Professional Documents
Culture Documents
Citarum Stakeholders Analysis: in The 6 Ci'S River Basin Territory - Package B
Citarum Stakeholders Analysis: in The 6 Ci'S River Basin Territory - Package B
B1 REPORT
INTRODUCTION ........................................................................................................... 1
2.
1. INTRODUCTION
Sungai Citarum dengan panjang sekitar 350 km dan luas daerah pengaliran sungai (DPS)
12,000 km2, mempunyai populasi sekitar 10 juta penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan
maupun perdesaan. Air dari sungai Citarum digunakan untuk kebutuhan irigasi, tenaga
listrik, suplai air baku bagi 80 persen penduduk Jakarta, industry, pariwisata,
Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Citarum diantaranya adalah:
menurunnya kuantitas dan kualitas air akibat degradasi area konservasi di daerah hulu,
sedimentasi, dan meningkatnya limbah cair maupun limbah padat dari kegiatan domestic,
pertanian, maupun industry. Banjir, longsor dan kekeringan adalah masalah lain yang sering
terjadi di wilayah Citarum. Bulan Februari 2010 terjadi longsor di Kecamatan Pasir Jambu,
yang menyebabkan korban jiwa dan kerusakan lingkungan yang cukup besar. Bulan Januari
dan Februari 2010, banjir besar melanda hampir semua kecamatan di Kabupaten Bandung
Selatan, mulai dari wilayah hulu Citarum (Kertasari, Ibun, Paseh), hingga Banjaran,
Baleendah, dan Dayeuhkolot, serta kecamatan-kecamatan lainnya. Banjir merendam ribuan
rumah. Di wilayah hulu, banjir terjadi karena alih fungsi lahan areal konservasi milik
Perhutani menjadi areal tanaman sayuran. Pada bulan Maret 2010 banjir juga terjadi di
Kabupaten Karawang dan Bekasi akibat meluapnya air di Waduk Jatiluhur, sehingga
memunculkan isu untuk meledakkan tanggul Ubrug sebagai solusi ekstrim. Kejadian ini
membangun kesadaran untuk lebih meningkatkan koordinasi antar tiga waduk, yaitu
Saguling, Cirata dan Jatiluhur.
Selain permasalah banjir dan longsor, kualitas air menjadi menjadi permasalahan serius di
sepanjang Sungai Citarum. Menurut BPLHD Jabar, sekitar 40 persen limbah Sungai
Citarum, merupakan limbah organik dan rumah tangga. Sisanya merupakan limbah kimia
atau industri dan limbah peternakan serta pertanian. Pabrik tekstil dan industri garmen
penyumbang polusi logam berat terbesar, seperti cadmium, chromium, copper, timbal,
mercury, nikel dan seng. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan keasaman air
sehingga menurunkan kemampuan badan air untuk menopang kehidupan.
Parameter pencemaran yang disebabkan limbah industri (Chemical Oxygen Demand /COD)
menunjukan angka 104,096 mg/liter, padahal untuk kualitas air yang sehat seharusnya
berkisar 10 mg/liter. Sedangkan parameter pencemaran akibat limbah rumah tangga
(Biochemical Oxygen Demand /BOD) menunjukan angka sebesar 34,351 mg/liter, dimana
berdasarkan standar seharusnya tidak lebih dari 6 mg/liter. Di samping polusi air
permukaan, air tanah pun mengalami penurunan kualitas akibat terkontaminasi bakteri dan
zat beracun dari air limpasan dan lindian dari tempat pembuangan sampah.
Stakeholders analysis di bawah ini bertujuan untuk mengidentifikasi siapa saja yang terlibat
dalam pengelolaan sumber daya air di WS Citarum, peran apa yang dilakukan oleh masingmasing stakeholder berdasarkan tupoksinya, koordinasi antar stakeholders, kekuatan dari
masing-masing stakeholder dalam kaitannya untuk mengoptimalkan fungsi stakeholders
dalam mewujudkan pengelolaan sumber daya air secara terpadu.
2. IDENTIFIKASI STAKEHOLDERS
Stakeholders pengelolaan WS Citarum terdiri dari unsur pemerintah maupun nonpemerintah, baik di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten. Unsur non-pemerintah dapat
dibedakan menjadi: korporasi (swasta/BUMN/BUMD), organisasi kemasyarakatan (LSM dan
kelompok masyarakat pengguna SDA), lembaga donor, lembaga penelitian dan akademisi.
Adapun berdasarkan fungsinya, stakeholders tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga1,
yaitu:
a. Regulator: Fungsi regulator sumberdaya air dan prasarana pengairan berada di
tangan pemerintah baik Pusat (kebijakan makro) maupun Daerah (operasional
kebijakan). Pemerintah berhak memperoleh sebagian dari laba bersih dan pajak atas
pemanfaatan/pengelolaan SDA oleh Institusi Pengelola SDA dan berkewajiban
memberi kontribusi untuk membiayai kegiatan yang ditujukan bagi kesejahteraan dan
keselamatan umum.
b. Operator: Operator SDA bertugas melaksanakan pengelolaan wilayah sungai dan
mengembangkan sistem pengelolaan tersebut, berhak memungut iuran dari para
pemanfaat dan menerima kontribusi dari Pemerintah (untuk pembiayaan yang
ditujukan bagi kesejahteraan dan keselamatan umum). Institusi Pengelola SDA wajib
memberi pelayanan yang baik, memberikan kontribusi kepada Pemda berupa
sebagian deviden dan pajak atas pemanfaatan/pengelolaan SDA dan
mengupayakan peningkatan peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan
wilayah sungai serta mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas kepada
Pemerintah dan Masyarakat.
c. Pemanfaat: Selaku pemanfaat (beneficiaries), masyarakat maupun korporasi berhak
memperoleh pelayanan yang baik dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
namun diharapkan dapat menggunakan air secara efisien dan ikut menjaga
kelestarian lingkungan. Pemanfaat wajib memberi kontribusi pembiayaan (baik
langsung maupun tak langsung) dalam bentuk iuran eksploitasi dan pemeliharaan,
serta memberi kontrol sosial yang positif atas pengelolaan wilayah sungai.
Berdasarkan aspek pengelolaaan, stakeholders di tingkat pusat maupun daerah mempunyai
satu peran atau lebih dari lima pilar utama dalam pengelolaan sumber daya air menurut UU
No. 7 Tahun 2004, yaitu:
1. Konservasi
2. Pendayagunaan
3. Pengendalian daya rusak air
4. Pengembangan kelembagaan & partisipasi masyarakat
5. System informasi sumber daya air
Sunaryo, Tri M., 2003. Pengantar Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu ( PSAT)
2.1
Stakeholders Pemerintah
e. Puslitbang SDA
Kementerian Kehutanan
User
Kementerian ESDM
Kementerian LH
Scope of Works
(Role in Water Resources Management)
Kementerian Pertanian
- Dirjen PLA
Kementerian Kesehatan
Sistem Informasi
Pengembangan
Kelembagaan
d. BBWS Citarum
Pengendalian
Daya Rusak
R
R
R
R
R
Pendayagunaan
NASIONAL
Bappenas
Kementerian PU
a. Dirjen SDA
b. Dirjen Tata Ruang
c. Dirjen Cipta Karya
Konservasi
A
1
2.
Operator
Institusi
No.
Regulator
Peran/
Fungsi
U
O
10
11
13
B.
1
2.
Sistem Informasi
Pengembangan
Kelembagaan
Pengendalian
Daya Rusak
Pendayagunaan
Konservasi
User
Operator
Institusi
No.
Regulator
Peran/
Fungsi
Scope of Works
(Role in Water Resources Management)
R
R
Dinas Kehutanan
- BPDAS Citarum-Ciliwung
4
U
U
BPLHD
Dinas Kesehatan
11
13
PJT II
C.
1
2
O
O
U
U
PT Palyja
PT Aerta
LSM
Perguruan Tinggi
Sistem Informasi
Pengembangan
Kelembagaan
Pengendalian
Daya Rusak
User
Pendayagunaan
Dinas ESDM
Konservasi
Operator
Institusi
No.
Regulator
Peran/
Fungsi
Scope of Works
(Role in Water Resources Management)
Di tingkat provinsi, Bappeda Provinsi Jawa Barat memegang peranan penting untuk
mengawal kebijakan pusat dalam pengelolaan Citarum dalam aspek perencanaan dan
koordinasi. Pengelolaan SDA ditangani oleh Bidang Fisik, yang membawahi:
a) Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, dengan tugas pokok melaksanakan
penyusunan dan koordinasi perencanaan:
Tata ruang dan lingkungan hidup
Sumber daya lahan, air, udara, mineral, hutan, energy, keanekaragaman
hayati, pesisir laut dan pulau kecil
Aspek mitigasi bencana
Sarana dan prasarana dasar pemukiman
b) Sub Bidang Infrastruktur Wilayah, mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyusunan dan koordinasi perencanaan infrastruktur sumber daya air dan irigasi,
transportasi, dan telekomunikasi.
Melengkapi Roadmap yang telah disusun oleh Bappenas, pada bulan Juli 2010 telah
disusun Rencana Penanganan Terpadu Wilayah Sungai Citarum Tahun 2010-2015, yang
merupakan hasil kerjasama Bappeda Provinsi Jabar dengan RCMU Roadmap Citarum.
Diantara rekomendasi penting adalah:
pembentukan Badan Strategis Rehabilitasi WS Citarum yang menangani
pengelolaan WS secara terpadu.
relokasi kawasan pemukiman dan industry,
moratorium perizinan konversi lahan khususnya di daerah tampungan air
Pembelian lahan untuk memperluas lahan konservasi (land banking) dan
pengembangan hutan koloni (Contoh : membeli lahan rakyat dengan dana deviden
BUMN atau buat Citarum Conservation Fund)
Pendanaan untuk kegiatan di wilayah sungai Citarum, dapat berasal dari APBN maupun
APBD. Dalam rangka normalisasi Sungai Citarum Dinas PSDA telah mengajukan anggaran
kepada panitia anggaran DPRD Jabar supaya dapat dimasukkan pada APBD Perubahan
2010. Dana tersebut adalah untuk pelaksanaan normalisasi Citarum di Kecamatan
Baleendah sepanjang 3 km, yakni dari muara Sungai Cisangkuy sampai Cikapundung,
untuk mengurangi dampak banjir di Kota dan Kab. Bandung. Perkiraan biaya yang
dibutuhkan adalah sebesar Rp 16,2 miliar, dan akan dikerjakan selama dua tahun. (PR, 21
Feb 2010).
Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air (BPSDA) Citarum adalah salah satu Unit Pelaksana
Teknis (UPT) di bawah Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat yang secara spesifik mempunyai
tugas melaksanakan sebagian fungs Dinas di bidang pendayagunaan sumber daya air di
wilayah sungai Citarum. Secara rinci, tugas dari BPSDA Citarum adalah:
1. Menyusun petunjuk teknis pendayagunaan sumber daya air yang meliputi
pelaksanaan, pengelolaan, pengembangan dan pembangunan irigasi, sungai,
danau/situ, waduk dan pantai;
2. Menyusun bahan pendayagunaan sumber daya air yang meliputi pengelolaan,
pengembangan dan pembangunan irigasi, sungai, danau/situ, waduk dan pantai;
3. Melaksanakan pengelolaan, pengembangan dan pembangunan irigasi, sungai,
danau/situ, waduk dan pantai;
4. Evaluasi dan pelaporan;
5. Koordinasi dengan unit kerja terkait;
Balai PSDA Citarum membawahi dua seksi, yaitu 1) Seksi Irigasi dan 2) Seksi Sungai,
Danau, waduk dan Pantai.
Dinas Permukiman dan Perumahan mempunyai peran penting dalam pengaturan tata
ruang kawasan serta penataan air minum dan lingkungan permukiman di WS Citarum.
Bidang Permukiman terdiri dari tiga seksi, yaitu: Seksi Air Minum, Seksi Penyehatan
10
Lingkungan & Permukiman, serta Seksi Pengendalian Kawasan; dengan fungsi antara lain
untuk:
a. pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
penataan air minum, penyehatan lingkungan permukiman serta tata bangunan dan
lingkungan;
b. pengkajian bahan fasilitasi, koordinasi dan kerjasama/kemitraan bidang air minum,
penyehatan lingkungan permukiman serta tata bangunan dan lingkungan
Sedangkan Bidang Tata Ruang dan Kawasan mempunyai fungsi:
a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang
perkotaan dan perdesaan, kawasan strategis dan kabupaten/kota;
b. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi;
Dalam upaya penataan permukiman Dinas Kimrum pada tahun 2010 mempunyai program,
antara lain:
a. Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS)
b. Penyediaan air bersih di daerah-daerah yang belum terjangkau PDAM
c. pengembangan sarana prasarana sanitasi lingkungan permukiman, unutk
peningkatan kualitas lingkungan sehat
d. perbaikan permukiman eks lokasi bencana dan pengembangan permukiman translok
e. perbaikan perumahan dan peningkatan kualitas lingkungan permukiman di lokasi
kumuh perkotaan
11
2.1.3 Pemerintahan
Kementerian Dalam Negeri melalui Ditjen Pembangunan Daerah mempunyai peranan
penting dalam pengembangan kelembagaan, khususnya dalam penyusunan pedoman
pemberdayaan, penyusunan perda, penyadaran public, pendampingan dan pelatihan bagi
Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM), serta menyusun mekanisme insentif dan disinsentif
untuk mencegah alih fungsi lahan, Di bawah program WISMP dan PISP, hanya daerahdaerah irigasi yang ada di luar wilayah Jatiluhur yang menjadi sasaran program. Di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota, pelaksanaan WISMP dan PISP melibatkan institusi lainnya
yaitu Bappeda, Dinas PSDA dan Dinas Pertanian
2.1.4 Kehutanan
Kementerian Kehutanan mempunyai Dirjen Rehabilitasi Lahan & Perhutanan Sosial
(RLPS) yang bertugas menyiapkan perumusan dan melaksanakan pengelolaan DAS,
rehabilitasi hutan dan lahan, perhutanan sosial dan perbenihan tanaman hutan; dan Dirjen
Perlindungan Hutan & Konservasi Alam (PHKA) yang berperan dalam memantapkan
perlindungan hutan dan penegakan hukum serta mengembangkan kelembagaan dan
kemitraan dalam rangka pengelolaan perlindungan dan pemanfaatan Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistem (SDAHE).
12
Dinas Kehutanan Provinsi, membawahi Bidang Bina Konservasi dan Bidang Bina
Rehabilitasi Hutan & Lahan yang bertugas perencanaan dan melaksanakan kegiatan:
a. penatagunaan hutan;
b. mengamankan batas hutan produksi dan hutan lindung.
c. reboisasi dan rehabilitasi lahan dan perhutanan sosial;
d. Melaksanakan perumusan bahan pengelolaan lingkungan kehutanan;
e. konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati;
f. koordinasi kemitraan dengan instansi terkait.
g. penertiban kawasan hutan dan peredaran hasil hutan;
13
14
Salah satu program konservasi yang melibatkan masyarakat secara aktif adalah
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Sementara ini program PHBM di Hulu
Citarum belum sesuai harapan karena sulitnya mengintroduksi komoditi tanaman yang
mempunyai fungsi konservasiseperti kopidengan kebiasaan masyarakat yang terbiasa
menanam tanaman sayuran dan memberikan hasil lebih cepat.
Selain PHBM, pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis di Jawa Barat dilaksanakan melalui 3
(tiga) kegiatan pokok yaitu :
Penerapan sipil teknis seperti pembuatan sumur resapan, terasering, dam pengendali
erosi, embung dan normalisasi situ-situ, yang maksudnya disamping untuk menahan
dan menampung air, juga sebagai upaya untuk menghindarkan terjadinya erosi yang
berkepanjangan.
2.1.5 Pertanian
Kementerian Pertanian melalui Dirjen Pengelolaan Lahan dan Air mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi tekhnis di bidang pengelolaan
lahan dan air irigasi. Secara lebih spesifik Direktorat Pengelolaan Lahan bertugas
menyiapkan perumusan kebijakan dan melaksanakan rehabilitasi dan konservasi lahan,
reklamasi, optimasi dan pengendalian lahan. Untuk itu, telah disusun program
Pengembangan Usahatani Konservasi Lahan Terpadu (PUKLT) dan Pedoman Teknis
Konservasi Das Hulu (KDH). Khusus untuk DAS Citarum dalam kaitan dengan ICWRMIP,
kegiatan PUKLT dilakukan melalui kegiatan System of Rice Intensification (SRI) di tiga
kabupaten, yaitu Bandung, Cianjur, Karawang. Adapun kegiatan KDH dilaksanakan di lima
kabupaten, yaitu Bogor, Cianjur, Bandung, Bandung Barat dan Subang dengan target areal
di masing-masing kabupaten seluas 500 hektar (250 Ha untuk perkebunan dan 250 Ha
untuk hortikultur) dan dua program sekolah lapang.
Di tingkat Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, aspek sumber daya air ditangani oleh
Seksi Pengelolaan Lahan dan Air yang berada di bawah Bidang Sumber Daya. Kegiatan
konservasi melalui PUKLT belum mencapai hasil yang diharapkan. Hal ini terlihat dari masih
banyaknya lahan-lahan konservasi di kawasan hulu Citarum, di kaki Gunung Wayang Windu
yang ditanami oleh tanaman kentang dan sayuran lain serta tidak mengikuti prinsip-prinsip
konservasi. Hal itu seperti ditemukan di Desa Cibeureum dan Tarumajaya. Umumnya
sayuran ditanam di perbukitan dengan ketinggian lebih dari 45 derajat, mengikuti kontur
lereng bukit atau tanpa terasering.
15
16
2.1.6 Perikanan
Tiga waduk di Citarum dimanfaatkan masyarakat untuk budidaya ikan dengan keramba
jarring apung (KJA). Saat ini jumlah keramba yang ada sudah tidak sesuai dengan kapasitas
sehingga berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan di sekitar waduk. Residu pakan
mempercepat proses eutrofikasi (penambahan fosfat) ke perairan sehingga mengakibatkan
pencemaran perairan, kematian ikan secara masal, dan tidak terkendalinya pertumbuhan
eceng gondok yang dapat menurunkan fungsi waduk.
Di waduk Jatiluhur jumlah KJA telah mencapai 17.000 petak, dengan luas satu petak adalah
7 x 7 meter. Jumlah petak yang ada saat ini jauh melampaui jumlah petak yang dulu
dirumuskan Kelompok Kerja Pembudidaya Ikan bersama Departemen Perikanan dan tim
Institut Pertanian Bogor, dan ditetapkan oleh SK Bupati Purwakarta No. 6 Tahun 2000, yaitu
hanya 2.100 petak. Angka ini mengacu kepada satu persen dari luas genangan waduk.2 Di
Cirata jumlah KJA ideal adalah 16.000, tapi sekarang jumlahnya sudah mencapai 51.000.
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, Bidang Perikanan Budidaya, tidak bisa
menghentikan pemberian izin pengusahaan ikan tersebut karena bukan kewenangannya.
Namun sejalan dengan tupoksinya, Dinas Perikanan provinsi maupun kabupaten
mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan rekomendasi.
2.1.7 Industri
Kegiatan industri memberikan permasalahan yang besar terhadap kondisi air di hulu
maupun hilir Citarum, selain berkontribusi terhadap pencemaran juga terhadap kondisi air
tanah akibat eksplorasi yang tidak sesuai kapasitas. Industri air dalam kemasan juga
mengambil air dari situ-situ yang ada di Citarum. Kementerian Perindustrian dan
Perdagangan membuat kebijakan yang tidak langsung terkait dengan pengelolaan sumber
daya air. Misalnya dalam pengaturan terhadap persyaratan dan pengawasan industry air
minum dalam kemasan seperti yang tertuang dalam KepMen Perindustrian dan
Perdagangan No. 705 Tahun 2003, yang meliputi, antara lain:
Kondisi air baku
Izin pemakaian sumber air
System pembuangan limbah
Drainase
Pembuangan sisa limbah dan kotoran
Di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, yang menangani kegiatan
industry tekstil adalah Bidang Industri Logam, Mesin, Tekstil, Aneka Produk Tekstil,
Telematika dan Elektronika (ILMTATTEL). Pada tahun 2005, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan mengintroduksi program Cleaner Production dalam upaya mengurangi tingkat
pencemaran di Citarum. Tujuan dari program ini adalah:
Efisiensi pemakaian bahan baku produksi.
Efisiensi penggunaan energi
Mengurangi jumlah penggunaan air untuk produksi
Mengurangi terbentuknya limbah
2
Harian Umum Pikiran Rakyat, Sengkarut Masalah si Eaduk Sibuk, 12 April 2010
17
2.1.8 Pertambangan
Kementerian ESDM. Berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air tanah berada di
bawah Dirjen Sumber Daya Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi, khususnya Direktorat
Pembinaan Pengusahaan Panas Bumi dan Pengelolaan Air Tanah, yang salah satu
tugasnya adalah melaksanakan pembangunan di bidang air tanah. Sehubungan dengan hal
tersebut, program kerja yang telah dilaksanakan adalah:
Penetapan sebaran batas cekungan air tanah di Pulau Jawa sebagai basis
pengelolaan air tanah dan peta potensi air tanah di Indonesia.
Pembangunan 1003 sarana air bersih di 16 propinsi.
Penyusunan RPP air tanah
Penyusunan pedoman pengawasan & evaluasi eksplorasi / konservasi air tanah.
Pembinaan aparat daerah dalam inventarisasi dan pengelolaan air tanah serta
mitigasi bencana.
Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat menangani masalah air tanah melalui Bidang Mineral,
Geologi dan Air Tanah yang membawahi Seksi Eksplorasi dan Eksploitasi serta Seksi
Konservasi dan Pengendalian. Kebijakan mengenai air tanah tertuang dalam Peraturan
Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Air Bawah Tanah dan ketentuan
teknisnya yaitu Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 31 Tahun 2006 tentang
Pendayagunaan Air Tanah, menyatakan bahwa pengelolaan Cekungan Air Tanah lintas
Kabupaten/Kota harus dilakukan berdasarkan prinsip One Groundwater Basin, One
Planning, One Integrated Management.
18
19
2.1.10
BMKG menyediakan berbagai informasi yang diperlukan dalam upaya pengelolaan sumber
daya air, seperti cuaca, curah hujan, neraca air, perkiraan musim dan potensi banjir. Hal ini
sejalan dengan rincian tugasnya, antara lain, sebagai berikut:
a. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika;
20
2.1.11
Penanggulangan Bencana
Adapun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat baru
terbentuk pada bulan September tahun 2009 (Perda Prov. Jabar No. 9 Tahun 2009) disusul
dengan dikeluarkannya
Perda No
2 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana. Adapun tugas dari BPBD adalah melaksanakan
penanggulangan bencana yang meliputi prabencana, saat tanggap darurat, dan
pascabencana secara terintegrasi.
Dalam kaitan dengan bencana yang terjadi di Citarum, BNPB menekankan pentingnya
lokasi evakuasi serta penanganan logistik yang baik. Selain itu pemberian informasi yang
benar kepada masyarakat juga menjadi perhatian BPBD, misalnya mengenai lokasi-lokasi
rawan bencana, mitigasi, penanganan darurat, dan sebagainya. Sementara ini sering terjadi
penumpukan bantuan akibat tidak terdistribusikan dengan baik. Kurangnya informasi
mengenai teknis penanganan melimpahnya air di waduk Jatiluhur baru-baru ini telah
mengakibatkan sebagian wilayah di Kabupaten terendam banjir. Agar hal serupa tidak
terjadi di masa yang akan datang perlu peningkatan peran BPBD lebih intensif sejak tahap
pencegahan.
21
2.2
Selain institusi pemerintah, berbagai perusahaan baik swasta maupun BUMN terlibat secara
langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan sumber daya air di WS Citarum.
Beberapa perusahaan besar yang terlibat dalam pengelolaan Citarum, adalah Perum
Perhutani. Perum Jasa Tirta II (waduk Jatiluhur), PT. Indonesia Power (waduk Saguling),
dan PT Pembangkitan Jawa Bali (waduk Cirata).
22
23
Kegiatan lain yang dilakukan UBP Saguling melalui program CSR adalah:
Nursery at Cisameng
Bamboo Arboretum Project
Eco Trust Fund
Student Environment Jamboree
Eco-visit to School
Development of Community Based
Capital stimulant for Small and Medium Enterprise (SME)
Development of Renewable Energy Power Plant:
- Biogas of animal feces
- Biogas of Eichhornia crassipes/ Enceng Gondok
24
To satisfy customers with high level services and by providing a good quantity,
continuity and quality of water through excellence operation
To maintain a sustainable cooperation with the public stakeholders for the benefit of
the population while complying with prevailing regulerations
To develop employees potential to maximize their performance, and satisfaction and
provide them with a healthy and safe environment
To provide shareholders the contractual Return on Equity in due time
To be socially responsible, to protect the environment and to implement good
corporate governance
To liaise with all parties involved with the water resources in order to improve the
general awareness regarding scarcity of water
Program Duta Air dan Sanitasi dengan memilih 80 siswa dari 16 sekolah dasar dan
Ibtidaiyah sebagai duta untuk mengajak siswa-siswa dan lingkungannya menerapkan
perilaku hemat air dan hidup sehat. Program ini melibatkan perusahaan Johnson &
25
Program Kali Bersih (Prokasih) Kali Ciliwung bersama dengan BPLHD DKI Jakarta,
BPLHD Bekasi dan Jawa Barat untuk Prokasih di Kali Bekasi. Kegiatan yang
dilaksanakan adalah pembersihan sungai, sosialisasi kepada masyarakat sekitar
untuk tidak membuang sampah di kali.
Meningkatkan akses air bagi warga yang kurang mampu dengan membangun
pompa hydrant dan Kios Air yang menjual air dengan harga yang relative terjangkau
oleh masyarakat
26
2.3
Name
Core of Interest
Agriculture
Agriculture
Agriculture
Applied Technology
Community
Empowerment
Education, Youth
Environment
Bina Mitra
Environment
Environment
10
Ciungwanara
Environment
11
Environment
12
13
FORUM JATINANGOR
Environment
14
FORUM TAMPOMAS
Environment
15
Environment
16
Greenlife Society
Environment
17
Environment
18
Environment
19
Environment
20
21
Environment
22
Environment
23
Yayasan Citarum
Environment
24
Environment
25
Environment
26
Environment
27
Environment
28
Yayasan Semanggi
Environment
29
Pergerakan
Governance
30
Yayasan Bigs
Governance
Environment
Environment
27
No
Name
Core of Interest
31
Health
32
Media/Environment
33
Socio-Economy
34
Socio-Economy
35
Proksidatani
Socio-Economy
36
Socio-Economy
37
38
Socio-Economy-PoliticCulture
Water Resources
39
Cerdas
Water Resources
40
Cinat Asih
Water Resources
41
Water Resources
42
FORLINDUNG
Water Resources
43
Water Resources
44
FPL-WTC
Water Resources
45
Water Resources
46
Gedebage
Water Resources
47
Water Resources
48
Water Resources
49
50
Water Resources
51
Water Resources
52
Water Resources
53
Water Resources
54
Water Resources
55
Water Resources
56
Water Resources
57
Water Resources
58
Water Resources
59
Pika PSDA
Water Resources
60
SIGAP
Water Resources
61
Tirta Mukti
Water Resources
62
Water Resources
63
Yayasan Inisiatif
Water Resources
64
Water Resources
65
Yayasan Lestari
Water Resources
66
Water Resources
67
Water Resources
68
Water Resources
69
Water Resources
Water Resources
28
Berikut adalah profil dari beberapa CSO yang benar-benar terlibat dan mempunyai
kepedulian terhadap Citarum, sebagian tidak masuk dalam hasil mapping tersebut di atas..
29
30
Kegiatan yang telah dilaksanakan HKTI Jawa Barat pada tahun 2008-2009, diantaranya
adalah:
Memfasilitasi kegiatan Lomba P3A/GP3A tingkat Jawa Barat, bekerjasama dengan
Dinas PSDA Provinsi Jabar.
Sosialisasi teknis budidaya tanaman padi hemat air sistim SRI melalui kegiatan
perkemahan agribisnis di Kabupaten Sukabumi
Memfasilitasi pembuatan pupuk organic
Advokasi petani akibat adanya kebijakan import beras.
Penerbitan tabloid Suara Petani
Pembentukan dan pengembangan Radio Komunitas sebagai media komunikasi
antar anggota HKTI dan masyarakat petani pada umumnya.
Pencanangan tanaman jarak sebagai sumber energy alternatif
2.3.8 Wanadri
Adalah organisasi pencinta alam yang melakukan kegiatan pendataan di sepanjang Sungai
Citarum, penyadaran masyarakat, dan rencananya akan membantu pembangunan fasilitas
sanitasi berkaitan dengan pencemaran limbah industri dan rumah tangga yang telah
mengakibatkan kerusakan lingkungan ekologis dan kualitas air Citarum.
31
saat ini belum berbadan hukum, terdiri dari Ketua, dibantu oleh sekretaris dan lima komisi,
yaitu:
a. Komisi I meliputi Konservasi pengelolaan sumber sumber air dan pengelolaan lahan
kritis
b. Komisi II meliputi pengelolaan pencemaran air limbah dan sampah
c. Komisi III meliputi mitigasi bencana
d. Komisi IV meliputi IMTAQ, IPTEK dan keretampilan
e. Komisi V meliputi seni dan budaya kearipan lokal
PKK DAS mempunyai visi Mewujudkan Kelestarian DAS Citarum demi generasi yang akan
datang, dengan misi: a) meningkatkan kapasitas masyarakat mengelola, b) proaktif dan
objektif serta akuntable, c) koordinatif dan kooperatif, serta d) terpadu dan synergy dalam
pengelolaan DAS Citarum. Dalam workshop yang dilaksanakan bulan April 2010, PKK DAS
Citarum telah berhasil menyusun Rencana Kegiatan Aksi (Lampiran Citarum1)
32
2.3.12
Akademisi/Perguruan Tinggi
Peran akademisi atau perguruan tinggi dalam pengelolaan Citarum, diantaranya adalah
dalam bentuk penelitian, konsultansi, pengembangan teknologi dan tenaga ahli atau nara
sumber di institusi pemerintah terkait. ITB, misalnya, bekerja sama dengan Indonesia Power
melakukan kajian secara intensif mengenai kualitas air, dan adaptasi perubahan iklim di
Saguling. Selain mengembang peta resiko banjir, ITB merencanakan membuat roadmap
penangulangan banjir di Citarum bersama
LSM Garda Caah dan Kelompok Riset
Cekungan Bandung. Pertemuan (Tepung
Lawung) antar peneliti dan pemerhati
Citarum juga dilaksanakan dalam rangka
memanfaatkan sumberdaya air untuk
mengembangkan energy terbarukan.
33
Jabar dan Banten (JBB) melakukan kegiatan Pencanangan Lubang Resapan Biopori (LRB)
untuk Sungai Citarum. Kegiatan ini dilaksanakan oleh mahasiswa KKN Unpad di 18
Kecamatan wilayah Kabupaten Bandung, diantaranya Kecamatan Nagreg, Cicalengka,
Cikancung, Rancaekek, Majalaya, Arjasari, Cimenyan, Ciparay, Rancabentang, Soreang,
Katapang, Cisarua, Parongpong, Cihampelas, Batujajar, Ngamprah, Lembang, dan
Kutawaringin.
Manfaat dari LRB ini antara lain adalah memelihara cacing tanah; mencegah terjadinya
keamblesan (subsidence) dan keretakan tanah; menghambat intrusi air laut; mengubah
sampah organik menjadi kompos; meningkatkan kesuburan tanah; menjaga
keanekaragaman hayati dalam tanah; mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh adanya
genangan air seperti Demam Berdarah, Malaria, Kaki Gajah, (mengurangi masalah
pembuangan sampah yang mengakibatkan pencemaran udara dan perairan); mengurangi
emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan); serta mengurangi banjir, longsor dan kekeringan.
3 WADAH KOORDINASI
3.1
34
3.2
PTPA Provinsi Jawa Barat adalah forum musyawarah untuk mengkoordinasikan tata
pengaturan air di wilayah Jawa Barat yang dibentuk berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat
No. 18 Tahun 1994. PTPA mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Mengumpulkan dan mengolah data dari institusi pengelola wilayah sungai dan
instansi terkait untuk menetapkan kebijakan pengkoordinasian tata pengaturan air
provinsi. Data yang dikumpulkan meliputi: kuantitas dan kualitas air permukaan
maupun air tanah, kebutuhan dan pemanfaatan, serta data konservasi
b. Menyusun konsep pengalokasian air untuk berbagai sektor, penanganan limbah,
pengaturan air saat banjir, pengaturan penambangan galian C di sumber-sumber air
secara terkoordinasi
c. Melakukan pengawasan terhadap instansi terkait atas pelaksanaan pengelolaan
yang telah disepakati.
Anggaran untuk kegiatan PTPA berasal dari Pemerintah Pusat, dana dari penerimaan
retribusi atau iuran penggunaan air atau sumber air.
Institusi
Keterangan
4
5
6
7
8
9
10
11
12
35
No.
13
14
15
16
Institusi
Keterangan
17
18
19
20
21
Sekarang PJT II
22
23
24
36
3.3
Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat merupakan wadah koordinasi dalam
pengelolaan SDA di Jawa Barat yang ditetapkan pada tanggal 18 Maret 2010 berdasarkan
Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 616/Kep.488-Dis.PSDA/2010. Ketua dijabat oleh
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat;
sedangkan Kepala Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat menjabat sebagai Ketua Harian.
Dewan SDA Provinsi Jabar mempunyai 32 anggota, terdiri dari unsure pemerintah provinsi
dan non pemerintah secara berimbang.
Pemerintah
Non Pemerintah
1. Bappeda
2. BPLHD
3. BMKG
4. Dinas ESDM
5. Dinas Kehutanan
6. Dinas Perikanan & Kelautan
7. Dinas Pertanian Tanaman Pangan
8. Dinas Perkebunan
9. Dinas Perindustrian & Perdagangan
10. Dinas Pendidikan
11. Dinas Perhubungan
12. Dinas Kesehatan
13. Dinas Permukiman & Perumahan
14. Biro Administrasi Perekonomian,
Sekda Provinsi
15. Biro Administrasi Pembangunan,
Sekda Provinsi
16. Biro Bina Pembangunan, Sekda
Provinsi
17. PJT II
18. Himpunan Kerukunan Tani Indonesia
(HKTI)
19. Asosiasi Petani Tembakau Indonesia
(APTI)
20. GP3A Mitra Tani
21. Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia
(APTRI)
22. Persatuan Perusahaan Air Minum
Seluruh Indonesia (PERPAMSI)
23. Koperasi Produsen Tahu Indonesia
(KoPTI)
24. Perhimpunan Pembudidaya Tambak
Pantai Utara Jawa Barat (PPTP-Jabar)
25. Dewan Pemerhati Kehutanan &
Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS)
26. Yayasan Peduli Citarum
27. Yayasan Perhimpunan Kelompok
Pelestari Hutan (POKLAN)
28. Asosiasi Hidro Bandung (AHB)
29. Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJIJabar)
30. Asosiasi Perusahaan Pengeboran Air
Tanah Indonesia (APPATINDO)
31. Yayasan Lentera
32. Ikatan Ahli Teknik Penyehatan &
Teknik Lingkungan Indonesia (IATPI)
Jabar.
Proses perekrutan anggota Dewan SDA Provinsi Jawa Barat dilakukan oleh Tim
Penyelenggara Pemilihan yang bertugas berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat No.
616.05/Kep.525-PSDA/2008 tanggal 15 September 2008. Proses pemilihan dilakukan
melalui tahapan sebagai berikut:
37
PELAKSANAAN PEMILIHAN
1
Hari 0
Pengumuman
melalui media
Penjaringan
unsur-unsur
ORNOP
Hari 30
Pengelompokan
ORNOP menurut
unsur
Daftar
ORNOP
Bantuan Sosialisasi
melalui instansi
terkait
Proses
pemilihan
calon anggota
dari tiap Unsur
10
Hari 80
Hari 70
Hari 55
Rapat
Penjelasan umum
oleh Tim
Daftar
Defenitif
Ornop per
Unsur
11
media
Hari 90
Usulan nama
Wakil Unsur
Penyampaian
Nama wakil Unsur
kpd Tim
Hari 50
Masa
Sanggah
unsur
12
Hari 100
Pengusulan
Nama wakil Unsur
Kepada Gubernur
Hari 45
Pengumuman
Daftar ORNOP
Per Unsur
melalui media
cetak
13
Ketetapan
Gubernur
Pengumuman di media massa tanggal 23 Juli 2009 tidak banyak direspon oleh masyarakat,
sehingga dimuat kembali pada tanggal 9 September 2009. Sebagian besar informasi
tentang organisasi dari unsure non pemerintah pada akhirnya didapat dari instansi
pemerintah terkait. Dinas Perikanan, misalnya, mengusulkan 16 nama organisasi non
pemerintah (ornop), Dinas PSDA 13 P3A/GP3A, dan BPLHD 4 LSM. Pada bulan Desember
2009, Tim Pemilihan telah berhasil menetapkan 16 calon anggota Dewan SDA. Perlu waktu
hanya tiga bulan, hingga ditetapkan dengan SK Gubernur pada bulan Maret 2010.
Anggaran untuk wadah koordinasi ini adalah APBD Provinsi yang dikelola oleh Dinas PSDA
Provinsi. Adapun tugas dari Dewan SDA Provinsi Jawa Barat adalah menyusun dan
merumuskan:
Kebijakan pengelolaan SDA
Program SDA
System informasi SDA
Konsultasi dan integrasi kepentingan multi pihak
Monitoring & Evaluasi penetapan cekungan air tanah (CAT), pelaksanaan kebijakan
pengelolaan SDA
Sampai dengan akhir Juli 2010, Dewan SDA Jabar telah melakukan pertemuan sebanyak 7
(tujuh) kali. Selain anggota Dewan SDA, dalam beberapa kali rapat juga mengundang
institusi lain sebagai nara sumber, baik instansi pemerintah maupun non pemerintah
sebagai bahan masukan untuk mengkaji program yang telah dan akan dilaksanakan oleh
38
masing-masing institusi. Pimpinan sidang dalam tiap pertemuan selalu berbeda, bias dari
kalangan pemerintah, BUMN, maupun LSM. Hal ini merupakan langkah untuk menciptakan
pentingnya peran masing-masing anggota.
Saat ini Dewan SDA Provinsi Jabar telah berhasil menyusun peraturan: a) Tata Kerja, Tata
Tertib Persidangan dan Tata Cara Pengambilan Keputusan, b) Visi dan Misi, dan c)
Rencana Kerja Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2015.
No.
1
Tanggal
15 Juni 2010
18 Juni 2010
3
4
5
2 Juli 2010
9 Juli 2010
16 Juli 2010
23 Juli 2010
30 Juli 2010
3.4
Agenda
Pembahasan:
Draft tata kerja, tata tertib persidangan dan tata cara
pengambilan keputusan
Draft visi dan misi
Rancangan Peraturan Presiden tentang Kebijakan Nasional
Sumber Daya Air
Draft Rencana kerja Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa
Barat Tahun 2010 2015.
Lanjutan pembahasan Draft tata kerja, tata tertib persidangan dan
tata cara pengambilan keputusan
Pembahasan Visi & Misi Dewan SDA
Pembahasan Visi & Misi Dewan SDA
Paparan program kerja dari instansi terkait pengelolaan SDA di
Jawa Barat
Paparan rancangan Logo Dewan SDA
Paparan program kerja Kelompok Masyarakat
Rencana penyusunan daftar program Dewan SDA
Pembahasan program kerja
PPTPA WS Citarum dibentuk pada tahun 1997 dan ditetapkan dengan SK Gubernur Jawa
Barat No. 614.05/SK.834-Huk/97. PPTPA merupakan wadah koordinasi multi stakeholders
dalam upaya menertibkan pengaturan air bagi berbagai kepentingan secara adil dan merata.
Tugas dari PPTPA WS Citarum adalah:
mengkoordinasikan pengumpulan dan pengolahan data SDA di WS Citarum
mengkoordinasikan pelaksanaan pengelolaan air
memberikan rekomendasi pengembangan pengelolaan SDA
meningkatkan partisipasi masyarakat
pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tata pengaturan air
PPTPA Citarum diketuai oleh Pembantu Gubernur (sekarang Kepala Badan Koordinasi
Pemerintahan dan Pembangunan) Wilayah IV Purwakarta, dibantu oleh Wakil Ketua yang
dijabat oleh Direktur Utama PJT II, Sekretaris I (Direktur Pengelolaan PJT II), dan Sekretaris
II (Kepala BPSDA WS Citarum). Bakor PP Purwakarta adalah salah satu Badan di Propinsi
Jawa Barat yang membawahi Wilayah Purwakarta, Karawang, Bekasi dan Subang yang
39
Walikota & Bupati dari semua Kota & Kabupaten yang tercakup
dalam WS Citarum (Kota: Bandung, Cimahi, Bogor, Bekasi;
Kabupaten: Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, , Kab. Bogor, ,
Kab. Bekasi, Cianjur, Purwakarta, Subang, Indramayu, Sumedang)
Kepala Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas
Perindustrian, Dinas Perikanan, Dinas PU Pengairan, Dinas PU
Cipta Karya, Dinas Pertambangan, Dinas Lingkungan Hidup (13
kabupaten/kota)
Kepala Dinas ESDM
PJT II (4 kepala divisi)
Ketua Gabungan P3A (13 kabupaten/kota)
Ketua HKTI (13 kabupaten/kota)
Kepala Kepolisian (13 kabupaten/kota)
Direktur PDAM (13 kabupaten/kota)
PT Indonesia Power - UBP Saguling
PT. Pembangkitan Jawa Bali - UB Cirata
Kepala PLN
Jumlah
Total (+ Ketua + Wakil Ketua + Sekretaris I + Sekretaris II)
13 orang
117 orang
1 orang
5 orang
13 orang
13 orang
13 orang
13 orang
1 orang
1 orang
3 orang
193 orang
197 orang
Jumlah anggota yang banyak merupakan keuntungan, karena hampir semua pemangku
kepentingan dari unsur pemerintah terwakili. Pengelola tiga waduk juga terwakili di PPTPA.
Akan tetapi keterwakilan dari organisasi kemasyarakatan sangat kecil karena hanya diwakili
oleh HKTI.
Di sisi lain, banyaknya anggota membuat pertemuan/rapat PPTPA yang dilaksanakan satu
tahun 2 kali, dengan durasi setengah sampai satu hari, terasa kurang efektif karena tidak
semua pihak dapat menyampaikan keluhan dan aspirasinya. Rapat PPTPA juga belum
membahas aspek pengelolaan irigasi secara menyeluruh karena hanya menjadi media
penyampaian informasi dari tingkat pusat atau provinsi kepada kabupaten/kota, terutama
informasi dari BMKG mengenai prakiraan iklim dan cuaca menjelang musim hujan atau
musim kemarau. Keanggotaan HKTI dan GP3A menyiratkan bahwa pertemuan PPTPA lebih
ditujukan untuk persiapan musim tanam yang akan dating.
Pembiayaan kegiatan PPTPA Citarum dibebankan pada dana APBN dan APBD Provinsi.
3.5
TKPSDA adalah wadah koordinasi multi-pihak di wilayah sungai. Tim Pemilihan yang
berasal dari wilayah Citarum menurut KepMen PU No. 544/KPTS/M/2009 (dengan
nomenklatur yang telah disesuaikan), terdiri dari : 1) Kepala Balai PSDA Dinas PSDA
Provinsi Jawa Barat, 2) Kepala Bidang Fisik, Bappeda Provinsi Jabar, 3) Kepala Bidang
40
Sumberdaya, Dinas Pertanian Provinsi Jabar, 4) Bidang Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan,
Dinas Kehutanan Provinsi Jabar, 5) dan Kabid Operasi dan Pemeliharaan, BBWS Citarum.
Tim Pemilihan bersama konsultan melakukan pertemuan sekaligus workshop sosialisasi
pembentukan TKPSDA 6 Ci. Dalam proses identifikasi calon anggota TKPSDA 6-Ci yang
berasal dari wilayah Citarum (Jawa Barat), ditetapkan sejumlah 19 perwakilan unsur
Pemerintah, terdiri dari 7 unsur pemerintah provinsi, 1 pusat, dan 11 pemerintah
kabupaten/kota. Dalam proses berikutnya dua dari unsure pemerintah provinsi, yaitu Dinas
ESDM dan Perikanan tidak jadi dimasukkan karena berdasarkan peraturan yang ada,
perwakilan dari pemerintah provinsi dibatasi hanya 5 (lima lembaga) Sehingga calon
anggota TKPSDA 6 Ci WS Citarum yang berasal dari unsure pemerintah tingkat provinsi
dan kabupaten/kota adalah Kepala dari Dinas/Badan sebagai berikut:
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
2. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA)
3. Dinas Pertanian Tanaman Pangan (Diperta)
4. Dinas Kehutanan (DisHut)
5. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)
6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung
7. Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kab. Bandung
8. Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan & Energi Kab. Bandung
9. Bappeda Kab. Bandung Barat
10. Dinas Bina Marga & Pengairan Kab. Bandung Barat
11. Bappeda Kota Cimahi
12. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air & Pertambangan Kab. Cianjur
13. Bappeda Kab. Subang
14. Bappeda Kab. Purwakarta
15. Bappeda Kab. Karawang
16. Bappeda Kab. Indramayu
17. Bappeda Kab. Bekasi
Proses perekrutan calon anggota TKPSDA dari unsur non pemerintah memakan waktu yang
cukup lama. Pengumuman melalui media massa Media Indonesia yang dimuat pada bulan
Juli 2010 tidak memperoleh respons sama sekali. Upaya untuk memuat kembali
pengumuman tersebut di media local Jawa Barat, seperti Pikiran Rakyat dan Tribun
Jabar tidak dapat dilaksanakan karena anggaran yang berkaitan dengan TKPSDA di BBWS
Citarum belum turun. Identifikasi perwakilan dari organisasi non pemerintah akhirnya
diperoleh dari berbagai sumber, yaitu:
Review wadah koordinasi yang sudah ada
Hasil mapping Bappenas dan LP3ES
Diskusi/Informasi dari key persons (BBWS, Dinas PSDA, Balai PSDA, CSO, PJT II)
Data Organisasi Masyarakat dan LSM, terbitan Badan Kesbangpol-Linmas, Provinsi
Jawa Barat
Workshop CSO Citarum
Tidak banyak organisasi non pemerintah yang bersedia menjadi anggota TKPSDA. Hal ini
tampak dari rendahnya respon organisasi yang diundang, baik melalui surat, telepon, fax,
41
email, maupun ditemui langsung. Setelah melalui proses seleksi oleh Tim Pemilihan, maka
dari 48 calon anggota TKPSDA 6 Ci WS Citarum. dari unsure non pemerintah yang
diundang, hanya 23 yang mengembalikan formulir pendaftaran beserta kelengkapan
dokumen lainnya. Hasil seleksi Tim Pemilihan, unsure non pemerintah yang dianggap
memenuhi syarat dan penting untuk menjadi anggota TKPSDA berjumlah 21 terdiri dari: 5
perusahaan swasta, 14 LSM, dan dua perguruan tinggi.
Table Calon Anggota TKPSDA 6 Ci dari Unsur Non Pemerintah di WS Citarum
No.
1
Name of Organization
Organization Core
Kab/Kota
Hydropower
Cimahi
Hydropower
Kab. Bandung
Barat
Dringking Water
Jakarta Pusat
PT Jababeka Infrastruktur
Cikarang Bekasi
Conservation; education
Kab. Bandung
Dringking Water
Bandung
Conservation; Education
Kab. Bandung
Conservation
Kab. Bandung
10
Environment; Sanitation
Kab. Bandung
11
Conservation
Bandung
12
Conservation
Bandung
13
Fishery
Purwakarta
14
Microhydro
Bandung
15
Wanadri
Kab. Bandung
16
Kota Bandung
Conservation, Water
Resource Damaged Control
Conservation
.KabBandung
17
18
19
Bandung
Kab. Bandung
Kab. Bandung
42
No.
Name of Organization
Organization Core
Kab/Kota
20
LPPM ITB
Akademisi
Bandung -
21
Akademisi
Bandung 40132
Tugas dari TKPSDA WS 6Ci adalah membantu Menteri dalam koordinasi pengelolaan
sumber daya air dengan melaksanakan pembahasan:
a. rancangan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air
b. rancangan program dan rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air
c. usulan rencana alokasi air dari setiap sumber air pada WS 6 Ci
d. rencana pengelolaan sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi
secara terpadu
e. rancangan pendayagunaan sumber-sumber daya (manusia, keuangan, peralatan dan
kelembagaan)
Saat laporan ini ditulis, TKPSDA 6 Ci sedang dalam proses pengesahan olek Menteri PU.
Secara keseluruhan jumlah anggota TKPSDA dari unsure pemerintah dan non pemerintah
adalah 96.
Rencananya pada tahun pertama, Kepala Bappeda Provinsi DKI Jakarta akan menjabat
sebagai Ketua TKPSDA 6 Ci ; sedangkan Ketua Harian akan dijabat oleh Kepala Dinas PU
Provinsi DKI Jakarta.
Untuk membantu tugas TKPSDA WS 6 C, maka akan dibentuk Sekretariat Utama TKPSDA
yang berkedudukan di BBWS Ciliwung-Cisadane, dibantu oleh Sekretariat Pembantu di
BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian dan di BBWS Citarum. Kepala Sekretariat dipilih oleh
Ketua Harian TKPSDA WS 6 Ci.
Selama ini BBWS Citarum telah menjalankan fungsi sebagai Sekretariat Pembantu TKPSDA
6 Ci dalam hal:
a. mendukung proses pembentukan TKPSDA WS 6 Ci;
b. memfasilitasi penyediaan tenaga ahli/pakar/narasumber yang diperlukan oleh
TKPSDA WS 6 Ci;
c. menyelenggarakan administrasi kesekretariatan;
d. menyelenggarakan administrasi keuangan; dan
e. memfasilitasi penyelenggaraan pemilihan anggota TKPSDA WS 6 Ci dari unsur
nonpemerintah.
3.6
43
Pada tahun 2009, pengaturan SPKTPA menjadi kewenangan PJT II, Hal ini tampak dari
dikeluarkannya SK Direksi PJT II No. 1/592/KPTS/2009 tentang Perpanjangan Masa Tugas
Sekretariat Pelaksana Koordinasi Tata Pengaturan Air Citarum. Dengan dikeluarkannya
peraturan direksi ini, maka pendanaan untuk SPKTPA dibebankan pada anggaran PJT II.
Tugas dari SPKTPA Citarum adalah:
1. Membuat Pola Operasi Waduk Seri Citarum
2. Melaksanakan analisis tentang kondisi air Citarum dan pengaruhnya terhadap pola
operasi/rencana pengusahaan waduk seri Citarum
3. Melaksanakan rapat koordinasi minimal satu kali dalam sebulan, serta melaporkan
hasil rapat dan atau analisis kepada Direksi PerumJasa Tirta II.
Susunan keanggotaan SPKTPA terdiri dari Koordinator, Wakil Koordinator, Sekretaris, 4
Narasumber, dan anggota, semuanya berjumlah 21 orang, sebagai berikut:
1) Kepala Biro Bina Operasi dan Konservasi, PJT II (Koordinator/Anggota)
2) Manager UBOS UBS P3B PT.PLN Perserio (Wakil Koordinator/Anggota)
3) Kepala Bagian Operasi, Biro Bina Operasi dan Konservasi, PJT II
(Sekretaris/Anggota)
4) Kepala Balai Hidrologi, Puslitbang Sumber Daya Air (Narasumber/anggota)
5) Kepala Stasiun Klimatologi II, BMKG Bogor (Narasumber/anggota)
6) Kasubdit Operasi & Pemeliharaan Sungai, Danau dan Waduk, Direktorat Sundawa,
Dirjen SDA, Kementerian PU (Narasumber/Anggota)
7) Kepala UPT Hujan Buatan, BPPT (Narasumber/Anggota)
8) Kepala Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat (Anggota)
9) Kepala BPSDA WS Citarum (Anggota)
10) Kepala BBWS Citarum (Anggota)
11) Deputi Manager Operasi Sistem PT. PLN Persero Region Jawa Barat, (Anggota)
12) Manager Senior Pengusahaan Hidro & Geothermal, PT Indonesia Power (Anggota)
13) General Manager UBP Saguling, PT Indonesia Power (Anggota)
14) Supervisor Senior Monitoring UBP Saguling, PT Indonesia Power (Anggota)
15) Supervisor Senior Pengendalian UBP Saguling, PT Indonesia Power (Anggota)
16) Manager UP Cirata, PT Pembangkitan Jawa Bali (Anggota)
17) Kepala Unit Pemeliharaan Cirata, PT Pembangkitan Jawa Bali (Anggota)
18) Kepala Badan Pengelola Waduk Cirata, PT Pembangkitan Jawa Bali (Anggota)
19) Kepala Divisi IV Perum Jasa Tirta II, PJT II (Anggota)
20) Kepala Divisi PLTA, PJT II (Anggota)
21) Kasubag Operasi SDA, Bagian Operasi, Biro Bina Operasi & Konservasi, PJT II
(Anggota)
Dalam peraturan yang lama, Kasubdit Infrastruktur Wilayah, Bappeda Provinsi Jawa Barat
menjadi anggota SPKTPA. Tapi dalam peraturan yang baru tidak ada anggota dari unsur
Bappeda Jabar. Hal ini dituangkan dalam SK Direksi PJT II No. 1/318/KPTS/2009 tentang
Perubahan Anggota Tim Sekretariat Pelaksana Koordinasi Tata Pengaturan air Citarum.
Kejadian banjir di Karawang dan Bekasi pada bulan Maret 2010 memberikan pemahaman
bahwa pola pengoperasian SPKTPA ini ternyata mempunyai kelemahan karena, antara lain,
44
hanya berlaku untuk kondisi-kondisi pengoperasian normal dan secara periodik harus selalu
disesuaikan dengan perkembangan musim dan kondisi pengoperasian.3
Untuk memperbaiki pola pengoperasian tersebut, Menteri Pekerjaan Umum telah
mengeluarkan SK No. 344/KPTS/M/2010 tentang Pembentukan Tim Penyusun Konsep
SOP Terpadu Kaskade 3 Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur yang bertugas mengkaji
kembali SOP yang ada, serta menyusun dan menyiapkan upaya perbaikan dalam bentuk
konsepsi SOP yang terpadu dan aplikatif. Secara rinci tugas dari Tim ini adalah:
1. Menginventarisasi dan mengevaluasi penyebab banjir di Karawang dan Bekasi
2. Mengkaji ulang SOP yang ada
3. Menyusun usulan konsep SOP tiga waduk kaskade dalam kondisi darurat untuk
mengamankan ketiga waduk tersebut dan meminimalkan kejadian banjir di hilir
4. Menyusun prioritas pengoperasian, dengan urutan keselamatan masyarakat,
keamanan bendungan, dan pengaturan produksi listrik
Aprizal, dkk., 2003. Optimasi Waduk Menggunakan Program Dinamik Stokastik (Kasus Waduk Saguling Jawa
Barat)
45
46
A
1
B
1
2
3
4
5
6
C
1
2
3
5
7
8
9
10
12
13
17
D
1
2
3
E
1
Nama Institusi
Sekretariat Daerah
Asisten Perekonomian dan Pembangunan
- Biro Administrasi Perekonomian
- Biro Bina Produksi
- Biro Administrasi Pembangunan
BADAN
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA)
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(BPLHD)
Badan Koordinasi Pemerintah dan
Pembangunan Wilayah I (Bogor)
Badan Koordinasi Pemerintah dan
Pembangunan Wilayah II (Purwakarta)
Badan Koordinasi Pemerintah dan
Pembangunan Wilayah III (Cirebon)
Badan Koordinasi Pemerintah dan
Pembangunan Wilayah I1 (Garut)
DINAS PROVINSI
Dinas Kesehatan
Dinas Permukiman dan Perumahan
Dinas Pendidikan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Dinas Perikanan dan Kelautan
Dinas Kehutanan
Dinas Perkebunan
Dinas Perhubungan
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
- Balai PSDA Citarum
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
PUSAT
Kementerian PU
- Direktorat Sundawa, Dirjen SDA
- Puslitbang Air
- BBWS Citarum
UPT Hujan Buatan, BPPT
BMKG Wilayah II (Bogor)
WALIKOTA/BUPATI
Walikota (Bandung, Cimahi, Bekasi, Bogor
PTPA
Dewan
SDA
Prov
PPTPA
TKPSDA
Citarum
1
1
1
1
SPKTPA
Citarum
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
47
Nama Institusi
F
1
2
3
4
5
6
7
8
9
G
1
2
3
4
SWASTA/BUMN/BUMD
PJT II
PT. PLN
PT. Indonesia Power, UBP Saguling
PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB) - UB Cirata
5
6
7
H
1
2
3
I
1
2
3
4
5
PDAM (Kota/Kabupaten)
PAM Lyonnaise Jaya (Palyja)
PT Jababeka Infrastruktur
PERGURUAN TINGGI
ITB
UNPAD
IPB
CSO
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI)
Kamar Dagang dan Industri (KADIN) - Jabar
GP3A
Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI)
Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI)
7
8
9
10
PTPA
Dewan
SDA
Prov
PPTPA
TKPSDA
Citarum
SPKTPA
Citarum
1
1
13
13
13
13
13
13
13
13
13
9
3
7
3
1
1
13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5
2
4
3
1
1
13
1
1
13
1
1
1
1
1
1
48
Nama Institusi
PTPA
Dewan
SDA
Prov
11
12
13
14
1
1
15
16
Yayasan Lentera
Ikatan Ahli Teknik Penyehatan & Teknik
Lingkungan Indonesia (IATPI) Jabar.
Lembaga Pengembangan Sumber Daya Lokal
(LPSL)
Komunitas Anak Peduli Alam Semesta (KAPAS)
17
18
PPTPA
TKPSDA
Citarum
1
1
1
1
1
19
20
21
22
23
24
25
1
1
1
1
1
1
26
Wanadri
KEPOLISIAN
1
JUMLAH
SPKTPA
Citarum
20
13
34
197
39
21
49
Bryson, John .M., 2003. What to Do When Stakeholders Matters: A Guide to Stakeholders Identification and
Techniques. A paper presented at the National Public Management Research Conference. Goergetown
University Public Policy Institute, Washington, D.C.
50
High
1 Subjects
-
I
N
T
E
R
E
S
T
2 Players
4 Crowd
BBWS Citarum
Dinas PSDA
BPDAS Citarum
Dinas Kehutanan
Dinas Pertanian
Dinas ESDM
Dinas LH
BMKG
Perhutani
PJT II
PT Indonesia Power
PT PJB
3 Context Setters
Low
Bappenas
Bappeda
Kementerian Dalam Negeri
Kementerian PU
Kementerian Kehutanan
Kementerian Pertanian
Kementerian ESDM
Kementerian LH
Kementerian Perikanan
Kementerian Industri &
Perdagangan
High
POWER
5.1
Subjects
Di dalam matriks Interest dan Power, wadah-wadah koordinasi pengelolaan SDA di Jawa
Barat dikelompokan ke dalam High Interest Low Power karena walaupun mempunyai
tugas dan fungsi dalam merumuskan kebijakan dan program pengelolaan SDA serta
menyusun konsep pengalokasian air untuk berbagai kepentingan, namun tidak mempunyai
power untuk mengeksekusi. Wadah koordinasi mempunyai fungsi pengawasan dan evaluasi
sebagaimana tertuang dalam tupoksi masing-masing, namun wadah koordinasi tidak
mempunyai mekanisme internal untuk menerapkan sanksi bagi anggota yang kinerjanya
tidak sesuai rencana yang telah disepakati.
Beberapa dinas, seperti Dinas Perikanan dan Kelautan serta Dinas Perindustrian dan
perdagangan juga digolongkan sebagai Subject yaitu stakeholder yang mempunyai
kepentingan tinggi tetapi tidak mempunyai kewenangan yang cukup. Hal ini tampak dari
minimnya keterlibatan dinas-dinas ini dalam mengatasi masalah pencemaran yang
diakibatkan oleh kegiatan produktif di masing-masing sector.
Pengguna air, khususnya untuk kegiatan pertanian, adalah kelompok masyarakat yang
sangat berkepentingan atas ketersediaan air yang memadai baik dari segi kuantitas, kualitas
51
dan waktu. Hingga saat ini posisi mereka masih lemah ketika harus berhadapan dengan
pemanfaatan air untuk kepentingan non pertanian, padahal di lain pihak mereka dituntut
untuk menyediakan pangan secara berkelanjutan.
LSM dan akademisi/perguruan tinggi, secara langsung maupun tidak langsung, telah banyak
berkontribusi dalam perbaikan pengelolaan SDA, antara lain melalui kegiatan penelitian,
advokasi, dan implementasi di lapangan. Keterbatasan sumber daya manusia dan anggaran
menyebabkan kegiatan yang dilakukan juga masih terbatas, bersifat local dan cenderung
sektoral.
5.2
Players
52
5.3
Context Setters
Termasuk dalam context setters adalah stakeholders yang mempunyai peran besar dalam
menentukan arah dan kebijakan pengelolaan SDA. Namun pengelolaan SDA, khususnya di
wilayah Citarum, bukanlah satu-satunya bidang yang ditangani oleh atau menjadi perhatian
dari institusi yang bersangkutan. Institusi-institusi tersebut adalah Bappenas, Bappeda
Provinsi/Kabupaten/Kota, kementerian-kementerian terkait.
5.4
Crowds
Cukup banyak kelompok yang tingkat kepeduliannya terhadap kondisi Citarum masih sangat
rendah, diantaranya adalah masyarakat yang tinggal di bantaran atau sepanjang sungai dan
membuang sampah langsung ke sungai, penambang pasir sungai, masyarakat perambah
hutan, dan petani yang melakukan budidaya tanpa mengikuti kaidah konservasi.
Ketidakpedulian mereka dapat diakibatkan oleh rendahnya kesadaran, ketidakmampuan
untuk mencari mata pencaharian dan tempat tinggal yang lain.
53