Uji Kepekaan Bakteri Yang Diisolasi Dari Urin Penderita Infeksi Saluran Kemih (Isk) Terhadap Beberapa Antibiotika Pada Periode Maret-Juni 2008

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

ISSN : 1693-9883

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VI, No. 2, Agustus 2009, 45 - 55

UJI KEPEKAAN BAKTERI YANG DIISOLASI


DARI URIN PENDERITA
INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
TERHADAP BEBERAPA ANTIBIOTIKA
PADA PERIODE MARETJUNI 2008
Shirly Kumala*, Nancy Raisa*, Lestari Rahayu* dan Ariyani Kiranasari**
*

Fakultas Farmasi Universitas Pancasila


Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Pancasila

**

ABSTRACT
Urinary tract infections (UTI) was an inflammatory response of the urethra when
attacked by microorganisms. This disease can happen to people at all ages beginning
with asymptomatic to moderately symptomatic infections. Thus far, antibiotic treatment was the best for curing the UTI although the chances for being resistance to
the antibiotics were also high. Resistance to gram negative bacteri,a in particular,
often occur with the antibiotics treatment. Our study at the Faculty of Medicine,
University of Indonesia (UI), Bacterial isolation from patient urine sample was
performed in the microbiology laboratory of UI. A total of 50 urine samples were
collected from X patients volunteered in our study for bacterial isolation, however,
only 23 bacterial isolates were successfully obtained. Study was carried out to monitor the susceptibility of bacterial isolate towards several types of antibiotics (ofloksazim,
amoxyicillin, fosfomisin and sefepim) using Cakram disffusion method. Study results demonstrated that susceptibility of oflokazim to both gram positive and negative bacteria was very low while amoxycillin showed desecding trend of efficacy
towards all types of bacteria. Fosfomisin and sefepim, on the other hand, demonstrated strong susceptibility to both gram positive and negative bacteria found in the
isolates. Furthermore, it is very interesting to observe ofloksazim was resistant to
gram postivie and negative bacteria. Collectively, these research findings strongly
illustrated the susceptibility patten and resistance scale of baterial isolates towards
various antibiotic tested in the study.
Key words : Urinary tract infection, Gram positive bacteria , Gram negative bacteria, susceptibility and resistancy pattern of bacteria.
ABSTRAK
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan reaksi inflamasi dari urotelium karena
masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih. ISK dapat menyerang segala
usia mulai tanpa gejala hingga gejala yang cukup berat. Penanggulangannya cukup
Corresponding author : E-mail : fskumala@yahoo.com

45

dengan pemberian antibiotika, walaupun seringkali memberikan hasil resistensi


terutama terhadap bakteri Gram negatif. Dilakukan isolasi bakteri sampel urin pasien
dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sampel
urin berjumlah 50, dari 50 sampel tersebut berhasil diisolasi 23 isolat bakteri.
Teridentifikasi 2 jenis spesies bakteri, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif.
Hasil monitoring kepekaan bakteri dengan metode difusi cakram terhadap Ofloksazin
memperlihatkan bahwa efektivitasnya terhadap bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif sangat rendah. Sebagian besar isolat bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif resisten terhadap antibiotik ini. Amoksisilin menunjukkan efikasi yang mulai
menurun terhadap hampir semua isolat bakteri. Fosfomisin dan Sefepim masih efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Berdasarkan data-data hasil
penelitian ini, diketahui bahwa bakteri hasil isolasi menunjukkan pola kepekaan dan
resistensi yang berbeda terhadap berbagai antibiotika.
Kata kunci : Infeksi Saluran Kemih (ISK), bakteri Gram positif, bakteri Gram
negatif; Antibiotika; Pola Kepekaan Bakteri.
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi yang sering
ditemukan di praktek dokter umum,
adalah infeksi saluran kemih (ISK)
walaupun bermacammacam antibiotika sudah tersedia di pasaran.
Data penelitian epidemiologi klinik
melaporkan hampir 2535% semua
perempuan dewasa mengalami ISK
selama hidupnya (1). Pada infeksi
saluran kemih mikroorganisme dapat
berkembang biak dalam saluran
kemih, yang dalam keadaan normal
tidak mengandung bakteri, virus
atau mikroorganisme lain.
Infeksi saluran kemih dapat
mengenai baik lakilaki maupun
perempuan dari semua umur baik
pada anak, remaja, dewasa maupun
pada umur lanjut akan tetapi dari
kedua jenis kelamin, ternyata wanita
lebih sering dari pria dengan angka
populasi umum, kurang lebih 515%.

46

ISK dinyatakan apabila ditemukan


bakteri di dalam urin, mikroorganisme yang paling sering menyebabkan
ISK adalah jenis aerob. Pada saluran
kemih yang normal tidak dihuni oleh
bakteri aerob atau mikroba yang lain,
karena itu urin dalam ginjal dan buli
buli biasanya steril. Walaupun demikian uretra bagian bawah terutama
pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin kurang
pada bagian yang mendekati kandung kemih. Escherichia coli menduduki persentasi biakan paling tinggi
yaitu sekitar 5090% (2). Antibiotika
yang diberikan untuk pengobatan
ISK yang sebagian besar disebabkan
oleh Escherichia coli ini adalah
floroquinolones dan nitrofurantoin.
Sedangkan untuk alternatifnya yaitu,
trimetoprimsulfametoksazol,
sefalosporin, dan fosfomisin (3).
Pengujian kepekaan bakteri yang
ada dalam urin mempunyai peranan

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN

penting karena pada pasien penderita tersangka ISK yang menggunakan antibiotik untuk jangka panjang
dapat memacu terjadinya resistensi
terhadap bakteri, walaupun disisi lain
dapat menyembuhkan atau mengurangi gejala ISK (4). Isolat bakteri
yang diisolasi dari urin pasien penderita tersangka ISK digunakan sebagai model untuk mengetahui apakah
resistensi telah terjadi dan tingkat
resistensi bakteri tersebut terhadap
antibiotika. Tujuan dari penelitian ini
untuk melakukan isolasi bakteri dari
urin pasien penderita tersangka ISK
dan melakukan uji kepekaan bakteri
yang diisolasi dari urin pasien
penderita tersangka ISK terhadap
beberapa antibiotika. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui bakteri penyebab infeksi. Selain
itu juga dapat mengetahui tingkat
resistensi bakteri, sehingga dapat
lebih muda untuk menetapkan
pemilihan antibiotik.
BAHAN DAN METODE
Bahan
Isolat bakteri yang diisolasi dari
urin penderita tersangka ISK yang
diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi FKUI. yaitu dari periode
MaretJuni 2008. Cakram antibiotik
yang digunakan : Cakram antibiotik
yang digunakan adalah cakram
standar (oxoid).
Media perbenihan
Agar Endo, perbenihan Agar
Glukosa, perbenihan Agar Laktosa,

Vol. VI, No.2, Agustus 2009

Perbenihan Agar Maltosa, Perbenihan Agar Mannitol, Perbenihan


Agar Sakarosa, Perbenihan Agar
Indol, . Perbenihan Agar TSIA (Triple
Sugar Iron Agar), Perbenihan Agar
Sitrat, Perbenihan Agar Darah,
Perbenihan Mueller Hinton Agar.
Analisis Data
Analisis datanya adalah dengan
membandingkan diameter daerah
hambat pertumbuhan bakteri hasil
isolasi dengan standar pengukuran
bagi masingmasing obat yang telah
ditetapkan oleh NCCLS (National
Committee for Clinical Laboratory Standards)/CLSI(5).
Cara Kerja
1. Isolasi bakteri dari urin
Isolasi bakteri dilakukan sesuai
dengan standar kultur pada bagian
Mikrobiologi. Sampel diperoleh dari
urin aliran tengah stream urin (clean
voided midstream urin). Urin dikeluarkan langsung dan ditampung ke
dalam botol steril, urin yang pertamatama keluar tidak ikut serta
ditampung (6). Segera setelah sampel
sampai, dilakukan penanaman pada
media (Mac Conkey/Agar Endo dan
Agar Darah) yang telah disediakan.
Setelah dilakukan penanaman media
disimpan dalam inkubator suhu 37C
dan dilihat ada tidaknya pertumbuhan bakteri esok harinya (setelah
18 sampai 24 jam).
2.

Uji Identifikasi bakteri


Lalukan pewarnaan Gram, dan
uji Reaksi bio kimia (dilakukan uji

47

Indol, uji sitrat, uji Gula-gula, dan uji


TSIA) dan juga dilakukan uji Serologi
dan uji cakram Basitrasin.
3. Penetapan Sensitivitas bakteri dari
sampel urin terhadap beberapa antibiotika
Suspensi bakteri dibuat dengan
cara diambil satu mata sengkelit dari
stok isolat bakteri ke dalam tabung
yang berisi larutan fisiologis NaCl,
biarkan selama beberapa menit.
Sesuaikan standar kekeruhan suspensi dengan pembuatan Mc Farland
0,5 (merupakan standar untuk
bakteri). Setelah itu lakukan uji sensitivitas bakteri dengan cara sebagai
berikut , mula lukan pipet 20 ml agar
Mueller Hinton ke dalam cawan
petri, biarkan menjadi padat. Lalu
pindahkan secara aseptik suspensi
bakteri dengan menggunakan mikro
pipet ke atas permukaan agar Mueller
Hinton. Kemudian ratakan suspensi

bakteri, biarkan beberapa menit.


Setelah itu masing-masing disk
antibiotik diletakkan diatasnya. Dan
diinkubasi pada suhu 37C selama
1824 jam, buat tiga kali ulangan pada
petri yang berbeda.
4.

Pengamatan
Setelah inkubasi, diamati adanya
diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri di luar cakram tersebut. Koloni bakteri yang sensitif
terhadap antibiotik dilihat dengan
adanya zona hambatan berupa daerah bening di sekitar cakram antibiotik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Hasil Isolasi dan Identifikasi Bakteri dari Urin Penderita
Tersangka ISKdapat dilihat pada
Tabel 1.

Table 1. Karakteristik morfologi koloni bakteri yang tumbuh


pada perbenihan agar darah
Bakteri

Bentuk

Warna

Permukaan
koloni

Sifat
Haemolitik

Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus aureus
Streptococcus pyogenes

Bulat
Bulat
Bulat

Putih
Putih agak kekuningan
Putih

Cembung
Cembung
Cembung

Tidak Haemolitik
-Haemolitik
-Haemolitik

Tabel 2. Karakteristik morfologi koloni bakteri Gram negatif yang tumbuh


pada perbenihan agar endo
Bakteri
Escherichia coli
Klebsiella oxytoca
Klebsiella ozaenae
Klebsiella pneumonia
Pseudomonas aeruginosa

48

Bentuk

Warna

Permukaan koloni

Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat

Kilat logam
Putih
Putih
Putih
Putih

Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN

Hasil isolasi bakteri yang menggunakan perbenihan agar darah dan


agar endo (Tabel 1 dan 2) menunjukkan bahwa terdapat 2 jenis bakteri
dari 23 sampel urin yang telah diinkubasi yaitu bakteri Gram positif
dan bakteri Gram negatif.
Koloni bakteri Gram positif yang
didapat yaitu Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, Streptococ-

cus pyogenes (Strep. ).


Koloni bakteri Gram negatif
yang didapat yaitu Escherichia coli,
Klebsiella oxytoca, Klebsiella ozaenae,
Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas
aeruginosa.
Jumlah hasil uji sensitivitas isolat
bakteri Gram positif dan Gram
negatifterhadap berbagai Antibiotika
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Sensitivitas (S) Bakteri Terhadap Berbagai Antibiotika


SUL

CAR

CTM

CRO

CN

SXT

CIP

OFX

CLR

OX

FEP

FOS

TZP

LVX

TEC

75

LZD

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
S
I
R

Antibiotika
AML

Sampel
Bakteri

S
R
R
S
R
S
R
S
R
R
R
R
R
R
R
I
I
I
S
I
R
R
R
5
4
14

S
R
R
S
R
S
R
I
R
R
R
R
R
R
R
S
S
S
S
S
S
R
R
9
1
13

I
I
R
I
R
S
R
I
R
R
R
R
R
R
R
I
S
I
S
I
I
I
R
3
9
11

S
S
S
R
S
S
S
R
S
S
S
S
S
S
R
I
I
S
S
R
S
S
S
17
2
4

I
S
S
R
S
S
S
R
S
S
S
S
S
S
R
I
I
S
S
I
I
S
S
15
5
3

S
S
S
S
S
S
S
I
R
S
R
S
S
S
I
S
S
S
S
S
I
S
S
18
3
2

S
S
S
S
R
S
R
S
R
R
R
R
R
S
R
S
S
S
S
S
R
S
S
14
?
9

S
S
I
I
S
S
S
S
S
S
S
S
R
S
R
S
S
S
S
R
S
S
S
18
2
3

I
S
S
S
R
S
S
R
R
I
R
R
R
R
R
S
S
R
S
S
R
R
R
9
2
12

I
R
S
R
R
S
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
S
I
S
S
R
R
R
5
2
16
TOTAL

S
S
S
I
S
S
S
I
S
S
S
S
S
S
R
S
S
S
S
S
S
S
S
20
2
1

S
S
S
I
S
S
S
I
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
I
S
S
S
20
3
?

S
S
S
S
I
S
S
S
S
I
I
S
S
S
I
S
I
S
I
S
S
S
S
17
6

S
R
S
R
R
S
I
R
R
R
R
R
R
I
R
S
S
I
I
S
R
R
R
6
4
13

I
S
S
I
I
S
S
I
S
S
S
S
S
I
R
I
S
S
S
S
S
S
S
17
5
1

R
R

R
R

3
1
4

5
?
3

S
S
S
R

S
I

5
2
1

R
S
I
R

R
S

J
U
M
L
A
H
T
O
T
A
L

5
1
2

211
54
112
377

Keterangan : S : jumlah sensitif I : jumlah intermediate R : jumlah resisten


Bakteri dengan no 1, 4, 6, 8, 9, 16, 18, 21 adalah bakteri Gram positif, sedangkan
bakteri no 2, 3, 5, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 19, 20, 22, 23 adalah Bakteri Grma
negatif

Vol. VI, No.2, Agustus 2009

49

Keterangan sensitivitas untuk bakteri Gram Positif (5)


R

Amoksisilin
AML
Sulbensilin
SUL
Karbenisilin
CAR
Sefotiam
CTM
Seftriakson
CRO
Gentamisin
CN
Kortrimoksazol
SXT
Nitrofurantoin
F
Siprofloksazin
CIP
Oflokazin
OFX
Klaritromisin
CLR
Oksasilin
OX
Sefepim
FEP
Fosfomisin
FOS

< 19

> 20

< 12

> 15

< 19

> 23

< 14

> 18

< 13

> 21

< 12

> 15

< 10

> 16

< 14

> 17

< 15

> 21

< 12

> 16

< 13

> 18

< 10

> 13

< 14

> 18

< 12

> 16

Piperasilin Tazobaktam
TZP
Levofloksazin
LVX
Teikoplanin
TEC
Sulferazon
75
Linezolid
LZD

< 17

> 18

< 13

> 17

< 7

> 14

< 15

> 21

< 20

> 23

Keterangan sensitivitas untuk bakteri Gram Negatif (5)


Amoksisilin
AML
Sulbeisilin
SUL
Karbenisilin
CAR

50

< 13

> 18

< 12

> 15

< 19

> 23

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN

Sefotiam
CTM
Seftriakson
CRO
Gentamisin
CN
Kortrimoksazol
SXT
Nitrofurantoin
F

< 14

> 18

< 13

> 21

< 12

> 15

< 10

> 16

< 14

> 17

Siprofloksazin
CIP
Fosfomisin
FOS
Gatifloksazin
GTX
Piperasilin Tazobaktam
TZP

< 15

> 21

< 12

> 16

< 14

> 18

< 17

> 24

Levofloksazin
LVX
Sulferazon
75
Sefepim
FEP
Ofloksazin
OFX

< 13

> 17

< 15

> 21

< 14

> 18

< 12

> 16

Keterangan
SUL
CAR
CTM
CRO
CN
SXT
F
CIP
OFX

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Sulbenisilin
Karbenisilin
Sefotiam
Seftriakson
Gentamisin
Kotrimoksazol
Nitrofurantoin
Siprofloksazin
Ofloksazin

Persentase sensitivitas isolat


bakteri terhadap antibiotik dapat
dilihat pada Gambar 1.
Dari data hasil uji yang diperoleh
menunjukkan 49 dari 23 sampel
bakteri sensitivitas (S) terhadap
antibiotik Piperasilin Tazobaktam,
Sefepim dan Fosfomisin. Isolat
bakteri Gram positif menunjukkan

Vol. VI, No.2, Agustus 2009

FOS
TZP
LVX
TEC
75
LZD
GTX
OX
CLR

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Fosfomisin
Piperasilin Tazobaktam
Levofloksazin
Teikoplanin
Sulferazon
Linezolid
Gatifloksazin
Oksasilin
Klaritromisin

sensitivitas 100% terhadap Piperasilin Tazobaktam dan pada bakteri


Gram negatif menunjukkan sensitivitas 93,33% terhadap Sefepim dan
Fosfomisin.
Nitrofurantoin merupakan antibiotik saluran kemih yang sering digunakan walaupun antibiotik seperti
Penisilin (Amoksisilin, Karbenisilin),

51

Gambar 1. Persentase (%) Sensitivitas Bakteri Terhadap Berbagai Antibiotika

Aminoglikosida atau Fluorokuinolon


kadang-kadang dapat menyembuhkan ISK (7).
Data sensitivitas untuk Ofloksazin menunjukkan bahwa Ofloksazin secara garis besar sudah tidak
efektif terhadap bakteri penyebab
ISK. Dari 23 sampel bakteri hanya 5
sampel bakteri yang sensitif, 2 sampel
intermediate dan selebihnya resisten.
Dari data ini diketahui bahwa Ofloksazin diperkirakan tidak memberikan
respon klinik yang baik pada hampir
semua pasien. Resistensi terhadap
antibiotika dapat pula disebabkan
oleh faktor yang memang sudah ada

52

pada bakteri itu sebelumnya (resistensi genetik) atau mungkin juga


faktor resistensi diperoleh dari bakteri lain yang telah mengalami resistensi (resistensi yang dipindahkan).
Amoksisilin merupakan antibiotik pilihan setelah Nitrofurantoin
untuk ISK, namun dari data hasil
sensitivitas bakteri terhadap antibiotik ini semakin menurun. Dari 23
sampel hanya 5 sampel yang sensitif,
4 sampel yang intermediate dan
selebihnya resisten. Oleh karena itu,
penggunaan antibiotik ini untuk
pengobatan ISK perlu dipertimbangkan kembali.

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN

Fosfomisin dan Sefepim merupakan antibiotik paling efektif dalam


penelitian ini. Sebab, data sensitivitas
bakteri, hal ini memperlihatkan
bahwa dari 23 sampel bakteri, 20 sampel diantaranya sensitif dan sisanya
intermediate dan resisten. Dari data
ini diperkirakan Fosfomisin dan Sefepim mampu menghasilkan respon
klinik yang baik(5).
Gambar 1 menunjukkan persentase (%) jumlah sensitivitas (S) bakteri
terhadap semua antibiotik yang
digunakan dalam penelitian. Terlihat
bahwa Sefepim dan Fosfomisin memiliki persentase tertinggi dari
semua antibiotik yang digunakan. Ini
menunjukkan bahwa Sefepim dan
Fosfomisin merupakan antibiotik
paling efektif untuk ISK dalam penelitian ini.
Golongan -laktam kelompok
penisilin yaitu Amoksisilin, Oksasilin,
dan Karbenisilin menghasilkan
persentase sekitar 1-4%. Sedangkan
kelompok sefalosporin yaitu Sefotiam, Sefepim, Sulferazon, dan Seftriakson menghasilkan persentase 710%. Mandell (8) mengatakan bahwa
kelompok penisilin sering digunakan
untuk terapi ISK dan kelompok sefalosporin digunakan untuk bakteri
penyebab infeksi yang sebelumnya
sudah resisten terhadap kelompok
penisilin.
Widmann (9), mengatakan bahwa golongan Aminoglikosida yaitu
Gentamisin aktif terhadap E. coli
serta bakteri Gram negatif lainnya,
namun saat ini Gentamisin resisten
terhadap kebanyakan Enterococcus(9).

Vol. VI, No.2, Agustus 2009

Hasil penelitian menunjukkan justru


persentase Gentamisin menunjukkan
cukup tinggi yaitu 9%. Hal ini dapat
saja terjadi karena pasien mungkin
baru pertama kali menderita.
Golongan Makrolida yaitu Klaritromisin pada Gambar 1 hanya menunjukkan persentase 1%. Widmann
(9), menyatakan sekitar 30% Staphylococcus sudah resisten terhadap
golongan Makrolida dan hal yang
sama juga dikatakan oleh Mandell (8)
yaitu sekitar 50-70%. Staphylococcus
aureus adalah bakteri Gram positif
terbanyak yang menyebabkan ISK
dalam penelitian ini dan persentase
sensitivitas yang didapat hanya 1%
untuk Klaritromisin. Jadi, fakta ini
sejalan dengan pernyataan kedua
penulis di atas. Siprofloksazin,
Ofloksazin, dan Levofloksazin yang
merupakan golongan Quinolon Hasil
persentase sekitar 3-4%.hasil ini
ditegaskan Mandell(8), bahwa golongan Quinolon terutama Siprofloksazin memang resisten terhadap
Pseudomonas dan Staphylococcus.
Untuk golongan Antibiotik Lain
seperti Nitrofurantoin saat ini sudah
mengalami resisten sekitar 28%
terhadap bakteri uropatogen penyebab ISK terkait pemasangan kateter,
demikian dikatakan (8). Dari hasil
penelitian didapatkan persentase
sensitivitas Nitrofurantoin cukup
tinggi yaitu 9%. Ini mungkin disebabkan karena dari 23 pasien yang urinnya berhasil diisolasi hanya sebagian
kecil yang berusia lanjut, dimana
biasanya pemasangan kateter banyak
dilakukan untuk pasien usia lanjut.

53

Linezolid juga termasuk golongan


Antibiotik Lain dimana pada Gambar ini hasil sensitivitasnya yaitu 2%.
Hal ini menunjukkan bahwa Linezolid resisten terhadap bakteri Gram
negatif seperti E. coli. Bakteri penyebab ISK terbanyak yaitu E. coli sekitar
50-90% (8,1).
Dari hasil penelitian yang diperoleh sebaiknya perlunya dilakukan
penelitian terus menerus untuk
mengetahui pola sensitivitas bakteri
yang terus berubah terhadap berbagai antibiotika, agar dapat ditetapkan antibiotika mana yang paling
efektif untuk saat ini. Selain itu untuk
mencegah berkembangnya resistensi,
maka penggunaan antibiotik untuk
pengobatan penyakit infeksi sebaiknya dilakukan secara rasional yang
selalu melibatkan diagnosis klinik
dan bakteriologik.

2.

3.

DAFTAR PUSTAKA
1.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dari 23 sampel bakteri yang
berhasil diisolasi ada 8 sampel
bakteri Gram positif yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, Streptococcus pyogenes
dan 15 sampel bakteri Gram
negatif yaitu Escherichia coli, Klebsiella ozaenae, Klebsiella oxytoca,
Klebsiella pneumoniae, dan Pseudomonas aeruginosa serta Escherichia coli merupakan bakteri
terbanyak penyebab ISK dalam
penelitian ini.

54

Piperasilin Tazobaktam menunjukkan aktivitas penghambatan


pertumbuhan yang baik terhadap semua bakteri Gram
positif, sedangkan Fosfomisin
dan Sefepim menunjukkan
aktivitas penghambatan pertumbuhan yang baik juga terhadap
semua bakteri Gram negatif.
Fosfomisin dan Sefepim paling
efektif terhadap semua bakteri
penyebab ISK dalam penelitian
ini. Sehingga diperkirakan Fosfomisin dan Sefepim mampu
menghasilkan respon klinik yang
baik, tentunya disesuaikan
dengan indikasi penggunaannya.

2.

3.

4.

5.

Sudoyo AW, dkk. 2006. Buku


Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II,
Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta: 564.
Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia. 2001.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. Edisi III. Balai Penerbit
FKUI, Jakarta: 369-70.
Holt JG. 1994. Bergeys Manual of
Determinative Bacteriology, Ninth
edition. The Williams and Wilkins
Co., Baltimore: 93-4, 179-84, 532.
Purnomo BB. 2000. Dasar-dasar
Urologi. CV Sagung Seto, Jakarta:
3-6, 37-45.
Eighteenth Informational Supplement. January 2008. Clinical

MAJALAH ILMU KEFARMASIAN

6.

7.

And Laboratory Standards Institute.


Cappuccino JG, Sherman Natalie
S. 2008. Microbiology a laboratory
Manual, Eighth Edition. Pearson,
Benjamin Cummings, San Francisco: 477-482.
Katzung BG. 1998. Basic and
Clinical Pharmacology. Terjemahan
editor: Agus A. Farmakologi
Dasar Dan Klinik Ed. 6. Penerbit

Vol. VI, No.2, Agustus 2009

8.

9.

Buku Kedokteran EGC, Jakarta:


714-7.
Mendell, Douglas, and Bennetts.
2005. Principles and Practice of Infectious Disease, Sixth Edition.
Elvesier Inc., Pennsylvania: 4367.
Widmann FK. 1989. Clinical Interpretation of Laboratory Test. F.A.
Davis Company, Pennsylvania:
363, 521-2.

55

You might also like