Kajian Formulasi Dan Pendugaan Umur Simpan Sirup Manggis: Kasma Iswari, Harnel, E. Afdi, Dan Azman

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

KAJIAN FORMULASI DAN PENDUGAAN UMUR SIMPAN SIRUP MANGGIS

Kasma Iswari, Harnel, E. Afdi, dan Azman


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat
Jl. Raya Padang-Solok Km. 40, Sukarami

ABSTRACT
Mangosteen is an agricultural export commodity of West Sumatra province. Anticipating of its over
production as well as increasing of its added value, mangosteen fruits may be processed into some
products, one of its is mangosteen syrup. A study for formulating mangosteen syrup formula and its
save life has been conducted in the food laboratory of West Sumatra Assessment Institute for
Agricultural Technology from January to December 2006. A completely randomized design two
factors has been used. The first factor was three syrup formulas in term of the comparation of
sugar and mangosteen fruits porridge (80%, 90%, and 100%) and the second factor was maltodextrin
concentration as a stabilization material (0.1% and 0.2%). Concentration of the other additional
materials like salt and fructus was calculated using trial and error. The save life of mangosteen
syrup was calculated using Arrhenius approach.
Results of the study showed that using of 80% sugar and 0.1% maltodextrin resulted the best
mangosteen syrup. The score of its organoleptic test was 4.8 (liked) for its performance, 4.6 (liked)
for its taste, and its viscocity score was 0.3644 poise. The best syrup formula was 80% mangosteen
fruits porridge and 20% mangosteen skin exstract as main material, whereas the additional
materials were (% of main material) water 38.46%, sugar 80%, fructus 2.76%, citrat acid 0.07%,
maltodextrin 0.1% and salt 0.14%. This formula contained carbohidrate 11.5 g, protein 4.1 g, fat 4
g, xanthone 104.05 mg, vitamin B1 26.55 mg, vitamin B2 1.29 mg, vitamin C 35.3 mg, calcium 21.15
mg/100 ml sirup, and calori 134 k kal/100 g. The save life of the syrup produced was 78.38 days.
Based on economic analysis, the production of mangosteen syrup was feasible enough with the
score of B/C ratio was 1.86.
Key words: Mangosteen, syrup, formula, save life.

PENDAHULUAN

anggis (Garcinia mangostana L.)


dengan rasa buah yang manis dan
unik sangat bermanfaat untuk kesehatan
tubuh karena diketahui mengandung xanthone sebagai antioksidan, antiproliferatif,
antiinflamasi, dan antimikrobial. Sifat antioksidannya melebihi vitamin E dan vitamin
C.
Salah satu hasil olahan manggis adalah
sirup. Sirup merupakan minuman segar
yang diproses dengan penambahan gula ke
dalam bubur buah, untuk mengkonsumsi
perlu pengenceran dengan air, baik air panas maupun dingin. Untuk perbaikan penampilan, sering ditambahkan pewarna dan
bahan penstabil atau pengisi ke dalam sirup. Penambahan pewarna sintetis tidak
aman untuk kesehatan, karena sering me-

110 Prosiding Seminar Nasional Hortikultura

nimbulkan batuk. Hasil penelitian Iswari et


al. (2005) menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kulit buah sebanyak 20% memberikan penampilan sirup sangat bagus. Di
samping itu juga meningkatkan kandungan
xanthone dalam sirup, karena kandungan
xanthone banyak terdapat dalam kulit
buah.
Dalam hal penambahan bahan penstabil
dan pengisi, Richana et al. (2005) melaporkan bahwa maltodextrin dapat digunakan
sebagai bahan penstabil atau pengisi karena aman untuk kesehatan tubuh. Maltodextrin merupakan polimer glukosa dengan
panjang rantai rata-rata 5-10 unit glukosa
per molekulnya. Produk ini merupakan salah satu produk modifikasi pati yang dibuat
dari hasil hodrolisis pati, baik melalui proses enzimatis yang terkendali atau dengan
cara hidrolisis asam.

Dalam hal pemasaran, Tridjaya (2003)


melaporkan bahwa Jepang dan Singapura
merupakan pasar yang potensial untuk produk olahan manggis. Negara-negara lain
seperti Uni Emirat Arab, Saudi Arabia,
Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa juga merupakan pasar yang menjanjikan
karena ke depan negara-negara di dunia
cenderung menyukai produk minuman
alami seperti juice, koktel, dan sirup
(Gregory, 2005).
Pengkajian bertujuan untuk menentukan formulasi dan umur simpan sirup manggis sehingga dapat dilaksanakan oleh industri rumah tangga ataupun pabrikasi di kawasan sentra produksi manggis.

0,1% dan 0,2%. Pendugaan umur simpan sirup manggis menggunakan pendekatan
Arrhenius. Pemberian bahan lainnya seperti
garam dan fruktus dilakukan dengan trial
and error, sehingga secara organoleptik
formulasi disukai oleh panelis.
Proses Pembuatan Sirup
Buah manggis yang diperoleh dari Kabupaten Padang Pariaman dengan tingkat ketuaan seragam dan matang penuh (indeks
4-6), terlebih dahulu cuping buah dibuang
dan dicuci serta dikeringanginkan, kemudian dibelah dan dikeluarkan isi atau daging buahnya. Selanjutnya daging buah diblanching pada suhu 70C selama tiga menit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram alir (Gambar 1).

METODOLOGI
Pengkajian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen BPTP Sumatera Barat sejak Januari sampai Desember 2006. Beberapa analisis seperti kandungan xanthone,
vitamin C, B1, B2, B6, Ca, Fe, P dan kalori
dilaksanakan di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Pascapanen Pertanian di Bogor. Bahan baku (buah manggis) diperoleh dari Kabupaten Padang Pariaman.
Pengkajian meliputi buah manggis segar
kelas BS dengan tingkat indeks kematangan
4-6, gula pasir, sodium bisulfit, fruktosa,
maltodextrin, dan bahan kimia untuk analisis fisik dan kimia. Alat-alat yang digunakan adalah juicer, centrifugal screener,
pastuerizer, mixer, panci stainless steel,
pisau, botol plastik kaku yang bening untuk
kemasan, label, oven dan kompor serta
alat-alat penunjang untuk terlaksananya
pengkajian.
Penelitian menggunakan rancangan
Acak Lengkap dua faktor. Faktor utama
adalah formulasi sirup dalam bentuk perbandingan gula dengan bubur buah yaitu
80%, 90%, dan 100% dari berat bubur buah.
Sedangkan faktor kedua adalah konsentrasi
maltodextrin sebagai bahan penstabil yaitu

Buah manggis segar



Pencucian

Pembelahan

Pengeluaran daging buah

Blanching pada suhu 800C
selama 3 menit

Pulper

Penyaringan (screner)

Bubur buah

Penambahan air 50%

Penambahan ekstrak kulit buah
20%, gula, maltodextrin

Mixing

Pemasakan

Pasteurisasi (sesuai perlakuan)

Pembotolan

Sirup manggis

Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan


sirup manggis.
Kajian Formulasi dan Umur Simpan Sirup Manggis 111

Pengamatan
Parameter pengamatan meliputi kandungan vitamin C menggunakan metode
titrasi Iodometri, kadar pH menggunakan
pH meter, viskositas menggunakan viskometer, dan total asam melalui titrasi
dengan NaOH 0,1N dan indikator fenolftalein (AOAC, 1998). Setelah diperoleh
formulasi yang paling baik dilakukan analisis lengkap mengenai umur simpan produk,
kandungan karbohidrat, protein, lemak, gula, kandungan xanthone, vitamin C, vitamin
B1, B2, B6, Ca, Fe, P, tanin, dan kalori
dengan HPLC, rendemen produk, dan uji
organoleptik dengan skala Hedonik. Uji organoleptik menggunakan panelis yang terlatih di laboratorium (Fardiaz et al., 1986).
Di samping itu juga dilakukan analisis ekonomi untuk menentukan kelayakan usaha
(B/C ratio).
Umur simpan dihitung melalui pendekatan Arrhenius. Metode ini diterapkan pada penyimpanan yang diakselerasi atau
ASLT (Accelerated Shelf Life Testing).
Persamaan yang digunakan ada dua jenis
yaitu persamaan ordo nol dan ordo satu
(Arpah, 2001). Data yang digunakan sebagai
parameter mutu adalah total asam. Peningkatan total asam diduga oleh adanya aktivasi mikroba khususnya bakteri asam pembentuk spora. Disamping itu diiringi dengan
nilai sensori yaitu aroma dan rasa.
Persamaan ordo nol:

Sehingga

A = A0 k.t
A A0
t =
k

Persamaan ordo satu:


A
= A0e-kt
Ln (A) = Ln (A0) k.t
Ln (A) Ln (A0)
t
=
k
Keterangan:
t = waktu kadaluarsa

112 Prosiding Seminar Nasional Hortikultura

A0 = konsentrasi total asam mula-mula


(nilai awal)
A = konsentrasi total asam pada titik
batas kadaluarsa
k = kecepatan perubahan total asam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Fisik dan Kimia Sirup
Formulasi sirup dengan perbandingan
gula 100% per berat bubur buah dengan penambahan maltodextrin 0,2% memberikan
nilai viskositas (kekentalan) tertinggi yaitu
0,7325 poise, sedangkan viskositas terendah diperoleh pada formulasi penambahan
gula 80% per berat bubur buah dengan maltodextrin 0,1% yaitu 0,3644 poise (Tabel 1).
Menurut Richana et al. (2005), maltodextrin merupakan hasil hidrolisis pati melalui
proses enzimatis. Rapuhnya granula pati
sebagai akibat pemanasan mengakibatkan
terjadi penurunan viskositas (Perez dan
Gonzales, 1997).
Kandungan total asam berkisar 2,74
3,92 ml NaOH 0,1 N/2ml sirup. Total asam
tertinggi diperoleh pada perlakuan gula
80% dengan maltodextrin 0,1% yang diikuti
dengan perlakuan gula 90% dengan maltodextrin 0,1%. Pada Tabel 1 terlihat bahwa
peningkatan total asam diikuti dengan penurunan pH.
Menurut Soekarto et al.
(1991), total asam berhubungan dengan nilai pH. Semakin tinggi total asam pH akan
semakin rendah, dan sebaliknya semakin
rendah total asam pH semakin meningkat.
pH sirup berkisar 3,5-4,67. pH pada perlakuan gula 80% dengan maltodextrin 0,1%
sebesar 3,5, nilai pH ini sesuai standar
sirup bahan nabati lainnya. Menurut
Astawan dan Astawan (1991), pH produk
minuman dari bahan buah-buahan sebaiknya diatur pada level asam, untuk mencegah perkembangan bakteri atau cendawan
maupun khamir yang hidup dalam suasana
asam. Di samping itu juga untuk menimbulkan cita rasa yang lebih segar.

Tabel 1. Kandungan vitamin C, total asam, dan pH sirup manggis.


Total asam
Formulasi
Vitamin C (mg/100 ml)
(ml NaOH 0,1 N/2 ml )
Gula 80%
M 0,1 %
38,20
3,92
M 0,2 %
40, 11
3,05
Gula 90%
M 0,1 %
30,04
3,83
M 0,2 %
35,56
2,98
Gula 100%
M 0,1 %
23,32
3,45
M 0,2 %
32,54
2,74
Keterangan:
Gula 80% = gula 80% per berat bubur buah
Gula 90% = gula 90% per berat bubur buah
Gula 100% = gula sama dengan berat bubur buah
M 0,1
= maltodextrin 0,1% per berat bubur buah
M 0,2
= maltodextrin 0,2% per berat bubur buah

Kandungan vitamin C berkisar 23-40


mg/100 ml sirup. Kandungan vitamin C
tertinggi pada perlakuan gula 80% per berat
bubur buah dengan maltodextrin 0,2% yaitu
40 mg/100 ml sirup dan terendah pada
perlakuan formulasi gula 100% per berat
bubur buah dengan maltodextrin 0,1% yaitu
23 mg/100 ml sirup.
Nilai Organoleptik
Berdasarkan uji organoleptik diketahui
bahwa panelis memberikan skor tertinggi
pada formulasi sirup dengan perbandingan
gula 80% per berat bubur dan penambahan
maltodextrin 0,1% dengan skor penampakan 4,8 (sangat suka), skor rasa 4,6 (sangat
suka), dan warna pada skor 5 (Tabel 2).
Nilai sensori ini sesuai dengan nilai viskositas yang diperoleh, dimana nilai viskositas pada perlakuan tersebut 0,3644 poise
(Tabel 1). Dalam hal diketahui bahwa semakin tinggi nilai viskositas sirup akan semakin kental, semakin kental sirup semakin
tidak disukai panelis. Nilai viskositas mempunyai batas tertentu yaitu antara 0,25000,3700 poise (Astawan dan Astawan, 1991).

pH

Viskositas
(poise)

3,50
4,08

0,3644
0,4789

3,57
4,10

0,5392
0,5749

4,13
4,67

0,6676
0,7325

Tabel 2. Hasil uji organoleptik sirup manggis


pada berbagai formulasi.
Formulasi
Penampakan
Rasa
Warna
Gula 80%
M 0,1%
4,8
4,6
5,0
M 0,2%
4,2
4,7
5,0
Gula 90%
M 0,1%
4,0
4,1
5,0
M 0,2%
4,2
4,4
5,0
Gula 100%
M 0,1%
3,8
4,0
4,8
M 0,2%
3,5
4,2
4,7
Keterangan:
G80% = gula 80% per berat bubur buah
G90% = gula 90% per berat bubur buah
G10% = gula 100% per berat bubur buah
M 0,1% = maltodextrin 0,1% per berat bubur buah
M 0,2% = maltodextrin 0,2% per berat bubur buah
1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak suka,
4 = suka, 5 = sangat suka.

Khusus warna,
panelis memberikan
skor sangat suka untuk semua formulasi.
Dalam hal ini. semua formulasi pewarnaannya menggunakan 20% bubur kulit buah
manggis. Di samping memberikan warna
yang bagus, bubur kulit buah juga akan meningkatkan kandungan xanthone (antioksidan). Pada kajian Iswari et al. (2005), penambahan 20% ekstrak kulit buah dapat
meningkatkan kandungan xanthone bubur
buah dari 29 ppm menjadi 928 ppm.
Formulasi
Ditinjau dari formulasi, perlakuan terbaik adalah pemberian gula 80% dengan penambahan maltodextrin 0,1%. Formulasi ini

Kajian Formulasi dan Umur Simpan Sirup Manggis 113

dijadikan sebagai formulasi dasar untuk


mendapatkan formulasi sirup yang lebih
baik lagi. Untuk pemberian bahan tambahan seperti asam sitrat, fruktus, dan garam
dilakukan trial and error beberapa kali sehingga secara organoleptik diterima panelis. Berangkat dari formulasi dasar, diperoleh formulasi hasil trial and error sebagai
berikut: (A) Bahan baku berupa bubur buah
manggis 80% dan ekstrak kulit buah 20%;
(B) Bahan tambahan (% bahan baku) terdiri
dari air 38,46%, gula 80%, fruktus 2,76%,
asam sitrat 0,07%, maltodextrin 0,1% dan
garam 0,14%. Formulasi tersebut telah diusulkan hak patennya ke Dirjen HAKI Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
dengan nomor pendaftaran paten P0020060
0764. Penampilan sirup uang diusulkan hak
paten tersebut disajikan pada Gambar 2.
Sirup dengan formulasi lengkap mengandung gizi yang cukup tinggi, kandungan
xanthone 104,05 mg/100 ml sirup (Tabel
3).
Tabel 3. Nilai gizi sirup manggis setiap 100
ml.
Uraian
Nilai
Karbohidrat (g)
11,5 g
Protein
(g)
4,1 g
Lemak
(g)
4g
Xanthone
(mg)
104,05
Vitamin B1 (mg)
26,55
Vitamin B2 (mg)
1,29
Vitamin B6 (mg)
0,43
Vitamin C
(mg)
35,3
Calsium
(mg)
21,15
Besi
(mg)
3,13
Fosfor
(mg)
10,3
Energi (k kal/100 g sirup)
134

Umur Simpan
Umur simpan sirup manggis dihitung
menggunakan pendekatan Arrhenius. Parameter mutu yang digunakan adalah total
asam dan nilai sensori, karena total asam
sering berkorelasi positif dengan kerusakan. Peningkatan total asam diantaranya
disebabkan oleh adanya aktivitas mikroba
khususnya bakteri asam pembentuk spora.
Hal ini dikuatkan oleh Winarno (2002) yang
114 Prosiding Seminar Nasional Hortikultura

menyatakan bahwa Bacillus subtilis, Bacillus coagulans dan Lactobacillus spp merupakan bakteri pembentuk spora penyebab kebusukan pada makanan dan Lactobacillus spp juga sering terdapat pada bubur
buah. Perubahan total asam disajikan pada
Tabel 4.

Gambar 2. Penampilan
sirup
formulasi lengkap.

dengan

Tabel 4. Perubahan total asam selama


penyimpanan sirup manggis.
Perubahan total asam
Waktu penyimpanan
(mg NaOH 0,1 N/
(hari)
2 ml sirup)
0
1,6
2
1,6
4
2,3
8
3,0
10
3,6
14
4,3
18
5,0
22
5,8
26
6,7
30
8,0
34
9,5
38
10,4
42
11,5
44
15,0
50
18,0
52
25,0
58
27,0
60
28,0
62
29,0
64
30,0
66
37,0
70
57,8

Untuk menghitung masa kadaluwarsa


terlebih dahulu dihitung nilai k dari kurva
sirup tersebut. Nilai k merupakan nilai
slope persamaan garis dengan memplotkan
data total asam dalam persamaan regresi
pada Gambar 4.

rup terkontaminasi oleh mikroba dari luar


yang menyebabkan umur simpan lebih pendek bila dibandingkan dengan sirup yang
dikemas dengan botol kaca dan disterilisasi.

Total asam (ml NaOH 0,1N/2 mg

Analisis Ekonomi
35
30

y = 0.4303x - 2.0386

25

R = 0.8792
0.0458x
y = 2.0045e

20

R = 0.9822

15
10
5
0
0

12 16 20

24

28

32 36 40 44

48 52

56

60 64

Lama Penyimpanan (Hari)


Total asam

Gambar 4.

Linear (Total asam)

Expon. (Total asam)

Perubahan total asam sirup


manggis selama penyimpanan.

Pada Gambar 4 terlihat bahwa nilai


slope kemiringan k mengikuti ordo satu dari persamaan tersebut, karena kurva bukan
garis lurus tetapi dalam bentuk persamaan
eksponensial. Slope kemiringan k = 0,0458
yang nilainya tidak konstan dengan nilai R2
0,9822 sedangkan nilai R2 kurva garis lurus
0,8792.
Berdasarkan hasil analisis total asam selama penyimpanan sirup yang diakselerasi
diperoleh umur simpan sirup manggis 78,38
hari. Umur simpan tersebut tergolong pendek bila dibandingkan dengan sirup manggis yang dibuat Iswari et al. (2005). Hal ini
disebabkan karena sirup manggis dikemas
dalam botol plastik kaku, botol ini akan
mengkerut pada suhu 100C sehingga proses sterilisasi tidak bisa dilaksanakan mengingat suhu sterilisasi sampai 100C. Oleh
karena itu, untuk mempertahankan umur
simpan digunakan proses pasteurisasi
menggunakan pasteurizer. Pada saat penelitian alat ini kurang berfungsi dengan baik.
Alat pengatur suhu (termokopel dan selenoid) juga kurang berfungsi, suhu dalam
tabung dengan suhu pada termokopel tidak
sama, sehingga tutup tabung sering dibuka
untuk mengecek suhu secara manual
dengan termometer. Besar kemungkinan si-

Analisis ekonomi secara parsial menunjukkan bahwa usaha pengolahan sirup


manggis cukup memberikan keuntungan
dan layak untuk diusahakan. Untuk pengolahan 200 kg buah manggis diperoleh
keuntungan Rp. 542.200 dengan nilai rasio
B/C 1,86 (Tabel 5). Menurut Gittinger
(1986) dalam Munir et al. (2004), suatu
usaha pertanian dengan nilai rasio B/C > 1
berarti usaha tersebut layak untuk dilakukan. Nilai rasio B/C 1,86 menunjukkan bahwa setiap Rp.100.000 modal yang dikeluarkan akan memperoleh keuntungan sebesar
Rp.86.000.
Tabel 5. Analisis parsial pembuatan sirup
manggis (harga tahun 2006).
Harga
Jumlah
Uraian
satuan (Rp)
(Rp)
Modal :
Buah manggis 200 kg
1.000
200.000
Gula 28 kg
6.300
176.400
Botol kemasan 87 bh
1.500
130.500
Label 87 lbr
200
17.400
Bahan Tambahan
20.000
Gas (15 menit)
65.000
6.000
Listrik
7.000
Tenaga Kerja 3 org
25.000
75.000
Jumlah modal
632.300
Penjualan:
13.500
1.174.500
87 btl @ 500 ml
1.174.500
Keuntungan:
542.200
Rasio B/C
1,86

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Sirup dengan perbandingan gula 80%
dan penambahan maltodextrin 0,1% dari
bubur buah merupakan formulasi terbaik
dengan skor penampakan 4,8 (sangat suka),

Kajian Formulasi dan Umur Simpan Sirup Manggis 115

skor rasa 4,6 (sangat suka), dan viskositas


0,3644 poise.
Formulasi lengkap adalah: (A) Bahan
baku berupa bubur buah manggis 80% dan
ekstrak kulit buah 20%; (B) Bahan tambahan (% bahan baku) terdiri dari air 38,46%,
gula 80%, fruktus 2,76%, asam sitrat 0,07%,
maltodextrin 0,1% dan garam 0,14%. Formulasi tersebut mengandung nilai gizi yang
cukup tinggi yaitu karbohidrat 11,5 g, protein 4,1 g, lemak 4 g, xanthone 104,05 mg,
vitamin B1 26,55 mg, vitamin B2 1,29 mg,
vitamin C 35,3 mg, calsium 21,15 mg/100
ml sirup, dan kalori 134 k kal/100 g sirup.
Formulasi ini telah diusulkan hak paten ke
Dirjen HAKI dengan nomor pendaftaran paten P00200600764. Umur simpan sirup
manggis 78,38 hari. Pengolahan sirup
manggis cukup memberikan keuntungan
dan layak untuk dilakukan dalam skala industri rumah tangga dengan nilai rasio B/C
1,86.
Saran
Teknologi ini perlu dikembangkan di
daerah sentra produksi manggis dalam bentuk riset, pembinaan dan pelatihan bekerjasama dengan pemerintah setempat.
Pengembangan teknologi di tingkat industri
rumah tangga sebaiknya diiringi dengan
studi HACCP (Hazard Analysis and Critical
Control Points) pada industri yang akan dibina, sehingga produk yang dihasilkan aman
bagi konsumen dan tidak terjadi penolakan
pasar.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1998. Official Methods of Analysis. Association of Official Analytical
Chemist,
Washington.
Arpah. 2001. Monograf Penentuan Kadaluwarsa Produk Pangan, Program Studi Ilmu
Pangan, Program Pascasarjana, IPB Bogor.

116 Prosiding Seminar Nasional Hortikultura

Astawan. M. dan M.W. Astawan. 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna.
Penerbit Akademi Presindo, Jakarta. Hlm.
42-46.
Fardiaz, D., A. Apriyantono, S. Yasni, S.
Budiyanto, dan N.L. Puspitabubur. 1986.
Penuntun Praktikum Analisa Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB Bogor.
Gregory, S.R. 2005. Technology for Global
Trends in Food. Disajikan pada Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk
Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
di Bogor, 7-8 September 2005. 10 hlm.
Iswari, K., Harnel, E. Afdi, Azman, F. Artati,
dan Aswardi. 2005. Kajian teknologi pengolahan manggis mendukung agribisnis manggis di Sumbar. Laporan Hasil Penelitian,
BPTP Sumbar, TA. 2006.
Munir, R., K. Iswari, M. Ali, dan M. Jamalin.
2004. Profil Komoditas Pertanian Unggulan
Kabupaten Pesisir Selatan. Laporan Akhir
Kegiatan.
Perez, E. dan Gonzales. 1997. Functional
Properties of Cassava Starch Modified by
Physical Methods. Starch : 49-53.
Richana, N., F. Nursyafira, Pujoyuwono, dan
H. Herawati. 2005. Optimasi Proses Produksi Maltodextrin dari Tapioka Menggunakan Spray Dryer. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Inovatif Pascapanen di Bogor, 7-8
September 2005.
Soekarto, S.T., Lily P., dan Maya A. 1991. Peningkatan Nilai Tambah Tepung Sagu
dengan Proses Modifikasi Pati untuk Bahan
Dasar Industri Pangan dan Non Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB Bogor.
Tridjaya, N.O. 2003. Kebijaksanaan pemasaran komoditas manggis. Disampaikan pada Seminar Dukungan Kebijaksanaan dan
Teknologi Lepas Panen untuk Pengembangan Agribisnis Manggis di Serpong, 23 Desember 2003. 10 hlm.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT
Gramedia, Jakarta.

You might also like