Purwantiningsih - Prosiding Seminar Nasional Sains V, November 2012 PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Institut Pertanian Bogor

Fakultas Matematika dan


IImu Pengetahuan Alam

ISBN:

978-979-95093-8-3

Seminar Nasional Sains V


10 November 2012

Sains Sebagai Landasan Inovasi dalam

Bidang Energi, Lingkungan dan Pertanian

Berkelanjutan

Prosiding

Dewan Editor
Dr. Kiagus Dahlan

Dr. Sri Mulijani

Dr. Endar Hasafah Nugrahani

Dr. Suryani

Dr. Anang Kurnia

Dr. Tania June

Dr. Miftahudin

Dr. Charlena

Dr. Paian Sianturi

Sony Hartono Wijaya, M Korn

Dr. Tony Ibnu Surnaryada

Waras Nurcholis, M Si.

Dr. Indahwati

Drs. Ali Kusnanto, M Si.

Fakultas Matematika dan


IImu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor


2012

II

Copyright 2012
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogar
Prosiding Seminar Nasional Sains V " Sains Sebagai Landasan Inovasi dalam Bidang Energi,
Lingkungan dan Pertanian Berkelanjutan" di Bogar pada tanggal 10 November 2012
Penerbit : FMIPA-IPB, lalan Meranti Kampus IPB Dramaga, Bogar 16680
Telp/Fax: 0251-862548118625708
http://fmipa.ipb.ac.id
Terbit 10 November 2012
xi + 866 halaman
ISBN:

978-979-95093-8-3.

111

Kimia

Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 2012

541

SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK

POLIURETAN BERBASIS MINY AK JARAK PAGAR

Harjono i , Purwantiningsiit Sugita 2 and Zaillal A lim 111as'ud2


I Departmen Kimia, Universitas Negeri Semarang

Kampus Sekaran Gununbrpati Semarang Central Java 50229

2 Departemen Kimia, lnstitut Pertanian Bogor, lalan Agatis

IPB Campus Dannaga Bogor West lava 16680

ICorresponding author. Email: haIjono_hanis@yahoo.com


ABSTRAK
III the recent years, vegetable oil based polvol is all alternative polvol that 111I1'e
beell de\'eloped as bio-based prodllct that call reduce the lVideJpread depelldellce
011 the petro/e1lm feed slacks, A stud v all polrol SVl1Ihesis ii-om Jatropha Cllrcas oil
was COlldllcled. The objectil'es oj'this research were to create a polvol ii-olll
Jatropha Cllrcas oil l'ia epoxidatio/l process followed bv opening rillg reactioll of
epoxidized Jatropha cl/rcas oil (EJP). T71C epoxidatioll ()f.Jatropha clireas oil was
carried Ollt with ill-sit1l peroxoocelic acid jimllatioll ill the presellt ofAmbcrlile IR
120 cotaznt, al 70ve fi))' 12 hOl/rs, The opellillg rillg reactio/l of EJO \I'ere
COlldllcted by mriatioll of acrylic acid (AA) to E.!P ratio (J .4%, 2, 9(!~o, and 4.3%),
percelltage (flriet/tvlol1lille (O,,"1J, J%, 2%, alld 3(joj alld tillle reactioll (60, 120, 180.
(llId 240 lI1illllte) al 50 e e The res liltS ,llIJlled that lite pO/l'ollt(Jl'e hnlroxvl /llI/nber
aroul/d 70.234 134.915 /JIg KOHlg lvith (ll'erage 97.418mg KOHlg. Tlie hydroxyl
lillmber il/erease .'iigni/ic(Jllrll' witli Ihe addition of "i,AA alld % trielhylamine,
cO/lversely iI/creasing reactioll lillie IUll'(' illferior impact 01/ the hl'drmyl nlllllber (f
po/vo/.

Keywords: epoxidalioll, EJP, opelling rillg reaction. po/vol

PENDAHULUAN

Poliol adalah salah satu bahan yang digunakan dalam industri pelapis/cat jenis
poliuretan. Pojiurelan adalah produk polimer yang dibuat dengan cara mereaksikan
alkohol dengan isosianat. Dewasa ini ada beberapa jenis poliuretan yang telah dibuat
antara lain: elastomer, perekat, busa, cat, sealen! dan lain-lain. Dalam industri cat,
poliuretan merupakan salah satu jenis cat yang memiliki banyak kelebihan dibandingkan
jenis cat lainnya antara lain: daya tahan terhadap euaca, daya kilap tinggi, tingkat
kekerasan yang cukup baik, dan daya rekat yang baik pad a berbagai jenis bahan (logam,
plastik dan kayu) [1].
Konsumsi poJiuretan dunia mengalami peningkatan dan tahun ke tahun dengan
kenaikan rata-rata 5,1 % sampai dengan tahun 2005. Konsumsi poliuretan di Indonesia
dari tahun 1989 sampai dengan tahun 1995 mengalami kenaikan kurang lebih 37% dari

Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogar. IO November 2012

661

1.160 ton menjadi 6.159 ton [2]. Kebutuhan poliuretan Indonesia pada tahun 2004 tdah
mencapat 17.465 ton/tahun dan diprediksi mencapai 35 ribu ton pertahun pada tahun
2014 [3]. Seluruh kebutuhan poliuretan di Indonesia tersebut masih dipenuhi melalui
impor dari luar negeri.
Sebagian besar poliuretan dibuat dari poliol yang bersumber dari turunan minyak
bumi. Muncu)nya isu lingkungan terkait penggunaan min yak bumi mendorong semua
pihak untuk mencari bahan baku produksi poliol alternatif [4, 5, 6]. Minyak nabati
merupakan salah satu alternatif bahan baku yang dapat digunakan untuk memproduksi
polio!. Minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku poliol antara lain:
minyak kedelai, minyak castor, minyak palm, min yak bunga matahari, dan minyak
linseed. Dibandingkan dengan poliol berbahan baku minyak bumi (petrokimia), poliol
berbahan baku minyak nabati memiliki keunggulan karen a mudah terurai dan terbarukan.
Di Eropa dan Amerika, poliol berbasis minyak kedelai telah digunakan oleh
industri dalam skala besar menggantikan poliol petrokimia dalam produksi poliuretan [7].
Minyak nabati dapat ditransfonnasi menjadi poliol melalui berbagai eara diantaranya:
hidroksilasi, epoksidasi dilanjutkan dengan pembukaan cincin epoksida, ozonolisis
dilanjutkan

dengan

hidrogenasi

dan

hi drofonnilasi

dilanjutkan

dengan

reduksi.

Pembuatan poliol dari minyak nabati melibatkan pengubahan ikatan nmgkap pad a rantai
samping trigliserida menjadi gugus hidroksil. Sintesis poliol seeara langsung dari minyak
sawit telah dilakukan dengan eara hidroksilasi menggunakan reagen H 20] dan HCOOH
[8]. Berdasarkan hasil peneiitian lainnya, polio I dapat disintesis dari minyak nabati
meialui epoksidasi dilanjutkan dengan pembukaan einein epoksida [7, 9, 10J.
Sintesis poliol dari epoksida minyak nabati dilakukan dengan l11ereaksikan
epoksida minyak nabati dan alkohol atau asam yang memiliki berat molekul (BM)
rendah. Kondisi reaksi yang digunakan akan menentukan produk yang terbentuk yaitu
pada reaksi sempurna akan dihasilkan poliol dengan kandungan OH yang tinggi
sedangkan pada reaksi parsial akan dihasilkan epoksi poliol ester dengan sisa gugus
epoksida [IIJ. Konversi epoksida minyak nabati menjadi poliol telah berhasil dilakukan
dengan menggunakan alkohol, gliserol, etilen glikol [6, II, 12, 13], karbon dioksida [14]
dan asam akrilat [13,15).
Indonesia memiliki banyak sumber minyak nabati, diantaranya kelapa sawit,
kemiri, saga, kapuk, karet dan jarak pagaL

Jarak pagar merupakan tanaman yang

sekarang ini banyak diteliti. Shah et al. (2003) [16] melaporkan bahwa kandungan
minyak biji jarak pagar sekitar 40-60% (bIb). Minyak jarak pagar memiliki kandungan

662

Prosiding Seminar Nasiol/a/ Sains V, Hogor, 10 November 2012

asam lemak yang mirip dengan minyak kedelai. Penggunaan minyak nabati sebagai bahan
bakar sudah cukup berkembang di Indonesia, tetapi penggunaan minyak nabati sebagai
bah an baku poliol belum dikembangkan, padahal di Amerika dan Eropa sudah memasuki
skala industri. Di Eropa dan Amerika, poliol berbasis minyak kedelai telah digunakan
oleh industri dalam skala besar menggantikan poliol petrokimia dalam produksi
poliuretan [7].
Pengembangan minyak jarak pagar sebagai bahan baku poliol mempakan salah
satu cara mendapatkan bahan baku pelapis poliuretan yang selama ini masih diimpor dan
berasal dari bahan baku tidak terbamkan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk
menghasilkan poliol dml minyak jarak pagar yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai
bahan dasar pembentuk poliuretan.

2 METODE PENELITIAN
2.1 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: minyak jarak pagar,
asam akrilat (AA) (Sigma), natrium hidrogen karbonat (E.Mcrck), natrium sulfat
anhydrous (E. Merck), toluena (E. Merck), KOH, trietilamine (TEA), NaOH,
H 3 PO.j, asam asetat, anhidrida asetat, dan fh02.
Pemlatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: satu set alat ret1uk, rotary
evaporator, set alat titrasi, erlenmeyer, bekerglass, mantel heater, pengaduk magnetik, hot
plate, dan spektrofotometer FTIR Thenno Nicolet AVATAR 360.

2,2 Prosedur
Sintesis poliol berbasis minyak jarak pagar dilakukan melalui reaksi epoksidasi
yang dilanjutkan dengan reaksi pembukaan cincin epoksida. Epoksidasi minyak jarak
pagar dilakukan sesuai prosedur yang telah dikembangkan oleh Sugita et al. L17],
sedangkan reaksi pembukaan cincin epoksida menggunakan modifikasi prosedur yang
dilaporkan oleh Chasar et al. [4].

2.2.1 Sintesis Epoksidasi minyak jarak pagar (EJP) [17]


Sebanyak 100 g minyak jarak pagar, 8 ml asam asetat glasial, 29 ml toluena, dan
katalis Amberlite IR-120 sebanyak 3% (bib) dimasukkan kedalam labu leher tiga yang
dilengkapi pengaduk magnet, kemudian lamtan kedua yaitu 57,8 g H 20 2 35% dalam

Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 2012

663

corong pisah dimasukkan tetes demi tetes kedalam campuran reaksi. Campuran
dipanaskan dalam penangas air pada suhu 70C seIama 12 jam. Hasil reaksi dinetraIkan
dengan larutan NaHC03 , kemudian dipisahkan dengan corong pisah. Setelah fraksi air
dibuang, epoksida minyak jarak pagar (EJP) dicuci dengan aquades dan dikeringkan
dengan Na2S04 anhidrat. EJP yang dihasilkan dianalisis bilangan Iod, biIangan oksirana,
bilangan peroksida.

2.2.2 Sintesis poliol dari epoksida minyak jarak pagar [41


Sebanyak 100 g EJP dimasukkan kedalam labu leher tiga, ditambahkan sejumlah
tertentu toluena dan TEA sebagai katalis. Campuran dipanaskan dan diaduk dalam
penangas air pada suhu 50"C . Setelah campuran homogen, dan suhu konstan pada 50"C
selanjutnya ditambahkan sejumlah AA. Reaksi dilakukan dengan waktu bervariasi yaitu:
60, 120, 180, dan 240 menit.
Campuran poliol yang diperoleh selanjutnya dinetralkan dengan NaHCOJ dan
dipisahkan fase organiknya dengan corong pisah. Fase organik yang diperoleh dicuci
beberapa kali dengan menambahkan aquades panas kedalam campuran hasil reaksi daIam
corong pisah. Campuran dikocok selama 3 menit, kemudian didiamkan seiama 30 menit
agar poliol lerpisah dari air dan sisa reaktan. Lapisan yang ben-varna kuning keruh di
bagian atas merupakan polioI dan Japisan putih agak bening pada bagian bawah
merupakan campuran air dan sisa reaklan. Poliol yang diperoleh selanjutnya ditambah
dengan Na2S04 anhidrat untuk menurunkan kandungan air yang tersisa akibat proses
pencucian. Poliol bebas air yang diperoieh dianalisis biIangan hidroksil, bilangan
oksirana, rendemcn. dan dianalisis dengan spektrofotometer inframerah.
Dalam pembuatan poliol, untuk mengelahui pengaruh faktor dan atau antar faktor
terhadap respon penelitian digunakan alat bantu rancangan percobaan faktorial 3x4x4
dengan tiga faktor yaitu nisbah AA terhadap EJP (%AA), %TEA dan waktu reaksi
dengan setiap perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Faktor %AA diIakukan dengan tiga
taraf, yaitu 1,4%, 2,9%, dan 4,3%, faktor % TEA dengan empat taraf yaitu, 0%, 1%, 2%,
dan 3%, sedangkan faktor waktu reaksi dengan empat taraf yaitu, 60, 120, 180, dan 240
menit.

HASIL DAN

PEMBAHASA~

3.1 Epoksida minyakjarak pagar (EJP)


Minyak jarak pagar sebagai bahan baku utama penelitian diperoleh dari BPPT
Serpong Jawa BaraL Minyak diambiI dari hasil pengepresan biji jarak pagar
menggunakan unit pengepres yang dimiliki oleh BPPT, kemudian dilanjutkan dengan

664

Prosiding Seminur Nusionul Su;ns

v, Bogor. 10 November 2012

proses degumming sehingga diperoleh min yak jarak pagar yang terbebas dari kandungan
getah/lendir yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat dan resin tanpa
mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Tabel 1 memperlihatkan nilai
bilangan lod minyak jarak pagar sebesar 108,9 g 12i1 OOg menurun pada E.lP menjadi 10,8
g U 100g, sebaliknya bilangan oksirana pada ElP meningkat dibandingkan bilangan
oksirana minyak menjadi sebesar 3,15%. Penurunan bilangan iod yang teIjadi
mengindikasikan tet:iadinya proses oksidasi ikatan rangkap akibat perlakuan penelitian,
sedangkan peningkatan bilangan oksirana mengindikasikan telah terbentuk cincin
epoksida sebagai salah satu produk oksidasi ikatan rangkap yang terdapat pada min yak
jarak. Dugaan reaksi pembentukan epoksida dari minyak nabati telah dilaporkan oleh Hill
[II); Guner et al. [5]; Sugita et al. [17]; dan Meyer et al. [18];
Tabel 1 Kualitas Minyak .Iarak Pagar dan E.lP
Parameter
Minyak .Iarak
lod (g 121 I OOg)
Bilangan Oksirana (%)
Bilangan peroksida (eq/ 1000g)

ElP
1
3.15

22.31

108.9
0.04
13.38

Nilai bilangan oksirana EJP sebesar 3,15% yang diperoleh pada penelitian

1111

lcbih rendah dibandingkan dengan hasil yang diperoleh oleh Meyer et al. [18] sebesar
n

4,75% menggunakan pereaksi HCOOH dan H20 2 50%, suhu 50 C dan waktu reaksi 5
jam. Rendahnya bilangan oksirana diduga disebabkan oleh penggunaan H20 2 yang
berlebih yang dapat menyebabkan reaksi pembukaan cincin epoksida dari ElP. Selain itu,
pembukaan cincin juga diduga karena katalis Amberlite IR-120 yang digunakan
merupakan resin asam penukar kation. Dugaan reaksi pembukaan cincin oksirana
menurut Campanella dan Baltanas [19] dan Petrovic et al. [20); ditampilkan pada Gambar
1.
Dugaan reaksi pembukaan cincin epoksida oleh sisa peroksida dalam campuran
reaksi yang dikatalis asam didukung oleh penelitian yang dilaporkan oleh Campanella &
Baltanas [19], dimana pada kondisi tersebut reaksi pembukaan cincin secara kinetik
memiliki Ea

16,3

o,n kkallmol. Waktu reaksi sebesar 12 jam yang digunakan dalam

proses epoksidasi pad a penelitian ini juga diduga menjadi penyebab teIjadinya reaksi
pembukaan cincin epoksida sebab waktu reaksi yang lazim digunakan dalam proses
epoksidasi yang dapat meminimalkan reaksi pembukaan ci'ncin adalah 4 jam seperti yang
dilaporkan oleh Gan et al. [21], dan Rangarajan et al. [22].

Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor, 10 ,November 2012

665

(\A~~

C.~AAA~

~''\AA~A~

(I

x --

()

-OJJ, -001 L -O-C-R,

-oo-c- R

II

It

()

()

Gambar I Reaksi Pembukaan einein oksirana


Reaksi epoksidasi minyak jarak pagar menjadi EJP memiliki energi aktivasi
sebesar 45,43 kJimol [17] setara dcngan 10,86 kkallmol dan relatif lebih rendah
dibandingkan energi aktivasi rcaksi pembukaan einein epoksida sebesar 16,3 kkalimol
[19]. Seem'a tcoretis reaksi epoksidasi minyak jarak pagar mcnghasilkan EJP lcbih
dominan dibandingkan reaksi pembukaan eineinnya. Namun demikian, perbedaan energi
aktivasi yangjuga relatifkceil tersebut tetap mcmungkinkanteljadinya rcaksi pembukaan
eil1ein epoksida schingga sebagian produk EJP tclah mcngalami rcaksi pcmbukaan eincin.
Bcrdasarkan hasil ana1isis FTlR, spcktrum EJP mel1unjukkan adanya serapan
pada bilangan gclombang 3472 em" (gugus --D1I), 1241 em" (gugus C-O); 1743 em-'
(gugus C=O); 1169 enf l dan 723 em 1 (eincin oksirana). Muneulnya pita scrapan yang
melcbar pada 3472 em"

menunjukkan adanya gugus hidroksil yang kcmungkinal1

terbentuk akibat dari reaksi samping pembukaan cinein epoksida. Keberadaan gugus -Oll
juga didukung serapan pada bilangan gelombang 1377 em" yang memberikan indikasi
gugus hidroksil sekunder. Spektnm1 IR poliol ditampilkan pada Gambar 2.

3.2 Poliol dad EJP


Transformasi EJP menjadi poliol pada berbagai ragam %AA, %TEA dan waktu
reaksi telah berhasil dilakukan pada penelitian ini. Variasi %AA, %TEA dan waktu reaksi
sebanyak 48 jenis perlakukan dengan tiga kali ulangan menghasilkan respon bilangan
hidroksil, bilangan oksirana dan rendemen reaksi yang berbeda-beda.

666

Prosiding Seminar Nasiollal Saills V, Bogor, /0 November 2012

82-:

t:

80-:
n~

113-;
7.<\

12 ~
10:
8~

136-:

64 -:

I.

4000

''''0

2000

'000

500

Gamhar 2. Spektrum senyawa EJP hasil sintesis


Data hasil pcnelitian menunjukkan bahwa hilangan hidroksil, hilangan oksirana
dan rendemcn poliol berturut-turut berkisar 70.234
% dan 58,93

134,915 mg KOH/g, 0,029 - 0,138

91,53%. Data hilangan hidroksil yang lengkap digunakan untuk

mempeiajari pengaruh AA. katalis TEA. dan waktu reaksi terhadap pencapaian bilangan
hidroksil poliol. Bilangan hidroksil merupakan parameter utama kualitas poliol yang
digunakan untuk formulasi poliurctan.
Data bilangan oksirana poliol pada semua ragam perlakuan mcnunjllkkan
penurunan dibandingkan dengan data bilangan oksirana sebcsar 3.15% pada EJP. hal ini
mcngindikasikan bahwa reaksi pembllkaan cincin epoksida pada penelitian ini berhasil.
Salah satu bllkti kcberhasilan reaksi tcrsebllt adalah terbcntllknya gugus hidroksil yang
ditllnjukkan melalui anal isis bilangan hidroksil. Namun dcmikian, penurunan bilangan
oksirana tidak secara linier berimbas terhadap kenaikan bilangan hidroksil scbab reaksi
pembllkaan cinein epoksida diduga menghasilkan produk lain disamping poliol. Dari
hasil karakteriksasi menggunakan FTIR juga menllnjukkan bahwa produk poliol telah
terbentuk.

Serapan gugus yang mllncul

pada poliol

mirip dengan gugus yang

teridentifikasi pada EJP, perbedaannya adalah adanya penurunan % transmitansi (% T)


gugus -OH yang memberikan dampak naiknya konsentrasi OH yang terbentuk, seiring
dengan naiknya %T epoksida, tetapi sintesis ini belum sempurna karena masih
teridentitlkasi serapan pada bilangan gelombang 1169 dan 723 em- l yang menunujukkan
adanya cincin epoksida.

Gugus -OH teridentitlkasi berkedudukan sekunder. HasH

penelitian ini memperkuat hasil penelitian Petrovic el at. [20], bahwa sintesis poliol

Prosiding Seminar Nasiollal Saills V, Bogor, 10 November 2012

667

melalui tahapan epoksida menghasilkan poliol dengan gugus hidroksil pada posisi
sekunder.
Dalam teknologi

poliuretan, posisi gugus hidroksil

berpengaruh terhadap

reaktifitasnya dengan isosianat. Poliol dengan gugus hidroksil primer lebih reaktif
daripada poliol dengan gugus hidroksil pada posisi sekunder. Perbedaan reaktifitas ini
menentukan jenis aplikasi dari poliuretan. Poliol dengan gugus hidroksil pada posisi
sekunder berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku pelapis poliuretan, karena
memiliki reaktifitas terhadap isosianat yang lebih rendah pada suhu ruang. Hasil
penelitian yang dilaporkan oleh Kong dan Narine [23], poliol dari minyak Canola dengan
gugus hidroksil pada posisi primer dapat digunakan untuk bahan plastik poliuretan karena
memiliki reaktifitas yang lebih tinggi daripada poliol dengan gugus hidroksil pada posisi
sekunder.
Dalam penelitian ini, rendemen poliol yang dihasilkan berkisar an tara 58,93%
dan 91,53% dcngan rata-rata 80,24%. Rcndemen

terendah tcrjadi pada kondisi reaksi

1,4% AA. 2% TEA dan waktu reaksi 120 menit, sedangkan kondisi tertinggi tereapai
pada penggunaan 2,9% AA. 3% TEA dan waktu reaksi 180 menit. lIasil analisis
kcragaman terhadap bilangan hidroksil poliol menunjukkan bahwa %AA, dan %TEA
berpengarllh

nyata

terhadap

bilangan

hidroksil.

sedangkan

waktu

reaksi

tidak

berpengaruh nyata terhadap bilangan hidroksil. Gambar 3 memperlihatkan respon


bilangan hidroksil pada variasi %AA dan waktu reaksi. Pengaruh variasi %TEA beillm
bisa terlihat pada kurva tersebut, pengaruh variasi %TEA dapat dilihat seeara jelas pada
kurva kontur yang ditunjukkan pada Gambar 4.
Pad a Gambar 3. memperlihatkan terjadinya kenaikan bilangan hidroksil poliol
apabila %AA bertambah bcsar, sedangkan kenaikan waktll reaksi tidak memberikan
pengaruh yang signitikan terhadap kenaikan bilangan hidroksil. Kenaikan bilangan
hidroksil akibat peningkatan %AA seeara jelas terlihat lebih tinggi dibandingkan
kenaikan bilangan hidroksil yang disebabkan oleh kenaikan waktu reaksi.
Bilangan hidroksil poliol hasil sintcsis yang dihasilkan dari penclitian ini berada
pada kisaran 70.234 - 134,915 mg KOH/g, lebih rendah dari prediksi teoretis 230 - 240
mg KOH/g dengan asumsi fungsionalitas EJP memiliki 3 gllgus epoksidalmol. Bilangan
hidroksil poliol yang lebih rendah diduga disebabkan oleh terjadinya reaksi-reaksi antara
gugus hidroksi I yang terbentuk dan guglls epoksida membentuk dimer, trimer atau
oligomer. Reaksi oligomerisasi dapat terjadi lebih eepat dengan adanya H' dari AA.

668

Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 2012

Secara fisik, reaksi oligomerisasi ditandai dengan kenaikan viskositas poliol akibat
kenaikan bobot molekul polioi.

1:::

Bilallgau Hidrok,i1
100

Waktu (memt)

Gambar 3 Kurva respon bilangan hidroksil pada variasi %AA dan


waktu reaksi
Dalam penelitian ini, upaya untuk mencegah teIjadinya reaksi oligomerisasi telah
dilakukan dengan menambahkan katalis TEA yang bersifat basa sehingga diharapkan
dapat menurunkan konsentrasi

H~

dalam campuran reaksi. Mannari V. ef al. [24],

melaporkan poliol yang dihasilkan dari epoksida minyak kedelai yang secara teoretis
memiliki bilangan hidroksil 440-450 mg KOHlg, tetapi akibat dari ter;adinya reaksi
oligomerisasi poliol yang dihasilkan hanya memiJiki bilangan hidroksil pad a kisaran 200
- 250 mg KOHIg. Hasil tersebut sebanding dengan capaian bilangan hidroksil poliol yang
dihasilkan dalam penelitian ini. Penggunaan TEA selain berfungsi sebagai kataJis dan
mencegah teIjadinya reaksi oligomerisasi, juga berfungsi lebih lanjut dalam mengkatalis
reaksi poliol dengan isosianat dalam fonnulasi poliuretan.

Prosiding Seminar Nasional Sains V, Bogor, 10 November 2012


(c)

669
(d)

:.:~
~,!,j

b,'

0;:

"

..:."
.::

-'
~

:::

1f,0

! ~i!

1:,1

Gambar 3 Pengaruh waktu reaksi dan (%AA pada %TEA 0(% (a), 1% (b), 2% (e) clan 3%)
(d) terhadap bilangan hidroksil
Gambar 4 memperlihatkan pengaruh waktu reaksi dan 1c)AA pada variasi
penggunaan katalis TEA. Kenaikan %TEA seeara konsisten menyebabkan kenaikan
bilangan hidroksil. Pada kondisi AA 4.0% dan waktu reaksi 60 menit, penggunaan TEA
0'% menyebabkan kisaran bilangan hidroksil 90 -

100 mg KOH/g (Gambar 4a),

sedangkan pada penggunaan TEA 1% ternyata bilangan hidroksil berada pada kisaran
100-110 mg KOH/g (Gambar 4b). Pola yang sama terjadi pada penggunaan TEA 2(1.) dan
3% yang sceara berturut-turut menghasilkan bilangan hidroksil pada kisaran 110-120 mg
KOH/g dan 120-130 mg KOHIg (Gambar 4e dan 4d).

Kcnaikan waktu reaksi pada %AA dan (Yo TEA tetap berpengaruh keeil terhadap
peningkatan bilangan hidroksil poliol. Gambar 4a mcnunjukkan bahwa pada kondisi TEA
0%, dan AA 1,5%, kenaikan waktu reaksi ticlak I11cmberikan kenaikan bilangan hidroksil.
Pada penggunaan TEA 3% (Gambar 4d), kenaikan empal kali waktu reaksi dari 60 menit
menjacli 240 menit juga hanya menaikkan bilangan hidroksil sebesar 10 mg KOH/g. Pada
konsentrasi AA dan TEA yang tinggi, kenaikan waktu reaksi tidak menghasilkan
kenaikan bilangan hidroksil.

KESIMPULAN
Sintesis poliol dari minyak jarak pagar melalui epoksidasi dilanjutkan dengan
reaksi pembukaan einein epoksida telah berhasil dilakukan dalam penelitian ini.
Transformasi EJP menjadi poliol pada berbagai ragam %AA, %TEA dan waktu reaksi
menghasilkan poliol dengan bilangan hidroksil, bilangan oksirana dan rendemen berturut
turut pada kisaran 70.234 - 134,915 mg KOHlg, 0,029

0,138 % dan 58,93

91,53%.

Rata-rata bilangan hidroksil, bilangan oksirana, dan rendemen poliol yang dihasilkan
berturut-turut adalah 97,418 mg KOH/g, 0,067% dan 80,24%. Kenaikan bilangan

670

Prosiding Seminar Nasiollal Sains V, Bogor, 10 November 2012

hidroksil poliol secara signifikan dipengaruhi oleh kenaikan %AA dan %TEA, sementara
kenaikan waktu reaksi tidak signifikan berpengaruh.
DAFTAR PUSTAKA
11. Cowd, 1991. Kimia Polimer. Bandllng : Penerbit ITB
'1

[BPS] Biro Pusat Statistik 1998. Statistik Perc/agangal1 Lliar Negcri Illdonesia Vol
2.1989-1998.
Wijanarko A Alf~l A, Budi S. 2004. Perancangan Awal Pabrik Polyurethane
Berbasis Minyak Jarak di Indonesia. JUri/a! Tekno!ogi. 2: 109-119.
Chasar DW, Sagamore H, Hughes MJ, penemu; Noveon Inc. Method of Making
Oleochemical Oil-based Poliols. US Patent. US 2003/0088054 A I. 8 Mei 2003.
Guner FS, Yusuf Y dan AT. Erciyes, 2006. Polymers from triglyceride oils. Prog.
Polrm. Sci. 31 (2006) 633-670. D01:10.1 0 161 j .progpolymsci. 2006.07.00 I

Lye OT, Norin ZKS, dan Salmiah A. 2006. Production of Moulded Palm-Based
Flexible Poliuretan Foams. JOllrnal of Palm Research. Vol. 18 June 2006 p.198
203 .
. -]. Rupilius W dan Ahmad S 2007. The changing world of oleochemical. Malaysian
Palm Oil Board. [terhubung berkala]
[02 Juli 2007].
,,1.

[8]. Budi FS. 2001. Pengembangan Proses Konversi Minyak Sawit (CPO) menjadi
Poliuretan. lThesis] Bandung: Jurusan Teknik Kimia, lntitut Teknologi Bandung.
[9].

Petrovic ZS, Zhang W, Javni I (2005) Structure and properties of poliuretans


prepared from triglyceride poliols by ozonolysis. Biollwcramo!eclIles 6:713--719.

[10].

Rios LA. 2003. Heterogeneously catalysed reactions with vegetable oils:


epoxidation and nucleophilic epoxide ring-opening with alcohol (disertasi].
Aachen: The Institute of Chemical Technology and Heterogeneous Catalysis.
University RWTH.

[11].

HiJl K. 2000. Fats and Oils as Oleochemical raw materials. Pure Appl. Chem.
Vol.72, No.7, pp. 1255-1264

(12].

Prociak AF, Bagdal D. 2006. [Abstract] Microwave-Enhanced Synthesis of


Vegetable Oil-Based Poliols for Poliuretan Applications. Cracow University of
Technology, Department of Chemistry and Technology of Polymers, ul.
Warszawska 24, Krakow 31-155 Poland.

[13]. Wool RP. and Khot SN. 2007. Bio-based Resins and Natural Fibers. Publication is
copyrighted by ASM Intemational. Material Park, Ohio, USA. [terhubung berkalaJ
"'-=~". c..".:"":":.-''':'~C'-''"'-'=-''!'~'-::='-'-'.'"'~ (14 April 2007]

Prosiding Seminar Nasioflal Sab,s V, Bogor, 10 November 2012

671

[14]. Wilkes GL, Sohn S, and Tamami B. penemu; Virginia Tech Intellectual Properties,
Inc. Nonisocyanate poliuretan materials, and their preparation from epoxidized
soybean oils and related epoxidized vegetable oils, incorporation of carbon dioxide
into soybean oil, and carbonation of vegetable oils. US Patent. 7,045,557 B2. 16
Mei 2006.
[15]. Fies M, Endres H, and Ronald K. 2007. UV Curing resins based on renewable raw
materials. Gennany: Cognis Deutschland GmbH.
[16]. Shah S, Shanna S, Gupta MN. 2003. Biodiesel preparation by Iipase-catalysed
transesterification ofjatropha oil. Energy & Fuels 18: 154-159.
[17]. Sugita P, Sjahriza A, Arifin B, Suharto J. 2007. Optimization of Jatropha cllrcas L.
methyl ester epoxidation with Amberlite IR-120 catalyst. Prosiding Seminar
Internasional ICOWOBAS UNAIR Surabaya 7-8 Agustus 2007
[IS]. Meyer P, et al. 200S. Epoxidation of Soybean Oil and Jatropha Oil. 111tlmmasat Inl
J Sc Tech Vol 13 Special edition, Novemner 200S.
[19].

Campanella A dan Baltanas MA. 2005. Degradation of the Oxirane Ring of


Epoxidized Vegetable Oils in Liquid System: I.Hydrolysis and Attack by H202.
Latin American Applied Research. 35 :205-21 O.

[20].

Petrovic ZS, Zlatanic A, Lava Cc, Sinadinovic-Fiser S. 2001. Epoxidalion of


soybean oil ill toilielle n"i/h peroxo{leelic and perox%rmic acids - Kif/clies alld
side reaeliol1s. Kansas: Pitsburg State University, Kansas Polymer Reasearch
Center.
[21]. Gan LB, Ooi KS, Gan LM, Goh SH. 1995. Effect of epoxidation on thennal
oxidative stabilities of fatty acid esters derived from palm olein. J Am Oil Chem
Soc 72:439-442.
[22]. Rangrajan B, Havey A, Grulke EA, Culnan PD. 1995. Kinetic parameter of a two
phase model for in-sitll epoxidation of soybean oil. JAm Oil Soc 72: 1161-1169.
[23]. Kong X. dan Narine SS 2007. Physical properties of polyurethane plastic sheets
produced from polyols from Canola oil. Biomacromolecliles, S, 2203-2209.
[24]. Mannari V, Y. Guo, J. Hardeski and J. Maddingill, Jr. 2003. Proceedings qfthe 941h
American Oil Chemists Society Annual Aleeting, Kansas City, MI, USA.

672

Prosiding Seminar Nasional Sains V. Bogor, 10 November 2012

You might also like