjelaskan promosi kese


hatanpadakasusDB.
Pada korelasi Pearson ditemukan
bahwa ada korelasi antara variabel rasa
bermasyarakat dengan variabel pember
dayaan psikologis sebesar 0,575 (p<0,001).
Ada dugaan bahwa variabel rasa berma
syarakat tidak secara langsung mempe
ngaruhi partisipasi dalam promosi kese
hatan pada kasus penyakit DB, tetapi
mempengaruhi variabel Pemberdayaan
psikologis terlebih dahulu. Dengan demi
kian dapat dikatakan bahwa secara tidak
langsungrasabermasyarakatberhubungan
positif dengan partisipasi dalam promosi
kesehatanpadakasuspenyakitDB.
Menurut Peterson et al. (2005) gender
adalah salah satu variabel yang mempe
ngaruhi partisipasi masyarakat dan
pemberdayaan psikologis. Penelitian yang
dilakukanItzhaky&York(dalamPeterson
et al., 2005) menunjukkan bahwa lakilaki
yang memiliki pemberdayaan psikologis
yang lebih tinggi akan cenderung berpar
tisipasidimasyarakatsebagairepresentatif
dari masyarakat sedangkan perempuan
yang memiliki pemberdayaan psikologis
yang lebih tinggi cenderung berpartisipasi
di dalam organisasi dan cenderung
berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan. Penemuan ini menyarankan
bahwalakilakidanperempuancenderung
memilih cara yang berbeda untuk berpar
tisipasi pada seting komunitas. Dari hasil
penelitian tersebut, kecenderungan perem
puan untuk berpartisipasi dalam upaya
pencegahan penyakit DB di komunitas
bukanditentukanolehrasabermasyarakat.
Perempuan cenderung lebih aktif berpar
tisipasi dalam proses pengambilan kepu
tusan ketika berada di dalam situasi
organisasi.
Karakter subjek penelitian yang berje
nis kelamin perempuan karena terkait
dengan peran sosial yang berlaku di
75

JOSEF&AFIATIN

masyarakat. Menurut penelitian Yuarsi


(2004) hal yang berkaitan dengan pera
watan kesehatan anak, pekerjaan rumah
tangga, dan segala urusan tentang anak
anak, biasanya diserahkan kepada
perempuan. Ulasan Purwadi (2007) dan
Purwadi & Dwiyanto (2006) kegiatan
berupa membangun jalan, atau pekerjaan
konstruksi biasanya diserahkan kepada
anggota masyarakat yang berjenis kelamin
lakilaki.
Lebih lanjut Peterson et al., (2005)
menemukan bahwa perempuan yang
memiliki rasa bermasyarakat yang rendah
cenderung kurang berpartisipasi di
masyarakat. Berdasarkan kategorisasi rasa
bermasyarakat pada subjek penelitian
ditemukan bahwa 51 persen pada kategori
sedangdanrendah,sedangkansubjekyang
memiliki kategori tinggi hanya 49 persen.
Ada kecenderungan rasa bermasyarakat
yang rendah pada subjek penelitian mem
buat partisipasi dalam promosi kesehatan
padakasuspenyakitDBjugamelemah.
Peneliti mengambil tiga kesimpulan
berdasarkan penjabaran dan analisis yang
didapat dari penelitian tentang partisipasi
dalam promosi kesehatan pada kasus
penyakit DB ditinjau dari pemberdayaan
psikologis dan rasa bermasyarakat sebagai
berikut: (1) Hasil penelitian ini menun
jukkan bahwa partisipasi dalam promosi
kesehatan pada kasus penyakit DB dipe
ngaruhi secara signifikan oleh pemberda
yaan psikologis dan rasa bermasyarakat.
Sumbangan efektif kedua variabel predik
tor secara bersamasama terhadap variabel
kriterium sebesar 19 persen (R2=0,190); (2)
Pemberdayaan Psikologis berpengaruh
secara signifikan terhadap partisipasi
dalam promosi kesehatan pada kasus
penyakit DB. Pemberdayaan psikologis
memiliki korelasi positif yang signifikan
terhadap partisipasi dalam promosi
kesehatanpadakasuspenyakitDBdengan
76

koefisienkorelasiPearsonsebesar0,427(p<
0,01). Hasil ini diperkuat dengan hasil
korelasi parsial antara pemberdayaan
psikologis dengan mengontrol rasa berma
syarakat diperoleh harga korelasi sebesar
0,314(p<0,01).Sumbanganefektifvariabel
pemberdayaan psikologis diperoleh de
ngan menggunakan analisa regresi metode
stepwise sebesar 18,2 persen (R2=0,182); dan
(3) Rasa bermasyarakat tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap parti
sipasidalampromosikesehatanpadakasus
penyakit DB secara langsung. Rasa
bermasyarakat memiliki korelasi yang
positif terhadap partisipasi dalam promosi
kesehatanpadakasuspenyakitDBdengan
korelasi sebesar 0,319 (p<0,01). Peran
variabel rasa bermasyarakat terhadap
partisipasi dalam promosi kesehatan pada
kasus penyakit DB dengan menggunakan
korelasi parsial diperoleh hasil yang tidak
signifikan diperoleh korelasi sebesar 0,100
(p>0,05).
Berdasarkan hasil analisis, pemba
hasan, dan kesimpulan, maka diajukan
saransaran yaitu bagi perancang dan
pengelola program pencegahan penyakit
DB di masyarakat disarankan kepada
pengelola program pencegahan penyakit
DB di masyarakat untuk: (a) Mengupa
yakan pelatihanpelatihan yang memper
kuat pemberdayaan psikologis individu
agar meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam usaha pencegahan penyakit DB; (b)
Memperhatikan faktorfaktor yang dapat
mempengaruhi partisipasi dalam promosi
kesehatan pada kasus penyakit DB; (c)
Mengukur partisipasi masyarakat dalam
promosikesehatanpadakasuspenyakitDB
secara teratur melalui survei baik kepada
perempuan maupun lakilaki; (d) Mempe
rhatikan pemberdayan psikologis pada
masyarakat
dengan
mengupayakan
peningkatan
pengetahuan,
motivasi,
komitmen, serta memperkuat keyakinan

JURNALPSIKOLOGI

PARTISIPASIDALAMPROMOSIKESEHATAN

terhadapkekuatanindividualdan kolektif.
Selain itu untuk peneliti selanjutnya agar;
(a)Menelitisubjekdenganperbedaanjenis
kelamin, memperbanyak jumlah subjek,
dan memperluas cakupan area pengam
bilan data; (b) Peneliti lain diharapkan
dapat mengungkap variabelvariabel lain
yang dapat memprediksi munculnya
partisipasi dalam program promosi pada
kasus penyakit DB yang belum diteliti
dalam penelitian ini seperti (1) provokasi,
(2) situasi pemberdayaan, dan (3) karakter
individualyangberanekaragam.

Kepustakaan

social change. Journal


Psychology.9(2),187195.

of

Health

Cancela, D. L. V., Chin, J. L., & Jenkins, Y.


M.(1998).CommunityHealthPsychology:
Empowerment for Diverse Communities.
USA:Routledge.
Chesworth, J. (1996). The Ecology of Health:
Identifying Issues and Alternatives.
London:SAGEPublication.
Chua,K.B.,ILyChua,IEeChua,&Chua,
K.H.(2005).Differentialenvironmental
preferences of gravid female aedes
mosquitoes in ovipositing their eggs.
The Southeast Asian Journal Tropical
MedicineandPublicHealth,36(5),1133
1138.

Akey, T. M., Marquis, J. G., & Ross, M. E.


(2000). Validation of scores on the
psychological empowerment scale: a
measure of empowerment for parents
ofchildrenwithadisability.Educational
and Psychological Measurement, 60 (3),
419438.

Conway, B. P. & Hachen, D. S. (2005).


Attachments, grievances, resources,
andefficacy:thedeterminantsoftenant
association participation among public
house tenants. Journal of Urban Affairs,
27(1),2552.

Amiruddin,M.(2004).Angkakematianibu:
agenda utama masalah hak dan
kesehatan reproduksi perempuan.
JurnalPerempuan,35,5362.

Dalton, J. H., Elias, M. J., & Wandersman,


A. (2001). Community Psychology:
Linking Individuals and Communities.
Australia:Wadsworth.

Bandura, A. (2004). Health promotion by


socialcognitivemeans.HealthEducation
&Behavior,31(2),143164.

Departemen Kesehatan Republik Indo


nesia. (2006). Pedoman Pelaksanaan
PengembanganDesaSiaga.

Bell, P. A., Greene,T. C., Fisher, J. D. &


Baum, A. (2001). Environmental
Psychology (Fifth Edition). Florida:
HartcourtBraceCollegePublishers.

Duffy, K. G. & Wong, F. Y. (2003).


Community Psychology. USA: Pearson
Education,Inc.
Evans, S. D. (2007). Youth sense of
community: voice and power in
community contexts. Journal of
CommunityPsychology,35(6),693709.

Cahyo, K. (2006). Kajian faktorfaktor


perilaku dalam keluarga yang
Mempengaruhi pencegahan penyakit
demam berdarah dengue (DBD) di
Kelurahan Meteseh Kota Semarang.
MediaLitbangKesehatanXVI(4),3241.

Ewles, L. & Simnett, I. (2003). Promoting


Health: A Practical Guide, Fifth Edition.
London:BaillireTindall.

Campbell, C. & Murray, M. (2004).


Community
health
psychology:
promoting analysis and action for

Figueiredo, L. T. M. (2003). Dengue in


Brazil: past present and future
perspective.DengueBulletin,27,2533.

JURNALPSIKOLOGI

77

JOSEF&AFIATIN

FosterFishman, P. G., Berkowitz, S. L.,


Lounsbury, D. W., Jacobson, S., &
Allen, N. A. (2001). Building
collaborative capacity in community
coalition: a review and integrative
framework. American Journal of
CommunityPsychology,29(2),241261.
Freudenberg, N. (2004). Community
capacity for environmental health
promotion: determinants and impli
cations for practice. Health Education
andBehavior,31(4),472490.
Green, L. W. & Kreuter, M. W. (1991).
Health
Promotion
Planning,
An
Educational and Environmental Approach
(Second Edition). London: Mayfield
PublishingCompany.
Glanz, K., Lewis, F.M., & Rimer, B.K.
(1997). Health Behavior and Health
Education: Theory, Research, and Practice
(Second Edition). San Francisco: Jossey
BassPublisher.
Guareschi,P.A.,&Jovchelovitch,S.(2004).
Participation, health and the deve
lopment of community resources in
Southern Brazil. Journal of Health
Psychology,9(2),311322.
Hadinegoro, S. R. H., Soegijanto, S.,
Wuryadi, S., & Suroso, T. (2004).
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di
Indonesia.
Jakarta:
Departemen
KesehatanRepublikIndonesia.
Haryono. (1999). Efek program pengen
dalian demam berdarah dengue dan
karakteristik rumah tangga terhadap
statusangkabebasjentikdiKotamadya
Jayapura. Tesis (tidak diterbitkan).
Yogyakarta:UniversitasGadjahMada.
Hasanah, Z. (2006). Partisipasi ibu rumah
tangga dalam pencegahan dan
pemberantasan
penyakit
demam
berdarahdenguediKecamatanMedan
Helvetia, Kota Medan, Propinsi
Sumatera Utara. Tesis (tidak diterbit
78

kan). Yogyakarta: Universitas Gadjah


Mada.
Heller, K., Price, R. H., Reinharz, S., Riger,
S., Wandersman, & A. DAuno, T. A.
(1984). Psychology and Community
Change:ChallengesoftheFuture.Illinois:
TheDorseyPress.
Hubley, J. (1993). Communicating Health:
An Action Guide to Health Education
and Health Promotion. London:
MacmillanEducationLtd.
Hutabarat, T., Windyaningsih, C., &
Delianna,J.(2007).ModulPelatihanBagi
Pengelola Program Penyakit Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta:
Direktorat
Jendral
Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
Kegler, MC., & Miner, K. (2004). Envi
ronmental health promotion interven
tion:considerationsforpreparationand
practice. Health Education and Behavior,
31(4),510525.
Kok,G.,Schaalma,H.,Ruiter,R.A..C.,Van
Empelen, P., & Brug, J. (2004).
Intervention mapping: A protocol for
applying health psychology theory to
prevention programmes. Journal of
HealthPsychology,9(1),8589.
Kompas. (3 November 2007). Antisipasi
DBD, PSN Digalakkan: Jumlah Penderita
Meledak Saat Banjir. Jakarta: P.T.
GramediaPustakaUtama.
Kompas.(2Februari2008).DemamBerdarah:
Tujuh Orang Meninggal Akibat Demam
Berdarah di Kudus. Jakarta: P.T.
GramediaPustakaUtama.
Kompas.(8Februari2008).Kesehatan:Warga
DimintaWaspadaiDBDdiMusimHujan.
Jakarta:P.T.GramediaPustakaUtama
Kompas. (15 Februari 2008). DBD Masih
Mewabah:KeadaanCuacaMasihKondusif,
JURNALPSIKOLOGI

PARTISIPASIDALAMPROMOSIKESEHATAN

AwalTahun Sudah3.895Pasien.Jakarta:
P.T.GramediaPustakaUtama
Kompas. (19 Februari 2008). Penyakit
Menular: Gencarkan Kampanye DBD.
Jakarta:P.T.GramediaPustakaUtama
Kompas. (19 Februari 2008). Grafik Kasus
Demam Berdarah Indonesia Tahun 1997
2007. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka
Utama
Kompas. (20 Februari 2008). Penanganan
DBD Masih Reaktif: Sepanjang 2008
Sudah97OrangMeninggal.Jakarta:P.T.
GramediaPustakaUtama
Kompas. (1 Maret 2008). Pencegahan DBD:
PSN Harus Terus Digalakkan. Jakarta:
P.T.GramediaPustakaUtama
Kompas. (4 Maret 2008). Penyakit Menular:
Sebanyak 96 Kelurahan di Jakarta Rawan
DBD. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka
Utama
Kompas. (13 Maret 2008). Kesehatan: PSN
Lebih Efektif Daripada Penyemprotan.
Jakarta:P.T.GramediaPustakaUtama
Kompas.(7Juli2008).Kesehatan: CegahDB,
dari Fogging sampai Kelambu. Jakarta:
P.T.GramediaPustakaUtama
Kreuter, M. W., Lukwago, S. N., Bucholtz,
D. C., Clark, E. M., & Sanders
Thompson, V. (2003). Achieving
cultural apropriatness in health
promotion programs: targeted and
tailoredapproaches.HealthEducation&
Behavior,30(2),133146.
LopezCarlos, A. & Zahidi, S. (2005).
Womens Empowerment: Measuring the
Global Gender Gap. Switzerland: World
EconomicForum.
Mardihusodo, S.J. (1987). Mengembangkan
dan meningkatkan peran serta
masyarakat
dalam
upaya
pemberantasan
vektor
dengue
haemorrhagic fever. Berkala Ilmu
Kedokteran,XII(1).Indonesia.
JURNALPSIKOLOGI

Marks, D. F., Murray, M., Evans, B., &


Willig, C. (2000). Health Psychology:
Theory, Research, and Practice. London:
SAGEPublications.
Naidoo, J., & Wills, J. (2000). Health
Promotion: Foundation for Practice
(Second Edition). London: Baillire
Tindall.
Nelson, G., Pancer, SM., Hayward, K., &
Kelly, R. (2004). Partnerships and
participationofcommunityresidentsin
health promotion and prevention:
experiences of the Highfield com
munity enrichment project (better
beginnings, better futures). Journal of
HealthPsychology,9(2),213227.
Oxfam. (2004). Gender Induction Package,
Humanitarian
Department.
Paket
Pengenalan tentang Gender (tidak
diterbitkan).UK:OxfamGB
Parker, E. A., Baldwin, G. T., Israel, B., &
Salinas, M. A. (2004). Application of
health promotion theories and models
for environmental health. Health
Education&Behavior,31(4),491509.
Peterson,N.A.,Lowe,J.B.,Aquilino,M.L.,
&Schneider,J.E.(2005).Linkingsocial
cohesion and gender to intrapersonal
and
interactional
empowerment:
Support and new implications for
theory.JournalofCommunityPsychology,
33(2),233244.
Piko, B. F. (2004). Interplay between self
and community: A role for health
psychology in Eastern Europes public
health. Journal of Health Psychology, 9
(1),111120.
Prilelltensky,I.(2008).Theroleofpowerin
wellness, oppression, and liberation:
thepromiseofpsychopoliticalvalidity.
Journal of Community Psychology, 36 (2),
116136.
Purwadi. (2006). Ensiklopedi Adat Istiadat
BudayaJawa.Yogyakarta:PanjiPustaka.
79

JOSEF&AFIATIN

Purwadi & Dwiyanto, D. (2007). Filsafat


Jawa: Ajaran Hidup yang Berdasarkan
Nilai Kebijakan Tradisional. Yogyakarta:
PanjiPustaka.
Raju,A.K.(2003).Communitymobilization
inaedesaegypticontrolprogrammeby
source reduction in perurban district
Lautoka, Viti Levu, Fiji Island. Dengue
Bulletin,27,149155.
Renganathan, E., Parks, W., Llyod, L.,
Nathan,M.B.,Hosein,E.,Odugleh,A.,
Clark, G. G., Gubler, D. J., Prasittisuk,
C., Palmer, K., & San Martin, JL.
(2003). Towards sustaining behavioral
impact in dengue prevention and
control.DengueBulletin,27,612.
Renwick,R.,Brown,I.,&Nagler,M.(1996).
Quality of Life in Health Promotion and
Rehabilitation, Conceptual Approches,
Issues, and Applications. London: SAGE
Publication.
Rudkin,J.K.(2003).CommunityPsychology:
Guiding Principles and Orienting
Concepts.USA:PrenticeHall.
Short,P.M.&Rinehart,J.S.(1992).School
participant
empowerment
scale:
assessment of level of empowerment
within the school environment.
Educational
and
Psychological
Measurement,52,951960.
Siahaan, P. (2006). Efektivitas pelatihan
pencegahan DBD yang dilakukan oleh
kader dan petugas kesehatan terhadap
efektivitas peningkatan pengetahuan
dan sikap tentang pencegahan DBD:
Studi kuasi eksperimen pada ibu
rumah tangga di kota MeraukePapua.
Tesis (tidak diterbitkan) Yogyakarta:
UniversitasGadjahMada.
Sopotammarak,
S.
(2003).
Dengue
haemorrhagicfeverathreattoglobal
health.DengueBulletin,27,192194.
Speer, P. W., & Peterson, N. A. (2000).
Psychometric properties of an
80

empowerment scale: Testing cognitive,


emotional, and behavioral domains.
SocialWorkResearch,24(2),109118.
Subono, N.I. (2001). Feminis Lakilaki: Solusi
atauPersoalan?.Jakarta:YayasanJurnal
Perempuan.
Suharto,E.(2005).MembangunMasyarakat
Memberdayakan
Rakyat:
Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan
Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung:
P.T.RefikaAditama
Suroso,T.,Kusriastuti,R.,Winarno,Sofyan,
RA.,Wandra,T.,Djohor,D.,Sukowati,
S., Sutomo, S., & Supeno, E. (2007).
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh Juru
Pemantau Jentik (Jumantik). Jakarta:
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
The Sphere Project. (2006). Humanitarian
Charter and Minimum Standards in
Disaster Response. Oxford: Oxfam
Publishing.
Therawiwat,
M.,
Fungladda,
W.,
Kaewkungwal, J., Imamee, N., &
Steckler, A. (2005). Commnitybased
approachforpreventionandcontrolof
dengue
hemorrhagic
fever
in
Kanchanaburi Province, Thailand. The
SoutheastAsianJournalTropicalMedicine
andPublicHealth,36(5),14391449.
Tram, T. T., Anh, N. T. N., Hung, N. T.,
Lan, N. T., Cam, L. T., Chuong, N. P.,
Tri. L., Fonsmark, L., Poulsen, A., &
Heegard, E. D. (2003). The impact of
health
education
on
mothers
knowledge,attitudeandpractice(KAP)
of dengue haemorrhagic fever. Dengue
Bulletin,27,174180.
Vera, E. M. & Speight, S. L. (2003).
Multicultural
competence,
social
justice,andcounselingpsychology.The
CounselingPsychologist,31(3),253272.

JURNALPSIKOLOGI

PARTISIPASIDALAMPROMOSIKESEHATAN

Wallerstein, N. (2002). Empowerment to


reduce health disparities. Scand Journal
ofPublicHealth,30(59),7277.
Witten,
K.,
Parkes,
M.,
&
Ramasubramanian,
L.
(2000).
Participatory environmental health
research in Aotearoa/New Zealand:
constraints and opportunities. Health
Education&Behavior,27(3),371384.
World Health Organization. (2002). Gender
Analysis in Health: A Review of Selected

JURNALPSIKOLOGI

Tools. Switzerland:
Organization.

World

Health

Yoo,S.,Weed,N.E.,Lempa,M.L.,Mbondo,
M., Shada, R.E., & Goodman, R.M.
(2004).
Collaborative
community
empowerment:Anillustrationofasix
stepprocess.HealthPromotionPractice,5
(3),256265.
Yuarsi, S.E. (2005). Perempuan Yang Terpu
ruk: Kehamilan Tidak Dikehendaki di
Kalangan Pengungsi. Yogyakarta: Pusat
Studi Kependudukan dan Kebijakan.

81

You might also like