Professional Documents
Culture Documents
Artritis Enteropati: Karen Atkinson, MD, MPH
Artritis Enteropati: Karen Atkinson, MD, MPH
ARTRITIS ENTEROPATI
Karen Atkinson, MD, MPH
Diterjemahkan Oleh:
Meylinda, S.Ked
04111001028
04111401043
Dokter Pembimbing:
Dr. Jalalin, Sp. RM
DAFTAR ISI
122
Enteropathic Artritides
Karen Atkinson, MD, MPH
Synonyms
Blowel associated arthritis
Reactive arthritis
Seronegative spondyloarthropathy
ICD-9 Codes
711.0
Pyogenic arthritis
Arthritis or polyarthritis (due to): coliform [Esherichia coli],
Haemophilus influenza [H. Influenzae], pneumoccal,
Pseudomonas, staphylococcal, streptococcal
711.1
711.9
713.1
DEFINITION
The term enteropathic arthritis describes arthritis that is associated with disease of
the bowel. This category includes the arthritis associated with infection (Reiter
syndrome), inflammatory bowel disease, whipple disease, intestinal bypass
surgery, and celiac disease (gluten-sensitive enteropathy).1
Reiter syndrome (reactive arthritis) usually occors in young to middle-aged adults after
genitourinary
(Chlamydia)
or
gastrointestinal
(typically,
Salmonella,
Shigella,
Camphylobacter, or Yersinia) infection. Men are affected more often in cases that occur
after genitourinary infection, but the sex distribution is equal in cases occuring after
gastrointestinal infection. The term originally described patients with the classic triad of
nongonococcal urethritis, arthritis, and conjunctivitis. Peripheral joint arthritis occurs in
90% of patients with Reiter syndrome, whereas axial involvement (spondylitis or
sacroiliitis) affects less than 50% of patients. 1,2
Arthritis associated with inflammatory bowel disease also typically affects young to
middle-aged adults. The sex distribution is equal. Peripheral arthritis occurs in 10% to
20% of patients and axial disease in 10% of patients. 1,2
Whipple disease, intestinal bypass, and celiac disease, can have associated arthritis.
Typically, the joint involvement occurs in a symmetric peripheral polyarticular pattern
that resembles rheumatoid arthritis. Whipple disease can have axial involvement
SYMPTOMS
Constitutional symptoms are common to all forms of enteropathic arthritis.
Patients can experience fever, malaise, weight loss, and fatigue. Morning stiffness
of more than 30 to 60 minutes indicates inflammatory disease. The stiffness may
be located in the hands or other peripheral joints or in the back of patients with
axial involvement. Other symptoms vary according to the type of enteropathic
arthritis.2-7
With normal lumbar motion, the distnce between the two points increases by at
least 5 cm. Manuevers such as pelvic distraction or compression to elicit pain
associated with sacroiliitis lack specificity. Thickening of the achilles tendon or
pain at the insertion site of the acchilles or plantar fascia on the calcaneus is found
in patients with enthesitis. Examination of the skin may reveal red or violet
subcutaneous nodules (erythema nodosum) or painful ulcers with irregular
borders ( pyoderma gangrenosum). Conjunctivitis causes a red or injected eye.
Pericorneal injection, corneal clouding, and miosis suggest anterior uveitis
(usually iritis with sparing of the ciliary boody). Slit-lamp examination reveals
cells in the anterior chamber.
Reiter Syndrome
Like inflammatory bowel disease, Reiter syndrome causes monoarticular or
oligoarticular asymmetric peripheral arthritis that usually affects the lower limbs.
Enthesitis, dactylitis, conjunctivitis, and uveitis also occur, and evaluation of these
is as previously described. Urogenital evaluation may reveal a mucoid discharge
secondary to inflammation (urethritis or cervicitis). Some skin manifestation will
occur in 50% patients. Keratoderma blennorrhagicum and circinate balanitis each
occur in about 25% of patients with Reiter syndrome. Keratoderma
blennorrhagicum is a papulo squamous lesion that apperas identical to psoriasis
but is usually limited to the palms and soles. Circinate balanitis occurs on the
shaft or glans; the appearance in men who are circumised (dry, plaque-like lesions
resembling keratoderma) is different from that in uncircumised men (shallow,
serpiginous penile ulcers surrounding the meatus). Nail changes include
onycholysis and hyperkeratosis. Lack of (LANJUTIN, OH YA GA YG JUDUL
SUBB BAB BARU LIAT FONT NYA YA, BIAR SAMA, ADA YG 14 DAN
12, MASUKIN DAFTAR PUSTAKA DAN GAMBAR KALAU ADA, GAK
USAH BUAT KOLOM GA, JELEK)
122
Artritis Enteropati
Karen Atkinson, MD, MPH
Sinonim
Artritis terkait penyakit radang usus
Artritis reaktif
Spondiloarthropati seronegatif
Kode ICD-9
711.0 Artritis piogenik
Artritis atau poliartritis (karena): coliform [Esherichia
coli], Haemophilus influenza [H. Influenzae],
pneumoccal,
Pseudomonas,
staphylococcal,
streptococcal
711.1 Artropati terkait penyakit reiter dan uretritis tidak
spesifik
711.9 Artritis infektif tidak spesifik
713.1 Artropati terkait dengan infeksi gastrointestinal
DEFINISI
Istilah artritis enteropati adalah artritis yang berhubungan dengan penyakit usus.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah artritis yang berhubungan dengan
infeksi (sindrom Reiter), penyakit inflamasi usus, whipple disease, operasi bypass
usus, dan celiac disease (gluten sensitif enteropati).1
Sindrom reiter (artritis reaktif) biasanya terjadi pada orang dewasa berusia muda
sampai pertengahan, terjadi setelah terkena infeksi genitourinari (Chlamydia) atau
infeksi gastrointestinal (yang khas, Salmonella, Shigella, Campylobacter, atau
Yersinia). Pada kasus ini, laki-laki lebih sering terkena setelah terjadi infeksi
genitourinari, tetapi setelah terjadi infeksi gastrointestinal distribusi jenis kelamin
pada kasus ini sama. Pada awalnya kasus ini mendeskripsikan pasien dengan triad
klasik yaitu uretritis nongonokokus, artritis, dan konjungtivitis. Artritis pada sendi
perifer terjadi pada 90% pasien dengan sindrom reiter, sedangkan keterlibatan
aksial (spondilitis atau sacroilitis) terjadi kurang dari 50% pasien.1,2
Artritis berhubungan dengan penyakit inflamasi usus yang secara khas
memengaruhi orang dewasa berusia muda sampai pertengahan. Distribusi jenis
kelamin sama. Artritis perifer terjadi pada 10-20% pasien dan penyakit aksial pada
10% pasien.1,2
Whipple disease, bypass usus, dan celiac disease bisa mempunyai hubungan
dengan artritis. Secara khas, bentuk sendi yang terlibat adalah simetris
poliartikular perifer mirip dengan reumatoid artritis. Whipple disease bisa
mempunyai keterlibatan dengan aksial (spondilitis atau sacroiliitis) 8-20% kasus.3
SIMPTOM
Gejala pokok pada kasus ini adalah semua bentuk umum dari artritis enteropati.
Pasien bisa mengalami demam, malaise, kehilangan berat badan, dan fatigue.
Kekakuan pada pagi hari yang lebih dari 30-60 menit mengindikasikan penyakit
inflamasi. Kekakuan bisa terjadi pada tangan atau sendi perifer lain atau
punggung dengan keterlibatan aksial. Gejala lain sangat tergantung dengan tipe
artritis enteropati.2-7
Penyakit Peradangan Usus (Chron dan Kolitis Ulserative) Terkait Artritis
Pasien mengalami nyeri dan pembengkakan pada sendi yang hilang timbul tetapi
rekuren. Sendi ektremitas bawah lebih sering terkena dibandingkan dengan
ektremitas atas. Pasien dengan dactylitis mengeluh terjadi pembengkakan diffus
pada jari. Peradangan usus yang aktif menyebabkan terjadinya diare atau feses
berdarah. Artritis perifer berhubungan dengan usus; keterlibatan aksial tidak
berhubungan dengan penyakit usus aktif dan bisa asimptomatik. Nyeri pada tumit
atau kaki terjadi sekunder pada enthesitis, inflamasi tendon atau ligamen yang
berinsersi pada tulang. Pasien dengan spondilitis atau sacroilitis mengeluh adanya
nyeri pada punggung atau gluteus. Ulkus oral yang sangat nyeri kemungkinan
juga dapat terjadi. Benjolan kemerahan atau violet (eritema
nodosum) bisa
terjadi; tonjolan tersebut sangat nyeri dan umumnya ada di tulang kering. Lesi
ulserasi (pioderma gangrenosum) jarang terjadi. Mata merah mengindikasikan
konjungtivitis atau iritis. Pasien mengalami nyeri dan penurunan visus pada iritis
(uveitis anterior).
Sindrom Reiter
Pasien mengalami nyeri, sendi bengkak. Melalui pertanyaan langsung ke pasien
dilaporkan gejala minoritas yang terjadi awalnya adalah diare. Artritis sendi
ektremitas bawah lebih sering terjadi dibandingkan sendi ektremitas atas. Nyeri
pada tumit atau kaki terjadi secara sekunder pada entesitis. Pada penyakit
inflamasi usus, nyeri pada punggung atau gluteus terjadi dengan spondilitis dan
sacroilitis. Beberapa bentuk kelainan kulit terjadi pada 50% pasien. Lesi termasuk
rash pada telapak tangan dan telapak kaki (keratoderma blennorrhagicum), lesi
pada penis (circinate balanitis), dan perubahan pada kuku (onikolisis tetapi tidak
mengalami nail pitting). Sekitar 15% pasien berkembang menjadi ulkus oral.
Gejala urogenital termasuk discharge penis atau vagina dan ulkus. Karena
peradangan pada usus berhubungan dengan artritis, gejala pada mata termasuk
kemerahan, nyeri, dan penurunan visus. Gejala dari gagal jantung kiri atau blok
jantung (sinkop) bisa menghasilkan inflamasi pada root dan katup aorta.
Whipple Disease
Penyakit whipple dikarakteristikan dengan adanya demam, diare, feses yang
berbau busuk atau feses yang mengapung (steatore), dan kehilangan berat badan
yang drastis. Pasien dengan whipple disease mengeluh adanya artralgia yang
hilang timbul atau adanya episode transien pada sendi yang membengkak.
Kelenjar yang membengkak kemungkinan juga ada nantinya. Jika efusi pleura
ada, pasien akan merasakan nyeri dada atau sesak nafas. Keluhan double vision
(ocular palsi) atau perubahan mental status diikuti dengan keterlibatan sistem
syaraf.
Bypass Usus
Pasien mengeluh nyeri, sendi membengkak. Vaskulitis cutaneus menyebabkan
rash pada beberapa pasien.
Celiac Disease
Sakit atau bengkak sendi, biasanya terjadi pada sendi besar, bisa terjadi pada
pasien dengan gluten sensitif enteropati. Hanya 50% pasien yang mengalami
diare. Pasien yang terkait dengan dermatitis herpetiformis mengeluh rasa terbakar
dan gatal pada kulit.
PEMERIKSAAN FISIK
Ditemukan pemeriksaan fisik yang berbeda-beda dengan penyebab enteropati
artritis.2-7
Penyakit Peradangan Usus Terkait Artritis
Pasien dengan penyakit peradangan usus biasanya mengalami artritis asimetris
monoartikular (satu sendi) atau oligoartikular (dua sampai empat sendi) termasuk
sendi perifer. Lutut, pergelangan kaki, dan kaki merupakan bagian yang paling
umum terkena. Terjadi efusi hebat, khususnya di lutut. Pergerakan lumbar yang
terbatas merupakan kejadian sekunder dari spondilitis yang terlihat dengan
manuver schober yang abnormal (Gambar 122-1). Cara pemeriksaan manuver ini,
pemeriksa membuat tanda pada posterior superior iliac spine (dimple pelvis) dan
tanda lain 10 cm diatas tanda pertama ketika pasien berdiri. Kemudian pasien
diminta untuk menekukkan badannya ke depan, diusahakan mengenai ibu jari
kaki. Jarak antara dua tanda diukur lagi. Pergerakan pada lumbar normal, jarak
antara dua tanda tadi akan meningkat sedikitnya 5 cm. Manuver seperti distraksi
pelvis atau kompresi akan menghasilkan spesifisitas yang kurang dengan
menimbulkan nyeri yang terkait dengan sacroiliitis.
Penebalan tendon achiles atau nyeri pada insersi achilles atau fascia plantar pada
kalkaneus ditemukan pada pasien entesitis. Pemeriksaan pada kulit kemungkinan
akan memperlihatkan nodul subkutan kemerahan atau violet (eritema nodosum)
atau ulkus yang sangat nyeri dengan tepi irreguler (pioderma gangrenosum).
Konjungtivitis menyebabkan injeksi mata atau kemerahan. Injeksi perikornea,
kornea berkabut, dan miosis diperkirakan adalah uveitis anterior (biasanya iritis
dengan badan siliar yang tipis). Pemeriksaan slit-lamp menunjukkan adanya sel
pada ruang anterior mata.
Sindrom Reiter
Seperti penyakit peradangan pada usus, sindrom reiter juga menyebabkan artritis
asimetris perifer monoartikular dan oligoartikular yang biasanya mengenai
ektremitas bawah. Entesitis, dactylitis, konjungtivitis, dan uveitis juga terjadi, dan
manifestasi
kulit
terjadi
pada
50%
pasien.
Keratoderma
BATASAN FUNGSIONAL
Batasan fungsional tergantung pada lokasi dan derajat keparahan dari sendi yang
terlibat. Kriteria untuk penilaian status fungsional yang telah ditetapkan untuk
rheumatoid arthritis (lihat Bab 142) juga diterapkan pada pasien dengan psoriasis
arthritis. Kriteria ini didasarkan pada aktivitas sehari-hari, termasuk perawatan diri
(berpakaian, makan, mandi, dandan, dan ke toilet), pendidikan kejuruan (kerja,
sekolah, dan kerumahtanggaan), dan kegiatan hobi (bersantai dan rekreasi).
Gangguan penglihatan dapat terjadi dari penyakit inflamasi mata.
STUDI DIAGNOSTIK
Pengujian laboratorium di seluruh penyakit ini dapat mengungkapkan adanya
anemia dan peningkatan kecepatan sedimentasi. Rheumatoid factor dan antibodi
antinuklear biasanya tidak ada. Cairan sinovial dikatakan mengalami inflamasi
(lebih dari 2000 sel darah putih) dengan kultur negatif dan tidak ada kristal ketika
diperiksa di bawah mikroskop terpolarisasi. HLA-B27 sangat berhubungan
dengan sindrom reiter, terjadi pada 81% pasien dengan penyakit inflamasi usus
saja, tetapi 50% pada pasien dengan penyakit inflamasi usus dengan spondilitis
yang B27 positif.
Evaluasi radiografi kerangka aksial dapat mengkonfirmasi spondilitis atau
sakroiliitis. Pada penyakit radang usus, sakroiliitis yang biasanya simetris, dan
syndesmophytes biasanya menginsersi marginal pada body-finding vertebral yang
tidak bisa dibedakan dari spondilitis ankilosis (Gbr. 122-2). Sakroiliitis asimetris
ditemukan pada sindrom reiter. Sendi perifer di kedua penyakit radang usus dan
sindrom reiter dapat menunjukkan erosi, tetapi proliferasi tulang yang berdekatan
dapat membedakan perubahan ini dari rheumatoid arthritis. Pada pasien dengan
riwayat sugestif entesitis, film kalkanealis akan sering menunjukkan pembentukan
proliferasi tulang pada tendon atau tempat insersi ligamen. Biasanya tidak ada
perubahan radiografi pada pasien dengan whipples disease, bypass usus, atau
celiac disease.
Tes lainnya diarahkan langsung pada penyakit yang mendasari atau gejala. Pada
pasien confirm tanpa penyakit radang usus, evaluasi usus dengan endoskopi atau
kolonoskopi dan biopsi diindikasikan. Biopsi kulit dapat membantu ketika temuan
klinis tidak khas atau dipertanyakan. Pasien dengan gejala okular dirujuk untuk
pemeriksaan oftalmologi (slit-lamp).
Pada pasien dengan dugaan sindrom reiter, smear serviks atau uretra harus
dilakukan untuk menyingkirkan gonore dan untuk mengevaluasi Chlamydia.
Sampel tinja dari pasien yang dilaporkan sebelumnya atau sedang diare juga harus
dikirim. Jika aortitis dan insufisiensi aorta dicurigai, elektrokardiografi
diindikasikan.
Diagnosis whipples disease dapat dikonfirmasikan dengan karakteristik pulasan
aced-Schiff dari deposit pada spesimen biopsi usus kecil atau kelenjar getah
bening atau spesimen biopsi sinovial. Diagnosis sekarang juga bisa dengan
analisis polymerase chain reaction untuk Tropheryma whipple pada darah atau
sampel jaringan.
Celiac disease dapat didiagnosis dengan biopsi usus kecil. Tes antibodi sekarang
tersedia, termasuk antigliadin dan antibodi endomisial. Diagnosis presumtif dapat
dilakukan jika gejala dapat diatasi dengan diet bebas gluten.
Diagnosis Banding
Spondyloarthropati lainnya
Psoriasis arthritis
Ankylosis spondylitis
Rheumatoid arthritis
PENGOBATAN
Awal
Pengobatan penyakit radang usus terkait arthritis dan arthritis dari sindrom reiter
umumnya sama dengan spondiloarthropati lainnya. Obat anti-inflamasi nonsteroid
efektif pada banyak pasien. Siklooksigenase 2- anti inflamasi spesifik dapat
mengurangi kejadian gejala gastrointestinal pada pasien yang memiliki riwayat
perdarahan atau yang tidak toleran terhadap obat anti-inflamasi non-steroid.
Untuk pasien dengan respon yang tidak adekuat atau progresif, penyakit erosif,
obat antirematik harus dimulai. Antimalaria, intramuscular gold, sulfasalazine,
azathioprine, methotrexate, dan siklosporin semuanya telah terbukti efektif.
Adapun inflamasi artritis lainnya, terapi kombinasi bisa efektif, walaupun data
yang mendukung tidak tersedia. Kortikosteroid dapat sangat berguna dan dapat
diberikan secara sistemik sebagai jembatan untuk terapi dengan obat antirematik
intra-articular untuk monoartikular atau termasuk oligoartikular. Terapi antibiotik
menargetkan infeksi pencetus tidak meningkatkan sindrom reiter, tetapi harus
diberikan jika mikroba terisolasi untuk mencegah penyebaran infeksi.
Pasien dengan whipples disease dapat mencapai remisi dalam jangka panjang (1
tahun) pengobatan antibiotik dengan tetrasiklin.
Arthritis terkait dengan bypass usus kadang-kadang dikendalikan dengan obat
antiinflamasi atau glukokortikoid. Resolusi arthritis dapat dicapai dengan
normalisasi anatomi usus.
Pada pasien dengan celiac disease, arthritis merespon diet bebas gluten.
Rehabilitasi
Pendekatan untuk rehabilitasi identik dengan yang di rhematoid dan dan arthritis
inflamasi lainnya. Peran terapi okupasi dan fisik pada awal penyakit mungkin
berbeda dengan stadium akhir penyakit. Pada awal penyakit, terapi okupasi
diarahkan pada pendidikan pasien tentang bagaimana menggunakan sendi untuk
Prosedur
Untuk monoartikular atau keterlibatan oligoartikular, injeksi steroid lokal dapat
digunakan ketika obat-obat oral gagal untuk mengendalikan peradangan sendi.
Operasi
Penggantian sendi, perbaikan tendon, atau synovectomy mungkin diperlukan.
Pembalikan bypass usus bersifat kuratif pada pasien dengan gangguan ini.
Pengobatan
Efek samping
anti-inflamasi Dispepsia, ulkus atau perdarahan
nonsteroid
Insufisiensi ginjal
Hepatotoksisitas
Ruam
Cyclooxygenase
inhibitors
Glucocorticoids
Antimalaria
Gold
Ruam
Myelosuppresion
Proteinuria atau hematuria
Ulkus oral
Sulfasalazine
Ruam Pruritus
Myelosuppression
(Pasien glukosa-6phosphate dehidrogenase-kekurangan) hemolisis
Hepatotoksisitas
Fotosensitivitas, ruam
Dispepsia, diare
Sakit kepala
Azathicprine
Oligospermia
Myelosupression
Hepatotoksisitas
Pankreatitis (jarang)
Methotrexate
Cylosporine
Alopecia
Insufisiensi ginjal
Hipertensi
Anemia