Professional Documents
Culture Documents
Penilaian Sektor Keuangan: Khususnya Sektor Perbankan: Nurul Imamah
Penilaian Sektor Keuangan: Khususnya Sektor Perbankan: Nurul Imamah
Penilaian Sektor Keuangan: Khususnya Sektor Perbankan: Nurul Imamah
PERBANKAN
NURUL IMAMAH
ABSTRACT
Assessment of financial sector of bank aim to assess banking health measurement which
can be done with qualitative approach to various aspects having an effect on to condition
and development a bank, covers legal capital aspect, quality of productive asset,
management, rentability and liquidity. Qualitative approach applied to evaluate condition
a Commercial Bank and BPR accross the board is method CAMEL ( Capital Adequacy,
Assets Quality, Management Quality, Earnings, Liquidity). Difference of weight
calculation health appraisal of bank between commercial banks and BPR with method
CAMEL only at legal capital aspect, for commercial bank, be 26 % weight CAMEL, but
BPR 30%. Indicators from bank financial structure covers indicators system-wide, that is
from size, wide, and composition from financial system; attribute indicators like
competition, concentration, efficiency, and access; and level of scope, fill, and reachs
more than target of of standard service. Standard health indicators of bank can be done
with system FSIS, which good for monitoring quality of loan especially bank asset. FSIS
applied to monitor monetary system to bankcruptcy convulsion and capacity to overcome
it, especially banking sector. Standard health indicators ( FSIS) be monetary health
indicators from finance companies a state, as does household associate friend and their
company, and FSIS plays complicated role in appraisal of standard stability.
Keyword : Assessment, bank, method CAMEL, system FSIS, Krisis Perbankan
Latar Belakang
Era perbankan modern dimulai pada abad ke -16 di Inggris, Belanda dan Belgia. Pada
saat itu, para tukang emas bersedia menerima uang logam (emas dan perak) utuk
disimpan. Tanda bukti penyimpanan emas ini ditunjukkan dengan surat deposito yang
disebut
sebagai alat pembayaran. Kemudian para tukang emas mulai mengeluarkan Goldsmiths
Note yang tidak didukung dengan cadangan emas atau perak dan diterima sebagai alat
pembayaran yang sah dalam transaksi bisnis. Hal ini merupakan awal mula dari
timbulnya uang kertas. Pelaku pelaku yang ada saat itu terdiri dari konsumen, produsen,
pedagang, raja-raja dan
Pada masa perbankan modern, pengaturan kredit dibagi menjadi tiga yaitu pinjaman
penjualan, wesel dan pinjaman laut. Pinjaman penjualan khusus untuk membantu
pembelian hasil panen dan para produsen dan berjangka pendek. Wesel (Bill of exchange)
digunakan untuk pengiriman uang ke luar negeri. Sedangkan pinjaman laut ditujukan
untuk para pembuat kapal dan merupakan pinjaman jangka panjang.
Perkembangan perbankan menunjukkan dinamika dalam kehidupan ekonomi, serta
mengalami berbagai permasalahan. Masalah utamanya adalah
pengaturan system
keuangan yang berkaitan dengan mekanisme penentuan volume uang yang beredar dalam
perekonomian. Untuk mengatasi masalah ini, maka timbul paham merkantilisme dan
paham liberalisme ekonomi. Hal ini yang mendorong timbulnya regulasi-regulasi
perbankan karena praktek perbankan sangant berpengaruh terhadap jumlah uang.
Definisi Bank
Berbagai pendapat tentang definisi perbankan telah dikemukakan di bawah ini :
1. Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik
dengan alat-alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain,
maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang berupa uang giral, (G.M.
Verryn Stuart, 1920).
2. Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan asa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang, (UU Pokok Perbankan 1967 pasal 1a).
3. Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan
memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberikan kredit itu dilakukan baik dengan
modal sendiri atau dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga ataupun dengan jalan
memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral, (UU No. 7 Tahun 1992
pasal 1, ayat 1 tentang Perbankan).
Lembaga keuangan yang saat ini paling besar adalah perbankan. Kelebihan perbankan
yang utama dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya adalah diijinkannya
mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk deposito. Posisi perbankan sangat
strategis, karena merupakan lembaga keuangan yang paling utama diandalkan
pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Bank terdiri atas dua jenis yaitu bank
sentral dan bank komersial. Bank komersial beroperasi dengan tujuan memperoleh laba,
sedangkan bank sentral merupakan bank pemerintah yang tugas utamanya mengatur
jumlah uang beredar dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian nasional.
Di Indonesia pengelompokkan lembaga perbankan terus disempurnakan. Klasifikasi
bank di Indonesia ditetapkan berdasarkan fungsi, kepemilikan dan status. Berdasarkan
fungsinya, klasifikasi perbankan di Indonesia sudah semakin disederhanakan. Klasifikasi
bank di Indonesia dulu seperti pada table 1.
Tabel 1
Undang-Undan g No. 14/1967
Bank Umum
Bank Umum :
Bank Pembangunan
Bank Konvensional
Bank Pasar
Bank Syariah
Bank Desa
Bank Lainnya
Bank Konvensional
Bank Syariah
terbaru
dalam
dunia
perbankan
di
Indonesia
adalah
mulai
diberlakukannya penerapan prinsip- prinsip syariah dalam pengelolaan bank dan BPR di
Indonesia. Penerapan prinsip syariah dalam pengelolaan perbankan di Indonesia
berdasarkan UU No. 7/1992 merupakan pilihan, dalam arti bank boleh menggunakan
prinsip konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Perbedaan paling prinsip
antara bank yang dikelola dengan prinsip bank syariah disbanding dengan bank
konvensional adalah dalam bank syariah tidak diterapkan system bunga. Penerapan
prinsip syariah ini menambah pilihan masyarakat dalam menyimpan asset finansialnya.
Ditinjau dari sisi kepemilikannya, bank dapat dibedakan menjadi bank nasional , bank
asing dan bank campuran. Bank nasional adalah bank yang sahamnya dimiliki oleh
warga negara Indonesia. Bank asing adalah bank yang sahamnya dimiliki oleh warga
Negara lain meskipun beroperasi di Indonesia. bank campuran adalah bank yang
sahamnya dimiliki oleh warga Negara lain dan warga Negara Indonesia. Bank nasional
sendiri terdiri dari bank yang dimiliki pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta
nasional dan koperasi. Berdasarkan statusnya, bank dibedakan menjadi bank devisa dan
bank non devisa. Bank devisa adalah bank yang diijinkan melakukan transaksi devisa.
Sedangkan bank non devisa adalah bank yang tidak diijinkan melakukan transaksi devisa.
Fungsi Bank
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan dengan harapan
dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat serta sebagai prasarana pendukung yang
amat vital untuk menunjang kelancaran perekonomian atau sebagai lembaga perantara
(financial intermediary) yang mentransfer dana (loanable funds) dari unit surplus
(lenders) kepada peminjam (borrowers). Secara lebih specific fungsi bank terdiri dari :
1. Agent of Trust : Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik
dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan menitipkan
dananya di bank jika ada unsure kepercayaan. Bagitu juga dengan pihak bank, bank akan
menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat bila dilandasi unsure kepercayaan.
2. Agent of Development : Kegiatan perekonomian masyarakat di sector moneter dan
sector riil tidak dapat dipisahkan, kedua sector tersebut selalu berinteraksi dan saling
mempengaruhi. Kegiatan bank berupa penghimpunan dana dan penyaluran dana sangat
membantu kelancaran kegiatan perekonomian sector riil, dan memungkinkan masyarakat
melakukan kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa, karena kegiatan
investasi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa tidak dapat dilepaskan dari
penggunaan uang, serta merupakan kegiatan pembangunan perekonomian suatu
masyarakat.
3. Agent of Services : Kegiatan bank yang memberikan penawaran jasa perbankan kepada
masyarakat, yang berhubungan erat dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara
umum. Jasa ini berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian
jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.
Bank Umum
Bank Umum merupakan bank yang paling banyak dan luas kegiatannya, mencakup :
1. Menghimpun dana dari masyarakat (funding), berupa : giro (demand deposit),
tabungan (saving deposit) dan deposito berjangka (time deposit).
2. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending), dalam bentuk antara lain : kredit
investasi, kredit modal kerja dan kredit perdagangan.
3. Memberikan jasa-jasa lainnya (services), seperti : transfer (kiriman uang), kliring
(clearing), letter of credit (L/C), menerima setoran-setoran, melayani pembayaranpembayaran.
4. Kegiatan di pasar modal : penjamin emisi (underwriter), penjamin (guarrantor), wali
amanat (Trustee), pedagang sekuritas (dealer).
Bank
umum
disebut
sebagai
lembaga
keuangan
depositori
karena diijinkan
melakukan transaksi kliring, tidak dapat menciptakan uang giral sehingga kegiatan BPR
tidak mempengaruhi jumlah uang beredar di Indonesia.
Kegiatan utama BPR :
1.
2.
3.
paling umum dipakai untuk menilai likuiditas sebuah bank, yang diperoleh dengan
membandingkan modal yang disetor dengan total aktiva. Semakin tinggi CAR berarti
semakin likuid bank, dan angka CAR akan semakin tinggi bila tingkat pertambahan
modal yang disetor lebih tinggi dari tingkat pertambahan aktiva.
Metode CAMEL
Metode yang digunakan BI untuk mengevaluasi kondisi sebuah Bank Umum dan BPR
secara menyeluruh adalah metode CAMEL (Capital Adequacy, Assets Quality,
Management Quality, Earnings, Liquidity). Dengan menggunakan metode CAMEL,
tingkat kesehatan bank dinilai dengan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank, yang meliputi aspek
permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas (CAMEL).
Bobot setiap factor CAMEL,untuk bank umum dan BPR seperti pada table di bawah ini:
Ketentuan Bank Indonesia tentang Penilaian Kesehatan Bank Berdasarkan Sistem
CAMEL
No.
Faktor CAMEL
Bobot %
Bank umum
BPR
1.
Permodalan
26
30
2.
30
30
3.
Kualitas Manajemen
26
20
4.
Rentabilitas
10
10
5.
Likuiditas
10
10
1.
bank umum meliputi pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit
(BMPK) dan Posisi Devisa Netto (PDN), sedangkan pada BPR hanya ketentuan BMPK.
2.
tidak sehat, yaitu perselisihan intern, campur tangan pihak di luar manajemen bank
(window dressing), praktik bank dalam bank, penghentian keikutsertaan kliring dan
praktik perbankan lain yang membahayakan kelangsungan bank.
Adapun tingkatan kesehatan BPR denggn menggunakan metode CAMEL sbb:
Nilai Kredit
Predikat
81 100
Sehat
66 81
Cukup Sehat
51 - 66
Kurang Sehat
0 - 51
Tidak Sehat
Indikator dari struktur keuangan meliputi indikator system-wide dari ukuran, luas, dan
komposisi dari sistem keuangan; indikator atribut seperti kompetisi, konsentrasi,
efisiensi, dan akses; dan besarnya ruang lingkup, pemenuhan, dan mencapai lebih dari
target dari jasa keuangan.
1.1.
Indikator System-Wide
10
FSIS dapat menyediakan informasi kuantitatif yang bermanfaat bagi sektor perbankan
dalam hal stabilitas atau kelemahan dari System. FSIS sektor perbankan dapat
dikelompokkan menurut enam kondisi pokok bersifat potensial di kerangka CAMELS
( Capital Adequasy, Asset quality, Management soundness, Earnings and profitability,
Liquidity, and Sensitivity to market risk). Kebanyakan FSIS disusun dengan
mengumpulkan indikator microprudential bagi lembaga individu untuk menghasilkan
suatu syarat pengelompokan seperti bank domestic, cabang lokal, cabang asing, bank
pemerintah, atau FSIS keseluruhan system perbankan. Sedangkan sektor non bank
seperti perusahaan, sektor rumah tangga, dan asuransi dapat digunakan untuk menilai
risiko kredit bank dan non bank yang timbul dari kredit mereka. Masing-masing dari
enam sub kelompok bank, FSIS mempunyai suatu bagian yang berbeda di penilaian
stabilitas. Indikator dari ketercukupan modal dapat digunakan untuk ukuran kapasitas
dari sektor dalam mengantisipasi kerugian. Sebab resiko kemampuan membayar dari
lembaga keuangan paling sering berasal dari kekurangan asset, kategori yang kedua dari
FSIS adalah mutu asset. FSIS di kategori ini memonitor mutu pinjaman dan khususnya
timbul dari asset bank. Indikator manajemen effisiensi digunakan untuk mengetahui
pentingnya keserasian manajemen dalam memastikan kesehatan dan stabilitas dari bank.
Berbagai data keuntungan, pendapatan, dan biaya dapat digunakan untuk mengukur
income dan profitabilitas, sebab income menunjukkan adanya kemampuan untuk
mengantisipasi kerugian tanpa menghilangkan modal. Pertumbuhan income atau laba
yang cepat mengisyaratkan pengambilan resiko
menunujukkan kemampuan sistem perbankan untuk melawan goncangan arus kas. FSIS
untuk likuiditas mengukur adanya aktiva lancar suatu bank dalam membiayai hilangnya
pasar atau suatu outflow dari deposito. Ukuran likuiditas pasar juga dapat digunakan
untuk memonitor likiditas dari surat-surat berharga utama yang ada di bank. Kemudian
bank mengambil resiko pasar dari terus meningkatnya variasi operasi dan memposisikan
dalam alat keuangan. Kepekaan untuk resiko pasar berubah dalam harga pasar, terutama
tingkat bunga dan nilai tukar dan harga asset dapat diukur dari penggunaan informasi
terbuka atas posisi netto, jangka waktu, dan tekanan hasil percobaan.
Krisis perbankan cenderung akan terjadi tidak lama sesudah terjadinya krisis mata uang.
Ada tiga pendekatan dalam meramalkan krisis perbankan :
11
keuangan: pembayaran, fasilitas tabungan , alokasi kredit, usaha memonitor para pemakai
dana, mengurangi resiko dan jasa likuiditas. Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas
keuangan merupakan suatu rangkaian sistem keuangan yang dapat beroperasi dalam
suatu kondisi stabil, atau di luar kondisi stabil ( Analisa stabilitas instability), dan dapat
membantu mengidentifikasi ancaman stabilitas sistem keuangan serta untuk mendisain
responses. Definisi ini sesuai kebijakan yang muncul sehubungan untuk menilai
kesehatan dan kelemahan dari sistem keuangan, seperti :perekonomian negara, dan faktor
penentu stabilitas kelembagaan dan kesehatan keuangan. Hal ini mempertimbangkan
apakah kelemahan barang yang dipamerkan sektor keuangan bisa menimbulkan suatu
12
EWS (Early
Warning Systems). Indikator yang digunakan di analisa ini meliputi data pasar
uang dan data makro , serta variabel lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi
indicator.
b. Pengawasan macroprudential mencoba untuk menilai kesehatan dari sistem
keuangan dan kelemahannya dari goncangan yang potensial. Teknik analitis
kuantitatif yang digunakan untuk pengawasan macroprudential
adalah
13
menyuntik
modal
baru
dalam
menutup
kerugian
melalui
pengawasan
macroprudential).
d. Pengawasan macroeconomic juga memonitor efek dari sistem keuangan pada
kondisi macroeconomic secara umum dan khususnya pada ketahanan hutang,
(Mishkin, 2001).
Analisa Indicators Kesehatan Keuangan
FSIS digunakan untuk monitor system keuangan terhadap goncangan kebangkrutan dan
kapasitas untuk mengatasinya, terutama sektor perbankan. Secara umum tersedia data
untuk menyusun FSIS yaitu FSIS untuk sistem perbankan dan FSIS untuk sektor non
keuangan sebab kelemahan neraca dalam sektor itu adalah suatu sumber dari risiko kredit
untuk bank dan merupakan langkah yang lebih awal untuk mendeteksi kebangkrutan
sektor perbankan. Bank domestic diawasi oleh bank sentral Negara tersebut. Di dalam
kelompok ini, bank umum, yang mempunyai suatu jaminan status, adalah secara khas
dibedakan dari bank swasta, yang boleh gagal jika kerugian melebihi beberapa tingkatan
minimum tentang modal dan konsekuensinya mungkin lebih cenderung akan dilikuidasi.
Analisa dari FSIS untuk Perbankan
Hampir sebagian besar negara, bank merupakan inti dari sistem keuangan. Bidang
indikator kuantitatif dapat digunakan untuk meneliti kesehatan dan stabilitas dari sistem
perbankan, termasuk indikator kesehatan keuangan (indikator microprudential yang
dikumpulkan), indikator yang berbasis pasar dari kondisi-kondisi keuangan, indikator
kepemilikan struktural dan konsentrasi pola teladan, serta indikator macroeconomic.
Bidang informasi yang kualitatif juga diperlukan untuk menilai sistem perbankan,
mencakup kekuatan kerangka manajemen yang mana didasarkan pada penilaian dari
Basel Core Principles, atau BCP), dari sistem pembayaran, akuntansi dan standar audit,
infrastruktur yang sah/tentang undang-undang, likuiditas, kesehatan manajemen, dan
jaringan keselamatan sektor keuangan. Analisis kuantitatif dari FSIS dapat dilengkapi
dengan informasi dari penilaian efektivitas pengawasan sektor keuangan.
Assessments BCP menyediakan suatu wadah luas dari informasi yang bermanfaat dalam
menginterpretasikan FSIS, meliputi :
14
a. Informasi tersebut dapat memperjelas definisi dari data yang digunakan untuk
menyusun FSIS , sebagai contoh, menandakan mutu modal.
b. Informasi tersebut dapat membantu menetapkan dasar penyebab pergerakan yang
diamati dalam FSIS ketika ada pesaing.
c. Dapat menyediakan informasi atas resiko, seperti operasional dan undang-undang
penentu resiko yang tidak bisa ditangkap cukup menggunakan FSIS.
d. Menyediakan informasi atas bagaimana efektifitas manajemen resiko bank,
bagaimana secara efektif sistem perbankan bereaksi terhadap resiko yang
dihubungkan dengan nilai-nilai tertentu untuk FSIS.
Langkah-langkah analisa penilaian dari stabilitas dan pengembangan dapat diringkas :
1. Menilai kondisi-kondisi di sektor
dan
stabilitas
keuangan
dengan
peramalan
analisa
15
Kesimpulan :
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penilaian tingkat kesehatan bank dapat dilakukan dengan pendekatan kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank,
meliputi aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan
likuiditas. Pendekatan kualitatif yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi Bank
Umum dan BPR secara menyeluruh adalah metode CAMEL. Perbedaan pembobotan
perhitungan penilaian kesehatan antara bank umum dengan BPR hanya pada aspek
permodalan. Untuk bank umum, merupakan 26 % bobot CAMEL, tetapi BPR 30%.
2. Untuk memperkuat struktur perbankan, maka dikeluarkanlah aturan yaitu Arsitektur
Perbankan Indonesia (API) yang mempunyai 6 pilar.
3. Indikator dari struktur keuangan bank meliputi indikator system-wide, yaitu dari
ukuran, luas, dan komposisi dari sistem keuangan; indikator atribut seperti kompetisi,
konsentrasi, efisiensi, dan akses; dan besarnya ruang lingkup, pemenuhan, dan
mencapai lebih dari target dari jasa keuangan.
4. Indikator kesehatan keuangan bank dapat dilakukan dengan system FSIS, yang
berguna untuk memonitor mutu pinjaman khususnya asset bank, untuk monitor
system
keuangan
terhadap
goncangan
kebangkrutan
dan
kapasitas
untuk
mengatasinya, terutama sektor perbankan dan memainkan peran yang rumit dalam
penilaian stabilitas keuangan.
5. Tiga pendekatan dalam meramalkan krisis perbankan :
a. Pendekatan ekonomi makro didasarkan pada gagasan di mana krisis disebabkan
kebijakan ekonomi makro, dan berusaha untuk meramalkan krisis perbankan
dengan menggunakan variabel ekonomi makro.
b.
c. Pendekatan indikator pasar, berasumsi bahwa hak kekayaan dan harga hutang
berisi informasi kondisi bank di luar data neraca. Model EWS berbasis pasar
didasarkan pada landasan pemikiran harga asset keuangan yang berisi informasi
atas kepercayaan pasar tentang masa depan.
16
DAPTAR PUSTAKA :
Abiad, Abdul. 2003. Early Warning Systems: A Survey and a Regime-Switching Approach.
IMF Working Paper 03/32, International Monetary Fund, Washington, DC.
Ades, Alberto, Rumi Masih, and Daniel Tenengauzer. 1998, GS-Watch: A New Framework for
Predicting Financial Crises in Emerging Markets. Emerging Markets Economic Research,
December. New York: Goldman Sachs.
Bank for International Settlements (BIS). 1999, Market Liquidity: Research Findings and
Selected Policy Implications. CGFS Publications 11. Basel, Switzerland: Bank for
International Settlements.
Berg, Andrew, and Catherine Pattillo. 1999. Predicting Currency Crises: The Indicators
Approach and an Alternative. Journal of International Money and Finance 18(4): 56186.
Bongini, Paola, Luc Laeven, and Giovanni Majnoni. 2002. How Good Is the Market at
Assessing Bank Fragility? A Horse Race between Different Indicators. Journal of Banking
and Finance 26(5): 101128.
Manurung, Mandala dan Rahardja, Pratama, 2004, Uang, Perbankan, dan Ekonomi
Moneter, Jakarta : FEUI
Mishkin, Frederick, 2001, The Economic of Money, Banking and Financial Markets, 6th
Edition, Adisson Wesley
Mishkin, Frederick, and Stanley, G Eakins, 2001, Financial Market and Institutions,
Adisson Wesley
Sahajwala, Ranjana, and Paul Van den Berg. 2000. Supervisory Risk Assessment and
Early Warning Systems. Basel Committee on Banking Supervision Working Paper 2,
Bank for International Settlements, Basel, Switzerland.
17