Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 13

Khutbah Jumat Tiga Perkara Yang

Diridhai Allah Subhanahuwataala


:









Maasyiral muslimin rahimakumullah,


Segala puji bagi Allah Subhanahu wataala, Rabb yang telah mengutus kepada kita sebaik-baik
utusan dan menurunkan sebaik-baik kitab suci. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan
yang berhak untuk diibadahi dengan benar selain Allah Subhanahu wataala semata yang
memiliki al-asmaul husna. Saya juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wasallam adalah hamba dan utusan-Nya yang telah menyampaikan risalah dengan penuh
amanah sehingga meninggalkan umat ini di atas agama yang jelas. Tidak ada satu kebaikan pun
kecuali umat telah diajak kepadanya. Tidak ada satu kejelekan pun kecuali umat ini telah
diingatkan darinya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita
Muhammad beserta keluarganya, para sahabatnya, dan kaum muslimin yang mengikuti
petunjuknya.
Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wataala dengan sebenar-benar takwa
dan marilah kita menjadi hambahamba- Nya yang bersaudara. Yaitu bersaudara karena iman
yang diwujudkan dengan saling mencintai, kasih sayang, dan tolong-menolong dalam kebenaran

serta saling menasihati dan melakukan amar maruf nahi mungkar.


Jamaah jumah rahimakumullah,
Al-Imam Ahmad dan al-Imam Muslim rahimahumallah meriwayatkan dengan lafadz yang
semakna dari jalan sahabat Abu Hurairah z dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam bahwa beliau
bersabda,








Sesungguhnya Allah Subhanahu wataala meridhai untuk kalian tiga hal dan membenci dari
kalian dari tiga hal: Allah Subhanahu wataala meridhai kalian agar beribadah kepada-Nya dan
tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun; berpegang kuat dengan agama Allah Subhanahu
wataala semuanya (bersatu) dan tidak berceraiberai; serta agar menasihati orang yang Allah
telah jadikan sebagai penguasa bagi kalian. (Dan Allah) membenci kalian dari mengatakan
(setiap apa yang) dikatakan (kepada kalian), banyak bertanya, dan membuang-buang harta.
(HR. Ahmad dan Muslim)
Hadirin rahimakumullah,
Di dalam hadits yang mulia ini, Nabi Muhammad memberitakan bahwa Allah Subhanahu
wataala meridhai kita untuk memiliki tiga sifat yang dengannya seseorang akan berbahagia di
dunia dan akhirat. Sifat-sifat tersebut adalah: Yang pertama adalah agar kita memperbaiki akidah
dengan memurnikan ibadah hanya untuk Allah Subhanahu wataala dan berlepas diri dari
berbagai jenis kesyirikan. Ini adalah perkara pertama yang harus diperhatikan. Sebab, akidah
merupakan ondasi yang dibangun di atasnya amalan seseorang. Apabila baik akidahnya, akan
bernilai sebagai ibadah dan akan bermanfaat amal salehnya. Adapun jika rusak akidahnya,
amalannya tidak bermanfaat dan tidak bernilai di sisi Allah Subhanahu wataala. Oleh karena
itu, seluruh rasul diperintah untuk mengajak pada perbaikan akidah sebelum hal yang lainnya.
Setiap rasul mengatakan,












Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Rabb bagimu selain- Nya. (al-Araf: 59)
Perkara kedua yang Allah Subhanahu wataala ridha terhadap hamba-Nya adalah agar kaum
muslimin bersatu di atas agama-Nya dan meninggalkan perpecahan. Oleh karena itu, wajib bagi
kita untuk mengikuti jalan yang satu, yaitu jalan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan
para sahabatnya. Kita tidak boleh berpecah belah dalam akidah dan ibadah serta dalam hal yang
berkaitan dengan hukum-hukum agama. Meskipun tidak dimungkiri bahwa berbeda dan

berselisih adalah sifat dan tabiat manusia, namun hal tersebut tidak berarti diperbolehkan.
Allah Subhanahu wataala telah memberikan jalan keluar ketika terjadi perselisihan,
sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,













Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
(al- Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya. (an-Nisa: 59)
Maka dari itu, jangan sampai kaum muslimin memiliki akidah dan ibadah yang berbeda-beda.
Begitu pula tidak boleh masing-masing menetapkan hukum, ini halal dan ini haram dari dirinya
sendiri tanpa berdasarkan dalil dan bimbingan ulama.
Jamaah Jumah rahimakumullah,
Perlu diketahui bahwa berpecah belah adalah sifat orang-orang Yahudi dan Nasrani yang kita
dilarang untuk mengikuti jalan mereka sebagaimana tersebut dalam firman Allah Subhanahu
wataala,











Dan tidaklah berpecah belah orangorang yang didatangkan al-kitab kepada mereka (Yahudi dan
Nasrani) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata. (al-Bayyinah: 4)
Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wataala berfirman,






Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang
keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang
berat. (Ali-Imran: 105)
Dari ayat tersebut kita juga memahami bahwa perpecahan bukanlah rahmat. Justru perpecahan
adalah azab dan akan membuat kaum muslimin saling bermusuhan. Perpecahan akan mencegah
kaum muslimin untuk saling menolong dalam kebaikan.
Oleh karena itu, yang semestinya dilakukan oleh kaum muslimin agar menjadi umat yang satu,
yaitu dengan
kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah serta mengikuti jalan Rasulullah n, baik dalam akidah,
ibadah, muamalah, maupun perselisihan yang terjadi di antara mereka.
Perlu diingat, agama kita adalah agama yang menjaga persatuan dan kebersamaan dalam banyak

permasalahan, seperti dalam bermasyarakat dan bernegara, maupun dalam menjalankan ibadah
shalat, haji, berhari raya, dan yang semisalnya.
Karena itu, sungguh memprihatinkan keadaan sebagian kaum muslimin yang berpecah-belah
dalam kelompokkelompok tertentu yang masing-masing bangga dengan kelompoknya serta
fanatik buta membela kelompoknya tanpa melihat benar atau salah.
Khutbah Kedua

:





.




Maasyiral muslimin rahimakumullah,


Adapun perkara ketiga yang Allah Subhanahu wataala ridha untuk kita menjalankannya adalah
menegakkan nasihat terhadap penguasa dengan menaatinya, mendoakan kebaikan untuknya
ataupun membantunya untuk kebaikannya dan kebaikan masyarakatnya. Penguasa yang
dimaksud adalah penguasa muslim yang sah yang memimpin suatu negeri dan memiliki wilayah
serta kekuatan, baik dia menjadi penguasa dengan cara dipilih maupun cara yang lainnya.
Allah Subhanahu wataala ridha kepada kaum muslimin untuk menaati pemerintah dalam
perkara yang maruf serta untuk tidak melanggar aturan yang telah ditetapkannya selama tidak
bertentangan dengan syariat Allah Subhanahu wataala.
Begitu pula orang-orang yang mengemban amanat atau tugas dari penguasa, seperti para
pegawai pemerintahan atau yang semisalnya, wajib
bagi mereka untuk menjalankan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Tidakboleh baginya untuk
memanfaatkan tugas yang diembannya sebagai kesempatan untuk mengeruk keuntungan pribadi
atau orang-orang dekatnya sehingga berlaku tidak adil dan merugikan masyarakat secara umum.
Hadirin rahimakumullah,
Perlu diingat pula bahwa adanya seorang pemimpin muslim bagi suatu masyarakat adalah
karunia Allah Subhanahu wataala yang sangat besar. Tidak bisa dibayangkan apa yang akan

terjadi apabila suatu negara tidak ada pemimpinnya. Tentu kekacauan, rasa tidak aman, dan
ketakutan akan
menyelimuti negeri tersebut. Namun, tentu saja seorang pemimpin tidak akan menjadi sebab
kebaikan ketika masyarakat tidak mau menaatinya dan menghormatinya. Maka dari itu, sungguh
hal ini merupakan prinsip-prinsip yang sangat penting untuk dipahami dan diamalkan.
Demikianlah yang disebutkan dalam hadits yang mulia ini. Kandungannya akan mendatangkan
kebaikan yang besar jika kaum muslimin mengamalkannya dalam kehidupannya.

KHUTBAH JUM'AT Hidup Sederhana


Bersama Rasulullah SAW

,
. , .
..
Marilah kita bersama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala dengan menghadirkan hati kita kehadirat-Nya, atau berusaha selalu
menghadiri berbagai panggilan dan kewajiban dari-Nya. Serta senantiasa
berperilaku sebagaimana Allah perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, tentunya
dengan penuh hikmat, khusyu' dan ikhlas menjalaninya. Dan menjadi kewajiban
kita untuk menghindari berbagai larangan-Nya yang memudharatkan kehidupan
kita di dunia dan akhirat, amien
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Bukan maksud khatib menggurui, bukan pula berpetuah, hanya ingin mengingatkan
saja, bahwa semua amal (laku) tergantung pada niatnya Innamal amalu bin niyyati.
Motifasi menjadi hal utama, selanjutnya tergantung metode dan cara. Zaman ini
banyak digemborkan bahwa korupsi menjadi hal utama yang menyebabkan
rapuhnya Indonesia. Begitu akutnya korupsi sebagai sebuah penyakit, hingga
Negara dengan berbagai perangkatnya menggalakkan program anti korupsi, mulai
dari LSM hingga Birokrasi. Namun benarkah penyakit korupsi itu bisa berangsur
sembuh dengan berbagai iklan ditelevisi, dengan berbagai ceramah dan diskusi,
sebagai aplikasi dari berbagai program itu? Pastilah belum tentu, karena Innamal
a'malu bin niyyati.
Jumhur fuqaha bersepakat, bahwa niat berada di hati, sedangkan pengucapannya
billisan merupakan unsur penyempurna. Oleh karena itu yang terpenting bukan
program ini dan itu, tapi niat pemerintah memberantas korupsi harus datang dari
hati, harus dengan sepenuh hati. Seperti washiat Imam Ghazali Istafti qalbak wa lau
aftauka, wa aftauka, wa aftauka. Mintalah (berpegang-teguhlah) dengan hati
kecilmu, walaupun mereka menasehatimu, walaupun mereka menasehatimu dan
walaupun mereka menasehatimu. Tiga kali Imam Ghazali mengulangi wa aftauka
(walaupun mereka menasehatimu), sebagai penekanan janganlah terlalu mudah
percaya dengan yang lain selain hati kecilmu.
Para Hadirin Jamaah Jumah Rahimakumullah
Dengan kata lain, apapun tindakan yang akan kita lakukan hendaknya dilaksanakan
dengan dasar pertimbangan hati kecil, dan niat sepenuh hati. Karena memang
hatilah pusat penentu kehidupan manusia. Ingatlah sebuah hadits alaa inna fil

jasadi mudghatun,idzaa shaluhat shaluha jasadu kulluhu waidzaa fasadat fasada


jasadu kulluhu, alaa wahiyal qalbu". ( ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh ada
segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dana apabila ia buruk
maka buruklah seluruh tubuhnya. ingatlah ia adalah hati ). Diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim.
Maka, dalam khutbah ini tidak terlalu salah jika khatib sebagai bagian bangsa, turut
merasa prihatin dan hendak mengajak sesama umat agar kembali kepada nilai
luhur bangsa kita yang telah lama terkubur dan tertimbun dibawah kehidupan yang
mewah. Itulah kesederhanaan. Kesederhanaan akhir-akhir ini menjadi makhluk
langka, apalagi di tengah-tengah perkotaan yang megah. Kesederhanaan identik
dengan kebodohan dan kemiskinan. Jangankan barangnya, disebut saja sangat
jarang. Kesederhanaan sebagai konsep dan prilaku kini telah menjadi orang lain di
rumah sendiri. Kesederhanaan mulai tergusur dengan kemewahan, dengan
perbelanjaan (konsumerisme) dan segudang aktifitas ekonomi lainnya.
Kesederhaan tidak hanya tercermin dalam gaya hidup saja, tetapi juga dalam pola
pikir mencari penghidupan. Seorang yang berpikiran sederhana, tentunya tidak
akan sampai melebihi batas kebutuhan hidup. Tuntutan dan keinginan akan selalu
disesuaikan dengan kemampuan. Sehingga tidak ada rasa ingin menguasai dan
memiliki hak orang lain di luar haknya. Sebuah perkataan yang perlu dipikirkan
adalah cukupkanlah hidupmu dengan penghasilanmu. Artinya, dalam ranah
perekonomian individu dan keluarga perlu adanya strategi pendanaan yang berakar
pada pengendalian nafsu berbelanja dan membeli. Kita harus kembali belajar
memilah antara perkara yang harus dibeli, yang boleh dibeli, dan yang tidak perlu
dibeli. Secara logis banyak sekali orang yang paham perbedaan yang primer dan
skunder, akan tetapi rayuan nafsu mengalahkan logika untuk memilih satu diantara
dua. Oleh karena itu, kesederhanaan mempunyai hubungan yang erat dengan
permasalahan hati, nafsu dan juga tawakkal.
Ayyuhal Hadhirun Rahimakumullah
Kisah kesederhanaan Rasulullah saw. terekam dalam sebuah hadits yang
menceritakan betapa beliau tidak mempunyai keinginan menumpuk harta,
walaupun jikalau mau sangatlah mudah baginya. Ketika Islam telah telah
berkembang luas dan kaum muslimin telah memperoleh kemakmuan, Sahabat
Umar bin Khattab R. a berkunjung ke rumah Rasulullah saw. ketika dia telah masuk
ke dalamnya, dia tertegun melihat isi rumah beliau, yang ada hanyalah sebuah
meja dan alasnya hanya sebuah jalinan daun kurma yang kasar, sementara yang
tergantung di dinding hanyalah sebuah geriba (tempat air) yang biasa beliau
gunakan untuk berwudhu. Keharuan muncul dalam hati Umar Ra. Tanpa disadari air
matanya berlinang, maka kemudian Rasulullah saw menegurnya. gerangan apakah
yang membuatmu menangis? Umarpun menjawabnya, bagaimana aku tidak
menangis Ya Rasulallah? Hanya seperti ini keadaan yang kudapati di rumah Tuan.
Tidak ada perkakas dan tidak ada kekayaan kecuali sebuah meja dan sebuah
geriba, padahal di tangan Tuan telah tergenggam kunci dunia Timur dan dunia
Barat, dan kemakmuran telah melimpah. Lalu beliau menjawab Wahai Umar aku
ini adalah Rasul Allah, Aku bukan seorang Kaisar dari Romawi dan bukan pula
seorang Kisra dari Persia. Mereka hanya mengejar duniawi, sedangkan aku
mengutamakan ukhrawi.
Kata-kata Aku bukan Kaisar Romawi, Aku bukan Kisra Persia, tidak berarti Rasulullah

tangan di bahwa Umar keterangan mengingat kesempatan, memiliki tidak


niat Namun Barat. dunia dan Timur dunia kunci tergenggam Rasulullah-lah
Mereka berharga paling kata merupakan itu terakhir kalimat dalam saw Rasulullah
yang Apa ukhrawi. . mengutamakan aku sedangkan duniawi, mengejar hanya
dengan hidup selamanya tidak bahwa jelas, sangatlah saw Rasulullah diisyaratkan
Seringkali sebaliknya. justru berkwalitas, adalah harta gelimang dan kemewahan
sunyi. dan kering terasa hidup menjadikan itu semacam kehidupan

, .
.
.
,

,

Saudara-saudara jamaah jumah yang dimuliakan Allah. Krisis yang berlangsung di


Indonesia satu tahun lebih yang lantas hingga saat ini, bukan hanya saja krisis moneter
namun juga krisis keyakinan pada agama Islam oleh penganutnya sendiri. krisis
keyakinan pada kebenaran Islam sebagai agama universal serta paripurna tidak bisa
dipungkiri sudah menempa beberapa orang yang mengaku dirinya beragama Islam. ini
dapat dibuktikan dengan pola hidup mereka yang dilihat dengan lahiriyah tetap ada saja
kesamaan dengan pola hidup orang-orang yang nonmuslim. Contohnya didalam
problem makan minum dengan berdiri serta dengan tangan kiri kaum muslim ada
banyak yang ikut-ikutan berbuat demikianlah pada acara-acara resmi, walau
sebenarnya makan serta minum dengan tangan kiri atau berdiri bukan hanya norma
Islami. sesaat bila lihat kaum wanita di jalan-jalan, sukar dibedakan pada seorang
muslimah dengan non-muslimah, karena rambut keduanya sama tampak, betis
keduanya sama terbuka, keduanya sama menor didalam bersolek apalagi keduanya
sama kenakan pakaian ketat. yang mana seluruhnya dilarang didalam Islam.
Kaum muslimin yang berbahagia.
Boleh jadi semua itu akibat ketidaktahuan atau ketidak fahaman. Namun ketidak tahuan itu
adalah akibat bahwa kebanyakan kaum muslimin telah kehilangan kepercayaan terhadap
Islam, sehingga mereka cenderung mengabaikan ajaran-ajarannya. Mempelajari ilmu-ilmu
Islam dianggap ketinggalan jaman.Banyak orang Islam, bahkan kalangan akademik yang
beranggapan mempelajari ilmu-ilmu Islam tanpa dicampur dengan teori-teori ilmu barat,
suatu kemunduran.Tidak sesuai dengan perkembangan jaman dan seterusnya. Bukankah
itu krisis kepercayaan terhadap Islam?
Umumnya seseorang diketahui sebagai seorang muslim, apabila ia melaksanakan shalat
atau ketika diajak berbicara. Hanya dalam beberapa kalangan atau kawasan saja terdapat
suatu kelompok sosial secara lahiriah tampak sebagai muslim, sebab perempuanperempuan mereka berjilbab misalnya.
Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, pasti mengimani dan meyakini
bahwa hanya Islam sajalah yang terbaik dan benar, sebagai pedoman beribadah dan
pedoman hidup didunia. Sebab ia meyakini bahwa segala yang dikatakan Allah dan
RasulNya pasti benar dan baik.
Allah berfirman:
Sesungguhnya agama (yang ada) di sisi Allah adalah Islam. (Ali Imran: 19)
Berkaitan dengan ayat ini, Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa ayat
tersebut merupakan berita dari Allah Subhannahu wa Ta'ala bahwa tidak ada agama
apapun yang diterima di sisi Allah, kecuali Islam. Sedangkan Islam ialah ittiba (mengikuti)
rasul-rasul Allah yang diutus untuk tiap-tiap masa, sampai akhirnya ditutup dengan rasul
terakhir Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam. Sehingga jalan menuju Allah tertutup
kecuali melalui jalan Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam. Karenanya, siapa yang
menghadap Allah Subhannahu wa Ta'ala setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallaahu
alaihi wa Salam dengan menggunakan agama yang tidak berdasarkan syariat beliau,
maka tidak akan diterima. Seperti halnya firman Allah pada ayat yang lain:

Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) dari padanya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali
Imran: 85).
Jamaah Jumah yang dimuliakan Allah.
Demikian pula pada ayat di atas Allah memberitahukan tentang pembatasan agama yang
diterima di sisiNya, hanyalah Islam. Dengan kata lain, bahwa selain Islam adalah agama
yang batil. Tidak akan membawa kebaikan dunia dan tidak pula akhirat. Sebab agama
selain Islam, tidak diakui dan tidak dibenarkan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala sebagai
pedoman, baik dalam hal ibadah maupun muamalah-muamalah duniawi.
Bukankah hanya Allah Subhannahu wa Ta'ala sendiri Yang Maha Mengetahui dengan cara
apa dan pedoman bagaimana, manusia akan mendapat maslahat hidupnya? Bukankah
Dzat Yang Maha Pencipta, yang lebih mengetahui tentang apa-apa yang diciptakanNya?
Dua ayat di atas menunjukkan hal ini semuanya. Dan kenyataan ini masih ditunjang
dengan bukti-bukti lain, yang paling utama di antaranya adalah Firman Allah Subhannahu
wa Ta'ala :
Hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu. Dan telah Aku sempurnakan
nikmatKu untukmu dan Aku telah ridlai Islam sebagai agamamu. (Al-Maidah: 3).
Dalam kaitannya dengan hal ini seorang tokoh ulama dari Yordania yaitu Syaikh Ali Hasan
Ali Abdul Hamid mengatakan dalam kitabnya Ilmu Usulil Bida bahwa ayat yang mulia ini
membuktikan betapa syariat Islam telah sempurna dan betapa syariat itu telah cukup untuk
memenuhi segala kebutuhan makhluk, jin dan manusia dalam melaksanakan yaitu ibadah,
seperti firman Allah:
Dan Aku tidak menciptakan jin, dan manusia kecuali supaya mereka beribadah
kepadaKu. (Adz Dzariat: 56).
Artinya kebenaran Islam adalah kebenaran paripurna, kebenaran menyeluruh dan
merupakan kebenaran yang betul-betul merupakan nikmat Allah yang luar biasa. Betapa
tidak, sebab apapun kebutuhan manusia dalam rangka pengabdian dan peribadatannya
kepada penciptanya sudah tertuang dan tercukupi dalam Islam. Sesungguhnya manusia
tidak membutuhkan lagi petunjuk-petunjuk lain, kecuali Islam.
Kaum Muslimin jamaah Jumah yang berbahagia.
Kesempuranaan Islam adalah kesempurnaan yang meliputi segala aspek, untuk tujuan
kebahagiaan masa depan yang abadi dan tanpa batas. Yaitu kebahagiaan tidak saja di
dunia, tetapi di akhirat juga. Karena itu mengapa orang masih ragu terhadap kebenaran
dan kesempurnaan Islam? Mengapa orang masih mencari alternatif dan solusi-solusi lain?.
Islam sudah cukup, tidak perlu penambahan atau pengurangan untuk melaksanakan
ajaran-ajaran Islam. Kebenaran dan kesempurnaan Islam ini juga telah diakui oleh
pemeluk agama lain selain Islam. Hanya saja banyak di antara mereka sendiri yang
menolak, seperti disebutkan oleh Allah dalam Al-Quran:
Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, padahal diri mereka mengakui kebenarannya,
lantaran kedzaliman dan kecongkakan. (An-Naml: 14).
Jamaah shalat Jumat yang berbahagia.
Dari uraian di atas, seluruh ummat Islam harus merenung ulang mengapa ia harus
beragama Islam?. Bagaimana agar ia berada dalam lingkungan kebenaran?. Seorang

pembaharu abad XII Hijriah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab memberikan konsep
renungan kepada kita sebagai berikut:
Pertama; Seorang muslim harus merenung dan memahami bahwa ia diciptakan, diberi
rizki dan tidak dibiarkan . Itulah sebabnya Allah mengutus rasulNya ketengah-tengah
manusia. Tidak lain untuk membimbing mereka. Artinya ia, hidup dan ada di muka bumi
karena diciptakan Allah, ia diberi berbagai fasilllitas, rizki yang lengkap, mulai dari
kebutuhan oksigen untuk bernafas sampai rumah sebagai tempat berteduh dan lainlainnya sampai hal-hal yang di luar kesadaran manusia. Semua itu bukan untuk hal yang
sia-sia. Di dalam Al-Quran Allah menerangkan:
Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami mencipta-kan kamu secara
main-main saja, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?. Maka Maha
Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain
Dia. (Al-Mukminuun: 115-116).
Karena manusia tidak seperti binatang, yaitu tidak dibiarkan bebas sia-sia, tidak diabaikan
dan tanpa aturan, maka Allah menghendaki aturan untuk manusia. Tentu hanya Allah yang
mengetahui aturan paling tepat dan membawa maslahat buat manusia, sebab Dia-lah
pencipta manusia dan segenap makhluk lainnya.
Aturan itu adalah yang dibawa oleh Muhammad Rasul yang diutusNya untuk kepentingan
ini. Aturan itu adalah aturan yang menata kehidupan manusia agar selamat di dunia dan di
akhirat kelak. Konsekwensinya, siapa yang taat kepada rasul-Nya, maka ia akan selamat
dan masuk Surga. Sebuah kesuksesan masa depan yang gemilang, yang didambakan
oleh setiap insan yang berakal sehat dan berfikiran normal.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
.. : : .
: .
.()
Tiap-tiap ummatku masuk Surga kecuali yang menolak. Ditanyakan kepada beliau: Siapa
yang menolak ya Rasululllah? Beliau menjawab: Siapa yang taat kepadaku ia akan
masuk Surga dan siapa yang durhaka kepadaku maka ia telah menolak. (HR. Al-Bukhari).
Jamaah Jumah yang berbahagia.
Konsep yang kedua: Seorang muslim harus memahami bahwa Allah tidak ridla, jika dalam
peribadatan kepadaNya, Dia disekutukan dengan selainNya. Sekalipun Malaikat yang
dekat denganNya ataupun Nabi utusanNya, sebagaimana firmanNya:
Dan sesungguhnya masjid-masjid adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu
menyembah seseorangpun didalamnya disamping (menyembah ) Allah.. (Al-Jin: 18)
Konsep yang ketiga: Jika sudah menjadi orang yang taat kepada Rasul Allah, dan
bertauhid kepada Allah, maka konsekwensi berikutnya yang harus dipahami adalah prinsip
Wala dan Bara. Artinya loyalitasnya hanya diberikan kepada Allah dan RasulNya dan
orang-orang yang beriman. Sebaliknya ia tidak memberikan kecintaan dan kasih
sayangnya kepada siapapun yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun kerabat
terdekatnya.
Kaum muslimin jamaah Jumah yang berbahagia.
Itulah hakikat Islam yang dengan ucapan singkat berarti berserah diri sepenuhnya kepada
Allah dengan cara mentauhidkan-Nya; bersikap patuh terhadapNya dengan cara

menjalankan ketentuan-ketentuanNya; dan bersikap membebaskan diri; mem-benci dan


memusuhi kemusyrikan beserta para pendukungnya.


.
. : .
.

.
Khutbah Kedua





.
.

. :


.
Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah
Berdasarkan keterangan dan uraian kami pada khutbah pertama, maka ummat Islam
hendaknya benar-benar mampu membuktikan bahwa syariat Islam yang akan
menghantarkan pemeluknya menuju sukses hidup di dunia dan di akhirat, Sedangkan
agama lain selain Islam jelas batil dan tidak bermanfaat.
Sebagai bukti seorang telah mempercayai Islam sebagai agama yang benar, maka ia
harus mengikuti dan taat kepada Rasul Nya, bertauhid kepada Allah dan hanya
memberikan loyalitasnya kepada Allah, RasulNya, dan kaum Muslimin, serta memberikan
permusuhan kepada musuh-musuh Allah dan RasulNya.
Sedangkan jalan ke sana sekarang harus ditempuh dengan tashfiyah (pemurnian) dan
tarbiyah (pendidikan), sebab ajaran Islam telah banyak disusupi ajaran-ajaran asing, yang
dianggap merupakan bagian dari ajaran-ajaran Islam.


. . . .
. . . . . . .
.


.
.

. . .


.

Bacaan Khutbah Jumat Pertama





. .

. } : } .{.


{.

. : :
. : . :

.) . (.

You might also like