Professional Documents
Culture Documents
Pembuatan Kacaa
Pembuatan Kacaa
gelas kaca. Saya hanya tahu bahwa sebuah gelas kaca dibuat dari pasir.
Kenapa saya bilang begitu? Karena saya pernah melihat sebuah kartun
seribu satu malam, ada dalam sebuah adegan sang penjahat yang bisa
mengeluarkan api menyemburkan apinya ke sebuah padang pasir. Dan
saat itu pula pasir berubah menjadi kaca.
Saat itu saya berfikir apakah benar kaca terbuat dari pasir..?? Mulai lah
saya mencari artikel artikel yang membahas tentang kaca di Mbah
Google.Ternyata di Wikipedia ada juga pembahasan tentang kaca.
Menurut Wikipedia :
Kaca merupakan bahan lutsinar, kuat, tahan hakis, lengai, dan secara
biologi merupakan bahan yang tidak aktif, yang boleh dibentuk menjadi
permukaan yang tahan dan licin. Ciri-ciri ini menjadikan kaca sebagai
bahan yang sangat berguna. Komponen utama kaca ialah silika. Silika
ialah galian yang mengandungi silikon dioksida. Nama IUPAC silikon
dioksida ialah silikon(IV) oksida. Silika wujud secara semulajadi dalam
pasir.
Kaca merupakan bahan pejal sekata, biasanya terbentuk apabila bahan
cair tidak berkristal disejukkan dengan cepat, dengan itu tidak
memberikan cukup masa untuk jaringan kekisi kristal biasa terbentuk.
Kaca biasa biasanya terdiri daripada silikon dioksida (SiO2), yang
merupakan sebatian kimia yang serupa dengan kuarza, atau dalam
bentuk polihabluran, pasir. Silika tulen mempunyai tahap lebur sekitar
2000 Selsius, jadi dua bahan lain sering dicampurkan kepada pasir dalam
pembuatan kaca. Satu daripadanya adalah soda (sodium karbonat
Na2CO3), atau potasy, setara dengan sebatian kalium karbonat, yang
menurunkan tahap lebur kepada sekitar 1000 Selsius. Bagaimanapun,
bahan soda menjadikan kaca larut, jadi kapur (kalsium oksida, CaO)
merupakan bahan ketiga, ditambah untuk menjadikan kaca tidak larut.
Suriah. Namun, pada era kejayaan Islam, industri gelas tumbuh pesat di
sejumlah kota Muslim.
Menurut Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya bertajuk
Islamic Technology: An Illustrated History, pada era kekhalifahan, industri
gelas tak hanya tumbuh subur di sentra-sentra produksi peninggalan
peradaban lama. Sentra industri gelas juga bermunculan di sejumlah kota
Muslim lainnya.
Berkembangnya industri gelas di dunia Barat tak lepas dari pengaruh dari
dunia Islam. Menurut al-Hassan dan Hill, peradaban Barat melakukan
transfer teknologi pembuatan gelas dari dunia Islam. Pada abad ke-11 M,
para perajin gelas asal Mesir sempat mendirikan pabrik gelas di Corinth,
Yunani.
Alih teknologi pembuatan gelas dari dunia Islam ke Barat juga terjadi
pada abad ke-13 M, ketika penjajah Mongol membawa begitu banyak
perajin gelas dari Damaskus dan Aleppo untuk dipekerjakan di pusat
pembuatan gelas di Barat. Transfer teknologi juga terjadi paska-Perang
Salib, tutur al-Hassan dan Hill.
Apa yang dilakukan para ahli kaca atau gelas Barat sungguh tak adil,
karena menyembunyikan nilai-nilai seni gelas Islami serta menihilkan
pencapaian yang sesunguhnya, cetus Norman A Rubin dalam tulisannya
berjudul Islamic Glass Treasure: The Art of Glassmaking in the Islamic
World.
Para seniman Muslim telah melahirkan ruh serta semangat artistik baru
dan pendekatan seni Islam, ungkap Rubin. . Stefano Carboni dan Qamar
Adamjee dari The Metropolitan Museum of Art dalam tulisannya berjudul
Glass from Islamic Lands memaparkan, dari abad ke-7 hingga 14 M,
produksi gelas didominasi oleh negeri-negeri Islam.
Tak cuma itu, inovasi serta teknologi yang digunakan untuk memproduksi
gelas atau kaca di era kekhalifahan begitu sangat tinggi. Inilah fase yang
gemilang dalam seni pembuatan gelas serta kaca, papar Stefano dan
Qamar Adamjee. Teknik serta teknologi pembuatan gelas yang diciptakan
peradaban Islam dapat dipelajari dengan lebih baik berdasarkan teknik
manipulasinya.
Beragam teknik pembuatan gelas di dunia Islam yang mudah dipelajari itu
begitu berpengaruh terhadap dunia Barat. Pada abad ke-17 M, peradaban
Barat menyerap beragam teknik pembuatan gelas itu dari peradaban
Islam. Sayangnya, setelah menguasai teknik dan teknologi pembuatan
kaca atau gelas, peradaban Barat lalu berupaya menyembunyikan
pencapaian yang ditotehkan umat Islam.
Sejarah mencatat, sejak abad ke-9 M, seni pembuatan kaca di dunia Islam
sudah menemukan bentuknya dan mulai berani tampil beda. Laiknya
pembuatan keramik, dekorasi arsitektur dan barang-barang dari kayu,
seni pembuatan gelas pada era kekuasaan Dinasti Abbasiyah mulai
menampakkan rasa serta nilai-nilai seni Islam.
Meski proses imitasi dari gelas Romawi masih berlangsung, namun para
seniman Muslim mulai mengembangkan pembuatan kaca serta gelas
dengan corak dan gaya artistik yang khas, yakni menonjolkan nilai-nilai
keislaman. Elif Gokcidge dalam tulisannya bertajuk Fragile Beauty Islamic
Glass, ciri khas teknik utama pembuatan gelas atau kaca pada periode itu
adalah kaca dekorasi relief-cut dengan teknik cold-cut.
Pada abad ke-14 M, terjadi perubahan pada cita rasa artistik kaca atau
gelas Islam. Pola serta corak bunga-bunga dan geometrisnya lebih
menonjol. Hal itu sangat tampak dari beragam perabotan pecah-belah
yang dihasilkan pada era kekuasaan Dinasti Mamluk yang berkuasa di
wilayah Mesir dan Suriah. Cita rasa artistik gelas serta kaca yang lebih
menonjolkan corak flora dan geometris itu tampak pada lampu gantung,
vas bunga, serta botol-botol yang diproduksi saat itu.