Professional Documents
Culture Documents
Artikel Surya
Artikel Surya
ABSTRACK
Globalization has a significant impact on price increases in sectors tourism.
Tourism sector price increases will raise the spirit of a country in introducing
the tourism industry in the country. The purpose of this research is to develop
models and various indicators of the development of the tourism sector on the
cultural tourist destination of Yogyakarta. This study is the observation that
occurs in a particular research object and at a certain time so it can be
categorized as research imposible. This type of method used is the case study
method ( case study ). The study design used is descriptive design research
design that provides exposure to a phenomenon.Yogyakarta is a cultural
tourist destination that has long persejarahan value. Yogyakarta and Surakarta
is a favorite tourist destination after Bal . However, with various issues and
events that occurred in the second row of the city led to the development of
tourism to be slow, and need sufficient time to re- restore it . But there is no
doubt that both cities have a level of competitiveness that if developed would
e a promising tourism icon in the future. By adopting the factors forming the
competitiveness of the WTTC noted that the level of prices, infrastructure,
quality of the environment, technology, human resources, openness ( which
includes international trade , visa policy , and openness to foreigners), social (
ie quality of life in tourist destinations ) , and human population participation
in tourism or tourism industry, it can be noted how the destination's
competitiveness against other similar destinations. This study is the
observation that occurs in a particular research object and at a certain time so
it can be categorized as research imposible . This type of method used is the
case study method (case study ). The case study is a research study conducted
with a detailed , in-depth, thorough and above a certain object
lingkungannnya (Umar, 2002). The study design used is descriptive design
research design that provides exposure to a phenomenon with descri Barkan
things become a research topic (Kuncoro, 2003). The results showed that the
feasible Yogyakarta as a tourism destination with over 80 % of respondents
perceived good to excellent states. And the existence of a significant increase
in the per capita income and government revenue. KotaYogyakarta image is a
Surya Fadjar
PENDAHULUAN
Disadari atau tidak, negara Indonesia
sudah masuk ke dalam era liberalisasi
perekonomian global sehingga sudah
merupakan konskuensi logis untuk
mengikuti rule of the game
perdagangan internasional yang sedang
bergulir. Untuk itu maka berbagai
destinasi
di
Indonesia
harus
mempersiapkan diri sedemikian rupa
sehingga target kunjungan wisatawan
dapat tercapai.
The World Economic Forum (WEF)
menerbitkanIndex
Daya
Saing
Pariwisata Dunia tahun 2007. Index ini
menempatkanIndonesia pada peringkat
60. "Rapor" daya saing versi WEF ini
didasarkan
kepada
13
kriteria,
yaitu:perundangan,
peraturan
dan
kebijakan
yang
menata
dan
mengembangkanpariwisata
dan
perjalanan (Tourism and Travel);
Kebijakan lingkungan hidup;Keamanan
destinasi;
Kebersihan;
Kesehatan;
penempatan Travel and Tourismsebagai
prioritas pembangunan; Infrastruktur
Perhubungan
Udara;
Infrastruktur
Pariwisata; Infrastruktur Teknologi
Informasi; Daya SaingHarga; mutu dan
kinerja Sumber Daya Manusia; Persepsi
nasional terhadapPariwisata; dan baru
terakhir: Sumber Daya Alam dan
Budaya. Jelas bahwasebagian terbesar
merupakan kewenangan instansi lain di
luar Pariwisata.
Bila kita teliti kriteria yang menjadi
dasar penilaian WEF diatas, maka
sebenarnya
kelemahan
Pariwisata
Indonesia terletak pada lemahnya
Managementdan
Kepemimpinan
Destinasi di setiap tingkat, lemahnya
profesionalisme SDM di semua
tingkatan, tidak jelasnya Political Will
(dari Eksekutif maupun Legislatif) yang
secara
konsisten
memprioritaskan
pengembangankepariwisataan,
yang
terasa pada minimnya anggaran yang
dialokasikan kepada sektor ini, sehingga
Dengan
mengadopsi
faktor-faktor
pembentuk
daya
saing
yang
dikemukakan WTTC yaitu tingkat
harga,
infrastruktur,
kualitas
lingkungan, teknologi, sumber daya
manusia, keterbukaan (yang meliputi
perdagangan internasional, kebijakan
visa, dan keterbukaan terhadap orang
asing), sosial (yaitu kualitas hidup
masyarakat di destinasi wisata), dan
human
tourism
atau
partisipasi
penduduk dalam industri pariwisata,
maka dapat dikemukakan bagaimana
daya saing suatu destinasi terhadap
destinasi serupa lainnya.
Berdasarkan
latar
belakang
permasalahan tersebut diatas, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut; a) Faktor-faktor apa
sajakah yang dapat menjadikan
pariwisata di suatu daerah memiliki
daya saing b) Bagaimanakah tingkat
daya saing pariwisata DIY menurut
WTTC? Adapun tujuan yang spesifik
dari penelitian ini adalah : a)
Mengidentifikasi faktor-faktor yang
dapat menjadikan pariwisata suatu
daerah memiliki daya saing. b)
Mengembangkan model pariwisata
yang sesuai dengan keinginan pasar. c)
Menganalisis tingkat daya saing
destinasi
wisata
yang
dimiliki
Yogyakarta.
TINJAUAN PUSTAKA
Elemen-elemen infrastruktur
pariwisata
Dalam kegiatan kepariwisataan, sebuah
siklus pariwisata yang mempunyai
struktur yang terdiri dari unsur-unsur
(komponen) (1) Transportasi (2)
Akomodasi (3) Restoran (4) Daya tarik
wisata/objek wisata (5) Kegiatan
wisata/Pemanduan wisata dan (6)
Souvenir/kenangan. Keenam unsur di
atas kemudian digabungkan dan saling
mempunyai
keterkaitan
sehingga
terbentuk sebuah fenomena perjalanan
wisata.
Spillane (2005) menyatakan bahwa
pada tiap objek atau lokasi pariwisata
sebetulnya ada berbagai unsur yang
saling
tergantung.
Suatu
objek
pariwisata atau destination meliputi
lima unsur yang penting, yaitu:
a)
b) Facilities
- Fasilitas-fasilitas
yang diperlukan
c)
Infrastructure
d) Transportation
- Infrastruktur
-
Jasa-jasa
pengangkutan
e)
Hospitality -
Keramah-tamahan atau
Pengertian
daya
saing
dapat
diterjemahkan dari sisi permintaan
(demand side) dan dari sisi penawaran
(supply side). Dari sisi permintaan,
kemampuan bersaing mengandung arti
bahwa produk pariwisata yang dijual
haruslah produk yang sesuai dengan
atribut yang dituntut konsumen atau
produk yang dipersepsikan bernilai
tinggi oleh konsumen (consumers
value perception). Dalam kaitan ini,
dewasa ini telah terjadi sejumlah
perubahan nilai pada konsumen yang
mempengaruhi perilaku dalam membeli
suatu produk pariwisata. Perubahan
yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Pertama, Meningkatnya kesadaran
konsumen akan pentingnya kaitan
kesehatan dan kebugaran dengan
konsumsi
makanan,
telah
meningkatkkan tuntutan konsumen akan
kandungan nutrisi dari produk-produk
yang sehat (healty), aman (safety) dan
menunjang kebugaran (fitness). Kedua,
Perubahan gaya hidup (life style)
masyarakat telah merubah pola dan
gaya
konsumsi
produk-produk
pariwisata
yang
bukan
sekadar
berdimensi fisiologis akan tetapi telah
meluas pada dimensi psikologis dan
kenikmatan (amenities). Perubahan ini
menyebabkan meningkatnya tuntutan
keragaman produk dan keragaman
kepuasan.
Ketiga,
Meningkatnya
kesadaran masyarakat internasional
akan
kaitan
antara
kelestarian
lingkungan hidup dengan kesejahteraan
manusia di planet bumi, telah
mendorong masuknya aspek kelestarian
lingkungan
dalam
pengambilan
keputusan ekonomi. Suatu produk
pariwisata
yang
dalam
proses
produksinya dan atau konsumsinya
menimbulkan
kemerosotan
mutu
lingkungan hidup (air, tanah, udara)
akan dinilai sebagai produk yang
inferior. Sebaliknya, produk yang
proses produksinya atau konsumsinya
METODE PENELITIAN
Surya Fadjar
Teknik
Pengambilan
Data
Primer
Wisatawan
Angket
Sekunder
Data
Lembaga
Permohonan
Referensi
Sumber
Data
Keterangan
Angket
penilaian
persepsi
wisatawan
terhadap
pariwisata di
Kota
Yogyakarta
Data
mengenai
profil
kondisi
umum
kewilayahan
dsb yang
berkaitan
dengan
pariwisata
HASIL PENELITIAN
Persepsi Wisatawan tentang Bangunan
Bersejarah di Kota Yogyakarta
Dari
data
menunjukkan
bahwa
responden menyatakan baik sekali
sebanyak 41 orang atau 45.1 %, disusul
dengan yang mengatakan baik sebanyak
23 orang atau 25,3% sedangkan yang
mengatakan standard an sangat baik
dengan jumlah yang sama yaitu masingmasing 11 orang atau 12,1 % sedangkan
yang mengatakan
buruk adalah
sebanyak 3 orang atau 3,3 % dan yang
mengatakan sangat buruk hanya 2 orang
atau 2,2 %.
Persepsi Responden atas Infrastruktur
Pendukung Pariwisata di kota
Jogyakarta
10
penelitian
ini
didapatkan
bahwa
keramahan
Dari
sebanyak
91
responden
kebanyakan mereka mengatakan bahwa
pemasaran pariwisata di kota Jogyakarta
terbilang baik. Ini bisa terlihat dari 32
11
14
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini
disimpulkan sebagai berikut
dapat
daerah
tujuan
wisata
meningkatnya
wisatawan
yang
jumlah
dating.
Terbukti
melati
menunjukkan
peningkatan.
wisnus
baik.
Pengunjung
yang
bangunan
tradisional
memberikan
83%.
Yogyakarta
seperti
reseponden
Sementara
pada
sumberdaya
tempat
tanggapan
nya
pendukung
wisata
baik
seperti
dan
baik
sekali
banyak
destinasi
pariwisata,
sarana
c) Untuk
manajemen
kebijakan
destinasi
pemerintah
serta
responden
58%.
Untuk
kenyamanan,
dan
prasarana
jalan
yang
Saran
a) Dengan
persepsi
yang
baik
tadi,
Yogyakarta
daerah
layak
tujuan
disebut
wisata,
sebagai
sehingga
b) Bagi
meningkatkan
infrastruktur
dari
yang
segi
dimiliki
aturan,
oleh
baik.
Sehingga
tidak
15
menutup
kemungkinan
nilai
itu
seperti
keramahtamahan,
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
(2005), Rencana Strategis pembangunan
Kebudayaan dan Pariwisata Nasional 2005
2009, Jakarta.
16