Ukhuwah Islamiyah: Khutbah Pertama

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

Ukhuwah Islamiyah

KHUTBAH PERTAMA


: }



{

:






Allah Subhanahu wa Taala. kepada Bertakwa !Ayyuhal muslimun




Dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya
)Al-Anfal: 1 (Q.S. jika kamu adalah orang-orang beriman.
ukhuwwah prinsip ialah kita agama oleh dibangun yang besar prinsip satu Salah !Ibadallah
beriman. orang sesama antara di )(persaudaraan


): 10 Al-Hujurat (Q.S. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara.

Jika hubungan persaudaraan yang ada di antara manusia sangat beraneka ragam menurut
macam-macam tujuan dan maksudnya, maka hubungan persaudaraan yang paling kokoh
talinya, paling mantap jalinannya, paling kuat ikatannya, dan paling setia kasih sayangnya
ialah persaudaraan berdasarkan agama. Karena, persaudaraan semacam ini tidak putus
talinya, tidak akan berubah karena perubahan zaman, dan tidak akan berbeda karena
perbedaan orang dan tempat. Persaudaraan yang berlandaskan akidah dan iman, serta
berdasarkan agama yang murni karena Rabb Yang Mahaesa senantiasa mampu
mempersatukan umat Islam dari berbagai penjuru. Inilah rahasia kekuatan dan
kekokohannya. Inilah kunci keakraban para personelnya yang ada di belahan bumi bagian
timur maupun barat. Dan inilah yang membuat mereka menjadi satu kesatuan yang pilarpilarnya sangat kuat dan bangunannya sangat kokoh. Sehingga, badai topan pun tidak
sanggup menggoyahkannya. Ia laksana bangunan yang dibangun dengan timah dan ibarat
tubuh yang satu.
Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Musa Al-Asyari radiyallahu anhu,
bahwa Rasulullahu shallallahu slaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya orang mukmin bagi mukmin (lainnya) bagaikan bangunan yang satu sama
lain saling menguatkan. (Shahih Al-Bukhari, 481, dan Shahih Muslim, 2585 ). Dan beliau
pun menyilangkan jari-jemarinya, kata Abu Musa.
Sementara An-Numan bin Basyir radiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Perumpamaan orang-orang beriman di dalam cinta dan kasih sayang mereka adalah
seperti tubuh. Jika salah satu anggotanya mengeluh sakit, maka anggota tubuh lainnya akan
memberikan kesetiaan kepadanya dengan berdagang (susah tidur) dan demam. (H.R. AlBukhari, 6011 dan Muslim, 2587 )
Saudara-saudara sekalian! Sesungguhnya, ukhuwwah Islamiyah adalah ruh dari iman yang
kuat dan inti dari perasaan yang meluap-luap yang dirasakan oleh seorang muslim terhadap
saudara-saudaranya yang seakidah. Bahkan, ia merasa bahwa ia bisa hidup karena mereka,
bersama mereka dan di tengah-tengah mereka. Seolah-olah mereka semua adalah rantingranting yang tumbuh dari satu batang pohon dan muncul dari pokok yang sama. Dengan
perasaan itu, maka hilanglah perbedaan kesukuan dan warna kulit, lenyaplah perbedaan ras,
dan matilah fanatisme kebangsaan dan kesukuan. Sehingga, yang ada hanyalah pondasi besar
yang menjadi landasan berdirinya masyarakat Islam internasional yang dihimpun oleh satu
tali dan dinaungi satu bendera, yakni bendera iman dan tali ukhuwwah Islamiyah. Allah
Subhanahu wa Taala berfirman,





Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujurat: 13)

Saudara-saudara seiman dan seagama! Di dalam masyarakat Islam yang berlandaskan akidah
iman dan bertemu pada titik syiar Islam, persaudaraan akidah menggantikan persaudaraan
nasab (darah), dan ikatan iman menggantikan ikatan-ikatan materi, kepentingan individu,
maupun ambisi pribadi. Di situ seorang mencintai saudara-saudaranya seperti ia mencintai
dirinya sendiri. Ia merasa sedih bila mereka sedih dan ia merasa senang bila mereka senang.
Ia selalu berbagi suka dan duka bersama mereka. Oleh karena itu, Islam memberantas gejalagejala egoisme dan mental suka mementingkan diri sendiri yang kejam. Karena, ia
merupakan kecenderungan yang tercela dan bencana yang buruk yang diberantas oleh Islam,
serta diganti dengan rasa persaudaraan dan persahabatan.
Siapa pun yang meneliti sejarah umat ini akan menemukan, bahwa umat Islam belum pernah
bersatu kata, merapatkan barisan, mengangkat panji-panji kejayaan, menegakkan negara, atau
disegani musuh, melainkan karena rasa persaudaraan yang sangat kuat di antara mereka dan
tidak ada bandingannya di dalam sejarah umat manusia. Yaitu sebuah persaudaraan yang
sangat kuat dan kokoh yang menjadi pondasi bangunan umat yang perkasa, tangguh, kuat,
dan gagah. Sehingga, setelah bertarung melawan musuh-musuhnya, posisinya sangat
disegani, tiang-tiangnya menjulang tinggi dan pilar-pilarnya sangat kokoh.
Wahai umat Islam sekalian! Di dalam sejarah kita mendapat banyak contoh nyata dan
peristiwa yang tiada tara yang menggambarkan betapa kuatnya ikatan persaudaraan di antara
sesama umat Islam. Yang paling masyhur ialah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Sehingga, setiap orang Anshar
memiliki saudara dari kalangan Muhajirin. Bahkan, ada orang Anshar yang mengajak
saudaranya dari kalangan Muhajirin ke rumahnya, kemudian ia menawarkan kepadanya
untuk berbagi harta bendanya yang ada di rumahnya. Dan ia pun siap berbagi suka
dengannya. Persaudaraan manakah di dunia ini yang bisa menandingi ukhuwwah Islamiyah
tersebut?
Allah Subhanahu wa Taala berfirman,



Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka.
Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan
kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin),
atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).
(Q.S. Al-Hasyr: 9)
Kemudian, apa yang terjadi setelah banyak umat Islam dikuasai hatinya oleh materi,
peradaban yang palsu merajalela di mana-mana, dan dunia melompat dari tangan ke dalam
hati, lalu bertemu dengan iman yang lemah dan pendidikan yang salah, dan melaju bersama
kesenangan dan materi, lalu tunduk di hadapan tantangan yang menghadang? Yang terjadi
setelah itu adalah ketegangan hubungan sosial di antara sesame, karena sebab yang sangat
sepele. Bahkan, ketegangan itu pun terjadi di antara orang-orang yang memiliki hubungan
dekat, baik hubungan nasab (keturunan), perkawinan, persahabatan, maupun tetangga.

Sehingga pertikaian merajalela, pertengkaran terjadi di mana-mana, perpecahan meluas, dan


pemutusan hubungan menjadi-jadi. Kondisi itu menyebabkan hilangnya kasih sayang dan
kejernihan, menimbulkan perpecahan dan gugat-menggugat, lalu memicu timbulnya sikap
egois dan mementingkan diri sendiri.
Gejalanya bermacam-macam dan banyak ditemukan di tengah masyarakat. Hal itu dipicu
oleh lemahnya ukhuwwah Islamiyah di antara umat Islam, bahkan di antara sesama anggota
keluarga. Misalnya, ada orang yang terlibat pertengkaran kecil dengan saudara kandungnya
karena memperebutkan secuil harta. Lalu, masalahnya menjadi pelik dan semakin besar. Para
juru runding gagal mendamaikan mereka. Masing-masing ngotot ingin menempuh jalur
hukum dan mondar-mandir ke pengadilan hanya untuk melampiaskan dendam kepada
saudaranya sendiri, gara-gara segenggam harta atau sejengkal tanah. Bahkan, ada orang yang
tidak bertegur sapa dengan saudara kandungnya selama berbulan-bulan, bahkan bertahuntahun. Subhanallah!
Mengapa semua ini bisa terjadi? Seorang adik menggugat kakak kandungnya ke pengadilan!
Ada pula orang yang tidak pernah berkunjung ke rumah pamannya atau saudara sepupunya.
Bahkan, juga tidak pernah menghubunginya melalui telepon untuk sekadar basa-basi. Dan itu
bisa bertahan selama bertahun-tahun.
Ada kawan dekat dan teman akrab yang bersahabat selama bertahun-tahun dalam suasana
yang harmonis. Lalu, tiba-tiba terjadi sedikit kesalahpahaman dan mendadak tali
persahabatannya putus begitu saja, bahkan berubah menjadi permusuhan, dendam, dan buruk
sangka.
Ada tetangga dekat yang dinding rumahnya berhimpitan dengan dinding rumah Anda. Anda
menyukainya dan dia pun menyukai Anda. Anda suka berkunjung ke rumahnya dan dia pun
suka berkunjung ke rumah Anda. Tiba-tiba anak-anak seperti biasa bertengkar, lalu para ibu
ikut campur, teriakan membahana, dan para ayah yang berakal sehat pun terlibat. Akibatnya,
terjadi perang dahsyat di antara mereka. Kata-kata kotor meluncur, tangan diacung-acungkan,
dan pihak berwenang pun ikut campur. Hasilnya, terputusnya hubungan secara permanen,
permusuhan abadi dan caci maki di depan umum. Bahkan, tidak jarang mendorong seseorang
untuk pindah rumah dan balas dendam. Allahul mustaan! Inikah umat yang bersatu? Inikah
ajaran ukhuwwah Islamiyyah yang benar? Cukuplah, wahai hamba-hamba Allah! Hentikanlah
permusuhan dan pertengkaran! Awas, jangan sampai setan berhasil mengadu domba Anda!
Berdamailah, wahai orang-orang yang berseteru! Sambunglah hubungan, wahai orang-orang
yang memutuskan hubungan! Karena dampak buruk dari perseteruan dan pemutusan
hubungan itu sangat besar, baik di dunia maupun di akhirat. Tidakkah Anda mendengar sabda
Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
Tidak halal bagi seorang muslim menjauhi saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga
malam (hari). Mereka berdua berjumpa, lalu yang ini berpaling dan yang ini pun berpaling.
Dan yang terbaik di antara mereka berdua adalah orang yang memulai mengucapkan
salam.(Shahih Al-Bukhari, 6077 dan Shahih Muslim, 2560)
Atau sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Tolonglah saudaramu dalam posisi sebagai
orang zalim maupun korban kezaliman. (Shahih Al-Bukhari, 2443)
Atau sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

Amal manusia ditunjukkan (kepada Allah) pada hari Senin dan Kamis. Lalu orang yang
tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu akan diampuni dosanya, kecuali orang yang
memendam rasa permusuhan dengan saudaranya. Dia (Allah) berfirman, Tinggalkan kedua
orang ini sampai mereka berdamai. (H.R. Muslim dan lain-lain)
Di sisi lain, sejauh mana dukungan umat Islam dalam mewujudkan ukhuwwah Islamiyah?
Dalam arti, siapakah di antara kita yang mau melihat kondisi saudara-saudaranya dan
keadaan tetangganya, terutama orang-orang yang miskin, lemah, tidak berdaya dan
membutuhkan uluran tangan? Maka, siapa pun yang memiliki kelebihan uang, makanan atau
pakaian hendaknya mencari saudara-saudaranya yang membutuhkan bantuan. Betapa banyak
jumlah mereka! Karena hal itu dapat menciptakan kesetiakawanan dan menanamkan belas
kasih. Dan hal itu akan meraup pahala yang melimpah di sisi Allah Subhanahu wa Taala.
Sedangkan orang-orang yang bergelimang harta, tetapi beberapa meter dari tempat tinggalnya
ada saudara-saudaranya sesama muslim menjerit kelaparan, adalah orang-orang yang tidak
mau membuktikan dasar yang agung ini.
Wahai umat Islam! Ketika mengingatkan tentang kewajiban membangun ukhuwwah
Islamiyyah, kita tidak boleh melupakan saudara-saudara kita yang seiman dan seakidah di
berbagai belahan dunia. Kita semua berkewajiban memberikan bantuan, dukungan, doa,
sumbangan, dan pertolongan kepada mereka. Lebih-lebih mereka yang tengah berjuang
dengan tabah dan minoritas muslim yang tertindas di mana-mana.
Kepada mereka yang tidak mau menyumbang dan tidak mau mendoakan saudara-saudaranya
saya katakan: Jangan begitu! Karena saudara-saudara Anda sangat membutuhkan dukungan,
bantuan dan doa Anda. Jangan menganggap remeh apa yang bisa Anda berikan.
Sementara saudara-saudara kita yang ada di Palestina terus-menerus melakukan aksi heroik
dan berjuang mati-matian, kendati bakal mereka sangat sedikit. Mereka terus menunggu
uluran tangan, bantuan dan doa dari saudara-saudaranya yang seiman, sampai Allah berkenan
membebaskan tanah suci itu dari pendudukan para perampok dan kotoran pada penjajah. Dan
hal itu tidaklah sulit bagi Allah.

KHUTBAH KEDUA














Ibadallah! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Taala. Dan ketahuilah, bahwa salah
satu konsekuensi takwa adalah menunaikan hak-hak ukhuwwah Islamiyyah. Maka, latihlah
diri Anda untuk mencintai saudara-saudara Anda yang seiman dan seagama sebagaimana

Anda mencintai diri Anda sendiri. Yahya Ar-Razi berkata, Hendaknya setiap orang mukmin
minimal mendapatkan tiga hal dari Anda: jika Anda tidak bisa memberinya manfaat
(keuntungan), maka jangan memberinya mudharat (kerugian), jika Anda tidak bisa
membuatnya gembira, maka jangan membuatnya bersedih, dan jika Anda tidak mau
memujinya, maka jangan mencelanya.
Maasyiral muslimin rahimakumullah! Sesungguhnya, menelantarkan seorang muslim adalah
perkara besar yang bisa menyebabkan putusnya tali ukhuwwah Islamiyyah dan mendatangkan
kehinaan dan kenistaan bagi semua orang. Dan umat Islam tidak mengalami kehinaan,
kecuali pada saat tali ukhuwwah Islamiyyah melemah, di saat seorang muslim enggan
berhubungan dengan saudaranya. Sementara pada saat yang sama musuh-musuh Islam
bersatu padu melawan umat Islam.




Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka pelindung bagi sebagian yang lain. Jika
kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu,
niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. (Q.S. Al-Anfal:
73)
Bertobatlah wahai umat Islam, dari penyakit saling menjauhi, saling membantai, saling
membenci, dan saling membelakangi. Bergeraklah menuju naungan cinta, perdamaian,
tolong-menolong, persaudaraan dan keharmonisan, niscaya Anda akan dapat menggapai
kebaikan yang Anda harapkan, di dunia dan akhirat. Dan perlu kiranya saya ingatkan, bahwa
salah satu hasil nyata dari pembahasan ini adalah semua orang yang bertikai segera berdamai
dan saling mengunjungi setelah mendengar khutbah ini. Ketahuilah, bahwa yang terbaik di
antara mereka yang bertikai itu adalah yang memulai menyambung hubungan dan
mengucapkan salam.
Ibadallah! Dunia ini sangat kecil artinya. Dan apa yang ada di sisi Allah jauh lebih baik dan
lebih kekal.



.
.


. .

You might also like