Review Nabiel - Dr. Leli Edited2

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

NAMA JURNAL VOL./NO.

/BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

Deteksi Gen E-Cadherin Pada Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut dari
Sampel Blok Paraffin.

Detection of E-Cadherin gene in Oral Cavity Squamous Cell Carcinoma from Paraffin
Blocks Sample
Nabiel, Pradipto Subiyantoro, Vita Nurmala A
Faculty of Medicine, Sebelas Maret University
ABSTRACT
Background : Oral Cavity cancer is the most cancer type often found across the globe.
The treatment and the progonosis of this cancer have a very good chance to be succeed
but otherwise the spread of the cancer cell (metastasis) has a very high extent on them.
There are numerous cases to be found in metastasis process. This research aims to
observe whether there is a E-Cadherin gene that function as factor inhibitor of cancer
cell metastasis on parafin block sample.
Methods : This research employed a DNA product which is resulted from DNA
isolation from 14 parafin block samples. First, the product is amplified using PCR and
primer act as a mold of PCR. Furthermore, the result of PCR product will undergo a
electrophoresis process to find out E-Cadherin on each 14 samples
Results : Based on 12 samples diagnosed with squamous cell carcinoma, the positive
results obtained when using 2% agarose gel, and obtained negative results when using
3% agarose gel.
Conclusion : From the results obtained electrophoresis performed positive and negative
results, these results could be due to errors in the analysis of molecular and
workmanship at the time. Furthermore, a more in-depth research is needed to detect the
presence of E-Cadherin gene in squamous cell carcinoma of the tongue.

Keywords : E-Cadherin gene, paraffin blocks, squamous cell carcinoma

PENDAHULUAN
Salah satu dari 20 kanker yang sering terjadi di dunia ini adalah kanker
rongga mulut. Pada tahun 2008 kanker rongga mulut ini menempati urutan ke-15
kanker yang sering terjadi dan mengakibatkan kematian di seluruh dunia
(WHO,2011). Badan Registrasi Kanker Indonesia menyatakan belum ada informasi

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

terkini mengenai prevalensi Karsinoma sel skuamosa rongga mulut di Indonesia


(Agus, 2010).
Sekitar 90% kanker rongga mulut adalah karsinoma sel skuamosa. Penyakit
ini didiagnosis secara khas pada usia antara 50 dan 70 tahun, paling sering
ditemukan di lidah, bagian pangkal lidah, dasar mulut, serta palatum mole
(Mitchell, 2009). Kanker ini berhubungan erat dengan gaya hidup, terlebih
kebiasaan dan diet, seperti kebiasaan merokok, menyirih dan konsumsi alkohol
(Scully et al., 2012).
Seperti sebagian sel kanker pada umumnya, karsinoma sel skuamosa
memiliki keistimewaan dalam perkembangannya, salah satu keistimewaannya
adalah karsinoma ini dapat mengadakan metastasis (Kumar et al, 2007), namun
sebelum bermetastasis kanker ini cenderung mengadakan infiltrasi lokal, khususnya
ke limfonodi, paru-paru, hati, dan tulang (Mitchell, 2009).
Salah satu cara dasar untuk metastasis adalah invasi sel dan gerakan melalui
matriks ekstraseluler, proses ini dikenal sebagai epitel-to-mesenchymal transition
(EMT). Proses EMT memisahkan lembaran-lembaran sel epitel menjadi sel
individual yang menunjukkan beberapa atribut mesenkim. Proses EMT diatur oleh
pleiotropically acting transcription factor, termasuk Slug, Snail, Twist, ZEB1, dan
ZEB2, yang mengatur masuknya sel ke dalam daerah mesenkin dengan menekan
ekspresi dari marker epitel (E-Cadherin) dan merangsang ekspresi penanda lainnya
yang berhubungan dengan daerah mesenkim (Hirshberg, 2012).
Ekspresi gen E-Cadherin dianggap sebagai salah satu molekul utama yang
bertanggung jawab pada disfungsi adhesi antar sel. Sebagian besar tumor memiliki
bentuk seluler yang abnormal, dan kehilangan kekuatan jaringan yang mengarah
pada invasi lokal, sehingga kehilangan fungsi E-Cadherin berhubungan dengan
kenaikan tingkat invasif dan metastasis pada tumor (Slaus, 2003).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam
peran gen E-Cadherin dalam proses metastasis suatu tumor serta mendeteksi gen
tersebut pada karsinoma sel skuamosa rongga mulut dari spesimen blok paraffin.

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

SUBJEK DAN METODE


Preparasi Sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah blok
parafin dari karsinoma sel skuamosa lidah di RSUD Dr. Moewardi dalam kurun waktu 5
tahun terakhir berjumlah 14 sampel. Sampel kemudian diidentifikasi berdasarkan hasil
diagnosis dan pemeriksaan patologi anatomi rekam medis pasien.
Isolasi DNA Sampel. 14 sampe DNA dari blok parafin diisolasi dengan
menggunakan High Pure PCR Template Preparation Kit (Roche, USA). Produk isolasi
tersebut selanjutnya digunakan sebagai cetakan untuk proses amplifikasi dari gen p16
menggunakan kit Kapa2GTM Fast Ready Mix (2x) (Kapabiosystem, Massachussets,
USA) dan primer didesain dengan urutan basa yang disimpan di GeneBank (acces
nomor DQ406745) untuk amplifikasi dari maksimal 97 pasangan basa (BP) gen ECadherin (Herman, 1996).
Elektroforesis. Elektroforesis dilakukan dua kali dengan gel agarose yang
berbeda. Pertama dilakukan di Laboratorium Biomedik FK UNS. Hasil produk PCR
dimasukkan ke dalam well pada gel agarose 2%. Gel agarose 3% dibuat dengan
mencampurkan agarose 1 gram ke dalam 50 ml Buffer TBE 10x (Invitrogen, Carlsbad,
CA, USA), kemudian ditambahkan Ethidium bromide sebanyak 10 l. Selanjutnya
dipanaskan dalam microwave sampai terlihat jernih dan dicetak dengan menggunakan
comb atau cetakan gel agarose. Setelah dingin dan mengeras gel agarose dimasukkan
ke dalam apparatus elektroforesis yang telah direndami dengan Buffer TBE 10x
(Invitrogen, Carlsbad, CA, USA).
Masing-masing sampel kemudian dimasukkan ke dalam well dengan
sebelumnya dicampur dengan gel-loading dye terlebih dahulu. Sampel dimasukkan ke
dalam well berurutan sesuai dengan nomor sampelnya, dan diawali dengan marker yaitu
DNA Molecular Wight Marker XIV (100-1500 bp) (Roche, USA) sebanyak 10 l. Pada
well kedua dan seterusnya diisi sampel sebanyak 10 l dan dicampur dengan gelloading dye sebanyak 1 l. Selanjutnya di-running pada aparatus elektroforesis dengan
kondisi tegangan 100 volt selama 30 menit.
Elektroforesis kedua dilakukan di Laboratorium Biomedik SMF Patologi Klinik
RSUD Dr. Moewardi. Hasil produk PCR dimasukkan ke dalam well pada gel agarose
3%. Gel agarose 3% dibuat dengan mencampurkan agarose 1,5 gram ke dalam 50 ml
Buffer TBE 10x (Invitrogen, Carlsbad, CA, USA), kemudian ditambahkan Ethidium
bromide sebanyak 10 l. Selanjutnya dipanaskan dalam microwave sampai terlihat

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

jernih dan dicetak dengan menggunakan comb atau cetakan gel agarose. Setelah dingin
dan mengeras gel agarose dimasukkan ke dalam apparatus elektroforesis yang telah
direndami dengan Buffer TBE 10x (Invitrogen, Carlsbad, CA, USA).
Masing-masing sampel kemudian dimasukkan ke dalam well dengan
sebelumnya dicampur dengan gel-loading dye terlebih dahulu. Sampel dimasukkan ke
dalam well berurutan sesuai dengan nomor sampelnya, dan diawali dengan kontrol
negatif (RNAse-free water) terlebih dahulu pada well pertama sebanyak 10 l. Pada
well kedua dan seterusnya diisi sampel sebanyak 10 l dan dicampur dengan gelloading dye sebanyak 1 l. Well paling akhir diberi marker yaitu 100bp DNA ladder
(Invitrogen, Carlsbad, CA, USA) sebanyak 10 l.
Selanjutnya dilakukan running pada aparatus elektroforesis dengan kondisi
tegangan 135 volt dan arus listrik 250 mA selama 30 menit untuk sampel nomor 1-12
dan kondisi tegangan 150 volt dan arus listrik 400 mA selama 30 menit untuk sampel
nomor 13 dan 14. Kemudian gel divisualisasikan pada Gel Documentation. Pita pada
gel kemudian dibaca disesuaikan dengan marker dan dilakukan interpretasi hasil.

HASIL
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari biopsi yang
diawetkan pada Blok Paraffin. Sampel yang ada berjumlah empat belas, setelah
dilakukan pendataan dari rekam medik, didapatkan 12 pasien dengan dignosis
karsinoma sel skuamosa, yaitu pasien nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, dan 14.
Kedua belas sampel ini memiliki tingkat diferensiasi yang berbeda, 5 pasien dengan
tingkat diferensiasi baik, 3 pasien dengan tingkat diferensiasi buruk, 1 pasien
dengan tingkat diferensiasi sedang, dan 3 pasien tidak teridentifikasi tingkat
deferensiasinya. Dari rekam medis kedua belas pasien ini didapatkan data belum
ada metastasis.
Sampel karsinoma sel skuamosa yang diperoleh dari blok paraffin selanjutnya
dilakukan ekstraksi DNA dengan menggunakan High Pure PCR Template
Preparation Kit (Roche, USA) sehingga diperoleh hasil isolat DNA.
Produk isolasi DNA yang telah diperoleh selanjutnya digunakan sebagai cetakan
untuk amplifikasi PCR. Dalam amplifikasi PCR tersebut, digunakan primer yang
didesain dengan urutan basa untuk amplifikasi dari 97 Pasangan Basa (BP) dari

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

gen E-Cadherin (Herman, 1996). Hasil amplifikasi selanjutnya dibaca dengan


menggunakan elektroforesis.
Hasil elektroforesis yang didapatkan sebagai berikut :

Gambar 4.1 Hasil Visusalisasi Elektroforesis


Gen E-Cadherin dengan Gel Agarose 2%

Hasil elektroforesis yang dilakukan di Lab. Biomedik FK UNS didapatkan


pola pita yang terbentuk di bawah 100 BP bila dibandingkan dengan marker, hasil
ini bisa disebut positif dan sudah sesuai dengan teori karena primer yang digunakan
dalam penelitian ini memiliki ukuran 97 BP.

Gambar 2 Hasil Visualisasi Elektroforesis Gen E-Cadherin dengan Gel Agarose 3%

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

Gambar 3 Hasil Visualisasi Elektroforesis Gen E-Cadherin dengan Gel Agarose 3%

Elektroforesis yang dilakukan di Laboratorium PK RSUD Dr. Moewardi


menggunakan gel agarose 3% baik untuk sampel 1 s.d 12 maupun sampel 13 s.d 14
dan dibandingkan dengan marker (100 BP DNA ladder) (Invitrogen, Carlsbad, CA,
USA) sampel tidak menunjukkan pola pita yang sesuai dengan marker. Pola pita
tidak terbentuk bila dibandingkan dengan marker, menurut Herman. (1996) gen ECadherin yang primernya digunakan dalam penelitian ini memiliki ukuran 97 BP.
Dapat dikatakan apabila pola pita tidak terbentuk maka gen E-Cadherin pada
sampel tidak tervisualisasi pada gel agarose 3%.

PEMBAHASAN

E-Cadherin memegang peran penting dalam transformasi sel maligna, terlebih


dalam perkembangan dan progresi tumor. E-Cadherin befungsi sebagai perekat antara
satu sel dengan sel lainnya. Penekanan ekspresi E-Cadherin merupakan penyebab utama
terjadinya disfungsi dalam adhesi antarsel. Sebagian besar tumor memiliki gambaran
seluler yang abnormal dan kehilangan integritas pada jaringan tubuh dapat mengarah
kepada invasi lokal. Dengan demikian, kehilangan fungsi E-Cadherin sebagai tumor
suppressor gene berhubungan dengan peningkatan invasi dan metastasis dari tumor
(Slaus NP, 2003).
Untuk mendeteksi adanya ekspresi gen E-Cadherin digunakan metode penelitian
molekuler berbasis PCR, dengan sebelumnya dilakukan terlebih dahulu isolasi DNA
dari sampel yang telah diidentifikasi kemudian untuk visualisasi menggunakan
elektroforesis dengan gel agarose. Dari 14 sampel Blok Paraffin kanker rongga mulut
yang didapatkan dari RSUD Dr. Moewardi, setelah dilakukan identifikasi menggunakan
riwayat rekam mediknya, 12 sampel terdiagnosis karsinoma sel skuamosa rongga mulut.
Setelah dilakukan elektroforesis didapatkan dua hasil yang berbeda, pada
elektroforesis yang dilakukan di Lab. Biomedik FK UNS didapatkan pita pada semua
well, hasil ini bisa dikatakan sudah sesuai karena belum ada metastasis dari sel tumor,
sedangkan hasil yang didapat pada saat elektroforesis dilakukan di Lab. PK RSUD Dr.
Moewardi didapatkan hasil yang berbeda, yakni tidak ada sampel yang positif terdeteksi
gen E-Cadherin. Hasil ini didapatkan karena perbedaan konsentrasi gel agarose yang
digunakan.

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

Pada suatu sel karsinoma, fungsi E-Cadherin biasanya di-inaktivasi selama


perkembangan tumor. Penurunan fungsi E-Cadherin mungkin terjadi karena beberapa
mekanisme yang melibatkan delesi atau mutasi gen CDH1 (Semb, 1998).
Pada keganasan, E-Cadherin tidak dapat terekspresi karena mutasi berupa
epigenetic silencing pada promotor gen sehingga gen tidak dapat terbentuk atau dapat
terekspresi akan tetapi terjadi penurunan fungsi gen E-Cadherin (Slaus NP, 2003).
E-Cadherin bekerja dengan cara mengikat antarsatu sel dengan sel lainnya.
Ikatan ini menyebabkan E-Cadherin menjadi stabil, sehingga menyebabkan E-Cadherin
menjadi sulit dideteksi, ketika ikatan ini lepas E-Cadherin menjadi tidak stabil dan
berikatan dengan penanda yang digunakan dalam penelitian, dan E-Cadherin menjadi
stabil kembali. Hal ini merupakan salah satu yang dapat menyebabkan hasil positif pada
penelitian ini.
Hasil negatif pada penelitian yang dilakukan penulis dapat terjadi karena
terdapat keterbatasan penelitian, karena pada data rekam medik didapatkan belum ada
metastasis pada semua pasien, kesalahan ini bisa disebabkan penggunaan metode yang
kurang tepat ataupun penggunaan alat dan bahan yang kurang sesuai. Hal ini
menyebabkan hasil tidak sesuai dengan teori yaitu tidak terdeteksinya gen E-Cadherin
pada sampel 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9. 11, 12, 13 dan 14.
Kesalahan yang pertama adalah tidak dilakukannya perhitungan konsentrasi dan
kemurnian dari DNA hasil isolasi. Menurut Sambrook, et.al., (1989) sebelum dilakukan
analisis molekuler lebih lanjut, suatu sampel DNA harus dihitung konsentrasi dan
kemurniannya terlebih dahulu. Kuantitas DNA hasil isolasi dapat dilihat menggunakan
spektofotometer dan kemudian dihitung nilai kemurniannya menggunakan rumus
konsentrasi DNA dan rasio kemurnian DNA. Kadar suatu DNA minimal 1,8-2,0 %
dalam suatu sampel untuk bisa dilakukan analisis molekuler dengan baik. Perhitungan
ini penting dilakukan karena dapat mengurangi kemungkinan gagalnya PCR akibat
adanya zat-zat lain yang ikut diisolasi bersama dengan DNA target.
Kesalahan lainnya kemungkinan terdapat pada proses elektroforesis. Menurut
troubleshooting guide for DNA electrophoresis yang dikeluarkan oleh Fermentas (2012)
terdapat enam masalah yang sering muncul dalam proses elektroforesis. Pertama adalah
intensitas hasil visualisasi yang rendah pada sebagian atau seluruh pita DNA, smear

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

pada pita DNA, atypical banding patterns, pita DNA bergelombang, ada sisa DNA
dalam sumuran, dan kesalahan dalam kuantifikasi data.
Dilihat dari hasil penelitian (Gambar 4.1 dan Gambar 4.2) kelemahan hasil
eleketroforesis adalah intensitas hasil visualisasi yang rendah pada beberapa pita DNA.
Menurut guide Fermentas (2012), intensitas hasil visualisasi yang rendah disebabkan
karena jumlah DNA yang di-elektroforesis tidak cukup. Hal tersebut sesuai dengan
kesalahan yang dilakukan pertama, yaitu tidak dilakukan perhitungan konsentrasi dan
kemurnian DNA hasil isolasi.
Intensitas hasil visualisasi yang rendah dapat juga disebabkan karena pewarnaan
DNA sampel yang tidak cukup atau tidak rata. Pada elektroforesis pita DNA yang
terbentuk akan dapat tervisualisasi dengan bantuan pewarna yang dicampurkan pada
saat pembuatan gel agarose.
DNA bisa juga lari atau hilang dari gel karena posisi aparatus elektroforesis yang
tidak dalam keadaan horizontal atau karena konsentrasi gel agarose yang tidak sesuai
dengan panjang DNA. Hal ini menyebabkan intensitas visualisasi DNA menjadi rendah.
Lamanya jeda antara proses elektroforesis dengan visualisasi gel agarose dapat juga
menyebabkan DNA berdifusi ke dalam gel agarose sehingga pada saat dilakukan
visualisasididapatkan hasil denga intensitas rendah.
SIMPULAN
1. Pada penelitian didapatkan hasil positif pada kedua belas sampel saat
menggunakan gel agarose 2%.
2. Pada penelitian didapatkan hasil negatif pada kedua belas sampel saat
menggunakan gel agarose 3%.
3. E-Cadherin memiliki peran dalam menekan terjadinya penyebaran tumor dengan
cara melekatkan antara satu sel dengan sel lainnya, sehingga tumor tidak dapat
menyebar ke organ lain.
SARAN
1. Dalam suatu penelitian berbasis molekuler sebaiknya dilakukan pengulangan
beberapa kali agar mendapatkan hasil yang maksimal.
2.

Untuk penelitian selanjutnya agar lebih teliti dan memperhatikan kesalahankesalahan yang mungkin terjadi.
UCAPAN TERIMA KASIH

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah
publikasi dengan judul Deteksi Gen E-Cadherin Pada Karsinoma Sel Skuamosa
Rongga Mulut Dari Sampel Blok Paraffin. Selesainya penyusunan naskah publikasi
ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
2. Ari Natalia Probandari, dr., MPH., Ph.D., selaku Ketua Tim
Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
3. Dr. Risya Cilmiaty AR, drg,M.Si.,SpKG selaku Penguji Utama yang telah
memberi saran dan kritik demi kesempurnaan naskah publikasi ini.
4. Widia Susanti, drg.,M.Kes selaku Anggota Penguji yang telah memberi
saran dan kritik demi kesempurnaan naskah publikasi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agur AMR, Daley AF (2012). Grant's Atlas of Anatomy, 13th Edition. Toronto:
Lippincott Williams & Wilkins.
Agus, P (2010). Prognostic Value of Molecular Markers of Oral Pre-Malignant
and Malignant Lesons. Departements of Oral and Maxillofacial Surgery,
Faculty of Denstistry, Airlangga University. Dental Journal, Majalah
Kedokteran Gigi. Vol 42 (2): 104-108.
Alam M, Ratner D (2001). Cutaneous Squamous-Cell Carcinoma. NEJM. 344:
975-83.
Astuti AK (2008). Profil Protein p73 Pada Sel Galur Karsinoma Sel Skuamosa
Rongga Mulut HSC-3 dan HSC-4 Serta Jaringan Mukosa Mulut Normal.
Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Benton G, Crooke E, George J. (2009). Laminin-1 induces E-cadherin
expression in 3-dimensional cultured breast cancer cells by inhibiting
DNA methyltransferase 1 and reversing promoter methylation status. The
Faseb Journal vol.23 no.11 3884-3895.
Berx G, Cleton-Jansen A, Nollet F, Leeuw WJF, Vijver MJ, Cornelisse C, van
Roy F. (1995). E-Cadherin is a tumour/invasion suppressor gene

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

mutated in human lobular breast cancers. The EMBO Journal vol. 14


no.24 pp. 6107-6115.
Brian V, Reamy, Derby LT, Christopher W (2010). Common Tongue Conditions
in Primary Care. Am Fam Physician, University of The Health Sciences,
Bethesda, Marryland. 81(5):627-634.
Bukola F, Adeyemi, Adeola A, Olusanya, Jonathan O, Lawoyin (2011). Oral
Squamous Cell Carcinoma, Sosioeconomics Status and History of
Expure to Alcohol and Tobacco. J Nafl Med Assoc, Vol.6 103:498-502.
Bussemakers MJ, Van Bokhoven A, Mees SG, Kemler R, Schalken JA. (1993).
Molecular Cloning and Characterization of the Human E-Cadherin
cDNA. Urology Research Labolatory, University Hospital Nijmegen, The
Netherlands.
Eroschenko V. P (2003). Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional
Edisi 9. Jakarta : EGC.
GeneCard (2013). cadherin 1, type 1, E-cadherin (epithelial).
http://www.genecards.org/cgi-bin/carddisp.pl?gene=CDH1 (diakses pada
maret 2013)
(GHR)
Genetic
Home
Reference
(2013).
http://ghr.nlm.nih.gov/gene=CDH1 diakses pada Maret 2013.

CDH1.

Grossman D, Leffel DJ (2008). Squamous Cell Carcinoma. In: Wolf K,


Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Leffell ASPJ, editors. Fitzpatrick`s
Dermatology in General Medicine. 7 ed. New York: McGraw-Hill. 102836.
Guyton AC, Hall JE (2007). Indera Kimia Pengecapan dan Penghidu. Dalam:
Rachman LY, Hartanto H, Novrianti A, Wulandari N (eds). Buku ajar
fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta : EGC, pp: 693-694.
Hill, BR (2007). Oral Cancer Foundation; Histopathology, Biology and
Markers. http:// www. oralcancerfoundation.org/about/ index. htm. Diakses Januari 2013.
Hirshberg A, Buchner A, Lee S,Butler DF, Eisen D, Crawford GH, James WD
(2012).
Metastatic
Neoplasms
to
the
Oral
Cavity.
http://emedicine.medscape.com/article/1079102-overview. (diakses pada
februari 2013)

10

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

Hsieh R, Sausa FB, Firmiano A, Nunes FD, Magalhaes MHC, Sotto MN


(2006). Genetic Analysis of p16 Gene by PCR-SSPC Teqhnique and
Protein p16 Expression in Oral Mucosa and Skin Melanomas. Rio de
Janeiro, An. Bras. Dermatol. Vol 81, No. 5.
Jou TS, Stewart DB, Stappert J, Nelson WJ, Marrs JA. Genetic and
biochemical dissection of protein linkages in the cadherin- catenin
complex. Proc Natl Acad Sci U S A. 1995;92:506771. [PMC free
article] [PubMed]
Kallakury BV, Sheehan CE, Winn-Deen E, Oliver J, Fisher HA, Kaufman RP,
Ross JS. Decreased expression of catenins (alpha and beta), p120 CTN,
and E-cadherin cell adhesion proteins and E-cadherin gene promoter
methylation in prostatic adenocarcinomas. Cancer. 2001;92:278695.
[PubMed]
Keller G. Hereditary aspects of gastric cancer. Pathologica. 2002;94:22933.
[PubMed]
Kumar, V., Cotran, RS., Robbins, SL (2007). Buku Ajar Patologi Edisi 7
Volome 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 200-215
Kumar, V., Cotran, RS., Robbins, SL (2007). Buku Ajar Patologi Edisi 7
Volome 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 610-614.
Mitchell, Kumar, Abbas, Fausto (2009). Buku Saku Dasar Patologis Penyakit
Robbins & Cotrans Edisi 7. Jakarta: EGC, pp: 460
Nyhus LM, Baker RJ (2005). Anatomy of the Tongue and Lip. Mastery of
Surgery Volume I. Boston: Little, Brown and Company, pp: 109-110.
Roy F, Berx G. (2008). The Cell-Cell Adhesion Molecule E-Cadherin. Cell.
Mol. Life. Sci. 65 3756-3788
Scully
(2012).
Cancer
of
the
Oral.
http://emedicine.medscape.com/article/1075729-overview. (Diakses pada
Januari 2013)
Semb H, Christofori G (1998). INSIGHTS FROM MODEL SYSTEMS The
Tumor-Suppressor Function of E-Cadherin. Am. J. Hum. Genet.
63:15881593
Silverman S, Eversole LR, Truelove EL (2001). Essential of Oral Medicine.
London: Bc Decker Inc.

11

NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

Slaus, NP (2003). Tumor Supressor Gene E-Cadherin and its Role in Normal
and Malignant Cell. Department of Biology, School of Medicine,
University of Zagreb, Salata 3.
WHO

(2011).
Cancer
Stats:
Cancer
Worldwide.
http://publications.cancerresearchuk.org/downloads/Product/CS_CS_WO
RLD.pdf (Diakses pada Januari 2013)

12

You might also like