Professional Documents
Culture Documents
Journal Tesis 2015
Journal Tesis 2015
Journal Tesis 2015
PELAKU KHALWAT
(Analisis Putusan Mahkamah Syariyah Langsa
Perkara Nomor: 20/JN/2012/MS-Lgs)
Oleh Muhammad Basyir
In the criminal justice system, in addition to material law also
formal law, it can be applied as the main rules beside a material
law. By the formal law, legal officers are authorized to arrest, held a
person and seize an object, the prosecutor can prosecute, indict and
others. Therefore, formal law is very important because it
determines the fate of an accused person. In Langsa Shariah Court
Decision No. 20/JN/2012/Ms-Lgs decided by the judges are
ignoring the elements of Article 197 paragraph 1 point (c) and (e)
that should be upheld. Thus , these problems is needed a study on
the basis of legal considerations who decided by judges,whether the
decision is in accordance with the principles of the law and how the
legal consequences of a such decision.This study was designed
with a qualitative pattern, data collection techniques by using the
documentation techniques. The result of research proves that the
consideration of Langsa Shariah Court judges in deciding uqubat
cambuk (caning) toward the nasty offender in case
No.20/JN/2012/Ms-Lgs are : First , Article 22 paragraph 1 Qanun
No.14 of 2003 on nasty. Second, the Qur'an Surah al-Isr verse 32
about prohibition or perform an act that is forbidden(haram), such
actions lead to the perpetrator to commit adultery. Langsa Shariah
Court judge's ruling on case No. 20/JN/2012/Ms-Lgs do not
consider the Code of Criminal Procedure (KUHAP) Article 197
paragraph 1 point (c) and (e) about the demands of the Public
Prosecutor demanded 6 lashes. The legal consequences of Shariah
Court decision 20/JN/2012/MS-Lgs is to be executed even though
the decision is not in accordance with the principle of a verdict .
Keywords : 'Uqbt caning , toward the nasty offender,
Syar'iyah Court Decision Langsa
A. PENDAHULUAN
Aceh merupakan
provinsi
yang
mendeklarasikan
1999
Propinsi
tentang
Daerah
Penyelenggaraan
Istimewa
Aceh.
UU
Keistimewaan
ini
memuat
izin
terhadap
semangat
rakyat
Aceh
untuk
dapat
pusat
secara
yuridis
formal
telah
Menyahuti
hukum
dalam
hal
ini
pengadilan
(Mahkamah
Peradilan
Nasional
dalam
lingkup
Peradilan
al-Syakhshiyah
(hukum
keluarga),
(hukum
keluarga), mumalt
(hukum
seperti
jual
beli,
hutang
piutang,
qirdh
(kuasa), syirkah
(perkongsian), riah
temuan),
ijarah
(sewa
menyewa),
takful
hadiah,
zakat,
infaq,
dan
ekonomi
syariah.
meminum
minuman
keras
dan
napza,
c.
dapat
diketahui
diberikan
secara
kepada
kewenangan
nyata
Mahkamah
Pengadilan
bahwa
kewenangan
Syariyah
Agama
pada
lebih
luas
umumnya,
yang
dari
namun
Pengadilan
Agama
atau
Mahkamah
dan
kewenangan
mutlak.
Kewenangan
untuk
relatif
atau
kompetensi
relatif
yaitu
suatu
perkara
yang
diajukan
kepadanya,
tinggal.
Kewenangan
relatif
ini
mengatur
Pengadilan
Agama.
Dalam
bahasa
Belanda,
Pengadilan
Agama
memeriksa,
memutus,
perkara
tingkat
bertugas
dan
pertama
dan
berwewenang
menyelesaikan
antara
perkara-
orang-orang
yang
Nomor
Tahun
2006).
Kewenangan
dan
pertama
menyelesaikan
dalam
bidang:
perkara-perkara
ahwl
pada
al-syakhshiyah;
Provinsi
Aceh
mempunyai
wewenang
dalam
hukum
diberi
wewenang
untuk
menangkap
pengadilan
harus
berdasarkan
ketentuan
Syariyah
sebagai
pelaksana
kekuasaan
perannya
harus
sesuai
dengan
undang-undang
putusan
KEADILAN
yang
dituliskan
BERDASARKAN
berbunyi:
KETUHANAN
DEMI
YANG
MAHA
ESA;
b. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir,
jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan
pekerjaan terdakwa.
c. Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan;
d. Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai
fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang
diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi
dasar penentuan kesalahan terdakwa;
e. Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat
tuntutan;
f. Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi
dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal peraturan
perundang-undangan
disertai
keadaan
yang
yang
menjadi
dasar
memberatkan
hukum
dan
yang
meringankan terdakwa;
g. Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis
hakim kecuali perkara diperiksa oleh hakim tunggal;
h. Pernyataan
kesalahan
terdakwa,
pernyataan
telah
menyebutkan
jumlahnya
yang
pasti
dan
tentang
Pidana
Khalwat
terhadap
Buyung
ayat
(1)
yaitu
poin
(c)
dan
(e)
yang
masing-masing
surat
dakwaan
(poin
c)
dan
tuntutan
pidana
ini,
unsur
dakwaan
jaksa
adalah
khalwat
dan
hakim
mempertimbangkan
khalwat
dan
zina,
persetubuhan
kesengajaan
atau
niat
yang
diharamkan
melawan
hukum.8
dan
Hal
adanya
ini
harus
10
dalam
memenuhi
unsur
persidangan
bahwa
materil khalwat.
tersangka
Dalam
hal
telah
ini,
jaksa
surat
dakwaan
yang
dibacakan
jaksa
tidak
tersebut
menarik
untuk
dikaji
karena
hakim
hakim
dalam
putusan
tersebut.
Apakah
hakim
yang
memeriksa
dan
11
Islam,
Pendidikan
SMA,
Kebangsaan
Indonesia,
perkara
ini,
melakukan
khalwat/mesum
yang
12
khalwat/mesum
yang
hukumnya
haram
merah
jambu
dikembalikan
kepada
mereka
terdakwa.
4 Menetapkan mereka terdakwa I Buyung Suderajat bin
Lukman dan terdakwa II Nadira binti Muslem M. Nur
membayar biaya masing-masing sebesar Rp. 2.000,(dua ribu rupiah).
Berdasarkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum, terdakwa I
dan terdakwa II melakukan perbuatan khalwat/mesum dengan
cara sebagai berikut:
1 Bahwa antara mereka terdakwa telah terjalin hubungan
asmara selama lebih kurang I (satu) tahun dan mereka
terdakwa
mempunyai
pekerjaan
sebagai
pengamen
13
dengan
minuman
anak-anak
keras
jenis
punk
lainnya
Stepmension
dan
kemudian
dikarenakan
masih
terpengaruh
kemudian
sebagaimana
pada
tersebut
waktu
di
atas,
dan
tempat
dikarenakan
yang
sudah
celana
panjang
berwarna
merah
jambu
dan
celana
sehingga
dalamnya
tubuh
bagian
14
panjang
dan
keras
segera
menimpa
tubuh
Suderajat
bin
Lukman
menaik
turunkan
di
depan
persidangan
yang
pada
pokoknya
penangkapan
dilakukan
pada
hari
Selasa
15
g Benar
menurut
pengakuannya,
terdakwa-terdakwa
Tenis
dekat
Taman
Bambu
Runcing
16
penangkapan
terhadap
mereka
terdakwa
yang
melihat
seorang
wanita
masuk
ke
dalam
Benar
kemudian
saksi
melihat
wanita
tersebut
kemudian
saksi
bersama-sama
dengan
Benar
bahwa
berdasarkan
mereka
keterangan
berpacaran
mereka
dan
terdakwa
belum
terikat
penikahan;
j
Benar
berdasarkan
keterangan
mereka
terdakwa
17
mengakui
telah
menandatangani
Berita
Acara
Pemeriksaan tersebut.
Berdasarkan keterangan saksi-saksi, barang bukti serta
keterangan Terdakwa yang saling bersesuaian diperoleh fakta
hukum sebagai berikut:
1 Bahwa pada hari Selasa tanggal 03 April 2012 sekira
pukul 00.30 WIB bertempat di Lapangan Tenis dekat
Taman Bambu Runcing Gampong Jawa Muka Kecamatan
Langsa Kota, Kota Langsa para saksi telah melakukan
penangkapan terhadap Terdakwa I dan Terdakwa II
karena Terdakwa I dan Terdakwa II melakukan hubungan
suami isteri.
2 Bahwa Terdakwa I dan Terdakwa II bukan suami istri dan
masih berstatus pacaran;
3 Bahwa Terdakwa I dan Terdakwa II ditangkap di tempat
gelap dan sunyi hanya mereka berdua saja;
4 Bahwa dari Terdakwa disita barang bukti berupa 1 (satu)
buah celana dalam warna hitam dan 1 (satu) buah
celana dalam berwarna merah jambu.
Dari
perolehan
fakta
hukum
tersebut
ternyata
18
1 Setiap orang
Yang dimaksud dengan setiap orang dalam unsur ini
adalah ditujukan kepada siapa saja tanpa terkecuali yang
menjadi subjek hukum, yaitu beragama Islam, mukallaf (yang
dapat dipertanggung jawabkan terhadap perbuatannya) dan
melakukan perbuatan tersebut atas dasar kehendak sendiri
bukan karena paksaan dan orang lain atau diancam, baik ianya
laki-laki maupun perempuan.
Bahwa
berdasarkan
keterangan
saksi-saksi
serta
Hakim
dimengerti
maupun
Jaksa
Penuntut
Umum,
dapat
atas
yang
mengarah
kepada
zina.
Bahwa,
yang
19
bahkan
Terdakwa
dan
Terdakwa
II
sudah
Terdakwa
dipertimbangkan
hal-hal
dan
Terdakwa
yang
II,
memberatkan
perlu
pula
dan
yang
20
memperhatikan
tidak
ditemukan
adanya
alasan
bahwa
oleh
karena
Terdakwa
dan
21
yang
bersangkutan,
mendengar
tuntutan
Jaksa
dan
yang
segala
hal-hal
meringankan
yang
memberatkan
terdakwa,
kemudian
22
diputuskan
dalam
rapat
Majelis
Hakim
23
dengan
konsep
kekuasaan
kehakiman
yang
bersifat
prosedural
yang
disebut
Hukum
Acara.
tidak
tertulis
yang
disebut
asas
umum
24
keseluruhan
dasar
pertimbangan
hukum
yang
20/JN/2012/MS-Lgs
dapat
diketahui
bahwa
yang
(sepuluh
juta
rupiah),
paling
sedikit
Rp
setiap
orang
yang
melakukan
khalwat
maka
al-lsr ayat 32
25
perkara
khalwat
tersebut
bertentangan
dengan
sangat
memutuskan
tegas
atau
dijelaskan
menghukum
hakim
tidak
terdakwa
boleh
melebihi
dalam
putusan
hakim
menghukum
terdakwa
sebagaimana
tersebut
dalam
Kitab
Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 197 ayat (2) yang berbunyi
Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (1) pasal ini
mengakibatkan putusan batal demi hukum. Berdasarkan
pasal ini seharusnya Putusan Nomor 20/JN/2012/MS-Lgs ini
tidak bisa dieksekusi karena termasuk dalam putusan yang
batal atau tidak sah. Di sinilah letak kejanggalan putusan
Nomor 20/JN/2012/MS-Lgs tentang perkara khalwat karena
tidak mengindahkan aturan yang berlaku terhadap sebuah
putusan.
Mengenai kebebasan hakim dalam memutuskan sebuah
perkara, penulis juga tidak menafikan adanya kebebasan bagi
hakim dalam menjalankan tugas mulianya. Namun kebebasan
ini juga tidak terlepas dari aturan perundang-undangan yang
mengatur kewenangan seorang hakim, juga tidak lepas dari
kemungkinan yang ada dalam kasus itu sendiri.
26
menghilangkan
barang
bukti
dan
lainnya.
dari
segi
pengakuan
kemungkinan
pelaku
bahwa
ia
dalam
tidak
kasus,
sekedar
perkara
jabatannya,
melakukan
selesai,
majelis
musyawarah
hakim
untuk
karena
mengambil
mencantumkan
pasal-pasal
peraturan
perundang-
27
memutuskan
perkara
dengan
menjatuhkan
pidana
memuat
ketentuan
Tuntutan
pidana,
sebagaimana
KUHAP
ini,
terhadap
terjadi
kasus
penyelewengan
Buyung
Sudrajat
penetapan
bin
Lukman
Nomor
20/JN/2012/MS-Lgs
yang
diputuskan
oleh
sementara
Jaksa
Penuntut
Umum
dalam
surat
28
zina,
sehingga
proses
pembuktian
dengan
Dengan
demikian
akibat
hukum
dari
putusan
29
khalwat
dalam
perkara
No.20/JN/2012/MS-Lgs
melakukan
suatu
perbuatan
yang
perbuatan
No.20/JN/2012/MS-Lgs
adalah;
Pertama,
30
hukum
putusan
Mahkamah
Syariyah
31
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta:Sinar Grafika, 2005.
Bab II Badan Peradilan dan Asasnya, Pasal 10 s/d Pasal 26, UU No.4 Tahun
2004, tentang Kekuasaan Kehakiman
Het Herziene Inlandsche Reglement (HIR) Pasal 178 ayat (1),(2) dan (3).
Kesimpulan seminar Pemberdayaan dan Tanggungjawab Mahkamah Agung
Republik Indonesia Dalam Melaksanakan Kekuasaan Kehakiman
Yang Mandiri, IKAHI, Varia Peradilan, No.178, Juli 2000.
Mahsum Fuad, Hukum Islam Indonesia Dari Nalar Partisipatoris Hingga
Emansipatoris, Jakarta: Pelangi Aksara, 2005.
Musthofa Sy, Kepaniteraan Peradilan Agama, Jakarta: Kencana, 2005.
Pasal 2 ayat (2) dan (3), Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia.
Qanun Provinsi Aceh Nomor 10 Tahun 2002 tentang Peradilan Syariat Islam
Pasal 49.
Retnowulan Sutantio, Hukum Acara Pedata Dalam Teori dan Praktek,
Bandung: Mandar Maju, 1989.
Soesilo, KUHP & KUHAP, Jakarta: Buana Press, 2008.
UU No.3 Tahun 2006 perubahan yang ketiga UU No. 50 Tahun
2009 tentang Peradilan Agama, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 159.
UU No.4 Tahun 2004, Bab. II Badan Peradilan dan Asasnya, Pasal 10 s/d
Pasal 26. Asas umum penyelenggaraan peradilan yang baik
Kesimpulan seminarPemberdayaan dan tanggungjawab Mahkamah Agung
Republik Indonesia dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman yang
32
33