Referat Pneumonia Apri Amalia

You might also like

Download as docx or pdf
Download as docx or pdf
You are on page 1of 27
BABI PENDAHULUAN Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jafingan interstitial. Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia merupakan keadaan inflamasi, namun sangat sulit untuk membuat suatu definisi tunggal yang universal. Pneumonia didefinisiken berdasarkan gejala dan tanda Klinis, serta perjalanan penyakitnya. World Health Organization (WHO) mendefinisikan pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaan inspeksi dan frekuensi pemapasan Penyakit pneumonia merupakan salah satu dari infeksi saluran pemapasan aut (ISPA), sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/ bakteri) dan sebagian kecil disebabkean oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll). Pneumonia menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah 5 tahun (balita) Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dan 22.8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 mencatat prevalensi pneumonia pada anak 11,2% Pneumonia merupakan penyebab kematian kedua setelah diare pada belita yaitu sebesar 15,5% Manifestasi Klinis pneumonia bervariasi mulai dari keterlibatan sebagian lobus paru sampai berupa sindrom sepsis berat. Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2 jute anak balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia pada anak balita di negara berkembang, Faktor risiko tersebut adalah: pneumonia yang terjadi pada masa bayi berat badan lahir rendah (BBLR), tidak mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin A, tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring, dan tingginya pajanan terhadap polusi udara (asap rokok atau polusi industri) BABIL PEMBAHASAN Anatomi Sistem Respiratori win ang Gambar 1: sistem respiratori pada manusia (sumber: www.edactoronline com) Sistem respiratori pada manusia dibagi menjadi dua yaitu respiratorik atas dan respiratorik bawah, Respiratorik atas mulai dari hidung sampai dengan faring dan respiratorik bawah mulai dari laring sampai alveolus Hidung Hidung merupaken organ yang pertama kali dilewati oleh udara. Hidung memberikan kelembapan dan pemanasan udara sebelum masuk ke nasofaring, Rongga hidung merupakan saluran respiratori primer pada saat bemafas, Saat bemafas dengan menggunakan pemapasan hidung, terdapat tahanan sebesar lebih dari 50% dari seluruh tahanan pada saluran respiratori. Tehanan tersebut dua kel lipat Iebih banyak bila dibandingkan dengan pemapasan mulut, Faring Faring memiliki 3 bagian yang terdiri dari nasofaring yaitu bagian yang Jangsung berhubungan dengan rongga hidung, kemudian dilanjutkan dengan orofaring dan teralthir adalah laringo faring. Nasofaring merupakan suatu rongga dengen dinding Kaku di atas, belakang dan lateral, yang secara anatomi termasuk bagian faring Orofaring yang merupakan bagian kedua faring, setelah nasofaring, dipisahkan oleh oto membranosa dari palatum lunak. Yang termasuk bagian orofaring adalah dasar lidah (1/3 posterior lidah), valekula palatum, uvula, dinding lateral faring termasuk tonsil palatine serta dinding posterior faring. Laringofaring merupakan bagian faring yang dimulai dari lipatan faringoepiglotika ke arah posterior, inferior terhadap esophagus segmen atas Laring Laring berperan pada proses fonasi dan sebagai katup untuk melindungi saluran respiratori bawah. Organ ini terdiri dari tulang dan kumpulan tulang rawan yang disatukan oleh ligament dan ditutupi oleh otot dan membrane mukosa Epiglottis merupakan tulang rawan yang berbentuk seperti lembaran, yang melekat pada dasar lidah dan tulang rawan tiroid. Trakea dan bronkus Trakea merupakan bagian dari saluran respiratorik yang bentuknya menyerupai pipa serta memanjang mulai dari bagian inferior laring sampai daerah percabangannya Trakea terbagi menjadi dua bronkus utama kanan dan kiri, Bronkus utama kiri memiliki rongga yang lebih sempit dan lebih horizontal bila dibandingkan dengan bronkus utama kenan, Trakea dan bronkcus terdiri dari tulang rawan dan dilapisi oleh epitel bersilia yang mengandung mucus dan kelenjar serosa Bronkus kemudian akan bercabang menjadi bagian yang lebih kecil dan halus yaitu bronkiolus. Bronkiolus dilapisi oleh epitel bersilia namun tidak mengandung kelenjar serta dindingnya tidak mengandung jaringan tulang rawan Alveohis Bronkiolus berakhir pada suatu struktur yang menyerupai kantung, yang dikenal dengan nama alveolus. Alveolus terdiri dari lapisan epitel dan matriks ekstraseluler yang dikelilingi oleh pembuluh dareh kapiler. Alveolus mengandung 2 sel utama, yaitu sel tipe 1 yang membentuk struktur dinding alveolus dan sel tipe 2 yang menghasilkan surfaktan. Alveolus memiliki kecenderungan untuk kolaps karena ukurannya yang kecil, bentuknya yang sferikal dan adanya tegangan permukaan. Namun hal tersebut dapat dicegeh dengan adaya fosfolipid, yang dikenal dengan nama surfaitan, dan pori-pori pada dindingnya Alveolus berdiameter 0,1 mm dengan ketebalan dinding hanya 0,1 um pertukaran gas terjadi secara difus pasif dengan bergantung pada gradient konsentrasi. Setiap paru mengandung lebih dari 300 juta alveolus. Setiap alveolus dikelilingi oleh sebuah pembuluh darah Paru-paru Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kenan. Paru-paru memilki Apeks, Apeks paru meluas ke dalam leher sekitar 2,5 cm di atas calvicula Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada Permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung. Basis, terletak pada diafragma Paru Kanan dibagi atas tiga lobus yaitulobus superior, medius dan inferior, sedangkan paru Kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan clastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar, alveoli Paru-paru dibungkus oleh pleura Pleura ada yang menempel langsung ke paru, disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal menempel pada dinding rongge dada dalam. Diantara pleura visceral dan pleura parietal terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas schingga memungkinken pergerakan dan pengembangan pamu secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding dada Definisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jafingan interstitial. Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia merupakan keadaan inflamasi, namun sangat sulit untuk membuat suatu definisi tunggal yang universal. Pneumonia didefinisiken berdasarkan gejala dan tanda Klinis, serta perjalanan penyakitnya. World Health Organization (WHO) mendefinisikan pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaan inspeksi dan frekuensi pemapasan Secara anatomis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia lobaris, pneumonia segmentalis dan pneumonia lobularis yang lebih dikenal sebagai bronkopneumonia dan biasanya mengenai paru bagian bawah Berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua bentuk pneumonia yaitu 1) pneumonia masyarakat (commnunity acquired pneumonia), bila infeksinya terjadi di masyarakat, dan 2) pneumonia RS atau pneumonia nosokomial (hospital acquired pneumonia), bila infeksinya didapat di Rumah Sekit, Selain berbeda dalam lokasi tempat terjadinya infeksi, kedua bentuk pneumonia ini juga berbeda dalam spektrum etiologi, penyakit dasar atau penyakit penyerta, gambaran Klinis, dan prognosisnya Pneumonia yang didapat di RS sering merupaken infeksi sekunder pada berbagai penyakit dasar yang sudah ada, schingga spektrum etiologinya berbeda dengan infeksi yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, gejala klinis, derajat beratnya penyakit, dan komplikasi yang timbul lebih kompleks. Pneumonia yang didapat di RS memerlukan penanganan khusus sesuai dengan penyalat dasamya Faktor Risiko Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GER (gastroesophageal reflu:), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah (BBLR), tidak mendapatkan air susu ibu (ASI, imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya Epidemiologi Pneumonia pada anak merupakan infeksi yang serius dan banyak diderita anak-anak di seluruh dunia yang secara fundamental berbeda dengan pneumonia pada dewasa Di Amerika dan Eropa yang merupakan negara maju, angka kejadian pneumonia masih tinggi, diperkirakan setiap tahunnya 30-45 kasus per 1000 anak pada umur kurang dari 5 tahun, 16-20 kasus per 1000 anak pada umur 5-9 tahun, 6-12 kasus per 1000 anak pada umur 9 tahun dan remaja Di RSU Dr Soetomo Surabaya, jumlah kasus pneumonia meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 dirawat sebanyak 190 pasien. Tahun 2004 dirawat sebanyak 231 pasien, dengan jumlah terbanyak pada usia kurang dari 1 tahun (69%) Pada tahun 2005, anak berumur kurang dari 5 tahun yang dirawat sebanyak 547 kasus dengan jumleh terbanyak pada umur 1-12 bulan sebanyak 337 orang Kasus pneumonia di negara berkembang tidak hanya lebih sering didapatkan tetapi juga lebih berat dan banyak menimbulkan kematian pada anak. Insiden puncalc pada umur 1-5 tahun dan menurun dengan bertambahnya usia anak. Mortalitas diakibatkan oleh karena Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcus aureus, tetapi di negara berkembang juga berkaitan dengan melnutrisi dan kurangnya akses perawatan. Dari data mortalitas tahun 1990, pneumonia merupakan seperempat penyebab kematian pada anak dibaweh 5 tahun dan 80% terjadi di negara berkembang Pneumonia menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di baweh 5 tahun (balita) di Indonesia, Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 mencatat prevalensi pneumonia pada anak 11,2% Pneumonia merupakan penyebab kematian kedua setelah diare pada balita yaitu sebesar 15,5%. Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2 jute anak balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi RSV didapatian sebanyak 40% Di negara dengen 4 musim, banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim semi, di negara tropis pada musim hujan. Etiologi Usia pasien merupaken faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran Klinis, dan strategi pengobatan. Spektrum mikroorganisme penyebab pada neonatus dan bayi kecil berbeda dengan anak yang lebih besar. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus group B dan bakteri Gram negatif seperti Z colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenca tipe B, dan Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae Di negara maju, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh virus, di samping bakteri, atau campuran bakteri dan virus. Virkki dk. melakukan penelitian pada pneumonia anak dan menentukan etiologi virus saja sebanyak 32%, campuran bakteri dan virus 30%, dan bakteri saja 22%, Virus yang terbanyalc ditemukan adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV), Rhinovirus, dan virus Parainfluenza. Bakteri yang terbanyak adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenca tipe B, dan Mycoplasma pneumoniae. Kelompok anak berusia 2 tahun ke atas mempunyai etiologi infeksi bakteri yang lebih banyak daripada anak berusia dibawah 2 tahun. Secara klinis, umumnya pneumonia bakteri sulit dibedakan dengen pneumonia virus Demikian juga dengan pemeriksaan radiologis dan laboratorium, biasanya tidak dapat menentukan etiologi Patologi dan Patogenesis Umumnya mikroorgenisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran respirator, Mulamula tejadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudeh proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitamya Bagian pam yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema dan ditemukennya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah, Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambeh, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenarasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi, Sistem bronkopulmoner jaringen paru yang tidak terkena akan tetap normel Healthy Airway Airway with Pneumonia Normal airway: ae ‘Airways are open ' Swelling: LAs econ | increases, Feroesinskwne reducing oan | Seepace |_| seseasnosir Gambar 2: heaitiy airway and amway with pneumonia Antibiotik yang diberikan sedini mungkin dapat memotong perjalanan penyakit, sehingga stadium khas yang telah diuraikan sebelumnya tidale terjadi. Beberapa bakteri tertentu sering menimbulkan gambaran patologis tertentu bila dibandingkan dengan bakteri lain. Infeksi Streptococcus pneumoniae biasenya bermanifestasi sebagai bercak-bercak konsolidasi merata di seluruh lapangan paru (bronkopneumonia), dan pada anak besar atau remaja dapat berupa konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris). Pneumotokel atau abses-abses kecil sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus pada neonatus atau bayi kecil, kerena Staphylococcus aureus menghasilkan berbagai toksin dan enzim seperti hemolisin, lekosidin, stafilokinase, dan koagulase. Toksin dan enzim ini menyebabken nekrosis, perdarahan dan kavitasi. Koagulasi berinteraksi dengan faktor plasma dan menghasilkan behan aktif yang mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin, schingga terjadi eksudat fibrinopurulen, Terdapat korelasi antara produksi koagulase dan virulensi kuman. Staphylococcus yang tidak menghasilkan koagulase jarang menimbulkan penyakit yang serius. Pneumotokel dapat menetap hingga berbulan-bulan, tetapi biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut Manifestasi Klinik Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga sedang, schingga dapat berobat jalan saja Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di RS. Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran Klinis pneumonia pada anak adalah imaturitas anatomik dan fisiologik, mikroorganisme penyebab yang luas, gejala Klinis yang kadang-kadang tidak Khas terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan prosedur diagnostik invasif, etiologi noninfeksi yang relatif lebih sering, dan faktor patogenesis. Disamping itu, kelompok usia pada anak merupakan faktor penting yang menyebabkan karakteristik penyakit berbeda-beda schingga perlu dipertimbangkan dalam tatalaksana pneumonia Gambaran Mlinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat- ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut, © Gejala infeksi umum, yaitu demam, salit kepala gelisah, malaise, penurunan nafu maken, Keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare, kadang-kadang ditemuken gejala_ infeksi ekstrapulmoner, © Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, air hanger, merintih dan sianosis Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan tanda Klinis seperti pekak perkusi, suara napas melemeh, dan ronki. Akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan, Main symptoms of infectious Pneumonia Systemic: Central - Headaches - Loss of appetite Skin: Mood swings, - Clamminess -Blueness. Vascular Lungs: - Low blood pressure - Cough with sputum or Heai phlegm - High heart rate - Shortness of breath leuritic chest pain - Hemoptysis Gastri - Nausea = Vomiting Muscular: - Fatigue Join - Aches ~ Pain Gambar 3 Gejala-gejala pneumonia Pneumonia pada Neonatus dan Bayi Kecil Pneumonia pada neonatus sering terjadi akibat transmisi vertikal ibu-anake yang berhubungan dengan proses persalinan. Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya melalui aspirasi mekonium, cairan amnion, atau dari serviks ibu. Infeksi dapat berasal dari kontaminasi dengan sumber infeksi dari RS (hospital acquired pneumonia), misalnya dari perawat, dokter, atau pasien Jain, atau dari alat kedokteran, misalnya penggunaan ventilator. Di samping itu, infeksi dapat terjadi alibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari masyarakat (community acquired pneumonia) Spektrum etiologi pneumonia neonatus meliputi Streptococcus group B. Chlamydia trachomatis, dan bakteri Gram negatif seperti bakteri Z colli 10 Pseudomonas sp, atau Klebsiella; disamping bakteri utama penyebab pneumonia yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenca tipe B, dan Staphylococcus aureus. Oleh karena itu, pengobatannya meliputi antibiotik yang sensitif terhadap semua kelompok bakteri tersebut, misalnya kombinasi antibiotik beta-laktam dan amikasin, kecuali bila dicurigai adanya infeksi Chlamydia trachomatis yang tidak: responsif terhadap antibiotik beta-laktam. Penularan transplasenta juga terjadi dengan mikroorgenisme Toksoplasma, Rubela, virus Sitomegalo, dan virus Herpes simpleks (TORCH), Varisela-Zoster, dan Listeria monocytogenes. Selain itu, RSV, virus Adeno, virus Parainfluenza virus Rino, dan virus Entero dapat juga menimbulkan pneumonia Suaty penelitian melaporkan bahwa 25% infeksi virus Adeno pada bayi terjadi bersamaan dengan infeksi RSV dan virus Parainfluenza, dan 67% bersamaan dengan infeksi bakteri Haemophillus influenzae, Streptococcus pneumoniae, atau Chlamydia trachomatis, Prognosis infeksi virus Adeno pada neonatus sangat buruk karena sering terjadi sepsis. Gambaran Klinis pneumonia pada neonatus dan bayi kecil tidak khas, mencakup serangan apnea, sianosis, merintih, napas cuping hidung, takipnea letargi, muntah, tidak mau minum, takikerdi atau bradikardi, retraksi subkosta, dan demam. Pada bayi BBLR sering terjadi hipotermi. Gambaran Klinis tersebut sulit dibedakan dengan sepsis atau meningitis. Sepsis pada pneumonia neonatus dan bayi kecil sering ditemukan sebelum 48 jam pertama Angka mortalitas sangat tinggi di negara maju, yaitu dilaporkan 20-50%, Angka kematian di Indonesia dan di negara berkembang lainnya diduga lebih tinggi. Oleh karena itu, setiap kemungkinan adanya pneumonia pada neonatus dan bayi kecil berusia di bawah 2 bulan harus segera dirawat di RS. Infeksi oleh Chlamydia trachomatis merupaka infeksi perinatal dan dapat menyebabkan pneumonia pada bayi berusia dibaweh 2 bulan Umumnya bayi mendapat infeksi dari ibu pada masa persalinan. Port dentree infeksi meliputi mata nasofaring, saluran respiratori, dan vagina Gejala baru timbul pada usia 4-12 minggu, pada beberapa kasus dilaporkan terjadi pada usia 2 minggu, tetapi jarang terjadi setelah usia 4 bulan. Awitan gejala timbul perlahan-lahan, dan dapat berlangsung selama beberapa hari hingga berminggu-minggu. Gejala umumnya berupa gejala ql infeksi respiratori ringan-sedang, ditandai dengan batuke staccato (inspirasi diantara setiap satu kali batuk), kadang-kadang disertal muntah, umumnya pasien tidale demam, Pada pasien seperti ini, panduan tatalaksana adalah berobat jalan dengan terapi makrolid oral dan observasi yang ketat. Lebih kurang 30% dari infeksi Chlamydia trachomatis berkembang menjadi pneumonia berat, dikenal juga sebagai sindrom pneumonitis, dan memerlukan perawatan. Gejala klinis meliputi ronki atau mengi, takipnea dan sianosis. Gambaran foto rontgen toraks tidak khas, umumnya terlihat tanda-tanda hiperinflasi bilateral dengan berbagei bentuk infiltrat difus, seperti infiltrat intersisial, retikulonoduler, atelektasis, bronkopneumonia dan gambaran muilier. Antibiotik pilihan adalah makrolid intravena Pneumonia akibat virus + Efiologi: virus penyebab pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitiel pemapasan (Respiratory Syncytial Virus), parainfluenza, influenzae, dan adenovirus, Pada umumnya, infeksi virus saluran pemapasan bawah jauh lebih sering selama bulan-bulan musim dan RSV merupakan virus yang paling lazim yang menyebabken pneumonia, terutama selama masa bayi. Anak laki- laki terkena sedikit lebih sering daripada anak perempuan Tidak seperti bronkiolitis, dimana angka serangan puncak adalah dalam tahun pertama, angka serangen puncak untuk pneumonia virus adalah antara umur 2 dan 3 tahun dan sedikit demi sedikit menurun sesudahnya + Manifestasi Kdinis kebanyak virus pneumonia didahului gejele-gejala pemapasan beberapa hari, termasuk shinitis dan batuk. Seringkeli anggota keluarga yang lain sakit. Walaupun biasanya ada demam, subu biasanya lebih rendah daripada pneumonia bakteri, Takipnea yang disertai retraksi interkostal, subkostal, dan suprastemal, pemapasan cuping hidung, dan penggunaan otot tambahan sering ada Infeksi berat dapat disertai dengan sianosis dan kelahan pemapasan. Auskultasi dada dapat menampakkan ronki dan mengi yang luas, tetapi ronki dan mengi ini suker dilokalisasi sumbemya dari suara yang kebetulan ini pada anak yang amet muda dengan dada hipersonor. Pneumonia virus tidak dapat secara tepat dibedakan dari penyakit mikoplasma atas dasar klinis mumi dan kadang-kadang, mungkin sukar 12 dibedakan dari pneumonia bakteri. Lagipula bukti adanya infeksi virus ada pada banyak penderita yang telah konfirmasi pneumonia bakteria Pneumonia Bakteri Pneumonia bakteri selama masa anak tidak merupakan infeksi yang lazim, bila tidak ada penyakit kronis yang mendasari, seperti kistik fibrosis atau defisiensi imunologis. Kejadian yang paling sering mengganggu mekanisme pertahanan paru adalah infeksi virus yang mengubah sifat-sifat sekresi normal, menghambat fagositosis, mengubah flora bakteri, dan mungkin sementara mengganggu lapisan epitel saluran pemapasan normal. Penyakit virus pernapasan sering mendahului perkembangan pneumonia bakteri beberapa hari Pneumonia Streptokokus. Manifestasi klinis: tanda-tanda dan gejala-gejala pneumonia streptokokus serupa dengan tanda-tanda dan gejala pneumonia pneumokokus. Mulainya mungkin mendadak, ditandai dengan demam tinggi, menggigil, tanda-tanda distres respirasi, dan kadang-kadang kelemahan yang berat. Namun kadang-kadang dapat lebih tersembunyi, dan anak akan tampak hanya sakit ringan, dengan batuk dan demam ingen. Jika influenzae mendahului pneumonia, mulainya dapat terlihat hanya sebagai perjalanan Kdinis penyakit virus yang semakin berat. Manifestasi leboratorium leukositosis sering terjadi pada pneumonia pneumokokus. Kenaikan titer antistreptolisin serum adalah bukti diagnostik yang mendukung. Penyakit dapat dicurigai jika banyale streptokokus -hemolitikus grup A yang terisolasi dari usapan tenggorok, sekresi nasofaring, sputum, tetapi diagnosis pasti didasarkan pada penemuan orgenisme dari cairan pleura, darah, atau aspirat para Pneumonia Stafilokokus Manifestasi Klinis: penderita yang paling sering adalah bayi umur kurang dari 1 tahun, sering dengan riwayat dan tanda-tanda dan gejala-gejala infeksi saluran pemapasan atas selama beberapa hari sampai 1 minggu. Mendadak, keadaan bayi berubah, dengan mulai panas tinggi, batuk dan bukti adanya distres pemapasan, Tada-tanda dan gejala-gejala adalah takipnea, pemapasan mendenglaur, retraksi stemum dan subkosta, pemapasan 13 cuping hidung, sianosis dan kecemasan. Jika dibiarkan, bayi lesu tetapi pada saat bangun iritabel dan tampak toksik. Dispnea berat dan keadaan seperti syok mungkin ada, Beberapa bayi mempunyai gangguan penyerta saluran pencemaan, ditandai dengan muntah, anoreksia, diare, dan kembung perut, akibat ileus paralitikus * Pneumonia Haemophilus Influencae. Manifestasi Klinis’ Pneumonia Haemophillus influencae penyebarannya biasanya lobar, tetapi tidak ada tanda rontgen dada yang khas. Terjadi infiltrat segmental, Keterlibatan lobus tunggel atau multipel, efusi pleura, dan pneumatokel. Anek laki-lali terkena sedikit lebih sering daripada wanita Secara patologis, daerah yang terlibat menunjukken reaksi radang polimorfonuklear, atau limfosit dengan penghancuran epitel saluran pemapasan yang lebih kecil yang luas, radang interstisial, dan edema yang sering mencolok hemoragik. Tebel.1 Kriteria Takipnea menurut WHO Laju nafas normal Takipnea Umur (frekuensi /menit) (Grekwensi Imenit) 0-2 bulan 30-50 260 2-12 bulan 25-40 250 1.5 Tahun 20-30 240 >S tahun 15-25 220 Penegakkan Diagnosis «= Anamnesis - Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif dengan dahake purulen bahian bisa berdarah = Sesak napas - Demam - Kesulitan makan/ minum ~ Tampek lemah - Serangan pertama atan berulang untuk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainan anatomi bronkcus, atau asma = Pemeriksaan Fisik 14 ~ Penilaian keadaan umum anak, frekuensi napas, dan nadi harus dilakukan pada saat awal pemeriksaan sebelum pemeriksaan lain yang dapat menyebabkan anak gelisah atau rewel ~ Penilaian keadaan umum antara lain meliputi kesadaran dan kemampuan maken/minum ~ Gejala distres pemapasan seperti takipnea, retraksi subkosta, batuk, krepitasi, dan penurunan suara paru. - Demam dan sianosis. - Anak dibaweh 5 tahun mungkin tidak menunjukdan gejala pneumonia yang Kdasik. Pada anak yang demam dan sakit akut, terdapat gejala nyeri yang diproyeksikan ke abdomen. Pada bayi muda terdapat gejala pemapasan tak teratur dan hipopnea Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Radiologi - Pemeriksaan foto dada tidak direkomendasikan secara rutin pada anak dengan infeksi saluran napas bawah alcut ringen tanpa komplikasi - Pemeriksaan foto dada direkomendasiken pada penderita pneumonia yang dirawat inap atau bila tanda klinis yang ditemukan membingungkan. - Pemeriksaan foto dada follow-up hanya dilakuken bila didapatkan kolaps lobus, kecurigaan terjadinya komplikasi, pneumonia berat, gejala yang menetap atau memburuk, atau tidak respons terhadap antibiotik - Pemeriksaan foto dada tidak dapat mengidentifikasi agen penyebab Pemeriksaan Laboratorium - Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit perlu dilakukan untuk membantu menentukan pemberian antibiotik. - Pemeriksaan kultur dan pewamaan Gram sputum dengan kualitas yang baik direkomendasikan dalam tatalaksana anak dengan pneumonia berat - Kultur darah tidak direkomendasikan secara rutin pada pasien rawat jalan, tetapi direkomendasiken pada pasien rawat inap dengan kondisi berat dan pada setiap anak yang dicurigai menderita pneumonia bakterial 15 - Pada anak kurang dari 18 bulan, dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi antigen virus atau tanpa kultur virus jika fasilitas tersedia - Jika ada efusi pleura, dilakukan pungsi cairan pleura dan dilakukan pemeriksaan mikroskopis, Kultur, serta deteksi antigen bakteri (ika fasilitas tersedia) untuk penegelekan diagnosis dan menentukan mulainya pemberian antibiotik. - Pemeriksaan C-reactive protein (CRP), LED, dan pemeriksaan fase akut lain tidak dapat membedakan infeksi viral dan bakterial dan tidak direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin. - Pemeriksaan uji tuberkulin selalu dipertimbangkan pada anak dengan riwayat kontak dengan penderita TBC dewasa WHO merekomendasikan penggunaan peningkatan frekuensi napas dan retraksi subkosta untuk mengklasifikasikan pneumonia di negara berkembang. Namun demikian, kriteria tersebut mempunyai sensivitas yang burukc untuk anak malnutrisi dan sering overlapping dengan gejala malaria Klasifikasi pneumonia (berdasarkan WHO): © Bayi kurang dari 2 bulan ~ Pneumonia berat : napas cepat atau retraksi yang berat - Pneumonia sangat berat : tidak mau menetek/ minum, kejang, letargis, demam, atau hipotermia, bradipnea, atan pemapasan ireguler © Anak umur 2 bulan — 5 tahun - Pneumonia ringan: napas cepat ~ Pneumonia berat : retraksi - Pneumonia sangat berat - tidak dapat minum/ makan, kejang, letargis, malnutrisi. Pemeriksaan darah perifer lengkap Pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia mikoplasma, umumnya ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Alcan tetapi, pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara 15.000-40.000/mm kcubik dengan predominan PMN. Leukopenia (< 5000/mm kubik) menunjukkan 16 prognosis yang buruk Leukositosis hebat (>30.000/ mm Kubik) hampir selalu menunjukkan adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakteremi, dan risiko terjadinya Komplikasi lebih tinggi. Pada infeksi Chlamydia pneumoniae kadang-kadang ditemukan eosinofilia. Efusi pleura merupakan cairan eksudat dengan sel PMN berkisar antara 300-100.000/mm kubik, protein > 2,5 g/dl, dan glukosa relatif lebih rendah daripada glukosa darah, Kadang-kadang terdapat anemia ringan dan laju endap darah (LED) yang meningket. Secara umum hasil pemeriksaan darah perifer dan LED tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan infeksi bakteri secara pasti Pemeriksaan Rontgen Toraks Foto rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan, hanya direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Kelainan foto rontgen toraks pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan gambaran Klinis. Kadang-kadang bercak-bercak sudah ditemukan pada gambaran radiologis sebelum timbul gejala \dinis. Akan tetapi, resolusi infiltrat sering memerlukan waktu yang lebih lama setelah gejala klinis menghilang Umumnya pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis pneumonia di Instalasi Gawat darurat hanyaleh pemeriksaan rontgen toraks posisi AP. Lynch dik. mendapatkan behwa tambahan posisi lateral pada foto rontgen toraks tidak meningketkan sensitivitas dan spesifitas penegakan diagnosis pneumonia pada anak. Foto toraks AP dan lateral hanya dilakcukan pada pasien dengan tanda dan gejala ldinis distres pemapasan seperti takipnea batuk, dan ronki, dengan atau tanpa suara napas yang melemah, Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari: ‘© Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular, peribronchial cuffing, dan hiperaerasi ‘© Infltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris atau terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanuya cukup besar berbentuk sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas, dan mempunyai lesi tumor paru, dikenal sebagia round pneumonia 17 * Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial Gambaran foto rontgen toraks penumonia pada anak meliputi infiltrat ringan pada satu paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru. Pada suatu penelitian ditemukan behwa lesi pneumonia pada anak terbanyak berada di pam kanan, terutama di lobus atas. Bila ditemukan di paru ki, dan terbanyak di lobus baweh, maka hal itu merupakan prediktor perjalanan penyakit yang lebih berat dengan risiko terjadinya pleuritis lebih meningkcat. Gambar 4: Right lower lobe consolidation in a patient with bacterial pnewmonta (sumber wwwemedicine medscape.com) Diagnosis Banding Bronkiolitis Bronkiolitis adalah suatu infeksi sistem respiratorik bawah akut yang ditandai dengan pilek, batuk, distres pernapasan dan ekspiratorik effort (usaha napas pada saat ekspirasi). Di Amerika Serikat sekitar 120.000 bayi dirawat dengan bronkiolitis pertahun Umumnya bronkiolitis menyerang pada anak di bawah umur 2 tahun dengan kejadian tersering kira-kira usia 6 bulan. Etiologi 18 Penyebab tersering adalah RSV (lebih dari 50%) diikuti oleh virus parainfluenza, dan adenovirus. Infeksi oleh adenovirus biasanya dihubungkan dengan komplikasi yang terjadi seperti bronkiolitis obliterans yang sulit ditangani Kemungkinan kejadian bronkiolitis pada anak dengan ibu perokok lebih tinggi dibandingkan pada anak dengan ibu yang tidak merokok Manifestasi Klinis Umumnya anak pemah terpajan dengan anggota keluarga yang menderita infeksi virus beberapa minggu sebelumnya. Gejala awal yang mungkin timbul adalah tanda-tanda infeksi respiratorik atas aut berupa demam, batuk, pilek, dan bersin. Setelah gejala di atas timbul biasanya diikuti oleh adanya kesulitan bemapas (sesak) yang umumaya pada saat ekspirasi. Pada pemeriksaan fisis didapatkan frekuensi nafas yang meningkat (takipneu), disertai adanya ekspirasi yang memanjang bahkan mengi Pada kasus yang berat mengi dapat terdengar tanpa stetoskop. Pada pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologis dijumpai gambaran hiperinflasi, dengan infiltrat yang biasanya tidak Iuas. Bahkan ada kecenderungan ketidaksesuaian antara gambaran Klinis dan gambaran radiologis. Berbeda dengan pneumonia bakteri, gambaran klinis yang berat akan menunjukkan gambaran kelainan radiologis yang berat pula sementara pada bronkiolitis gambaran klinis berat tanpa gambaran radiologis berat. Pada pemeriksaan laboratorium (darah tepi) umumnya tidak memberiken gambaran yang bermakna dapat disertai dengan limfopenia Pemeriksaan serologis RSV dapat dilakukan secara cepat, di negara maju pemeriksaan ini menjadi pemeriksaan rutin apabila dicurigai adanya infeksi RSV. Komplikasi Pneumonia Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstra pulmoner seperti meningitis purulenta Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri 19 Iten F dkdc. melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan sistolike ventrikel kanan meningket, kreatinin kinase meningket, dan gagel jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan, Oleh karena miokerditis merupakan keadaan yang fatal, maka dianjurken untuk melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG, ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim Penatalaksanaan Pasien pneumonia mempunyai indikesi untuk perawatan di rumah sakit. Sesake yang terjadi harus ditangani dengan segera Pneumonia pada bayi usia di bawah 2 bulan biasanya menunjukkan gejala yang cukup berat. Tata laksana pasien meliputi terapi suportif dan terapi etiologik. Terapi suportif berupa pemberian makanan atau cairan sesuai kebutuhan serta koreksi asam-basa dan elektrolit sesuai kebutuhan. Terapi oksigen diberikan secara rutin. Jika penyakitnya berat dan sarana tersedia, alat bantu napas mungkin diperlukan terutama dalam 24-48 jam pertama, Bagian yang sangat penting dari tata laksana pneumonia adalah pemberian antibiotik Idealnya tata laksana pneumonia sesuai dengan kuman penyebabnya, Namun arena berbagai kendala diagnostik etiologi, untuk semua pasien pneumonia diberikan antibiotik secara empiris. Pneumonia viral scharusnya tidak diberikan antibiotik, namun pasien dapat diberi antibiotik apabila terdapat kesulitan membedakan infeksi virus dengan bakteri, di samping kemungkinan infeksi bakteri sekunder tidak dapat disingkirkan Streptokokus dan pneumokokus sebagai kuman Gram positif dapat dicakup oleh ampisilin, sedangkan hemofilus suatu kuman gram negatif dapat dicalup oleh Mdoramfenikol. Dengan demikian keduanya dapat dipakai sebagai antibiotik lini pertama untuk pneumonia anak tanpa komplikasi. Secara umum pengobatan antibiotik untuk pneumonia diberikan dalam 5-10 hari, namun dapat sampai 14 hari. Pedoman Jain pemberian antibiotik sampai 2-3 hari bebas demam Pada pasien pneumonia community acquired, umumnya ampisilin dan Mdoramfenikol masih sensitif Pilihan berikutnya adalah obat golongan sefalosporin atau makrolid. 20 Mengenai penggunaan makrolid pada pneumonia telah banyak dilaporkan Penggunaan azitromisin dan klaritromisin pada IRBA (infeksi respiratori bawah alcut) sama efektifnya dengan pemberian co-amoksiklav. Pemberian azitromisin tolerabilitasnya cukup baik serta efek sampingnya minimal bila dibandingkan dengan co-amoksiklay. Pemberian azitromisin sekali sehari selama 3 hari efektifitasnya setara dengan pemberian co-amoksiklav selama 10 hari, Penggunaan Klaritromisin secara multisenter pada pneumonia mendapatkan hasil yang cukup baik dalam hel efektifitas dan efek sampingnya Efek samping gangguan gastrointestinal seperti mual, nyeri abdomen didapatkan pada sebagian kecil pasien yang tidak berbeda bermakna dengan antibiotik lain Tatalaksana umum Pasien dengan saturasi oksigen < 92% pada saat bemapas dengan udara kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kenul nasal, head box, atau sungkup untuk mempertahankan saturasi oksigen > 92% - Pada pneumonia berat, atau asupan per oral kurang, diberikan cairan intravena dan dilakukan balans cairan ketat - Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan untuk anak dengan pneumonia - Antipiretike dan analgetik dapat diberiken untuk menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol batuk - Nebulisast dengan B2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk memperbaiki mucocilliary clearance - Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidalknya setiap 4 jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen Kriteria Rawat Inap © Bayi = Saturasi oksigen < 92%, sianosis - Frekuensi napas > 60 kali / menit - Distres pemapasan, apnea intermitten, atau grunting 21 ~ Tidal mau minum/ menetek ~ Keluarga ridak bisa merawat di rumah © Anak = Saturasi oksigen < 92%, sianosis - Frekuensi napas > 50 kali / menit - Distres permapasan = Grunting - Terdapat tanda dehidrasi ~ Keluarga ridak bisa merawat di rumeh. Pneumonia rawat jalan Pada pneumonia ringan rawat jalan dapat diberikan antibiotik lini pertama secara oral, misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Pada pneumonia ringan berobat, jalan, dapat diberikan antibiotik tunggel oral dengan efektifitas yang mencapai 90% Penelitian multisenter di Pakistan menemukan bahwa pada pneumonia rawat jalan, pemberian amoksisilin dan kotrimoksazol dua kali sehari mempunyai efektifitas yang sama Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 2Sme/kgBB, sedangkan kotrimoksazol adalah 4 mg/keBB Makcolid, baik eritromisin maupun makrolid baru, dapat digunakan sebagai terapi altematiuf betalaktam untuk pengobatan inisial pneumonia dengan pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap Sipneumoniae dan bakteri atipik. Pneumonia rawat inap Pilihan antibiotik lini pertama dapat menggunakan antibiotik golongan beta- laktam atau Kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap beta- laktam dan Kloramfenikol, dapat diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin, sesuai dengan petunjuk etiologi yang ditemukan, Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa komplikasi, meskipun tidak ada studi kontrol mengenai lama terapoi antibiotik yang optimal Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awel antibiotik intravena harus dimulai sesegera mungkin. Oleh karena pada neonatus dan bayi kecil sering terjadi sepsis dan meningitis , antibiotik yang direkomendasiken adalah antibiotik spektrum luas seperti kombinasi beta-laktam/Ilavulanat dengan aminoglikosid, atau sefalosporin generasi 22 ketiga Bila keadaan sudah stabil, antibiotik dapat diganti dengan antibiotik oral selama 10 hari Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotik yang direkomendasiken adalah antibiotik beta-laktam dengan/atau tanpa klavulanat, pada kasus yang lebih berat diberikan beta-laktam/klavulanat dikombinasiken dengan mekrolid baru intravena, atau sefalosporin generasi ketiga Bila pasien sudah tidak demam atan keadaan sudah stabil, antibiotik diganti dengan antibiotik oral dan berobat jalan Pemberian antibiotik - Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotik oral pada anak < 5 tahun karena efektif melawan sebagian besar patogen yang menyebabkan pneumonia pada anak, ditoleransi dengan baik, dan murah. Altematifnya adalah co-amoxiclay, ceflacor, esitromisin, claritromisin, dan azitromisin. ~ M pneumoniae lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua, maka antibiotik golongan makrolid diberikan sebagai pilihan pertama secara empiris pada anak > 5 tahun ~ Makolid diberikan jika M. pneumoniae atau C. pneumoniae dicurigai sebagei penyebab - Amoksisilin diberikan sebagai pilihan pertama jika S pneumoniae sanget mungkin sebagai penyebab ~ Jka S aureus dicurigai sebagai penyebab, diberikan makrolid atau kombinasi fucloxacillin dengan amoksisilin. - Antibiotik intravena diberiken pada pasien pneumonia yang tidak dapat menerima obat per oral (misal karena muntah) atau termasuk dalam derajat pneumonia berat - Antibiotik intravena yang dianjurkcan adalah: ampisilin dan kloramfenikel, co- amoxiclay, ceftriaxone, cefotaxime, dan cefuroxime. - Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat perbaikan setelah mendapet antibiotik intravena Rekomendasi UKK Respirologi Antibiotik untuk community acquired pneumonia 23 © Neonatus—2 bulan: Ampisillin + gentamisin © Umur> 2 bulan - lini pertama Ampisilin, bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat ditambahken kloramfenikol ~ lini kedua sefiriakson. Bila Klinis terdapat perbaikan, antibiotik intravena dapat diganti preparat oral dengan antibiotik golongan yang sama dengan antibiotik intravena sebelumnya Nutrisi - Pada anak dengan distres pemapasan berat, pemberian makanan per oral harus dihindari, Makanan dapat diberikan lewat nasogastric tube (NGT) atau intravena, Tetapi harus diingat bahwa pemasangan NGT dapat menekan pemapasan, khususnya pada bayi/ anak dengan ukuran lubang hidung kecil Jika memang dibutubkan, sebaiknya menggunakan ukuran yang terkecil - Perlu dilakukan pemantauan balans cairan ketat agar anak tidak mengelami overhidrasi karena pada pneumonia berat terjadi peningkatan sekresi hormon antidiuretik, Kriteria pulang ~ Gejala dan tanda pneumonia menghilang - Asupan per oral adekuat ~ Pemberian antibiotik dapat diteruskan di rumeh (per oral) - Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol. - Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah. Prognosis * Pada pneumonia virus. Kebanyakan anak dengan pneumonia virus sembuh tanpa banyak peristiwa dan tidak mempunyai sekuele. Walaupun perjalanan dapat diperpanjang, terutama pada bayi, Namun, bukti semakin bertambah, 24 behwa beberapa penderita, terutama bayi dapat terjadi bronkiolitis obliteran, paru hiperlucent unilatreal, atau komplikasi lain sesudah satu episode pneumonia virus. Adenovirus terutama tipe 1,3,4,7 dan 21, agaknya dalam hel ini merupaken agen yang paling berbahaya, mampu menyebabkan pneumonia fulminan alcut mematikan. ‘© Pada pneumonia bakteri: Di era sebelum antibiotik, angka mortalitas pada bayi dan anak kecil berkisar 20-50% dan pada anak yang lebih tua 3-5%. Lagipula, insiden empiema kronis dengan fungsi paru berubah adalah relatif tinggi Dengan terapi antibiotik yang tepat yang diberiken pada awel perjalanan penyakit, angka mortalitas selama masa bayi dan anak sekarang <1 %, dan morbiditas jangka-lama rendah Pencegahan Pencegahan untuk pneumococcus dan Hinfluencae dapat dilakuken dengan vaksin yang sudeh tersedia dengan efektifitas 70% untuk vaksin pneumokok dan 95% untuk H.influenzae, pemberian imunisasi memberikan arti yang sangat penting dalam pencegehan pneumonia, Pneumonia diketahui dapat sebagai komplikasi dari campak, pertusis dan varisela schingge imunisasi dengan vaksin yang berhubungan dengan penyakit tersebut akan membantu menurunkan insiden pneumonia. Pneumonia yang disebabkan oleh H influenzae dapat juga dicegah dengan pemberian imunisasi Hib 25 BABII PENUTUP Kesimpulan Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstitial. Pneumonia pada anak merupakan infeksi yang serius dan banyak diderita anak-anak di seluruh dunia yang secara fundamental berbeda dengan pneumonia pada dewasa Usia pasien merupaken faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis, dan strategi pengobatan, Spektrum mikroorganisme penyebab pada neonatus dan bayi kecil berbeda dengan anak yang lebih besar. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus group B dan bakteri Gram negatif seperti £ colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenca tipe B, dan Staphylococcus aureus, sedangkan pada analc yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae Antibiotik yang diberikan sedini mungkin dapat memotong perjalanan penyakit, sehingga stadium khas yang telah diuraiken dalam patogenesis pneumonia dapat tidal terjadi. Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus dimulai sesegera mungkin, Oleh karena pada neonatus dan bayi kecil sering 26 terjadi sepsis dan meningitis. Pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan imunisasi yang lengkap dan rutin berkaitan dengan penyebab pneumonia DAFTAR PUSTAKA Arvin, Kliegman Behrman. 2000. Nelson IImu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol 2 Jakarta EGC. Asih, R. 2006. Kapita Selekta IImu Kesehatan Anak “Pneumonia”. Divisi Respirologi Ilmu Kesehatan Anak FK Unair RSU DrSoetomo Surabaya Ikatan Dokter Anak Indonesia 2000. Konsensus Pneumonta Anak. Bagian Pulmonolgi FK UI Jakarta Kenneth, M. 2002. Community Acquired Pneumonia in Children New England Journal of Medicine, vol. 346, no.6, 2002. Pudjadi, Marisa T. 2012. Angka Kejadtan KID pada pneumonia. Jumal Seri Pediatri vol.14. Jakarta Punjiadi, Antonius H. 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia Said, M. 2010. Buku Ajar Respirologt Anak Edist Pertama. Ikatan Dokter Anak Indonesia Supriyatno, B. 2006. Infékst Respiratontk Bawah Akut pada Anak. Jumal Sari Pediatri vol.8. Jakarta 27

You might also like