Professional Documents
Culture Documents
Purwantiningsih - Prosiding Seminar Nasional Sains V, November 2012 PDF
Purwantiningsih - Prosiding Seminar Nasional Sains V, November 2012 PDF
Purwantiningsih - Prosiding Seminar Nasional Sains V, November 2012 PDF
ISBN:
978-979-95093-8-3
Berkelanjutan
Prosiding
Dewan Editor
Dr. Kiagus Dahlan
Dr. Suryani
Dr. Miftahudin
Dr. Charlena
Dr. Indahwati
II
Copyright 2012
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogar
Prosiding Seminar Nasional Sains V " Sains Sebagai Landasan Inovasi dalam Bidang Energi,
Lingkungan dan Pertanian Berkelanjutan" di Bogar pada tanggal 10 November 2012
Penerbit : FMIPA-IPB, lalan Meranti Kampus IPB Dramaga, Bogar 16680
Telp/Fax: 0251-862548118625708
http://fmipa.ipb.ac.id
Terbit 10 November 2012
xi + 866 halaman
ISBN:
978-979-95093-8-3.
111
Kimia
541
PENDAHULUAN
Poliol adalah salah satu bahan yang digunakan dalam industri pelapis/cat jenis
poliuretan. Pojiurelan adalah produk polimer yang dibuat dengan cara mereaksikan
alkohol dengan isosianat. Dewasa ini ada beberapa jenis poliuretan yang telah dibuat
antara lain: elastomer, perekat, busa, cat, sealen! dan lain-lain. Dalam industri cat,
poliuretan merupakan salah satu jenis cat yang memiliki banyak kelebihan dibandingkan
jenis cat lainnya antara lain: daya tahan terhadap euaca, daya kilap tinggi, tingkat
kekerasan yang cukup baik, dan daya rekat yang baik pad a berbagai jenis bahan (logam,
plastik dan kayu) [1].
Konsumsi poJiuretan dunia mengalami peningkatan dan tahun ke tahun dengan
kenaikan rata-rata 5,1 % sampai dengan tahun 2005. Konsumsi poliuretan di Indonesia
dari tahun 1989 sampai dengan tahun 1995 mengalami kenaikan kurang lebih 37% dari
661
1.160 ton menjadi 6.159 ton [2]. Kebutuhan poliuretan Indonesia pada tahun 2004 tdah
mencapat 17.465 ton/tahun dan diprediksi mencapai 35 ribu ton pertahun pada tahun
2014 [3]. Seluruh kebutuhan poliuretan di Indonesia tersebut masih dipenuhi melalui
impor dari luar negeri.
Sebagian besar poliuretan dibuat dari poliol yang bersumber dari turunan minyak
bumi. Muncu)nya isu lingkungan terkait penggunaan min yak bumi mendorong semua
pihak untuk mencari bahan baku produksi poliol alternatif [4, 5, 6]. Minyak nabati
merupakan salah satu alternatif bahan baku yang dapat digunakan untuk memproduksi
polio!. Minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku poliol antara lain:
minyak kedelai, minyak castor, minyak palm, min yak bunga matahari, dan minyak
linseed. Dibandingkan dengan poliol berbahan baku minyak bumi (petrokimia), poliol
berbahan baku minyak nabati memiliki keunggulan karen a mudah terurai dan terbarukan.
Di Eropa dan Amerika, poliol berbasis minyak kedelai telah digunakan oleh
industri dalam skala besar menggantikan poliol petrokimia dalam produksi poliuretan [7].
Minyak nabati dapat ditransfonnasi menjadi poliol melalui berbagai eara diantaranya:
hidroksilasi, epoksidasi dilanjutkan dengan pembukaan cincin epoksida, ozonolisis
dilanjutkan
dengan
hidrogenasi
dan
hi drofonnilasi
dilanjutkan
dengan
reduksi.
Pembuatan poliol dari minyak nabati melibatkan pengubahan ikatan nmgkap pad a rantai
samping trigliserida menjadi gugus hidroksil. Sintesis poliol seeara langsung dari minyak
sawit telah dilakukan dengan eara hidroksilasi menggunakan reagen H 20] dan HCOOH
[8]. Berdasarkan hasil peneiitian lainnya, polio I dapat disintesis dari minyak nabati
meialui epoksidasi dilanjutkan dengan pembukaan einein epoksida [7, 9, 10J.
Sintesis poliol dari epoksida minyak nabati dilakukan dengan l11ereaksikan
epoksida minyak nabati dan alkohol atau asam yang memiliki berat molekul (BM)
rendah. Kondisi reaksi yang digunakan akan menentukan produk yang terbentuk yaitu
pada reaksi sempurna akan dihasilkan poliol dengan kandungan OH yang tinggi
sedangkan pada reaksi parsial akan dihasilkan epoksi poliol ester dengan sisa gugus
epoksida [IIJ. Konversi epoksida minyak nabati menjadi poliol telah berhasil dilakukan
dengan menggunakan alkohol, gliserol, etilen glikol [6, II, 12, 13], karbon dioksida [14]
dan asam akrilat [13,15).
Indonesia memiliki banyak sumber minyak nabati, diantaranya kelapa sawit,
kemiri, saga, kapuk, karet dan jarak pagaL
sekarang ini banyak diteliti. Shah et al. (2003) [16] melaporkan bahwa kandungan
minyak biji jarak pagar sekitar 40-60% (bIb). Minyak jarak pagar memiliki kandungan
662
asam lemak yang mirip dengan minyak kedelai. Penggunaan minyak nabati sebagai bahan
bakar sudah cukup berkembang di Indonesia, tetapi penggunaan minyak nabati sebagai
bah an baku poliol belum dikembangkan, padahal di Amerika dan Eropa sudah memasuki
skala industri. Di Eropa dan Amerika, poliol berbasis minyak kedelai telah digunakan
oleh industri dalam skala besar menggantikan poliol petrokimia dalam produksi
poliuretan [7].
Pengembangan minyak jarak pagar sebagai bahan baku poliol mempakan salah
satu cara mendapatkan bahan baku pelapis poliuretan yang selama ini masih diimpor dan
berasal dari bahan baku tidak terbamkan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk
menghasilkan poliol dml minyak jarak pagar yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai
bahan dasar pembentuk poliuretan.
2 METODE PENELITIAN
2.1 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: minyak jarak pagar,
asam akrilat (AA) (Sigma), natrium hidrogen karbonat (E.Mcrck), natrium sulfat
anhydrous (E. Merck), toluena (E. Merck), KOH, trietilamine (TEA), NaOH,
H 3 PO.j, asam asetat, anhidrida asetat, dan fh02.
Pemlatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: satu set alat ret1uk, rotary
evaporator, set alat titrasi, erlenmeyer, bekerglass, mantel heater, pengaduk magnetik, hot
plate, dan spektrofotometer FTIR Thenno Nicolet AVATAR 360.
2,2 Prosedur
Sintesis poliol berbasis minyak jarak pagar dilakukan melalui reaksi epoksidasi
yang dilanjutkan dengan reaksi pembukaan cincin epoksida. Epoksidasi minyak jarak
pagar dilakukan sesuai prosedur yang telah dikembangkan oleh Sugita et al. L17],
sedangkan reaksi pembukaan cincin epoksida menggunakan modifikasi prosedur yang
dilaporkan oleh Chasar et al. [4].
663
corong pisah dimasukkan tetes demi tetes kedalam campuran reaksi. Campuran
dipanaskan dalam penangas air pada suhu 70C seIama 12 jam. Hasil reaksi dinetraIkan
dengan larutan NaHC03 , kemudian dipisahkan dengan corong pisah. Setelah fraksi air
dibuang, epoksida minyak jarak pagar (EJP) dicuci dengan aquades dan dikeringkan
dengan Na2S04 anhidrat. EJP yang dihasilkan dianalisis bilangan Iod, biIangan oksirana,
bilangan peroksida.
HASIL DAN
PEMBAHASA~
664
proses degumming sehingga diperoleh min yak jarak pagar yang terbebas dari kandungan
getah/lendir yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat dan resin tanpa
mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Tabel 1 memperlihatkan nilai
bilangan lod minyak jarak pagar sebesar 108,9 g 12i1 OOg menurun pada E.lP menjadi 10,8
g U 100g, sebaliknya bilangan oksirana pada ElP meningkat dibandingkan bilangan
oksirana minyak menjadi sebesar 3,15%. Penurunan bilangan iod yang teIjadi
mengindikasikan tet:iadinya proses oksidasi ikatan rangkap akibat perlakuan penelitian,
sedangkan peningkatan bilangan oksirana mengindikasikan telah terbentuk cincin
epoksida sebagai salah satu produk oksidasi ikatan rangkap yang terdapat pada min yak
jarak. Dugaan reaksi pembentukan epoksida dari minyak nabati telah dilaporkan oleh Hill
[II); Guner et al. [5]; Sugita et al. [17]; dan Meyer et al. [18];
Tabel 1 Kualitas Minyak .Iarak Pagar dan E.lP
Parameter
Minyak .Iarak
lod (g 121 I OOg)
Bilangan Oksirana (%)
Bilangan peroksida (eq/ 1000g)
ElP
1
3.15
22.31
108.9
0.04
13.38
Nilai bilangan oksirana EJP sebesar 3,15% yang diperoleh pada penelitian
1111
lcbih rendah dibandingkan dengan hasil yang diperoleh oleh Meyer et al. [18] sebesar
n
4,75% menggunakan pereaksi HCOOH dan H20 2 50%, suhu 50 C dan waktu reaksi 5
jam. Rendahnya bilangan oksirana diduga disebabkan oleh penggunaan H20 2 yang
berlebih yang dapat menyebabkan reaksi pembukaan cincin epoksida dari ElP. Selain itu,
pembukaan cincin juga diduga karena katalis Amberlite IR-120 yang digunakan
merupakan resin asam penukar kation. Dugaan reaksi pembukaan cincin oksirana
menurut Campanella dan Baltanas [19] dan Petrovic et al. [20); ditampilkan pada Gambar
1.
Dugaan reaksi pembukaan cincin epoksida oleh sisa peroksida dalam campuran
reaksi yang dikatalis asam didukung oleh penelitian yang dilaporkan oleh Campanella &
Baltanas [19], dimana pada kondisi tersebut reaksi pembukaan cincin secara kinetik
memiliki Ea
16,3
proses epoksidasi pad a penelitian ini juga diduga menjadi penyebab teIjadinya reaksi
pembukaan cincin epoksida sebab waktu reaksi yang lazim digunakan dalam proses
epoksidasi yang dapat meminimalkan reaksi pembukaan ci'ncin adalah 4 jam seperti yang
dilaporkan oleh Gan et al. [21], dan Rangarajan et al. [22].
665
(\A~~
C.~AAA~
~''\AA~A~
(I
x --
()
-oo-c- R
II
It
()
()
terbentuk akibat dari reaksi samping pembukaan cinein epoksida. Keberadaan gugus -Oll
juga didukung serapan pada bilangan gelombang 1377 em" yang memberikan indikasi
gugus hidroksil sekunder. Spektnm1 IR poliol ditampilkan pada Gambar 2.
666
82-:
t:
80-:
n~
113-;
7.<\
12 ~
10:
8~
136-:
64 -:
I.
4000
''''0
2000
'000
500
mempeiajari pengaruh AA. katalis TEA. dan waktu reaksi terhadap pencapaian bilangan
hidroksil poliol. Bilangan hidroksil merupakan parameter utama kualitas poliol yang
digunakan untuk formulasi poliurctan.
Data bilangan oksirana poliol pada semua ragam perlakuan mcnunjllkkan
penurunan dibandingkan dengan data bilangan oksirana sebcsar 3.15% pada EJP. hal ini
mcngindikasikan bahwa reaksi pembllkaan cincin epoksida pada penelitian ini berhasil.
Salah satu bllkti kcberhasilan reaksi tcrsebllt adalah terbcntllknya gugus hidroksil yang
ditllnjukkan melalui anal isis bilangan hidroksil. Namun dcmikian, penurunan bilangan
oksirana tidak secara linier berimbas terhadap kenaikan bilangan hidroksil scbab reaksi
pembllkaan cinein epoksida diduga menghasilkan produk lain disamping poliol. Dari
hasil karakteriksasi menggunakan FTIR juga menllnjukkan bahwa produk poliol telah
terbentuk.
pada poliol
penelitian ini memperkuat hasil penelitian Petrovic el at. [20], bahwa sintesis poliol
667
melalui tahapan epoksida menghasilkan poliol dengan gugus hidroksil pada posisi
sekunder.
Dalam teknologi
berpengaruh terhadap
reaktifitasnya dengan isosianat. Poliol dengan gugus hidroksil primer lebih reaktif
daripada poliol dengan gugus hidroksil pada posisi sekunder. Perbedaan reaktifitas ini
menentukan jenis aplikasi dari poliuretan. Poliol dengan gugus hidroksil pada posisi
sekunder berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku pelapis poliuretan, karena
memiliki reaktifitas terhadap isosianat yang lebih rendah pada suhu ruang. Hasil
penelitian yang dilaporkan oleh Kong dan Narine [23], poliol dari minyak Canola dengan
gugus hidroksil pada posisi primer dapat digunakan untuk bahan plastik poliuretan karena
memiliki reaktifitas yang lebih tinggi daripada poliol dengan gugus hidroksil pada posisi
sekunder.
Dalam penelitian ini, rendemen poliol yang dihasilkan berkisar an tara 58,93%
dan 91,53% dcngan rata-rata 80,24%. Rcndemen
1,4% AA. 2% TEA dan waktu reaksi 120 menit, sedangkan kondisi tertinggi tereapai
pada penggunaan 2,9% AA. 3% TEA dan waktu reaksi 180 menit. lIasil analisis
kcragaman terhadap bilangan hidroksil poliol menunjukkan bahwa %AA, dan %TEA
berpengarllh
nyata
terhadap
bilangan
hidroksil.
sedangkan
waktu
reaksi
tidak
668
Secara fisik, reaksi oligomerisasi ditandai dengan kenaikan viskositas poliol akibat
kenaikan bobot molekul polioi.
1:::
Bilallgau Hidrok,i1
100
Waktu (memt)
H~
melaporkan poliol yang dihasilkan dari epoksida minyak kedelai yang secara teoretis
memiliki bilangan hidroksil 440-450 mg KOHlg, tetapi akibat dari ter;adinya reaksi
oligomerisasi poliol yang dihasilkan hanya memiJiki bilangan hidroksil pad a kisaran 200
- 250 mg KOHIg. Hasil tersebut sebanding dengan capaian bilangan hidroksil poliol yang
dihasilkan dalam penelitian ini. Penggunaan TEA selain berfungsi sebagai kataJis dan
mencegah teIjadinya reaksi oligomerisasi, juga berfungsi lebih lanjut dalam mengkatalis
reaksi poliol dengan isosianat dalam fonnulasi poliuretan.
669
(d)
:.:~
~,!,j
b,'
0;:
"
..:."
.::
-'
~
:::
1f,0
! ~i!
1:,1
Gambar 3 Pengaruh waktu reaksi dan (%AA pada %TEA 0(% (a), 1% (b), 2% (e) clan 3%)
(d) terhadap bilangan hidroksil
Gambar 4 memperlihatkan pengaruh waktu reaksi dan 1c)AA pada variasi
penggunaan katalis TEA. Kenaikan %TEA seeara konsisten menyebabkan kenaikan
bilangan hidroksil. Pada kondisi AA 4.0% dan waktu reaksi 60 menit, penggunaan TEA
0'% menyebabkan kisaran bilangan hidroksil 90 -
sedangkan pada penggunaan TEA 1% ternyata bilangan hidroksil berada pada kisaran
100-110 mg KOH/g (Gambar 4b). Pola yang sama terjadi pada penggunaan TEA 2(1.) dan
3% yang sceara berturut-turut menghasilkan bilangan hidroksil pada kisaran 110-120 mg
KOH/g dan 120-130 mg KOHIg (Gambar 4e dan 4d).
Kcnaikan waktu reaksi pada %AA dan (Yo TEA tetap berpengaruh keeil terhadap
peningkatan bilangan hidroksil poliol. Gambar 4a mcnunjukkan bahwa pada kondisi TEA
0%, dan AA 1,5%, kenaikan waktu reaksi ticlak I11cmberikan kenaikan bilangan hidroksil.
Pada penggunaan TEA 3% (Gambar 4d), kenaikan empal kali waktu reaksi dari 60 menit
menjacli 240 menit juga hanya menaikkan bilangan hidroksil sebesar 10 mg KOH/g. Pada
konsentrasi AA dan TEA yang tinggi, kenaikan waktu reaksi tidak menghasilkan
kenaikan bilangan hidroksil.
KESIMPULAN
Sintesis poliol dari minyak jarak pagar melalui epoksidasi dilanjutkan dengan
reaksi pembukaan einein epoksida telah berhasil dilakukan dalam penelitian ini.
Transformasi EJP menjadi poliol pada berbagai ragam %AA, %TEA dan waktu reaksi
menghasilkan poliol dengan bilangan hidroksil, bilangan oksirana dan rendemen berturut
turut pada kisaran 70.234 - 134,915 mg KOHlg, 0,029
91,53%.
Rata-rata bilangan hidroksil, bilangan oksirana, dan rendemen poliol yang dihasilkan
berturut-turut adalah 97,418 mg KOH/g, 0,067% dan 80,24%. Kenaikan bilangan
670
hidroksil poliol secara signifikan dipengaruhi oleh kenaikan %AA dan %TEA, sementara
kenaikan waktu reaksi tidak signifikan berpengaruh.
DAFTAR PUSTAKA
11. Cowd, 1991. Kimia Polimer. Bandllng : Penerbit ITB
'1
[BPS] Biro Pusat Statistik 1998. Statistik Perc/agangal1 Lliar Negcri Illdonesia Vol
2.1989-1998.
Wijanarko A Alf~l A, Budi S. 2004. Perancangan Awal Pabrik Polyurethane
Berbasis Minyak Jarak di Indonesia. JUri/a! Tekno!ogi. 2: 109-119.
Chasar DW, Sagamore H, Hughes MJ, penemu; Noveon Inc. Method of Making
Oleochemical Oil-based Poliols. US Patent. US 2003/0088054 A I. 8 Mei 2003.
Guner FS, Yusuf Y dan AT. Erciyes, 2006. Polymers from triglyceride oils. Prog.
Polrm. Sci. 31 (2006) 633-670. D01:10.1 0 161 j .progpolymsci. 2006.07.00 I
Lye OT, Norin ZKS, dan Salmiah A. 2006. Production of Moulded Palm-Based
Flexible Poliuretan Foams. JOllrnal of Palm Research. Vol. 18 June 2006 p.198
203 .
. -]. Rupilius W dan Ahmad S 2007. The changing world of oleochemical. Malaysian
Palm Oil Board. [terhubung berkala]
[02 Juli 2007].
,,1.
[8]. Budi FS. 2001. Pengembangan Proses Konversi Minyak Sawit (CPO) menjadi
Poliuretan. lThesis] Bandung: Jurusan Teknik Kimia, lntitut Teknologi Bandung.
[9].
[10].
[11].
HiJl K. 2000. Fats and Oils as Oleochemical raw materials. Pure Appl. Chem.
Vol.72, No.7, pp. 1255-1264
(12].
[13]. Wool RP. and Khot SN. 2007. Bio-based Resins and Natural Fibers. Publication is
copyrighted by ASM Intemational. Material Park, Ohio, USA. [terhubung berkalaJ
"'-=~". c..".:"":":.-''':'~C'-''"'-'=-''!'~'-::='-'-'.'"'~ (14 April 2007]
671
[14]. Wilkes GL, Sohn S, and Tamami B. penemu; Virginia Tech Intellectual Properties,
Inc. Nonisocyanate poliuretan materials, and their preparation from epoxidized
soybean oils and related epoxidized vegetable oils, incorporation of carbon dioxide
into soybean oil, and carbonation of vegetable oils. US Patent. 7,045,557 B2. 16
Mei 2006.
[15]. Fies M, Endres H, and Ronald K. 2007. UV Curing resins based on renewable raw
materials. Gennany: Cognis Deutschland GmbH.
[16]. Shah S, Shanna S, Gupta MN. 2003. Biodiesel preparation by Iipase-catalysed
transesterification ofjatropha oil. Energy & Fuels 18: 154-159.
[17]. Sugita P, Sjahriza A, Arifin B, Suharto J. 2007. Optimization of Jatropha cllrcas L.
methyl ester epoxidation with Amberlite IR-120 catalyst. Prosiding Seminar
Internasional ICOWOBAS UNAIR Surabaya 7-8 Agustus 2007
[IS]. Meyer P, et al. 200S. Epoxidation of Soybean Oil and Jatropha Oil. 111tlmmasat Inl
J Sc Tech Vol 13 Special edition, Novemner 200S.
[19].
[20].
672