Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 27

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, BONUS PLANS, DEBTCOVENANT, DAN FIRM SIZE TERHADAP MANAJEMEN LABA

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia


2008-2010)
Wika Septian Prasetyo
Prof. Dr. H. Abdul Rohman S.E., M.Si., Akt.

ABSTRACT
This study aims to obtain empirical evidence about the influence of
corporate governance practices, bonus plans, debt-covenant and firm size on
earnings management practices. Corporate governance practices were measured
using three variables (the structure of independent commissioners, the audit
committee and auditor reputation with size of Public Accountant Office), bonus
plans are measured from the bonus by using a dummy, debt-covenant with
measured by debt to equity ratio, and firm size measured value of the number of
shares outstanding year-end.
Earnings management measured by discretionary accruals using the
Modified Jones Model. The population in this study is 135 manufacturing
companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2008-2010. The research data
obtained from financial statements and annual reports of manufacturing
companies in the period 2008-2010. Based on purposive sampling method,
samples obtained as many as 18 companies by the number of observation data as
much as 54 data derived from the company's total sample multiplied by the period
2008 to 2010. The hypothesis in this study were tested using multiple regression
analysis.
The analysis showed that the variable that have a significant influence on
earnings management is firm size. Furthermore, the structure of independent
commissioners, the audit committees, auditor reputation, bonus plans, and debtcovenants does not significantly influence earnings management.
Key words: earnings management, corporate governance, the structure of
independent commissioners, the audit committee, auditor reputation, bonus plans,
debt-covenant and firm size.

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah


Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses, merupakan

suatu ringkasan dari transaksi transaksi keuangan yang terjadi selama tahun
buku yang bersangkutan. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan
tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas tugas yang dibebankan
kepadanya oleh pemilik perusahaan ( Baridwan . 2004 :17).
Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan adalah
informasi mengenai laba perusahaan. Laba juga digunakan sebagai alat untuk
mengukur kinerja manajemen perusahaan selama periode tertentu serta dapat
dipergunakan untuk memperkirakan prospek perusahaan di masa depan
(Boediono, 2005).
Manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam
menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan sehingga
manajemen cenderung memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat
memberikan informasi laba lebih baik. Pilihan metode akuntansi yang secara
sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan
manajemen laba atau earnings management (Halim dkk, 2005). Debt-covenant
hypothesis menyatakan bahwa jika semua hal lain tetap sama, semakin dekat
perusahaan dengan pelanggaran perjanjian utang yang berbasis akuntansi, sangat
dimungkinkan manajer perusahaan mempengaruhi angka-angka akuntansi pada
laporan keuangan. Angka-angka akuntansi dapat dipengaruhi dengan melakukan
manajemen laba ( Nurul dan Baridwan, 2005).
Laba sebagai bagian dari laporan keuangan tidak menyajikan fakta yang
sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan sehingga laba yang diharapkan
dapat memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi
diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya
tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan
(Boediono, 2005). Teori agensi memberikan pandangan bahwa masalah earnings

management dapat diminimumkan dengan pengawasan sendiri melalui good


corporate governance (Herawaty, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul Pengaruh
Corporate Governance, Bonus Plans, Debt-Covenant dan Firm Size terhadap
Manajemen Laba. Dalam penelitian ini, penulis ingin membuktikan bahwa
corporate governance, bonus plans, debt-covenant dan firm size berpengaruh
terhadap manajemen laba pada perusahaan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu 2008 2010.
1.2

Rumusan Masalah

1.

Apakah Corporate Governance berpengaruh terhadap Manajemen Laba ?

2.

Apakah Bonus Plans berpengaruh terhadap Manajemen Laba ?

3.

Apakah Debt-Covenant berpengaruh terhadap Manajemen Laba?

4.

Apakah Firm Size berpengaruh terhadap Manajemen Laba?

1.3

Tujuan dan Manfaat


Berdasarkan uraian masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Memperoleh bukti empiris Corporate Governance berpengaruh terhadap
Manajemen Laba.
2. Memperoleh bukti empiris Bonus Plans berpengaruh terhadap Manajemen
Laba.
3. Memperoleh

bukti

empiris

Debt-Covenant

berpengaruh

terhadap

Manajemen Laba.
4. Memperoleh bukti empiris Firm Size berpengaruh terhadap Manajemen
Laba.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1.

Bagi Profesi Akuntan Publik


Menjadi bahan informasi pada profesi akuntan publik tentang manajemen
laba dan faktor faktor yang berpengaruh terhadap manajemen laba.

2.

Bagi Akademisi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
literatur - literatur terdahulu mengenai manajemen laba di negara
berkembang khususnya Indonesia.

3.

Bagi Peneliti Selanjutnya


Penelitian

ini

sebagai

sumber

referensi

dan

informasi

untuk

memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai pembahasan faktor


faktor yang berpengaruh terhadap manajemen laba.
LANDASAN TEORI
2.1

Landasan Teori

2.1.1 Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah media yang digunakan oleh manajemen untuk
menunjukkan keberhasilannya dalam mengelola sumber daya perusahaan yang
dipercayakan kepadanya (Primanita & Setiono : 2006). Informasi laba
sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Consepts
(SFAC) Nomor 2 (dikutip Boediono, 2005) merupakan unsur utama dalam
laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya
karena memiliki nilai prediktif.
2.1.2 Laba
Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau
kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan. Baik kreditur
maupun investor, menggunakan laba untuk: mengevaluasi kinerja manajemen,
memperkirakan earnings power, dan untuk memprediksi laba dimasa yang akan
datang (Hamongan dan Masud, 2006).

2.1.3 Teori Agensi


Menurut Agency Theory, perusahaan dipandang sebagai kontrak antara
manajemen (sebagai agent) dan pemilik (sebagai principal). Berdasarkan teori ini,
karakteristik asli manusia akan mengutamakan kepentingan sendiri, manajemen
(agent) tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaiknya pemilik (principal),
(Primanita dan Setiono, 2006). Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak
untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat.
Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan
psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun
kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena
principal tidak dapat memonitor aktivitas agent sehari-hari untuk memastikan
bahwa agent bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (Widyaningdyah,
2001)
Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent.
Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan
kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya
ketidakseimbangan

informasi

yang

dimiliki

oleh

principal

dan

agent.

Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi


(Widyaningdyah, 2001). Asimetri informasi ini mengakibatkan terjadinya moral
hazard berupa usaha manajemen (management effort) untuk melakukan earnings
management. (Palestin, 2006). Namun, teori agensi memberikan pandangan
bahwa masalah earnings management dapat diminimumkan dengan pengawasan
sendiri melalui good corporate governance (Herawaty, 2007).
2.1.4 Manajemen Laba
2.1.4.1 Pengertian Manajemen Laba
Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang
perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu daripada pemilik sehingga terjadi
asimetri informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktek akuntansi
dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu (Herawati,
2007). Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen

untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau earnings
management (Halim dkk, 2005).
Primanita dan Setiono (2006), menyatakan bahwa Manajemen laba
(earning management) adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan untuk mempengaruhi laba (income) yang dilaporkan yang dapat
memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomis (economic advantage)
yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan dalam jangka panjang bahkan
merugikan perusahaan.
2.1.4.2 Motivasi melakukan manajemen Laba
Menurut Scott (2003) dalam Luhgiatno (2008) menyatakan bahwa terdapat
berbagai motivasi yang mendorong manajer perusahaan melakukan manajemen
laba, yaitu :
1. Bonus plans
Manajer memiliki informasi mengenai laba bersih sebelum dilaporkan
dalam laporan keuangan. Manajer akan berusaha untuk mengatur laba
bersih tersebut sehingga dapat memaksimalkan bonus berdasarkan
compensation plans perusahaan. Ada dua pendekatan yang dapat ditempuh
oleh manajer dalam mengendalikan laba, yaitu : mengendalikan accruals,
yaitu meliputi penghasilan (revenue) dan beban (expense) dalam
perhitungan rugi yang tidak mempengaruhi cash flows

dan dengan

merubah kebijakan akuntansi.


2. Debt Covenant
Kontrak hutang jangka panjang (debt covenant) merupakan perjanjian
untuk melindungi pemberi pinjaman (lender atau kreditor) dari tindakan
tindakan manajer terhadap kepentingan kreditor, seperti deviden yang
berlebihan, pinjaman tambahan, atau membiarkan model kerja dan
kekayaan pemilik berada di bawah tingkat yang telah ditentukan, yang
mana semuanya menurunkan keamanan (atau menaikkan resiko) bagi
kreditur yang telah ada . kontrak ini didasarkan pada teori akuntansi positf,
yakni hipotesis debt covenant, yang menyatakan bahwa semakin dekat

suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang, manajer memiliki


kecenderungan

untuk

memilih

prosedur

akuntansi

yang

dapat

memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan.


3. Political motivation
Aspek politis tidak dapat dilepaskan dari perusahaan, terutama perusahaan
atau industri strategis, karena aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang
banyak. Beberapa motivasi politis yang mendorong perusahaan melakukan
manajemen laba dengan cara menurunkan laba antara lain (a) untuk
mengurangi biaya politis dan pengawasan dari pemerintah, (b) untuk
memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah , misalnya subsidi,
perlindungan dari pesaing luar negeri, dan (c) untuk meminimalkan
tuntutan serikat buruh.
4. Taxation motivation
Perpajakan merupakan salah satu alasan utama perusahaan mengurangi
laba bersih yang dilaporkan. Sebagai contoh, untuk persediaan, perusahaan
akan memilih metode akuntansi LIFO, yang menghasilkan laba bersih
paling rendah dibandingkan metode lainnya.
5. Pergantian CEO
Beragan motivasi timbul disekitar waktu pergantian CEO. Sebagai contoh,
CEO yang mendekati masa akhir penugasan atau pension akan melakukan
strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonus dan membuat
CEO yang baru merasa sangat berat untuk mencapai tingkat laba tersebut.
Demikian juga dengan CEO yang kurang berhasil memperbaiki kinerja
perusahaan

memiliki

kecenderungan

memaksimalkan

laba

untuk

mencegah atau membatalkan pemecatan atas dirinya.


6. Initial Public Offering (IPO)
Pada hakikatnya, perusahaan yang baru pertama kali menawarkan
sahamnya di pasar modal belum memiliki harga pasar sehingga memiliki
masalah mengenai penetapan nilai saham yang akan ditawarkan. Oleh
karena itu, informasi keuangan yang terdapat dalam prospektus merupakan
sumber informasi yang sangat berguna. Secara analitikal, informasi berupa

laba bersih dapat digunakan sebagai sinyal kepada investor tentang nilai
perusahaan. sehingga hal ini memunculkan kemungkinan bahwa pihak
manajemen perusahaan yang go public akan melakukan manajemen laba
untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas saham perusahaannya.
2.1.4.3 Pola Manajemen Laba
Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dalam Luhgiatno (2008) dapat
dilakukan dengan cara:
a. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan
dapat meningkatkan laba di masa datang.
b. Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang
tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun
drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
c. Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization
bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus
yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan
pelanggaran perjanjian hutang.
d. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada
umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2.1.5

Corporate Governance

2.1.5.1 Pengertian Corporate Governance


Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2002)
sebagaimana dikutip Luhgiatno (2008), Corporate Governance didefinisikan
sebagai seperangkat aturan yang mendefinisikan hubungan antara pemegang
saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan stakeholder internal dan
eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka, atau
sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
2.1.5.2 Manfaat Corporate Governance
Manfaat corporate governance menurut Forum for Corporate Governance
in Indonesia (FCGI, 2002) sebagaimana dikutip Luhgiatno (2008) adalah:
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga
dapat meningkatkan corporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholder value dan dividen.
2.1.5.3 Praktik Corporate Governance
Dalam rangka pelaksanaan tata kelola perusahaan (corporate governance)
yang baik, perusahaan perlu melakukan pembentukan dewan komisaris
independen dan komite audit. (Palestin, 2006). Selain itu, Perusahaan perlu jasa
pihak ketiga yaitu Akuntan publik (auditor independen) untuk melakukan
penilaian atas laporan keuangan karena akuntan publik sebagai auditor eksternal
yang relatif lebih independen dari manajemen dibandingkan auditor internal,
sejauh ini diharapkan dapat meminimalkan kasus rekayasa laba dan meningkatkan
kredibilitas informasi akuntansi dalam laporan keuangan. (Meutia, 2004).

2.1.6 Penelitian Terdahulu


Penelitian secara empiris mengenai manajemen laba juga dilakukan oleh
beberapa peneliti sebagai bagian dari penelitian tersebut berfokus manajemen laba
dan faktor faktor yang mempengaruhinya (corporate governance yang
diproksikan dalam bentuk reputasi auditor, struktur dewan komisaris independen
dan komite audit, bonus plans, debt covenant dan firm size).
Hasil penelitian Palestin (2006) menunjukkan bahwa Bonus Plans
berpengaruh positif terhadap manajemen laba Hasil penelitian Widyaningdyah
(2001), menunjukkan bahwa hanya faktor leverage (debt covenant) yang
berpengaruh positif terhadap earnings management. Hal ini berarti earnings
management berkaitan dengan sumber dana eksternal khususnya utang yang
digunakan untuk membiayai kelangsungan perusahaan. Hal tersebut diperkuat
dengan penelitian Nurul dan Baridwan (2007), yang menunjukkan bahwa debt
covenant berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian Luhgiatno (2008) menemukan bahwa Mencegah Tindakan
Manajemen Laba dapat dilakukan dengan mengimplementasikan mekanisme
Corporate Governance. Penelitian Wedari (2004) dan Boediono (2005)
menunjukkan bahwa yang menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian
Nasution dan Setiawan (2007) yang menunjukkan bahwa komite audit
berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian Palestin (2006) menemukan bahwa struktur kepemilikan
dan proporsi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Sedangkan hasil penelitian Veronica dan Utama (2005) menemukan bahwa tiga
variabel corporate governance tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

2.2

Kerangka Pemikiran
Struktur Dewan
Komisaris
Independen
Komite Audit

Reputasi Auditor
Manajemen Laba

Bonus Plans
Debt - Covenant
Firm Size

2.3

Hipotesis
Penelitian

ini

berusaha

menjelaskan

tentang

faktor-faktor

yang

mempengaruhi manajemen laba, antara lain Corporate governance yang diproksi


menjadi Dewan komisaris independen, komite audit dan reputasi auditor, bonus
plans, debt-covenant dan firm size.
Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H1 : Struktur dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba.
H2 : komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
H3 : Reputasi Auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
H4 : Bonus Plans berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
H5 : Debt Covenant berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
H6 : Firm Size berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

METODE PENELITIAN
3.1

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Struktur dewan komisaris
independen, komite audit, reputasi auditor, bonus plans, debt-covenant dan
firm size
2. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba.

3.2

Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel


Populasi dalam penelitian ini meliputi semua perusahaan yang sahamnya
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan untuk penentuan
sampelnya didasarkan pada metode purposive sampling.

3.3

Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI dalam kurun waktu 2008 - 2010. Data sekunder
tersebut diperoleh dari Pojok BEI Universitas Diponegoro.

3.4

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumenter, Informasi mengenai data akuntansi, reputasi auditor,
bonus plans (Kompensasi Bonus) dan firm size (ukuran perusahaan)
diperoleh dari soft copy laporan keuangan dalam kurun waktu 2008-2010.
Sedangkan informasi mengenai dewan komisaris independen dan komite
audit didapat dari softcopy laporan tahunan perusahaan dalam kurun
waktu 2008 - 2010.

3.5

Metode Analisis

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif


Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum dan
minimum.

Standar

deviasi,

varian,

maksimum

dan

minimum

menunjukkan hasil analisis terhadap disperse data. (Ghozali, 2009).


3.5.2 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel dependen dan independen mempunyai distribusi normal ataukah
tidak. Dalam menguji normalitas, penelitian ini menggunakan uji statistik
one sample kolmogorov-smirnov dan analisis grafik normal plot untuk
memperkuat pengujian. Model regresi yang baik memiliki distribusi data
yang normal atau mendekati normal (Ghozali, 2009).
2. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam regresi dapat
dilihat dari: (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor
(VIF) (Ghozali, 2009).
3. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Salah satu cara
untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedasitas adalah dengan
melakukan Uji Glejser dan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID
(Ghozali, 2009).
4. Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan apakah dalam model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan penggangu

pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson
untuk mendeteksi masalah autokorelasi (Ghozali, 2009).
3.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang
telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
DAit = 0 + 1KOMISit + 2KAit + 3KAPit + 4BPit +5DERit + 6SIZEit
+ it
DAit

: nilai discretionary accrual yang dihitung menggunakan model Jo


pada tahun t.

KOMISit

: persentase komisaris independen terhadap total komisaris pada

tahun t
KAit

: Jumlah komite audit pada tahun t

KAPit

: Reputasi auditor diukur dengan ukuran KAP pada tahun t yang


diukur dengan dummy, dimana:
1 = termasuk KAP big 4
0 = tidak termasuk KAP big 4

BPit

: Bonus Plans pada tahun t yang diukur dengan dummy, dimana:


1 = terdapat pemberian Bonus Plans kepada manajemen
0 = tidak terdapat pemberian Bonus Plans kepada manajemen

DERit

: Debt to Equity ratio pada tahun t

SIZEit

: size perusahaan pada tahun t

it

: error

3.5.4 Uji Hipotesis


1. Koefisien Determinasi (R2)
Pengukuran koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui
persentase pengaruh variabel independen (prediktor) terhadap perubahan
variabel dependen. Dari sini akan diketahui seberapa besar variabel

dependen akan mampu dijelaskan oleh variabel independennya, sedangkan


sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. (Ghozali, 2009).
2. Uji Statistik F
Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
yang terdapat dalam persamaan regresi secara bersama-sama berpengaruh
terhadap nilai variabel dependen (Ghozali, 2009). Dalam uji F kesimpulan
yang diambil adalah dengan melihat signifikansi () dengan ketentuan:
> 5 % : tidak mampu menolak H0
< 5 % : Menolak H0
3. Uji Statistik t
Pengujian ini dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara
parsial (Ghozali,2009). Kesimpulan yang diambil dalam uji t ini adalah
dengan melihat signifikansi () dengan ketentuan:
> 5% : tidak mampu menolak H0
< 5% : Menolak H0
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Deskripsi Obyek Penelitian


Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2008-2010 yang dipilih dengan
purposive sampling method. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
pada bab III diperoleh jumlah sampel sebanyak 18 perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2010 dengan data
observasi sebanyak 54 data.

4.2

Analisis Data

4.2.1

Analisis Statistik Deskriptif


Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
DAit
KOMISit
KAit
KAPit
BPit
DERit
SIZEit
Valid N (listwise)

54
54
54
54
54
54
54
54

Minimum
-5E+011
.29
2.00
.00
.00
.10
10.32

Maximum
5E+011
.67
5.00
1.00
1.00
8.44
12.58

Mean
-5E+010
.4002
3.1481
.8148
.5556
1.1801
11.5917

Std. Deviation
2.739E+011
.08953
.62668
.39210
.50157
1.33268
.59497

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2011

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan nilai minimum variabel DA adalah


-5E+011 dan nilai maksimum 5E+011 dengan nilai rata-rata sebesar
-5E+010 ,sedangkan standard deviasinya 2739E+011.
Pengukuran statistic deskriptif selanjutnya yaitu terhadap mekanisme corporate
governance yang diukur dengan 3 variabel yaitu komite audit, komisaris, dan
Reputasi Auditor. Pengukuran corporate governance yang pertama adalah dewan
komisaris independen dengan nilai minimum 0,29, dan nilai maksimum 0,67
dengan rata-rata komisaris independen sebesar 0,4002 atau 47,619% sedangkan
standar devisiasinya 0,08953. Pengukuran corporate governance yang kedua
adalah Komite Audit dengan nilai minimum 2 dan nilai maksimum 5 dengan nilai
rata-rata sebesar 3,1481, sedangkan standar devisiasinya 0,62668. Pengukuran
corporate governance yang ketiga

adalah Reputasi Auditor dengaan nilai

minimum variabel KAP adalah 0 dan nilai maksimumnya adalah 1, dengan ratarata sebesar 0,8148, sedangkan standar devisiasinya 0,39210.
Nilai minimum variabel BPit adalah 0 dan nilai maksimum 1 dengan nilai
rata-rata sebesar 0,5556 , sedangkan standard deviasinya 0,50157. Nilai minimum
variabel DERit adalah 0,1 dan nilai maksimum 8,44 dengan nilai rata-rata sebesar
1,1801, sedangkan standard deviasinya 1,33268. Nilai minimum variabel SIZEit
adalah 10,32 dan nilai maksimum 12,58 dengan nilai rata-rata sebesar 11,5917,
sedangkan standard deviasinya 0,59497.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik


4.2.2.1 Uji Normalitas
a. Pengujian dengan analisis grafik plot.
Dari analisis grafik 4.1, terlihat bahwa variabel DAit menyebar di sekitar
garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal sehingga
dikatakan bahwa variabel tersebut berdistribusi secara normal
Grafik 4.1
Hasil Pengujian dengan Analisis Grafik Plot
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: DAit

Expected Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Observed Cum Prob

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

b. Pengujian dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov.


Menurut Imam Ghozali (2009), bahwa distribusi data dapat dilihat dengan
membandingkan Z hitung dengan tabel Z tabel dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Jika nilai probabilitas (Kolmogorov Smirnov) < taraf signifikansi
5% (0,05), maka distribusi data dikatakan tidak normal
2. Jika nilai probabilitas (Kolmogorov Smirnov) > taraf signifikansi
5% (0,05), maka distribusi data dikatakan normal
Hasil uji normalitas tersebut dapat diketahui dari nilai Unstandardized
Residual pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N
Normal Parameters

a,b

Most Extreme
Differences

Unstandardiz
ed Residual
54
-.0000904
2.3490E+011
.123
.123
-.111
.902
.390

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

Hasil

pengujian

normalitas

dengan

uji

statistik

non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov


adalah dan tidak signifikan pada 0,390. Hal ini berarti H0 diterima yang berarti
data residual terdistribusi normal dan model regresi layak untuk dipakai dalam
penelitian ini
4.2.2.2 Uji Multikoloniaritas
Hasil perhitungan nilai tolerance serta VIF dapat diketahui pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikoloniaritas
Coefficientsa

Model
1

(Constant)
KOMISit
KAit
KAPit
BPit
DERit
SIZEit

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-2E+012
7E+011
1E+012
4E+011
-9E+010
6E+010
2E+011
1E+011
-9E+010
8E+010
2E+010
3E+010
1E+011
6E+010

Standardized
Coefficients
Beta
.361
-.216
.323
-.157
.109
.271

a. Dependent Variable: DAit

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

t
-2.655
2.646
-1.586
2.297
-1.117
.810
2.096

Sig.
.011
.011
.119
.026
.270
.422
.041

Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.843
.843
.789
.797
.866
.937

1.186
1.186
1.267
1.255
1.155
1.067

Dari hasil output di atas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari setiap
variabel independen lebih dari 0,10 dan nilai VIF dari setiap variabel independen
tidak lebih dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikoloniaritas antar variabel independen dalam model regresi.
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot.
Grafik 4.2
Scatterplot Uji Heteroskedastisitas
Scatterplot

Dependent Variable: DAit

Regression Studentized Residual

-1

-2
-2

-1

Regression Standardized Predicted Value

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

Berdasarkan grafik scatterplots pada grafik 4.2 terlihat bahwa tidak


terdapat pola tertentu, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol
pada sumbu Y. Untuk memperkuat pengujian, dilakukan pengujian
heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser.
Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Glejser
Coefficients a

Model
1

(Constant)
KOMISit
KAit
KAPit
BPit
DERit
SIZEit

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-3E+011
3E+011
-2E+010
2E+011
-1E+010
3E+010
5E+010
4E+010
-5E+010
3E+010
-2E+010
1E+010
5E+010
3E+010

Standardized
Coefficients
Beta

a. Dependent Variable: AbsUn

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

-.013
-.077
.195
-.251
-.195
.277

t
-1.110
-.087
-.525
1.285
-1.664
-1.343
1.986

Sig.
.273
.931
.602
.205
.103
.186
.053

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa model regresi bebas dari masalah
Heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi variabel independen
(KOMISit, KAit, KAPit, BPit, DERit, SIZEit) lebih besar dari tingkat signifikansi
sebesar 0,05.
4.2.2.4 Uji Autokorelasi
Output uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson
Model Summaryb
Model
1

R
R Square
.514a
.264

Adjusted
R Square
.171

Std. Error of
the Estimate
2.494E+011

DurbinWatson
1.832

a. Predictors: (Constant), SIZEit, KAPit, DERit, KOMISit, KAit, BPit


b. Dependent Variable: DAit

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

Dari pengujian statistik diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,832 (du =


1,814; 4 du = 2,186).. Hal ini berarti model regresi di atas tidak terdapat
masalah autokorelasi ditunjukkan dengan angka Durbin-Watson berada di antara
du tabel dan (4-du tabel), oleh karena itu model regresi ini dinyatakan layak untuk
dipakai. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini:

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda


Hasil analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7 Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa

Model
1

(Constant)
KOMISit
KAit
KAPit
BPit
DERit
SIZEit

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-2E+012
7E+011
1E+012
4E+011
-9E+010
6E+010
2E+011
1E+011
-9E+010
8E+010
2E+010
3E+010
1E+011
6E+010

Standardized
Coefficients
Beta
.361
-.216
.323
-.157
.109
.271

t
-2.655
2.646
-1.586
2.297
-1.117
.810
2.096

Sig.
.011
.011
.119
.026
.270
.422
.041

Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.843
.843
.789
.797
.866
.937

1.186
1.186
1.267
1.255
1.155
1.067

a. Dependent Variable: DAit

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

Dari tabel diatas maka dibuat persamaan regresi sebagai berikut:


DA = - (2.1012) + (1.1012) X1 - (9.1010) X2 + (2.1011) X3 - (9.1010) X4 + ( 2.1010) X5
+ ( 1.1011) X6 + ( 7.1011)
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa variabel bonus plans (BPit) dan komite
audit (KAit) memiliki pengaruh ke arah negatif terhadap manajemen laba
sedangkan variabel struktur dewan komisaris independen (KOMISit), Reputasi
Auditor (KAPit), Debt Covenant (DERit) dan Firm Size (SIZEit) memiliki
pengaruh ke arah positif terhadap manajemen laba.
4.2.4 Pengujian Hipotesis
4.2.4.1 Uji Koefisien Determinasi ( R2 )
Hasil dari koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini:
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model
1

R
.514a

R Square
.264

Adjusted
R Square
.171

Std. Error of
the Estimate
2.494E+011

DurbinWatson
1.832

a. Predictors: (Constant), SIZEit, KAPit, DERit, KOMISit, KAit, BPit


b. Dependent Variable: DAit

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011


2

Dari tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa Adjusted R Square (R ) adalah
0,171 Hal ini berarti bahwa 17,1% variabel manajemen laba (discretionary
accruals) dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu variabel struktur dewan

komisaris independen (KOMISit), reputasi auditor (KAPit), komite audit (KAit),


bonus plans (BPit), debt covenant (DERit) dan firm size (SIZEit). Sedangkan
sisanya sebesar 82,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model yang
dianalisis.
4.2.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Hasil uji F dalam penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.9
Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVA b
Model
1

Regression
Residual
Total

Sum of
Squares
1.1E+024
2.9E+024
4.0E+024

df
6
47
53

Mean Square
1.752E+023
6.222E+022

F
2.816

Sig.
.020a

a. Predictors: (Constant), SIZEit, KAPit, DERit, KOMISit, KAit, BPit


b. Dependent Variable: DAit

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

Dari Tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa model persamaan ini
memiliki tingkat signifikansi, yaitu 0,020 lebih kecil dibandingkan taraf
signifikansi (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen dalam
model penelitian ini secara simultan dapat berpengaruh terhadap variabel
dependen yaitu manajemen laba (discretionary accruals).
4.2.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Untuk menguji hipotesis maka analisis statistik yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk
mengetahui besarnya pengaruh variabel independen yaitu Firm Size dan
mekanisme corporate governance terhadap variabel dependen yaitu manajemen
laba.

Tabel 4.10
Hasil Uji Hipotesis Parsial t
Coefficientsa

Model
1

(Constant)
KOMISit
KAit
KAPit
BPit
DERit
SIZEit

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-2E+012
7E+011
1E+012
4E+011
-9E+010
6E+010
2E+011
1E+011
-9E+010
8E+010
2E+010
3E+010
1E+011
6E+010

Standardized
Coefficients
Beta
.361
-.216
.323
-.157
.109
.271

t
-2.655
2.646
-1.586
2.297
-1.117
.810
2.096

Sig.
.011
.011
.119
.026
.270
.422
.041

Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.843
.843
.789
.797
.866
.937

1.186
1.186
1.267
1.255
1.155
1.067

a. Dependent Variable: DAit

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

Berdasarkan hasil uji statistik t menunjukkan bahwa dari 6 variabel yang


dimasukkan dalam model regresi, hanya variabel komite audit (KAit), struktur
dewan komisaris independen (KOMISit), reputasi auditor (KAP), bonus plans
(BPit), debt covenant (DERit) dan firm size (SIZEit). Hal ini dapat dilihat dari
nilai probabilitas signifikansi untuk firm size (SIZEit) sebesar 0,041 (p < 0,05),
reputasi auditor (KAP) sebesar 0,26 (p < 0,05) dan struktur dewan komisaris
independen (KOMISit) 0,011 (p < 0,05). Sedangkan variabel komite audit (KAit),
bonus plans (BPit), dan debt covenant (DERit) ditemukan tidak signifikan. Hal ini
terlihat dari nilai probabilitas signifikansi variabel komite audit (KAit) sebesar
0,119 (p > 0,05), bonus plans (BPit) sebesar 0,27 (p > 0,05) dan debt covenant
(DERit) sebesar 0,422 (p > 0,05).
4.2.5 Hasil Pengujian Hipotesis
Penelitian ini memiliki 6 hipotesis yang diajukan untuk meneliti praktik
manajemen laba perusahaan di Indonesia. Hasil hipotesis-hipotesis tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
1. Hipotesis pertama (H1) adalah struktur dewan komisaris independen
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Dari hasil pengujian
analasis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar 2,646 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,011 (p < 0,05) maka berarti Hipotesis pertama
ditolak.

2. Hipotesis kedua (H2) adalah komite audit berpengaruh negatif terhadap


manajemen laba. Dari hasil pengujian analasis regresi diperoleh nilai t
hitung sebesar -1,586 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,119 (p > 0,05)
maka berarti hipotesis kedua ditolak.
3. Hipotesis ketiga (H3) adalah reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Dari hasil pengujian analasis regresi diperoleh nilai t
hitung sebesar 2,297 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,026 (p < 0,05)
maka maka berarti hipotesis ketiga ditolak.
4. Hipotesis keempat (H4) adalah bonus plans berpengaruh terhadap
manajemen laba. Dari hasil pengujian analasis regresi diperoleh nilai t
hitung sebesar -1,117 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,270 (p > 0,05)
maka berarti hipotesis keempat ditolak.
5. Hipotesis kelima (H5) adalah debt-covenant berpengaruh terhadap
manajemen laba. Dari hasil pengujian analasis regresi diperoleh nilai t
hitung sebesar 0,810 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,422 ( p > 0,05)
maka berarti hipotesis kelima ditolak.
Hipotesis keenam (H6) adalah firm size berpengaruh terhadap manajemen laba.

Dari hasil pengujian analasis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar 2,096 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,041 ( p < 0,05) maka berarti hipotesis keenam
diterima.
PENUTUP
5.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan

pada Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: manajemen laba hanya
dipengaruhi oleh variabel Firm Size. Manajemen pada perusahaan yang berskala
besar dan industri strategis yang melibatkan hajat hidup orang banyak memiliki
biaya politis yang besar cenderung untuk melakukan manajemen laba dengan cara
menurunkan laba. (Scoot, 2003 dalam Luhgiatno, 2008). Karena biaya politik
yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen (Watts dan
Zimmerman, 1986 dalam Halim,dkk 2005). Dalam penelitian ini, variabel firm

size berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan semakin
besar perusahaan semakin oportunis pengelolaan labanya karena pengelolaan laba
dalam perusahaan besar tersebut sudah lebih terencana (Veronica dan Utama,
2005).
5.2

Keterbatasan dan Saran

5.2.1 Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan diantaranya adalah:
1.

Penelitian ini hanya meneliti mengenai perusahaan manufaktur.

2.

Sampel dalam penelitian ini masih tergolong kecil dengan hanya


menggunakan sebanyak 18 perusahaan dengan jumlah observasi sebanyak
54, hal ini karena banyak data yang tidak tersedia dengan lengkap
sehingga mungkin kurang representatif, yang pada akhirnya menyebabkan
hasil penelitian mempunyai tingkat generalisasi yang terbatas.

3.

Lama periode pengamatan penelitian ini yang terbatas, yaitu selama kurun
waktu tahun 2008-2010, dapat menyebabkan hasil penelitian ini belum
dapat digeneralisir.

5.2.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melengkapi keterbatasan
penelitian dengan mengembangkan beberapa hal sebagai berikut:
1.

Perlunya mempertimbangkan model berbeda yang akan digunakan dalam


menentukan discretionary accrual sehingga dapat melihat adanya
manajemen laba dengan sudut pandang yang berbeda.

2.

Dalam penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variabel growth


yang mungkin berpengaruh terhadap manajemen laba.

3.

Untuk para peneliti yang berminat mengkaji lebih lanjut pada bidang yang
sama dapat memperpanjang periode pengamatan dan menambah sampel
penelitian jenis industri lain.

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting Edisi 8 . Yogyakarta : BPFE


Yogyakarta.
Boediono, Gideon. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan
Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo
tanggal 15 - 16 September.
Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
Cetakan ke IV, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gumanti T.A. 2000. Earning Management : Suatu Telaah Pustaka. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan. Vol 2. Hal. 104 115.
Halim Y., Maiden C., Rudolf L.T. 2005.Pengaruh Manajem Laba pada
Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan
Manufaktur yang termasuk dalam LQ45. Simposium Nasional
Akuntansi 8. Solo tanggal 15 - 16 September.
Herawati, Nurul dan Zaki Baridwan. 2007. Manajemen Laba pada perusahaan
yang melanggar perjanjian utang. Simposium Nasional Akuntansi 10.
Makasar tanggal 26 28 Juli.
Herawati, Vinola. 2007. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai
Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap
Nilai Perusahaan. Hal.1 .
Indraswari, Ratih. 2010. Pengaruh Status Internasional, Diversifikasi Operasi
dan Legal Origin terhadap Manajemen Laba (Studi Perusahaan Asia
yang terdaftar di NYSE) . Simposium Nasional Akuntansi 13.
Purwokerto tanggal 15 - 16 September.
Jensen, Michael C dan William H. Mecklikng. 1976. Theory of the firm :
Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure.
Journal of Financial Economics. Vol. 3. No. 4 hal. 305 360.
Luhgiatno. 2008. Mencegah Tindakan Manajemen Laba dengan Mekanisme
Corporate Governance . Fokus Ekonomi. Vol. 3. No.2.
Maruf, Muhammad. 2006. Analisis Faktor Faktor yang mempengaruhi
manajemen laba pada perusahaan go public di Bursa Efek Jakarta.
Skripsi S1. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Tidak
dipublikasikan.

Meutia, Inten. 2004. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen


Laba untuk KAP BIG 5 dan Non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia. Vol. 7 . No. 3: hal.333 350.
Midiastuty, Pratana P., dan Masud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan
Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba.
Simposium Nasional Akuntansi 6. Surabaya tanggal 16-17 Oktober.
Nasution, Marihot dan Dodi Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi 10. Makasar tanggal 26 28 Juli.
Ningsaptiti, Restie. 2010. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan
Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba.
Skripsi S1. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Tidak
dipublikasikan.
Palestin, Halima Shatila. 2006. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Praktik Corporate Governance, dan Kompensasi Bonus terhadap
Manajemen Laba.
Pangestuti, I Gusti Ayu Putu Shita. 2010. Analisi Faktor-Faktor yang
Berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Skripsi S1. Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasikan.
Primanita & Setiono. 2006. Manajemen Laba: Konsep, Bukti Empiris dan
Implikasinya. SINERGI , Vol. 8 No. 1, Hal. 43 51.
Siallagan, Hamongan dan Masud Machfoed. 2006. Mekanise Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi 9. Padang tanggal 23 26 Agustus.

Sri, Sulistiyanto. 2008. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris . Jakarta:
Grasindo.
Suaryana, Agung. 2005. Pengaruh Komite Audit terhadap Kualitas Laba.
Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo tanggal 15 - 16 September.
Veronica, Sylvia, dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance
terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Simposium
Nasional Akuntansi 8. Solo tanggal 15 - 16 September.
Wedari, L.K. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan
Keberadaan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba. Simposium
Nasional Akuntansi 7. Denpasar tanggal 2 3 Desember.
Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisis Faktor Faktor yang
berpengaruh terhadap Earning Management pada Perusahaan Go
Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 3, No. 2,
Hlm: 89 101.

You might also like