85 167 1 SMgagag PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Uji Aktivitas Ekstrak Daun Dewandaru dan Daun Keladi Tikus Terhadap Pemotongan DNA

(Peni Indrayudha dan kawan kawan)

UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN DEWANDARU


DAN DAUN KELADI TIKUS TERHADAP
PEMOTONGAN DNA SUPERKOIL UNTAI GANDA
Peni Indrayudha1), Abdul Rosyid Thoyib Wijaya1), dan Susi Iravati2)
1)

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta


2)
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT
Keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd) BL) is used traditionally as anti cancer and
anti virus. Dewandaru (Eugenia uniflora Linn) have known to have antibacterial activity.
This experiment was aim to examine whether the extract of Eugenia uniflora Linn and
Typhonium flagelliforme (lodd) BL leaves contain protein which had activity to cut double
helix supercoiled DNA. The experiment was conduct by incubating DNA plasmid (pUC18)
with protein isolated from Eugenia uniflora Linn and Typhonium flagelliforme (lodd) BL
leaves extract at room temperature for 1 hour. Crude extracts were made by extraction in
0.14 M NaCl-5 mM sodium phosphate buffer pH 7,2. Extract were considered to have
RIPs activity when it was able to cut double helix supercoiled DNA to linear nick circular
form. Electrophoretogram was observed under ultraviolet light. Result showed that
Typhonium flagelliforme (Lodd) BL) leaves extract contain protein which had activity to
cut double helix supercoiled DNA to linear nick circular form. While Eugenia uniflora Linn
leaves extract gave negative result.
Keywords: RIPs, crude extract, supercoiled DNA, Typhonium flagelliforme (Lodd) BL,
Eugenia uniflora Linn

ABSTRAK
Tanaman keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd) BL) digunakan sebagai antikanker
dan antivirus. Tanaman dewandaru (Eugenia uniflora Linn) telah diketahui memiliki
aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstak gubal daun
dewandaru (Eugenia uniflora Linn) dan daun keladi tikus (Typhonium flagelliforme (lodd)
BL) mengandung protein yang mampu memotong DNA superkoil untai ganda. Penelitian
ini dilakukan dengan cara menginkubasikan DNA plasmid (pUC18) dengan sejumlah
protein dari ekstrak gubal daun Eugenia uniflora Linn dan daun Typhonium flagelliforme
(Lodd) BL) pada suhu kamar selama 1 jam. Ekstrak gubal daun dibuat dengan ektraksi
daun dalam buffer natrium fosfat 5Mm yang mengandung NaCl 0,14 M Ph 7,2. Ekstrak
akan memiliki aktivitas RIPs jika mampu memotong DNA superkoil untai ganda menjadi
bentuk nick circular dan linier. Hasil elektroforesis dilihat di bawah sinar UV. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak gubal daun keladi tikus (Typhonium flagelliforme
(Lodd) BL) mengandung protein yang mampu memotong DNA superkoil untai ganda
menjadi bentuk nick circular dan linier seperti pada RIPs. Sedangkan ekstrak gubal daun
dewandaru (Eugenia uniflora Linn) tidak menunjukkan kemampuan memotong DNA
superkoil untai ganda menjadi bentuk nick circular dan linier.
Kata kunci: RIPs, ekstrak gubal, DNA superkoil, Typhonium flagelliforme (Lodd) BL,
Eugenia uniflora Linn

63

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 3 No.2 Juli 2006: 63 70

PENDAHULUAN
Ribosom Inactivating Proteins
(RIPs) adalah protein dengan aktivitas
RNA N-glikosidase yang dapat
mendepurinasi
rRNA
mamalia,
eukariot, dan ribosom bakteri [1]. RIPs
terdistribusi pada tanaman tingkat
tinggi [2] dan kebanyakan spesies
yang mengandung RIPs dari klas
Angiospermae,
baik
monokotil
maupun dikotil. RIPs dapat dijumpai
di berbagai organ dan jaringan
tumbuhan, meliputi biji, buah segar,
akar, daun, getah dan batang [3].
RIPs dapat dibagi dalam dua grup
yaitu RIPs tipe I (Holo-RIPs) dengan
rantai polipeptida tunggal dan berat
molekulnya berkisar 30 kDA dan
mempunyai
aktivitas
RNA
NGlykosidase,
imunosupresive,
sitotoksik,
abortifacient,
antiviral,
antiHIV dan pemotongan DNA
superkoil untai ganda. RIPs tipe I
(two-chain) terdiri dari dua polipeptida
pendek yang dihubungkan oleh ikatan
nonkovalen,
berat
molekulnya
berkisar 30 kDA, mempunyai aktivitas
RNA N-Glykosidase, [4]. RIPs tipe II
(Chimero
RIPs)
dengan
berat
molekulnya
berkisar
60
kDA,
merupakan protein yang terdiri dari 2
rantai polipeptida, yaitu rantai A dan B
yang dihubungkan dengan ikatan
disulfida. Aktivtias biologinya sebagai
RNA N-Glykosidase, sitotoksik dan
pemotongan DNA superkoil [5]. Di
samping RIPs tipe 2, dikenal pula
suatu RIPs JIP60 dengan 60 kDa
yang terdapat di dalam jewawut
(Hordeum vulgare) dikenal dengan
RIPs tipe III [6].
Dewandaru (Eugenia uniflora
Linn) mengandung saponin, flavonoid,
tanin dan terpenoid [7]. Pengujian
terhadap
aktivitasnya
sebagai
antimikroba terhadap Escherichia coli
dengan nilai KBM 1 mg/ml dan nilai
KHM 0,03125
mg/ml, terhadap
Staphyloccocus aureus dengan nilai
KBM 0,0625 mg/ml dan nilai KHM
64

0,0312 mg/ml dan terhadap Shigella


dysentriae dengan nilai KBM 1 mg/ml
dan nilai KHM 0,25 mg/ml. Pada hasil
KLT
dan
bioautografi
ekstrak
methanol menunjukkan kandungan
flavonoid dan terpenoid [8]. Nilai KHM
yang sangat kecil ini menunjukkan
potensi Dewandaru sebagai tanaman
obat sehingga diteliti kemungkinan
keberadaan RIPnya.
Tanaman keladi tikus (Typhonium
flagelliforme Lodd) BL) merupakan
tanaman liar, mirip gulma yang
banyak ditemui di pinggir sawah.
Menurut Chan dari University Sains
Malaysia (USM), ekstrak keladi tikus
akan lebih efektif bila dalam kondisi
segar. Hasil penelitian lainnya juga
menyebutkan bahwa ekstrak dari akar
juga efektif untuk kanker prostat.
Begitu juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lam Siew Hong di
USM menyebutkan bahwa terjadi
peningkatan
aktivitas
antibakteri
dalam darah ikan lele [9].
Pengujian ekstrak akar, umbi,
daun, dari Typhonium flageliforme
(Lodd)
BL)
terhadap
aktivitas
sitotoksik pada sel leukaemia P388
menggunakan metode MTT assay
menunjukkan bahwa: akar dan umbi
ekstrak kloroform memiliki IC50= 6,0
g/ml, ekstrak hexan memiliki IC50=
15,0 g/ml, daun dengan ekstrak
kloroform memiliki IC50= 8,0 g/ml,
ekstrak hexan memiliki IC50= 65,0
g/ml. Analisis dengan NMR dan
HPIC menunjukkan kandungan asam
amino arginin (0,874 %) dan triptopan
(0,800 %) [10]. Pengujian terhadap
aktivitas
sitotoksik
yang
telah
dilakukan masih terbatas pada
penggunaan ekstrak hexan dan
kloroform dalam metode penyarian.
Berdasarkan hal tersebut di atas
maka dilakukan penelitian untuk
mengetahui
kemungkinan
keberadaan RIPs dalam ekstrak gubal
kedua tanaman tersebut dengan

Uji Aktivitas Ekstrak Daun Dewandaru dan Daun Keladi Tikus Terhadap Pemotongan DNA
(Peni Indrayudha dan kawan kawan)

menguji
kemampuan
ekstrak
gubalnya dalam memotong DNA
superkoil untai ganda secara in vitro.
Cara ini dipilih karena metodanya
sederhana dan aktivitas tersebut
dimiliki oleh RIPs baik tipe I maupun
tipe II.
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan ekstrak
Daun
dewandaru
(Eugenia
uniflora Linn) dengan warna hijau tua
berumur sedang diperoleh dari BPTO
(Balai Penelitian Tanaman Obat)
Tawangmangu. Daun keladi tikus
(Typhonium flagelliforme (lodd) BL)
dengan warna hijau tua berumur
sedang diperoleh dari Desa Kenteng,
Kecamatan Ngadirejo, Kartasura.
Daun Mirabilis jalapa L jenis bunga
berwarna merah yang berasal dari
Desa Kenteng, Kecamatan Ngadirejo,
Kartasura, DNA plasmid pUC 18
berasal dari Laboratorium Rekayasa
Genetika,
Fakultas
Farmasi,
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta. Escherichia coli galur
DH5 berasal dari Laboratorium
Rekayasa
Genetika,
Fakultas
Farmasi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Medium Luria Bertani (LB).LB
cair-ampisilin terdiri dari: tripton 1%
(b/v) (Oxoid), ekstrak yeast 0,5% (b/v)
(Oxoid), natrium klorida 1% (b/v)
(Merck), aquabides sampai volume
yang dikehendaki, standacilin 50
g/ml (Boicheme). LB padat-ampisilin
dibuat dengan penambahan agar
(oxoid) 1,5% (b/v) pada LB cair.
Bahan isolasi DNA plasmid
Larutan lisis I: glukosa 50 mM
(Merck), tris klorida 25 mM pH 8,0
(Sigma), EDTA 10 mM pH 8,0
(Sigma), aquadest. Larutan lisis II:
NaOH 0,2 N (Merck), Na dodesil
sulfat 1% PH 7,0 (Sigma). Larutan

lisis III: Kalium asetat 5 M, pH 4,8, 60


ml (Merck), asam asetat glasial 11,5
ml, aquabidest 28,5 ml. Larutan TE,
pH 8,0: Tris klorida 10 mM, pH 7,4
(Sigma) dan EDTA (etilendiamin
tetraasetat) 1 mM (Sigma). Larutan
pengekstraksi: fenol, kloroform, 0,01
M Tris klorida pH 7,5. Larutan
pengendap dan pencuci: etanol 96%,
etanol 70%. Bahan transformasi
plasmid: kalsium klorida 50 mM
(Merck).
Bahan elektroforesis gel agarosa
Agarosa 0,8 % (b/v) (Sigma).Bufer
TBE (1x): Tris borat 0,889 mM
(Sigma), EDTA 0,2 mM, pH 8,0
(Merck), etidium bromid 0, 25 g/ml
(Sigma), bufer pemuat (loading
buffer): silen sianol 0,25% (Sigma),
biru bromfenol 0,25% (Sigma) dan
gliserol 30% (Merck).
Dapar untuk ekstraksi protein daun E.
uniflora Linn: Natrium fosfat 5mM pH
7,2
(NaH2 PO4 dan Na2H PO4)
(Merck) yang mengandung NaCl 0,14
M (Merck).
Dapar
untuk
uji
aktivitas
pemotongan DNA superkoil, dapar
TMN: Tris klorida 50 mM pH 8,0
(Sigma), Magnesium klorida 10 mM
(Merck) dan Natrium klorida 100 mM
(Merck).
Alat
Peralatan gelas, autoclave, high
speed
refrigerated
centrifuge,
elektroforesis (Biomed E-6000), pipet
mikro (Gilson), timbangan analitik
(Libra-Shimadzu EB-330), pH meter
(Electrofac merrohm), penangas air,
mesin
vorteks
(Genei
2),
spekrofotometer
UV
(Backman),
kuvet, tip kuning, tip biru, tabung
ependorf (Biorad), pembakar Bunsen,
incubator thermostat, lampu Ultra
Violet (Biorrad), ose, lemari pendingin,
magnet strirer, incubator orbital
sheker, foto Polaroid (Biorad).

65

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 3 No.2 Juli 2006: 63 70

Cara kerja
Determinasi tanaman: Determinasi
tanaman
dilakukan
dengan
mencocokkan keadaan morfologi
tanaman
berdasarkan
kunci
determinasi menggunakan literatur
untuk memastikan identitas tanaman
dan menghindari kesalahan dalam
pengambilan tanaman.
Pembuatan ekstrak gubal: Daun
dewandaru (Eugenia uniflora Linn),
keladi tikus (Typhonium flagelliforme
(lodd) BL ) dan Mirabilis jalapa L
dipetik segar, dicuci bersih, dan
dibuang bagian tulang daunnya,
kemudian ditimbang lalu dipotongpotong sampai ukuran kecil dan
ditempatkan pada mortir steril,
ditumbuk halus, setelah itu diekstraksi
dengan natriun klorida 0,14 M pada
suhu 40 C dalam buffer natrium fosfat
5mM pH 7,2, selanjutnya ekstrak
diperas menggunakan filter sablon
ukuran kecil, cairan yang diperoleh
disentrifus dingin dengan kecepatan
10.000 rpm selama 2 menit.
Supernatan
yang
diperoleh
merupakan ekstrak gubal kemudian
disimpan pada suhu 40 C.
Pengukuran kadar protein ekstrak
gubal
dengan
metode
spektrofotometri uv: Kadar protein
dalam sampel ekstrak gubal diukur
serapannya dalam dapar natrium
fosfat 5 mM dengan spektrofotometer
UV pada panjang gelombang 280 nm
dan 260 nm. Kadar protein dihitung
menggunakan rumus:
Kadar protein (mg/ml) = A280 x faktor
koreksi
x
faktor
pengenceran
(Layne,1957).
Pembuatan Sel Kompeten E. coli
DH5: Suspensi E. coli DH5
sebanyak 100 l ditumbuhkan dalam
5 ml medium LB cair. Kemudian
diinkubasi dalam incubator orbital
66

shaker semalam pada suhu 370 C.


Selanjutnya 1ml cuplikan kultur
tersebut disubkulturkan
kembali
dalam 50 ml medium LB-cair dan
diinkubasi pada 370 C selama 3-4 jam,
yaitu saat mencapai pertengahan fase
eksponensial (kepadatan 5x106-2x107
sel/ml (OD600= 0,6)). Kultur yang
didapat disentrifuse 4.000 rpm, 40C
selama
5
menit,
buang
supernatannya, pelet disuspensikan
dalam 0,1M CaCl2 yang telah
didinginkan dalam es sebanyak 0,2 x
volume kultur awal. Letakkan di atas
es selama 5 menit dan segera di
sentrifuse 4000 rpm selama 10 menit.
Supernatan dibuang dengan hati-hati.
Pelet yang diperoleh dicuci dengan
0,1M CaCl2 yang telah didinginkan
dalam es sebanyak 0,04 x volume
kultur awal dan didiamkan dalam es
selama 30 menit (Sambrook et al,
1989).
Transformasi DNA Plasmid pUC 18
pada E. coli DH5: Suspensi E. coli
kompeten
sebanyak
200
l
dimasukkan dalam tabung ependorf
steril. Selanjutnya diletakkan dalam
es selama 5 menit, Tambahkan DNA
plasmid pUC 18 (sejumlah 50 ng
dalam volume 10 l) pada masingmasing tabung. Campur isinya
dengan menggoyang tabung secara
perlahan-lahan. Kemudian didiamkan
dalam
es
selama
30
menit.
Selanjutnya dilakukan kejutan panas
(heat shock) pada suhu 420 C selama
90 detik, tabung jangan digoyang dan
segera dimasukkan kembali ke dalam
es selama 1-2 menit, kemudian
ditambahkan 800 1 medium LB cair.
Campur
perlahan-lahan
dengan
membolak-balik tabung 5-10 kali.
Inkubasi pada 370 C selama 45 menit.
Suspensi sebanyak 200 l ditebarkan
pada
media
LB
padat
yang
mengandung
antibiotik
ampisilin.
Ratakan cairan agar memenuhi
seluruh permukaan media, kemudian

Uji Aktivitas Ekstrak Daun Dewandaru dan Daun Keladi Tikus Terhadap Pemotongan DNA
(Peni Indrayudha dan kawan kawan)

diinkubasi 370 C selama 24 jam


(Sambrook et al, 1989).
Isolasi DNA Plasmid pUC 18: Koloni
E. coli yang mengandung pUC 18
ditumbuhkan dalam 50 ml medium LB
cair-ampisilin pada suhu 370 C
semalam dalam incubator orbital
shaker. Kultur tersebut dituang
kedalam
ependorf
steril
lalu
disentrifugasi 12.000 rpm, 370 C
selama
10
menit,
kemudian
supernatan
dibuang.
Pelet
disuspensikan dalam 100 l buffer
lisis I dingin divortek dan dibiarkan di
dalam es selama 5 menit. Selanjutnya
ditambahkan 200 l larutan lisis II dan
dicampur dengan membolak-balik
tabung lima kali, lalu dibiarkan dalam
es selama 5 menit. Setelah itu
ditambahkan 150 l larutan netralisasi
(lisis III), divortek dan dibiarkan dalam
es selama 5 menit. Suspensi
disentrifugasi 12.000 rpm, 10 menit,
supernatan diambil dengan mikro
pipet dipindahkan dalam tabung
ependorf baru yang steril, selanjutnya
supernatan diekstraksi dengan fenol
kloroform sama banyak, divortek dan
disentrifugasi 12000 rpm selama 10
menit. Fase paling atas dipisahkan
dalam tabung ependorf baru dan steril
kemudian ditambahkan natrium asetat
3 M sepersepuluh kali volume dan
alkohol absolut dua kali volume,
selanjutnya disimpan pada -200 C
selama 1 jam. Tahapan dilanjutkan
dengan sentrifugasi pada kecepatan
12.000 rpm selama 10 menit.
Supernatan yang diperoleh dibuang
kemudian dicuci dengan 1ml etanol
70 % dan disentrifugasi 12000 rpm
selama 15 menit. Supernatan yang
diperoleh dibuang, pelet dikeringkan
pada 370 C, kemudian dilarutkan
dalam 20 l buffer TE 1x dan
disimpan pada suhu 40 C semalam
(Sambrook et al, 1989).

Uji Aktivitas Pemotongan DNA


Superkoil oleh Ekstrak Gubal: Tiga l
DNA plasmid pUC 18 dicampur
dengan 1 l buffer TMN dan
diinkubasi dengan ekstrak gubal daun
bunga pukul empat, dewandaru dan
keladi tikus dalam satu seri kadar
protein yang meningkat hingga
volume akhir 10 l. Kemudian
diinkubasi pada temperatur kamar
(300 C) selama 1 jam. Pada akhir
reaksi ditambah 2 l buffer pemuat,
kemudian dielektroforesis pada gel
agarosa yang sudah mengandung
pewarna
etidium
bromid,
menggunakan
buffer
TBE.
Elektroforesis dilakukan pada 50 volt
hingga kurang lebih tiga perempat
panjang gel. Identifikasi dilakukan
dengan sinar ultra violet.
Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil uji
aktivitas ekstrak gubal dianalisa
secara
kualitatif.
Aktivitas
pemotongan
DNA
superkoil
ditentukan dengan mengamati 3
kriteria
yakni:
penipisan
DNA
superkoil, penebalan DNA nick
circular serta terbentuknya DNA liner.
Diamati
pula
perbedaan
pola
penipisan DNA superkoil serta
penebalan DNA nick circular dan
pembentukan DNA linier pada pita
DNA hasil elektroforesis dibawah
lampu UV.
Uji dikatakan positif apabila pada
hasil digest ekstrak terjadi pola
penipisan
DNA
superkoil
dan
penebalan nick circular pada kadar
rendah, sedangkan pada kadar yang
lebih tinggi akan muncul pita DNA
linier yang makin menebal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Protein Ekstrak
Kadar protein masing-masing
ekstrak gubal disajikan dalam tabel 1
berikut ini.
67

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 3 No.2 Juli 2006: 63 70

Tabel 1
Kadar protein ekstrak gubal

Daun
Tanaman

Pengen
ceran

Kadar
Protein
(mg/ml)

2
3

Eugenia
uniflora L

200 x

66, 721

Thyphonium
flageliforme
(Lodd) BL

200 x

53,562

Isolasi DNA Plasmid pUC 18


Elektroforetogram DNA plasmid
pUC hasil isolasi DNA disajikan dalam
gambar 1 . Pita 1 yang terlihat lebih
tipis merupakan fragmen kromosom
DNA. Pita 2 yang terlihat agak tebal
merupakan bentuk nick circular yang
bemigrasi lebih lambat karena bentuk
yang kurang kompak dan terbuka.
Pita 3 yang terlihat lebih tebal
merupakan bentuk superkoil yang
bermigrasi
lebih
cepat
karena
bentuknya yang kompak (bentuk
lilitan atau superkoil) sehingga mudah
menembus pori-pori agarosa. 4
merupakan RNA.
Aktivitas Pemotongan DNA
Superkoil oleh Ekstrak
Uji
aktivitas
ekstrak
gubal
terhadap DNA superkoil dilakukan
dengan cara menginkubasi 3 l
plasmid pUC 18 hasil isolasi dengan
ekstrak gubal yang mengandung
sejumlah protein tertentu. Pada
penelitian ini digunakan ekstrak gubal
daun Eugenia uniflora Linn dan daun
Typhonium flagelliforme (Lodd) BL
dengan jumlah protein 10 mg/l, 20
mg/l, 30 mg/l, 40 mg/l, 50 mg/l.
Sebagai kontrol positif digunakan
ekstrak gubal daun Mirabilis jalapa L
dengan jumlah protein 10 mg/l yang
sudah terbukti mengandung RIPs
(Barbieri et al, 1993).

68

Gambar 1. Elektroforegram DNA


plasmid pUC 18 utuh
Pita 1 adalah fragmen kromosom DNA,
Pita 2 adalah pita DNA plasmid bentuk
nick circular, Pita 3 adalah pita DNA
plasmid bentuk superkoil, Pita 4 adalah
RNA.

Gambar 2 memperlihatkan bahwa


pada DNA plasmid pUC 18 yang
digunakan masih terdapat fragmen
kromosom DNA dan RNA. Hal ini
dikarenakan belum
dilakukannya
proses pemurnian terhadap DNA
plasmid (Protease, RNAse). Untuk
mencermati
adanya
aktivitas
pemotongan terhadap DNA superkoil,
selain memperhatikan pita plasmid
sebagai kontrol negatif juga dilihat
perubahan elektrogram dari plasmid
yang diberi perlakuan dengan ekstrak
gubal daun Mirabilis jalapa L sebagai
kontrol positif. Pita-pita DNA yang
muncul berbeda dengan kontrol (-),
yakni terlihat adanya penebalan pitapita DNA linier dan penipisan pita
DNA nick circular. Selanjutnya
plasmid dengan perlakuan 10 mg
protein ekstrak gubal daun Eugenia
uniflora Linn tidak menunjukkan pola
perubahan pada pita DNA superkoil,
kemunculan pita DNA linier dan
penipisan DNA nick circular. Hal itu
juga terjadi pada perlakuan 20 mg/l,
30 mg/l, 40 mg/l, 50 mg/l. Hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak gubal
daun Eugenia uniflora Linn tidak
mempunyai
aktivitas
terhadap
pemotongan DNA superkoil.

Uji Aktivitas Ekstrak Daun Dewandaru dan Daun Keladi Tikus Terhadap Pemotongan DNA
(Peni Indrayudha dan kawan kawan)

Ekstrak gubal daun


Eugenia uniflora Linn
(mg/l)
(-)

(+)

10

20

30

40

Ekstrak gubal daun


T. flagelliforme (Lodd)
BL (mg/l)

50

10

20

30

40

50
1

2
3
4

Gambar 2. Kontrol (-) (plasmid pUC 18 tanpa pemberian ekstrak.


Kontrol (+) pUC 18 setelah pemberian 10 mg/l potein ekstrak
gubal daun Mirabilis jalapa L 1). pita DNA nick circular,
2). Pita DNA linier, 3). Pita DNA superkoil, 4). Pita RNA
Pada elektroforegram dengan
perlakuan 10 mg/l ekstrak gubal
daun Typhonium flagelliforme (Lodd)
BL sudah menunjukkan penipisan pita
DNA superkoil, penipisan pita DNA
nick sirkular dan kemunculan pita
DNA linier namun masih sangat tipis.
Perlakuan 20 mg/l menujukkan
penipisan
pita
DNA
superkoil,
penipisan pita DNA nick circular dan
pita DNA linier yang tipis. Begitu pula
pada perlakuan 30 mg/l, 40 mg/l,
50 mg/l menujukkan penipisan pita
DNA superkoil, penebalan pita DNA
nick circular dan pita DNA linier agak
menebal dari sebelumnya.
Dari hasil penelitian diketahui
bahwa ekstrak gubal daun keladi tikus
(Typhonium flagelliforme (Lodd) BL)
mempunyai
kemampuan
dalam
memotong DNA superkoil untai ganda
menjadi bentuk nick circular dan linier
seperti yang dimiliki oleh RIPs.
Sedangkan ekstrak gubal daun
dewandaru (Eugenia uniflora Linn)
tidak
menunjukkan
kemampuan

memotong DNA superkoil untai ganda


menjadi bentuk nick circular dan linier.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari
penelitian ini adalah:
1. Ekstrak gubal daun keladi tikus
(Typhonium flagelliforme (Lodd)
BL) mengandung protein yang
mempunyai kemampuan seperti
RIPs yakni: kemampuan dalam
memotong DNA superkoil untai
ganda menjadi bentuk nick
sirculer dan linier.
2. Ekstrak gubal daun dewandaru
(Eugenia uniflora Linn) tidak
menunjukkan
kemampuan
memotong DNA superkoil untai
ganda menjadi bentuk nick
sirculer dan linier.
Adapun
saran
yang
dapat
diberikan adalah perlu dilakukan
pemurnian terhadap ekstrak guba
untuk memastikan bahwa protein
yang mempunyai aktivitas memotong
69

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 3 No.2 Juli 2006: 63 70

DNA superkoil pada tanaman keladi


tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd)
BL) benar-benar RIPs.
DAFTAR PUSTAKA
1. Stipe F, Barbieri L, Battelli M. G. Soria
M, Lappi D. A, 1992, RibosomeInactivating Proteins from Plants
Present Status and Future Prospects.
Bio. Technology vol 10 April 1992.
2. Stipe F, Barbieri L, Battelli M. G. Soria
M, Lappi D. A, 1992, RibosomeInactivating Proteins from Plants
Present Status and Future Prospects.
Bio. Technology vol 10 April 1992.
3. Reinbothe,
S.,
Reinbothe,
C.,
Lehmann, J., Becker, W., Apel, K.,
Parthier, B. 1994, Jip60, a Methyl
Jasmonate-Induced
RibosomeInactivating Protein Involved in Plant
Stress Reactions. Proc. Natl. Acad.
Sci. USA 91, 7012-7016.

70

4. Khotimah, D.S. K, 2004, Uji Aktivitas


Antimikroba pada Ekstrak Daun
Dewandaru (E. uniflora) terhadap
Escherichia coli, Staphylococcus
aureus dan Shigella dysentriae serta
Profil KLT dan Bioautografi, skripsi,
Fakultas
Farmasi
Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
5. Anonim, 2000, 10 Kiat Hidup Sehat
Tanpa
Obat
(Online),
(www.mahkotadewa.com/infoaktual/k
eladi.htm, diakses 11 Desemberr
2004).
6. Choo, CY1, Chan K L, Sam T. W.
Hitotsuyanagi Y, Takeya K , 2001,
The Cytotoxicity of Typhonium
flagelliforme (Araceae) (Online), J
Ethnopharmacol 2001 May; 15 (3)
260-2 (www.ncbi.nlm.gov, diakses 16
Desember 2004).

You might also like