Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 16

i

Tenaga Surya, Angin dan Arus Sungai Sebagai Sumber Pembangkit Listrik
Pada Rumah Apung di Indonesia Berbasis Smart House System

Diusulkan Oleh :
Putri Widya Sari Tama (061330320231)

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2015

LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Karya Tulis Ilmiah

: Tenaga Surya, Angin, dan Arus Sungai


Sebagai Sumber Pembangkit Listrik Rumah
Apung di Indonesia Berbasis Smart House
System

2.

Penulis
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Program Studi
e. Perguruan Tinggi

: Putri Widya Sari Tama


: 061330320231
: Teknik Elektro
: Teknik Elektronika
: Politeknik Negeri Sriwijaya
Palembang, 01 April 2015

Menyetujui,
Ketua Jurusan Bahasa Inggris

Penulis

(Ir. Ali Nurdin,M.T.)


NIP.196212071991031001

(Putri Widya Sari Tama)


NIM.061330320231

Pembantu Direktur III


Politeknik Negeri Sriwijaya

Dosen Pendamping

Ir. Irawan Rusnadi, M.T.)


NIP.196702021994031004

(Masayu Annisa,S.T,M.T.)
NIP.197012281993032001

iii

SUMMARY
Float house is a traditional house which is coming from Sumatera Selatan.
Unfortunately, in governments opinion, the existance of this house will distrub
the beauty and the neatness of this city. Even Netherland can optimize the
function of float house as primary tourism sector. Because of that, modification
and innovation in technology are really needed for giving progress and changing
float house in Sumatera Selatan be superior. Problems from the electricitiess
supply from the houses in land, also the using of generator setting (genset) is
really extravagant and destruct the environmant. So, using alternative energy can
solve the problem of global warming which is caused by using energy fossil.
Float house will combine surya energy, wind energy and flow river as
generator to produce the electricities. Each energy can give input to controller
(relay) which have been programmed by microcontroller ATMega 16 (a form of
Integrated Circuit). This controller will turn off the generator when the power
(voltage) has been full from all energies. But when there is decreasing the power,
energy that has the biggest power will supply to the controller.
This float house has as a base of sensor to create easier for human. There
are many circuits, such as laundry automatic, fire alarm, and curtain system
automatic. This circuit has function as security if the house is burned and as a
control to save more consumption of electricities. It will work automatically.
These circuits use light sensor (LDR), liquid sensor, and temperature sensor
(thermistor).
For laundry automatic circuit, if water touch the liquid sensor and the sky
change to be darker, it will activate the circuit to move the canopy. When the
canopy is moving forward, it will close the laundry. And when the canopy is
moving backward, so the laundry will get light from the sun. This circuit also use
2 switchs to give the limitation from the moving this canopy, first switch is in
front of the canopy and second switch is behind of the canopy.

iii

After that, for fire alarm. If the temperature inside house has reached to the
minimum temperature that has been set, so it will be detected by the thermistor as
temperature sensor to activate the circuit. Firstly, this circuit will produce sound
(siren), then the smoker detector will discharge the water to watering the fire.
Here, sound has function as a signal to human, and smoker detector has function
to turn off the fire.
Then, for curtain system automatic circuit has function to control the lamp,
whether it is turn off or turn on. It will be used 2 LDR (light sensor). First LDR
will be placed in front of the wall from this float house, second LDR will be
placed on the pole of this float house. When first LDR get the sunlight, it will
activate the circuit to move motor then open the curtain. When the curtain is open,
second LDR will detect the sunlight. Directly, it will also activate the circuit to
turn off the lamp. Indirectly, it will save the consumption of electricities.

KATA PENGANTAR
Dalam penyelesaian karya ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun,
berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini
dapat terselesaikan dengan cukup baik dan tepat pada waktunya. Karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.

Bapak Yudi Wijanarko, S.T., M.T sebagai Ketua Program Studi Teknik
Elektronika yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis,

2.

Ibu Masayu Annisa, S.T., M.T sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan, petunjuk, dan saran selama percobaan berlangsung
serta penyusunan karya ilmiah ini,

3.

Orang Tua penulis yang telah memberikan dukungan dan membiayai


pendidikan penulis sampai saat ini,

4.

Seluruh keluarga dan kepada semua pihak yang telah turut memberikan
bantuan.

Penulis sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses


pembelajaran, penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
positif, guna penulisan karya ilmiah ini.

Palembang,

April 2015

Penulis,

DAFTAR ISI
hal
Halaman Sampul...........................................................................................

Kata Pengantar...............................................................................................

ii

Daftar Isi ........................................................................................................

iii

Bab I Pendahuluan........................................................................................

1.1.
1.2.
1.3.
1.4.

Latar Belakang..................................................................................
Rumusan Masalah............................................................................
Tujuan Penulisan.............................................................................
Manfaat Penulisan...........................................................................

Bab II Deskripsi Produk................................................................................


2.1. Deskripsi Pembangkit........................................................................
2.2. Deskripsi Sistem Kendali .................................................................
2.3. Deskripsi Keseluruhan Smart House System....................................
BAB III Hasil Dan Pembahasan....................................................................
3.1. Cara Kerja Pengombinasian Tenaga Surya, Angin dan Arus Sungai
Sebagai Pembangkit Listrik...............................................................
3.2. Proses Pengaplikasian Smart House System pada rumah apung.......
BAB IV Kesimpulan dan Saran..................................................................
4.1. Kesimpulan.....................................................................................
4.2. Saran...............................................................................................

1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
8
10
10
10

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kondisi geografis dan letak

astronomis yang strategis, yang menyebabkan Indonesia kaya dengan tanah subur
dan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Selain itu, tidak dapat dipungkiri
pula bahwa Indonesia merupakan negara perairan, dimana terdapat sekitar 5590
buah sungai yang tersebar di seluruh wilayah. (Sumber : http://www.ampl.or.id/).
Sungai memiliki peranan penting dalam kemajuan bangsa. Sumatera
Selatan sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal dengan kekuatan
maritim yang dimiliki oleh Kerajaan Sriwijaya hingga dapat menaklukan hampir
seluruh wilayah ASEAN pada zaman dahulu, yang terletak di pinggiran sungai
Musi.
Tidak hanya itu, sekarangpun sungai Musi memiliki peranan penting
dalam kehidupan masyarakatnya. Terbukti dengan adanya pemukiman di sekitar
sungai ataupun rumah apung yang terapung di atas sungai musi, dimana akan
memudahkan mobilisasi dari setiap aktivitas masyarakat sekitarnya.
Namun sayang, keberadaan rumah apung yang merupakan ciri khas
tersendiri bagu masyarakat Sumatera Selatan, sempat dianggap sebagai
perumahan kumuh yang menganggu keindahan tata kota, yang membuatnya
sempat akan disingkirkan. Padahal, keberadaan dari rumah rakit tersebut dapat
mendongkrak sektor pariwisata seperti yang terjadi di Belanda. Seharusnya rumah
apung tersebut memiliki desain dengan membawa tampilan adat masing-masing
daerah, yang dapat digunakan sebagai restoran, hotel maupun museum yang
menceritakan sejarah dari

bangunan ini yang tentunya akan meningkatkan

pendapatan secara ekonomi bagi masyarakat dan pemerintah.


Rumah apung ini biasanya mendapatkan supply listrik yang bersumber
dari genset yang diisi dengan solar. Terkadang pula untuk mendapatkan pasokan

listrik, harus menyupply dari daratan, tetapi tidak memanfaatkan sumber energi
yang ada disekitarnya.
Sungguh ironis, melihat daerah sungai yang memiliki banyak sumber
energi disekitarnya, dimulai dari angin, matahari (surya) dan arus sungai yang
dapat dikombinasikan yang tentunya dapat dijadikan sebagai pembangkit listrik
yang memberikan manfaat bagi masyarakat. Selain itu, pada rumah apung dapat
dipasang suatu sistem pengendali berbasis sensor yang dinamakan dengan smart
house system. Tertarik pada permasalah tersebut, penulis membuat karya tulis
yang berjudul Tenaga Surya, Angin dan Arus Sungai Sebagai Sumber
Pembangkit Listrik Pada Rumah Apung di Indonesia Berbasis Smart House
System.
1.1.

Rumusan Masalah
Beberapa hal yang akan dibahas pada karya tulis ini, diantaranya:
a. Bagaimana cara kerja dari pengombinasian surya, angin dan arus
sungai sebagai pembangkit listrik?
b. Bagaimana pengaplikasian dari smart house system pada rumah

apung?
1.2.

Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai mengetahui potensi

energi yang terdapat di sungai, serta cara kerja dari pengombinasian tiga
pembangkit listrik dan pengaplikasian dari smart house system pada rumah apung.
1.3.

Manfaat Penulisan
Manfaat dari karya ilmiah ini adalah sebagai wadah aspirasi penulis guna

mengembalikan kesadaran masyarakat terhadap energi terbarukan.

BAB II
DESKRIPSI PRODUK
2.1.

Deskripsi Pembangkit
Pembangkit ini menggunakan sistem kendali beberapa generator motor DC

dengan cara otomasisasi yang dioperasikan melalui jaringan komputer untuk


menghidupkan conveyor melalui program visual basic. Pada sistem ini juga
menggunakan mikrokontroller ATMega 16 berupa IC yang dapat diprogram. Saat
tombol on pada visual basic diklik, maka mikrokontroller ini akan menerima
perintah berupa komunikasi serial sehingga mikrokontroller yang dikoneksikan
dengan komputer akan bekerja menggerakkan motor DC secara bergantian. Saat
energi dari tenaga surya telah habis, maka listrik tersebut akan mendapatkan
supply listrik dari tenaga bayu (angin), namun saat energi tenaga bayu (angin)
juga habis, maka listrik juga akan langsung tersupply dari tenaga arus sungai.
Dapat diketahui bahwa pembangkit dari tenaga arus sungai selalu dapat
memproduksi energi listrik. Namun, tenaga arus sungai akan berhenti menyupply
listrik saat kecepatan angin mendapat kecepatan arus minimum (arus maksimum
mencapai 0.9 m/s dan kecepatan minimum 0 m/s pada muara sungai musi).
2.2.

Deskripsi Sistem Kendali


Sistem ini bekerja secara otomatis, dengan menggunakan inputan sensor

dari matahari dan juga suhu panas (api). Sebagai aktivator dari rangkaian sistem
kendali ini penulis menggunakan tegangan AC sebesar 220volt yang diterima oleh
trafo dan menyalurkannya ke masing-masing rangkaian. Sebelumnya, rangkaian
tersebut tidak akan bekerja apabila rangkaian tersebut tidak menerima inputan
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
2.3.

Deskripsi Keseluruhan Smart House System


Rumah ini dapat digunakan sebagai restoran, hotel, maupun museum yang

berfungsi sebagai penunjang sektor pariwisata kota. Saat menggunakan

pembangkit surya, membutuhkan biaya sekitar 2 juta rupiah (1 panel surya


17volt), sedangkan saat menggunakan teknologi mikro turbin

membutuhkan

biaya sekitar 6 juta rupiah dan juga menggunakan teknologi arus sungai seharga
20 juta rupiah (20 rumah) dengan kapasitas energi yang dihasilkan sebesar 50100watt. Biaya awal yang diestimasikan cukup murah, terlebih lagi pemerintah
juga ikut memasok dana karena seperti yang diketahui bahwa rumah ini
menggunakan konsep kota.
Estimasi biaya per-rangkaian seharga 30 ribu, dan digunakan sebanyak 4
rangkaian yang berarti totalnya seharga 120 ribu rupiah. Harga rangkaian ini
diluar dari output yang diberikan oleh rangkaian itu sendiri. Misalkan, mesin
alarm kebakaran, harga dari smoke detector berbeda dengan harga rangkaiann
yakni seharga Rp115.000,00.
Guna meningkatkan pendapatan dari rumah apung ini sebagai salah satu
sektor pariwisata kota, desain dari rumah ini akan mengambl konsep dari daerah
palembang khususnya. Dimana akan menggunakan corak songket dengan warna
emas sebagai ciri khas dari kesultanan darussalam. Rumah ini juga tidak akan
terkendala dengan adanya banjir yang biasanya menjadi masalah tersendiri
khususnya bagi perumahan di pusat kota.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.

Cara Kerja Pengombinasian Tenaga Surya, Angin dan Arus Sungai


Sebagai Pembangkit Listrik
Pembangkit Listrik
Tenaga Surya

Pembangkit Listrik
Tenaga Arus Sungai

Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu (Angin)

Controller
(Relay)
Battery/AKI

Inverter

Gambar 3.1. Skema Rancangan Pengombinasian Pembangkit Surya, Arus Sungai dan
Bayu (Angin)

Sinar matahari yang digunakan sebagai pembangkit listrik menggunakan


panel surya, solar charge controller, aki, dan inverter. Panel surya berfungsi
sebagai pengubah energi matahari menjadi energi listrik. Sinar matahari memiliki
foton yang dapat menghasilkan listrik. Foton beserta sinar lain akan ditampung di
panel surya, yang menyebabkan foton tersebut menabrak elektron yang
sebelumnya berada di panel surya. Elektron ini akan lepas (tereksitasi) bergerak
menjadi arus listrik.

Gambar 3.2. Skema sollar system pada rumah tangga

Kemudian solar charge controller pengontrol proses pengisian daya pada


penyimpan daya (battery bank/aki), yang berasal dari panel surya ke aki muatan
dan pengosongan listrik dari aki ke beban. Karena apabila daya pada aki yang
sudah terisi penuh tetap terisi, maka akan memperpendek usia aki tersebut. Atau
dapat juga digunakan charger konvensional yang bekerja secara otomatis saat
charger konvensional hidup maka koneksi aki dan panel surya ke controller akan
putus, ini dapat bekerja otomatis karena dipasang relay.
Aki berfungsi sebagai penyimpan daya, karena energi listrik yang
dihasilkan akan dipakai pada untuk daya pada malam hari. Sedangkan inverter
(pembalik) berfungsi untuk mengubah tegangan DC yang berasal dari panel surya
menjadi tegangan AC. Satu panel surya mampu menghasilkan energi maksimal
sebesar 17volt, sedangkan tegangan listrik yang dibutuhkan di rumah sebesar
220volt. Oleh karena itu, digunakan rangkaian pembangkit untuk menaikkan
tegangan sehingga satu panel surya cukup untuk menjadi pembangkit.
Pada rumah apung ini juga dapat dipasang pembangkit listrik arus sungai.
Pembangkit ini memiliki keadaan yang lebih stabil, karena tidak dipengaruhi
cuaca. Selain itu, arus sungai juga memiliki aliran yang tetap dan tidak banyak
mengalami perubahan selama ratusan tahun. Berat jenis yang dimilikinya juga
lebih berat daripada udara, sehingga dapat menghasilkan energi yang lebih besar.
Densitas energi angin 830x lebih kuat, sehingga dapat memperkecil ukuran turbin
yang digunakan.

(b)

(a)

Gambar 3.3. (a). Hasil desain pembangkit yang menggunakan duct (b). Rotor turbin
berputar di dalam duct

Pembangkit listrik arus sungai ini menggunakan duct sebagai pemercepat


aliran, yang dapat juga diaplikasikan di sungai yang mempunyai kecepatan arus
sekitar 2,5m/dt. Penggunaan duct akan berpengaruh pada semakin besarnya
tenaga untuk menghasilkan listrik. Sehingga akan membuat desain dari rotor
semakin kecil, yang juga kan menghemat biaya produksi.
Cara kerja dari pembangkit arus sungai ini ialah dengan mengubah arus
kinetik sungai yang dialirkan ke rotor untuk menggerakkan motor yang berada di
gearbox, yang kemudian dialirkan menuju generator. Pada generator inilah yang
akan mengubah energi kinetik menjadi energi listrik. Selain itu, digunakan juga
turbin angin yang berfungsi sebagai pembangkit listrik angin. Batas kecepatan
angin yang dapat digunakan adalah angin kelas 3 sebagai batas minimum dan
angin kelas 8 sebagai batas maksimum.

(a)
(b)
Gambar 3.4. (a) Sketsa turbin angin (b) Mikro Turbin Angin

Cara kerja dari pembangkit ini yaitu, blade (baling-baling) yang akan
berinteraksi secara langsung dengan angin untuk memutar turbin. Kemudian
diteruskan untuk memutar rotor pada generator. Generator inilah yang akan
mengubah energi mekanik menjadi energi listrik, dengan mengubah torsi denagn
kecepatan putar rotor dari baling-baling menjadi nilai tegangan (v) dan arus (i).
Sedangkan fiin (ekor) akan mengarahkan turbin angin agar menghadap pada
arahan angin.
Kemudian controller, yang berfungsi sebagai alat konversi AC ke DC dan
juga sebagai kontrol tegangan masukan dari generator agar distabilkan sebelum
disimpan ke aki. Setelah itu, aki sebagai media penyimpan energi listrik, yang
bekerja saat aki sebagai beban dan sumber energi yang berasal dari generator
(charging), dan juga baterai dapat menjadi sumber energi untuk pengisian beban
yang lain (discharging).
3.1.

Proses Pengaplikasian Smart House System Pada Rumah Apung


AKTIVATOR

SENSOR

Rangkaian Alarm
Kebakaran

Rangkaian
Jemuran Otomatis

Sistem Kendali
Gorden

Sistem Kendali
Rumah
Gambar 3.5. Skema Sistem Pengendali Smart House System

Smart House System

merupakan sebuah rumah cerdas yang memiliki

sistem kerja otomatis yang menggunakan sensor sebagai pengendali rumah


tersebut. Pada rumah apung ini, digunakan sistem pengendalian berbasis sensor.
Sensor yang digunakan meliputi sensor suhu, sensor LDR (Light Dependent
Resistor) dan sensor air.

Sensor suhu merupakan yang merubah panas menjadi listrik, antara lain;
Thermokopel, Thermistor, RTD (Resistance Temperature Detectors), dan IC LM
35. (Sumber: http://komponenelektronika.biz) . Pengaplikasian sensor suhu pada
rumah apung ini sebagai alarm kebakaran. Prinsip kerjanya yaitu jika suhu di
dalam ruangan tersebut mencapai/melebihi suhu yang telah ditentukan, maka akan
mengaktifkan rangkaian tersebut, yang menyebabkan sirene berbunyi. Saat
bersamaan pula, akan mengaktifkan emergency shower, yang mengeluarkan
pancuran air untuk memadamkan api, yang terpasang pada plafon rumah tersebut.
Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) adalah resistor yang dapat
mengalami perubahan resistansinya apabila mengalami perubahan penerimaan
cahaya.(Sumber:http://elektronika-dasar.web.id/). Sensor Air adalah rangkaian
yang memicu dan mengaktifkan alarm audio visual ketika basah (Sumber:
http://rangkaianelektronika.info/)
Sensor LDR dan sensor air akan bekerja pada sistem penjemuran otomatis.
Sensor LDR akan bekerja saat kondisi cuaca gelap/mendung, sedangkan sensor air
akan bekerja saat hujan/gerimis. Cara kerjanya yaitu sensor ini akan menangkap
perubahan cuaca, kemudian akan mengirim signal dengan cara menggerakkan
atap yang berfungsi sebagai penutup jemuran. Pada alat ini, digunakan sakelar
on/off. Saat sakelar tersebut ditekan, mengakibatkan sakelar dalam kondisi on,
membuat jemuran terbuka yang akan menyebabkan jemuran terlindung dari hujan.
Sedangkan saat sakelar tersebut ditekan kembali, akan mengakibatkan sakelar
dalam posisi off, yang membuat atap tersebut menutup, sehingga jemuran tidak
lagi tertutup oleh atap.
Selain itu, pada rumah ini juga menggunakan rangkaian sistem kendali
gorden yang ditempatkan pada dinding depan rumah. Dimana sensor LDR1 akan
menerima cahaya dari matahari, yang akan mengaktifkan rangkaian sehingga
rangkaian

akan

bekerja

untuk

membuka

gorden

dirumah.

Kemudian

menyebabkan cahaya masuk menyinari rumah yang akan membuat sensor LDR2
akan mengaktifkan rangkaian selanjutnya. Rangkaian ini memiliki fungsi untuk
memadamkan lampu di rumah. Sehingga dari rangkaian secara tidak langsung
akan menghemat penggunaan listrik.

BAB IV
PENUTUP
4.1.

Kesimpulan
Rumah apung merupakan konsep rumah yang terapung di atas sungai.

Dengan pengkombinasian tenaga surya, angin (bayu), dan arus sungai sebagai
pembangkit listrik rumah tersebut. Setiap penginputan masing-masing tenaga
diatur oleh kontroller (relay) yang telah diprogram sebelumnya dengan
mikrokontroller, sehingga keutamaan dari rumah apung ini tidak pernah padam.
Selain itu, tenaga yang dipakai juga ramah lingkungan, serta dirasa cukup hemat.
Walaupun biaya pembelian cukup mahal, namun untuk seterusnya akan hemat
karena tidak diperlukannya lagi supply listrik dari PLN ataupun pemakaian
genset.
Rumah ini juga berbasis sensor yang akan memudahkan penghuninya.
Dimana terdapat rangkaian jemuran otomatis, alarm kebakaran, serta sistem
kendali gorden. Rangkaian yang digunakan tersebut berfungsi sebagai pengaman
rumah jika terjadi kebakaran, juga berfungsi sebagai penghemat konsumsi listrik
yang berlebihan. Sehingga rumah ini merupakan rumah berbasis teknologi yang
mengangkat tema budaya khususnya Sumatera Selatan yang terkenal akan sungai
Musi-nya, yang nantinya dapat meningkatkan sektor pariwisata kota.
4.2.

Saran
Karena biaya pembelian dari pembangkit yang cukup mahal, oleh karena

itu inovasi sangat diperlukan untuk membuat pembangkit listrik alternatif yang
murah, sehingga penggunaan energi fosil berkurang demi menjaga lingkungan.

You might also like