Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

STUDI TINGKAT DAYA SAING DESTINASI

PARIWISATA BUDAYA DI INDONESIA: KASUS KOTA


YOGYAKARTA

Surya Fadjar Boediman 1) R Muhamad Wahyu Agie P2)


Usaha Perjalanan Wisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti (Penulis 1)
suryafajar@stptrisakti.ac.id
Usaha Perjalanan Wisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti (Penulis 2)
agiepradhipta@stptrisakti.ac.id

ABSTRACK
Globalization has a significant impact on price increases in sectors tourism.
Tourism sector price increases will raise the spirit of a country in introducing
the tourism industry in the country. The purpose of this research is to develop
models and various indicators of the development of the tourism sector on the
cultural tourist destination of Yogyakarta. This study is the observation that
occurs in a particular research object and at a certain time so it can be
categorized as research imposible. This type of method used is the case study
method ( case study ). The study design used is descriptive design research
design that provides exposure to a phenomenon.Yogyakarta is a cultural
tourist destination that has long persejarahan value. Yogyakarta and Surakarta
is a favorite tourist destination after Bal . However, with various issues and
events that occurred in the second row of the city led to the development of
tourism to be slow, and need sufficient time to re- restore it . But there is no
doubt that both cities have a level of competitiveness that if developed would
e a promising tourism icon in the future. By adopting the factors forming the
competitiveness of the WTTC noted that the level of prices, infrastructure,
quality of the environment, technology, human resources, openness ( which
includes international trade , visa policy , and openness to foreigners), social (
ie quality of life in tourist destinations ) , and human population participation
in tourism or tourism industry, it can be noted how the destination's
competitiveness against other similar destinations. This study is the
observation that occurs in a particular research object and at a certain time so
it can be categorized as research imposible . This type of method used is the
case study method (case study ). The case study is a research study conducted
with a detailed , in-depth, thorough and above a certain object
lingkungannnya (Umar, 2002). The study design used is descriptive design
research design that provides exposure to a phenomenon with descri Barkan
things become a research topic (Kuncoro, 2003). The results showed that the
feasible Yogyakarta as a tourism destination with over 80 % of respondents
perceived good to excellent states. And the existence of a significant increase
in the per capita income and government revenue. KotaYogyakarta image is a

Surya Fadjar

factor of competitiveness with the highest score of 586. Aggregate


competitiveness index value obtained from the perception of the respondents
indicated value at 0.72 with the highest index value of 1 .
With the perception of good, it is advisable to always keep all of the factors
that support tourism in Yogyakarta. Never be complacent because the future
will be increasingly severe competition. For local government should
improve in terms of rules, infrastructure owned by Yogyakarta because only
58 % said good . So it does not rule out the possibility that the value of
getting down if not improved infrastructure seta always maintain the
authenticity of the culture such as hospitality , culinary authenticity as well as
a variety of factors supporting
Keywords : Competitiveness , Cultural Tourism Destination

PENDAHULUAN
Disadari atau tidak, negara Indonesia
sudah masuk ke dalam era liberalisasi
perekonomian global sehingga sudah
merupakan konskuensi logis untuk
mengikuti rule of the game
perdagangan internasional yang sedang
bergulir. Untuk itu maka berbagai
destinasi
di
Indonesia
harus
mempersiapkan diri sedemikian rupa
sehingga target kunjungan wisatawan
dapat tercapai.
The World Economic Forum (WEF)
menerbitkanIndex
Daya
Saing
Pariwisata Dunia tahun 2007. Index ini
menempatkanIndonesia pada peringkat
60. "Rapor" daya saing versi WEF ini
didasarkan
kepada
13
kriteria,
yaitu:perundangan,
peraturan
dan
kebijakan
yang
menata
dan
mengembangkanpariwisata
dan
perjalanan (Tourism and Travel);
Kebijakan lingkungan hidup;Keamanan

destinasi;
Kebersihan;
Kesehatan;
penempatan Travel and Tourismsebagai
prioritas pembangunan; Infrastruktur
Perhubungan
Udara;
Infrastruktur
Pariwisata; Infrastruktur Teknologi
Informasi; Daya SaingHarga; mutu dan
kinerja Sumber Daya Manusia; Persepsi
nasional terhadapPariwisata; dan baru
terakhir: Sumber Daya Alam dan
Budaya. Jelas bahwasebagian terbesar
merupakan kewenangan instansi lain di
luar Pariwisata.
Bila kita teliti kriteria yang menjadi
dasar penilaian WEF diatas, maka
sebenarnya
kelemahan
Pariwisata
Indonesia terletak pada lemahnya
Managementdan
Kepemimpinan
Destinasi di setiap tingkat, lemahnya
profesionalisme SDM di semua
tingkatan, tidak jelasnya Political Will
(dari Eksekutif maupun Legislatif) yang
secara
konsisten
memprioritaskan
pengembangankepariwisataan,
yang
terasa pada minimnya anggaran yang
dialokasikan kepada sektor ini, sehingga

dengan sendirinya Indonesia tidak


mampu bersaing dengannegara lain
yang memiliki biaya jauh lebih besar
bagi pembangunan dan pemasaran
sektor pariwisata.
WTTC memasukkan delapan faktor
sebagai pembentuk daya saing suatu
destinasi wisata, yaitu tingkat harga,
infrastruktur,
kualitas
lingkungan,
teknologi, sumber daya manusia,
keterbukaan
(yang
meliputi
perdagangan internasional, kebijakan
visa, dan keterbukaan terhadap orang
asing), sosial (yaitu kualitas hidup
masyarakat di destinasi wisata), dan
human
tourism
atau
partisipasi
penduduk dalam industri pariwisata.
Hasil penghitungan skor daya saing
menunjukkan
bahwa
Indonesia
menempati
peringkat
6
jika
dibandingkan dengan negara-negara
pesaing Indonesia (yaitu Singapura,
Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam,
dan Australia).
Potret Indonesia tersebut bisa menjadi
bahan refleksi pemangku kepentingan
industri
pariwisata
DIY
harus
diantisipasi oleh perumus daya saing
dengan
menekankan
faktor-faktor
generik yang justru bisa membentuk
daya saing sebuah destinasi wisata.
Keunikan situs budaya dan tradisi DIY
memang faktor yang penting, tetapi
tidak cukup untuk menjadikan DIY
sebagai destinasi wisata yang berdaya
saing tinggi.

Dengan
mengadopsi
faktor-faktor
pembentuk
daya
saing
yang
dikemukakan WTTC yaitu tingkat
harga,
infrastruktur,
kualitas
lingkungan, teknologi, sumber daya
manusia, keterbukaan (yang meliputi
perdagangan internasional, kebijakan
visa, dan keterbukaan terhadap orang
asing), sosial (yaitu kualitas hidup
masyarakat di destinasi wisata), dan
human
tourism
atau
partisipasi
penduduk dalam industri pariwisata,
maka dapat dikemukakan bagaimana
daya saing suatu destinasi terhadap
destinasi serupa lainnya.
Berdasarkan
latar
belakang
permasalahan tersebut diatas, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut; a) Faktor-faktor apa
sajakah yang dapat menjadikan
pariwisata di suatu daerah memiliki
daya saing b) Bagaimanakah tingkat
daya saing pariwisata DIY menurut
WTTC? Adapun tujuan yang spesifik
dari penelitian ini adalah : a)
Mengidentifikasi faktor-faktor yang
dapat menjadikan pariwisata suatu
daerah memiliki daya saing. b)
Mengembangkan model pariwisata
yang sesuai dengan keinginan pasar. c)
Menganalisis tingkat daya saing
destinasi
wisata
yang
dimiliki
Yogyakarta.

Pengertian Daya Saing

TINJAUAN PUSTAKA
Elemen-elemen infrastruktur
pariwisata
Dalam kegiatan kepariwisataan, sebuah
siklus pariwisata yang mempunyai
struktur yang terdiri dari unsur-unsur
(komponen) (1) Transportasi (2)
Akomodasi (3) Restoran (4) Daya tarik
wisata/objek wisata (5) Kegiatan
wisata/Pemanduan wisata dan (6)
Souvenir/kenangan. Keenam unsur di
atas kemudian digabungkan dan saling
mempunyai
keterkaitan
sehingga
terbentuk sebuah fenomena perjalanan
wisata.
Spillane (2005) menyatakan bahwa
pada tiap objek atau lokasi pariwisata
sebetulnya ada berbagai unsur yang
saling
tergantung.
Suatu
objek
pariwisata atau destination meliputi
lima unsur yang penting, yaitu:
a)

Attractions - Hal-hal yang menarik


perhatian para wisatawan

b) Facilities

- Fasilitas-fasilitas

yang diperlukan
c)

Infrastructure

d) Transportation

- Infrastruktur
-

Jasa-jasa

pengangkutan
e)

Hospitality -

Keramah-tamahan atau

kesediaan untuk menerima tamu.

Pengertian
daya
saing
dapat
diterjemahkan dari sisi permintaan
(demand side) dan dari sisi penawaran
(supply side). Dari sisi permintaan,
kemampuan bersaing mengandung arti
bahwa produk pariwisata yang dijual
haruslah produk yang sesuai dengan
atribut yang dituntut konsumen atau
produk yang dipersepsikan bernilai
tinggi oleh konsumen (consumers
value perception). Dalam kaitan ini,
dewasa ini telah terjadi sejumlah
perubahan nilai pada konsumen yang
mempengaruhi perilaku dalam membeli
suatu produk pariwisata. Perubahan
yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Pertama, Meningkatnya kesadaran
konsumen akan pentingnya kaitan
kesehatan dan kebugaran dengan
konsumsi
makanan,
telah
meningkatkkan tuntutan konsumen akan
kandungan nutrisi dari produk-produk
yang sehat (healty), aman (safety) dan
menunjang kebugaran (fitness). Kedua,
Perubahan gaya hidup (life style)
masyarakat telah merubah pola dan
gaya
konsumsi
produk-produk
pariwisata
yang
bukan
sekadar
berdimensi fisiologis akan tetapi telah
meluas pada dimensi psikologis dan
kenikmatan (amenities). Perubahan ini
menyebabkan meningkatnya tuntutan
keragaman produk dan keragaman
kepuasan.
Ketiga,
Meningkatnya
kesadaran masyarakat internasional

akan
kaitan
antara
kelestarian
lingkungan hidup dengan kesejahteraan
manusia di planet bumi, telah
mendorong masuknya aspek kelestarian
lingkungan
dalam
pengambilan
keputusan ekonomi. Suatu produk
pariwisata
yang
dalam
proses
produksinya dan atau konsumsinya
menimbulkan
kemerosotan
mutu
lingkungan hidup (air, tanah, udara)
akan dinilai sebagai produk yang
inferior. Sebaliknya, produk yang
proses produksinya atau konsumsinya

produk (product-line). Atribut suatu


produk akhir pariwisata merupakan
hasil kumulatif dari semua sub sistem
pariwisata dari hulu sampai ke hilir.
Karena itu, pengelolaan secara integrasi
vertikal suatu sistem pariwisata yang
menjamin transmisi informasi pasar
secara sempurna dan cepat dari hilir ke
hulu, meminimumkan margin ganda,
dan menjaga konsistensi mutu produk
dari hulu ke hilir, akan menentukan
ketepatan dan kecepatan merespons
perubahan pasar.

dapat memperbaiki mutu lingkungan


hidup akan dinilai sebagai produk yang
superior, dan keempat, meningkatnya
kesadaran masyarakat internasional
akan hak-hak asasi manusia (HAM)
sebagai salah satu nilai bersama (global
value) yang turut dipertimbangkan
dalam keputusan ekonomi. Produkproduk pariwisata yang secara langsung
atau tidak langsung melanggar HAM
dalam proses produksinya akan
mengalami pemboikotan (embargo) di
pasar internasional.

Kedua, Sumber kekuatan sistem dan


usaha pariwisata dalam merespons
perubahan pasar. Untuk merespons
atribut-atribut produk yang dituntut
konsumen, sistem pariwisata tidak dapat
hanya mengandalkan kekuatan alam dan
sumberdaya manusia tak terdidik
(factor driven). Perubahan-perubahan
pasar hanya dapat direspons dengan
kekuatan barang-barang modal dan
sumberdaya manusia yang lebih
terdidik
(capital
driven)
dan
mengandalkan
ilmu
pengetahuan
teknologi dan sumberdaya manusia
terampil (innovation driven).

Sementara, dari sisi penawaran,


kemampuan bersaing berkaitan dengan
kemampuan merespons perubahan
atribut-atribut produk yang dituntut oleh
konsumen secara efisien. Kemampuan
merespons ini menyangkut dua hal
pokok.
Pertama, integrasi vertikal mulai dari
hulu sampai ke hilir dari suatu sistem
pariwisata komoditas pada suatu alir

METODE PENELITIAN

Tabel 0-1 Variabel dan Indikator


Pengukuran

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta.
Lokasi ini dipergunakan sebagai
percontohan model pengembangan
destinasi pariwisata. Pemilihan ini juga
didasarkan pada perbandingan antara
pengembangan dengan pola berbasis
masyarakat. Waktu yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan penelitian selama 6
bulan efektif dari Bulan Mei 2013 s/d
Nopember 2013.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
pengamatan yang terjadi pada suatu
obyek penelitian tertentu dan pada
waktu
tertentu
sehingga
dapat
dikatagorikan
sebagai
penelitian
kasuistik. Jenis metode yang digunakan
adalah metode studi kasus (case study).
Desain penelitian yang digunakan
adalah desain deskriptif yaitu desain
penelitian yang memberikan pemaparan
terhadap suatu fenomena dengan
menggambarkan hal-hal yang menjadi
topik penelitian (Kuncoro, 2003).

Data dan Teknik Pengumpulannya


Jenis Data
Tabel 0-2Jenis, Sumber dan Teknik
Pengambilan Data
Jenis Data

Surya Fadjar

Teknik
Pengambilan
Data

Primer

Wisatawan

Angket

Sekunder

Data
Lembaga

Permohonan
Referensi

Varabel dan indikator pengukuran


Variabel yang diukur dalam penelitian
ini terdiri dari variable-variabel utama
dan dijelaskan dengan sub variable-sub
variable sebagai berikut:

Sumber
Data

Keterangan
Angket
penilaian
persepsi
wisatawan
terhadap
pariwisata di
Kota
Yogyakarta
Data
mengenai
profil
kondisi
umum
kewilayahan
dsb yang
berkaitan
dengan
pariwisata

Teknik Pengumpulan Data

Keseluruhan data tersebut diatas


diperoleh
dengan
tiga
teknik
pengumpulan data yaitu penyebaran
angket, wawancara, serta pengumpulan
referensi.
Metode Analisis Data

Keseluruhan data yang diperoleh baik


data
primer
dan
sekunder
dikelompokkan
menurut
katagorikatagori tertentu sebagai validasi data
sebelum dilakukan analisis. Analisis
dilakukan dengan menggunakan metode
kualitatif dan kuantitatif.
Analisis Kualitatif

Data kualitatif yang diperoleh dianalisis


dengan deskripsi, narasi maupun
statistika
deskriptif.
Sebelum
menarasikan data tekstual yang
diperoleh, dilakukan katagorisasi data
yang
memiliki
karakteristik
bersesuaian. Masing-masing katagori
selanjutnya dinarasikan sesuai dengan
kondisi aktual yang terjadi di lapangan.
Metode deskriptif dipergunakan untuk
meneliti profil-profil yang terkumpul
dan sistem pemikiran yang ada dengan
interpretasi yang tepat. Data yang ada
diuraikan satu per satu sehingga akan
diperoleh gambaran objek secara jelas.
Melalui metode ini akan diperoleh tidak
hanya gambaran terhadap fenomenafenomena, tetapi juga menerangkan
hubungan, menguji hipotesa, membuat
prediksi,
dan
pada
akhirnya

mendapatkan hakikat permasalahan


yang sedang berusaha dipecahkan.
Analisis Kuantitatif

Persepsi daya saing dihitung dengan


menggunakan indeks daya saing dengan
membandingkan antara jawaban positif
responden dengan total jawaban yang
mungkin.
Perbandingan
keduanya
kemudian disusun dalam tabulasi
sederhana terhadap nilai indeks dari
masing-masing pernyataan. Penilaian
umum kriteria daya saing destinasi
unggulan dilakukan dengan menyusun
hasil-hasil penilaian yang diberikan
dengan konversi nilai yang diperoleh
menggunakan tujuh skala ordinal terdiri
dari: sangat baik, baik, relatif, kurang,
dan sangat kurang. Masing-masing
katagori tersebut memiliki pembobotan
yang didasarkan kepada total pembobot
sebesar 100%.
Masing-masing
perspektif diasumsikan memiliki bobot
yang seimbang, sedangkan masingmasing komponen perspektif dibagi
seimbang menurut jumlah variabel yang
diukur
Teknik Pengambilan Contoh

Populasi responden yang digunakan


dalam penelitian ini adalah mereka yang
berada di tempat pariwisata. Elemen
sampling diambil dari artikel, jurnal dan
laporan yang terkait dengan penelitian
ini. Jumlah sample yang digunakan
dalam penelitian iniadalah berdasar

perhitungan besaran sampling slovin


dengan tingkat kesalahan 10%.

HASIL PENELITIAN
Persepsi Wisatawan tentang Bangunan
Bersejarah di Kota Yogyakarta

Data menunjukkan bahwa, responden


menganggap
bentuk
bangunannya
dianggap sangat baik yaitu 35 orang
atau sebanyak 38.5 % , selanjutnya
diikuti oleh yang mengatakan baik
sekali sebanyak 31 orang atau 34,1 %
sedangkan yang mengatakan baik
sebanyak 15 orang atau 16,5 %
sedangkan sisanya mengatakan standar
saja yaitu 7 orang atau 7,7 % dan
mengatakan buruk dan buruk sekali
masing-masing 2 dan 1 orang dengan
asumsi persen sebanyak 2,2 dan 1,1 %.
Profil Penilaian Responden atas Sarana
Transportasi di kota Jogyakarta

Sarana yang dipergunakan oleh


wisatawan ada berbagai macam
sebagaimana keadaan di kota lian di
Indonesia. Tetapi yang menarik ialah
sebagian dari 91 responden mengatakan
baik sekali = 31 orang atau 34,1 %,
yang mengatakan sangat baik adalah 29
orang atau 31,9% , dan yang mengatakn
baik adalah 17 orang atau 18,7 %
sedangkan yang mengatakan standar
saja sebanyak 11 orang atau 12,1 %
sementara itu yang mengatakan buruk
hanya 3 orang atau 3,3 %.

Persepsi Wisatawan tentang Pasar


Tradisional

Dari sebanyak 91 responden mereka


memberikan penilaian yang baik sekali
tentang pasar tradisional yaitu sebanyak
35 orang atau 38,5 % , yang menilai
jsangat baik sebanyak 23 orang atau
25,3 %, dan yang menilai baik sebanyak
18 orang atau sebanyak 19,8 % dan
memberikan penilaian standar sebanyak
11 orang atau sebanyak 12,1 % dan
yang mengatakan buruk hanya 4 orang
atau sebanyak 4,4 %.
Persepsi responden Tentang TempatTempat Makan Tradisional

Sementara itu, dari sebanyak 91


responden yang memberikan penilaian
tentang tempat-tempat makan adalah
tidak jauh berbeda antara sangat baik,
dan baik sekali hingga angat baik.
Responden menanggapi tentang tempattempat makan yang ada di kota
Jogyakarta dengan tanggapan baik
sebanyak 26 orang atau 28.6% , yang
mengatakan baik sekali sebanyak 24
orang atau sebanyak 26,4% , dan yang
mengatakan sangat baik sebesar 22
orang atau sebesar 24,2 % sedangkan
sisanya yaitu sebanyak 14 orang atau
sebesar 15,4 % mengatakan standar saja
dan yang mengatakan buruk hanya 5
orang atau sebanyak 5,5, %.
Tanggapan Tentang Kebudayaan di
Kota Jogjakarta

Dari responden sebanyak 91 orang


hasil survey lapangan yang dilakukan ,
8

ternyata jawaban responden cukup


menggembirakan yaitu sebanyak 38
orang atau 41,8% mengatakan bahwa
kebudayaan Jawa-Jogyakarata sangat
baik, dan sebanyak 30 orang atau
sebanyak 33 % mengatakan baik sekali
sementara itu yang mengatakan baik
sebanyak 19 orang atau 20,9 % dan
yang mengatakan standar hanya 4 orang
atau sebanyak 4,4 %.

sebanyak 24,2 % , yang mentakan


sangat baik sebesar 17 orang atau
18,7% sedangkan yang mengatakan
bahwa standar saja sebanyak 8 orang
atau 8,8, % dan yang mengatakan buruk
4 orang serta satu orang mengatakan
sangat buruk dengan masing-masing
prosentasi sebesar 4,4 % dan 1,1 %.

Persepsi Responden Terhadap Kesenian


kota Jogjakarta

Di kota Jogyakarta sebenarnya banyak


sekali event pariwisata guna menarik
wisatawan untuk berkunjung dan bukan

Beragam tanggapan responden tentang


kesenian di kota Jogyakarta dengan
penilaian mulai dari sangat baik sampai
dengan buruk. Dari sejumlah 91
responden yang mengatakan baik sekali
cukup banyak yaitu 45 orang atau
49,5%, dan yang mengatakan sangat
baik sebanyak 26 orang atau 28,6% dan
yang mengatakan baik sebanyak 19
orang atau 20,9 % dan hanya 1 orang
yang mengatakan buruk atau sebanyak
1,1 %.
Adapun kesenian yang masih banyak
dan sangat popular di kota Jogyakarta
antara lain ialah; wayang kulit, tarian
dan masih banyak lagi yang lainnya.
Persepsi Responden Atas Keadaan
Infrastruktur di kota Jogajakarta

Dari data yang ada responden


menanggapi
beragahm
terhadap
infrastruktur di kta Jogyakarta. Yang
terbesar adalah persepsi baik sekali
sebanyak 39 orang atau sebanyak 42,9
%, disusul dengn baik = 22 orang atau

Persepsi Responden Atas Event


Pariwisata di kota Jogyakarta

hanya sekali saja tetapi akan kembali


lagi kelak. Tanggapa responden atas
event pariwisata sangat baik yaitu
sebesar 31 orang dari total 91 responden
yang menjadi objek penelitian ini. Dan
yang mengatakan sangat baik sebesar
29 orang atau 31,9% , dan yang
mengatakan baik sekali yaitu 26 orang
atau sebanyak 28,6 % sedangkan yang
mengatakan standar hanya 4 orang atau
sebanyak 4,4, % dan yang mengatakan
buruk sekali hanya 1 orang atau 1,1 %.
Persepsi Responden tentang Aktifitas
Pariwisata di kota Jogyakarta

Tanggapan responden dalam aktifitas


pariwisata adalah baik sekali ini
ditunjukkan dengan besaran responden
sebanyak 42 orang atau 46,2%, diikuti
dengan mengatakan baiki sebanyak 30
orang atau sebesar 33 % , dan hanya 7
orang yang mengatakan sangat dan baik
dan standar atau sebesar 7,7, %
sedangkan yang menyatakan bahwa
9

perjalanan wisata sebanyak 5 orang atau


sebesar 5,5 %.
Persepsi Responden tentang Hiburan di
kota Jogjakarta

Dari sebanyak 91 responden dapat


diambil gambaran bahwa 39 orang
mengatakan hiburan disana baik atau
40,4 %, selanjutnya kedua sebanyak 31
orang mengatakan bahwa hiburan yang
ada baik sekali dan yang mengatakan
sangat baik sebanyak 17 orang atau
18,7% sedangkan sisanya sebanyak 4
orang atau 4,4 % mengatakan standard
an yang mengatakan buruk hanya 2
orang atau 2,2 %.
Persepsi Responden Tentang TempatTempat Belanja di kota Jogyakarta

Dari
data
menunjukkan
bahwa
responden menyatakan baik sekali
sebanyak 41 orang atau 45.1 %, disusul
dengan yang mengatakan baik sebanyak
23 orang atau 25,3% sedangkan yang
mengatakan standard an sangat baik
dengan jumlah yang sama yaitu masingmasing 11 orang atau 12,1 % sedangkan
yang mengatakan
buruk adalah
sebanyak 3 orang atau 3,3 % dan yang
mengatakan sangat buruk hanya 2 orang
atau 2,2 %.
Persepsi Responden atas Infrastruktur
Pendukung Pariwisata di kota
Jogyakarta

Dari hasil engket yang disebarkan


kepada responden 28 responden atau
30,8 % mengatakan bahwa infrastruktur
baik , 26 responden atau 28,6 %

mengatakan baik sekali dan 27


responden mengatakan standar, 26
responden menyatakan bahwa baik
sekali
sedangkan
6
responden
menyatakan buruk sedangkan hanya 4
responden atau 4,4 % yang menyatakan
sangat baik.
Persepsi Responden atas Kualitas
Layanan di kota Jogyakarta

Sebagaian responden menganggap


kualitas layanan baik banik dan baik
sekali yaitu sebanyak 33 dan 32
responden atau sama dengan 36,3 %
dan 35,2 %, yang nengatakan standar 16
responden atay 17,6 % tetapi yang
mengatakan sangat baik hanya 6
responden atau 6,6 % sedangkan yang
mengatakan buruk dan buruk sekali
sama yaitu sebanyak 2 responden atau
2,2 %.
Persepsi Responden atas Aksesbilitas di
kota Jogyakarta

Menurut responden yang berjumlah 91


orang sebagian mengatakan bahwa soal
aksesbilitas rata menilai hampir sama
dan hanya berselisih sedikit. Misalkan
antara baik dan baik sekali serta sangat
baik. Untuk yang mengatakan baiki 28
respoden atau 30,8%, baik sekali 24
responden atau 26,4 dan sangat baik
sebanyak 18,7 %, sedangkan yang
mengatakan standar hanya 20 responden
atau 22 % dan hanya 2 responden yang
menyatkan buruk atau 2,2 %.

10

Persepsi Responden atas Keramahan


Masyarakat di kota Jogyakarta

Dari hasil angket yang disebarkan


dalam

penelitian

ini

didapatkan

penilaian tentang keramahan penduduk


dan sebanyak 38 orang atau 41,8 %
mengatakan

bahwa

keramahan

penduduk baik sekali , dan 35 orang


atau 38,5% mengatakan keramahan
penduduk sangat baik, diikuti dengan
11 orang atau 12,1% mengatakan baik,
selanjutnya yang mengatakan standar
sebanyak 4 orang atau 4,4 % dan yang
mengatakan buruk hanya 3 orang atau
3,3 %.
Profil Koordinasi Antar Organisasi di
kota Jogyakarta

Dari responden sebanyak 91 orang


diapat angka sebanyak 33 orang atau
36,3
yang
mengatakan
bahwa
koordinasi tersebut standar saja. Yang
mengatakan baik sebanyak 31 orang
atau 34,1 % dan sebanyak 16 orang atau
17,6% mengatakan koordinasi tersebut
baik
sekali,
sedangkan
yang
mengatakan sangat baik hanya 9 orang
atau 9,9 % dan hanya 1 orang yang
mengatakan buruk
Profil Pemasaran Pariwisata di kota
Jogyakarta

Dari
sebanyak
91
responden
kebanyakan mereka mengatakan bahwa
pemasaran pariwisata di kota Jogyakarta
terbilang baik. Ini bisa terlihat dari 32

atau 35,2 % responden yang


mengatakan bahwa,pemasrana pariwisat
baik, 27 responden atau 29,7 %
mengatakan baik sekali dan 22
responden atau 24,2 % mengatakan
standard an sisanya yaitu sebanyak 5
responden atay 5,5 % mengatakan
buruk. Tetapi penilaian sangat baik juga
sama dengan penilain buruk yaitu samasama hanya 5 responden.
Profil Penegakkan Aturan di kota
Jogyakarta

Sebanyak 31 responden atau 34,1 %


mengatakan bahwa penegakkan aturan
di kota Jogyakarta mengatakan hanya
standar saja, sementara itu 19 responden
atau 20,9 % mengatakan baik dan 15
responden atau 16,5 % mengatakan
baik, sementara itu 14 responden atau
15,4% menyatakan bahwa penegakan
aturan buruk bahkan sebanyak 6
responden atau 6,6 % menyatakan
sangat buruk tentang penegakan aturan.
Profil Manajemen Lingkungan di kota
Jogyakarta

Ini bisa dilihat dari penilaian responden


terhadap manajemen lingkungan yaitu
sebanyaki 34 responden atau 37, 4 %
mengatakan baik dalam manajemen
lingkunangan dan yang mengatakan
standar sebanyak 25 responden atau
27,5 % , sedangkan yang mengatakan
baik sekali sebanyak 18 responden atau
19,8 % sementara itu , hanya sebagian
kecil yang mengatakan sangat baik. Dan

11

hanya sedikit sekali yang menyatakan


buruk hingga sangat buruk.

mengatakan standard an hanya 1 orang


yang menyatakan buruk

Tanggapan Responden Atas Lokasi


Objek Wisata

Tanggapan Responden Atas Keamanan


di kota Jogjakarta

Menurut responden bahwa lokasi wisata


yang berada di kota Jogyakarta
terbilang baik sekali ini ditunjukkan
dengan sebanyak 32 responden atau
35,2 %, dan 26 orang atau 28,6%
mengatakan baik sedangkan 32 orang
atau 23,1 % mengatakan sangat baik. 10
atau 11% orang mengatakan standar
,dan sisanya hanya 2 orang atau 2,2 %

Dari hasil survey di lapangan dapat


diketahui bahwa kondisi keamanan
menjadi sangat penting sebagai kota
pariwisata,
pada
umumnya
dan
pendatang pada khususnya. Kondisi
dapat dilihat bahwa sebanyak 34
responden atau 37,4% menyatakan
kondisinya baik sekali, dan yang
menyatakan baik ada sekitar 30

yang mengatakan buruk.

responden atau 33 %, dan yang


menyatakan sangat baik ada sebesar 13
responden atau 14,3 %, dan yang
menyatakan standar ada sebesar 12
responden atau 13,2 , sementara yang
menyatakan buruk dan buruk sekali
masing-masing 1 responden atau 1,1 %.

Tanggapan Responden Tentang Harga di


Kota Jogjakarta

Menurut responden yang menjadi objek


penelitian ini bahwa harga-harga di kota
Jogyakarta baik sekali yaitu sebanyak
38 responden atau 41,8 %, untuk yang
menilai standar dan sangat baik
sebanyak 14 responden atau 15,4%,
sedangkan 9 responden atau 9,9 %
menyatakan bahwa harga-harga di kota
Jogyakarta buruk dan hanya 1
responden yang menyatakan buruk
sekali.
Tanggapan Responden Atas Penerimaan
Masyarakat

Sebanyak 32 responden atau 35,2%


mengatakan
bahwa
penerimaan
masyarakat baik sekali, dan 26 resonden
mengatakan
sangat
baik,
yang
mengatakan
baik
sebanyak
22
responden dan hanya 10 orang

Persepsi Responden Atas Kemudahan


Memperoleh Makanan di kota
Jogjakarta

Jika dilihat dari persepsi


responden
terhadap
kemudahan
memperoleh
makanan
di
kota
Jogyakarta
memang
sangat
menggembirakan. Ini bisa terlihat dari
penilaiaian dari kebanyakan responden.
Dari angkan ditas terlihat bahwa, yang
mengatakan baik sekali sebanyak 33
responden atau 36,3 %, dan 24
responden atau 26,4 %, tetapi hanya 11
responden atau 12,1 % yang
mengatakan sangat baik sebaliknya, 12
responden yang mengatakan buruk dan
12

hanya 1 responden mengatakan sangat


buruk.

Tabel 0-2 Lama Tinggal

Tanggapan Responden atas Kenyaman


di kota Jogjakarta

Responden mengatakan bahwa tinggal


di kota Jogayakarta memang nyaman
sehingga mereka memberi nilai baik
sekali ini dinyatakan oleh 36 orang atau
39,6 %, yang menjawab baik 28 orang
atau 30,8% dan 16 orang atau 17,6 %
menyatakan sangat baik , sedangkan
yang menyatakan standar hanya 11
orang atau 12,1 %.

Kontribusi Pariwisata terhadap Sektor


Ekonomi
Tabel 0-3KOntribusi sector Ekonomi

Tanggapan atas Citra kota Jogjakarta

Mengenai tanggapan atas citra kota


Jogyakarta seanyak 51 responden atau
56 % menyatakan bahwa citra kota
Jogyakarta
sangat
baik,
yang
menyatakan baik sekali sebanyak 31
responden atau 34,1 % dan yang
menyatakan baik adalah 7 orang atau
7,7 % sedangkan hanya 2 responden
atau 2,2 % yang mengatakan bahwa
kota Jogyakarta standar.

Profil Produktifitas Sektor Industri


Tabel 0-4Perkembangan Hotel Bintang

Kinerja Obyektif Destinasi Pariwisata


Tabel 0-1Pertumbuhan Kunjungan
Wisatawan

Lama Tinggal Wisatawan


13

Tabel 0-5Perkembangan Hotel Melati

responden bahwa kota Jogyakarta


mempunyai citra yang baik. Baik dari
sisi pusat budaya, pusat pendidikan
maupun banyaknya objek wisata serta
keramahan masyarakatnya kemudian
diikuti yang lain-lain.
Sedangkan komponen daya saing
terendah berada pada penegakan
peraturan. Ini masalah terkait dengan
Pemerintah dan penegakaan hukum
yang berwenang mengatur atau meindak
kepada masyarakat pengguna fasilitas
umum dimana saja dan kapan saja dan

Persepsi Responden tentang Tingkat


Daya Saing Pariwisata Kota Yogyakarta
Tabel 0-6Tingkat Daya Saing Pariwisata

Indeks tertinggi berada pada angka 0,92


sedangkan skor minimum yang didapat
adalah 586 sementara itu untuk skor
maksimal
sebesar
637.
Maka,
komponen Daya saing kota Jogyakarta
berada pada urutan pertama Menurut

kepada siapa saja. Skor untuk


penegakan peraturan ada pada 379 dan
skor maksimal yaitu 637 dan index nya
sebesar 0,79.
Untuk nilai rata-rata ( Mean ) tetap
masalah Citra kota Jogjalarta menjadi
nomer satu dengan angka rata-rata
sebesar 19.32547 diikuti dengan ;
kebudayaan,
keramahtamahan
penduduk, kesenian tradisional, dan
bangunan sejarahnya. Sedangkan nilai
rata-rata ( mean ) terendah adalah
Penegakan Peraturan yaitu sebesar
14.87995, selanjutnya; manajemen
lingkunga, infrastruktur, koordinasi
antara organisasi dan manajemen
pemasaran destinasi.

14

KESIMPULAN DAN SARAN

e) Daya saing Yokyakarta sebagai Daerah


Tujuan Wisata sangatlah baik dimana
menunjukkan lebih dari 70% (tabel 5-

Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini
disimpulkan sebagai berikut

dapat

a) Persepsi responden tentang Yogyakarta


sebagai

daerah

tujuan

wisata

32), hal ini ditandai juga dengan


semakin

meningkatnya

wisatawan

yang

jumlah

dating.

Terbukti

tingkat hunian di hotel berbintang


maupun

melati

menunjukkan

menunjukkan tanda yang positif dimana

peningkatan.

hamper lebih dari 75% responden

menginap baik itu wisman maupun

menyatakan nilai baik sampai sangat

wisnus

baik.

Pengunjung

yang

f) Kontribusi sector pariwisata terhadap

b) Pada kondsi budaya yang dimiliki oleh

perkembangan sangatlah baik, dimana

bangunan

peningkatan pendapatan yang cukup

bersejarah, kendaraan tradisional , pasar

significant. Rata- rata pertumbuhan

tradisional

memberikan

ekonomi di propinsi DIY mencapai

tanggapan baik dan sangat baik sebesar

kenaikan yang berarti hanya dari sub

83%.

sector pariwisata. Ini berkat adanya

Yogyakarta

seperti
reseponden

Sementara

pada

sumberdaya
tempat

berbagai factor yang menunjang antara

belanja, even, atraksi yang memberikan

lain; keramahan mesayarakat, tersedia

tanggapan

nya

pendukung

wisata
baik

seperti

dan

baik

sekali

banyak

destinasi

pariwisata,

mencapai 91% danfaktor pendukung

pengelolaan objek wisata yang baik,

lainnya sebesar 77%

sarana

c) Untuk

manajemen

kebijakan

destinasi

pemerintah

serta

responden

memberikan nilai baik dan sangat baik


sebesar

58%.

Untuk

kenyamanan,

factor lokasi dll sebesar 82%

dan

prasarana

jalan

yang

memadai dan masih lagi yang lainnya.

Saran
a) Dengan

persepsi

yang

baik

tadi,

disarankan untuk selalu menjaga semua


faktor yang mendukung pariwisata

d) Secara keseluruhan bahwa respon dari

Yogyakarta. Jangan pernah berpuas diri

responden menyebutkan bahwa kota

karena waktu yang akan datang akan

Yogyakarta

semakin berat persaingannya

daerah

layak

tujuan

disebut
wisata,

sebagai
sehingga

kelestarian budaya serta berbagai factor


pendukung lainnya harus selalu dijaga
dan tentunya semakin dikembangkan.

b) Bagi

pemerintah daerah sebaiknya

meningkatkan
infrastruktur

dari
yang

segi
dimiliki

aturan,
oleh

Yogyakarta karena hanya 58% yang


menyatakan

baik.

Sehingga

tidak
15

menutup

kemungkinan

nilai

itu

semakin turun jika tidak ditingkatkan


infrastrukturnya
c) Selalu menjaga keaslian budaya yang
dimiliki

seperti

keramahtamahan,

keaslian kuliner serta berbagai faktor


pendukungnya

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI
(2005), Rencana Strategis pembangunan
Kebudayaan dan Pariwisata Nasional 2005
2009, Jakarta.

Porter, Michael E. 2004. Competitive


Advantage: Creating and Sustaining Superior
Performance, with a new introduction,
copyright 1985, Free Press Publishing, New
York.
Santosa, Setyanto P. 2002. Pengembangan
Pariwisata Indonesia. Makalah.
Thurow, Lester C. (1999), Building Wealth: the
New Rules for Individuals, Companies, and
Nations in a Knowledge-Based Economy, 1st
Edition, HarperCollins Publishers, Inc., New
York.

Janita Dewi,Ike. 2005. Matinya Keunikan


Pariwisata Yogyakarta. Harian Kompas.
Jakarta.

Thurow, Lester C. 1999. Building Wealth: the


New Rules for Individuals, Companies, and
Nations in a Knowledge-Based Economy, 1st
Edition, HarperCollins Publishers, Inc., New
York.

Kim, J.,. 2001. Destination Competitiiveness:


Development of a Model with Application to
Australia and the Republic of Korea

United Nation-World Tourism Organization.


2005. Tourism Highlight 2005, UN-WTO,
Madrid

Nirwandar, Sapta. 2005. Pembangunan Sektor


Pariwisata Di Era Otonomi Daerah. Makalah.

World Travel dand Tourism Council. 2003. The


Blueprint of New Tourism, WTTC, London.

16

You might also like