Professional Documents
Culture Documents
Prosiding SNMTK - UNJ 2015 PDF
Prosiding SNMTK - UNJ 2015 PDF
Editor :
Prof. Dr. Hj. Zulfiati Syahrial, M.Pd.
Prof. Dr. Basuki Wibawa
Prof. Dr. Hartati, M.Pd.
Prof. Dr. G. Margono, M.Ed.
Dr. C. Rudy Prihantoro, M.Pd.
Dr. Priyono, M.Pd.
Dr. Eng. Agung Premono, M.T.
Riza Wirawan, M.T., Ph.D.
Dr. Darwin Rio Budi Syaka, M.T.
Dr. Agus Dudung, M.Pd.
Lay Out:
Ragil Sukarno, S.T., M.T.
I Wayan Sugita, S.T., M.T.
Diterbitkan Oleh :
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
i
Disclaimer
This book proceeding represents information obtained from authentic and highly regarded sources.
Reprinted material is quoted with permission, and sources are indicated. A wide variety of references
are listed. Every reasonable effort has been made to give reliable data and information, but the
author(s) and the publisher can not assume responsibility for the validity of all materials or for the
consequences of their use.
All rights reserved. No part of this publication may be translated, produced, stored in a retrieval
system or transmitted in any form by other any means, electronic, mechanical, photocopying,
recording or otherwise, without written consent from the publisher.
Direct all inquiries to Department of Mechanical Engineering, Faculty of Engineering State University
of Jakarta, B Building, Kampus A, Jl. Rawamangun Muka, Jakarta 13220, Indonesia
@2015 by Department of Mechanical Engineering, Faculty of Engineering State University of
Jakarta
ii
SEMINAR NASIONAL
MESIN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN (SNMTK) 2015
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Penanggung Jawab :
Dekan Fakultas Teknik
Ketua Jurusan
Ketua Program Studi
Pengarah
Panitia Pelaksana
Ketua
Sekretaris
Reviewer :
Prof. Dr. Hj. Zulfiati Syahrial, M.Pd.
Prof. Dr. Basuki Wibawa
Prof. Dr. Hartati, M.Pd.
Prof. Dr. G. Margono, M.Ed.
Dr. C. Rudy Prihantoro, M.Pd.
Dr. Priyono, M.Pd.
Agung Premono, M.T., Ph.D.
Riza Wirawan, M.T., Ph.D.
Dr. Darwin Rio Budi Syaka, M.T.
Dr. Agus Dudung, M.Pd.
Anggota :
Drs. H. Supria Wiganda, M.Pd.
Drs. Adi Tri Tyassmadi, M.Pd.
Dra. Ratu Amilia Avianti, M.Pd.
Drs. Tri Bambang AK., M.Pd.
Drs. H. Sirojuddin, M.T.
Drs. Enday Hidayat, S.T., M.Pd.
Drs. H. Syamsuir, M.T.
Drs. Sopiyan
Drs. Syaripudin, M.Pd.
Ja'Far Amiruddin, S.T., M.T.
Lukman Arhami, S.Pd., M.T.
iii
Sekretariat
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
Kampus A UNJ, Gedung B Teknik Mesin,
Jl. Rawamangun Muka 1, Jakarta Timur
Telp : (021) 4700918
Email : snmtk@unj.co.id
snmtkunj@gmail.com
iv
Kata Pengantar
Seminar Nasional Mesin Dan Teknologi Kejuruan (SNMTK) bertempat di Jakarta, Indonesia
pada tanggal 27 mei 2015 dengan Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Jakarta sebagai tuan
rumah. Seminar ini diadakan sebagai ajang bertemunya para peneliti dan praktisi kejuruan dan teknik
mesin diseluruh Indonesia untuk menyajikan, berdiskusi dan mempromosikan perkembangan teknik
mesin di Indonesia.
Seminar melingkupi para ilmuwan dan insinyur mesin dalam tema Kompetensi Pendiddikan Teknik
Mesin : Tantangan dan Harapan
Buku elektronik prosiding ini adalah kompilasi dari semua paper yang dipresentasikan dalam SNMTK
dengan topik :
1. Pendidikan Vokasi Kejuruan
2. Otomotif
3. Manufaktur
4. Konversi Energi
5. Manajemen Industri
6. Material
7. Perancangan
Panitia SNMTK mengucapkan terima kasih kepada pembicara kunci, para pemakalah yang
berkontribusi dalam buku ini dan semua partisan yang menghadiri seminar ini.
Panitia
DAFTAR ISI
PROSIDING
DISCLAIMER
SUSUNAN PANITIA
SEKRETARIAT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
i
ii
iii
iv
v
vi
PEND-02
PEND-03
16
PEND-06
28
PEND-07
37
PEND-08
41
PEND-09
47
PEND-10
52
PEND-05
vi
22
PEND-11
PENINGKATAN
LEMBAGA
PENDIDIKAN
TENAGA
KEPENDIDIKAN SEBAGAI PUSAT INOVASI CALON GURU
VOKASI
Theodorus Wiyanto
55
PEND-12
61
PEND-13
MODEL
KERJASAMA
UNIVERSITAS
NEGERI
USAHA/INDUSTRI
Selamat Riadi
JURUSAN
MEDAN
TEKNIK
DENGAN
MESIN
DUNIA
64
PEND-14
70
PEND-15
78
PENDIDIKAN NASIONAL
SOLUSI
C. Rudy Prihantoro
TANTANGAN,
HARAPAN
DAN
83
87
MAN-04
90
MAN-05
94
MAN-06
100
MAN-07
PENGARUH
POLARITAS
TERHADAP
KEKERASAN MATERIAL ASTM A36
Ferry Budhi Susetyo
106
vii
KARAKTERISTIK
MAN-08
111
MAN-09
PENGARUH
BESARNYA
ARUS
DAN
TEMPERATUR
PENGELASAN TERHADAP KEDALAMAN PENETRASI PADA
BAJA LUNAK ST37
Hidir Efendi
115
119
OTO-02
124
OTO-03
129
OTO-04
135
OTO-05
140
OTO-06
147
OTO-07
153
OTO-08
158
viii
163
KE-02
167
KE-03
172
KE-04
178
KE-05
184
KE-06
190
KE-08
198
KE-10
204
KE-12
209
KE-13
213
PENGARUH
KEMIRINGAN
MINI-TUBE
TERHADAP
PERPINDAHAN KALOR DUA FASA ALIRAN GELEMBUNG
Dyah Arum Wulandari, Wardoyo, dan M. Lutfi
ix
218
KE-15
223
I Wayan Sugita
KE-16
228
IMPLEMENTASI
MSWT-01
(MOBILE
SURFACE
WATER
TREATMENT) DI DAERAH BENCANA BANJIR, BAGIAN DARI
UNIT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK MANUFAKTUR
BANDUNG
Gamawan Ananto dan Albertus B. Setiawan
233
PRC-02
240
PRC-04
246
PRC-05
255
PRC-06
262
PRC-07
267
PRC-08
272
PRC-11
279
PRC-13
283
PRC-14
288
PRC-15
292
296
MAT-02
304
MAT-03
307
MAT-04
311
MAT-05
317
MAT-06
322
MAT-07
328
MAT-09
332
MAT-10
338
xi
MAT-11
342
MAT-12
346
MAT-13
351
MAT-14
PENGARUH
PENAMBAHAN
NB2O5TERHADAP
KARAKTERISTIK KOMPOSIT KERAMIK AL2O3-SIC-ZRO2
Bondan T. Sofyan*, Qurratul A. Nasution, David Jendra, Hafsah I.
Pratiwi
357
MAT-15
362
MAT-16
369
374
MI-02
377
MI-03
386
MI-04
389
MI-05
394
MI-06
398
xii
MI-07
404
MI-08
STRUKTUR
INDUSTRI
DAN
FAKTOR
LINGKUNGAN
PENGARUHNYA TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING
INDUSTRI KECIL BATIK TRUSMI CIREBON
Aam Amaningsih Jumhur, Nik Hasnaa Nik Mahmood, M. Muchdie,
Dahmir Dahlan
410
xiii
PEND-01
ABSTRAK
Penerapan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi di SMK sudah berjalan hampir dua puluh tahun, namun sampai
saat ini kualitas lulusan SMK masih belum menunjukkan perkembangan yang diharapkan dunia kerja. Perkembangan
Teknologi dan Rekayasa di masyarakat saat ini, menuntut adanya pengembangan model pembelajaran yang tidak cukup
hanya mengembangkan kemampuan aspek kognitif dan aspek psikomotor peserta didik. Dalam pendidikan sekolah
menengah kejuruan saat ini kompetensi kelulusan mencapai 100 % tingkat kelulusan dari seluruh peserta didik yang
mengikuti ujian sekolah, dan mencapai tingkat 100 % dari peserta didik yang mengikuti uji kompetensi,untuk aspek
psikomotor yang masih menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan aspek afektif ? Hal ini masih belum nampak jelas.
Sejalan dengan implementasi kurikulum 2013 yang memberikan pedoman implementasi pembelajaran berbasis pendekatan
student center berpotensi adanya penyimpangan interprestasi dalam implementasi proses pembelajaran yang harus
diterapkan oleh para guru. Hal ini seiring dengan pesatnya teknologi informasi tentunya tidak mengherankan, dalam aspek
kognitif dan psikomotor peserta didik berhasil dengan baik.. Jenis informasi pengetahuan maupun keterampilan dapat
dengan mudah peserta didik belajar secara mandiri. Sedangkan aspek afektif yang merupakan aspek karakteritik peserta
didik sebagai manusia yang harus memiliki etika, norma, mengerti dan memahami hak dan kewajiban tanggungjawab
sebagai manusia, tidak dapat diputuskan oleh dirinya sendiri. Dari hasil observasi dan wawancara pada peserta Program
Pelatihan Profesi Guru (PLPG) dan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) pemahaman terhadap hakekat mengajar
masih menganut prinsip bahwa mengajar hanya merupakan transfer pengetahuan dan keterampilan kepada siswa, dan
hakekat belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku dari tidak bisa menjadi bisa dan tidak tahu menjadi tahu.
Penghayatan terhadap tugas dan peranannya dalam pembelajaran masih sebagai pembimbing, hal ini ditunjukkan oleh
sikap guru dalam penampilan peer teaching yang belum nampak adanya interprestasi student center learning.
Kata kunci : Pembelajaran, student center learning, Teknologi dan Rekayasa
1.
PENDAHULUAN
PEND-01
PEND-01
Gambar. 1
Gambar 2.
PEND-01
PEND-01
KEGIATAN AWAL ( 15 Menit ) : Berdoa,
Absensi siswa, Persiapan buku,Apersepsi,
Memotivasi.
2. KEGIATAN INTI ( 240 Menit ) :
a. Eksplorasi : Siswa menjawab segala
pertanyaan guru tentang radio dan modulasi,
Menggali informasi dari berbagai macam
literatur tentang macam-macam radio
penerima dan modulasi.
b. Elaborasi : Siswa mampu memberikan
contoh yang termasuk radio penerima, Siswa
mampu membedakan amplitudo modulasi,
frekuensi modulasi dan phasa modulasi.
c. Konfirmasi
:
Siswa
mampu
menyimpulkan perbedaan radio penerima
dan modulasi, Siswa bisa membedakan
prinsip kerja radio penerima dan
mengukur macam-macam modulasi.
3. KEGIATAN AKHIR ( 15 Menit ) :
a. Refleksi : Siswa bisa menyimpulkan
informasi tentang radio penerima,Siswa bisa
menyebutkan perbedaan Amplitudo Modulsi
(AM), rekuensi Modulasi (AM) dan Phasa
Modulasi (PM) Siswa mampu mengerti
tentang
karakteristik
macam-macam
modulasi.
b. Penutupan.
Kegiatan
praktek
dilakukan
setelah
mengimplementasikan kegiatan RPP di atas dengan
melaksanakan kegiatan pembelajaran antara lain :
a. Diselesaikan berdasrkan Siswa menelusuri,
mengukur tingkat kerusakan pada
radio
penerima.
b. Siswa
menganalisa dan memperbaiki
kerusakan pada radio penerima.
c. Siswa mengoperasikan radio penerima sesuai
dengan prosedur.
d. Siswa memahami cara merawat dan
menyimpan radio penerima dengan baik dan
benar.
RPP tersebut diatas menurut guru di SMK
dikatakannya lebih mudah untuk dideskripsikan dan
diterapkan baik pada tahap perencanaan maupun
tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Walaupun
demikian para guru tetap siap dan berusaha
menyesesuikan pembelajaran berbasis kurikulum
2013, bahkan pada awal tahun 2013 pada SMKSMK yang diobservasi yaitu SMKN, 4,6, dan 12
menyatakan telah merintis implementasi kurikulum
2013.
Dari uraian kegiatan pembelajaran tersebut
diatas kurikulum 2013 dapat dikatakan bukan hal
yang baru. Pengembangan pendekatan ilmiah
(scieintifik) telah diterapkan oleh para guru terutama
pada peserta didik kelas 10 yang diharuskan belajar
1.
PEND-01
Keterangan
Merumuskan/kemampua
n/ membuka Pelajaran
Penjabaran
Indikator(kinerja
guru)/Sikap guru dalam
proses pembelajaran
Penguasaaan materi
pembelajran
pembelajaran
Implementasi langkahlangkah pembelajaran
Pengguanan Media
Pembelajaran
Evaluasi
Kemampuan menutup
pelajaran
4
5
6
7
RPP
Penilaian
Penampilan
90
90
85
85
80
80
90
90
90
90
80
80
90
90
PEND-01
PEND-02
1.
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia pendidikan pada era
globalisasi seperti sekarang
menuntut adanya
penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan
tuntutan perkembangan teknologi dan dunia kerja,
karena muara dari suatu proses pendidikan
khususnya pada penyelenggaraan pendidikan
kejuruan adalah dunia kerja. Sistem pendidikan yang
dilaksanakan pada pendidikan kejuruan seperti SMK
mengharuskan peserta didik untuk diberi
kesempatan membelajarkan diri mengaktualisasikan
semua potensi yang dimiliki menjadi kemampuan
profesional yang dapat dimanfaatkan dalam dunia
kerja. Pendidikan kejuruan sebagai pendidikan
khusus, direncanakan untuk menyiapkan peserta
didik yang mampu memasuki dunia kerja dan
mengembangkan sikap profesional di bidang
kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan, diharapkan
menjadi individu produktif yang mampu bekerja
menjadi tenaga kerja menengah dan memiliki
kesiapan untuk menghadapi persaingan kerja sesuai
dengan bidang keahlian secara kompetitif dan
profesional
Siswa dianggap memiliki kompetensi jika
ia telah mampu mengerjakan tugas-tugas dalam
kompetensi tersebut. Unsur-unsur pembentuk
kompetensi, yakni: skills yang mencakup
keterampilan psikomotor, keterampilan kognitif
(menalar) dan keterampilan sosial (afektif), attitudes
(sikap), value (tata nilai) dan appreciation
(penghargaan terhadap pekerjaan). Oleh karena itu
PEND-02
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan instrumen
penilaian kompetensi praktikum engine otomotif
PEND-02
No
1
3.
Dimensi
Kognitif
Psikomotor
Afektif
Indikator
Pengetahuan prinsip kerja mesin (engine), Pengetahuan
prosedur kerja pemeriksaan dan penanganan kerusakan mesin
Persiapan praktikum, proses pemeriksaan baterai, proses
pemeriksaan sistem pendingin, proses pemeriksaan mekanik
mesin, proses pemeriksaan sistem pengapian, hasil kerja
praktikum dan waktu.
Sikap kerja, disiplin kerja, inisiatif kerja, ketelitian, tanggung
jawab dan kejujuran
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan telaah dari para pakar, mereka
memberikan penilaian yang relatif sama mengenai
konstruk dari kompetensi praktikum engine
otomotif. Secara umum indikator yang disusun
dinilai sudah mewakili dimensi dari konstruk
kompetensi praktikum engine otomotif siswa
SMK.Indikator-indikator yang disusun merupakan
representasi dari penjabaran dimensi dari konstruk
yang telah didefinisikan. Dengan kata lain
konstruksi butir sudah sesuai dengan indikatornya.
Para pakar memberi beberapa masukan
terhadap butir-butir komponen penilaian yang
disusun berdasarkan indikatornya.Ada beberapa
butir pernyataan komponen penilaian yang saling
tumpang tindih (overlap) serta mirip dalam satu sub
kompetensi sehingga butir tersebut harus direduksi.
Hasil penelaahan dari pakar terhadap perangkat tes,
yaitu pedoman penilaian menunjukkan bahwa secara
umum perangkat tes tersebut cukup memadai jika
dilihat dari sisi penggunaan tata bahasa dan
penulisannya. Bahasa yang digunakan dalam
penyusunan perangkat tes dinilai para pakar cukup
komunikatif dan mudah dimengerti. Namun
demikian, terdapat beberapa kalimat yang ada pada
lembar kerja dan pedoman penilaian yang
menggunakan istilah dalam bahasa asing (Inggris)
maupun bahasa teknik disarankan untuk diperbaiki
dengan merubah ke dalam bahasa Indonesia untuk
mengurangi terjadinya salah interpretasi.
Di samping itu, para pakar memberikan
beberapa masukan guna penyempurnaan, antara lain
10
PEND-02
Tabel 2. Koefisien Reliabilitas Hoyt Instrumen Penilaian Kompetensi Praktikum EngineOtomotif Siswa SMK
Ketepatan Penggunaan
Bahasa
0,825
Psikomotor
0,713
0,732
Afektif
0,782
0,771
No
Dimensi
1.
Kognitif
2.
5.
No
Dimensi
Koefisien
Reliabilitas
1.
Kognitif
0,736
2.
Psikomotor
0,882
3.
Afektif
0,864
Skor
komposit
didapatkan
dari
penjumlahan tiap-tiap butir yang sesuai dengan
indikatornya. Selanjutnya dengan menggunakan
analisis faktor konfirmatori, indikator-indikator
tersebut dikonfirmasi apakah sudah sesuai dengan
dimensi dari kompetensi praktikum engine yang
mendasarinya. Penilaian derajat kecocokan suatu
model persamaan struktural (Structural Equation
Modeling) secara menyeluruh tidak dapat dijalankan
secara langsung sebagaimana pada teknik
multivariat yang lain. SEM tidak mempunyai uji
statistik terbaik yang dapat menjelaskan kekuatan
prediksi model. Untuk itu telah dikembangkan
beberapa ukuran derajat kecocokan yang dapat
digunakan secara saling mendukung.
11
PEND-02
Gambar 1. Nilai Loading Factor Masing-masing Indikator untuk Tiap-tiap Dimensi pada Model Ujicoba I
Gambar 2. Nilai thitung Masing-masing Indikator untuk Tiap-tiap Dimensi pada Model Ujicoba I
Dari gambar 2, semua nilai thitung pada masingmasing indikator lebih dari 1,96 sehingga seluruh
indikator signifikan. Hal ini memberikan makna
bahwa seluruh indikator memberikan informasi yang
signifikan terhadap variabel latennya.Nilai nilai
average variance extracted (AVE) dan reliabilitas
konstruk (Construct Reliability) tidak dikeluarkan
dalam output Lisrel, sehingga harus dihitung secara
manual. Untuk menghitung AVE dan CRdilakukan
12
PEND-02
No
1.
2.
Indikator
Reliabilitas
Average
Variance
Extracted (AVE)
Construct
Reliability (CR)
Nilai
0,557
0,925
Gambar 3. Nilai Loading Factor Masing-masing Indikator untuk Tiap-tiap Dimensi pada Model Ujicoba II
13
PEND-02
Gambar 4. Nilai thitung Masing-masing Indikator untuk Tiap-tiap Dimensi pada Model Ujicoba II
PEMBAHASAN
Dari hasil analisis secara kuantitatif dan
kualitatif, secara umum dapat dikatakan bahwa
perangkat tes performansi atau instrumen penilaian
kompetensi praktikum engine otomotif siswa SMK
program
keahlian
teknik
otomotif
yang
dikembangkan berdasarkan kajian teoretik dan
telaah para pakar dan panelis serta diujicoba secara
empiris di beberapa SMK yang memiliki program
keahlian teknik otomotif sudah sesuai dan dapat
diaplikasikan pada penilaian kompetensi praktikum
engine otomotif baik kompetensi: ranah kognitif
psikomotor dan afektif. Jika dibandingkan konsep
dan draft awal instrumen, terdapat beberapa
perbaikan/revisi dan pengembangan sebagai hasil
dari ujicoba rasional oleh pakar dan panelis serta
ujicoba empiris kepada responden di lapangan baik
tahap pertama dan tahap kedua. Pengembangan
tersebut mencakup kesesuaian antara butir dengan
indikator, indikator dengan dimensi pada konstruk
latennya, serta penggunaan bahasa yang lebih
komunikatif dan mudah dipahami
Validitas berkaitan dengan sejauh mana
suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya
diukur. Instrumen tes performansi praktikum engine
otomotif yang dikembangkan ini memiliki validitas
yang memadai, baik validitas konstruk hasil
penilaian pakar dan panelis, validitas butir dan
validitas konstruk hasil ujicoba empiris. Validitas
konstruk dilihat pada kesesuaian antara butir dengan
indikatornya, indikator dengan dimensi pembentuk
konstruk latennya. Instrumen tes ini dikembangkan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji empiris yang telah
dilakukan sebanyak dua kali uji coba, maka dapat
disimpulkan bahwa pertama, instrumen penilaian
kompetensi praktikum engine otomotif pada siswa
SMK program keahlian Teknik Otomotif ini ada tiga
dimensi yang membangun konstruk teori kompetensi
praktikum engine otomotif, yaitu dimensi: (1)
Kognitif, (2) Psikomotor dan (3) Afektif. Dimensidimensi ini sudah sesuai dengan teori yang
membangun konstruk kompetensi praktikum engine.
Kedua, pengujian validitas konstruk dari 3
dimensi dengan 15 indikator dilakukan dengan
14
PEND-02
REFERENSI
[1]. E.
Mulyasa,
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan
Implementasi, Remaja Rosdakarya, (2010).
[2]. Yoyoh
Jubaedah,Competency
Based
Assessment Sebagai Model Pengujian
Kompetensi di SMK, Makalah Seminar
Internasional
Peran
LPTK
Dalam
Pengembangan
Pendidikan
Vokasi
di
Indonesia, 1-8, (2010).
[3]. Percy J. Worsnop, Competency Based
Training: How To Do itFor Trainers,
VEETAC, (1993).
[4]. H. H. Tillema, J. W. M. Kessels, and F.
Meijers. Competencies As Building Blocks
For
Integrating
Assessment
With
Instruction In Vocational Education: A Case
From The Netherlands, J. Assessment &
Evaluation in Higher Education, Vol. 3 (3), pp.
265-278, (2000).
[5]. Arieh Lewy,Handbook of Curriculum
Evaluation. New York: Longman, (1997).
[6]. Dali S. Naga, Teori Sekor pada Pengukuran
Mental, PT. Nagarani Citrayasa, (2012).
[7]. Hengky Latan,Model Persamaan Struktural
Teori dan Implementasi AMOS 21.0,Alfabeta,
(2013).
15
PEND-03
16
PEND-03
1. PENDAHULUAN
Performance atau kinerja berarti tindakan
menampilkan atau melaksanakan suatu kegiatan, dan
juga sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing (Gibson, dkk, 2002:
Stolovitch
dalam
Jason,
2003:
Suyadi
Prawirosentono dalam Husaini Usman 2009).
Sedangkan Campbell, J.P dalam Colquitt, et.al
(2011), menekankan kinerja secara formal sebagai
seperangkat nilai yang disumbangkan dari perilaku
pegawai, baik positif maupun negatif terhadap
pencapaian tujuan organisasi, demikian pula halnya
seperti yang diungkapkan Prawirosentono (2009),
yang mengkaitkan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing, dalam rangka upaya mencapai
tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar aturan sesuai dengan moral maupun
etika. Sedangkan, Devies (1987:35-36), khusus
dalam kaitannya dengan kinerja menentukan empat
fungsi umum ciri pekerja guru, seperti, 1)
Merencanakan,
2)
Mengorganisasikan,
3)
Memimpin, dan 4) Mengawasi.
Berdasarkan konsep kinerja di atas dapat
didefinisikan, bahwa
kinerja guru adalah
seperangkat penampilan atau unjuk kerja guru dalam
melakukan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
pada pembelajaran yang diekspresikan dari suatu
kemampuan maupun ketrampilan dalam suatu
kegiatan pembelajaran yang dapat bernilai positif
maupun negatif.
Rendahnya
kemampuan
guru
dalam
pelaksanaan tugas
pekerjaannya
merupakan
gambaran kinerja guru yang rendah. Seperti data
yang diperoleh dari lembaga pelatihan P4TK/VEDC
Malang pada tahun 2009, tentang pelatihan uji
kompetensi dari 12 peserta, yang lulus uji
kompetensi hanya 6 peserta. Demikian pula halnya
pada tahun-tahun sebelumnya seperti, pada tahun
2006, dengan jumlah peserta 12 guru, yang lulus uji
kompetensi hanya 5 peserta. Sedangkan pada tahun
2007, dengan jumlah peserta 12, yang lulus uji
kompetensi hanya 6 peserta.
Pembelajaran merupakan salah satu hal yang
utama yang dapat mempengaruhi kinerja yang
terpadu dalam perilaku organisasi, dan juga
berdasarkan hasil riset bahwa pembelajaran
memberikan pengaruh pada kinerja atau job
performance seperti apa yang dinyatakan Colcuitt (
2011:280), learning has a moderate positive effect
on performance. Employees who gain more
knowledge and skill tend to higher levels of Task
Performance.
Dengan
demikian
pembelajaran dalam organisasi merupakan faktor
penting yang mempengaruhi kinerja pegawai
(merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
17
PEND-03
atas X2), diperoleh Ftabel = 2,06. Karena Fhitung = 1,396 Ftabel , maka regresi berbentuk linear
4.
Uji Signifikansi dan Linearitas Koefisien
Regresi dan korelasi Self-Learning atas Perilaku
Kepemimpinan (X2), diperoleh Ftabel = 2,06. Karena
Fhitung atas X1), hasil perhitungan memperoleh Fhitung
sebesar-0,248. Sedangkan pada taraf nyata =0,05
diperoleh Ftabel = 1,88, dan pada taraf nyata =0,01,
diperoleh Ftabel = 2,47. Karena Fhitung = -0,248Ftabel ,
maka regresi berbentuk linear.
E.
Pengujian Hipotesis
:
:
y1 0
y1 > 0
:
:
y2 0
y2 > 0
C.
D.
Pengujian Persyaratan Analisis Data
1.
Uji normalitas data skor galat Kinerja atas
Perilaku Kepemimpinan (Y atas X1), kinerja atas self
- learning ( Y atas X3), dan Self-Learning atas
Perilaku Kepemimpinan(X3 atas X1) berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
2.
Uji Signifikansi dan Linearitas Koefisien
Regresi dan korelasi kinerja atas perilaku
kepemimpinan (Y atas X1), diperoleh Ftabel = 8,02.
Karena Fhitung = -0,2488 Ftabel , maka regresi
berbentuk linear.
3.
Uji Signifikansi dan Linearitas Koefisien
Regresi dan korelasi kinerja atas self - learning ( Y
:
:
31
31 >
0
0
18
PEND-03
4. PEMBAHASAN PENELITIAN
A.
Pengaruh Langsung Positif Perilaku
Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Hasil penelitian ini relevan dengan studi yang
dilakukan Gilberg Austin terhadap kepala sekolah di
bagian Maryland Amerika Serikat, yang menyatakan
bahwa, ada perbedaan antara sekolah yang
berprestasi tinggi dan yang rendah yang merupakan
hasil dari pengaruh kepemimpinan kepala
sekolahnya. Cushway (1996:42), menekankan
kinerja yang dilihat dari perbandingan antara
persyaratan pekerjaan dengan sudut pemenuhan
kerja berdasarkan persyaratan pekerjaan tersebut dan
hal ini erat kaitannya dengan apa yang diungkapkan
Soeprihanto (1998), yang mengemukakan bahwa
kinerja dapat dilihat` dari apakah seseorang telah
melaksanakan pekerjaannya secara keseluruhan,
bukan hanya berarti dilihat atau dinilai hasil fisiknya
saja, tetapi meliputi berbagai hal, seperti
kemampuan kerja, disiplin, hubungan kerja,
prakarsa, kepemimpinan, dan hal-hal khusus sesuai
dengan bidang dan tingkat pekerjaan yang
dijabatnya. Dengan kata lain, kinerja seseorang
dapat dinilai baik atau tidak baik berhubungan
dengan dipenuhi atau tidaknya standar yang telah
ditentukan dalam pekerjaan tersebut. Oleh sebab itu,
pekerja membutuhkan umpan balik pada kinerja
mereka, sebagai penuntun perilaku ke depan
(Werther, Jr, William B. Keith Davis,1996 :341).
Beberapa penelitian menunjukkan, kebiasaan
seorang pemimpin akan berpengaruh langsung
terhadap efektivitas kerja kelompok (Yulk, G,
1999:52). Penelitian dari Hanson (1995) yang juga
diperkuat oleh Halpin (1971) yang menyatakan
bahwa perilaku kepemimpinan merupakan inti dari
terbentuknya kinerja guru di sekolah.
Demikian
pula halnya dari beberapa riset dari Walcon (1993)
yang menguatkan bahwa kepala sekolah memainkan
peranan yang penting terhadap efektivitas sekolah
(Austin,Gilberg dalam M. Asrori Ardiansyah,
http://www.majalah
pendidikan.com/2011/04/pengaruh-perilaku
kepemimpinan-terhadap.html diakses 12 September
2012).
Menurut Sahertian (2000:157), setiap guru
menginginkan bahwa mereka diakui mampu
berprestasi, yaitu pemimpin mengakui bahwa
mereka mampu dalam melakukan tugasnya,
pemimpin mengakui bahwa guru-guru mampu
memberi sumbangan dalam kerja dan kegiatan yang
mereka lakukan. Ungkapan kinerja ini merupakan
unjuk kerja atau kinerja guru dalam melaksanakan
tugas-tugasnya, sehingga keberhasilan siuatu proses
belajar di sekolah tidak saja ditentukan oleh kinerja
guru
melainkan
ada
pengaruh
perilaku
kepemimpinan kepala sekolah terhadaf stafnya.
Kepemimpinan kepala sekolah harus merujuk pada
upaya-upaya kepala sekolah untuk meningkatkan
kinerja sekolah pada umumnya.
B.
Pengaruh Langsung Positif Self-Learning
Terhadap Kinerja
How important is Learning? Pembelajaran
merupakan salah satu hal yang utama yang dapat
mempengaruhi kinerja yang terpadu dalam perilaku
organisasi, dan juga berdasarkan hasil riset bahwa
pembelajaran memberikan pengaruh pada kinerja
atau job performance seperti apa yang dinyatakan
Colcuitt ( 2011:280), learning has a moderate
positive effect on performance. Employees who gain
more knowledge and skill tend to higher levels of
Task Performance. Dengan demikian
pembelajaran dalam organisasi merupakan faktor
penting yang mempengaruhi kinerja pegawai
(merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kinerja selain faktor-faktor seperti, job satisfaction,
stress, motivation, trust, justice,& ethics).
Dari konsep yang dikemukakan Colcuitt tersebut,
jelas tergambar, bahwa dari beberapa faktor yang
mempengaruhi
kinerja, faktor pembelajaran
(learning) merupakan faktor yang berperan dalam
menentukan kinerja positif maupun negatif. Seperti
halnya tentang konsep kinerja yang dikemukakan
Campbell, J.P dkk (2009), menekankan kinerja
secara formal sebagai seperangkat nilai yang
disumbangkan dari perilaku pegawai, baik positif
maupun negatif terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Demikian pula halnya seperti yang
diungkapkan
Prawirosentono
(2009),
yang
mengkaitkan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing, dalam rangka upaya mencapai
tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar aturan sesuai dengan moral maupun
etika.
Hasil penelitian ini juga menguatkan hasil
penelitian Eli Ginzberg (dalam Gunawan, diakses 12
Pebruari 2013) di Amerika yang menunjukkan,
bahwa konsep diri (sebagai salah satu teori yang
melandasi konsep self-learning), adalah variabel
yang menentukan keberhasilan hidup, yakni konsep
diri yang positif. Hasil penelitian itu juga
menunjukkan, bahwa prestasi akademik tidak ada
hubungan langsung dengan keberhasilan hidup,
berarti ada variabel lain yang secara tidak langsung
mempengaruhi keberhasilan hidup, salah satunya
adalah self-learning. Hasil penelitian ini juga
menguatkan teori Colcuitt (2011 : 279), bahwa
pembelajaran mempengaruhi kinerja.
C.
Pengaruh Langsung Positif Perilaku
Kepemimpinan Terhadap Self-Learning
Dengan tidak terujinya hipotesis perilaku
kepemimpinan yang berpengaruh langsung positif
terhadap Self-Learning menguatkan teori yang
mendasari konsep Self-Learning, yakni teori SelfConcept, teori pembelajaran kognitivisme, SelfRegulation, dan teori motivasi instrintik. Konsep
Diri (Self-Concept) seseorang dinyatakan melalui
19
PEND-03
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas,
maka dapat disarankan beberapa hal seperti berikut:
1. Kepala sekolah sebaiknya adalah seseorang
yang memiliki kemampuan dan kapasitas
sebagai
pemimpin,
implikasinya
dalam
pengangkatan kepala sekolah memperhatikan
latar belakang pendidikan, pengalaman dalam
bidang pendidikan.
2. Pada era global guru berusaha memperkaya diri
dengan ilmu yang tidak dapat dibatasi oleh
ruang dan waktu. Belajar menjadi falsafah
3.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Austin, Gilberg dalam M. Asrori Ardiansyah.
Pengaruh
Perilaku
Kepemimpinan
Terhadap
Kinerja
Guru,
http://www.majalah
pendidikan.com/2011/04/pengaruh-perilaku
kepemimpinan-terhadap.html
(diakses
12
September 2012)
[2]. Campbell.http://en.wikipedia.org/wiki/Job_perf
ormance, (diakses 18 Maret 2013)
[3]. Colquitt, A. Jason ,Jeffery A. LaPine &
Micahel J. Wesson. Organizational Behavior
Improving Performance and Commitment
in the workplace, New York: McGraw Hill,
(2009)
[4]. Cushway,
B;
Human
Resources
Management, Tract MBA Series, Terjemahan,
Jakarta, Gramedia Group,(1996)
[5]. Devies,
Ivor K,
Pengelolaan Belajar,
Jakarta: PT. Rawali Pers, (1987).
[6]. Gibson, James L, John M. Ivancevich, James
H, Donnelly, JR. Organisasi Jilid 1, Perilaku,
Struktur, Proses, terjemahan Bahasa
Indonesia. Tenggerang: Bina rupa Aksara
Publisher, (2002).
[7]. Gunawan,W. Adi. Konsep diri, Jurnal
Leadership dan Manajemen, http://leadershipid.blogspot.com/2005/12/konsep-diri-positifsumber.html (diakses 4 Pebruari 2012)
[8]. Prawirosentono, S. Kebijakan Kinerja
Karyawan, edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE,
(1999).
[9]. Rivai, Veithzal, Murni, Sylviana. Education
Management Analisis Teori dan Praktik,
Jakarta: Rajawali Pers, (2009)
[10]. Richard, M. Hodgetts dan Donald Kuratko F.
Management 2nd , New York: Willey E.Text,
(1988).
[11]. Sahertian, Piet A Konsep Dasar dan Teknik
Supervisi Pendidikan, Jakarta, PT. Rineka
Cipta , 2000
[12]. Strategi Pembelajaran Orang Dewasa,
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/Prodi.Penddidi
kan Luar Sekolah (diakses tanggal 24 Maret
2013)
[13]. Usman, H. Manajemen, Teori, Praktek, dan
Riset Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
(2009).
20
PEND-03
21
PEND-05
ABSTRAK
Esesnsi mengajar dan belajar adalah terjadinya proses alih pengetahuan sikap, dan keterampilan oleh pendidik dan
diperolehnya sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang bermakna melalui proses berpikir yang melibatkan
seluruh mental, jiwa dan fisik individu pendidik dan peserta didik. Untuk mencapai interaksi mendalam diantara pendidik
dan peserta didik, dibutuhkan model belajar reflektif yang dapat mengekstrak kedua unsur belajar tersebut. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengungkap pengaruh pembelajaran reflektif terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa
Fakultas Teknik UNM. Metode penelitian yang digunakan adalah metode pre-eksperimen dengan desain penelitian one
group pre test post-test design. Subjek penelitian adalah mahasiswa baru angkatan 2014 semester II Jurusan pendidikan
Teknologi Pertanian sebanyak 32 orang yang dipilih secara acak. Instrumen penelitian menggunakan tes kemampuan
berpikir kritis terhadap matakuliah pengantar pendidikan kejuruan. Kemampuan yang diidentifikasi meliputi kemampuan
berpikir konsep, kemampuan mengaplikasikan konsep, kemampuan menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi materi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki kecenderungan yang sangat baik dalam mengkonsepsi dan
mengaplikasikan permasalahan, namun masih membutuhkan peningkatan dalam mensitesis masalah Hal yang masih perlu
ditingkatkan daya kritis mahasiswa adalah kemampuannya dalam mengevaluasi permasalahan yang masih kurang.
Kata Kunci: Pembelajaran Reflektif, Kemampuan Berpikir Kritis
1.
PENDAHULUAN
22
PEND-05
23
PEND-05
METODE
24
PEND-05
Pembahasan
Pelaksanaan
pembelajaran
reflektif
dilaksanakan selama delapan kali pertemuan
berlangsung sesuai dengan jadwal perkuliahan mata
kuliah Pengantar Pendidikan. Pertemuan pertama
dilakukan dengan pemberian pre test kemampuan
memahami materi mata kuliah Pengantar
Pendidikan. Pada pertemuan ke-1 setelah pemberian
pre test dilanjutkan dengan pemberian informasi
tentang maksud dan tujuan perkuliahan berikutnya.
Disampaikan bahwa kelas yang akan dilaksanakan
adalah
kelas
eskperimen
menggunakan
pembelajaran reflektif. Dibutuhkan peran dan
partisipasi mahasiswa untuk mengikuti tahapantahapan atau skenario pembelajaran reflektif,
partisipasi aktif mahasiswa untuk berpikir kritis
sangat diperlukan.
Untuk itu menyeragamkan
pemahaman
substansi
penelitian,
sebelum
eksperimen
dilakukan,
mahasiswa
diberi
pemahaman terkait konsep pembelajaran reflektif
dan konsep berpikir tingkat tinggi. Pertemuan ini
juga diberikan overview singkat materi perkuliahan
yang terdiri dari enam pokok bahasan. Setiap pokok
bahasan akan didiskusikan secara reflektif. Untuk
itu, maka dibentuk kelompok pembelajaran reflektif
sebanyak enam kelompok. Semua kelompok
diberikan orientasi singkat terkait tugas dan peran
yang akan dilakukan dalam mengembangkan
makalah kelompok, mendalamai materi, dan
kontribusi saat berdiskusi.
Pertemuan ke-2 hingga pertemuan ke-7
dilaksanakan perkuliahan dengan pendekatan
pembelajaran reflektif. Setiap kelompok setiap
minggunya masing-masing berdiskusi secara
reflektif, membuat jurnal diskusi secara reflektif
dengan mengaitkan konteks permasalahan di
lapangan. Semua bahasan diskusi dikaitkan dengan
kondisi permasalahan yang terjadi di lapangan
terkait praktek pendidikan yang terjadi saat ini.
Pertemuan ke-8 dilakukan post-test dan refleksi
bersama terhadap pengalaman belajar yang sudah
dilalui. Semua mahasiswa dipersilahkan berbicara
25
PEND-05
Kesimpulan
26
PEND-05
27
PEND-06
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional dalam bidang
pendidikan merupakan upaya mencerdaskan
bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yang beriman, bertaqwa dan
berakhlak mulia menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi hingga dapat terwujud masyarakat
yang maju, adil, makmur dan beradab
berazaskan Pancasila dan Undang Undang
Dasar 1945.
Program Praktik Keterampilan Mengajar
selanjutnya disingkat PKM wajib diikuti oleh
setiap mahasiswa yang mengambil program
kependidikan. Latihan keprofesional ini
merupakan salah satu komponen kegiatan
kurikuler yang memerlukan keterpaduan antara
penguasaan materi teori dengan penguasaan
materi praktik. Dengan kata lain bahwa PKM
merupakan muara dari penguasaan segala
komponen kurikulum yang diberlakukan.
Seperti dijelaskan dalam buku Pedoman
Akademik Universitas Negeri Jakarta bahwa
sebagai tenaga kependidikan yang profesional,
lulusan Universitas Negeri Jakarta bidang
kependidikan harus memiliki seperangkat
kompetensi yang diperlukan oleh seorang guru
yang profesional serta dapat menerapkan dalam
penyelenggaraan
berbagai
program
kependidikan baik di sekolah maupun di luar
28
PEND-06
melalui analisis
supervisi klinis.
bersama
dalam
kegiatan
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas,
maka
selanjutnya
dapat
dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut: Sejauh
manakah pelaksanaan bimbingan atau supervisi
klinis dari guru pamong dan dosen pembimbing
pada mahasiswa peserta PKM ?
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif. Data
didapat dari penyebaran angket kepada
pembimbing PKM yang terdiri dari dosen
Fakultas Teknik yang bertugas menjadi dosen
pembimbing PKM dan guru SMK yang
bertugas menjadi
guru pamong PKM di
semester 096 tahun akademik 2011/2012.
Sampel dalam penelitian ini adalah 21 dari
total 41 dosen pembimbing PKM/PKM,
sedangkan guru pamong 47 dari total 148 guru
pamong. Semua sampel diambil secara acak
(random sampling). Untuk verifikasi data
penulis mengambil data sebanyak 69
mahasiswa dari mahasiswa peserta PKM yang
berjumlah 239 mahasiswa.
KAJIAN TEORI
1.Praktik Ketrampilan Mengajar (PKM)
Menurut buku Pedoman PKM bahwa
kegiatan PKM diselenggarakan secara bertahap,
terpadu dan dalam bentuk orientasi lapangan,
pelatihan terbatas, pelatihan terbimbing dan
pelatihan mandiri dibawah bimbingan seorang
dosen pembimbing dan seorang guru pamong
yang memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditentukan dalam buku
Pedoman PKM.
Pada pelaksanaan PKM, kegiatan yang
dilaksanakan selama di lapangan adalah (1)
kegiatan observasi (2) kegiatan pelatihan
keterampilan mengajar dan tugas keguruan
lainnya secara terbimbing dan (3) kegiatan
pelatihan mengajar dan tugas keguruan lainnya
secara mandiri dan (4) ujian praktik mengajar.
Pada kegiatan orientasi dan observasi
dimaksudkan agar mahasiswa sebagai peserta
PKM mengenal lingkungan sekolah yang
digunakan untuk tempat praktik. Pengenalan
lingkungan ini meliputi observasi pengenalan
29
PEND-06
yang
disusun
oleh
mahasiswa.
(e)
mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam
proses pembimbingan dengan kepala sekolah
dan dosen pembimbing. (f) mengamati dan
menilai setiap penampilan mahasiswa PKM
serta membuat catatan setiap penampilan
mahasiswa untuk selanjutnya mencantumkan
nilai
tersebut
pada
formatnya.
(g)
menginformasikan hasil penilaian kepada
mahasiswa setiap kali setelah penampilan dan
memberikan umpan balik. (h) menilai kemajuan
semua kegiatan mahasiswa dan (i) bersamasama dosen pembimbing menentukan kelulusan
mahasiswa.
Dosen pembimbing adalah dosen Fakultas
Teknik Universitas Negeri Jakarta yang diberi
tugas untuk membimbing mahasiswa PKM di
SMK selama kegiatan PKM. Dalam Buku
Pedoman PKM-FT-UNJ dijelaskan bahwa
persyaratan dosen pembimbing adalah: (1)
Berijazah minimal S1 Pendidikan atau dosen
yang telah mengikuti pelatihan membimbing
PKM yang diadakan oleh lembaga yang
berkepentingan. Telah bertugas minimal 4
tahun atau telah memiliki pangkat/golongan
minimal
III-b dan memahami materi
kependidikan; (2) Bagi Dosen yang berijazah S2 atau S-3 pendidikan dan telah bertugas
minimal 3 tahun atau telah memiliki jabatan
asisten ahli; (3) Diutamakan bagi dosen yang
berpengalaman
mengasuh
kelompok
matakuliah
kependidikan.
Selanjutnya
dijelaskan
bahwa
tugas-tugas
Dosen
Pembimbing adalah sebagai berikut : (1) Dosen
pembimbing wajib mengantarkan mahasiswa
PKM ke sekolah tempat praktik yang telah
ditetapkan ; (2) Mengikuti kegiatan penyusunan
program kerja PKM dan pembagian tugas
mahasiswa selama PKM di sekolah; (3)
Bersama guru pamong membimbing mahasiswa
dalam
menyusun
Rencana
Program
Pembelajaran (RPP) sesuai dengan pedoman
yang berlaku di sekolah; (4) Memonitor dan
mengobservasi kegiatan mahasiswa selama
PKM; (5) Secara berkala memberi saran,
motivasi dan membimbing mahasiswa yang
melaksanakan PKM bersama dengan guru
pamong dan kepala sekolah tempat PKM; (6)
Melaksanakan supervisi minimal 3 kali untuk
setiap mahasiswa bimbingannya; (7) Menilai
kemajuan mahasiswa dan bersama-sama
dengan guru pamong untuk menentukan
kelulusan mahasiswa; (8) Mengikuti perpisahan
30
PEND-06
PEMBAHASAN
Dari
angket
tentang
pelaksanaan
pembimbingan PKM oleh guru pamong
terhadap mahasiswa peserta PKM yang telah
dilakukan, hasilnya adalah sebagai berikut:
(%)Frekuensi
Jawaban
Tidak
Ya
64,0% 34,0%
97,9%
2,1%
95,7%
4,3%
100%
0%
91,5%
8,5%
63,8% 36,2%
91,5%
8,5%
68,1% 31,9%
91,9%
8,1%
100%
0%
93,6%
97,9%
6,4%
2,1%
44,7%
55,3%
100%
100%
100%
95,7%
100%
100%
0%
0%
0%
4,3%
0%
0%
100%
91,5%
0%
8,5%
97,5%
100%
100%
100%
87,2%
2,1%
0%
0%
0%
12,8%
PKM
27.
Selanjutnya
hasil
angket
tentang
pelaksanaan pembimbingan PKM oleh dosen
pembimbing terhadap mahasiswa peserta PKM
........ kali
yang telah dilakukan, hasilnya adalah sebagai
berikut:
31
PEND-06
(%)Jawaban
Ya
Tidak
66,7% 33,3 %
71,4%
100%
85,7%
28,6%
0%
14, 3%
66,7%
76,2%
85,7%
47,6%
76,2%
33,3%
23,8%
14,3%
53,4%
23,8%
71,4%
66,7%
28,6%
33,3%
85,7% 14,3%
........ kali
siswa, jumlah siswa secara keseluruhan dan halhal lain yang diperlukan oleh mahasiswa.
Mahasiswa mengobservasi di kelas saat
guru pamong mengajar. Responden yang
menjawab ya sebesar 92,8% dan tidak sebesar
7,2%. Hal ini dapat diartikan bahwa hampir
semua guru pamong telah diobservasi oleh
mahasiswa PKM pada saat mengajar. Pada saat
observasi mengajar memang seorang guru
pamong harus siap diobservasi oleh mahasiswa
bimbingannya dengan maksud Guru pamong
mengharuskan mahasiswa PKM menyusun RPP
sebelum mengajar. Responden yang menjawab
ya sebesar 100% dan tidak sebesar 0%. Hal ini
dapat diartikan bahwa semua guru pamong
sudah
mengharuskan
mahasiswa
PKM
membuat RPP sebelum mengajar. Hal ini agar
apa yang akan diajarkan oleh mahasiswa PKM
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
di sekolah tersebut.
Semua guru pamong memeriksa RPP. Hal
ini dapat diartikan bahwa semua guru pamong
sudah membimbing mahasiswa pada saat
penyusunan RPP. Meskipun mahasiswa PKM
sudah pernah latihan membuat RPP baik pada
saat mengikuti mata kuliah Kompetensi
32
PEND-06
33
PEND-06
34
PEND-06
35
PEND-06
Frekuensi
Kehadiran
31
25
6
7
Persentase
Kehadiran
44,9
36,2
8,7
10,2
36
PEND-07
ABSTRACT
Competence as a result of learning is the set of knowledge ( cognitive ) , skills ( psychomotor ) and attitudes ( affective ),
underlying students to work professionally. Competence gained from learning activities. The exact model of learning
practicum required to helping students achieve competence effectively and efficiently . The purpose of this study was to
produce effective practical learning model in delivering vocational students achieving Machining competence. The method
used in this study is methods of research and development. research result are PDTSm models developed as a practical
teaching model can improve machining competence of vocational students. This model has advantages in effectiveness, but
has a weakness in time efficiency especially at the stage of a structured practice that demands mastery learning. The next
stage semi- independent practice time efficiency can be achieved.The implication is that teachers should be able to manage
time and improve practice.
Keywords : learning , PDTSm , competence
ABSTRAK
Kompetensi sebagai hasil belajar adalah seperangkat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) dan perilaku
(afektif), mendasari siswa untuk bekerja secara profesional. Kompetensi didapatkan dari kegiatan pembelajaran. Model
pembelajaran praktikum yang tepat diperlukan untuk membantu siswa mencapai kompetensinya secara efektif dan efisien.
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan model pembelajaran praktikum yang efektif dalam mengantarkan siswa SMK
mencapai Kompetensi Pemesinan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan
pengembangan atau yang dikenal dengan research and development (R&D). Tahap-tahap penelitian pada tahap satu
dilakukan sampai pada tahap studi pengembangan, sementara uji validasi direncanakan dilakukan pada tahap dua (tahun
kedua). Hasil penelitian menunjukan bahwa model PDTSm yang dikembangkan sebagai model pembelajaran praktikum
dapat meningkatkan kompetensi pemesinan siswa SMK. Model ini memiliki kelebihan dalam efektifitas, tetapi memiliki
kelemahan dalam efisiensi waktu terutama pada tahap praktek terstruktur yang menuntut ketuntasan pembelajaran,
selanjutnya pada tahap praktik semi mandiri efisiensi waktu dapat dicapai. Implikasinya adalah guru harus dapat
memanajemen waktu praktikum dengan baik
Kata kunci: pembelajaran, PDTSm, kompetensi
1.
PENDAHULUAN
37
PEND-07
METODE PENELITIAN
38
PEND-07
Model PembelajaranPraktikum
(Model Direct Instruction)
Komponen
Isi
Luaran
Perencanaan
RENCANA
ISI
1. Tujuan
2. Materi
3. Metode
4. Alat
5. Evaluasi
Implementasi
IMPLEMENTASI MODEL
PrinsipInstruksiLangsung
1. SesuaiKompetensi
2. Step-by-step Learning
3. Individual Learning
4. Mastery Learning.
LangkahPembelajaran
1. Pendahuluan/Orientasi
2. PresentasiDemonstrasi
3. PraktikTerstruktur
4. PraktekSemi mandiri
Evaluasi
EVALUASI
1. Pendekatan
PAP
2. UjiKompete
nsi(integrasi
test
tertulisdanki
nerja)
SiswakompetenpadaKomp
etensiMelakukanPekerjaan
denganMesinBubut
39
PEND-07
Jugamenggunakanmetodepembelajaranbertahap. Hal
inirelevanjugadengan penelitian Rachanah (2010:90)
yang mengembangkan model pengembangan
kontruktivistik yang salah satunya model direct
intruction menghasilkan kesimpulan bahwa model
direct instruction mampu meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi dikarenakan kejelasan
skenario pembelajaran dan tahapan pembelajaran.
Pada penelitian ini kejelasan tahapan pembelajaran
terutama untuk pembelajaran praktik diterapkan
dalam bentuk lembar kerja (LK1 dan LK2). Dengan
adanya lembar panduan tersebut terutama LK1 yang
sangat terstruktur setiap langkah siswa menjadi
terstruktur dan diharapkan terus melekat (mewatak)
pada diri siswa sehingga menjadi suatu mekanisme
apabila siswa menemukan job dengan kompetensi
serupa. Hasilnya setelah melalui dua tahapan praktik
yang memakai panduan, siswa mampu praktik
secara mandiri pada tahap yang terakhir.
Keunggulan dari model pembelajaran hasil
pengembangan adalah efektif dalam meningkatkan
kompetensi siswa dan memudahkan siswa dalam
mencapai
kompetensi
lanjutan.
Sedangkan
kekurangan yang harus diperbaiki adalah masalah
efesiensi waktu pembelajaran pada sub kompetensi
dasar yang melebihi alokasi waktu pada
pembelajaran yang selama ini biasa dilakukan guru.
Namun waktu pencapaian untuk sub kompetensi
selanjutnya menjadi lebih cepat dari waktu yang
dialokasikan dikarenakan para siswa telah memiliki
dasar kompetensi yang baik sehingga pada sub
kompetensi berikutnya lebih cepat dalam
pencapaiannya.
Sehingga diharapkan pada
pelaksanaannya guru dapat membagi porsi waktu
pembelajaran lebih pada sub kompetensi awal
4.
REFERENSI
40
PEND-08
A. Pendahuluan
Pendidikan vokasi sebagai bagian dari sistem
pendidikan nasional memainkan peran yang sangat
strategis bagi terwujudnya tenaga kerja yang
terampil, siap kerja dan berkarak termulia. Dari
berbagai kajian bahwa peluang untuk memiliki
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan
dari suatu negara di era global ini akan semakin
besar jika didukung oleh SDM yang memiliki: (1)
pengetahuan dan kemampuan dasar untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan dan dinamika
perkembangan yang tengah berlangsung; (2)
karakter yang unggul, beriman dan bertakwa, (3)
jenjang pendidikan yang semakin tinggi; (4)
keterampilan keahlian yang berlatar belakang ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek); dan (5)
kemampuan untuk menghasilkan produk-produk
baik dari kualitas maupun harga, mampu bersaing
dengan produk-produk lainnya di pasar global1.
Pendidikan vokasi sebagai pranata utama
untuk penyiapan tenaga kerja yang siap pakai
memiliki tugas yang sangat berat. Hal ini sangat
beralasan karena fenomena dunia kerja dalam era
41
PEND-08
Salah satu upaya untuk mengimplementasikan nilainilai karakter dalam pembelajaran berbasis
kompetensi adalah dengan mengembangkan model
pembelajaran Competence Based Training (CBT)
berbasis karakter untuk pembelajaran praktik di
perguruan tinggi, khususnya pada pendidikan
vokasi.
Permasalahan yang akan dibahas adalah:
1)untuk mengetahui pengaruh penggunaan model
pembelajaran Competence Based training (CBT)
berbasis karakter terhadap sikap dan tingkah laku
mahasiswa, dan 2) untuk mengetahui pengaruh
penggunaan model pembelajaran Competence Based
training (CBT) berbasis karakter terhadap prestasi
belajar mahasiswa.
Pembelajaran berbasis kompetensi adalah
pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi
pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga
muara
akhir
hasil
pembelajaran
adalah
meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat
diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan
keterampilannya2.Konsep pembelajaran berbasis
kompetensi mensyaratkan dirumuskannya secara
jelas kompetensi yang harus dimiliki atau
ditampilkan peserta didik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran. Dengan tolok ukur pencapaian
kompetensi maka dalam kegiatan pembelajaran
peserta didik akan terhindar dari mempelajari materi
yang tidak perlu yaitu materi yang tidak menunjang
tercapainya penguasaan kompetensi.
Pencapaian setiap kompetensi tersebut terkait erat
dengan sistem pembelajaran.Dengan demikian
komponen minimal pembelajaran berbasis kompetensi
adalah:
a. pemilihan dan perumusan kompetensi yang tepat.
b. spesifikasi indikator penilaian untuk menentukan
pencapaian kompetensi.
c. pengembangan sistem penyampaian yang
fungsional dan relevan dengan kompetensi dan
sistem penilaian.
Pembelajaran berbasis kompetensi memiliki
lima karakteristik sebagai berikut: (1) Menekankan
pada ketercapaian kompetensi peserta didik baik
secara individu maupun klasikal, (2) Berorientasi
pada hasil belajar dan keragaman, (3) Penyampaian
dalam pembelajar-an menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi, (4) Sumber belajar bukan
hanya dosen tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif, dan
(5) Penilaian
menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian kompetensi3.
Lebih lanjut menurut Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP), yang dalam hal ini
Lembaga Sertifikasi Profesi Logam dan Mesin
Indonesia (LSPLMI), dinyatakan bahwa terdapat 4
(empat) dimensi kompetensi yang harus diperhatikan
yaitu: (1) Task Skill yaitu kemampuan untuk
melaksanakan tugas utama dari suatu pekerjaan, (2)
Task Management yaitu kemampuan untuk
42
PEND-08
kesatuan8.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
Penelitian
Pengembangan
(Research
and
Development).Pada penelitian tahap pertama
dilakukan kegiatan eksplorasi, yang terdiri dari studi
pendahuluan, penyusunan model konseptual,
validasi dan revisi, serta ujicoba model.Sedangkan
penelitian pada tahap kedua ini dilakukan kegiatan
implementasi dan diseminasi.
Kegiatan implementasi
model
materi
pembelajaran (konseptual) dilakukan dengan
menggunakan desain ekperimen semu atau Quasi
Experimental Design dua kelompok dengan pre-test
dan post-test8. Tujuan penggunaan desain ini untuk
menguji keefektifan model dan validasi model
konseptual yang telah dihasilkan secara empirik.
Pengujian keefektifan model dilakukan terhadap
model konseptual yang dikembangkan sehingga
dapat menjadi model empirik atau layak terap.
Karena proses implementasi dilakukan pada
pembelajaran praktik, sehingga desain penelitian
yang digunakan adalah desain posttest-only control
design. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik
pembelajaran praktik dimana untuk penilaian
prestasi mahasiswa dilihat dari benda kerja hasil
praktik, sehingga tidak diperlukan pretest. Adapun
desain penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar
di bawah ini:
R X O2
R
O4
Gambar 1. Posttest-Only Control Design
Keterangan :
R = kelas kontrol dan kelas uji coba diambil
secara random
O2 = posttest kelas uji coba
O4 = posttest kelas control
Lokasi untuk kegiatan penelitian ini adalah di
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta, dan industri
manufakturing bidangpemesinanyang ada di
Yogyakarta.
Metode dan teknik pengumpulan data pada
penelitian adalah: (1) lembar observasi, (2)
dokumentasi, (3) wawancara untuk menggali
tanggapan baik dari mahasiswa maupun dosen
pengajar, dan (4) lembar penilaian benda kerja
secara self assessment.
Data hasilpenelitian dianalisis dengan cara
kualitatif dan kuantitatif. Untuk menguji keefektifan
model yang dikembangkan dibandingkan dengan
model yang lama, dianalisis dengan menggunakan
metode t-test.
Aspek
Sikap /
perilak
u
Jujur
12
12
14
16
16
Disiplin
13
15
15
15
16
16
Tekun
11
12
12
14
16
Teliti
11
12
11
14
15
Mandiri
12
13
14
14
16
Kerjake
ras
10
12
15
14
14
Peduli
12
13
14
15
14
15
Jumlah Mahasiswa
padaper temuan ke
Rata-rata
Rat
arat
a
13.
0
15.
0
12.
0
11.
7
12.
5
11.
7
13.
8
12.
8
%
0.8
1
0.9
4
0.7
5
0.7
3
0.7
8
0.7
3
0.8
6
0.8
0
43
PEND-08
Aspek
Sikap /
perilak
u
Rat
arat
a
Jujur
12
12
8.8
Disiplin
10
12
10
12
10.
0
Tekun
10
6.5
Teliti
6.2
Mandiri
6.5
Kerja
keras
5.8
Peduli
11
12
7.8
Rata-rata Keseluruhan
7.4
Mhs
%
0.7
4
0.8
3
0.5
4
0.5
1
0.5
4
0.4
9
0.6
5
0.6
2
Mhs
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Job Praktik
I
II
III
75
78
82
78
78
75
77
73
78
75
77
82
78
76
77
80
75
78
82
68
76
77
80
80
78
80
78
80
77
82
76
76
80
75
78
80
73
68
78
65
70
77
65
70
75
72
68
75
Nilai rata-rata
prestasi Total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
12
Ratarata
78,33
77,00
76,00
78,00
77,00
77,67
75,33
79,00
78,67
79,67
77,33
77,67
73,00
70,67
70,00
71,67
76,06
Job Praktik
I
II
III
65
66
70
60
65
65
70
68
68
72
70
70
68
70
66
72
60
60
68
62
65
70
65
62
70
60
66
65
65
72
60
72
68
70
66
60
65
70
65
60
65
65
60
65
65
72
70
70
72
60
60
Nilai rata-rata
prestasi Total
Ratarata
67,00
63,33
68,67
70,67
68,00
64,00
65,00
65,33
67,33
67,33
66,67
65,33
66,67
63,33
63,33
70,67
64,00
66,33
44
PEND-08
45
PEND-08
[4].
[5].
[6].
[7].
[8].
[9].
Kelas
(Broad
Base
EducationBBE).Jakarta: Depdiknas. (2003).
Dedi
Supriyadi,
dkk.
Reformasi
Pendidikan Dalam Konteks Otonomi
Daerah.,Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
(2001).
Lickona, T. Educating for character, How
Our Schools Can Teach Respect and
responsibility. NewYork: Bantam Books.
(1992).
Bambang
Nurokhim.
Membangun
Karakter dan Watak Bangsa Melalui
Pendidikan Mutlak Diperlukan. Diambil
dari: http://www.tnial.mil.id/Majalah /Cakrawala, padatanggal 20 Januari 2010.
.(2007).
Darmiyati Zuchdi, KomarudinHidayat, dkk.
Grand Designd anNilai-nilai Target
Pendidikan Karakter. Yogyakarta: UNY
Press. (2009).
Borg, W.R., & Gall, M. D. Educational
Research, an intro-duction. New York:
Longman. (1998).
Berkowitz, M.W. The Education of
Complete Moral Person. Dalam bulletin,
Character Education, yang diterbitkan oleh
Character Education Partnership. (2000).
Daftar Pustaka
[1]. Suyanto. Urgensi Pendidikan Karakter.
Diambildari:
http://waskitamandiribk.
wordpress.com, pada tanggal 20 Januari
2010. (2010).
[2]. Sidik Purnomo. Prinsip Pembelajaran
Berbasis Kompetensi . Diambil pada
tanggal 22 April 2012, dari http://kidispur.
blogspot.com/prinsip-pembelajaranberbasis. html. .(2009)
[3]. Depdiknas.
Konsep
Pendidikan
Berorientasi Kecakapan Hidup (Life skill)
Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis
46
PEND-09
ABSTRACT
Learning form model of vocational education study program in mechanical engineering to meet the expectations of the
company has been investigated. The company is very demanding labor should be ready in its work in accordance with their
competence and no longer need to obtain job training, but it is currently not the case for any labor that is currently accepted
as workers must be trained since its competence is still lacking and yet meet the standards of jobs in the company. The
objective of research is to get a learning form model concept of vocational education study program in mechanical
engineering that is right and appropriate to meet the expectations of the company. The method used is a literature review,
survey, observation in the education institution and the company, data analysis of survey and observation, construction of
learning form model of vocational education study program in mechanical engineering to accomplishment hope of the
company, and the preparation of implementation plans learning form model of vocational education study program in
mechanical engineering Polytechnic Manado in the academic year 2015-2016. Its found that the learning form model that
varies depending on the characteristics of the subject material to be achieved and in the learning application of attitude
formulation according to attachment Permendikbud No. 49 2014 translated into measures of learning activities.
Keywords: Learning Form Model, Attitude, Company, Vocational Education
ABSTRAK
Model bentuk pembelajaran program studi pendidikan vokasi teknik mesin dalam memenuhi harapan dunia usaha telah
diteliti. Dunia usaha sangat menuntut tenaga kerja harus siap dalam pekerjaannya sesuai dengan kompetensinya dan tidak
perlu lagi mendapatkan pelatihan kerja, tetapi saat ini tidak demikian karena setiap tenaga kerja yang saat diterima sebagai
pekerja harus mendapatkan pelatihan berhubung kompetensi kerjanya masih kurang dan belum memenuhi standar pekerjaan
di dunia usaha tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan konsep model bentuk pembelajaran program studi
pendidikan vokasi teknik mesin yang tepat dan sesuai dalam memenuhi harapan dunia usaha. Metode yang digunakan
adalah kajian pustaka, survey, observasi di dunia pendidikan dan dunia usaha, analisis data survey dan observasi,
pembuatan model bentuk pembelajaran program studi pendidikan vokasi teknik mesin dalam memenuhi harapan dunia
usaha, dan penyusunan rencana implementasi model bentuk pembelajaran pada program studi pendidikan vokasi teknik
mesin Politeknik Negeri Manado pada tahun akademik 2015-2016. Hasil temuan menunjukkan bahwa model bentuk
pembelajaran bervariasi tergantung pada karakteristik materi mata kuliah yang ingin dicapai dan dalam penerapan
pembelajaran rumusan sikap menurut lampiran Permendikbud No. 49 Tahun 2014 dijabarkan ke dalam langkah-langkah
kegiatan pembelajaran.
Kata Kunci: Model Bentuk Pembelajaran, Sikap, Dunia Usaha, Pendidikan Vokasi
1.
PENDAHULUAN
47
PEND-09
METODE PENELITIAN
48
PEND-09
Bentuk Pembelajaran:
kuliah, responsi dan tutorial, seminar,
praktikum, praktik studio, praktik
bengkel, atau praktik lapangan,
penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat
Hasil Sikap
Kurang
Baik
Selesai
Gambar 1. Skenario proses pembelajaran satu kali
pertemuan pada sebuah mata kuliah
49
PEND-09
4.
IMPLEMENTASI PENELITIAN
KESIMPULAN
REFERENSI
[1]. A.Rifandi,
Mutu
Pembelajaran
dan
Kompetensi Lulusan Diploma III Politeknik.
Cakrawala, Th. XXXII, No. 1, (2013).
[2]. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan
Badan
Standar
Nasional
Pendidikan,
Rancangan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia
Tentang Standar Nasional Pendidikan
Tinggi (SNPT), (2013).
[3]. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 045/U/2002
Tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.
[4]. Moodies, G., 2008, From Vocational to
Higher
Education:
an
International
Perspective,
London:
McGraw-Hill
International (UK) Limited.
[5]. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014
Tentang Standar Nasional Pendidikan
Tinggi.
[6]. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
8 Tahun 2012 Tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia.
[7]. Robbins dan Judge, Perilaku Organisasi,
Salemba Empat, (2007).
[8]. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi.
[9]. UNESCO INSTITUT for SATISTICS,
International Standard Clasification of
Education (ISCED) 2011-Draft, For Global
Consultation June-October, p. 6, United
Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization, (2010).
[10]. Zainal N. Arifin, Model Teaching Industri
Politeknik Negeri Jakarta (Industry Based
Vocational Education System / IVE-PNJ
System),
http://dikti.go.id/blog/2014/02/10/modelteaching-industri-politeknik-negeri-jakartaindustry-based-vocational-education-systemive-pnj-system/, Diakses Tanggal 10 Desember
2014.
50
PEND-09
RIWAYAT PENULIS
1.
2.
3.
4.
Nama Lengkap
Tempat dan Tanggal Lahir
Organisasi/Institusi Asal
Alamat Korespondensi
5. Grup Penelitian
51
PEND-10
Pendahuluan
Perkembangan Teknologi Informasi
dan Komunikasi di Indonesia berjalan dari masa
ke masa. Indonesia sebagai negara yang sedang
berkembang, selalu mengadopsi berbagai
Teknologi Informasi dan Komunikasi .
Teknologi
informasi
dan
komunikasi
merupakan elemen penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Teknologi Informasi
dan Komunikasi yang perkembangannya begitu
cepat secara tidak langsung mengharuskan
manusia untuk menggunakannya dalam segala
aktivitasnya. Peranan teknologi informasi pada
aktivitas manusia pada saat ini memang begitu
besar.
Dalam bidang pendidikan, Teknologi
Informasi dan Komunikas (TIK) mempunyai
peranan yang luarbiasa. Berbagai perangkat
lunak seperti microsof office atau open Office
memudahkan para pelajar dan mahasiswa dalam
mengerjakan tugas, seperti laporan pratikum
dan artikel, juga ketika mempresentasikan tugas
di kelas.
Kehadiran TIK dalam pendidikan bisa
dimaknai dalam tiga paradigma, yaitu (1) TIK
sebagai alat atau berupa produk teknologi yang
bisa digunakan dalam pendidikan, (2) TIK
sebagai konten atau sebagai bagian dari materi
yang bisa dijadikan isi dalam pendidikan, dan
(3) TIK sebagai program aplikasi atau alat bantu
untuk manajemen pendidikan yang efektif dan
efisien. Ketiga paradigma tersebut disinergikan
dalam sebuah kerangka sumberdaya TIK yang
Peranan
teknologi
Informasi
dan
komunikasi dalam Bidang Pendidikan
Teknologi
pembelajaran
terus
mengalami
perkembangan
seiring
perkembangan zaman. Dalam pembelajaran
sehari-hari masalah Teknologi Informasi dan
Komunikasi sering dijumpai, yaitu mengenai
kombinasi teknologi audio-data, video-data,
audito video dan internet. Internet merupakan
alat komunikasi yang memungkinkan terjadinya
interaksi antara dua orang atau lebih.
Kemampuan
dan
karakteristik
internet
memungkinkan terjadinya proses belajar
52
PEND-10
Dampak
negative
dari
penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi
Selain membawa manfaat yang besar,
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) juga
mempunyai pengaruh buruk yang besar pula
pada perkembangan generasi anak bangsa. Saat
ini perangkat yang paling mempengaruhi anak
pelajar Indonesia antara lain:
Komputer
Handphone
Mp4 player
Game console dan
Media tontonan seperti televisi dan
film
Namun kali ini kita akan membahas
salah satu diantaranya yaitu pengaruh buruk
Teknologi Komputer. Pengaruh positif atau
negatif yang bisa muncul dari alat ini tentu saja
lebih banyak tergantung dari pemanfaatannya.
Bila anak-anak dibiarkan menggunakan
komputer secara sembarangan, pengaruhnya
bisa jadi negatif. Sebaliknya, komputer akan
memberikan pengaruh positif bila digunakan
dengan
bijaksana,
yaitu
membantu
pengembangan intelektual dan motorik anak.
Pengaruh buruk lewat internet
Mampu
mengakses
internet
sesungguhnya merupakan suatu awal yang baik
bagi pengembangan wawasan anak. Sayangnya,
anak juga terancam dengan banyaknya
informasi buruk yang membanjiri internet.
Melalui internetlah berbagai materi bermuatan
seks, kekerasan, dan lain-lain dijajakan secara
terbuka dan tanpa penghalang. Sebuah studi
yang menunjukkan bahwa satu dari 12 anak di
Canada sering menerima pesan yang berisi
muatan seks, tawaran seks, saat tengah
berselancar di internet. Bagaimana dengan di
Indonesia? Hal serupa tentu saja juga sering
terjadi.
Pengaruh Buruk Terlalu Sering Bermain
Komputer
Kecanduan
bermain
komputer
ditengarai memicu anak menjadi malas menulis,
menggambar atau pun melakukan aktivitas
sosial. Kecanduan bermain komputer bisa
terjadi terutama karena sejak awal orangtua
53
PEND-10
Kesimpulan
Ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang terus, bahkan dewasa ini
berlangsung dengan pesat. Perkembangan itu
bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau
hari, melainkan jam, bahkan menit atau detik,
54
PEND-11
.PENDAHULUAN
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka
tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan model
55
PEND-11
Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini secara khusus
bermanfaat
untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran mata kuliah PPP bagi jurusan
Pendidiklan Vokasi Teknik Mesin Unesa sehingga
LPTK tetap dan selanjutnya mampu meningkatkan
kompetensi mahasiswa lulusannya.
KAJIAN PUSTAKA
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK)
Tugas utama LPTK adalah mendidik dan
mengajar serta mengembangkan ilmu terutama ilmu
pendidikan dan ilmu yang terkait dangan program
pendidikan tenaga kependidikan. Tugas utama
tersebut diarahkan untuk menghasilkan guru dan
tenaga kependidikan yang berkualitas baik dalam
wawasan, sikap, keterampilan profesi maupun
kepribadian sebagai pendidik serta anggota warga
negara teladan. (Depdiknas, 2002)
Sarna
(2007:
442),
menyatakan
pengalamannya selama mendidik mahasiswa calon
guru mulai tahun 1964, bahwa: Mendidik calon
guru
yang
profesional
tidaklah
mudah,
membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat dan
dilakukan dengan terprogram, bertahap dan
berlanjut.
Pada era sentralisasi pendidikan, kewenangan
dalam pembinaan guru diatur secara terpusat oleh
pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Upaya peningkatan mutu guru
menjadi penting mengingat latar belakang sejarah
penyiapan calon guru yang dilakukan sesuai dengan
kondisi dan permasalahan yang terjadi di masanya.
Untuk menyiapkan guru sekolah rakyat (SR) atau
sekolah dasar (SD) dilaksanakan melalui lembaga
sekolah guru B (SGB) yang selanjutnya berubah
menjadi sekolah pendidikan guru A (SGA) yang
kemudian berubah menjadi sekolah pendidikan guru
(SPG), sekolah guru olahraga (SGO), sekolah guru
pendidikan luar biasa (SGPLB). Perkembangan
selanjutnya lembaga penghasil calon guru SD, SMP
SMA dan SMK dihapus dan kewenangan mencetak
calon guru diberikan kepada lembaga yang diberi
kewenangan untuk itu yakni Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK) yang berada di
jajaran Direktorat Pendidikan Tinggi.
Selanjutnya pada era tahun 70-an dan 80-an
terdapat 10 (sepuluh) institution preservice
education and training (Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan) negeri, yakni IKIP Jakarta, IKIP
Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Malang, IKIP
Surabaya, IKIP Makasar, IKIP Manado, IKIP
56
PEND-11
57
PEND-11
Berdasarkan
beberapa
pendapat
dan
pendekatan tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa profesi guru adalah mulia, ideal, berat dan
kompleks, karena bertugas meneruskan ilmu
pengetahuan, teknologi, aturan, tata nilai kepada
generasi penerus yang dapat berdampak langsung
atau tidak langsung terhadap perkembangan manusia
dan kemanusiaan dalam lingkup individu ataupun
dalam lingkup sosial bangsa atau negara dan dunia.
Menurut Westby-Gybon (1965) dan Sambas
Soerjadi (2001: p 1-2), suatu pekerjaan dapat
dikatakan sebuah profesi jika: (a) mendapat
pengakuan masyarakat dan pemerintah mengenai
bidang layan tertentu yang dapat dilakukan karena
keahlian dan kualifikasi tertentu yang berbeda
dengan profesi lain; (b) menmiliki landasan teknik
dan prosedur kerja yang unik; (c) memerlukan
persiapan yang sengaja dan sistematis sebelum
menegerjakannya; (d) memiliki mekanisme yang
diperlukan untuk melakukan seleksi secara efektif
sehingga hanya yang dianggap kompetitiflah yang
diperbolehkan melaksnakan bidang pekerjaan; (e)
memiliki organisasi profesi untuk melindungi
kepentingan anggotanya dan menjamin anggot untuk
menyelenggarakan layanan keahlian yang terbaik.
Penelitian Relevan
1. Yuanto, 2005 dalam penelitian berjudul:
Analisis
Pelaksanaan
Program
Praktek
Pengalaman Lapangan Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Akuntansi Jurusan Ekonomi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang. Hasil penelitian menyebutkan ada
pengaruh
signifikan
peranan
dosen
pembimbing (14,21 %) dan Guru Pamong (24,
30 %) terhadap nilai PPL mahasiswa.
Penelitian ini memberikan saran untuk lebih
meningkatkan kualitas bimbingan dosen
pembimbing dan guru pamong berdasarkan
perencanaan yang telah disusun oleh Unit PPL.
2. Mardiyono, 2006 dalam penelitian berjudul:
Praktek PPL Terpadu Dalam Meningkatkan
Kualitas Calon Guru. Penelitian ini bertujuan
mengkaji pelaksanaan model KKN-PPL terpadu
Universitas Negeri Yogyakarta. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah: (a) program ini terjadi
karena ada kerjasama yang baik antara
pengelola LPTK, Dinas Pendidikan, Kepala
Sekolah, Pemerintah Daerah untuk mewujudkan
Guru profesional; (b) terdapat kesesuaian antara
model KKN-PPL terpadu dengan tuntutan 4
kompetensi Guru; (c) terdapat kelayakan beban
6 SKS model KKN-PPL terpadu dibandingkan
antara waktu yang digunakan dengan kenyataan
pelaksanaannya; (d) perlu antisipasi munculnya
faktor penghambat dalam program ini.
58
PEND-11
Kemitraaan
Kemandirian
Kependampingan
Gambar 1.
Model Program Pengelolaan Pembelajaran
59
PEND-11
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Amin, Mustghfirin. (2015, Mei). Optimalisasi
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Dalam
Menghadapi Tantangan Global. Makalah
disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan,
di Universitas negeri Surabaya.
[2]. Borg,W.R.,& Gall. (1983). Educational
Research: An Introduction (Fourth Edition).
New York: Longman.
[3]. Creswell, J.W. (2009).Research design:
qualitative, quantitative and mixed methods
approaches (3rd ed.). London: SEGE
Publication.
[4]. Cruickshank, D.R., Jenkins, D.B., & Metcalf,
K.K. (2005). The act of teaching (4th edition).
New York: McGraw-Hill.
[5]. Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor
20, Tahun 2003, tentangSistem Pendidikan
Nasional.
[6]. Direktorat Akademik UPI (2011). Panduan
program latihan profesi. Bandung: Direktorat
Akademik UPI.
[7]. Kusrahmadi, S.D. (2008). Paradoks praktik
pengelaman lapangan (PPL) mahasiswa D-II
PGSD FIP UNY. Skripsi tidak dipublikasikan,
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
60
PEND-12
1.
PENDAHULUAN
Sebagai upaya peningkatan kualitas
pendidikan
melalui
peningkatan
proses
pembelajaran di sekolah menengah atas, setiap guru
dituntut melakukan inovasi pembelajaran, seperti
dalam menggunakan pendekatan pembelajaran yang
tepat sebagai upaya meningkatkan penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran, seperti dalam pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Belajar
dalam kelompok tentu akan lebih efektif dalam
meningkatkan kemampuan belajar TIK siswa jika
didukung oleh keinginan yang kuat dari masingmasing anggota kelompok untuk belajar. Salah satu
tipe pembelajaran dalam pendekatan pembelajaran
kooperatif adalah tutor sebaya (peer tutoring). Tipe
ini dianggap jenis pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana se-hingga mudah diterapkan di
sekolah, seperti dalam pembelajaran TIK, karena
siswa hanya dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
dan kemudian bekerjasama dalam mempraktekkan
materi pelajaran yang diberikan sesama anggota
kelompok yang berhubungan dengan bahan ajar.
Penggunaan pendekatan pembelajaran
kooperatif dilakukan dengan harapan agar siswa
lebih belajar, seperti aktif bekerjasama dalam
praktek dengan teman-temannya, dan aktif
melakukan tanya jawab dengan kelompok lain. Jadi,
pendekatan pembelajaran kooperatif dipandang
relevan agar siswa dapat belajar bersama dalam
menyelesaikan soal-soal latihan atau praktikum
suatu materi dalam pelajaran TIK.
Nana Sudjana (2000:7), hasil Belajar
merupakan suatu kompetensi atau ke-cakapan yang
dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan
pembelaja-ran yang dirancang dan dilaksanakan oleh
guru di suatu sekolah dan kelas tertentu.
Hasil
belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam
61
PEND-12
Prest test
(RO1-O3)
Post test
(RO2O4)
Tutor
Sebaya
Eksperimen
Tutor
Sebaya
Kontrol
Ceramah
Perlakuan
(X)
O1
O3
O2
Ceramah
PEMBAHASAN
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan menggunakan metode tutor sebaya
dengan metode ceramah pada mata pelajaran TIK
kelas X di SMA Negeri 7 Manado. Ini berarti bahwa
proses pengajaran dengan menggunakan model
pembelajaran tutor sebaya dapat memberikan hasil
belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan
metode pembelajaran konvensional seperti ceramah.
Ditinjau dari sisi efektifitasnya dapat dikatakan
pengajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran tuitor sebaya akan lebih efektif
dibandingkan
dengan
pengajaran
yang
menggunakan metode ceramah.
5.
KESIMPULAN
Pertama,
Proses
pengunaan
model
pembelajaran tutor sebaya di SMA Negeri 7 Manado
dikategorikan
baik
artinya
siswa
dapat
menumbuhkan hubungan antar pribadi diantara
siswa yang mempunyai latar belakang yang berbeda
sehingga dalam proses belajar berlangsung mereka
dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang
muncul.
Kedua, Berdasarkan analisis dan hasil pengujian
hipotesis serta hasil pembahasan yang telah yang
telah di uraikan dalam bab-bab sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran tutor sebaya dan yang
menggunakan metode ceramah dan secara signifikan
berpengaruh positif terhadap hasil belajar TIK siswa
SMA Negeri 7 Manado.
O4
6.
DAFTAR PUSTAKA
62
PEND-12
63
PEND-13
Selamat Riadi
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
e-mail : selamatriadi.unimed@gmail.com
ABSTRAK
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia usaha dan industri yang selalu lebih
cepat dibanding dengan lembaga pendidikan (teknologi dan kejuruan) mengharuskan lembaga pendidikan
melakukan kerjasama dengan dunia usaha/industri untuk mencapai target pendidikannya juga guna mereduksi
mahalnya biaya pendidikan itu sendiri. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat model kerjasama yang
memungkinkan dikembangkan jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan dengan dunia
usaha/industri di kawasan Medan, Binjai dan Deli Serdang.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan/industri yang berada di kawasan Medan, Binjai dan Deli
Serdang yang terkait dengan Jurusan Teknik Mesin FT. Unimed dengan jumlah sampel 26 perusahaan/industri.
Metode yang dikembangkan adalah survey dan eksprimen model kerjasama yang dikembangkan. Data-data
yang dikumpulkan berupa dokumentasi, data deskriptif, data kuantitatif dan kualitatif melalui pengamatan
proses.
Hasil penelitian ini menyimpulkan: 1) Tingkat kesediaan industri bekerjasama dengan Jurusan Teknik
Mesin FT Unimed adalah baik (88,5%), namun tidak dan kurang bersedia memberi rekomendasi pada
mahasiswa untuk bekerja di Industri tempat PKLI, 2) Potensi dan kerjasama Jurusan Teknik Mesin dan Pihak
DUDI yang dapat dikembangkan adalah pengembangan unit usaha dan produksi (53,8%) dan bidang
kepelatihan industri (termasuk PKLI dan magang) adalah 88,5%, 3) Kompetensi yang harus dimiliki
mahasiswa Jurusan Teknik Mesin FT. Unimed dalam melaksanakan kerjasama dengan DUDI adalah disiplin,
bertanggung jawab, mampu membaca gambar, bersedia bekerja di lapangan, dan dapat bekerja sesuai
bidangnya, 4) Bentuk/Model kerjasama Jurusan Teknik Mesin dengan Pihak DUDI yang dapat dikembangkan
adalah PKLI, Magang, dan Pengembangan Program Unit Jasa dan Produksi, 5) Tanggapan pihak DUDI
terhadap mahasiswa atau dosen yang melak-sanakan praktek lapangan industri (PKLI), survey, penelitian,
atau magang di DUDI adalah baik.
Kata Kunci : Model Kerjasama, Jurusan Teknik Mesin, Dunia Usaha/Industri
A. PENDAHULUAN
64
PEND-13
65
PEND-13
3.
4.
5.
6.
2.
No.
Jenis Kesediaan
1.
2.
Sedia
(%)
88,5
Tidak
(%)
11,5
73,1
26,9
Memberi informasi
pelaksanaan PKLI
Ikut membimbing
mahasiswa PKLI
Mengevaluasi/menilai
keberhasilan mahasiswa PKLI
Memberi rekomendasi pada mahasiswa
untuk bekerja di
Industri tempat PKLI
Kesediaan
Kurikulum
DUDI
88,5
11,5
65,4
34,6
80,8
19,2
100
Dalam
Penyusunan
No.
Jenis Kesediaan
Sedia
(%)
Tidak
(%)
61,5
38,5
69,2
30,8
46,2
53,8
69,2
30,8
38,5
61,5
66
PEND-13
No.
Jenis Kesediaan
Sedia
(%)
Tidak
(%)
84,61
15,39
96,15
3,85
100
67
PEND-13
kualitas temuan masih memerlukan peningkatan yang lebih intensif dari berbagai perspektif
c) Pelaksanaan Kerjasama Pengembangan
Program
Pelaksanaan kerjasama pengembangan
program dilakukan dengan cara membuat
kontrak kerja dalam melaksanakan suatu
pekerjaan. Model kerjasama ini melibatkan Unit
Jasa dan Produksi yang dibentuk di Laboratorium/Workshop Jurusan Teknik Mesin FT.
Unimed. Alur kerja sistem kontrak ini dapat
dijelaskan dalam skema sebagai berikut:
68
PEND-13
Saran
69
PEND-14
Pendahuluan
Fakultas
Teknik
ataupun
Fakultas
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan dalam lingkup
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) memiliki peran sentral dalam upaya
menghasilkan calon-calon pendidik kejuruan yang
nantinya mampu menghasilkan sumberdaya
manusia berkualitas yang siap memasuki dunia
kerja. Melalui interaksi pengajaran, penelitian, dan
pengabdian
pada
masyarakat
diharapkan
berkembang sistem pendidikan yang mampu
mengembangkan potesi peserta didik secara
optimal. Keselarasan tiga unsur tridharma
perguruan tinggi tersebut merupakan kunci utama
sksesnya penyelenggaraan pendidikan tinggi
termasuk LPTK.
Penelitian dengan berbagai macam ragamnya
memiliki peran strategis dalam upaya mewujudkan
visi pendidikan teknologi dan kejuruan. Urgensi
penelitian dalam lingkup pendidikan teknologi dan
kejuruan dikemukakan oleh Rauner dan Maclean
(2008:9):
vocational education and training is
important for the global economy
because it serves the qualifi cation of
skilled workers for the intermediary
sector of the employment system,
TVET research is still largely shaped
by national traditions of vocational
education
70
PEND-14
c.
d.
e.
f.
71
PEND-14
b.
72
PEND-14
73
PEND-14
4.
5.
bias
gender.
Stereotype
yang
berkembang di masyarakat menyebabkan
terhalanginya akses, kontrol dan manfaat
yang sama bagi laki-laki maupun
perempuan untuk mendapatkan layanan
pendidikan yang setara. Menjadi
tantangan untuk mewujudkan pendidikan
teknologi dan kejuruan yang responsif
gender, atau dengan kata lain diperlukan
desain pendidikan vokasi yang layak
baik untuk laki-laki maupun perempuan.
6.
7.
74
PEND-14
e.
f.
g.
h.
9.
Kolaborasi
terpadu
dan
saling
menguntungkan antara siswa (lulusan),
dunia usaha/dunia industri (Du/Di),
pemerintah, dan masyarakat
Upaya mewujudkan learning outcome
yang selaras dengan tuntutan dunia kerja
diyakini tidak dapat terwujud bila tidak
disertai dengan kerjasama sinergis antara
lembaga pendidikan dengan berbagai
stakeholders termasuk dunia kerja.
Bahkan dapat dinyatakan bahwa
kerjasama sinergis merupakan syarat
mutlak bagi terwujudnya pendidikan
vokasi yang kuat dan efektif. Oleh
karenanya menjadi tantangan untuk
mewujudkan kerjasama sinergis yang
saling menguntungkan antar berbagai
pihak dalam pelaksanaan pendidikan
vokasi.
75
PEND-14
1.
2.
3.
1.
2.
PUSAT PENGEMBANGAN
INOVASI TEKNOLOGI TERAPAN
1.
2.
Skilled work
Pengembangan Kurikulum dan Standar
(Curriculumand standards)
3. Pengembangan Teaching and Learning- processes
based research
4. Pendidikan Guru dan Calon Guru Kejuruan
5. Sistem Pendidikan Vokasi
6. Pengembangan Manajemen dan Peningkatan Kualitas
Pendidikan Vokasi
7. Peningkatan Kerjasama dan Pemberdayaan
Masyarakat
8. Analisis Kebijakan Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan
76
PEND-14
Daftar Pustaka
[1]. 21st Century Student Outcome and Support
System.
Diambil
dari
www.21stcenturyskills.org., pada tanggal 23
April 2011
[2]. Champion Dean, J. (1981) Basic Statistic for
Social Research. New York: Mc Millan
Publishing. Co
[3]. Djoko Santoso. (2012). Pengembangan
Pendidikan Tinggi Dalam Skala Nasional dan
Internasional. Makalah. Disampaikan dalam
Pelatihan Manajemen bagi Pejabat di
Lingkungan UNY, tanggal 13 Februari 2012.
[4]. Kerlinger, Fred, N (1973) Foundation of
Behavioral Research. New York: Holt
Rinehard
[5]. Rauner, F & Maclean, R. (2008). Handbook of
technical and vocational education and
training research. New York: Springer
[6]. Sevilla, C. Et all. (1993). Pengantar metode
penelitian. Jakarta: UI Press
77
PEND-15
1.
Pendahuluan
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting untuk
menjamin
pertumbuhan
dan
kelangsungan
kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan proses
untuk membantu pembangunan manusia dalam
pengembangan dirinya agar dapat menghadapi
segala tantangan dan permasalahan yang terjadi.
Proses belajar mengajar di sekolah merupakan
salah satu kegiatan pendidikan yang sangat
menentukan kualitas pendidikan dan juga hasil
belajar siswa, bila proses belajar mengajar kurang
baik akan mengakibatkan ketidakberhasilan siswa
dalam mencapai kualitas serta hasil yang diharapkan.
Hasil belajar siswa merupakan suatu indikasi dari
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa
setelah mengalami proses belajar mengajar. Dari
hasil inilah dapat dilihat keberhasilan siswa dalam
memahami suatu materi pelajaran. Oleh karena itu
untuk mencapai hasil belajar yang baik dibutuhkan
strategi pembelajaran yang tepat, karena strategi
pembelajaran merupakan sarana interaksi antara
guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Strategi pembelajaran yang tepat sangat diperlukan
demi meningkatkan kemampuan siswa terkhusus
dalam penerapannya pada kompetensi dasar
menggunakan dan merawat baterai.
78
PEND-15
Dibelajarkan
dengan
Model
Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments)
dan STAD (Student Teams Achievement Division)
II.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan
adalah
metode
Eksperimen
Semu (Quasi
Ekperiment). Menurut Ruseffendi dalam Sugiyono,
quasi eksperiment atau penelitian semu adalah
metode penelitian yang tidak memungkinkan
peneliti melakukan pengontrolan penuh terhadap
variabel dan kondisi yang mempengaruhi jalannya
eksperimen. Dalam hal ini desain penelitian yang
digunakan adalah pretest-posttest non-equivalent
group design (pretes-postes kelompok yang tak
ekuivalen), yakni sebagai berikut:
Tabel 2.1 Design Penelitian
Kelompok
Pretes
Perlakuan
Postes
Kelas STAD
O1
X1
O2
X2
O2
Kelas TGT
O1
Keterangan:
X1
: Pembelajaran kooperatif tipe STAD
X2
: Pembelajaran kooperatif tipe TGT
O1
: Tes awal
O2
: Tes akhir
III. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1.
Deskripsi Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah
data hasil belajar teknik listrik dasar otomotif yang
diperoleh dari 60 siswa yang terdiri dari 30 siswa
kelas X TKR 3 yaitu siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif Teams
Games Tournament (TGT) dan 30 siswa kelas X
TKR 2 yaitu siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif
Student Teams Achievement Division (STAD). Data
yang diperoleh berupa data pretest sebelum
perlakuan dan data postest setelah perlakuan, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Statistik Deskriptif data hasil Pretest siswa
Data statistik
Jumlah sampel
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Rentang
Jumlah nilai
Rata-rata
Simpangan baku
Varians
Kelas TGT
30
95
30
65
1556
51,87
15,21
231,43
Kelas STAD
30
95
25
70
1515
50,5
19,51
380,69
79
PEND-15
Kelas TGT
30
95
60
35
2379
79,3
9,51
90,44
Kelas STAD
30
95
55
40
2237
74,57
10,95
119,91
Banyak
sampel
30
X2hitung
X2tabel
Kesimpulan
4,45
11,07
30
4,71
11,07
Berdistribusi
Normal
Berdistribusi
Normal
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas ragam atau uji kesamaan
variansi bertujuan untuk mengetahui sampel hasil
belajar siswa berasal dari populasi yang homogen
atau heterogen. Uji homogenitas menggunakan uji F
dengan taraf signifikan a= 0,05 dan dk pembilang=
n-1= 30-1= 29, dk penyebut= n-1= 30-1= 29.
Hasil Pengujian diperoleh dari Fhitung= 1,33
dan Ftabel= 1,86. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa Fhitung< Ftabel, maka data yang diperoleh
dari tes hasil belajar siswa dari kelas TGT dan kelas
STAD memiliki variansi yang sama. Dengan
demikian, kedua kelas berasal dari data populasi
yang Homogen.
Tabel 3.4 Hasil pengujian homogenitas data
Kelas
Kelas TGT
Kelas STAD
Varian
231,43
Fhitung
1,64
Ftabel
1,86
380,69
3. Pengujian Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang akan
diuji nilai kebenarannya. Untuk dapat diuji, suatu
hipotesis harus dinyatakan secara kuantitatif.
Dari pengujian homogenitas dan normalitas
didapat bahwa kedua kelas berasal dari populasi
yang homogen dan normal. Uji perbedaan dengan
taraf signifikan a= 0,05 dan derajat kebebasan dk=
n1+n2 -2= 30 +30 -2= 58.
Dalam perhitungan didapatkan harga thitung =
1,9499 selanjutnya dibandingkan dengan harga
ttabel dengan ketentuan dk = (n1 + n2) - 2 = 58 , dan
kesalahan yang ditetapkan sebesar 5% maka harga
ttabel adalah 1,67155. Karena harga thitung
(1,94994) lebih besar dibandingkan harga ttabel
(1,67155), maka Ho ditolak Ha diterima. Dengan
demikian Ada perbedaan rata-rata hasil belajar
mata pelajaran Teknik Listrik Dasar Otomotif siswa
yang
dibelajarkan
menggunakan
model
80
PEND-15
Sampel
Mean
Varian
Sgab
thitung
ttabel
Kelas
TGT
Kelas
STAD
30
79,3
90,44
10,26
1,9499
1,6715
30
74,57
119,91
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
SMKN 39 Jakarta diperoleh data bahwa
pembelajaran kooperatif TGT pada kelas X TKR 3
memberikan hasil belajar yang lebih tinggi daripada
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas
STAD. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata tes hasil
belajar kognitif siswa pada TGT lebih tinggi
daripada kelas STAD. Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis diperoleh thitung= 1,94994 dan ttabel,
yaitu 1,67155. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) lebih tinggi dari
pada model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Acheivement Division (STAD).
Kedua model pembelajaran ini mempunyai
persamaan
yaitu
membagi
kelas
dalam
kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang
siswa yang heterogen. Masing-masing anggota
kelompok dituntut untuk menguasai materi dan
mampu menyelesaikan soal yang diberikan oleh
guru. Perbedaannya, dalam STAD digunakan kuis
untuk mengukur perkembangan belajar siswa,
sedangkan dalam TGT Peningkatan hasil belajar
siswa terjadi karena dalam proses pembelajarannya
digunakan game dan turnamen dimana siswa
berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan
anggota tim yang lain. Dengan demikian pemberian
latihan soal yang tidak sedikit dan disajikan dalam
bentuk permainan kompetisi juga sangat mendorong
siswa untuk mengerjakannya. Sehingga dengan
memberikan banyak latihan soal ini akan menambah
pengetahuan siswa dan membantu siswa untuk
menguasai materi pelajaran.
Pada pertemuan pertama kelas eksperimen 1,
kelompok sudah dibentuk dalam kelas. Terdapat
beberapa siswa yang menolak dibentuknya
kelompok
karena
dalam
pembentukkan
kelompoknya tidak sesuai keinginan sendiri dari
siswa, namun siswa tersebut tetap mengikuti KBM.
Di dalam kelompok, masing-masing siswa
memperhatikan presentasi yang dilakukan oleh guru.
81
PEND-15
materi
pembelajaran.
Karena
dalam
pembelajarannya, siswa yang kurang mampu dalam
menyelesaikan masalah akan dibantu teman
sekelompoknya untuk kemajuan skor kelompok.
Dalam permainan juga akan mengadu cepat
kemampuan siswa untuk menjawab tiap nomor soal.
Dengan demikian model pembelajaran ini sangat
membantu guru untuk menambah variasi dalam
mengajar dan terbukti hasil belajar siswa juga
menjadi lebih baik.
untuk
Penelitian.
V.
Kooperatif,
82
PEND-16
PENDIDIKAN NASIONAL
TANTANGAAN, HARAPAN DAN SOLUSI
C. Rudy Prihantoroi
crudy@unj.ac.id
Abstrak
Sumber daya manusia yang mumpuni, tidak hanya dalam konteks kuantitas tetapi juga aspek kualitas. Kualitaa sumber daya
manusia yang dapat memajukan negara, tentu tidak terlepas dari grand design human resources yang menjadi kebijakannya.
Pendidikan menjadi sentral dalam konteks sumber daya manusia untuk mencapai tujuan grand design human resources.
Tantangan untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dapat tercapai jika semua unsur pendidikan terlibat dalam peran tugas
dan fungsinya.
Indonesia telah meratifikasi GATS (General Agreement on Trade in Sevices) dan AFTA (ASEAN Free Trade Area) untuk
perdagangan bebas antar negara. Tantangan globalisasi tidak akan dapat lagi mencegah masuknya arus barang dan jasa;
arus investasi; dan arus sumber daya manusia yang kompeten. Jika Bangsa Indonesia tidak menyiapkan secara sungguhsungguh dalam meningkatkan sumber daya manusia yang kompeten, maka bisa jadi akan masuk tenaga kerja asing yang
memiliki daya saing lebih tinggi dan dipekerjakan di berbagai sektor industri dan jasa.
Pendidikan nasional untuk menghadapi tantangan tersebut harus mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang harus
mencerminkan karakter keprofesionalannya.
Inovasi pendidikan sebagai perspektif baru dalam dunia kependidikan menjadi alternatif untuk memecahkan masalahmasalah pendidikan. Salah satu peran yang diharapkan dari insan pendidikan dalam inovasi pendidikan ini adalah
kreativitas dan dinamika yang tiada henti dengan mensinkronkan diri terhadap perkembangan yang terjadi di
lingkungannya.
Kata kunci: pendidikan, sumber daya manusia, inovasi pendidikan.
PENDAHULUAN
Perkembangan sumber daya dunia saat ini sudah
sulit diprediksi dengan pola linier yang menjadi pola
prediksi yang dikembangkan untuk tingkat kemajuan
suatu komunitas manusia, katakanlah suatu daerah
atau negara. Negara yang memiliki sumber daya
alam bukanlah menjadi suatu jaminan menjadi
negara yang hebat tanpa dimilikinya sumber daya
manusia yang mumpuni. Tetapi suatu negara yang
memiliki sumber daya manusia yang mumpuni,
dapat mengembangkan negaranya menjadi negara
yang maju. Sumber daya manusia yang mumpuni,
tidak hanya dalam konteks kuantitas tetapi juga
aspek kualitas. Kualitaa sumber daya manusia yang
dapat memajukan negara, tentu tidak terlepas dari
grand design human resources yang menjadi
kebijakannya.
Pendidikan menjadi sentral dalam konteks sumber
daya manusia. Bagaimana dapat mencapai tujuan
grand design human resources? Apa tantangan
untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam
grand design human resources? Kapan dapat
tercapai harapan yang dicita-citakan? Hal inilah
yang selalu menjadi substansi pendidikan nasional
masa depan yang hangat dibahas setiap saat.
PARADIGMA PENDIDIKAN
Dapatlah dipahami bahwa haruslah ada cara-cara
baru atau pola baru dalam mengkaji pendidikan
83
PEND-16
84
PEND-16
kemajuan lebih pesat.2 Hal ini disebabkan karena
tingkat kemajuan suatu bangsa juga dapat ditinjau
dari tingkat pendidikan rakyatnya. Semakin baik
tingkat pendidikan masyarakat, semakin maju pula
bangsanya. Sebaliknya semakin terpuruk dan
rendahnya pendidikan rakyatnya, jangan diharapkan
bangsanya akan maju.
Implikasi hasil pendidikan yang diharapkan yang
dapat diidentifikasi sebagai berikut : (a) peserta
didik menunjukan penguasaan yang tinggi terhadap
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, (b)
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, (c) sesuai
dengan kebutuhan peserta didik, untuk keperluan
hidupnya di masyarakat, (d) tidak mengakibatkan
adanya pemborosan ekonomi maupun pemborosan
sosial, (e) menghasilkan sesuatu yang produktif, (f)
dapat dipertanggungjawabkan, (g) memberikan
sesuatu yang memenuhi spesifikasi dan bernialai
tinggi, (h) dapat merespon tuntutan kebutuhan
masyarakat, (i) dapat dimanfaatkan dalam jangka
panjang yang relatif lama.
85
PEND-16
PENUTUP
Pendidikan tidak terlepas dari pengaruh kehidupan
manusia yang berkembang saat ini dan prediksi
masa depan. Rancangan pendidikan saat ini tidak
dapat dinikmati saat ini, tetapi hasil pendidikan
dapat dituai setelah kurun waktu berjalan sekian
lama kedepan. Kekeliruan dalam mengambil
keputusan saat ini tentang kebijakan pendidikan
nasional, akan berakibat pada kegagalan bangsa
dimasa depan.
Peran SDM dalam pendidikan nasional memiliki
dampak yang besar untuk bangsa ini. Sekecil apapun
peran yang disumbangkan dalam komunitas lembaga
pendidikan dapat mempengaruhi keberhasilan
bangsa ini. Salah satu peran yang diharapkan dari
insan pendidikan adalah kreativitas dan dinamika
yang tiada henti dengan mensinkronkan diri
terhadap
perkembangan
yang
terjadi
di
lingkungannya.
REFERENSI
[1] Cheng, Y.C. 2000. A CMI-Triplization
Paradigm for reforming education in the new
millennium.
International
Journal
of
Educational Management. 14(4).
[2] Hasbullah. Kebijakan Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2015.
[3] Bobby
de
Porter
dkk,
Quantum
Teaching(Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2000)
h.29
[4] http://strategikomunikasi.blogspot.com/2011/12
/difusi-inovasi.html diakses tgl 3 Mei 2015
i
http://strategikomunikasi.blogspot.com/2011/12/dif
usi-inovasi.html
86
MAN-02
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laju pertumbuhan industri otomotif di
Indonesia, sebagai penghasil komponen maupun
kendaraan bermotor, telah berkembang dengan
cukup pesat. Metode pengecoran yang banyak
diaplikasikan di industri otomotif salah satunya
adalah proses pengecoran cetak (die casting) yang
menggunakan material paduan aluminium-silikon
(Al-Si). Proses ini memiliki banyak keuntungan
ekonomis karena dapat memproduksi komponen
dengan toleransi ukuran yang sangat kecil dan
permukaan yang halus. Meskipun keuntungan
tersebut terkendala oleh mahalnya biaya material
dan pembuatan cetakan (dies). Biasanya biaya
cetakan akan mempengaruhi paling sedikit 20%
biaya produksi total pada industri die casting.
Karenanya semakin banyak komponen yang dapat
diproduksi dengan menggunakan sebuah cetakan,
maka biaya produksi akan semakin rendah. Umur
pakai sebuah cetakan merupakan faktor penting
dalam proses diecasting, umumnya umur cetakan
alumunium bervariasi mulai dari 20,000 sampai
dengan 250,000 kali pakai cetak. Selain itu, proses
87
MAN-02
3.1 Coating
Metode yang pertama adalah coating atau
pelapisan cetakan, karena fenomena die soldering
adalah hasil dari reaksi dari logam cair yang di
tuangkan kedalam cetakan dan berkontak langsung
dengan permukaan, maka die coating atau surface
treatment adalah salah satu metode yang menjajikan
untuk mengurangi terjadinya kemungkinan die
soldering terjadi. Die coatings, pada dasarnya
dilakukan untuk memisahkan logam cair dengan
permukaan cetakan agar tidak terjadi kontak
langsung yang nantinya dapat menyebabkan die
soldering. Untuk dapat melakukan pelapisan yang
baik dan benar ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi agar coating dapat menahan soldering,
persyaratan tersebut adalah :
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015
Gambar 1.1
88
MAN-02
REFERENSI
Gambar 1.2
3.2 Mengatur Temperatur Logam Cair
Temperatur pada logam cair mempengaruhi
kecepatan aliran logam cair. Semakin tinggi
temperatur logam cair kemungkinan terjadinya die
soldring semakin besar, oleh karena itu suhu logam
cair harus di sesuaikan agar tidak terlalu tinggi atau
terlalu rendah.
3.3 Mengkondisikan Temperatur Cetakan
Peristiwa die soldering umumnya lebih
sering terjadi di sekitar saluran (gate) yang
disebabkan tingginya temperatur dan kecepatan
logam cair masuk ke dalam cetakan. Temperatur
logam cair dan permukaan cetakan memegang
peranan penting dalam menyebabkan die soldering.
Tingginya temperatur cetakan dan logam cair akan
menurunkan kekerasan dan ketahanan aus sehingga
cetakan akan mudah tererosi. Temperatur yang
tinggi, baik untuk pertumbuhan fasa intermetalik
karena laju difusi atom-atom besi (Fe) dan Al
meningkat. Itulah sebabnya tingginya temperatur
logam cair mempermudahkan terjadinya die
soldering. Tingginya temperatur juga salah satu
faktor yang dapat merusak lapisan pelumas sehingga
menurunkan kemampuannya untuk mencegah
terjadinya die soldering. Sebaiknya dihindari
temperatur logam cair dan permukaan cetakan yang
tinggi, sebab dapat menyebabkan terjadinya
soldering. Hot spot juga harus dihindari pada
permukaan cetakan atau dalam inti. Menurut
Shankar[1] menjaga temperatur logam cair konstan
pada ~ 663C dapat meminimalisir kemungkinan
terjadinya hot spot pada logam cair. Temperatur
logam dan cetakan juga jangan terlalu rendah karena
dapat menyebabkan pengisian buruk dan terjadi cold
solder [1]. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan
untuk mempelajari pengaruh temperatur logam cair
(melt) dan kadar silikon dalam cairan logam Al
terhadap pembentukan, morfologi serta karakteristik
lapisan intermetalik yang terjadi selama proses die
soldering ditinjau dari ketebalan dan kekerasan
lapisan intermetalik yang terbentuk antara
permukaan cetakan dan logam cair.
2/30/surface-roughnessmeasurement/12/04/2015
[8]. https://ndidista.wordpress.com/2013/07/23
/pengujian-metalografi/12/04/2015
[9]. (http://www.sridianti.com/manfaatpenggunaan-aluminium-dalamkehidupan.html/29/03/2015)
[10].(http://mochamadnurman.blogspot.com/2013/0
3/pengecoran-cetakan-tekan-diecasting.html/29/03/2015)
89
MAN-04
Abstrak
Proses drilling pada kaca belum banyak dilakukan oleh orang karena sifat kaca yang getas. Pada umumnya
proses permesinan pada kaca dilakukan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan reaksi kimia antara suatu
larutan kimia dengan kaca. Namun dengan berkembangnya teknologi untuk kondisi permesinan yang ulet pada
material yang getas dimungkinkan menghasilkan kondisi permukaan hasil permesinan yang bebas retak dan
pecah pada material getas. Untuk proses permesinan pada kaca dengan menggunakan mesin perkakas, pahat
potong yang digunakan biasanya terbuat dari tungsten carbide atau intan. Potensi penggunaan mesin perkakas
sangatlah besar dalam proses permesinan kaca. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat
kemungkinan penggunaan mesin perkakas dalam melakukan proses permesinan pada kaca, khususnya proses
drilling untuk melubangi kaca tanpa retak atau pecah. Tujuan penelitian ini salah satunya adalah untuk mencari
paramater proses drilling yang dapat menghasilkan kualitas lubang yang baik dilihat dari kehalusan lubang,
diameter dan kebulatan lubang. Material benda kerja pada percobaan proses drilling pada studi ini adalah
kaca soda lime glass dan kaca riben dengan tebal 3 dan 8 mm dimana sebagi media pendingin digunakan air.
Pahat yang digunakan adalah diamond drill bit dan pahat tungsten carbide dengan diameter5 mm. Kecepatan
putar mesin drill yang digunakan adalah 365, 825, 1710 dan 3750 rpm. Dari percobaan yang dilakukan terlihat
bahwa proses drilling pada kaca dapat dilakukan untuk menghasilkan lubang yang bebas retak dimana
penggunaan air sebagai pendingin membuat kualitas lubang yang dihasilkan menjadi lebih baik. Putaran
spindle juga mempengaruhi kualitas lubang yang dihasilkan dimana makin tinggi putaran spindle semakin baik
kualitas lubang pada kaca yang dihasilkan.
Kata kunci: Permesinan, kaca, drilling, pendinginan, putaran spindle dan kualitas lubang
1. PENDAHULUAN
Kaca banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Proses fabrikasi kaca sangat terbatas,
terutama untuk proses-proses manufakturing seperti
proses permesinan, Sifat kaca yang getas yang
menjadi penyebabnya. Mengingat kebutuhan akan
kaca semakin meningkat terutama untuk peralatan
optik dan biochips [1], maka adalah hal yang penting
untuk mencari tahu proses manufakturing apa yang
dapat dipakai untuk kaca. Selama ini proses
manufaktur kaca umumnya menggunakan proses
chemical etching, namun prosesnya berlangsung
cukup lama dan zat kimia yang digunakan perlu
penanganan yang khusus agar tidak mencemari
lingkungan ketika dibuang.
Sebagai material yang getas, sifat mampu
mesin (machinability) kaca sangat rendah karena
nilai fracture toughness-nya yang rendah. Kekuatan
fracture (fracture strength) kaca lebih rendah dari
kekuatan luluhnya (yield strength). Ketika kaca
diberi beban tarik atau tekuk pada suhu kamar, maka
kaca akan hancur sebelum terjadi deformasi plastis.
Itu sebabnya maka proses permesinan jarang
diterapkan pada kaca.
Namun sesungguhnya penelitian tentang proses
permesinan pada material getas telah banyak
90
MAN-04
2. METODOLOGI
Material Benda Kerja dan Pahat
Material benda kerja yang digunakan adalah
kaca soda lime glass dan kaca riben dengan ukuran 3
mm x 50 mm x 50 mm. Sementara itu pahat yang
digunakan adalah dari jenis diamond drill bit dengan
diameter 5 mm
Set up Percobaan dan Kondisi Permesinan
Kaca ditempatkan pada pemegang benda kerja
yang terbuat dari wadah aluminium berukuran 24 cm
x 18 cm x 10 cm. Sebuah lembaran kayu setebal 2
cm diletakkan di dasar wadah tersebut. Permukaan
kayu dilapisi dengan karpet tipis dan di atasnya
dipasang dudukan untuk meletakkan benda kerja
yang dapat dikunci dan dilepaskan. Pemasangan
pemegang benda kerja pada mesin drilling dapat
dilihat pada gambar 1.
91
MAN-04
(A)
(B)
(C)
(D)
Gb. 4. Lubang hasil proses drilling pada putaran
spindel 3750 rpm: (A) kaca riben 3 mm; (B) soda
lime glass 3 mm; (C) soda lime glass 8 mm dan
(D) kaca riben 8 mm
4. KESIMPULAN
Dari studi yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses drilling pada kaca dapat dilakukan
dengan hasil yang cukup baik.
2. Pendinginan dengan menggunakan air pada
proses drilling pada kaca menghasilkan lubang
yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi
kering.
3. Lubang yang memiliki kualitas yang baik
dihasilkan pada putaran spindel yang tinggi dan
tebal kaca yang besar.
4. Proses drilling yang memiliki diameter dan
kebulatan yang baik diperoleh pada kaca soda
lime glass dengan tebal 8 mm pada kecepatan
3750 rpm.
5. REFERENSI
[1]. Behera, K.B., Parametric optimization of
microdrilling in aerospace material Thesis ,
Department of Mechanical Engineering,
National Institute of Technology, Rourkel,
(1990).
[2]. Rusnaldy, Ko, T.J., Kim, H.S., Investigation
of chip formation in micro end milling of
single crystal silicon wafer, Prosiding
Nanoengineering Symposium, Daejon, Korea,
(2005).
92
MAN-04
[3]. Rusnaldy, Ko, T.J., Kim , H.S., , Micro-endmilling of single-crystal International Journal
of Machine Tool and Manufacture, Vol. 47
Issue 1, pp. 2111-2119, (2007).
[4]. Rusnaldy, Ko, T.J., Kim, H.S., An
experimental study on microcutting of
silicon using a micromilling machine,
International
Journal
of
Advanced
Manufacturing Technology, 39, pp. 85-91,
(2008).
[5]. Boccacini, A.R., Machinability and
brittleness of glass ceramics Journal of
93
MAN-05
Abstrak
Salah satu parameter yang dijadikan dasar dalam menentukan kualitas produk dalam industry manufaktur adalah kekasaran
permukaan. Ketelitian dalam memprediksi parameter proses dalam proses miling merupakan hal penting yang diperlukan
dalam mengatur tingkat kekasaran permukaan benda kerja. Ada beberapa parameter proses yang dapat mempengaruhi
kualitas permukaan dari benda kerja, salah satu diantaranya adalah kedalaman pemakanan. Sehingga penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pengaruh kedalaman pemakanan spindle pada material terhadap
getaran dan kekasaran permukaan yang terbentuk. Penelitian ini dilakukan pada spindle putaran rendah yaitu sebesar 80
rpm dengan variasi kedalaman pemakanan yaitu 1 mm, 3 mm, 5 mm, 7 mm dan 9 mm. Untuk mencegah terjadinya
pemanasan setempat akibat gesekan antara spindle dan material digunakan mesran oil SAE 20 sebagai pelumas yang
dituangkan pada permukaan material selama proses miling berlangsung. Sebagai workpiece digunakan material alumunium
murni 1050 yang telah dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Hasil dari pengujian kekasaran permukaan setelah
proses miling menunjukkan bahwa kekasaran permukaan rata-rata semakin menurun seiring dengan peningkatan kedalaman
pemakanan. Hasil pengujian getaran menunjukkan bahwa semakin dalam pemakanan yang diberikan pada proses miling
semakin besar pula nilai amplitude dan frekuensi getaran yang terjadi.
Keywords: kedalaman pemakanan, kekasaran permukaan, getaran, miling
Page - 94 -
MAN-05
1.
dan
PENDAHULUAN
teknologi
sangat
berbagai
faktor
teknologi
industry
dan
pesat
inovasi
baru
dengan
dalam
dari
parameter
proses
yang
dapat
kekasaran
nilai
Sehingga
juga
permukaan
permukaan
selain
yang
yang
kekerasan
rendah
halus
atau
dibutuhkan
untuk
mencegah
gesekan.
Aluminium adalah salah satu diantara material
yang sangat banyak digunakan dalam dunia industri
2. EKSPERIMEN
2.1 Instrument Penelitian
kedalaman
adalah
dengan
cara
memperhalus
kekasaran
sebagai
terhadap
kekasaran
pemakanan
finishing
untuk
Page - 95 -
MAN-05
c.
d.
Melakukan
proses
miling
mengalirkan
pelumas
dan
getaran.
Pengambilan
seraya
mengukur
data
getaran
Selanjutnya
melakukan
pengujian
[1]
f.
Penelitian
ini
menggunakan
material
Depth of
Spindle
Feed
cut
speed
rates
Field
1 mm
Vibration
Depth
No
3 mm
Acceleration
Velocity
Amplitude
Frequenc
(m/s2)
(mm/s)
(mm)
y (Hz)
of Cut
5 mm
80 rpm
0,5 mm/s
Wet
7 mm
1 mm
2,2
28
0,36
12,51
9 mm
3 mm
2,9
36
0,45
12,83
5 mm
3,6
44
0,54
13,03
7 mm
3,9
47,5
0,60
13,07
9 mm
4,7
57
0,69
13,13
b.
Menentukan
berupa
pemakanan
divariasikan.
parameter
sebagai
proses
parameter
yang
Page - 96 -
MAN-05
pemakanan terhadap frekuensi getaran yang terjadi.
Dari
gambar
tersebut
diketahui
bahwa
nilai
Menurut
ISO
1302-1978
yang
dimaksud
adanya
jika
perbedaan
peningkatan
frekuensi
permukaan
9
mm
total
pada
kedalaman
menunjukkan
terjadinya
peningkatan.
Gambar 3.1 Grafik hubungan kedalaman
pemakaan terhadap amplitudo
Page - 97 -
MAN-05
Depth of cut
Surface Texture
1
1 mm
2
3 mm
3
5 mm
4
7 mm
5
9 mm
Surface Roughness
No
4. KESIMPULAN
(mm)
Ra (m)
Rt (m)
13,71
40
8,86
28
8,43
24
6,29
22
berikut:
5,14
25
a)
penurunan
sampai
pada
Page - 98 -
MAN-05
meters.html, 04 Mei 2015
5. REFERENCES
[1]. Muhammed T. Hayajneh, Montasser S. Tahat
and Joachim Bluhm, A Study of the Effects of
Machining Parameters on the Surface
Roughness in the End-Milling Process,
Jordan Journal of Mechanical and Industrial
Engineering,
Studi
Pengaruh
Terhadap
Kedalaman
Getaran
dengan
on
the
Machining
Parameters
Chip
Formation
During
Milling
and
Yasuo
Yamane,
Metal
Page - 99 -
MAN-06
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
100
MAN-06
2.
METODOLOGI
101
MAN-06
4.
5.
6.
Kontroler
c.
Mesin Milling
Dalam pengujian ini digunakan mesin milling
jenis CNC dengan merk Makino S33. Dengan
kemampuan mesin tersebut, diharapkan keakuratan
penerapan parameter dapat dijaga sehingga data
hasil pengujian yang dihasilkan akan terjamin.
(Sumber:www.qyg1.com/cctrl/news/file/ENDMILL
_TANK-POWER.pdf)
d.
102
MAN-06
= 2 x 0.09 x 330 = 59
Sedangkan kecepatan potong maksimum adalah :
Feed (mm/min) = N x CPT x n
= 2 x 0.14 x 330 = 92
Kecepatan potong minimum 59 mm/min
dibulatkan menjadi 60 mm/min, sedangkan
kecepatan potong maksimum 92 mm/min dibulatkan
menjadi 90 mm/min dan kecepatan potong
menengah adalah (60 + 90) / 2 = 75mm/min.
3. Kedalaman Pemotongan (Axial Depth of Cut)
Kedalaman pemotongan untuk cutter end mill
finishing ditentukan maksimal setengah dari
diameter cutter tetapi dalam proses permesinan pada
umumnya, cutter finishing digunakan dengan
kedalaman potong yang berkisar antara 0.5 1 mm.
Dalam penelitian ini dipilih kedalaman potong
untuk pengujian adalah 0.5mm, 1mm, dan 1.5mm.
Berikut adalah tabel variasi parameter yang akan
diujikan dan banyaknya spesimen benda uji.
Tabel 3. Variasi Parameter Seting
.
Berikut adalah tabel tingkat kekasaran
permukaan hasil proses mermesinan milling slot
pada spesimen benda uji.
103
MAN-06
4.
104
MAN-06
5. KESIMPULAN
Dari penelitian tersebut, dapat diambil beberapa
simpulan sebagai berikut :
a. Faktor yang mempengaruhi tingkat kekasaran
permukaan material baja permesinan SCM 440
pada proses milling slot dengan menggunakan
End Mill Cutter 2 Flute HSS Finishing adalah
putaran spindle, kecepatan pemotongan dan
kedalaman pemotongan
b. Untuk mendapatkan hasil proses permesinan
dengan tingkat kekasaran sekitar 1.22 m,
seting parameter yang sesuai adalah kecepatan
spindle sebesar 380 rpm, kecepatan potong
sebesar 60 mm/menit dan kedalaman potong
sebesar 0.5 mm sedangkan untuk mendapatkan
hasil permukaan yang kasar dengan Ra sebesar
2.17 m , dapat digunakan setting parameter
putaran spindle 330 rpm, kecepatan potong 75
mm/menit dan kedalaman pemotongan sebesar
1,5 mm.
REFERENSI
[1]. Yunus Yakub dan Herry Syaifullah, Analisis
Tingkat Kekasaran Permukaan Hasil Proses
Mill Pada Baja Karbon S45C, Prosiding
SNTM 7 UK Petra, pp. M21-M28, (2012).
[2]. Degarmo, E. Paul Black, JT. Kohser, Ronald
A,
Materials
and
Processes
in
Manufacturing, Wiley, (2003).
[3]. Groover Mikell. P, Fundamentals of Modern
Manufacturing, 4th Edition, Wiley, (2010).
[4]. Montgomery Douglas C., Design and Analysis
of Experiments, 8th Edition, Wiley, (2013).
[5]. Rochim Taufiq, Teori dan Teknologi Proses
Permesinan, Institut Teknologi Bandung,
(1982).
105
MAN-07
ABSTRAK
Pengelasan MIG pada umumnya dilakukan secara manual, yaitu proses pengelasan yang dilakukan tanpa dibantu
oleh alat bantu pengelasan. Permasalahan yang sering terjadi pada pengelasan ini antara lain pada kecepatan pengelasan
yang tidak konstan, dikarenakan masih memakai tenaga manusia untuk menggerakan Torch atau Welding Gun. Dengan
kecepatan pengelasan yang tidak konstan tentunya akan menghasilkan hasil pengelasan yang tidak konstan pula. Maka
dengan permasalahan yang terjadi diatas, peneliti akan mengelas material ASTM A36 dengan melakukan variasi polaritas.
Proses pengelasan menggunakan alat bantu dengan menetapkan kecepatan 350 mm/menit serta kecepatan wire feeder 9
m/menit. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui karakteristik kekerasan hasil pengelasan material ASTM A36
dengan melakukan variasi polaritas.
Penelitian ini menggunakan material pelat 8 mm yang dibentuk kampuh V tunggal. Material tersebut kemudian di
las dengan menggunakan polaritas DC- dan DC+. Filler metal menggunakan filler rod AWS ER70S-6 berdiameter 1 mm.
Setelah sampel selesai dilas kemudian sampel dibawa ke Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) Puspiptek,
Serpong untuk dilakukan uji kekerasan serta foto makro.
Pada pengelasan dengan polaritas DC+ didapatkan hasil rata-rata kekerasan pada daerah base metal 186,5, HAZ
203, weld metal 167. Pengelasan dengan polaritas DC- didapatkan hasil rata-rata kekerasan pada daerah base metal
189,33, HAZ 228,18, weld metal 176,5.
Kata Kunci : MIG, Polaritas, Kekerasan, Fotomakro
1.
PENDAHULUAN
106
MAN-07
Jenis polaritas
DC +
DC -
Benda kerja
1/3
2/3
Elektroda
2/3
1/3
b. Kampuh Las
Alur pengelasan dinyatakan oleh sepasang
sisi ujung dari dua logam yang akan disambung
dengan pengelasan. Persiapan kampuh las
meliputi persiapan ujung-ujung permukaan.
Sebuah kampuh las harus dirancang untuk
pengelasan yang efisien secara ekonomis dan
mudah
pelaksanaannya
dan
untuk
meminimalkan
jumlah
endapan
tanpa
menyebabkan cacat las. Ubah bentuk geometri
kampuh, sesuaikan dengan ketebalan logam
yang akan disambung : kampuh I, V, X, U atau
H harus dipilih sesuai penambahan ketebalan.
Lambang
Identor
HR
HRB
HRC
Mata intan
HV
Mata intan
HS
Palu dengan
intan di
ujungnya
HB
107
MAN-07
Mulai
Studi Literatur
Persiapan Alat
dan Bahan
Preparasi Sampel
pengujian
Kesimpulan
Selesai
METODOLOGI PENELITIAN
108
MAN-07
Base
Metal
RATA
RATA
HAZ
RATA
RATA
Weld
Metal
RATA
RATA
190
190
188
189,3
3
241
223
220,5
228,16
176,5
179,5
173,5
176,5
RATA
RATA
HAZ
186,5
206
208
195
RATA
RATA
Weld
Metal
203
172
165
164
RATA
RATA
BaseMetal
Weld Metal
167
HAZ
KESIMPULAN
Pada pengelasan dengan polaritas DC+
didapatkan hasil rata-rata kekerasan pada daerah
base metal 186,5, HAZ 203, weld metal 167.
Pengelasan dengan polaritas DC- didapatkan hasil
rata-rata kekerasan pada daerah base metal 189,33,
HAZ 228,18, weld metal 176,5.
109
MAN-07
6.
REFERENSI
110
MAN-08
Kata Kunci: pengolahan sampah, gelas plastik, usahan mikro, mesin pemotong, .
1.
Pendahuluan
111
MAN-08
2.
Metode Penelitian
3.
pisau penghancur
8 kg (2667 kemasan)
Mesin ini menggunakan daya motor listrik
yang digunakan = 0,18 HP / 135 watt, dengan
kecepatan putaran motor = 3000 rpm, dimana
Kecepatan potong pisau = 70 mm/s dan Kecepatan
putaran poros pisau = 37 rpm serta Kecepatan
putaran poros pemipih = 27 rpm. Pada tahapan ini
roller memotong lembaran gelas plastik menjadi
kecil-kecil dimana untuk mengefektifkan proses
pemotongan maka rasio putaran antara poros
pemipih dan poros pemotong dibuat rasio 27 : 37
rpm Dimensi Mesin = 31 cm x 36 cm x 45 cm dan
Berat keseluruhan mesin = 12 kg.
Poros pemipih berjumlah 2 buah yang saling
berhimpitan dengan celah 1 3 mm. Penghancuran
kemasan gelas plastik hanya dilakukan oleh 2 pisau
melingkar yang berpasangan. Jarak pisau melingkar
atau pisau cicin ini 3 mm setiap poros. Sehingga
total pisau cicin yang ada setiap pisau adalah 84
pisau.
Prinsip pemotongan pisau ini sama dengan
prinsip kerja pada saat memotong dengan gunting.
Jadi, benda akan terpotong tidak secara sekaligus
putus, namun dengan teknik pemotongan yang
menyudut. Beberapa peralatan ukur, seperti
stopwacth untuk menghitung waktu kecepatan
potong, decibel meter untuk mengukur kebisingan
mesin dan tachometer untuk mengukur rpm dan
kecepatan keliling digunakan untuk penghitung
kinerja dari mesin pemotong gelas plastik ini.
Hasil ( waktu )
disain
pengujian
6,7
7 detik
detik
5,5
6 menit
menit
1 jam
1,5 jam
112
MAN-08
Kesimpulan
113
MAN-08
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Ahmad Kholil, 2008, Aplikasi DFMA pada
perancangan mesin penghancur Gelas atau
Botol Plastik Air Mineral, Laporan Penelitian
Kompetisi Lemlit UNJ
[2]. Ahmad Kholil, 2009, Rancang bangun mesin
penghancur gelas plastik skala rumah tangga,
prosiding seminar SNTTM 8, Universitas
Diponegoro Semarang.
[3]. Boothroyd G Dewhurst P, Knight W, Product
design for Manufacture and Assembly, 2nd
edition, Marcel Dekker, Inc. New York.
[4]. Darmawan Harsokoesoemo H,
Pengantar
Perancangan Teknik (Perancangan Produk),
Edisi Kedua, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
[5]. Parthiban Delli, Ming Leu, Unigraphics-NX3
for Engineering Design, Departmen of
Mechanical and Aerospace Engineering
University of Missouri, Rolla.
[6]. Shigley JE, Mitchell L D, 2001, Mechanical
Engineering Design, Sixth edition, Mc Graw
Hill International Edition.
[7]. www.ristek.go.id/standarisasi mesin/ diakses
tgl 19 Desember 2008
114
MAN-09
PENDAHULUAN
Cara penyambungan logam dengan las ternyata
merupakan pekerjaan yang penting dalam pabrikasi
logam, terutama kalau mutu harus memenuhi suatu
standar tertentu. Dalam hal ini pemilihan proses las
busur, pemilihan bahan tambah, kwalifikasi,
prosedur pengelasan dan pelaksanaan pengujian
mutu harus dilakukan mengikuti aturan yang berlaku
dalam standard. Menurut Deutche Industri Normen
(DIN), pengelasan adalah penyambungan logam
dengan ikatan metalurgi yang dilaksanakan pada
waktu logam dalam keadaan mencair. Berdasarkan
definisi tersebut, pada pengelasan logam diperlukan
energi panas yang cukup untuk mencairkan sebagian
logam pada sambungan. Bila untuk menyambung
memerlukan bahan tambah, maka bahan tambah
juga harus mencair agar bersama-sama dengan
logam dasar membentuk endapan las. Energi panas
yang diperlukan untuk mencairkan sebagian bahan
dasar dan bahan tambah dapat diperoleh dari
berbagai macam cara antara lain melalui
pembakaran gas, busur listrik, resistansi listrik, dan
sebagainya.
Penggunaan proses pengelasan selain untuk
pekerjaan pembuatan produk baru, juga banyak
dipakai untuk pekerjaan perawatan dan reparasi.
Berbagai jenis logam dapat dilas antara lain Baja
Karbon, Baja Paduan Rendah, Baja Tahan Karat dan
paduan Non Ferro, misalnya: Nikel, Aluminium,
Tembaga, Titanium, dan lain sebagainya.
Berbagai macam teknik pengelasan dalam
pelaksanaannya pada las busur (Arc. Welding)
dikenal dengan istilah posisi pengelasan yaitu: Posisi
115
MAN-09
I K D ................................................. (2)
l
Gambar 1. Geometrik dan dimensi spesimen ST37
Elektroda
Standarisasi elektroda, baik dalam JIS maupun
ASTM didasarkan pada jenis fluks, posisi
pengelasan dan arus las. Elektroda yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi
terbungkus dari baja lunak (JIS Z3211 1978).
Klasifikasi JIS D4313, dimana jenis fluks oksida
titan, dan posisi pengelasan mengelas posisi
mendatar, vertikal, di atas kepala, horizontal. Untuk
jenis listrik yang digunakan AC dan DC, dimana
elektrodanya Negatif sedangkan logam lasan positif.
Spesifikasi elektroda terbungkus dari baja lunak
(AWS A5.1-64T) klasifikasi AWS-ASTM E-60-13,
dimana kekuatan tarik terendah kelompok E-60
setelah dilas adalah 42.2 kg/mm2 untuk posisi bawah
tangan. Untuk posisi pengelasan mendatar,
horizontal, vertikal dan di atas kepala dengan
kekuatan tarik 47,1 kg/mm2, kekuatan luluh 38,7
kg/mm2
dan
perpanjangan
17%
(Wiryo
Sumarto,1979).
I E 60
V
dimana:
atau V
I E 60 ....... (1)
H
dimana:
I = Arus listrik ( Amper las ).
K = Koefisien perbandingan, dimana untuk
elektroda grafit, K = 18 22 A/mm,
dan elektroda karbon, K = 5 - 8 A/mm.
D = Diameter
daripada
elektroda
(mm),
(Arifin,1977)
Posisi Pengelasan
Adapun sikap dan posisi pengelasan terdiri dari
empat macam yaitu; Posisi bawah tangan (Under
hand), Posisi mendatar (Horizontal), Posisi tegak
naik/turun (Vertical up/down), dan Posisi di atas
kepala (Over head).
Pengelasan sebaiknya dilakukan pada posisi
bawah tangan. Menurut Althouse (1984): Secara
alami posisi bawah tangan adalah posisi yang
menguntungkan karena adanya percepatan gravitasi
bumi akan menentukan terbentuknya manik las
(jalur las) dan kondisi serta kesiapan tukang las itu
sendiri pada saat bekerja .
Pengelasan dapat dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila memperhatikan dan mengikuti
prosedur pengelasan yang benar diantaranya:
Pemilihan elektroda las, Pengaturan amper-las
disesuaikan dengan tebal bahan dan sudut
pengelasan/sudut elektroda las serta kecepatan geser
elektroda (Wiryo sumarto, 1981).
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian didasarkan atas hasil
pencatatan dan analis penelitian. Dalam pelaksanaan
pencatatan data ini dilakukan sebanyak 108 kali
percobaan pengelasan. Dari setiap pengelasan selalu
dicatat untuk pengambilan data/sampel dengan
mencatat temperatur benda kerja pada saat proses
pengelasan, kecepatan geser elektroda dan penetrasi
terhadap bahan. Pencatatan ini dilakukan pada
masing-masing perlakuan kelompok yang berbeda,
seperti tebal bahan diameter elektroda, amper-las
yang digunakan dan jenis pekerjaan pengelasan yang
dilakukan.
Untuk mengetahui hasil dari setiap pengelasan,
maka dilakukan dengan cara pemotongan benda
percobaan tersebut kemudian dikikir dan digosok
sampai halus bidang yang dipotong, lalu dicelupkan
kecairan etsa maka akan kelihatanlah penetrasi lasan
116
MAN-09
117
MAN-09
PEMBAHASAN
Variabel yang diamati
Rancangan penelitian menggunakan rancangan
eksperimen dengan beberapa variabel yang akan
diteliti. Untuk penelitian ini, variabel yang telah
ditentukan adalah bahan, arus listrik, diameter
elektroda dan posisi pengelasan. Sedangkan variabel
dari hasil pengelasan adalah; Temperatur
pengelasan, Kecepatan geser pengelasan, dan
Penetrasi (Penembusan Lasan).
Obyek penelitian pengelasan las busur ini
adalah pengaruh panas yang tinggi terhadap
Penetrasi (Penembusan) dan kecepatan geser.
Variabel yang mempengaruhi hasil penelitian yaitu:
Bahan, Amperlas, Diameter Elektroda dan Jenis
Pengelasan.
Rangkaian penelitian pengelasan untuk
mendapatkan data pengelasan temperatur yang
tinggi di dalam pengelasan di kelompokkan
berdasarkan diameter elektroda yang kecil dan tebal
plat yang tipis serta besar amper yang digunakan
dimulai dari amper terkecil 75A sampai amper
terbesar 140A
Teknik pengumpulan dan pengolahan data
Pengumpulan data di lakukan untuk
mengidentifikasi seberapa besar temperatur panas
yang tinggi yang ditimbulkan dari pengelasan busur
dan untuk mengetahui kecepatan geser elektroda dan
penetrasinya dengan berbagai macam percobaan
pengelasan dengan amper-las yang berbeda dan
dengan ketebalan bahan yang berbeda pula.
Pengambilan data dilakukan secara visual
dilakukan dan dicatat untuk keseluruhan pengelasan.
Semua hasil (spesimen) yang telah diuji coba di
catat dan di kumpulkan untuk dijadikan data hasil
penelitian.
Data yang di dapatkan dari percobaan
penelitian berupa data temperatur, kecepatan geser
KESIMPULAN
Hasil dari pengelasan dengan penggunaan arus
las dan pengaruhnya terhadap penetrasi untuk jenis
pengelasan Sambungan I, Sambungan Tumpang,
Sambungan Sudut T dengan menggunakan arus
yang berbeda dan menggunakan elektroda 2,6
mm, 3,2 mm, dan 4,0 mm akan diperoleh
penetrasi, kekuatan sambungan lasan. Semakin
dalam penetrasinya, semakin kuat sambungannya.
Semakin tipis penetrasinya, semakin tipis
penyambungannya, maka kekuatan sambungannya
semakin berkurang.
Semakin besar arus yang diberikan untuk
masing-masing jenis pengelasan, maka semakin
cepat pula kecepatan geser pengelasan yang
dimungkinkan dengan semakin dalam penetrasinya.
Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan
beberapa hal penting bahwa dengan menggunakan
arus las yang
disesuaikan standar pengelasan dari industri akan
dapat ditentukan temperatur yang tepat untuk
penetrasi. Dengan demikian cara ini akan dapat pula
diketahui kecepatan geser minimal dan maksimal.
Pengelasan dengan mesin atau semi otomatis yaitu
tidak dengan cara manual, sehingga faktor-faktor
yang kurang terkontrol dapat di netralisir. Dalam
melakukan pengelasan terhadap konstruksi suatu
mesin, pemipaan, dek kapal, penggunaan pada ketelketel uap pada dunia industri/usaha perbengkelan
yang harus diidentifikasi cara pemilihan variabel
yang mempengaruhi pengelasan agar hasil
pengelasan dan kekuatan sambungannya baik dan
kuat.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Althoese, (1984), Modern Welding, Illionis The
Good Heart Will Co.Inc. Pub.
[2]. Arifin, S, (1977), Las Listrik Otogen, Jakarta ,
Ghalia Indonesia.
[3]. Brick, R. N. Pense, A.W, and Gordon, R. B.,
(1977), Structure and Properties Test of
Engineering Material. London. Mc. Graw-Hill
Kogakusha, Ltd.
[4]. Smith, FJM., (1981), Basic Fabrication and
Welding Engineering, Longman Group
Limited.
[5]. Wiryosumarto, H dan Okumura, T., (1979),
Teknologi Pengelasan Logam, Jakarta PT.
Pradiya Paramita
118
OTO-01
1. Pendahuluan
Sistem pendinginan pada motor berfungsi
untuk menurunkan temperatur pada mesin yang
terjadi dari proses pembakaran. Proses pembakaran
selanjutnya akan menghasilkan tenaga mekanis
yang kemudian akan menggerakkan mesin. Akibat
lain dari proses pembakaran adalah adanya panas
yang apabila tidak didinginkan akan merusak
komponen dari mesin itu sendiri. Sistem
pendinginan (cooling system) adalah suatu
rangkaian untuk mengatasi terjadinya over
heating pada mesin agar mesin tetap bekerja secara
optimal.
Hasil pembakaran pada motor bakar yang
menjadi tenaga mekanis hanya sekitar 23%,
sebagian panas keluar menjadi gas bekas dan
sebagian lagi hilang melalui proses pendinginan.
Energi panas selebihnya akan dibuang melalui
emisi gas buang sebesar 36%, hilang akibat adanya
gesekan dan memanaskan minyak pelumas sebesar
7%, dan sisanya sekitar 33% hilang diserap oleh
pendinginan.
1.
2.
2. Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian air
coolant pada mesin bensin 4 silinder 2000cc dengan
menggunakan 3 varian yaitu coolant tipe I, coolant
tipe II dan air serta 3 variabel putaran mesin yaitu
1500, 3000 dan 4500 rpm.
Selanjutnya, untuk mengetahui bagaimana
efek kinerja coolant tersebut dari mesin dengan
menggunakan alat bantu thermocople, yang berguna
untuk menentukan temperatur suhu yang dihasilkan
oleh motor bensin 4 silinder 2000cc. Dari hasil
pengujian ini akan didapatkan data yang dibutuhkan
untuk perbandingan. Secara umum, diagram alir
dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
119
OTO-01
b. Radiator
Radiator berfungsi mendinginkan cairan
pendingin yang telah menjadi panas setelah melalui
saluran water jacket. Konstruksi radiator terdiri dari
upper tank (tangki atas), radiator core (inti radiator)
dan lower tank (tangki bawah).
Peralatan Pengujian :
a. Mesin Bensin 4 Silinder 2000cc
Penelitian ini menggunakan mesin bensin 4
silinder 2000cc merk Toyota Innova dengan
spesifikasi sesuai data table 1 sebagai berikut:
Tabel 1 Spesifikasi Mesin Bensin 4 silinder
2000cc
c. Panel Indikator
Panel indikator selain sebagai alat ukur
kecepatan putaran mesin (rpm), dapat juga
berfungsi untuk :
1. Jika oli pada mesin sudah hampir habis
maka indikator yang berlambang seperti
tetesan oli akan berwarna merah.
2. Jika terdapat lambang plus dan minus di
dalam kotak berwarna merah pada
speedometer, itu menandakan ada masalah
dalam sistem kelistrikan mesin atau
kondisi accu tidak sempurna.
3. Jika terjadi suatu masalah pada mesin,
maka speedometer akan menunjukan
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015
120
OTO-01
7.
mesin
dengan
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Aki
Radiator
Tangki Bahan bakar
Temperatur Keluar
Temperatur Masuk
Speedometer
Starter
Knalpot
Langkah Pengujian
Tahapan-tahapan yang dilakukan untuk
menjalankan mesin pada pengujian ini dilakukan
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
121
OTO-01
122
OTO-01
Daftar Pustaka
Tabel 6 Hasil Uji Viskositas Air
4. Penutup
Dari hasil pengujian ini didapat beberapa
kesimpulan dari hasil pengujian radiator pada motor
bensin 4 silinder 2000cc yaitu :
1.
2.
3.
4.
123
OTO-02
ABSTRAK
Untuk mengetahui pengaruh pemakaian tipe ban terhadap konsumsi bahan bakar kendaraan bus perlu dilakukan pengujian
langsung di lapangan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa konsumsi bahan bakar kendaraan bus kategori III (bus besar)
yang menggunakan tipe ban radial lebih hemat dibandingkan dengan bus kategori III (bus besar) yang menggunakan tipe
ban bias. Dengan menempuh jarak 120 km rata-rata konsumsi bahan bakar bus kategori III (bus besar) yang memakai ban
bias sebesar 32,41 Kg setara dengan 38,47 liter. Sedangkan rata-rata konsumsi bahan bakar bus kategori III (bus besar)
yang memakai ban radial sebesar 29,58 Kg setara dengan 35,11 liter. Perbandingan konsumsi bahan bakar bus kategori III
(bus besar) yang memakai ban bias 1 : 3,125 artinya 1 liter bahan bakar bisa menempuh jarak sepanjang 3,125 Km.
Sedangkan perbandingan konsumsi bahan bakar bus kategori III (bus besar) yang memakai ban radial 1 : 3,367 artinya 1
liter bahan bakar bisa menempuh jarak sepanjang 3,367 Km.
Kata kunci : Konsumsi bahan bakar, Ban radial, Ban bias
PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang mempengaruhi biaya
operasional pengangkutan sektor transportasi bus
adalah biaya pemakaian bahan bakar kendaraan.
Besar kecilnya bahan bakar yang dihabiskan
tergantung banyak faktor, diantaranya adalah
kondisi jalan yang dilalui (faktor eksternal), kondisi
kendaraan (faktor internal), dan sebagainya. Faktor
eksternal yang timbul tidak bisa kita kendalikan,
tetapi faktor internal yang timbul bisa kita
kendalikan guna mencapai kondisi kendaraan yang
prima, salah satunya dengan pemakaian suku cadang
yang handal, seperti pemakaian tipe ban.
Seperti yang kita ketahui jenis ban bus dibagi
menjadi dua jenis yakni ban tipe radial dan ban tipe
bias. Ban radial adalah ban yang dibuat dari banyak
lembar cord yang digunakan sebagai rangka dari ban
yang ditenun membentuk sudut 90 derajat sudut
terhadap keliling lingkaran ban. Sedangkan ban bias
adalah ban yang dibuat dari banyak lembar cord
yang digunakan sebagai rangka dari ban yang
ditenun dengan cara zig-zag membentuk sudut 40
sampai 65 derajat terhadap keliling lingkaran ban.
Dari kedua tipe ban yang ada, tipe manakah yang
lebih efisien dalam pemakaian bahan bakar
kendaraan, apakah ban tipe radial ataukah ban tipe
bias. Pengujian dilakukan pada kendaraan bus
kategori III (bus besar) dengan menempuh jarak
tertentu dan kecepatan tertentu di jalanbebas
hambatan (jalan tol). Lokasi pengujian sengaja
dipilih di jalan bebas hambatan supaya mengurangi
hambatan-hambatan eksternal jalan seperti macet,
kondisi jalan yang berlubang dan sebagainya. Dari
pengujian tersebut akan diperoleh perbandingan
Peralatan Pengujian
1.
Kendaraan
a. Tipe : bus kategori III (bus besar) 260 PS
(6x2)
b. Bus jumlahnya 2, masing-masing dalam
kondisi baru dengan spesifikasi sama
c.
Tipe ban :
Radial 10.00R20 Model A
Bias 10.00-20 Model B
d. Beban / Inflation Pressure :
Axle Weight
Steer Axle
Rear#1
Rear#2
GVW
Kendaraan#1
B 7840 PI
6000
10020
10040
26060
B 7834 PI
5900
10080
10100
26080
Kendaraan#2
2. Timbangan
Tipe : METTLER TOLEDO Wildcat WS150R
124
OTO-02
3. Kondisi Pengujian
Tempat : Jalan tol jagorawi mulai dari pintu tol
Cibubur sampai dengan pintu tol Ciawi = 60
km/putaran
Distance : 1 lap = 120 km (2 putaran)
Kecepatan rata-rata
: 80 km/jam
Inflation pressure
:
Ban radial 10.00R20
115 Psi for all
Ban bias 10.00-20
100 Psi for all
4.
Langkah-Langkah Pengujian
1. Persiapan pengujian dimana kendaraan bus
dibawa menuju lokasi pengujian yakni jalan
tol jagorawi serta peralatan pendukung
seperti timbangan, ban bias dan radial, alat
ukur tekanan ban, kompresor, alat buka
pasang ban dan bahan bakar solar
secukupnya.
2. Sampai lokasi pengujian kendaraan bus
dilakukan uji dispersi terlebih dahulu.
3. Jika hasil uji dispersi tidak sesuai dengan
yang dipersyaratkan maka mesin kendaraan
bus dilakukan servis dahulu, jika hasil uji
dispersi kedua bus sesuai dengan yang
dipersyaratkan maka proses pengujian
dilanjutkan.
4. Semua ban kendaraan bus 1 dipasang tipe
bias, sedangkan semua ban kendaraan bus 2
dipasang tipe radial.
5. Tangki bahan bakar bus di lepas terlebih
dahulu untuk diisi dengan bahan bakar dan
ditimbang beratnya.
6. Tangki bahan bakar dipasang kembali,
kendaraan bus dijalankan sampai pada titik
tertentu.
7. Sampai pada titik yang telah ditentukan
catat berapa jarak km yang telah ditempuh,
kemudian tangki bahan bakar di lepas lagi
untuk dilakukan penimbangan berat tangki.
8. Masukkan data yang diperoleh ke dalam
tabel data.
9. Tukar semua ban yang terpasang di
kendaraan bus 1 (ban tipe bias) ke
kendaraan bus 2, demikian sebaliknya.
10. Isi kembali tangki bahan bakar kedua bus
dan lakukan penimbangan.
11. Jalankan kendaraan bus untuk menempuh
jarak yang telah ditentukan dan ulangi
langkah-langkah pengujian di atas beberapa
kali (minimal 3 kali pengujian).
12. Masukkan data yang diperoleh ke dalam
tabel data pengujian.
13. Pengujian selesai dan kembali ke garasi bus
Mulai
Persiapan
Uji
Dispersi
NG
OK
Analisa
Kesimpulan
5.
Uji Dispersi
125
OTO-02
Lap
No.
6.
Berangkat
Datang
Konsumsi Berangkat
Datang
Konsumsi Dispersi
80.06
44.90
35.16
80.02
44.40
35.62
1.31%
80.06
46.88
33.18
80.04
46.92
33.12
0.18%
80.06
48.52
31.54
80.00
48.64
31.36
0.57%
Rata-Rata
0.69%
Hasil Pengujian
Tabel 2. Data hasil pengujian
Lap No.
Jarak (Km)
Ban Radial
Differential
% Saving
120
34.46
31.38
3.08
8.94%
120
33.44
30.26
3.18
9.51%
120
31.62
28.88
2.74
8.67%
120
31.68
29.20
2.48
7.83%
120
31.44
28.96
2.48
7.89%
120
31.80
28.82
2.98
9.37%
Jumlah
720
194.44
177.50
16.94
32.41
29.58
2.82
Rata-Rata
8.70%
126
OTO-02
Grafik 1. Grafik Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar Bus Ban Bias dan Bus Ban Radial
7.
Analisa Perhitungan
7.1 Konversi Berat Biosolar ke Liter
Bahan bakar bus yang dipakai adalah bahan bakar
biosolar dari PT. Pertamina (Persero). Sesuai
dengan MSDS (Material Safety Data Sheet) yang
dikeluarkan oleh PT. Pertamina (Persero) Juni 2007
revisi 0, dapat diketahui berat jenis biosolar ()
minimal 815 Kg/m3 dan maksimal 870 Kg/m3. Jika
diambil nilai tengahnya, maka berat jenis biosolar
() adalah :
=
= 842,5 Kg/m3
7.2 Bus Besar Memakai Ban Bias
Dari tabel 2. data hasil pengujian terlihat bahwa
konsumsi rata-rata bahan bakar bus kategori III
(bus besar) yang memakai ban bias dengan
menempuh jarak 120 Km sebesar 32,41 Kg.
Dengan memakai persamaan 4.4 konversi berat
biosolar ke liter bisa dihitung sebagai berikut :
v=
v=
= 0,03847 m3
= 38,47 dm3 38,47 liter
Sedangkan konsumsi total bahan bakar bus yang
memakai ban bias dengan menempuh jarak 720 Km
sebesar 194,44 Kg sehingga dapat diketahui
perbandingan konsumsi bahan bakar bus 1 (ban
bias) adalah sebesar :
127
OTO-02
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Eswandi, Yunial, Basic Tire Construction,
Jakarta: Technical Department Plan D PT.
Gajah Tunggal Tbk, (2010).
[2]. Sahrani, Hendra, Sayangi Mobil Anda,.
Jakarta: Restu Agung, (2008).
[3]. Salim,
H.A.
Abbas,
Manajemen
Transportasi, Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, (2012).
[4]. Tim Otomotif, Serba-Serbi Ban & Pelek,
Jakarta: PT. Gramedia, (2009).
[5]. Warsowiwoho B.M.E., dan Harahap, Gandhi,
Bahan Bakar Pelumas Pelumasan Servis,
Jakarta: Pradnya Paramita, (1982).
8. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan data pengujian yang telah
dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Bus yang memakai ban radial konsumsi
bahan bakarnya lebih hemat dibandingkan
bus yang memakai ban bias.
2. Dari 6 kali pengujian yang menempuh jarak
720 Km didapatkan penghematan konsumsi
bahan bakar bus yang memakai ban radial
sebesar 8,70%.
3. Konsumsi bus yang memakai ban bias
adalah 0,32 liter yang bisa menempuh jarak
sepanjang 1 Km, atau dengan kata lain 1
liter bisa menempuh jarak 3,125 Km (1 :
3,125).
4. Konsumsi bus yang memakai ban radial
adalah 0,297 liter yang bisa menempuh jarak
sepanjang 1 Km, atau dengan kata lain 1
liter bisa menempuh jarak 3,367 Km (1 :
3,367).
128
OTO-03
Abstrak
This research relates with thermal analysis vehicle braking system on specific the rotor disc brake. Braking process will
generate heat in the side of friction brakes, the high temperaturewill be released from surface of the brake rotor, pad and
caliper, and heat flow will occurs in other supporting elements. Heatcaused byfrictionwill impacts on the brake system
components such as excessive wear on the pad, reduced thickness of the rotor disk, and more crucial is the potential
source of excess heat that often causes the flame on rubber tires. Transient thermal simulation model was used to analyze
the distribution of temperature at any point of the surface of the disk as well as the main factors affecting the temperature
difference with the purposereducing the riskof accidents caused byineffectivebrakesas wellas the basisforthe investigation
of incidentsof firedue toan unbalancedbrakingability. The initial step inthisresearchincludedefining theformthe
loadingonthe brakesystemoverall, to be applied innumericalsimulation ofthe temperature distributionusinga model-based
software FEM(Finite ElementMethod). Thesimulation resultsshow that themaximum temperatureabout236.85 o
Cthatoccur onthe discbrakerotor onthe wheel 3, then the temperature of thediscbrakerotor wheel 4 is 185.19
Candtemperature of rotor diskbrake on wheel2is25.2 oC, this calculationperformedwhenthe vehicleis in critical
conditionshortlywillrolledwhen doingturning, assuming normal forceon the wheel1 is zerowiththe vehiclemovingatthe
maximum allowablespeedso as nottorolled. Results of this research are expected to be useful for the development of
transient thermal analysis model based on a braking which could potentially reduce the incidence as well as protecting
vehicle users through a rule of government regulation that requires the use of monitoring temperature fields for each unit
friction brake, especially for freight vehicles to support operations and maintenance..
Keywords : Transient Termal, Heat Flux, Rotor Disk Brake.
Abstrak
Penelitian ini berkaitan dengan analisis termal pada sistem pengereman kendaraan lebih spesifik pada rotor disk
brake.Proses pengereman akan selalu membangkitkan panas pada bidang gesek rem,dalam kasusjenis disk brake
pelepasan panas yang tinggi akan terjadi pada permukaanrotor brake, pad, dan kaliper, serta terjadi aliran panas pada
elemen pendukung lainnya. Panasakibat gesekan tersebut berdampak pada komponen sistem remsepertikeausan yang
berlebihan pada pad, berkurangnya ketebalan rotor disk, dan yang lebih krusial adalah adanya potensi sumber panas
berlebih yang sering menyebabkan terjadinya nyala api pada karet ban roda.Model simulasi termal transient digunakan
untuk menganalisis distribusi temperatur pada setiap titik permukaan disk serta faktor utama yang mempengaruhi
perbedaantemperatur dengan tujuan untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan akibat rem tidak efektif serta
sebagai dasar dalam penyidikan kasus insiden kebakaran akibat kemampuan rem yang tidak seimbang. Tahap awal
dalam riset ini antara lain mendefinisikan bentuk pembebanan pada suatu sistem rem secara menyeluruh, untuk
kemudian diterapkan dalam simulasi numerik distribusi temperatur menggunakan perangkat lunak berbasismodel FEM
(Finite Element Method).Adapun hasil simulasi menunjukkan bahwa temperatur maksimum adalah sekitar 236.85 oC
yang terjadi pada rotor disk brake yang terletak di roda 3, selanjutnya temperatur pada rotor disk brake roda 4 adalah
185.19 oC dan temeperatur rotor disk brake roda 2 adalah 25. 2oC, perhitungan ini dilakukan ketika kendaraan dalam
kondisi kritis sesaat mau terguling ketika melakukan pembelokan, dengan asumsi gaya normal pada roda 1 adalah nol
dengan kendaraan bergerak pada kecepatan maksimum yang diijinkan supaya tidak sampai terguling.Hasil riset ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan model analisis berbasis termal transient suatu pengereman yang
berpotensi mengurangi terjadinya insiden tersebut diatas serta melindungi pengguna kendaraan melalui kebijakan
Peraturan Pemerintah yang mewajibkan penggunaan monitoring temperatur bidang gesek untuk setiap unit rem
terutama bagi kendaraan angkutan dalam menunjang kegiatan operasional dan perawatannya.
Keywords : Transient Termal, Heat Flux, Rotor Disk Brake.
129
OTO-03
1.
PENDAHULUAN
2.
TINJAUAN PUSTAKA
(1)
di mana :
Fzi
adalah gaya normal pada masing-masing
roda (i = 1,2,3,4)
Wi
adalah gaya berat pada masing-masing
roda
Fmgi
adalah gaya normal pada masing-masing
roda akibat momen guling
Fmpi
adalah gaya normal pada masing-masing
roda akibat momen pitching
Persamaan gaya normal pada masing-masing roda
dapat ditampilkan pada persamaan (2),(3),(4),dan
(5) dengan asumsi pengaruh akibat angin sangat
kecil sehingga tidak diperhitungkan begitu juga
dengan pengaruh suspensi.
130
OTO-03
a
a b Fc cos h F sin h
W a
FZ1
-
- c
2(a b)
tr
2(a b)
(2)
b
F cos h
F sin h
W b a b c
FZ 2
c
2(a b)
tf
2(a b)
Caliper
Pad (dalam
caliper)
(3)
b
a b Fc cos h F sin h
W b
FZ 3
c
2(a b)
tf
2(a b)
(4)
Penghubung
ke roda
Permukaan
Rotor
a
a b Fc cos h F sin h
W a
FZ 4
- c
2(a b)
tr
2(a b)
(5)
Keadaan kritis kendaraan akan terguling adalah
ketika salah satu gaya pada roda inside sama
dengan nol. Jika yang ditinjau adalah FZ1 = 0 maka
akan diperoleh kecepatan belok maksimum yang
diijinkan seperti pada persamaan (6) dengan asumsi
sudut side slip mendekati nol dan beban angin
sangat kecil sehingga tidak diperhitungkan[2].
vrg
R g tr
2h
(6)
m v2
R
(7)
ab
57,29
(8)
131
OTO-03
Nilai
Satuan
Massa kendaraan
2500
kg
2.3
1.45
1.4
1.3
Diameter rotor
0.24
90%
0.7
Percepatan gravitasi
9.8
m/s2
Tinggi CG
0.12
(10)
(13)
(9)
v2
s i
2 g
dengan
Pb
(14)
3.
132
OTO-03
Roda
Kecepatan
maks (m/s)
Roda 1
Fz (N)
0
Roda 2
38.81
238
Roda 3
12250
Roda 4
10652
t rem
(s)
EK (J)
Daya rem
(W)
Heat Flux, Q
(W/m2)
267
47
912
703125
124270
2402656
531663
93966
1816753
5.6
Properties
Nilai
60.5
Density , (kg/m )
7850
434
4.
KESIMPULAN
133
OTO-03
25.2oC. Pada rotor disk brake roda 3 terjadi
temperature sebesar 236. 8 oC sedangkan pada rotor
disk brake roda 4 adalah 185.17oC. Temperatur
sebesar 236.8 oC yang terjadipada rem
diperkirakandapatmengakibatkan
kegagalan
pengereman.Untuk mengurangi temperatur yang
direrima disk brake dapat dilakukan dengan
memodifikasi material rotor disk
serta
dimensibentuk ventilasi yang optimal.
Referensi
[1]. Jazar, Reza.N., Vehicle Dynamic Theory and
Application, pp. 379-382, Springer
[2]. Sutantra. I Nyoman dan Bambang Sampurno,
Teknologi Otomotif. pp.67-70. Edisi kedua,
Penerbit Guna Widya,(2010).
[3]. Ali Belhocine and Mostefa Bouchetara,
Thermomechanical Analysis of Vehicle Braking,
U.P.B. Sci. Bull., Series D, Vol. 76, Iss. 1, ( 2014).
[4]. E Palmer, R Mishra, and J Fieldhouse. A
134
OTO-04
1.
Pendahuluan
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH
Gambar 1 : Struktur sederhana asam oleat
Abdull ahyi (2005) telah melakukan percobaan
dengan melakukan ozonolisis pada asam oleat
135
OTO-04
sistem pembakaran
Direct Injection
jumlah silinder
85 x 87
Displacement (l)
0.493
nomor mesin
046694
Count output
Max output
sistem pendingin
Radiator
sistem permulaan
Manual
136
OTO-04
Persentase
Aditif
(%)
1
2
3
4
5
Persentase
Kenaikan
Torsi
(%)
1.56
-0.92
1.40
2.56
1.84
Persentase
Kenaikan
Daya
(%)
1.33
-1.15
0.97
1.84
1.11
(MJ/g)
45.61
45.95
45.67
45.69
45.64
45.66
39.31
(g/cm3)
0.813
0.819
0.821
0.823
0.828
0.834
0.814
(mm2/s)
4.07
4.49
3.98
4.35
4.09
4.38
6.98
137
OTO-04
4.
Kesimpulan
REFERENSI
Ajav E.A., Bachchan, S., Bhattacharya T.K. 1999.
Experimental study of some performance
parameters of a constant speed stationary
diesel engine using ethanol diesel blends
as fuel. Biomass and Bioenergy 17: 357365
Anton. L Wartawan, 1997. Bahan Bakar Mesin
Otomotif. Jakarta : Penerbit Universitas
Trisakti.
Chevron Technical Bulletin. (tanpa tarikh). What
is/why
oxygenated
gasoline.
(atas
talian)http://www.chevron.com/products/p
rodserv/fuels/bulletin/oxyfuel/whwyoxy.shtml (20 Januari 2006).
Ganesan. 2002. Internal Combution
London. Mc Grawhill
Engine.
138
OTO-04
139
OTO-05
1. Pendahuluan
Perkembangan inovasi kendaraan sangat pesat
terutama di Indonesia yang masyarakatnya
konsumtif. Kendaraan mobil yang semakin
meninggalkan sistem karburator dan beralih ke
sistem injeksi mengasilkan efisiensi kerja yang
signifikan,
Selainhomogenitascampuranbahanbakardanudara
140
OTO-05
141
OTO-05
....... (1)
Dimana :
Mi=massa emisiipolutan
(gr/km),Vmix=volumegas
buangyangdiencerkandalamliterper
tesdandikoreksi kondisistandar(273.2K
dan101.33kPa), Qi=densitas d a r i
polutani(gr/liter), Ci=konsentrasi polutan i ,
D=jarakselama siklusoperasi(km).
Volumegas buangyangdiencerkandikoreksidengan
cararumus berikut:[8]
....... (2)
Dimana : Pp=tekanan absolutpadainletke
pompa(kPa), Tp=suhurata-rata
daridiencerkangas buangyang
masukpompa(K), K1=2,6961(K.kPa-1).
Perhitungankonsentrasi:[8]
.......
(3)
Dimana
:
Ci=konsentrasipolutanidalam
gasbuangdiencerkan,
dalamppmataupersenvolume
dandikoreksi
olehjumlahi
terkandung
dalamudarapengenceran,
Ce=konsentrasidiukurdaripolutanidalam
gasbuangdiencerkan,
dalamppmataupersenvolume,Cd=konsentrasidi
ukurdaripolutanidi
udarayang
digunakanuntukpengenceran,
dinyatakan
dalamppmataupersenvolume;
DF=faktor pengenceran.
Faktorpengencerandihitungsebagai
Untukbensin dandiesel:[8]
berikut:
....... (4a)
Dimana
:
CCO2=konsentrasiCO2dalam
gasbuangdiencerkan,
CHC=konsentrasiHCdalam
gasbuangdiencerkan,
CCO=konsentrasiCOdalam
gasbuangdiencerkan.
142
OTO-05
143
OTO-05
a.
c.
Torsi Maksimum
12,9 kg.m
Kapasitas
tangkiCNG
65LSP
Berat kosong
pada putaran
mesin 4800
rpm
Liter Setara
Premium
1.246 kg
b.
d.
Premium
e.
f.
Pertamax
Rata-rata
CO
(g/km)
Total Emissions
Rata-rata
Rata-rata
HC
N0x
(g/km)
(g/km)
0,09033
0,00667
0,004
0,093
0,00533
0,005
Pertamax Plus
0,05467
0,00333
0,003
CNG
0,07867
0,015
0,004
h.
Tahunpembuatan
Jumlahsilinder
Honda City
A/T
1.5 LSOHC
18 Katup iVTEC
2015
PT. Honda
Prospect
Motor
Thailand
4 silinder
Perbandingan
Kompresi
10,4:1
Tenagamaksimum
120 PS
0.1
0.09
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
Total Emissions
Rata-rata CO
(g/km)
Total Emissions
Rata-rata HC
(g/km)
Total Emissions
Rata-rata N0x
(g/km)
Segaris
pada putaran
mesin 6600
rpm
144
OTO-05
Rata-rata CO2
(g/km)
Premium
168,011
Pertamax
182,0147
Pertamax Plus
173,1369
CNG
140,471
50
0
Rata-rata (Liter
per 100 km
(LSP/100km))
Bahan Bakar
Rata-rata
(km/L)
Premium
7,203333333
13,89
Pertamax
7,823333333
12,82
Pertamax
Plus
7,316666667
13,69
8,21
12,18
CNG
Hasil Pengujian
Konsumsi Bahan
Bakar dengan Standar
Uji UN ECE R101
Mobil Honda City
CNG 1.5 AT Fuel
Consumption Rata-rata
(km/L)
Fuel Consumption
Bahan
Bakar
Hasil Pengujian
Konsumsi Bahan
Bakar dengan Standar
Uji UN ECE R101
Mobil Honda City
CNG 1.5 AT Fuel
Consumption Rata-rata
(Liter per 100 km
(LSP/100km))
(Rp)
premium
493,51
pertamax
645,43
pertamax plus
690,48
CNG
254,85
145
OTO-05
Referensi :
800
700
600
500
400
300
200
100
0
Biaya per
km Bahan
Bakar
Biaya per
km (Rp)
146
OTO-06
1.
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
147
OTO-06
METODOLOGI
148
OTO-06
untuk mentransfer proses penguraian molekulmolekul air menjadi penyusun aslinya. Dengan
demikian akan menambah produksi gas Hidrogen
Hidrogen Oksigen (HHO) pada elektroliser. Gas
HHO yang bersumber dari elektroliser memiliki
nilai oktan yang lebih tinggi dibandingkan nilai
oktan bahan bakar bensin. Ketika gas HHO
dicampurkan dengan bensin didalam karburator
maka nilai oktan bahan bakar campuran HHO
dengan Bensin tersebut menjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai oktan bensin murni.
Sehingga peningkatan nilai oktan tersebut akan
mengakibatkan proses pembakaran didalam ruang
bakar akan menjadi lebih sempurna. Proses
pembakaran yang terjadi secara sempurna akan
menghasilkan energi panas yang lebih besar. Hal
tersebut
akan
mengakibatkan
terjadinya
peningkatan daya mesin. Sehingga daya akan
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
elektroda
149
OTO-06
150
OTO-06
151
OTO-06
KESIMPULAN.
Djoko Sungkono
Generator Gas
Cell Berdimensi
PWM E-3 FF
152
OTO-07
1.
PENDAHULUAN
TUJUAN PENELITIAN
3.
TINJAUAN PUSTAKA
153
OTO-07
sel fotovoltaik dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
P=VxI
dimana :
P = Daya (Watt),
V = Beda potensial (Volt)
I = Arus (Ampere)
B. Charger Controller
154
METODE PENELITIAN
A.
MULAI
OTO-07
Pelaksanaan
penelitian
ini
dilakukan
di
Laboratorium Teknik Mesin Universitas Negeri
Jakarta.
PEMBUATAN RANGKAIAN
PENGAMBILAN
DATA
ANALISIS
Gambar 4. Rangkaian pengukuran panel
Surya.
KESIMPULAN
SELESAI
Gambar 3. Diagram alir metodologi penelitian
155
OTO-07
1. Data intensitas cahaya matahari diambil setelah
dilakukan beberapa kali pengukuran pada saat
hari cerah, dan berawan.
2. Data dari tegangan yang dihasilkan oleh panel
surya 50 WP dan 100 WP diambil setelah
dilakukan beberapa kali pengukuran, kemudian
diperoleh kesimpulan tentang jumlah tegangan
yang dihasilkan oleh panel surya.
3. Mempersentasikan jumlah data yang didapat
setelah melakukan penelitian dan analisa.
4. Memberi gambaran tentang hasil pengukuran
arus, tegangan dan intensitas cahaya matahari
dalam bentuk grafik.
5.
70
60
50
40
30
20
10
0
Day
a
Volt
16:00
15:00
14:00
13:00
12:00
11:00
10:00
9:00
Am
pere
Gambar 5. Grafik arus, volt dan daya
terhadap waktu
Jam
Daya
(Watt)
Volt
Ampere
9:00
39,08
20,57
1,9
9:30
40,64
20,42
10:00
42,74
10:30
Daya
Volt
Ampere
1,99
Jam
(Watt)
9:00
85,03
20,74
4,1
20,35
2,1
9:30
88,87
20,43
4,35
45,2
20,09
2,25
10:00
97,33
19,01
5,12
11:00
45,67
20,03
2,28
10:30
93,31
19,52
4,78
11:30
48,01
19,84
2,42
11:00
95,82
19,24
4,98
12:00
57
18,48
3,09
11:30
91,09
20,02
4,55
12:30
56,02
18,8
2,98
12:00
98,79
18,64
5,3
13:00
56,43
18,5
3,05
12:30
99,64
18,35
5,43
13:30
57,2
18,45
3,1
13:00
104,28
18,23
5,72
14:00
51,3
19
2,7
13:30
109,44
18
6,08
14:30
45,36
19,3
2,35
14:00
107,24
17,58
6,1
15:00
49,62
19,46
2,55
14:30
99,13
18,46
5,37
15:30
47,06
20,46
2,3
15:00
98,31
18,62
5,28
16:00
46,13
20,5
2,25
15:30
97
19,02
5,1
16:00
98,37
19,48
5,05
156
OTO-07
DAFTAR PUSTAKA
120
100
80
60
40
20
0
1.
2.
3.
4.
5.
http://bagaimana-cara-kerja-solar-cell.html
6.
7.
Daya
Volt
Ampere
6.
KESIMPULAN
Dari perancangan dan pengujian alat
pengisi baterai mobil dengan memanfaatkan panel
surya bisa diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Intensitas cahaya matahari yang masuk dan
terserap oleh panel surya setiap waktu selalu
berubah-ubah, dan umumnya intensitas cahaya
matahari pada pagi dan sore hari rendah.
2. Daya yang diserap oleh panel surya berkapasitas
50 watt untuk pagi hari dalam kondisi cerah
adalah 39,08 watt pada jam 09:00 sedangkan
disore hari jam 17:00 sebesar 46,13 watt, Dan
untuk panel surya 100 watt untuk pagi hari
dalam kondisi cerah adalah 85,03 watt pada
jam 09:00 sedangkan disore hari jam 17:00
sebesar 98,37 watt.
3. Daya tertinggi yang diserap oleh panel surya 50
WP adalah 57 Watt pada jam 12.00 WIB dan
daya tertinggi yang dihasilkan pada panel surya
100 WP adalah 109,44 Watt yang terjadi pada
jam 13.30 WIB.
4. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui potensi
daya yang diserap oleh panel surya dari radiasi
matahari, dan untuk selanjutnya akan
dikembankan untuk pengisian baterai pada
mobil.
8.
9.
157
OTO-08
ABSTRAK
Hampir seluruh pembuatan bodi kendaraan baik roda dua, empat, ataupun lebih terdapat proses pengecatan. Pengecatan
dilakukan sebagai bagian dari fungsi protektif dan estetika/dekoratif. Kedua fungsi tersebut didapat dengan mengontrol
aspek kualitas pengecatan seperti daya kilap, coating thickness, dan polishing resistance.Dalam penelitian ini dilpelajari
pengaruh tekanan udara pada spray gun terhadap ketiga faktor kualitas pengecatan tersebut. Pengujian dilakukan dengan
menvariasikan tekanan udara sebesar 2, 4 dan 6 bar. Hasil yang diperoleh bahwa daya kilap tertinggi pada interval
tersebut sebesar 84,67 GU dihasilkan pada pengecatan yang menggunakan tekanan udara spray gun 4 bar dan lapisan
yang paling tebal dihasilkan pada tekanan udara 2 bar.
Kata kunci: pengecatan plastik, tekanan spray gun
1.
PENDAHULUAN
158
OTO-08
3.
Pigmen
Pigmen adalah zat pewarna yang berfungsi
untuk mewarnai, daya tutup, dan dalam kasus
tertentu untuk meningkatkan ketahanan
permukaan pengecatan (misalnya, terhadap
korosi). Pigmen akan melekat pada
permukaan lain, apabila dicampur dengan
resin dan komponen lain dalam bentuk cat.
Pigmen dibagi menjadi beberapa tipe yaitu:
1. Pigmen warna, untuk menambah
warna pada cat dan meningkatkan
daya sembunyi cat.
2. Pigmen terang untuk menambah
warna-warni metalik pada cat.
3. Pigmen
extender,
menambah
kekuatan
cat
pada
bodi,
meningkatkan
viskositas
dan
mencegah pengendapan.
4. Pigmen pencegah karat, digunakan
pada cat dasar untuk mencegah karat
5. Pigmen flatting, digunakan untuk
mengurangi kilap pada cat, terutama
pada cat jenis doof.
Pelarut adalah suatu cairan yang mudah
menguap dan umumnya berwujud cair dalam
suhu kamar dan tekanan satu atmosfer.
Pelarut dan thinner sama-sama merupakan
zat pengencer, bedanya pelarut digunakan
pada proses pembuatan cat sedangkan thinner
digunakan untuk menentukan tingkat
kekentalan cat sebelum cat tersebut
diaplikasikan.
1.
2.
4. Additive
Additive adalah suatu bahan yang ditambahkan
pada cat dalam jumlah kecil untuk
meningkatkan kemampuan cat sesuai tujuan atau
aplikasi cat tersebut.
Adapun jenis bahan aditif yang digunakan
antara lain:
Plasticier (bahan pelunak)
Bahan ini berguna untuk memberikan sifat
elastis pada lapisan cat sehingga bila sudah
mengering tidak mudah rapuh atau retak- retak.
Drier (bahan pengering)
Bahan yang berfungsi untuk membantu
mempercepat pengeringan cat.
Anti skinning agen
Bahan ini berfungsi untuk mencegah
pengelupasan pada permukaan cat sebelum
dipakai.
Emulsifier
Bahan ini berfungsi untuk mempercepat
terjadinya emulsi pada cat emulsi.
Extender (bahan pengisi)
Bahan tambahan dalam campuran cat yang
berfungsi memperbesar volume, sehingga dapat
menurunkan harga cat.
Hardener
Pada cat dua komponen maka ada hardener
yang harus ditambahkan. Hardener ditambahkan
pada komponen utama cat dua komponen,
Hardener bereaksi dengan molekul dari
komponen utama untuk membentuk molekul
yang lebih besar.
1.2 Cacat Pengecatan
Cacat pengecatan dapat timbul akibat persiapan
permukaan yang kurang baik, kebersihan, proses
pengecatan dan lain-lainnya. Berikut ini cacat
dalam proses pengecatan :
1.
159
OTO-08
Goresan-Goresan
Amplas
(Said
Scrathces/Sanding Mark)
Lapisan cat kurang mengkilap dan
cacat-cacat cat dasar atau logam
membayang pada permukaan.lapisan
cat biasanya rata tanpa ada kulit jeruk.
7.
8.
Kurang Mengkilap
Permukaan
lapisan
cat
kurang
mengkilap dan kurang memantulkan
sinar.
Cat Lunak Lapisan
Cat mudah tergores dan tidak tahan
terhadap pelarut.
2. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
metode
eksperimen dan pengamatan. Kualitas lapisan cat
tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan udara alat
spray gun saja tetapi juga oleh jarak spray gun,
kecepatan hanger dan lain-lain. Oleh karena itu
untuk mengendalikannya, faktor-faktor lain dibuat
tetap, yaitu :
1. Jarak spray gun
: 150 mm
2. Kecepatan hanger
: 1,5 m/menit
3. Temperatur oven
: 700 C
4. Waktu pemanasan
: 30 menit
Dengan variasi tekanan udara spray gun 2 bar, 4 bar
dan 6 bar. Untuk setiap tekanan, dibuat 3 spesimen.
Pengujian dilaksanakan di Line Painting PT. Astra
Komponen Indonesia.
2.1 Persiapan Bahan dan Alat
Bahan Penelitian :
1. Cat
: Nax Besta Ultra NH-1 Black
2. Thinner
: Thinner FMD
3. Hardener : Polyure Mightylac Hardener dengan
kadar 5%
4. Plastik
:Acrylonitrile Butadiene Styrene
(ABS)
Peralatan yang digunakan antara lain:
1) Spray gun
2) Kompresor
3) Oven painting
4) Timbangan digital
5) Thickness gauge
6) Fog chamber
7) SEM
8) Ultra Sonic Cleaner
2.2 Pengujian Kualitas Produk Pengecatan
1. Daya Kilap (glossy)
Merupakan metode pengujian untuk mengetahui
tingkat kilapan lapisan film cat. Dapat
menggunakan alat yang disebut glossmeter. Satuan
yang digunakan adalah GU (Gloss Unit).
160
OTO-08
82,33
4 bar
84,67
6 bar
78,26
terhadap
Tekanan udara
2 bar
18,3
4 bar
18,0
6 bar
16,6
161
OTO-08
terhadap
Tekanan udara
Polishing Resistance
2 Bar
Tidak berubah
4 Bar
Tidak berubah
6 Bar
Tidak berubah
162
KE-01
Abstract
Viscometer, a tool for measuring viscosity is needed in terms of both quantity and quality. One type of viscometer
commonly used is the falling ball type, because of relatively simple and can be used to measure the viscosity of various
types of liquids if we compare it to the capillary. Viscometer of falling ball that exists, especially in Indonesia is still
manual so lack of accuracy or precision measurement. This research designs, builds and tries digital viscometer of the
falling ball type, the viscometer is designed for automatic system (real time). This viscometer uses steel balls (test balls)
of 16 mm in diameter, the ball was dropped on the test fluid in the acrylic tube transparent,the inner diameter of tube is
50 mm. Three variations of the test fluid i.e. wateroil, and mud. Additional components of these viscometer uses
microkontroller ATmega328 (arduino), and two light (photo diode) sensors with a distance of 500 mm between sensor 1
and sensor 2, both of the sensors connected to a timer (counter) to record the time taken by ball test from position 1 to
position 2. Velocity and density of the ball, density of the test fluid, are the main variables that determines viscosity of the
test fluid. The data obtained is processed and analyzed, then compared with standard data. Viscometer equipped with a
switch, keypad, and program modules. Viscosity measurement results displayed on mini display 16x2 LCD monitor. The
results showed that, all three variations from test fluids viscosity, consistent and very close to the standard (reference)
viscosity, with an 2.5% average deviation.
Keywords: Ball, liquid, tube, viscometer
Abstrak
Alat ukur kekentalan keberadaannya sangat dibutuhkan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Salah satu jenis
viskometer yang umum digunakan saat ini adalah viscometer jenis bola jatuh, karena bentuknya yang relatif sederhana
dan dapat digunakan untuk mengukur viskositas berbagai jenis cairan yang lebih beragam dibanding viskometer pipa
kapiler. Viskometer bola jatuh yang ada saat ini khususnya di Indonesia masih manual sehingga keakuratan pengukuran
yang dihasilkan kurang maksimal. Pada penelitian ini dirancang, dibuat dan diujicoba suatu viskometer digital yaitu
jenis bola jatuh, viskometer ini dirancang agar dapat bekerja secara otomatis (real time). Viskometer ini menggunakan
bola baja (sebagai bola uji) berdiameter 16 mm, bola dijatuhkan pada fluida uji yang berada didalam tabung acrilik
transparan yang dipasang vertical diameter 50 mm. Digunakantigavariasi fluida uji yakni : air, pelumas, dan lumpur.
Peralatan lain pada Viskometer ini digunakan microkontroller Atmega328 (arduino) dan dua buah sensor cahaya yang
dipasang dengan jarak 500 mm antara sensor 1 dan sensor 2, kedua sensor tersebut masing-masing dihubungkan dengan
timer (counter) untuk merekam waktu yang dibutuhkan oleh bola uji dari posisi 1 ke posisi 2. Waktu tempuh bola, massa
jenis bola, dan massa jenis fluida uji, adalah variable utama yang menentukan kekentalan fluida uji. Data yang
didapatkan diolah dan dianalisa, selanjutnya dibandingkan dengan data standard. Viskometer dilengkapi Sebuah saklar,
keypad, dan modul program. Hasil pengukuran viskositas berhasil ditampilkan pada mini display monitor LCD 16x2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa viskositas ketiga jenis fluida uji, bersesuaian dan sangat mendekati acuan
viskositas dengan simpangan rata-rata 2,5%
Kata kunci: Bola, cairan, tabung, viskometer
1.
PENDAHULUAN
Viskositas
merupakan
ukuran
ketahanan suatu fluida terhadap tegangan geser.
Ketahanan terhadap tegangan geser ini
dipengaruhi oleh kohesi dan laju perpindahan
momentum fluida tersebut. Viskositas gas
meningkat dengan suhu, tetapi viskositas cairan
berkurang dengan naiknya suhu [1].
Kekentalan (viskositas) suatu fluida/zat cair
sangat penting diketahui karena merupakan sifat
dasar dan mempengaruhi karakteristik dan
performa fluida tersebut saat digunakan. Alat
ukur
kekentalan
(viskometer)
sangat
dibutuhkanmisalnya untuk keperluan industri, dan
dunia pendidikan/laboratorium.
Kebutuhan
viskometer di dalam Negeri baik kuantitas maupun
kualitasnya sangat luas, misalnya pada industri
pertambangan, industri kimia, makanan, keperluan
laboratorium, dan lembaga penelitian/riset.
Viskometer yang ada saat ini khususnya
di Indonesia umumnya masih dioperasikan secara
manual sehingga kurang akurat, juga keterbatasan
variasi fluida/ cairan yang dapat diukur dengan baik
dan akurat, serta harganya yang relatif tinggi.
163
KE-01
METODOLOGI
164
KE-01
.. ()
(2)
I (input) / O (output)
Arus
Flash memory
Bootloader
EEPROM
Kecepatan
3.
Gambar. 4 adalah Mikrokontroller Arduino Uno
(R3) yang digunakan.
Atmega 328
5V
7-12 V
6-20 V (limits)
14 pin (6 pin untuk
PWM)
50 mA
32KB
SRAM 2 KB
1 KB
16 Mhz
Simpan
gan
(%)
Air
0,897
0,882
1,67
SAE-30
100,30
98,18
2,11
lumpur
142,2
138,7
2,46
Pada tabel 1. Terlihat hasil pengujian dengan
sampel air pada suhu 25oC diperoleh nilai rata-rata
viskositas 0,882 Centi stokes (cSt) , berdasarkan
referensi 0,897 cSt, terdapat simpangan sebesar
1,67 % antara hasil pengujian pada viskometer
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015
Referensi
(cSt)
Hasil Disain
(cSt)
165
KE-01
KESIMPULAN
166
KE-02
1.
PENDAHULUAN
F
.... (ref. 4 hal 8) pada permukaan
A
m2
m2
LANDASAN TEORI
2.2. KAVITASI
167
KE-02
: 1480 rpm
: 315 kW
: 3 380 volt
: 330 rpm
:4m
: 4 m3 / s
: 233,34 epm
: 83%
: 188.73 kW
: 557039,45 kgmm
: 5,46 x 106 Nmm
: 90 mm
: 7,475 kg/mm2
: 73,33 N/mm2
: 38,19 N/mm2
: 428,79 rpm
: 0,2003 mm
: 3066,25 N
: 12378,65 kg
: 1,22 x 105 N
: 117 mm
: 152,1 mm
: 1212 mm
: 647 mm
Berat impeller
Gaya aksial impeller (F)
Tegangan geser yang terjadi
pada pasak ((k)
Tegangan geser yang diijinkan
pada pasak ((ka)
Diameter luar kopling (dA)
Diameter baut (db)
Jumlah baut kopling
Berat kopling
Umur bantalan
Tegangan geser yang dialami
baut ((b)
Tegangan geser yang diijinkan
pada baut ((ba)
Tegangan geser yang dialami
flens ((F)
Tegangan geser yang diijinkan
pada flens ((Fa)
Berat total
: 1223,04 N
: 2090,02 kg
: 20,50 x 103 N
: 5,501 kg/mm2
: 53,96 N/mm2
: 5,84 kg/mm2
: 57,29 N/mm2
: 315 mm
: 25 mm
: 6 buah
: 340,98 N
: 557578,82 jam
: 3,207 kg/mm2
: 31,46 N/mm2
: 5,56 kg/mm2
: 54,54 N/mm2
: 0,39 kg/mm2
: 3,83 N/mm2
: 1,4 kg/mm2
: 13,734 N/mm2
: 4630,27 N
: 1480 rpm
: 315 kW
: 3 380 volt
: 40 rpm
:5m
: 6 m3 / s
: 233,30 epm
: 82%
: 336,108 kW
: 818422,98 kgmm
: 8.028 x 106 Nmm
: 120 mm
: 7,475 kg/mm2
: 73,33 N/mm2
: 24,36 N/mm2
: 412,21 rpm
: 0,285 mm
: 5453,107 N
: 13640,383 kg
: 1,34 x 105 N
: 156 mm
: 202,8 mm
: 1844 mm
: 653,034 mm
: 5209,68 N
: 13556,03 kg
: 132,98 x 103 N
: 3,87 kg/mm2
: 37,96 N/mm2
: 5,84 kg/mm2
: 57,29 N/mm2
: 355 mm
: 362,36 N
: 5244,53 jam
: 25 mm
: 6 buah
168
KE-02
: 4,19 kg/mm2
: 41,10 N/mm2
: 5,56 kg/mm2
: 54,54 N/mm2
: 0,45 kg/mm2
: 4,41 N/mm2
: 1,4 kg/mm2
: 13,734 N/mm2
: 11025,147 N
169
KE-02
4.KESIMPULAN
Dari uraian, perhitungan, dan analisis pada bab
terdahulu maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
170
KE-02
5.SARAN
1. Penggunaan jenis pompa aksial sangat cocok
untuk memindahkan air yang cukup besar bias
juga disebut pompa pengendalian banjir.
2. Kalau diteliti kembali penggunaan jenis pompa
aksial tanpa gearbox dengan menggunakan
electromotor untuk memompakan air secara
kontinyu dan lebih tepatnya dipergunakan di
pompa PDAM.
6.REFERENSI
[1].Cherkassky J.M, Pump Compressors Fan,
Energinya, Moscow, 1968.
[2].Church H. Austin, Harahap Zulkifli, Pompa dan
Blower Sentrifugal, Erlangga, Jakarta, 1993.
[3].Dietzel Pritz, Dakson Sriyono, Turbin Pompa
dan Kompresor, Erlangga, Jakarta, 1992.
[4].Hicks G. Tyler, Edwards T.W., Teknologi
Pemakaian Pompa, Erlangga, Jakarta, 1996.
[5].J.K. Gupta, Machine Design, Eurasia Publishing
House (Pvt) Ltd, New Delhi, 1980.
[6].Niemann, G., Budiman, Anton, Elemen Mesin
Desain dan Kalkulasi dari Sambungan, Bantalan,
dan Poros Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1999.
[7].Sularso &S uga Kyokatsu, Elemen Mesin,
Pradnya Paramita, Jakarta, 1978.
[8].Sularso, Tahara Haruo, Pompa dan Kompresor,
Pradnya Paramita, Jakarta, 2000.
[9].Stolk, Jac, Ir., Kros, C, Ir., Elemen Mesin,
Erlangga, Jakarta, 1986.
[10].
Triatmodjo Bambang, Mekanika Fluida,
Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik UGM,
Yogyakarta, 1962.
[11].
While M. Frank, Mekanika Fluida,
Erlangga, Jakarta, 1978.
[12].
Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan
Elektronika Daya, PT. Gramedia, Jakarta, 1988.
171
KE-03
1. PENDAHULUAN
Data pemerintah menunjukkan penggunaan energi
terbarukan di Indonesia baru mencapai angka lima
persen sementara 95 persen lainnya, masih
digantungkan pada bahan bakar fosil seperti minyak
bumi, gas, dan batubara. Cadangannya menipis dan
tak begitu lama lagi akan segera habis, selain itu
juga mengakibatkan kerusakan lingkungan yang tak
bisa diperbaiki, mata pencaharian dan kesehatan
172
173
G
ambar 2.1 Sistem Koordinat Rotasional
........(2.2)
Kekekalan Momentum:
.......(2.3)
dimana
.....(2.5)
merupakan percepatan coriolis
dan
......(2.4)
Model aliran keluar yang digunakan dalam makalah
ini
adalah
kondisi
batas
Outflow,yang
mengasumsikan gradient normal adalah nol untuk
semua variabel aliran kecuali tekanan, asumsi ini
digunakan karena detail kecepatan aliran dan
tekanan tidak diketahui sebelumnya. Kondisi batas
outflow tersebut mensyaratkan kondisi aliran keluar
sudah mendekati aliran berkembang penuh (fully
developed flow), seperti Gambar2 di bawah ini.
.(2.6)
dimana
adalah produksi viskositas turbulen,
adalah kerusakan viskositas turbulen yang muncul
pada area di dekat dinding akibat blocking dan
redaman viskos.
174
dan
masing-masing adalah konstanta , dan
adalah viskositas kinematik, sedangkan
adalah source yang didefinisikan tersendiri [3].
Hubungan antara kecepatan dan tekanan koreksi
diperoleh dengan menegakkan hukum koservasi
massa dan mendapatkan bidang tekanan dengan
metoda pressure-velocity coupling menggunakan
algoritma
SIMPLE,
persamaan
momentum
diselesaikan dengan bidang tekanan yang dduga,
fluks permukaan yang dihitung dari persamaan:
..(2.7)
dengan
..(2.8)
Setelah solusi diperoleh, tekanan dan fluks dikoreksi
dengan menggunakan:
..(2.9)
.(2.10)
1
dengan
adalah factor under relaksasi untuk
tekanan.
Solusi komputasi numerik aliran berbasis tekanan
umumnya menggunakan persamaan under-relaksasi
untuk mengkontrol variasi parameter yang dihitung
pada setiap iterasi. Hal ini dilakukan guna
menstabilkan skema numerik yang melibatkan
prosedur iterasi, dan meningkatkan konvergensi
sehingga mempersingkat waktu yang dibutuhkan
untuk solusi dari akurasi yang diinginkan.
3. HASIL DISKUSI
Volume atur yang telah diperhitungkan adalah 2xd
untuk batas masukan dan 5xd untuk batas keluaran.
sehingga terjadi aliran fluida dapat berkembang
penuh (fully developed flow)[4], seperti tampak dalam
Gambar 3. Kondisi velocity inlet pada inlet (dalam
warna biru), kondisi outflow pada outlet (warna
merah), kondisi symmetry (warna hijau) pada
bagian-bagian yang lainnya, serta kondisi wall
(warna hitam) pada rotor.
175
dianggap aman.
Tabel 3.1. Koefisien gaya hambat, Cd, untuk desain
rotor dua bilah dan tiga bilah
(a)
(b)
176
4. KESIMPULAN
Dari hasil eksperimen diperoleh bahwa konfigurasi
turbin angin beserta sistem transmisi mekanik dan
sistem kelistrikan telah berfungsi dengan baik
dengan kemampuannya menyalakan lampu setara 50
watt kontinyu selama dua minggu pengujian,
sehingga dapt dijadikan alternatif sumber energi
lampu PJU.
Catatan:
Konfigurasi turbin angin dalam makalah ini dengan
dilengkapi sistem pengaman dari badai telah
menerima hibah UBER HAKI tahun 2014, dan telah
diajukan permintaan paten dengan nomor:
S00201407214.
5. DAFTAR PUSTAKA
[1].Maria F.Soetanto & A. Wismakumara, Study on
Implementation of Vertical Axis Wind
Turbine in Polban Building, International
Conference on Fluid and Thermal Energy
Conversion 2009, ISSN 0854-9346, TongyeongSouth Korea, 2009.
[2].The Value of Wind, Rep.Source Indonesia Vol.2
No. 3, Winrock International, Winter 1997.
[3].J. Dacles-Mariani, G. G. Zilliac, J. S. Chow, and
P. Bradshaw. Numerical/Experimental Study
of a Wingtip Vortex in the Near Field. AIAA
Journal, 33(9):1561-1568, 1995.
[4].Soetanto, Maria F., Kaji Numerik Optimasi
Kinerja Rotor Savonius Dua Bilah dan Tiga
Bilah, Industrial Research Workshop & Seminar
Nasional Sains Terapan 2010, Politeknik Negeri
Bandung, ISBN 978-979-3541-21-1.
[5].Maria F. Soetanto, Kaji Eksperimen Optimasi
Koefisien Daya Kombinasi Horizontal dan
Vertikal Wind Turbine, Seminar Nasional
Ketahanan
Lingkungan
Hidup
dengan
Penggunaan Energi Alternatif 2009, ISBN 978979-3541-20-4
Putaranturbin
(rpm)
134,9
132
165,3
120,6
165,2
142,8
87,4
141,2
91,1
142,8
94,7
rata-rata
V out
gen
(Volt)
15.74
15.45
17.34
13.87
17.04
16.51
10.34
16.55
10.68
16.53
10.81
I out gen
(Ampere)
1.5
1.5
1.7
1.5
1.7
1.6
0.9
1.6
1
1.6
1
P elk
(Watt)
23.61
23.175
29.478
20.805
28.968
26.416
9.306
26.48
10.68
26.448
10.81
33.7394
177
KE-04
1. PENDAHULUAN
1.1.Masalah Penelitian
Permasalahan dalam penelitian ini adalah
mendapatkan
koefisien
tekanan
(pressure
coefficient) body truck saat terjadi overtaking
melalui studi komputasi pada kecepatan 20 m/s.
1.2.Asumsi Penelitian
Asumsi yang digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.3.Batasan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan penelitian di atas,
maka ada batasan-batasan pembahasan yang
digunakan untuk mendapatkan koefisien tekanan
body truck. Adapun batasan penelitian adalah
sebagai berikut:
Kondisi
simulasi
berdasarkan
kondisi
pengujian di dalam terowongan angin
178
KE-04
1.4.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gaya
aerodinamika yang bekerja pada body truck saat
proses overtaking.
2. DASAR TEORI
2.1. Model Aliran Udara
Hukum kekekalan massa atau kontinuitas dapat
dituliskan dalam bentuk integral sebagai berikut
[1,2,3,4]
dV U dA 0
t
V
A
(1)
U dV U dA U
t
V
A
PdA f dV F
A
(2)
viscous
q dV Q
viscous
PU dA
f U dV W
viscous
e
A
U2
2
dV
(4)
t f 1
U2
e
t
2
x j
D
1 x j
Y
2
Dt
Cb 2
x j
berikut [4,5]
(3)
U dA
f 1
(5)
dan
3
3
C 1
dimana
(6)
G Cb1S
f 2
d2
1
1 f 1
S S
f 2
(7)
(8)
(9)
179
KE-04
1 U j U i
ij
2 x i x j
1 U j U j
Sij
2 x i x i
(12)
Y C w1f w
d
(13)
1
1 C 3 6
f w g 6 w 6
g Cw
g r Cw 2 r 6 r
r
(14)
(15)
S 2 d 2
(16)
0.41
C1 7.1 ,
Cw1 Cb1 1 Cb 2 ,
2
dimana
(11)
Cw 2 0.3
Cw 3 2.0 .
N face
U f f A f
S dV
V
S V
(18)
U dA dA
A
dimana
2.3. Diskretisasi
Untuk kondisi aliran tunak (steady), jika variabel tak
bebas adalah fungsi ruang f x, y, z yang
tidak diketahui adalah solusi dari persamaan model
gerak fluida (persamaan 1, 2 dan 3) serta persamaan
model turbulen Spalart Allmaras (persamaan 4) dan
merupakan kuantitas skalar (tekanan, densitas
dan sejenisnya) atau kuantitas kecepatan, maka
persamaan (1, 2 dan 3) dapat dituliskan dalam
bentuk persamaan yang mengadung sebagai
berikut [4,5]
(17)
c0 , c1 ....c n di dalam
180
KE-04
Untuk mendapatkan nilai f , maka dapat dilakukan
dengan menggunakan skema upwind. Skema upwind
yang digunakan adalah derajat dua untuk
mendapatkan tingkat akurasi yang lebih tinggi.
Berdasarkan pendekatan deret Taylor, maka nilai
f dapat dituliskan sebagai berikut [4,5]
Posisi X/L = 1
Posisi X/L = 2
f dr
1 N face
f A
V f
(19)
(20)
Su 2Sc
Sc
P
W
Su Sc
Su Sc
(21)
181
KE-04
182
KE-04
[5].
183
[1].
[2].
[3].
[4].
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil simulasi aliran udara yang melalui
truck yang mempunyai geometri yang sama pada
posisi overtaking tertentu dapat di simpulkan
sebagai berikut:
KE-05
184
KE-05
1. PENDAHULUAN
1.1.Masalah Penelitian
Permasalahan dalam penelitian ini adalah
mendapatkan distribusi temperature cakram rem saat
terjadi proses pengereman melalui studi komputasi
pada kecepatan 80 km/jam.
1.2.Asumsi Penelitian
Asumsi yang digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Kondisi
simulasi
berdasarkan
kondisi
pengujian di dalam ruangan (test bench)
2. DASAR TEORI
2.1. Model Aliran Udara
Model aliran udara inkompresibel yang sudah
disisipkan parameter model turbulen kappa-epsilon
(k-) yaitu energi kinetik turbulen (k) dan disipasi
U j
0
t
x j
(1)
U i
U iU j
t
x j
p'
xi x j
U U j
S M
eff i
x j
(2)
k U j k
t
x j
x j
t
k
Pk
x j
U j
t
x j
x j
(3)
x j (4)
C 1Pk C 2
t C
k2
(5)
U U j
Pk t i
x j
xi
2 U k
3 xk
U i
x j
U k
3t
k
xk
(6)
185
KE-05
2.2. Diskretisasi
Untuk kondisi aliran (unsteady), jika variabel tak
bebas adalah fungsi ruang f x, y, z, t yang
tidak diketahui adalah solusi dari persamaan model
gerak fluida (persamaan 1, 2 dan 3) serta persamaan
model energi turbulen k- (persamaan 4) dan
merupakan kuantitas skalar (tekanan, densitas dan
sejenisnya) atau kuantitas kecepatan, maka
persamaan (1, 2 dan 3) dapat dituliskan dalam
bentuk persamaan yang mengadung sebagai
berikut [1]
d
dt
dV U dn
eff
dn j
x j
V o o
ip ip
V adalah
(7)
S dV
x j
ip dr
1
V
(9)
ip A
(10)
ip
ip
n
ip
(8)
eff n j SV
x j
ip
ip
nilai yang dikenveksikan melalui muka ip, m
adalah fluks massa melalui muka,
x j
adalah besar
186
KE-05
Su 2Sc
Sc
P
W
Su Sc
Su Sc
(11)
187
KE-05
3.3.2. KurvaTemperature
Perubahan temperature pada permukaan cakram
selama proses pengereman dapat divisualisasi
menggunakan kurva Temperature terhadap waktu
pada titik tertentu dengan nilai radius x = 70 mm, x
= 93 mm dan x = 116 mm pada massa kendaraan
tertentu, seperti tampak pada Gambar Gambar 9
sampai Gambar 15
188
KE-05
5. DAFTAR PUSTAKA
[1]. User guide ANSYS CFX, 2012
[2]. User Guide ANSYS Fluent, 2006
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil simulasi aliran udara 20 km/jam
yang melalui cakram rem berputar 691 rpm dengan
beban pengereman (masaa kendaraan) bervariasi
dapat di simpulkan sebagai berikut:
Hasil simulasi berupa distribusi temperature pada
cakram rem depan saat pengereman untuk kondisi
massa kendaraan tertentu yaitu 1500 kg, 1570 kg,
1640 kg, 1710 kg, 1780 kg, 1850 kg dan 1920 kg
dengan nilai temperature maksimum secara
berurutan adalah 58o C, 59o C, 61o C, 62o C, 64o C,
65o C, 67o C
189
KE-06
ABSTRAK
Analisa performa aerodinamika suatu penampang airfoil sangatlah diperlukan untuk menerntukan gaya angkat
maksimum yang terjadi serta gaya-gaya yang bekerja pada penampang airfoil seperti Gaya Drag dan Gaya Lift. Dalam
penelitian ini suatu desain penampang airfoil seri NACA 0012 suatu airfoil simetris di test dengan menggunakan
software ANSYS Fluent dengan input kecepatan, viskositas dan densitas fluida sehingga dapat diketahui sebaran
kecepatan dan sebaran tekanan di sepanjang airfoil. Untuk mendapatkan performa yang maksimal dari airfoil ini, diberi
variasi sudut serang yang berbeda-beda sehingga nantinya di dapatkan sudut serang maksimal untuk menghasilkan gaya
angkat yang maksimal juga. Dari kontur kecepatan dan kontur tekanan yang terbaca di ANSYS Fluent sepanjang
permukaan atas dan permukaan bawah airfoil diambil harga rata-ratanya dan kemudian di plot dalam grafik untuk
menunjukkan besarnya gaya lift dan gaya drag yang terjadi serta dari distribusi kecepatan dan distribusi temperatur
tersebut diperoleh harga koefisien drag dan koefisien lift. Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat di dunia
aerodinamika khususnya yang berhubungan dengan sayap pesawat sehingga permodelan ini bisa memaksimalkan
performa terbang suatu pesawat dan memungkinkan pengembangan desain sayap-sayap pesawat yang sesuai dengan
pemilihan desain totalnya dengan standar-standar NACA.
Keywords : Aerodinamika, Airfoil, Sudut Serang, Gaya angkat
1. PENDAHULUAN
Dalam dunia kedirgantaraan telah banyak
penelitian dan riset mengenai sayap pesawat
terbang baik itu dengan metode eksperimental
dengan menggunakan model di dalam wind tunnel,
metode perhitungan dan analisa dengan rumus dan
persamaan aerodinamika yang ada dan akhir-akhir
ini penelitian mengenai dunia aeromodeling
mengutup pada metode komputerisasi dengan CFD
(Computational Fluid Dynamics) baik itu
menggunakan software-software terpakai misalnya
CFDSof, Solid Work maupun dengan software yang
lebih khusus yaitu ANSYS Fluent.
Trend riset ke arah komputerisasi dengan
CFD ini dikarenakan pesatnya perkembangan
software-software program di bidang engineering
khususnya mengenail dinamika fluida dan
dikarenakan juga oleh para periset tidak mau
dipusingkan dengan metode-metode perhitungan
Pemilihan design pesawat terbang sangat
ditentukan oleh aplikasi di lapangan oleh karenanya
dalam pemilihan design ini telah banyak
standarisasi yang dilakukan salah satunya adalah
dengan airfoil seri NACA. Dalam riset kali ini
dipilih NACA seri 4 digit yaitu NACA 0012.
Adapun dalam riset ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh perubahan sudut serang ()
airfoil terhadap distribusi kecepatan dan distribusi
tekanan begitu juga pengaruhnya terhadap koefisien
190
KE-06
KE-06
Airfoil NACA
NACA airfoil adalah bentuk airfoil sayap
pesawat udara yang dikembangkan oleh National
Advisory Committee for Aeronautics (NACA).
Sampai sekitar Perang Dunia II, airfoil yang banyak
digunakan adalah hasilriset Gottingen. Selama
periode ini banyak pengujuan arifoil dilakukan
diberbagai negara, namun hasil riset NACA lah
yang paling terkemuka. Pengujian yang dilakukan
NACA lebih sistematik dengan membagi pengaruh
efek kelengkungan dan distribusi ketebalan atau
thickness serta pengujiannya dilakukan pada
bilangan Reynold yang lebih tinggi dibanding yang
lain.
Konstruksi Geometri Airfoil NACA
Airfoil yang saat ini umum digunakan
sangat dipengaruhi oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh NACA ini. Dan berikut adalah
klasifikasi jenis-jenis airfoil NACA :
NACA Seri 4 Digit
Pada airfoil NACA seri empat, digit
pertama menyatakan persen maksimum chamber
terhadap
chord. Digit kedua menyatakan
persepuluh posisi maksimum chamber pada chord
dari leading edge. Sedangkan dua digit terakhir
menyatakan persen ketebalan airfoil terhadap
chord. Contoh : airfoil NACA 2412 memiliki
maksimum chamber 0.02 terletak pada 0.4c dari
leading edge dan memiliki ketebalan maksimum
12% chord atau 0.12c.
NACA Seri 5 Digit
Jika dibandingkan ketebalan (thickness)
dan chamber, seri ini memiliki nilai CL maksimum
0.1 hingga 0.2 lebih tinggi dibanding seri empat
digit. Sistem penomoran seri lima digit ini berbeda
dengan seri empat digit. Pada seri ini, digit pertama
dikalikan 3/2 kemudian dibagi sepuluh memberikan
nilai desain koefisien lift. Setengah dari dua digit
berikutnya merupakan persen posisi maksimum
chamber terhadap chord. Dua digit terakhir
merupakan persen ketebalan/thickness terhadap
chord. Contohnya, airfoil 23012 memiliki C L desain
0.3, posisi maksimum chamber pada 15% chord
dari leading edge dan ketebalan atau thickness
sebesar 12% chord.
NACA Seri-1 (Seri 16)
Penamaan airfoil seri 1 ini menggunakan
lima angka. Misalnya NACA 16-212. Digit pertama
menunjukkan seri 1. Digit kedua menunjukkan
persepuluh posisi tekanan minimum terhadap
chord. Angka dibelakang tanda hubung : angka
pertama merupakan persepuluh desain CL dan dua
angka terakhir menunjukkan persen maksimum
thickness terhadap chord. Jadi NACA 16-212
artinya airfoil seri 1 dengan lokasi tekanan
192
KE-06
Viscositas (m2/s)
13,27 x 10-6
20
15,05 x 10-6
30,8
16,06 x 10-6
40
16,92 x 10-6
60
18,86 x 10-6
80
20,88 x 10-6
100
22,98 x 10-6
Variabel bebas
Variable bebas pada penelitian ini dibatasi pada
penentuan sudut serang (angel of attack) dari airfoil.
Spesifikasi Data Airfoil
Berikut ini adalah data dari airfoil NACA 0012
yang digunakan sebagai objek penelitian :
T (oC)
T (oC)
(Kg/m3)
-25
1,423
-20
1,395
-15
1,368
-10
1,342
-5
1,316
1,293
1,269
10
1,247
15
1,225
20
1,204
25
1,184
30
1,164
30,8
1,161
35
1,146
193
KE-06
Studi literatur
Penelitian ini harus berlandaskan pada azas
azas teoritis yang diakui di dalam dunia keteknikan
secara ilmiah sehingga dapat dijadikan rujukan
penyelesaian penelitian ini. Studi literatur ini
dilakukan dengan cara memperolehnya dari buku
buku referensi, jurnal jurnal ilmiah, kumpulan
symposium, diskusi personal, atau bahkan lewat
media internet. Landasan teoritis ini menyangkut
masalah dasar dasar mekanika fluida, dasar-dasar
aerodinamika penerbangan, khususnya terhadap
pembahasan yang berkaitan dengan airfoil.
Komputasi data
Data data yang dibutuhkan selam proses
pengerjaan di input kedalam proses komputasi data
meliputi pemodelan bentuk geometri, simulasi awal
untuk memilih jenis airfoil dan sudut serang,
kemudian melakukan simulasi kedua dengan
memvariasiakan sudut serang untuk memperoleh
daftar tabel distribusi tekanan dan kecepatan
sehingga dapat dihubungkan antara angle of attack
dengan pengaruh tekanan dan kecepatan fluida yang
mengalir pada airfoil.
Pembahasan hasil komputasi data
Pada tahapan ini akan dilakukan
pembahasan terhadap masing-masing hasil simulasi
dengan berbagai input variabel bebasnya untuk
kemudian dibandingkan hasilnya sehingga didapat
performansi yang maksimal yang terjadi pada sudut
serang tertentu.
0,18
16,06 10 6 2 /
16
= 179327,52
Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan ini berdasarkan
korelasi terhadap tujuan penelitian yang telah
ditetapkan
sebelumnya.
Dengan
demikian
diharapkan tidak terjadi penyimpangan dari tujuan
penelitian.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari simulasi dalam penelitian ini
berupa kontur sebaran tekanan di sekeliling airfoil
dan kontur sebaran kecepatan fluida yang mengalir
di sekeliling airfoil. Dan juga dapat dilihat gayagaya yang terjadi pada airfoil sehingga dapat
dihitung nilai CL dan CD dari airfoil NACA 0012
yang diteliti tersebut.
Nilai Bilangan Reynold
=
=
=
Dimana,
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015
194
KE-06
195
KE-06
101450
101400
101350
101300
101250
101200
101150
101100
Atas
Bawah
0 3 6 9 1215
Sudut Serang
Kecepatan RataRata
Atas
Bawah
(m/s)
(m/s)
10.472
13.964
11.861
13.123
12.865
10.073
12.570
12.410
12.109
12.073
11.464
12.381
Sudut
Serang
Lift (N)
Drag (N)
6.215
0.761
16.815
1.009
26.577
1.682
30.348
3.964
12
33.551
4.533
15
31.191
3.769
Tekanan Rata-Rata
Atas (Pa)
101352.5
101337.4
101262.2
101241
101252
101232.5
Bawah
(Pa)
101352.5
101401
101408.8
101380.2
101393
101386.5
Gaya (N)
40
30
20
Lift
10
Drag
0
Atas
Bawah
9 12 15
Sudut Serang
0 3 6 9 12 15
Sudut Serang
Sudut
Serang
CL
CD
0.095
0.012
0.256
0.015
0.405
0.026
0.463
0.06
12
0.512
0.069
15
0.476
0.057
196
KE-06
0.5
0.4
0.3
0.2
Lift
0.1
Drag
0
0
9 12 15
Sudut Serang
Gambar 21 Grafik CL dan CD terhadap sudut
serang
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil simulasi, untuk penggunaan
airfoil NACA 0012 pada sayap pesawat
terbang , untuk sudut serang 3o, 6o, 9o,12o,
dan 15o, maka rata-rata tekanan fluida
yang mengalir dipermukaan atas airfoil
lebih rendah bila dibandingkan dengan
rata-rata tekanan dipermukaan bawah
airfoil, dan untuk sudut serang 0o rata-rata
tekanan fluida yang mengalir dipermukaan
atas airfoil sama dengan rata-rata tekanan
dipermukaan bawah airfoil.
2. Dari hasil simulasi, untuk penggunaan
airfoil NACA 0012 pada sayap pesawat
terbang, untuk sudut serang 6o, 9o, dan 12o
, maka rata-rata kecepatan fluida yang
mengalir dipermukaan atas airfoil lebih
tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata
kecepatan dipermukaan bawah airfoil.
Tetapi untuk sudut serang 0o, 3o dan 15o
rata-rata kecepatan fluida yang mengalir
dipermukaan atas airfoil lebih rendah bila
dibandingkan dengan rata-rata kecepatan
dipermukaan bawah airfoil.
3. Dari hasil simulasi juga dapat dilihat
bahwa dengan variasi sudut serang 0o, 3o,
6o, 9o, 12o, dan 15o , maka semakin besar
sudut serang yang diberikan, maka gaya
angkat yang dihasilkan juga semakin besar
sampai maksimum pada sudut serang 12o.
Dan gaya angkat maksimum terjadi pada
sudut serang 12o yaitu sebesar 33,551 N.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anderson, Jhon D., Jr., Fundamentals of
aerodinamics, McGraw-Hill Book Company,
Boston, 2001.
[2] Peube, J.L., Fundamentals of fluid Mechanics
and Transport Phenomena, British Library, 2008.
[3] Lennon, Andy, RC Model Aircraft Design, Air
Age Media Inc., United State of America, 2005.
[4] Munson, Bruce R., Mekanika Fluida, Edisi
Keempat, Erlangga, Jakarta, 2004.
[5] Katz, Joseph, Introductory Fluid Mechanics,
Cambridge University Press, United Stateof of
America, 2010.
[6] Bird, R. Byron, Transport phenomena, John
Wiley and Sons, Inc., United State of America,
2007.
5.2 Saran
1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya
lebih bervariasi dalam hal parameterparameter aerodinamika yang akan dikaji,
dan lebih bervariasi juga dalam penentuan
variabel bebas dari penelitian.
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015
197
KE-08
1. Pendahuluan
Turbine uap adalah peralatan yang digunakan
untuk mengekstrak energi termal dari uap
bertekanan dan digunakan untuk kerja mekanik
berupa putaran poros. Turbine uap yang
digunakan untuk memutar generator listrik terdiri
dari high pressure (HP) turbine, intermediate
pressure (IP) turbine dan low pressure (LP)
turbine.
198
KE-08
35,685 bar
1882462,445 kg/h
644,421 MW
2059350,377 kg/h
8,909 MVAR
0,989
HP
B
O
I
L
E
R
334,357 C
2-LP
37,906 bar
357,353 0C
8,253 bar
1789663,065 kg/h
1963596,05 kg/h
655,636 mm
MAKE UP
WATER
278,332 0C
HPH1
247,230 0C
HPH2
447,391 0C
18,636 bar
214,434 0C
175,894 0C
HPH3
198,779 bar
138,848 0C
327,987 0C
38,259 bar
206,467 0C
395,802 0C
62,564 bar
DEAERATOR
30,051 bar
49,469 0C
2049,189
mm
18,636 bar
184,392 bar
IP
276,799 0C
3,055 bar
0,562 bar
277,837 0C
209,925 0C
LPH5
-0,423 bar
-0,721 bar
90,614 0C
109,739 0C
LPH6
50,738 0C
LPH7
LPH8
2. Metode Penelitian
Metode penelitiaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan obsevasi di salah
satu PLTU yang ada di bagian timur pulau Jawa.
199
KE-08
hFW
Tekanan
(bargauge)
184,392
Temperature
(oC)
276,799
Drain HPH1
h1HD
62,564
253,206
h1HS
62,564
395,802
h1HW-O
198,779
278,332
Drain HPH2
h2HD
38,259
217,017
h2HS
38,259
327,987
h2HW-O
198,779
247,230
Drain HPH3
h3HD
18,636
206,467
h3HS
18,636
447,391
h3HW-O
198,779
214,434
h3HW-1
198,779
175,894
hDea-S
8,253
357,353
hDea-O
9,825
166,569
h5HW-O
30,051
138,848
h5HW-1
30,051
109,739
h5HS
3,055
277,837
Drain LPH5
h5HD
3,055
123,032
Hot Reheat
hRSO
35,685
533,145
Cold Reheat
hRSI
37,906
334,357
hRSW
121,000
173,887
hSW
198,779
175,685
hMS
166,701
535,046
hiHP
166,701
535,046
hoHP
38,690
331,204
hiIP
35,456
534,761
hoIP
10,110
364,636
hiLP
10,110
364,636
hoLP
0,119
49,325
Item
Simbol
Exhaust Steam IP
turbin
Inlet Steam LP turbin
Exhaust Steam LP
turbin
Item
Load
Simbol
Satuan
MW
644,42
ms
Kg/h
2059350,377
Kg/h
1749888,761
fw
Kg/h
1963596,05
sw
Kg/h
89172,753
rsw
Kg/h
92799,38
LOAD MW
304,2
249,62
4
521,1
1
644,42
424,8
0
658,8
8
1161
1215
991
1035
1106
1217
1044
1101
880
920
992
1102
3181
3162
3179
3187
3183
3167
1167
1223
998
1041
1113
1224
884
930
748
785
843
933
3057
3040
3050
3059
3057
3045
1023
1073
870
909
976
1075
754
881
707
744
800
887
3366
3352
3319
3356
3353
3362
881
924
753
790
844
926
739
755
625
653
696
771
3181
3175,5
3143
3176
3167
3177
713
704
472
368
646
637
560
585
471
497
535
586
438
462
342
373
417
462
3030
3021
2997
3026
3020
3023
445
516
377
443
466
480
200
KE-08
Hot Reheat
3538
3523
3491
3528
3525
3531
Cold Reheat
Reheater
spray
water
Superheate
r spray
water
Main steam
Inlet Steam
HP turbin
Exhaust
Steam HP
turbin
HP turbine
isentropis
Inlet Steam
IP turbin
Exhaust
Steam IP
turbin
IP turbine
isentropis
Inlet Steam
LP turbin
Exhaust
Steam LP
turbin
LP turbine
isentropis
3074
3058
3064
3073
3071
3060
727
742
608
636
681
757
738
754
624,25
652
695
770
3410
3387
3387,8
4
3412
3419
3414
3392
3412
3419
3414
3392
3063
3047,9
5
3056,6
9
3065
3062
3051
2973
2981
2863
2906
2953
2985
3541
3527
3494
3531
3529
3535
3197
3187
3159
3191
3185
3191
3164
3147
3139
3163
3150
3149
3197
3187
3159
3191
3185
3191
2454
2455
2349
2351
2346
2348
2241
2224
2015
2004
1970
1942
3410
Item
LOAD (MW)
521,11 644,42 249,62 304,24 424,80 658,88
89172
26481
67234
119227
45370
39476
92799
1958
2174
6562
60138
58110
80905
148970
97463
127484 42996
48749
71383
132727
77551
129001 43228
50482
72612
12379
Uap Keluar
Reheater
Uap Masuk LP
Turbin
52509
-11806 -66141
37501
44654
201
KE-08
Satuan
LOAD (MW)
249,62
304,24
424,80
521,11
644,42
658,88
Main
Steam
t/h
896,207
1052,822
1381,4
1689,26
2059,35 2098,322
Efisiensi
HP
Turbin
64,78
69,064
76,391
79,328
83,637
83,867
4. Kesimpulan
Dari data dan perhitungan yang telah dianalisis
diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Bertambah besar beban pembangkitan maka
efisiensi HP turbine akan semakin tinggi
karena laju aliran main steam semakin besar.
b. Efisiensi HP turbine dipengaruhi oleh laju
aliran main steam yang menjadi input energi
untuk menggerakan HP turbine.
c. Efisiensi turbin HP tertinggi sebesar 83,867%
saat pembangkit beroperasi pada beban
658,88 MW dengan main steam sebesar
2098,32 t/h.
d. Efisiensi HP turbine terendah 64,78% saat
beban pembangkitan sebesar 249,62 MW
dengan laju aliran main steam 896,21 t/h.
Daftar Pustaka
[1].
Denny, S., Analisa Efisiensi HP
Turbin, IP Turbin dan LP Turbin Terhadap
Perubahan Beban, Prosiding Seminar Nasional
PNES II 2014 ISBN 978-979-3514-46-8, pp.
A.128-A137, (2014).
[2].
Junaidi, D., Suardjaja, I.M., Rohmat,
T.A., Kesetimbangan Massa Dan Kalor Serta
Efisiensi Pembankit Listrik Tenaga Uap Pada
Berbagai
Perubahan
Beban
Dengan
Menvariasikan Jumlah Feedwater Heater,
Prosiding Seminar Nasional VI SDM Teknologi
Nuklir ISSN 1978-0176, pp. 413-422, (2010)
[3].
Caturwati, N.K., Rosyadi, I., Irfani,
F.C., Pengaruh Temperatur Lingkungan
Terhadap Efisiensi Turbin Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Prosiding
Seminar Nasional AVoER ke-3 ISBN: 979-587395-4, pp. 16-22, (2011).
[4].
Boles, Michael A dan Yunus A Cengel,
Thermodynamics: An Engineering Approach,
Seventh Edition In SI Units. New York:
McGraw-Hill, (2011).
[5].
El-Wakil. Instalasi Pembangkit Daya.
Jakarta: Erlangga, 1992.
[6].
Harbin Power Engineering Company
Limited. Chapter II: Operation Manual of
Steam Turbine. Indonesia 1x660 MW Paiton
Coal Fired Thermal Power Plant Operating and
Maintenance Manual, 2012.
[7].
Harbin Power Engineering Co,Ltd dan
PT Mitra Selaras Energi. Performance Test
Procedure of Steam Turbine. TPRI, 2011.
[8].
Marsudi,
Djiteng.
Pembangkitan
Energi Listrik. Jakarta: Erlangga, 2011.
[9].
Mustaq Bilal. Unjuk Kerja Turbin
Uap PLTU Tanjung Jati B Unit 3 Terhadap
Pelayanan Beban. Jurnal Teknik Mesin
Politeknik Negeri Semarang, 2013.
202
KE-08
[10].
Prasetyo, Fajar Bangkit. Skripsi:
Analisis Unjuk Kerja Dari KomponenKomponen Utama Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) di Tambang Batu Bara, PT Kaltim
Prima Coal (KPC). Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada, 2013.
[11].
Yahya, S M. Turbines Compressors
and Fans, Fourth Edition. New Dehli: Tata
McGraw-Hill Education Private Limited, 2011.
203
KE-10
ABSTRACT
This research aims to determine the effect of the variations in blade turbine sectional area and load of the pulley on Pelton
turbine performance. Although the research was conducted in the laboratory scale but the results expected can approach the
real operational conditions of the turbine. This research used cylinders bucket halves type made from PVC pipe with varying
dimension in diameter, namely in, in dan 1in. The loads given to the pulley are 0.2 kg, 0.4 kg, 0.6 kg, 0.8 kg and 1 kg
respectively. The tested turbine used two nozzles, having same diameters with pressure of 3 bar. The amount of bucket used is
26 pieces. The Pelton turbine is a water turbine type that needed high head; therefore the jet pump with 42 m in head was
selected to be used due to this type results high force of water on the turbine blade. It was obtained that highest shaft
rotation, i.e. 871.4 rpm, was observed when turbine used bucket with dimension of 1in, loading at 0,2 kg. While the lowest,
i.e. 516.3 rpm, obtained for the bucket with diameter in, loading at 1 kg. The highest power of 0.028 hp was given by the
bucket with dimension of 1in,, loading at 1 kg; while the lowest power of 0.0063 hp was given by the bucket with dimension of
in, loading at 0.2 kg. The highest electric power generated by dynamo, i.e. 6.7 Watt, observed on the turbine used bucket
with diameter 1in, loading at 0.2 kg. Based on the result it is concluded that the best Pelton turbine performance in term of
shaft rotation, power and electric power generated, obtained on the turbine with bucket diameter is 1 in.
Kata kunci : Pelton Turbine, Sectional Area, Load, Performance.
1.
PENDAHULUAN
204
KE-10
2.
Dimana :
V1 = Kecepatan pancaran nosel (m/s)
Cv = koefisien velocity (0,98 - 0,99)
g = Percepatan gravitasi (9,806 m/s2)
h = Tinggi jatuh efektif (m)
METODE PENELITIAN
D=
Dimana :
D = Diameter lingkaran tusuk (m)
n = Putaran poros (rpm)
u = Kecepatan keliling piringan (m/s)
Kecepatan pancaran nosel
Kecepatan mutlak jet dapat
persamaan:
dicari
dengan
V1 = Cv
Diameter Nosel
Diameter nosel dapat dicari dengan persamaan :
d=
Dimana :
d = Diameter nosel (mm)
Q = Debit (m3/s)
V1 = Kecepatan pancaran nosel (m/s)
Jumlah Bucket
Jumlah bucket dapat dicari dengan persamaan :
Z = 15 +
Dimana :
Z = Jumlah bucket
D = Diameter lingkaran tusuk (m)
d = diameter nosel (m)
Dimensi Bucket
Persamaan untuk menghitung dimensi dari bucket
dapat dilihat pada Gambar 1.
Persamaan yang digunakan untuk mencari dimensi
bucket adalah :
B = (2,8 ~ 3,4) x d
L = (2,4 ~ 3,2) x d
c = (0,8 ~ 1,0) x d
M = (1,1 ~ 1,3) x d
T = (0,7 ~ 0,9) x d
205
KE-10
Dimana :
d = Diameter nosel (mm)
Dimana :
WHP = Water Horse Power (hp)
=
Gambar 1. Perhitungan Dimensi Bucket [3]
fluida
dapat
dicari
v=
dengan
x 100%
Dimana :
= Efesiensi turbin
BHP = Break Horse Power (hp)
WHP = Water Horse Power (hp)
Daya Listrik (P)
Daya listrik dapat dicari dengan persamaan :
P = V x I x cos .
Dimana :
v = Kecepatan aliran fluida (m/s)
Q = Debit (m3/s)
A = Luas penampang pipa (m2)
P
= Daya Listrik (W)
V
= Tegangan listrik (volt)
I
= Arus listrik (Ampere)
Cos = faktor daya (0,8)
Ht = z +
Dimana :
z = Elevasi (m)
v = Kecepatan aliran fluida (m/s)
P = Tekanan (Pa)
= Densitas air (kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (9,806 m/s2)
Brake Horse Power (BHP)
BHP =
Dimana :
BHP = Break Horse Power (hp)
m = massa (kg)
l
= panjang lengan (m)
n
= putaran poros (rpm)
206
KE-10
3.
3.1 Hubungan
Putaran
dengan
Beban
diperlihatkan pada gambar 3 dibawah ini.
Pengaruh penambahan beban pada putaran
untuk setiap ukuran bucket diperlihatkan pada
Gambar 3.
207
KE-10
4.
KESIMPULAN
208
KE-12
1. PENDAHULUAN
Perancangan
suatu
proyek
PLTM
(Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro)
memerlukan optimasi agar proyek tersebut layak
dibangun, artinya proyek tersebut nanti dibangun
dengan biaya dan waktu yang serendah mungkin
tetapi menghasilkan energi yang sebesar
mungkin. Dalam studi optimasi diperlukan datadata topografi, hidrologi, geologi, soil investigasi,
DED dan analisis mengenai dampak lingkunganl
[1]
.
1.1 . BAGIAN-BAGIAN UTAMA PLTM
Dalam mengoptimasi kita harus mengenal
dahulu bagian-bagian penting dari suatu PLTM .
3
1& 2
7
6
H
9
8
209
KE-12
prakteknya dapat diekspresikan sebagai fungsi
dari beberapa variabel keputusan tertentu,
optimisasi dapat didefinisikan sebagai proses
memperoleh kondisi yang memberikan nilai
maksimum dan minimum dari fungsi tersebut.
Pada gambar 2 ditunjukkan bahwa bila titik x*
berhubungan dengan nilai minimum f(x),
begitu juga akan berhubungan dengan nilai
negatip f(x) [2].
F(x)
f(x)
Maksimum f(x)
x*
-f(x)
Minimum -f(x)
2.3
Kendala
kendala
pertidaksamaan gi(X) [1,4,5,6]
(constraints)
Non
x1
x
2
Akan dicari n-vektor desain X = ..
..
x n
MULAI
PENGUMPULAN
DATA
(constraints)
OPTIMASI
DESAIN
CEK KENDALA
(CONSTRAINTS)
TDK
YA
DAYA OPTIMUM ,
BIAYA KONST. MINIMUM
SELESAI
210
KE-12
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pengolahan data curah hujan harian
selama 13 tahun mulai tahun 2001-2013 di 3
stasiun :Garung, Wanganaji dan Mojo Tengah
diperoleh data hidrologi sebagai berikut :
DEBIT RATA-RATA
8,21 M3/S
DEBIT ANDALAN 7,6 M3/S
DEBIT
OPTIMUM
CF Pembangkit = 70,5 %
211
KE-12
5.
KESIMPULAN
REFERENSI
212
KE-13
Modifikasi dan Uji Coba Rancangan Sebuah Reaktor Fluidized Bed Tipe
Sirkulasi Internal untuk Mengakomodasi Proses Autothermal pada Reaktor
Gasifikasi Biomassa
Janter Pangaduan Simanjuntak
Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan, Jl. Willem Iskandar Psr. V Medan Estate
Medan 20221 Telp. (061) 6625971
E-mail: janterps@gmail.com
Abstrak
Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui pengaruh struktur draft tube dimana bed partikel keluar menuju
anulus pada sebuah reaktor fluidized bed tipe sirkulasi internal. Pada riset sebelumnya, sisi keluar bed partikel
dibuat dalam bentuk orifis, dimana pada dinding pipa draft tube bagian atas dibuat beberapa lobang (orifis).
Empat kondisi kelajuan udara fluidisasi kedalam draft tube (Qdt) diuji untuk mempelajari pengaruhnya terhadap
kelajuan sirkulasi bed partikel (Gs). Dibandingkan dengan model orifis, model menggunakan dipleg
menghasilkan sirkulasi bed partikel yang lebih tinggi. Secara teoritis bahwa kelajuan bed partikel yang semakin
tinggi akan meningkatkan temperatur reaktor gasifikasi. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa Gs juga sangat
dipengaruhi oleh Qdt, namun pada Qdt yang terlalu tinggi (Qdt > 400 LPM ) dalam penelitian ini mengakibatkan
Gs menurun.
Kata kunci: Bed partikel, Sirkulasi internal, Kelajuan sirkulasi bed partikel
1. Pendahuluan
Gasifikasi adalah suatu proses kimia yang
memerlukan panas (thermochemical) yang biasa
diterapkan untuk mengubah energi yang tersimpan
di dalam biomassa menjadi gas yang mudah terbakar
(producer gas) ataupun menjadi gas sintetis
(shyntetic gas) [1]. Selanjutnya gas ini dapat
digunakan untuk bahan bakar ketel uap (boiler)
ataupun motor pembakaran dalam, internal
combustion engine (ICE) untuk menggerakkan
pembangkit listrik/generator. Umumnya gasifikasi
adalah proses pembakaran menggunakan udara
terbatas sebagai gasification agent yang selanjutnya
disebut oksidator. Umumnya proses ini disebut
dengan proses pembakaran sebagian (partial
combustion). Artinya selain proses gasifikasi di
dalam reaktor juga terjadi proses pembakaran
(combustion) dalam waktu yang sama. Proses
pembakaran ini adalah sangat penting untuk
menghasilkan panas (heat) untuk menjaga
temperatur sistem selama proses gasifikasi
berlangsung. Proses ini tentunya akan menghasilkan
produk gas yang kurang baik dari segi nilai bakar
(heat value) dan komposisinya, juga akan bercampur
dengan sisa pembakaran biomassa. Selain itu,
produk gas akan ter-dilute oleh nitrogen yang
mendominasi komposisi udara yang digunakan
sebagai oksidator.
Gasifikasi dapat juga dilakukan dengan tanpa
menggunakan udara sebagai oksidator yang disebut
213
KE-13
214
KE-13
Gambar 2. Diagram fluidized bed rancangan (a) Model orifis, (b) Model dipleq
215
KE-13
4. Kesimpulan
Sebuah reaktor fluidised bed tipe tabung
konsentris dengan sistem sirkulasi internal dirancang
dan diuji dimana kedua tabung dioperasikan dengan
fluidisasi yang berbeda ke dalam draft tube dan
216
KE-13
CURICULUM VITAE
Biodata Penulis
Nama : Janter P. Simanjuntak, ST., MT., Ph.D
NIP
: 19710410199903 1 002
NIDN : 0010047106
Unit
: FT. Unimed
Jabatan : Lektor
Pangkat : Penata Muda Tk.I/III/d
Bidang : Konversi Energi
Alamat : Jl. Bunga Ester No. 96 Padang Bulan,
Medan, Sumatera Utara
No. HP : 081264225177
E-mail : janterps@gmail.com
Pendidikan
S1
: Universitas Sumatera Utara (1997)
S2
: Universitas Gajah Mada (2004)
S3
: Universiti Sains Malaysia (2014)
Jurnal/Artikel
1. Pengujian pemanas air dengan memanfaatkan
energi bekas penata udara (2008). Saintika
Unimed.
2. Pengaruh jumlah ejektor terhadap kinerja alat
penggorengan
tekanan
rendah
(2008).
Profesional, Unnes, Semarang.
3. Analisis perpindahan kalor pada sirip
longitudinal menggunakan analogi perpindahan
kalor dan massa (2008). Saintika Unimed.
4. Pengaruh peletakan pompa sentrifugal terhadap
kinerjanya (2009). Buletin Utama Teknik, UISU.
5. Rancangan sebuah reaktor fluidized bed untuk
mengakomodasi proses autothermal pada reaktor
gasifikasi biomassa (2010). Semai Teknologi,
UMA.
6. Hydrodynamic simulation and experimental
studies of an internally circulating bubbling
fluidized bed with concentric cylinders (2014).
IJREB
7. Experimental study and characterization of a
two-compartment cylindrical
internally
circulating fluidized bed gasifier (2015).
Biomass and Bioenergy
Seminar/Confrence
1. International Engineering for Sustainability
conference (INESCO). 1820 April 2014,
Universiti Sains Malaysia, Engineering Campus,
Penang, Malaysia.
217
KE-14
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh kemiringan Mini-tube terhadap perpindahan
kalor dua fasa aliran gelembung. Penelitian ini dilakukan dengan mengalirkan campuran udara dan air kedalam pipa
dengan debit udara 50 cm/menit, 60 cm/menit, 70 cm/menit, 80 cm/menit dan debit air 5 LPH, 6 LPH, 7 LPH, dan 8 LPH
dimana pipa tersebut mempunyai kemiringan sudut 90 sampai 10 dengan perubahan sudut 10 dimulai dari vertikal.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Dimana peneliti merancang seksi uji yaitu pipa stainless steel panjang
1000 mm dengan diameter dalam 2 mm dan diameter luar 2,8 mm. Pipa tersebut dipanaskan dengan 4 heater berdiameter
0,3 mm yang dibuat memanjang sampai 800 mm dipasang didalam kaca yang membungkus seksi uji. Pada seksi uji tersebut
dipasang 4 termokopel untuk membaca suhu input air, output air, input dinding pipa dan output dinding pipa.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa semakin besar sudut kemiringan pipa maka semakin kecil koefisien
perpindahan kalor yang di dapat, sementara semakin kecil sudut kemiringan pipa maka koefisien perpindahan kalornya
semakin besar. Penambahan debit air berbanding lurus dengan peningkatan Re (Reynold number), sedangkan penambahan
debit angin berbanding lurus dengan penurunan Re (Reynold number). Koefisien perpindahan kalor terendah ada pada
sudut 90, debit air 5 LPH dan debit udara 80 cm/menit yaitu 20,3216 watt/m2C. Sedangkan Koefisien perpindahan kalor
yang paling tinggi terdapat pada sudut 10 debit udara 50 cm/menit dan debit air 8 LPH yakni sebesar 28,9702 Watt/m
C.Kemiringan pipa menghasilkan gelembung dengan posisi yang bervariasi. Semakin besar sudut kemiringan seksi uji
bentuk gelembung tidak lagi bulat namun semakin berbentuk agak pipih.
PENDAHULUAN
218
KE-14
METODE PENELITIAN
q"
Q
A
dengan :
Q = Kalor yang dapat diserap oleh fluida
A = Luas permukaan dalam pipa uji
219
KE-14
Tin
cp tp a cp a l cp l
dengan :
a = fraksi massa udara
l = fraksi massa air
Fraksi massa udara diperoleh dari persamaan :
3.
HASIL PENELITIAN
Dari hasil data analisis diperoleh pengaruh
kemiringan minitube terhadap koefisien perpindahn
kalor.
Hubungan Re Terhadap Htp
udara
udara air
25
20
Htp watt/mC
udara
air
air
air udara
1000
1200
1300
1400
1500
1600
1700
Re eq
Peneliti
Peneliti
Peneliti
Peneliti
ghajar
ghajar
ghajar
ghajar
1 x G
1 K
x
K
K
1100
mG
10
mG m L
x
15
mG m L
dengan :
mG
L
m
1
1 x x
L G
220
KE-14
Debit
Udara
(cm/menit)
50
50
50
50
60
60
60
60
70
70
70
70
80
80
80
80
Debit
air (
Lpm )
5
6
7
8
5
6
7
8
5
6
7
8
5
6
7
8
Htp
(watt/mC)
23,2260
24,0701
24,4482
24,3959
21,6781
22,5429
22,7236
22,7159
21,1547
21,8484
21,8598
22,3740
20,3216
20,8274
21,3136
22,0875
4.
PENUTUP
Htp (Watt/mC)
30
udara 50
20
udara 60
udara 70
10
udara 80
0
4
Sudut 10
221
KE-14
REFERENSI
[1]. Cengel, Yunus. A.,Heat Transfer,
University of Nevada (2003)
[2]. Clement, C. Tang and A.J. Ghajar.
Validation of a General Heat Transfer
Correlation For Non-Boiling Two Phase
Flow With Different Flow Patterns and Pipe
Inclination Angles, Canada: ASME-JSME
Thermal Engineering Summer Heat Transfer
Conference,(2007)
[3]. Douglas, John F,Fluid
Mechanics,5thEdition,Edinburgh Gate: Pearson
Education Limited, (2005)
[4]. Frank P. Incropera, David P. De Witt,
Introduction of Heat Transfer, 6th Edition,
John Wiley & Sons, (2007)
222
KE-15
1.
PENDAHULUAN
Pipa kalor berbeda dengan alat penghantar
panas yang lain. Pipa kalor adalah perangkat
yang dapat memindahkan panas dari suatu titik
ke titik yang lain dengan sangat cepat pada
beda temperatur kecil yang konstan dan dengan
laju perpindahan panas yang tinggi. Hal ini
disebabkan oleh adanya fluida murni yang
terdapat didalam pipa kalor yang berubah fasa
ketika
melakukan
perpindahan
panas.
Walaupun pipa kalor sudah ditemukan puluhan
tahun yang lalu, tetapi tidak banyak orang yang
mengetahui dan memanfaatkannya. Mengingat
proses perpindahan panas memegang peranan
penting dan potensi penggunaannya besar
dalam kehidupan sehari hari maka sangatlah
beralasan untuk melakukan kajian tentang pipa
kalor untuk mengetahui penomena dalam pipa
kalor dan memberikan tambahan informasi
yang terkait dengan perpindahan panas.
2.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membandingkan kemampuan perpindahan
panas pipa kalor dengan sumbu (wick) dan
tanpa sumbu pada variasi sudut kemiringan
dari vertikal (90o) sampai horizontal (0o).
3.
KAJIAN TEORI
3.1 Prinsip Kerja Pipa Kalor
Prinsip kerja dari pipa kalor adalah panas
masuk pipa kalor melalui bagian
evaporator, merambat melewati dinding
pipa secara radial kemudian memanasi dan
menyebabkan fluida kerja yang ada di
dalam pipa menguap. Uap yang terbentuk
mengalir ke ujung kondensor dari pipa
kalor melalui rongga uap yang berada di
dalam dengan kecepatan yang sangat
tinggi. Sampai di kondensor panas dari uap
ini diambil oleh pendingin melalui dinding
pipa sehingga uap ini terkondensasi,
kondensat yang terbentuk pada dinding
pipa dan permukaan struktur sumbu
mengalir kembali ke evaporator melalui
struktur sumbu dengan efek kapilaritas,
atau gaya gravitasi. Sirkulasi fluida kerja
terjadi secara kontinyu selama pipa kalor
beroperasi dengan normal. Proses ini akan
berlangsung
secara
terus
menerus
sepanjang adanya panas yang diterima
dibagian evaporator seperti ditunjukkan
oleh gambar 1 berikut ini.
223
KE-15
Panas Keluar
(Qout)
Daerah
Kondensor Kondensat
Uap
Daerah
Adiabatik
Daerah
Evaporator
Fluida
Kerja
Panas Masuk
(Qin)
Daerah
Kondensor
Pot A-A
Pipa
Wick
Daerah
Adiabatik
Rongga
Daerah
Evaporator
Fluida
Kerja
3.2.1 Pipa
Pipa berfungsi sebagai wadah untuk
mengisolasi fluida kerja, tempat struktur sumbu
dan
tempat
untuk
terjadinya
proses
perpindahan panas.
Material yang umum dipakai sebagai pipa
adalah sebagai berikut :
- Aluminium
- Tembaga
- Stainless Steel
Pipa yang digunakan pada penelitian ini adalah
pipa dari tembaga dengan dimensi diameter
luar 9.525 mm, tebal 0.8 mm dan panjang 300
mm, sepeti ditunjukkan oleh gambar 3.
Medium
Titik Leleh
(oC)
Titik Didih
(oC) pada
tekanan atm
Rentang
Penggunaan (oC)
Helium
-271
-269
-271 ~ -269
Nitrogen
-210
-196
-203 ~ -160
Amonia
-78
-33
-60 ~ 100
Pentane
-130
28
-20 ~ 120
224
KE-15
Acetone
-95
57
0 ~ 120
Metanol
-98
64
10 ~130
Etanol
-112
78
0 ~ 130
Heptana
-90
98
0 ~150
Air
100
30 ~200
Taulen
-95
110
50 ~ 200
Air raksa
-39
361
450 ~ 900
Cesium
29
670
450 ~ 900
Potassium
62
774
500 ~ 1000
Sodium
98
892
600 ~ 1200
Litium
179
1340
1000 ~ 1800
Perak
960
2212
1800 ~ 2300
225
KE-15
5.
4.
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Persiapan
Alat Uji
Pengambilan data :
Pencatatan data temperatur dan laju
aliran fluida pendingin untuk berbagai
variasi sudut
Analisis
Data
Hasil
Analisis
Gambar 5 Alur pengujian dan pengolahan data
Tanpa Wick
Dengan Wick
Sudut
Tin
(oC)
Tin
(oC)
90
25.22
28.2
25.16 29.03
60
25.21 27.95
25.18 28.94
45
25.23 27.86
25.2 28.79
30
25.24 27.63
25.21 28.69
25.24 26.45
25.22 27.58
Tout
(oC)
Tout
(oC)
kg
s
4200
J
kg
29.0325.16 ( C)
= 9.75 W
o
Katup
Kondensor
Reservoar
Tin
Pompa
Tc
Tout
Penampung
Adiabatik
air
Sudut
Ta
Akuisisi
data
Penyangga
Komputer
Evaporator
Te
Tlingk
Heater
Listrik
Gambar 6 Rancangan
pengujian pipa kalor
keseluruhan
sistem
Tanpa
wick
Dengan
wick
90
7.51
9.75
60
6.90
9.48
45
6.63
9.05
30
6.02
8.77
3.05
5.95
226
KE-15
Qout (W)
10.00
8.00
6.00
Wick 100
4.00
Tanpa wick
2.00
0.00
90
60
45
30
Sudut
Gambar 7 Laju perpindahan panas pipa kalor dengan wick dan tanpa wick
KESIMPULAN
1. Pipa kalor dengan sumbu (wick)
mempunyai kemampuan memindahkan
panas lebih tinggi dibandingkan pipa kalor
tanpa sumbu.
2. Semakin besar sudut kemiringan pipa kalor,
kemampuan perpindahan panasnya semakin
tinggi baik untuk pipa kalor dengan sumbu
dan tanpa sumbu.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Dunn, P., and Reay, D A, Heat Pipes,
Third Edition, Pergamon Press, Oxford
United Kingdom, (1982).
[2]. Reay, David., Kew, Peter, Heat Pipes
Theory, Design and Application, Fifth
Edition, Elservier, United Kingdom,
(1982).
[3]. Chi, S.W., Heat Pipe Theory and
Practice,
Hemispere
Publising
Corporation, Washington, (1976).
[4]. Sembiring, Tarlo, Kajian Peningkatan
Perpindahan Panas dengan Pipa
Kalor
yang
Beroperasi
pada
Temperatur
Menengah,
ITB,
Bandung, (2005)
[5]. Yoga,
Nugroho
Gama,
Kaji
Eksperimental Karateristik Pipa
Kalor
Untuk
Berbagai
Rasio
Pengisian,
Fluks
Panas
dan
Kemiringan, Thesis ITB, Bandung,
(2005).
[6]. Zulfikar, Kaji Eksperimental Pipa
kalor Dengan Berbagai Jenis Fluida
Kerja, ITB, Bandung, (2006).
[7]. Sutrisno, Kaji Eksperimental Pipa
kalor
Diaplikasikan
Sebagai
Pendingin CPU, ITB, Bandung, (2009).
[8]. Incropera, Frank P, and De Witt, David
P., Introduction to Heat Transfer,
Second Edition, John Wiley & Sons,
New York, (1990).
227
KE-16
ABSTRACT
Clean water is a basic requirement of everyone, but clean water availability is not same for each different location. Water
quality is not always suitable for consumption, such as dirty or salty, so require special treatment by distillation process to
get quality of water suitable for consumption. The general objective of this study was to produce a device of simple
distillation process by utilizing solar heat reflection to get clean water. The research method is use a solar thermal parabolic
reflector with surface layer of foil mirrors to heat dirty water at 09.00 am until 03.00 pm, and use a container to store
distilled water. From the experiment, generated at the highest sun's intensity 735.71 W / m2 and environmental suhue 34,7oC
resulting distilled water 200 ml from the total first water 500 ml. Results of this study are expected to provide a solution how
to utilize the solar energy to get clean water that suitable for consumption.
Keywords: Water , Distillation , Solar heat reflection
ABSTRAK
Air bersih merupakan kebutuhan pokok setiap orang, namun ketersediaan air bersih ini tidak sama untuk setiap lokasi yang
berbeda. Kualitas air yang tidak selalu layak untuk dikonsumsi, misalnya kotor atau asin, membutuhkan perlakuan khusus
melalui proses destilasi atau penyulingan untuk mendapatkan kualitas air yang layak untuk dikonsumsi. Tujuan umum dari
penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah perangkat proses destilasi atau penyulingan sederhana dengan
memanfaatkan pemantulan panas matahari untuk mendapatkan air bersih. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan
memanfaatkan sebuah alat pemantul panas matahari berbentuk parabola dengan lapisan permukaan reflector foil mirror
untuk memanaskan air yang kotor pada jam 09.00 sampai 15.00, dan menggunakan sebuah wadah untuk menampung air
hasil penyulingan. Dari hasil pengujian dihasilkan pada saat intensitas matahari rata-rata tertinggi 735,71 W/m2 dan suhue
lingkungan 34,7oC dihasilkan air destilasi 200 ml dari total air mula-mula 500 ml. Hasil penelitian ini diharapkan bisa
memberikan solusi bagaimana memanfaatkan panas sinar matahari untuk mendapatkan air bersih yang layak konsumsi.
Kata Kunci : Air, Destilasi, Pemantulan panas matahari
1.
PENDAHULUAN
228
KE-16
dan akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
dasar setiap orang.
Energi matahari atau energi surya merupakan
energi yang berasal dari sinar matahari. Di
Indonesia yang merupakan Negara tropis, Energi
ini merupakan energi yang murah dan sangat
melimpah, sehingga akan menjadi peluang besar
untuk perkembangan pengambangan energi
alternatif dan terbarukan. Atas latar belakang inilah
maka didalam penelitian ini akan dikembangkan
dan dilakukan pengujian sebuah alat destilasi air
yang memanfaatkan energi matahari atau energi
surya dengan menggunakan metode pemantulan
panas.
2.
TUJUAN PENELITIAN
(Sumber: http://www.appropedia.org)
3.
2 4
= emisivitas
T1 = suhu permukaan kaca luar (K)
T2= suhu langit (K)
A = Luas bidang (2 )
Perpindahan Panas Konduksi
Perpindahan panas konduksi adalah proses
perpindahan panas dari daerah yang bersuhu tinggi
ke daerah bersuhu rendah melalui kontak langsung
antara media-media yang bersinggungan . Besaran
perpindahan panas secara konduksi tergantung pada
nilai konduktivitas themal bahan. Pada pelat
kolektor, kerugian kalor secara konduksi biasanya
diabaikan sebab tebal tutup dan sirip plat absorber
sangat kecil sehingga perbedaan suhu tidak
berpengaruh secara signifikan.
229
KE-16
Persamaan laju perpindahan panas konduksi:
Qkond =
Dimana :
Qkond= laju perpindahan panas (W)
k = konduktifitas termal (W /m oC)
A = luas penampang (m2)
L = ketebalan (m)
T = perbedaaan suhu (oC)
4.
METODE PENELITIAN
230
menggunakan
termokopel
pencatatan setiap 15 menit.
dengan
rentang
KE-16
untuk menaikkan suhu bak penjemur air juga
semakin besar. Intensitas cahaya matahari ini juga
akan mempengaruhi suhu air dan suhu uap air.
Pengukuran intensitas matahari dilakukan dengan
rentang waktu setiap lima belas menit dari pukul
09.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB.
Dalam pengukuran intensitas radiasi matahari,
posisi solar power meter diletakkan tegak lurus
terhadap bidang pemantul panas ( reflector) yang
terkena sinar matahari agar mendapatkan hasil
intensitas radiasi matahari yang maksimal. Dari
hasil pengukuran, intensitas radiasi matahari
berubah setiap saat dan nilainya selalu berubahubah. Hal ini disebabkan pengaruh kondisi cuaca
yang berubah ,yang kadang cerah dan juga kadang
berawan sehingga menghalangi radiasi matahari ke
bumi.
Pada gambar 4 dibawah ini ditunjukkan
hasil pengukuran intensitas cahaya matahari pada
tanggal 11, 16, 18 dan 19 Desember 2014.
Intensitas matahari mengalami kenaikan dan
penurunan seiring dengan kondisi yang berbeda
pada masing-masing hari. Pada kondisi ini
intensitas matahari rata-rata pada tanggal 11
desember 2014 adalah 631,2 W/m2, 735,7 W/m2,
untuk tanggal 16 desember 2014, 630,7 W/m2 ,
untuk tanggal 18 desember 2014, dan 707,9 W/m2
dan pada tanggal 19 desember 2014.
5.
231
b.
1200
1000
800
600
400
200
0
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Garni, A.; Kassem, A.; Saeed, F., Double
Action Solar Distiller, PatenNo. US
2008/0078670 A1, 2008
2. Howell, A.G.Jr.; Settle E.E., Solar
Distillation Apparatus, Paten No. 4,227,970,
1980
3. Mount, W.W., Solar Still With Floating
Wick, Paten No. 3,159,554, 1961
4. Simon, D., 2008, Concentrating Solar
Distillation Apparatus, Paten No. US2008/
0073198 A1
5. Stark, V., 1981, Solar Distillation
Apparatus, Paten No. 4,270,981
6. Hidayat R, Rizqi. 2011. Rancang Bangun
Alat Pemisah Garam dan Air Tawar Dengan
Menggunakan Energi Matahari.IPB. Bogor.
7.
8.
suhu air
Waktu
suhu uap
KE-16
Dari hasil pengukuran didapatkan pada
kondisi intensitas matahari rata-rata tertinggi
735.71 W/m yang terjadi padatanggal 16
Desember 2014 dimana suhu lingkungan
34.17 C didapatkan hasil destilasi atau air
bersih sebanyak 200ml dari total 500 ml air
kotor.
9.
6.
KESIMPULAN
Dari perancangan dan pengujian alat
destilasi dengan menggunakan metode pemantulan
panas matahari bisa diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
a. Alat destilasi dengan memanfaatkan alat
pemantul panas yang berbentuk parabola
dapat berfungsi dengan baik dan bisa
menghasilkan air destilat sesuai yang
diinginkan
232
PRC-01
233
PRC-01
1.
PENDAHULUAN
disesuaikan dengan
direncanakan.
tingkat
kompetensi
yang
METODOLOGI
234
PRC-01
3.
235
PRC-01
kompetensi
yang
direncanakan.
MSWT-01
merupakan salah satu jenis media produk yang
dilaksanakan di laboratorium, yaitu realisasi hasil
penelitian, eksperimental atau riset. Pada Gambar.5
disebutkan 3 jenis media produk yang dilaksanakan
dalam program praktik pendidikan yaitu (1)job shop
yang berupa produk sesuai permintaan atau
kebutuhan pelanggan atau pemesan; (2)batch shop
yang diprogramkan untuk semi massal namun
didahului dengan analisis kebutuhan pasar; serta
(3)research berupa inovasi hasil penelitian yang
mengacu
pada
pengembangan
teknologi,
permasalahan (issue) strategis, gagasan dasar
236
PRC-01
3.3Uji Implementasi
Pada Desember 2014 telah dilakukan uji
implementasi MSWT-01 di daerah Dayeuh Kolot
Kabupaten Bandung ketika terjadi apa yang media
masa sebut sebagai banjir besar. Gambar.6 diatas
adalah dokumentasi ketika unit pengolah air yang
dihela oleh kendaraan serbaguna tiba di lokasi
bencana banjir saat tengah malam, dengan
kedalaman air sekira 60 cm.
Unit ini memang dirancang untuk kedalaman
banjir maksimum 60 cm, sehingga pada kondisi
terburuk ia hanya bisa ditempatkan di perbatasan
237
PRC-01
4.
KESIMPULAN
REFERENSI
238
PRC-01
Students Perceptions of Materialism,
Zenith,
International
Journal
of
Multidisciplinary Research Vol.2 Issue 6,
June, ISSN 2231 5780, 2012.
[3]. Burcea M and Marinescu P,Students
Perception on CSR at The Academic Level
case Study, The Faculty of Administration
and Business, University of Bucharest AE
(Amfiteatru Economic), Corporate Social
Responsibility Vol. XIII no 29, pp.207-220,
(2011) .
[4]. Ananto G, Setiawan AB and Darman MZ,
MSWT-01, an alternative in combining
Production Based Education (PBE) and
student CSR program in Polman, Material
Science & Engineering volume 58 (2014)
012005, doi:10.1088/1757899X/58/1/012005.
[5]. IWET Indonesia-pt, Well Water Treatment/
RWT-05 Manual Book, Tasikmalaya: IWET,
2007.
239
PRC-02
Abstract
Portable Telescopic Tower is the Telecommunication Tower that can be moved as needed. This Tower is designed with a
height of 20 m and can expand to 20 m and summed to 3.5 m and is designed to be easily moved from one place to another.
The Tower is designed with a height of 20 m and can be lay aside then shrink up to 3.5 m, making it easy to move from one
place to another. Portable Telescopic Tower is designed with the aim of strengthening the existing radio communications.
The design follows the rules of the Telecommunications Tower with Code TIA / EIA-222-F which is the international
standard telecommunications tower and has also been adopted in this country
The design methodology is used through the study of VDI 2222 and DFMA design method, focusing on the design criteria
specified, then do technical analysis on all major components. The purpose of this study was to ascertain and ensure the
design of the Portable Telescopic Tower structure meets the above criteria.
This Portable Telescopic Tower Design takes into account in regard with all resources available, mainly human
resources, material resources and facilities to achieve a level of high domestic content.
Keywords: TIA/EIA-222-F, VDI 2222, DFMA, Risa Tower, SAP 2000
Abstrak
Portabel Teleskopik Tower adalah Tower Telekomunikasi yang dapat di pindah-pindah sesuai kebutuhan. Tower ini
dirancang dengan ketinggian 20 m dan dapat di bentangkan yang kemudian di ringkas menjadi 3,5 m, sehingga mudah
dipindah dari satu tempat ke tempat lain. Portable Teleskopik Tower ini dibuat dengan tujuan memperkuat komunikasi radio
yang telah ada. Rancang bangun mengikuti kaidah Telekomunikasi Tower dengan Code TIA/EIA-222-F yang merupakan
standar telekomunikasi tower internasional dan sudah juga diadopsi di negara ini.
Metodologi Rancang Bangun yang digunakan melalui studi perancangan dengan metode VDI 2222 dan DFMA,
memperhatikan disain kriteria yang ditentukan, kemudian dilakukan teknis analisis pada semua komponen utamanya.
Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk memastikan dan menjamin rancang bangun struktur Portabel Teleskopik Tower
memenuhi kriteria tersebut diatas.
Rancang Bangun Portabel Teleskopik Tower ini mengindahkan sumber-sumber daya yang tersedia baik sumber daya
manusia, sumber daya material dan fasilitas untuk mencapai tingkat kandungan dalam negeri yang tinggi.
Kata Kunci: TIA/EIA-222-F, VDI 2222, DFMA, Risa Tower, SAP 2000
PENDAHULUAN
Proses manufaktur adalah proses terpadu
pengembangan suatu produk mulai proses
perancangan hingga produk tersebut direalisasikan.
Proses manufaktur bisa berjalan dengan lancar
apabila terjadi keterpaduan yang baik antara
komponen-komponen pendukungnya, mulai dari
proses perancangan, proses pemesinan/fabrikasi dan
proses perakitan. Disamping itu, setiap industri
manufaktur dituntut pula untuk meningkatkan
ketepatan waktu produksi sehingga produk dapat
diselesaikan pada waktu yang telah ditetapkan.
Portabel Teleskopik Tower adalah salah satu
jenis peralatan yang memegang peranan penting
dalam telekomunikasi untuk memperkuat sinyal
240
PRC-02
libur tahun baru, jaringan komunikasi menjadi hal
penting, namun karena jumlah pengguna meningkat
dan fasilitas yang tersedia tidak lagi memadai, maka
pelanggan dirugikan karena sinyal telekomunikasi
melemah akibat peningkatan penguna secara tiba
tiba naik. Hal lain yang bisa dijadikan pokok
masalah bilamana terjadi bencana alam, dimana
sebagian besar infrastruktur rusak, komunikasi
terputus, maka perlu diadakan pengganti alat
komunikasi yang portabel, praktis, cepat bisa
dioperasikan. Demikian juga di daerah perbatasan
yang rawan penyelundupan dan terpencil, maka
untuk membuat tower telekomunikasi pondasi tetap
membutuhkan waktu lama, dan tentu jumlahnya
banyak menyebar dari Sabang sampai Merauke.
Portable Teleskopik Tower mampu mengisi
kekosongan alat komunikasi yang mudah di pindah,
mampu
mengisi
area
kekosongan
sinyal
telekomunikasi, praktis, dengan biaya yang tidak
mahal dan mampu dibuat di dalam negeri. Oleh
sebab itu, riset ini mencoba mencari solusi
bagaimana
caranya
membuat
alat
untuk
mempercepat pengiriman dan mempermudah baik
proses perakitan dan penyetingan. Hal ini
dimungkinkan untuk di wujudkan dalam bentuk
perancangan
dan
pembuatan
dengan
mengaplikasikan metode VDI 2222 dan DFMA
(Design for Manufacture and Assembly) serta
kontrol analisis kekuatan konstruksi menggunakan
Gambar 1. Contoh teleskopik antena, a) untuk keperluan militer, b) keperluan sipil, dan c) Supra Cis 42m
241
PRC-02
Desain Telekomunikasi Tower
mengikuti
Standar TIA/EIA-222-F dimana standar ini pada
awalnya diberlakukan di Amerika dan sekarang
sudah diadopsi menjadi standar internasional. TIA
(Telecomunication Industry Assosiation) dan EIA
(Electronic Industry Alliance), mengeluarkan
standar mutu bagi manufaktur struktur tower dari
besi sebagai tiang penyangga dudukan antena(2).
Standar ini untuk memastikan bahwa manufaktur
tower memberikan pelayanan, pemeliharaan dan
revisi tower antena radio, microwave dan perangkat
telekomunikasi lainnya agar kondisi tower tersebut
selalu terjaga baik dan memenuhi faktor keamanan
lingkungannya. Masyarakat sebagai pengguna
memperoleh jaminan mutu terbaik .
Istilah DFMA (Design For Manufacture and
Assembly) berasal dari gabungan istilah DFA
(Design for Assembly) dan DFM (Design for
Manufacturing),
konsep
dasarnya
adalah
menerapkan paradigma DFMA untuk menganalisis
permasalahan-permasalahan
selama
proses
manufaktur dan perakitan (assembly) pada tahap
perancangan
awal.
Hal
ini
berarti
mempertimbangkan
semua
faktor
yang
mempengaruhi hasil akhir sedini mungkin dalam
siklus perancangan. Jumlah waktu yang dipakai
dalam analisis pada tahap perancangan awal lebih
sedikit daripada melakukan perancangan secara
berulang, sehingga dapat mengurangi pengeluaran
biaya.
DFMA mempertimbangkan proses manufaktur
dalam tahap perancangan awal, dimana seorang
perancang dapat melakukan pemilihan material yang
sesuai, teknologi yang tepat, mengestimasi waktu
proses manufaktur dengan jumlah produk yang
banyak dan proses yang cepat dengan skema
berbeda. Caranya adalah dengan membandingkan
tiga macam rencana perancangan dan rencana
teknologi, kemudian dilakukan perbaikan secepatnya
pada tahap perancangan awal berdasarkan masukan
informasi hingga didapatkan rencana perancangan
dan teknologi yang paling memuaskan(3).
Proses perancangan yang optimal memerlukan
tahapan kerja yang sistematik (Systematic
Approach). Pekerjaan yang ada dapat dirumuskan
dengan benar dan keterkaitan fungsi produk teknik
yang dirancang dapat dimengerti dengan mudah.
Metoda perancangan yang digunakan adalah metoda
VDI 2222 (Verein Deutsche Ingenieuer) yaitu
metoda dengan pendekatan sistematis mulai dari
pemilihan/analisis pekerjaan hasil penelitian,
pembuatan konsep berdasarkan daftar tuntutan yang
diurai menjadi fungsi keseluruhan dan fungsi bagian,
perancangan
berupa
draft
desain
hingga
penyelesaian yang menghasilkan gambar kerja
lengkap(4).
Sangat
baik
5
(5)
Baik
Cukup
Kurang
Sangat
kurang
1
Altenatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
242
PRC-02
fungsi, yang kemudian diprosentasikan terhadap
Nilai Ideal.
Hasil dari setiap langkah kegiatan ini dilakukan
bersama sama dalam kegiatan rancang bangun dan
semua bagian terlibat dalam pemberian nilai
sehingga perancangannya akan tidak lagi bisa bolak
balik, sehingga setelah diputuskan maka rancangan
dianggap valid dan sangat sulit untuk dirubah lagi.
Kekhususan dari masing-masing bagian sangat
dituntut sesuai VDI 2222 dimana langkah
pengambilan keputusan menjadi sangat penting.
Tabel 3. Penilaian Teknis
243
PRC-02
Hasil reaksi pembebanan pada model yang sudah
dibuat dan dieksekusi dengan software SAP 2000,
dimana Portable Teleskopik Tower sebagai model
dengan mempertimbangkan seluruh beban yang ada,
serta menghitung safety faktor dari rancang bangun
yang didisain, tidak ditemukan konsetrasi gaya pada
struktur shelter.
JLM
Elevasi (m)
+16
+14
+12
+11
Gambar 7. Trailler
KESIMPULAN
Gambar 6. Shelter
244
PRC-02
Hasil analisis perhitungan dan validasi dengan
software telah memenuhi syarat sesuai standar
TIA/Eia-222-F, dimana material struktur dyang
digunakan ASTM A36 grade SS 400 dengan
karakteristik modulus elastisity = 210 Gpa, modulus
rigidity = 76 GPa, yield strength = 250 MPa,
ultimate strength = 400 MPa.
DAFTAR PUSTAKA
245
PRC-04
1), 2)
ABSTRAK
Perusahaan yang bergerak didalam industri sheet metal forming membutuhkan suatu metode yang baik agar dalam
proses manufakturnya tidak terjadi banyak kesalahan. Banyak dari industri manufaktur masih menggunakan perhitungan
yang manual sehingga membuat hasil dari try-out sering kali tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan yang ingin
didapat dari simulasi ini yaitu mengetahui pengaruh besarnya gesekan, clearance, ketebalan blank terhadap drawing
force pada proses deep drawing dan mengetahui fenomena springback yang terjadi pada proses deep drawing sehingga
dapat dilakukan permodelan desain deep drawing untuk optimasi hasil draw piece agar springback bukan menjadi
masalah dalam proses deep drawing.
Metode penelitian dilakukan dengan simulasi komputer, model simulasi yang digunakan adalah square cup deep
drawing dengan dimensi mengacu pada eksperimen numisheet 1993, proses deep drawing menggunakan punch stroke
40 mm kemudian hasilnya divalidasi dengan data hasil rata-rata eksperimen numisheet 1993, disamping itu model
divariasikan dengan variabel ukuran clearance 1.2 mm, 1.5 mm, 2.0 mm, blank thickness 0.78 mm, 0.82 mm, 1.0 mm,
friction 0.125, 0.144, 0.2 selain itu untuk mengurangi springback yang terjadi pada proses forming dapat dilakukan
suatu metode yaitu transformasi nodal.
Hasil validasi dari simulasi ABAQUS CAE dengan data hasil rata-rata eksperimen Numisheet 93 didapatkan
selisih jarak deformasi kearah X (DX) dan kearah diagonal (DD) masing-masing 0.39 mm dan 0.23 mm, dan perbedaan
ukuran dari variable clearance, blank thickness, friction dapat mengakibatkan perbedaan punch force yang bekerja,
Semakin besar harga koefisien gesek, ketebalan blank maka gaya yang dibutuhkan untuk melakukan proses deep
drawing semakin besar dan semakin besar harga clearance maka gaya yang dibutuhkan untuk proses forming semakin
kecil, kemudian bagian yang mudah terjadi cacat yaitu bagian radius diantara sisi die, penipisan material yang paling
tinggi berada pada daerah radius bawah hal ini dapat mengakibatkan sobek (tore), besarnya tegangan yang terjadi
dapat divisualisasikan dengan perbedaan warna pada draw piece. Studi transformasi nodal adalah salah satu metode
untuk mengurangi springback, karena draw piece setelah terjadi springback dimensinya akan mendekati dari dimensi
forming yang diharapkan.
Kata Kunci : Sheet Metal Forming, Deep Drawing, Springback
1.
PENDAHULUAN
246
PRC-04
yang
dapat
digunakan
dalam
proses
manufacturingseperti, ABAQUS, CATIA, PRO
ENGINEER,
AUTOCAD,
INVENTOR,
SOLIDWORKS, NASTRAN, LS DYNA, MARC
dan lain sebagainya. Proses pembuatan dengan
proses deep drawing seperti halnya pada pada
pembuatan komponen autobody suatu jenis
kendaraan ini dapat analisis dengan salah satu
perangkat lunak (software) yaitu ABAQUS.
Pada proses deep drawing banyak kegagalan
terjadi dalam proses manufakturnyaseperti halnya
plat sobek, cacat kerut (wrinkling) , adanya gaya
springback yang dapat menjadikan draw piece
tidak sesuai dengan dimensi yang diinginkan. Hal
ini dapat di tanggulangi
dengan software
ABAQUS, karena didalam ABAQUS dapat
dianalisa hal-hal yang mungkin terjadi selama
proses drawing sehingga dapat menghasikan draw
piece yang memiliki kualitas yang baik.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini
adalah: Mengetahui pengaruh besarnya gesekan,
clearance, ketebalan blank terhadap drawing force
pada proses deep drawing, meminimalisir efek
springback yang terjadi pada proses deep drawing.
Shirani (2006) meneliti tentang deep drawing
dengan menggunakan blank dari komposit
menyatakan bahwa dalam proses deep drawing
penggunaan blank yang optimal tidak hanya
melindungi material tetapi dapat juga untuk
mengurangi cacat pada sheet metal forming seperti,
wrinkling dan tearing, akan tetapi tidak mudah
untuk menemukan material blank yang optimal
karena kompleknya sifat material seperti pada
kasus lembaran komposit. Pada simulasi deep
drawing ini digunakan ABAQUS/Explicit dan
bentuk blank digunakan untuk proses square cup
deep drawing. Dengan melakukan simulasi
komputer dengan metode yang sistematis desain
material blank yang optimal dapat ditemukan dan
sangat efektif pada desain dari composite deep
drawing process .
Chaparro (2002) meneliti tentang square cup
deep drawing dan menyatakan bahwa mudah untuk
mengamati secara global atau memerinci informasi
tentang evolusi parameter besarnya deformasi
menggunakan GID, ini meliputi parameter keadaan
pada node dan pengintegrasian titik. Hasil interaksi
antara pre dan post processor GID dengan solver
DD31MP dikembangkan di CEMUC dan telah di
uji. Perangkat lunak GID telah digunakan untuk
mensimulasikan geometri awal pada sheet metal
kemudian dilakukan seluruh tugas post-process
untuk menghasilkan bentuk yang diinginkan.
Program dapat digunakan untuk memecahkan suatu
permasalahan yang nyata pada industri sheet metal
forming.
2. TINJAUAN PUSTAKA
[1]. Deep Drawing
Deep drawing adalah operasi sheet metal
forming yang digunakan untuk membuat bentuk
cup, kotak, atau bentuk kurva yang komplek,
bentuk yang berlubang. Proses deep drawing
dilakukan dengan menempatkan sheet metal blank
diatas rongga die kemudian mendorong sheet metal
kedalam die dengan punch. Blank diatas die
seharusnya ditekan atau dijepit oleh blank holder.
Produk yang dibuat dengan proses deep drawing
seperti, bodi automobile, beverage cans,
perlengkapan dapur.
Proses deepdrawing dilakukan dengan
menekan material benda kerja yang berupa
lembaran logam yang disebut dengan blank
sehingga terjadi peregangan mengikuti bentuk die,
bentuk akhir ditentukan oleh punch sebagai
penekan dan die sebagai penahan benda kerja saat
di tekan oleh punch. Proses deep drawing seperti
ditunjukkan pada gambar 2.1.
d 2
dw
247
PRC-04
0
(1)
l
w
t
(2)
d1 d 2 d 3 0
2.2.1. Rasio tegangan dan regangan (material
isotropic)
Dalam analisis material isotropic dibatasi pada
kondisi dimana keadaan property yang sama maka
akan diukur disegala arah, ini dapat diasumsikan
bahwa tegangan dan regangan pada lebar dan arah
ketebalan akan sama maka besarnyaseragam dan
dirumuskan sebagai berikut.
dl
1
1
d1 ; d 2 d1 ; d 3 d1
l
2
2
(3)
Seperti halnya pada tegangan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
F
1=
;2 = 0; 3 = 0
(4)
A
Dimana :
d1, d2, d3 = strain increment
= Tegangan (MPa)
F
= Gaya (N)
A
= Luas permukaan (mm2)
2.2.2. Perbandingan tegangan dan regangan
(Stress and strain ratio)
Stress and strain ratio yaitu perbandingan
tegangan dan regangan pada kondisi material
terdeformasi menggunakan konstanta perbandingan
dan (Marciniak, 2002)
Dimana :
= Strain ratio; uniaxial tension = -1/2 ;Plane
stress = 0
= Stress ratio;
uniaxial tension = 0 ;Plane
stress = 1/2
Prinsip yang digunakan untuk tegangan yang
bekerja pada suatu elemen pada saat pengujian
adalah 1 2 dan 3 0 , maka untuk kondisi
elemen suatu material yang terdeformasi adalah
1;
1;
2 1 ;
3 1 1
2 1 ; 3 0
K = Matrik kekakuan elemen
u = Perpindahan (displacement)
0
x
x
(7)
y xy
0
y
y
dimana xy = yx. Penggunaan hubungan
tegangan-regangan elastis pada persamaan (33)
dengan z = 0, xz = yz = 0 nilai komponen
tegangan yang tidak nol dinyatakan sebagai,
E
x
( v y )
2 x
1 v
y
(5)
xy
E
1 v
( y v x )
(8)
xy G xy
2(1 v )
dimana E adalah modulus elastisitas dan
adalah poisson ratio untuk material. Dalam
hubungan tegangan-regangan geser modulus geser
G E / 2(1 v)
248
PRC-04
0
(9)
z x
v w
yz
0
z y
jadi persamaan komponen tegangan yang nilainya
tidak nol menjadi
E
x
(1 v ) x v y
(1 v )(1 2v )
y
xy
E
(1 v )(1 2v )
(1 v) y v x (10)
xy G xy
2(1 v )
sementara nilainya tidak nol, tegangan normal pada
arah z dapat diabaikan dengan perbandingan
komponen tegangan yang lain.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian adalah Laboratorium
Komputer Teknik dan Laboratorium Proses
Produksi Teknik Mesin Universitas 17 Agustus
1945 Jakarta. Selanjutnya tempat studi banding di
lapangan adalah Industri manufaktur yang berada di
Kota Jakarta Utara.
3.2. Komponen Utama Desain Alat
Dalam suatu unit die set terdapat komponenkomponen seperti ditunjukkan pada gambar 3.
Punch
Spring Plate
Spring
Blank Holder
Blank
Die
Gambar 3.1. Bagian-bagian forming tool
Komponen die set yang utama yaitu:
3.2.1. Punch
Punchmerupakan bagian yang bergerak
kebawah untuk meneruskan gaya dari sumber
249
PRC-04
3.5.
250
PRC-04
Tegangan
Minimal
(Pa)
2.342 x 107
5.470 x 106
4.251 x 106
1.765 x 106
8.872 x 105
1.100 x 107
Tegangan
Maksimal
(Pa)
4.674 x 108
4.740 x 108
4.740 x 108
4.740 x 108
4.740 x 108
4.740 x 108
Tegangan Maksimal
Thickness 0.78 mm
15000
Thickness 0.82 mm
10000
Thickness 1.0 mm
5000
5.00E+08
Tegangan (N/m 2)
4.50E+08
4.00E+08
3.50E+08
3.00E+08
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
2.50E+08
2.00E+08
1.50E+08
1.00E+08
5.00E+07
0.00E+00
400
625
729
900
1444
2500
Jumlah Elemen
Gambar 4.3.
Grafik
diagram
batang
hubungan tegangan dan jumlah
elemen
Pada gambar 4.3.dapat disimpulkan bahwa
konvergensi elemen mulai terjadi pada jumlah
elemen 625 dan akan mulai stabil bila ditambah
jumlah elemennya.
[3]. Visualisasispringback pada blank saat
tegangan maksimum mulai stabil.
Pada gambar 4.4 ditunjukkan visualisasi
terjadinya springback setelah gaya punch pada
proses forming dihilangkan maka tegangan elastis
sisa pada draw piece memungkinkan terjadinya
springback.Blank dengan jumlah elemen 625
disimulasikan karena sudah konvergen.
251
PRC-04
DX
(mm)
27.96
DD
(mm)
15.36
Makhinouci, 1993
(eksperimen rata-rata)
Simulasi ABAQUS dengan
Jumlah elemen blank 625
28.35
15.59
Jumlah elemen blank 729
28.21
15.70
Jumlah elemen blank 900
28.22
15.76
Dari tabel 4.2. kemudian dibuat dalam bentuk
grafik seperti pada gambar 4.7.
40
Simulasi ABAQUS
Deformasi (mm)
35
30
25
20
15.59 15.36
15
10
5
0
DX
DD
Nodal 87
Nodal 57
Nodal 102
Nodal 114
Nodal 129
Nodal 145
Nodal 187
Nodal 242
Nodal 286
Forming
koordinat Y
(m)
-0.00933
-0.00484
-0.00991
-0.0099
-0.00587
-0.0099
-0.00996
-0.00615
-0.000108
koordinat
Springback
koordinat Y
(m)
-0.00904
-0.0046
-0.00964
-0.00965
-0.00564
-0.00969
-0.00973
-0.0061
-0.0000754
pada
blank
Selisih
koordinat
(m)
0.00028
0.00024
0.00027
0.00025
0.00023
0.00021
0.00023
0.000054
0.0000328
252
PRC-04
0
286
Displacement (m)
-0.002
-0.004
57
-0.006
Forming I
129
242
Springback I
-0.008
-0.01
87
102
114
145
187
-0.012
Node
Displacement (m)
286
-0.002
-0.004
57
-0.006
129
242
Forming II
Springback II
-0.008
-0.01
87
102
114
145
187
-0.012
Node
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan
ini adalah sebagai berikut :
Semakin besar harga koefisien gesek, ketebalan
blank maka gaya yang dibutuhkan untuk melakukan
proses forming semakin besar dan semakin besar
harga clearance maka gaya yang dibutuhkan untuk
proses forming semakin kecil.
Springback dapat diminimalisir dengan metode
transformasi nodal pada die sesuai dengan selisih
besarnya springback pada blank atau memodifikasi
ukuran dari punch dan die.
REFERENSI
[1]. Chaparro, 2002., Numerical Simulation Of
Complex
LargeDeformation
Processes.,CEMUC, Portugal.
[2]. Hutton V. David., 2004. Fundamentals Of
Finite Element Analysis. New York.
[3]. Lee. S. w.,1997.A Stress Integration
Algorithm For Plane Stress Elastoplasttcity
And Its Applications To Explicit Finite
Element Analysis Of Sheet Metal Forming
Processes. Department of Mechanical
Engineering, KAIST, Taejon, Republic of
Korea.
[4]. Marciniak, Z.,et.al., 2002, Mechanics Of
Sheet Metal Forming, Butterworth
Heinemann, London.
[5]. Singer, F.L., dan Andrew Pytel, 1995, Ilmu
Kekuatan Bahan (Teori Kokoh-Strength of
material), alih bahasa Darwin Sebayang , edisi
II, Erlangga, Jakarta.
253
PRC-04
254
PRC-05
ABSTRAK
Kereta rel listrik adalah tranportasi darat efektif dan efisien berbasis jalan rel, karena memiliki daya angkut
lebih besar dari transportasi lainnya. Bengkel kereta listrik di Balai Yasa Manggarai memeriksa keolengan gearbox
kereta listrik secara manual. Perbaikan secara manual memiliki kelemahan tidak dapat menentukan masa pergantian
dan tingkat kerusakan pada gearbox. Proses pemeriksaan keolengan gearbox dapat menggunakan teknologi sensor.
Perancangan konsep alat uji keolengan gearbox, menggunakan metode perancangan Karl. T Ulrich dan Steven D.
Eppinger. Komponen alat uji keolengan gearbox terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu kerangka, motor listrik, dan
sensor. Kerangka berfungsi sebagai dudukan axlebox, roda dan gearbox. Motor listrik berfungsi untuk memutar gearbox
dan roda sedangkan sensor berfungsi untuk mendeteksi keolengan gearbox. Perancangan alat uji keolengan gearbox
roda kereta listrik dan diperbantukan software pro-engineering dengan hasil dimensi 1994x1260x1454 mm,
menggunakan kerangka besi kanal C yang mampu menerima beban 17167,5 N. Tegangan beban bengkok sebesar 9,2
N/mm2, tegangan geser sebesar 70,17 N/mm2, dan Von Misses tegangan maksimum adalah 74,92 N/mm2. Sensor
memakai jenis photoelectric dan motor listrik menggunakan model M40T-6 3 phase, mempunyai spesifikasi kuat arus
22,5 Ampere, putaran 1460 rpm, tegangan 380 Volt dengan daya 5,5 kW.
Kata kunci : perancangan alat uji keolengan, gearbox, roda kereta, motor listrik, sensor.
1.
PENDAHULUAN
Kereta Rel Listrik (KRL) merupakan angkutan
transportasi darat berbasis khusus jalan rel
yang efisien dan efektif. Transportasi darat
yang merupakan transportasi yang sekarang
digemari banyak penumpang, terutama dengan
timbulnya berbagai kemacetan di daerah
Jabodetabek
(Jakarta,
Bogor,
Depok,
Tangerang, Bekasi), maka penumpang paling
banyak khususnya penumpang Kereta Rel
Listrik (KRL). Maka diperlukannya armada
255
PRC-05
Perancangan
Pada dasarnya dalam sebuah perancangan
dan pembuatan suatu alat diperlukan konsep
perancangan dan pengembangan produk agar
dalam
pembuatan
alat
tersebut
bisa
menghasilkan suatu produk sesuai dengan yang
diinginkan
dan
mempunyai
nilai
tambah.Pembuatan suatu alat tersebut bisa
menjadi lebih mudah bila kita mempunyai
konsep perancangan dan pengembangan produk
yang benar.Dalam pembuatan alat uji keolengan
gearbox yang saya kerjakan menggunakan
konsep perancangan dan pengembangan produk
menurut Karl.T Ulrich dan Steven D. Eppinger.
Tabel 1. Properties Material JIS G3101 SS400
LANDASAN TEORI
-
Gaerbox
Gearbox adalah komponen utama dari
Kereta Rel Listrik (KRL) yang terpasang di
bagian bogi kereta, yang fungsinya sebagai
komponen penerus penggerak (putar) roda
KRL karena yang sumber mekanik putarnya
berasal dari Traksi Motor. Gearbox
berhubungan langsung dengan sumber
penggeraknya (putar) yaitu traksi motor
yang terpasang satu sumbu poros kopling
untuk tipe seri gearbox seri 203 Japan
Railways (JR) dan gearbox seri 7000 Metro.
Setiap satu unit bogi kereta terdapat 2 unit
gearbox pada gandar penggerak roda 1 dan
Von Mises
Teori kegagalan yang diperkenalkan oleh
Huber pada tahun 1904 dan kemudian
disempurnakan melalui kontibusi Von mises dan
Hecky. Kegagalan diprediksi terjadi pada
keadaan tegangan multiaksial bila mana energi
distorsi per unit volume sama atau lebih besar
dari energi distorsi per unit volume pada saat
terjadinya kegagalan dalam pengujian tegangan
256
PRC-05
Motor Listrik
Motor listrik adalah elemen mesin yang
berfungsi
sebagai
tenaga
penggerak.
Pengguanaan motor elektrik disesuaikan dengan
kebutuhan daya mesin. Motor elektrik pada
umumnya berbentuk silinder dan dibagian
bawah terdapat dudukan yang berfungsi sebagai
lubang baut supaya motor listrik dapat dirangkai
dengan rangka mesin atau konstruksi mesin
yang lain. Poros penggerak terdapat di salah satu
ujung motor listrik dan tepat di tengahtengahnya.
Jika n1 (rpm) adalah putaran dari poros
motor listrik dan T (kg.mm) adalah torsi pada
poros motor listrik, maka besarnya daya P (kW)
yang diperlukan untuk menggerakkan sistem
adalah :
P
(T / 1000)(2 n1 / 60)
102
(3)
maka,
P
T
n1
9,74 10 5
(4)
Dengan :
P = Daya motor listrik (kW)
T = Torsi (kg.mm)
Gambar 5. Lingkaran Mohr
max= +2 +
+ 2
2
(1)
min = 2
2
2
Software Pro-Engineering
Pro Engineer Wildfire merupakan software
yang dibuat oleh PTC (Parametic Technology
Corporation ) tepatnya diciptakan oleh Dr.
Samuel P. Geisberg pada pertengahan tahun
1980, dan memiliki pendekatan desain yang
sangat kaya. Program ini menyediakan sistem
pengarahan desain, simulasi, dan analisa
toleransi. Biasanya, paket produk Pro Engineer
dibuat dalam beberapa modul yang berbeda, dan
dirangkai untuk kebutuhan konsumen yang
beragam dan spesifik. Pro Engineer tersedia
dalam paket yang menyediakan 3D, CAD, CAE,
Surfacing
Assembly,
Sheet
Metal,
Interoperability, Manajemen Data, dan beberapa
kemampuan yang lain dan masih berhubungan.
(2)
Dimana :
257
PRC-05
3.
METODE PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
-
Identifikasi
Identifikasi Masalah dilakukan secara pasif
dengan mengumpulkan data dari internet dan
pengamatan langsung di bengkel kereta listrik.
Hasil dari pengumpulan data tersebut
menunjukan bahwa memeriksa keolengan
gearbox masih dilakukan dengan metodemetode tradisional. alat uji keolengan gearbox
belum ada di setiap bengkel kereta listrik di
Indonesia, sehingga memunculkan ide untuk
membuat alat uji keolengan gearbox terhadap
roda pada kereta listrik (KRL).
-
Konsep desain
Tabel 2. Kombinasi Konsep
PRC-05
Seleksi Konsep
Berdasarkan kombinasi konsep yang sudah
dibuat dapat disimpulkan sumber energy untuk
alat uji keolengan gearbox adalah Sumber
energi sepenuhnya berasal dari Motor listrik.
Selain itu penyaringan konsep dapat
dilakukan dengan cara mempertimbangkan hasil
dari identifikasi konsumen yang telah
diterjemaahkan ke dalam Tabel Peringkat
Kepentingan dan setelah diasumsikan maka
dipilih 7 (tujuh) kepentingan sebagai berikut:
a) Hasil pengujian keolengan yang akurat
b) Alat uji keolengan gearbox mudah
dirawat
c) Alat uji keolengan gearboxmudah
dioperasikan
d) Alat uji keolengan gearboxaman saat
dioperasikan
e) Umur pakai komponen tahan lebih dari 5
tahun
f) Kemudahan dalam manufakturing
g) Kemudahan dalam perakitan
T
n1
9,74 10 5
2500000
P
1400
9,74 10 5
= 3593,429 Watt
= 4,8 HP
Dari hasil penelitian yang dilakukan di
bengkel kereta listrik balaiyasa manggarai, serta
berdikusi dengan pegawai bagian gearbox
mengenai hasil perhitungan diatas, telah
disepakati motor yang akan dipakai adalah
motor listrik 3 phase dengan spesifikasi motor
listriknya sepertiberikut :
Tabel 4. Spesifikasi motor listrik
Von Mises
Hasil perhitungan kerangka struktur
x
y
xy
=0
= 9,2 MPa
=70,17 MPa
max= +2 +
+ 2
2
min = 2
Sehingga dapat disimpulkan kombinasi
konsep 1 yang akan dirancang untuk lebih
lanjut.
-
Perancangan
= - 51,73
2
2
Mpa
Daya motor
Dari hasil penelitian yang dilakukan di
bengkel kereta balaiyasa manggarai motor listrik
yang akan digunaka untuk memutar gearbox
kereta listrik memerlukan torsi sebesar 25x105
kg.mm dan putaran roda 1400 rpm, dengan
maka dari data diatas dapat dihitung daya motor
yang menggunakan rumus persamaan 4 :
259
PRC-05
Pembuatan Gambar 3D
5.
Keterangan gambar :
1. Sensor
2. Kopling
3. Motor Listrik
4. Tempat Kunci
5. Gearbox
-
6. Roda kereta
7. Pengunci Axle Box
8. Axle Box
9. Kerangka Kanal C
Analisis
Analisis dilakukan untuk memeriksa
kekuatan kerangka keseluruhan aman atau
tidah jika digunakan menggunakan Software
Pro-Engineering
KESIMPULAN
Dari perancangan yang telah dibuat maka
dapat disimpulkan yaitu :
- Hasil perancangan alat uji keolengan
gearbox roda kereta listrik menggunakan
penggerak
motor
listrik,
kerangka
menggunakan besi kanal C JIS 3101 SS400
dengan dimensi 1994 mm x 1260 mm x
1454
mm,
pendeteksi
keolengan
menggunakan sensor photoelectric dan
memakai indikator alarm untuk menandai
terjadinya keolengan pada gearbox roda
kereta listrik.
- Hasil analisa kekuatan kerangka material
JIS G3101 SS400 menggunakan software
pro-engineering adalah nilai besaran stress
von misses maksimal sebesar 76 N/mm2
dengan perubahan displacement material
sebesar 0,70 mm dan besaran regangan
material sebesar 0,000086 N/mm2.
- Dengan hasil perancangan alat uji
keolengan gearbox roda kereta listrik, maka
alat uji tersebut dapat digunakan di Balai
Yasa Manggarai sebagai alat pengujian
keolengan gearbox roda kereta pada seri
203 JR dan seri 7000 Metro .
Technology
[5]. http://eggys.inframerah.ac.id/2012/05/mengen
al-sensor-inframerah.html. Diakses hari rabu,
260
PRC-05
261
PRC-06
ABSTRAK
Dalam operasinya Kempa Ulir pada pabrik pengolahan kelapa sawit sering mengalami gangguan kerusakan dibawah
umur pakai, yaitu terjadinya patah pada Drive Shaft Kempa Ulir, hal ini sangat mengganggu aktivitas produksi.
Tahapan penelitian yang dilakukan adalah dengan pengamatan langsung terhadap komponen Drive Shaft yang patah
dan seluruh komponen pada Kempa Ulir. Kemudian melakukan wawancara dengan pihak operator tentang kronologis
terjadinya kerusakan pada Drive Shaft. Dari hasil pengamatan visual permukaan patahan pada Drive Shaft dan
komponen lainnya terlihat bahwa indikasi terjadinya patah adalah disebabkan karean adanya faktor kelelahan pada
daerah yang mengalami patah.
Setelah tahapan observasi dilakukan maka selanjutnya adalah melakukan pembuatan gambar Drive Shaft sesuai dengan
dimensi yang ada, kemudian dilanjutkan mensimulasikan untuk mengetahui penyebab terjadinya patah akibat kelelahan.
Dari hasil simulasi menggunakan bantuan software Natsran maka terlihat bahwa terjadinya konsentrasi tegangan yang
terpusat pada bagian alur pasak pada dudukan toot weel. Hal tersebut dibuktikan bahwa daerah alur pasak terlihat
halus yang di sebabkan akibat gesekan antara pasak dengan alur pasak yang terjadi terus menerus seiring dengan
rotasinya Drive Shaft.
Terjadinya gesekan terus menerus menyebabkan longgarnya alur pasak yang menyebabkan dorongan pasak terhadap
alur pasak semakin kuat sehingga menyebabkan keretakan pada daerah alur pasak, secara terus-menerus Drive Shaft
beroperasi maka retak tersebut terus menjalar hingga terjadinya patah akhir. Patah akibat kelelahan bisa di lihat dari
ciri-cirinya yaitu adanya patahan sisa, permukaan halus dan kecendrungan adanya Beach Mark pada bagian permukaan
patahan.
Kata Kunci: Kempa Ulir, Drive Shaft, Konsentrasi Tegangan, Beach Mark
262
PRC-06
1. PENDAHULUAN
Pengolahan buah kelapa sawit merupakan
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
usaha perkebunan kelapa sawit. Pada proses
pengolahan, keberadaan peralatan-peralatan pabrik
sangat diperlukan karena berfungsi sebagai unit
pengolahan kelapa sawit harus di pelihara
dengan baik, sehingga proses aktivitas produksi
tidak mengalami gangguan.
Terjadinya gangguan
kerusakan pada
komponen peralatan akan mengakibatkan proses
aktvitas pengolahan buah sawit menjadi crude
palm oil akan terganggu. Efek dari gangguan
tersebut antara lain adalah bahan baku (tandan
buah segar) menjadi rusak, target produksi tidak
tercapai, ongkos produksi menjadi naik dan
kesinambungan supply produk tidak terjamin.
Gangguan pada kelancaran proses produksi akan
menurunkan angka Indeks Produktivitas Pabrik
yang menggambarkan kinerja pabrik, dan hal ini
jelas sangat merugikan.
Selama tahun 20032005 terjadi stagnasi
CPO sebesar 2749,33 ton dan PK (Palm Kernel)
sebesar 555,70 ton akibat kegagalan peralatan
mesin. Pada penelitian tersebut juga ditemukan
bahwa mesin/peralatan yang mempunyai kontribusi
tingkat kegagalan dan penurunan produksi adalah
Screw Press yakni 34,24%[1].
Kinerja (performance) dari mesin/peralatan
menurut Barabady (2005) tergantung pada;
keandalan
(reliability)
dan
ketersediaan
(availability) peralatan yang digunakan, lingkungan
operasi, efisiensi pemeliharaan, proses operasi dan
keahlian operator, dan lain-lain. Jika reliability dan
availability suatu sistem rendah, maka usaha untuk
263
PRC-06
264
PRC-06
265
PRC-06
Saran
Untuk
memastikan
kerusakan
perlu
melakukan uji laboratorium yang bisa mendukung
penyebab dan pencegahan kerusakan drive shaft, uji
trsebut diantaranya:
1. Uji kekerasan material, komposisi kima, tarik,
metalografi dan SEM.
2. Perlu dilakukan analisis gesekan pada
komponen alur pasak pada drive shaft dan
stopper pada worm screw.
3. Perlu dilakukan analisis gesekan pada
komponen alur pasak pada drive shaft dan alur
pasak pada tooth wheel.
4. Perlu dilakukan analisis getaran pada komponen
worm screw.
5. Pengecekan uji tak rusak (penetrant test)
terhadap hub worm screw sebelum dioperasikan
dan pada saat pemeliharaan.
6. Untuk pencegahan awal diharapakan operator
mengontrol adonan di degester yang masuk ke
kempa ulir tidak kekurangan air, karena dapat
mengurangi beban tekanan pengepressan.
5. REFERENSI
[1] Sitorus, Holden. Pengebangan Sistem
Pemeliharaan Peralatan Industri (Studi Kasus
Pemeliharaan Peralatan Mesin Pabrik Kelapa
Sawit
PT.Tor
Ganda), Tesis: Universitas
Sumatera Utara, (2006).
[3] Barabady. J, Improvement of System
Availability
Using
Reliability
and
Maintainability Analysis, Thesis: Division of
Operation and Maintenance Engineering, Lulea
University of Technology, Sweden (2005)
[4] Yuhelson, Bustami.S, Sinullingga. S, Isranuri. I,
Analisis Reliability Dan Availability Mesin Pabrik
Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara 3,
Jurnal Dinamis, Vol. II, No. 6, Januari, (2010)
[5] Analysis Guide, MSC.Nastran for Windows
v4.5, Msc.Software Corp, (1999)
[6] W.O. Alexander, Dasar Metalurgi Untuk
Rekayasawan,
PT. Gramedia Pusaka Utama,
Jakarta, (1995)
266
PRC-07
1.
PENDAHULUAN
Pemerintah Indonesia sedang genjar-genjarnya
untuk menjadikan Indonesia sebagai Green
Indonesia, dengan mengeluarkan kebijakan tanam
sejuta pohon, karena pemerintah Indonesi telah
melihat bahwa hutan yang ada diseluruh wilayah
Indonesia sudah banyak yang gundul, baik itu
dikarenakan penebangan liar tanpa Hak Penguasaan
Hutan (HPH), maupun didunia industri kertas yang
tidak terkendali dalam pengexploitasian kayu untuk
bahan
pembuat
kertas
yang
mendukung
perkembangan informasi. oleh karna itu, timbul
pemikiran penulis, dalam skala kecil untuk
membuat suatu mesin yang dapat mengurangi
pemborosan kertas.
Kemajuan teknologi informasi saat ini
berkembang pesat salah satunya adalah dalam
bidang grafika khususnya dalam percetakan Koran.
PT. Riau Pos, di Pekanbaru merupakan percetakan
yang mencetak Koran dimana pada saat selesainya
proses pencetakan Koran terdapat sisa kertas yang
tidak dapat diproses dengan menggunakan mesin.
Oleh sebab itu, diupayakan untuk dapat mengolah
kertas sisa tersebut menjadi bermanfaat kembali
sehingga dapat meminimalisir pemborosan kertas
Koran tersebut.
PT. Riau Pos, telah berusaha memanfaatkan
limbah kertas dengan membuat mesin pelipat
kertas, tetapi masih banyak kekurangan, salah
satunya seperti: putarannya terlalu cepat sehingga
menyebabkan kertas mudah putus, untuk itu penulis
ingin merancang mesin pelipat kertas yang tidak
mudah putus.
2.
LANDASAN TEORI
A. Pengumpulan limbah kertas koran
Pemanfaatan
kertas
koran
dapat
dipergunakan lagi sesuai dengan keperluan
diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk membungkus nasi pada rumah
makan.
2. Untuk kertas buram.
3. Untuk kertas gambar.
4. Untuk membuat hiasan.
267
PRC-07
C.
Ukuran-ukuran kertas
Ukuran kertas secara internasional terdapat
seri A, B, dan C. Ukuran R dan F muncul sesuai
permintaan pasar. Berikut ukuran-ukuran dari setiap
seri dalam milimeter.
D.
Perancangan Konsep
Perancangan proses pembuatan mesin pelipat
kertas koran memerlukan proses yang cukup
panjang sehingga diperlukan perancangan mesin
yang baik, agar berfungsi seoptimal mungkin.
Urutan proses fase-fase perancangan mesin
pelipat kertas koran adalah sebagai berikut:
3.
PERANCANGAN KONSEP
Identifikasi kebutuhan
Setelah dilakukan survai lapangan dalam hal:
1. Interview langsung dengan operator mesin
pelipat kertas koran yang sudah ada.
2. Interview kepada pemilik perusahaan.
3. Melihat mesin pelipat kertas koran yang
sudah ada.
4. Mengetahui spesifikasi alat mesin pelipat
kertas koran yang sudah ada.
Dari hasil survei dilapangan maka didapat
beberapa kekurangan dari Mesin pelipat kertas
koran terdahulu seperti:
1. Mesin pelipat kertas yang sudah ada pada
proses pelipat kertas koran mudah putus.
2. Penjepit kertas yang sulit dibongkar
pasang.
3. Papan pelipat kertas koran yang tidak
seimbang.
4. Getaran sangat kuat.
5. Suaranya yang bising.
6. Proses pengoperasian mesin pelipat kertas
koran yang sulit.
12.
13.
Mesin
digunakan
nyaman
Tahap Perancangan
Diawali pada pengumpulan data dan semua
informasi yang berhubungan langsung dengan
perancangan dan diharapkan dapat memberikan
solusi akhir. Data dan semua informasi yang
diperoleh dapat dikembangkan menjadi suatu dasar
perancangan, karena dari data dan informasi
tersebut yang menjadi acuan dalam penyusunan
spesifikasi, tahap perancangan serta optimalisasi
solusi proses perancangan alat pelipat kertas. Yang
harus dilakukan dalam mempersiapkan daftar
spesifikasi adalah membedakan persyaratan sebagai
keharusan (demand) atau sebagai keinginan
(Wishes). Demand adalah segala persyaratan yang
harus dipenuhi dalam segala kondisi dengan kata
lain apabila tidak terpenuhi, maka solusi yang
tercapai tidak dapat terima. Wishes adalah
persyaratan yang diinginkan dan apabila
memungkinkan
dapat
dimasukkan
melalui
pertimbangan.
268
PRC-07
Deskripsi Masalah
Deskripsi masalah adalah untuk menjelaskan
segala informasi yang berhubungan dengan alat
yang dirancang, sehingga dapat membantu dan
mendukung dalam tahap perancangan alat yang
dirancang. Informasi yang dibutuhkan untuk
merancang mesin pelipat kertas lain: Kerangka,
motor listrik, kedudukan kertas, papan pelipat,
tempat pemotongan kertas.
Berdasarkan data yang didapat dari hasil pengujian
B4T(Balai Besar Bahan dan Barang Teknik),
didapatkan dimensi dari kertas. Pengukuran
dilakukan terhadap tiga gulungan kertas yang
diambil secara acak. Dari hasil pengukuran, ratarata berat kertas satu gulung sebesar 7 kg. kapasitas
alat pelipat kertas melakukan pelipatan kertas
pemencapai 17,2 kg/jam. waktu yang diperlukan
untuk memasang lipatan kertas serta dudukan
pelipat 2 menit (120 detik).
Bagian utama dari perancangan alat ini
adalah proses pelipatan. Metode pelipatan yang
terjadi itu dikarena motor berputar akibat diberi
listrik setelah berputar putaran diteruskan ke puli
motor lalu ke belt lalu ke puli poros papan pelipat,
dan papan pelipat berputar, melipat kertas yang
terpasang
.
Kriteria Disain
Perancangan dalam pembuatan Mesin pelipat
kertas koran ini harus dilakukan melalui
perhitungan yang se-matang mungkin, karena
mempunyai pengaruh besar terhadap hasil produk
tersebut. Mesin pelipat kertas itu sendiri merupakan
Disain Fungsional
Proses pembuatan dan perancangan Mesin
pelipat kertas merupakan suatu tahap yang
memerlukan ketelitian dan perhitungan yang serius
Mesin pelipat kertas ini dirancang untuk mampu
melipat kertas secepat mungkin yaitu dengan
kapasitas 17,2 Kg/Jam, kemudian dipotong kedua
sisinya dengan menggunakan pisau lalu dipotongpotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan yang
tidak menjadi bagian batasan masalah penulis.
-
Disain Struktural
Mesin pelipat kertas yang dirancang terdiri dari
beberapa bagian yang utama yaitu:
1. Penggerak
2. Papan pelipat
3. Roll pengumpan
4. Pengarah kertas
5. Rangka.
269
PRC-07
6.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gupta, Khurmi., Machine Design, Eurasia
Publishing House (PVT) LTD; New
Delhi., 1982.
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Kertas,
Jam
17.53 WIB, 05 Mei 2015
3. http://www.fortunapaper.com, Jam17.55
WIB, 07 Mei 2015.
4. Manurung, Hilarius., Perancangan Mesin
Penggiling Kulit Padi Kapasitas 100
Kg/Jam, Universitas Pancasila; Jakarta.,
2011.
5. Nurhayani., Perancangan Mesin Pemecah
Biji Kemiri Kapasitas 50 Kg/Jam,
Universitas Pancasila; Jakarta., 2011.
6. Sato, G, Takeshi. H, Sugiarto, N.,
Menggambar Mesin Menurut Standar ISO,
Pradnya Paramita; Jakarta., 1999.
7. Sularso dan Kiyokatsu Suga., Dasar
Perencanaan Dan Pemilihan Elemen
Mesin., Pradiya paramita; Jakarta., 1997.
8. Ulrich, T. Karl., Perancangan Dan
Penggembangan
Produk.,
Salemba
Teknik; Jakarta., 2001.
RIWAYAT PENULIS
5,
KESIMPULAN
Dari hasil yang diperoleh selama melakukan
perancangan pada mesin pelipat kertas maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Desain Mesin pelipat kertas didapat tiga
varian yaitu varian pertama sebagai
penggerak mesin menggunakan engkol
manual, varian kedua menggunakan motor,
dan varian ketiga menggunakan reduser
sebagai penurun putaran yang keluar dari
motor.
2. Dari varian terbaik dari ketiga tersebut
diatas varian yang dipilih adalah varian
ketiga, karena memiliki rating yang
tertinggi dengan nilai 0,0336.
3. Putaran motor 1400 rpm dapat diperlambat
dengan reduser dengan perbandingan 1 :
40 dan direduksi kembali dengan puli
dengan perbandingan 2 : 1 dan hasilnya
didapat putaran 70 rpm, sehingga kertas
koran tidak mudah putus.
4. Kinerja mesin telah diperbaiki dengan
menambahkan roller sebagai pengarah
kertas dan papan pelipat yang seimbang,
sehingga kertas menjadi rapi, dan papan
seimbang.
5. Mesin pelipat kertas dapat melipat kertas
dengan kapasitas= 17,2 kg/Jam atau 349,16
Putaran/Jam.
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015
270
PRC-07
271
PRC-08
ail
2. PEDOMAN UMUM
ABSTRACT
Makalah
dikirimkan
harus of orisinal
dan to
Demand for wood by humans continues to increase, on the other
handyang
diminishing
availability
wood. Need
pernah
dipublikasikan
dalamempty
seminar
atau
substitute the use of wood with non-wood materials, for example, isbelum
a composite
of fiber
board waste palm
fruit bunches
are fairly abundant availability of fiber in Indonesia. The purpose jurnal
of this study
was to engineer
shredded
fiber-degrading
manapun.
Makalah
dapatEFB
ditulis
dalam
machinery, conduct technical evaluation of the performance of theBahasa
engine, and
evaluation
of physical
Indonesia
atau
Bahasaproperties,
Inggris. mechanical,
Panjang
and chemical properties of fiber TKS. The prototype is expected to makalah
increase the
added value8ofhalaman
the EFB waste
that has
not been
maksimum
termasuk
gambar
utilized to the fullest. From the calculation results obtained engine
design
capacity
of
the
machine
200
kg
/
h,
power
dan table. Tidak perlu menulis nomor halaman padathe
motor 5 HP to 1450 RPM rotation. Engine performance test results obtained percentage of fiber and non-fiber of
makalah. Makalah yang melebihi batas jumlah
decomposition on lap 600 RPM and 900 RPM does not differ greatly, from 10 kg TKS described chopped fiber net obtained 7.6
dikenai
biaya
tambahan
100.000,kg (76%) and non-fiber 2,05 kg (20%) and the remaining 1.35 kghalaman
to dust. akan
Of 3 times
in the
second
round Rp.
of the
process of
/halaman.
mungkin
menggunakan
decomposition is obtained several levels of fiber and non-fiber. Levels
of fiber isSebisa
fiber length
(> 10 cm),
medium fiberkarakter
(5-10 cm)
dan(3-2cm)
gambar
putih2)atau
tua (dark)
dalam
and short fibers (2-4 cm), and non-fiber namely, 1) the fiber medium
+ petals,
short warna
fibers (<2cm)
+ petals,
3) fine
makalah
anda.
File
makalah
harus
dikirim
dalam
fiber + dirt. From the test results obtained engine 4 kinds of fiber composition of decomposition levels, namely, a) clean fiber
600 RPM, b) clean fiber 900 RPM, c) non-fiber (fiber 1-3 cm + petals),
d) wet
fiber.siap
The results
chemical
analysis,
to 4 levels
format
yang
cetak of(doc)
melalui
email
ke
of these fibers can be used as raw material particle board as fat, extractive
content, and
low ligninnya.
Thebiodata
fat content
of less
panitia seminar
dilengkapi
dengan
sesuai
than 3%, and holoselulosa levels and high cellulose. Chemical constituents
into five levels
the EFBdisediakan
fiber than wood
fiber
dengan formulir
yangof telah
panitia
needle leaf and broadleaf wood is almost the same or do not differ much.
meliputi : nama lengkap penulis (dengan gelar
Key Word: Thrasher EFB, EFB fiber, crusher system
akademik),
tempat
dan
tanggal
lahir,
organisasi/institusi asal, alamat korespondensi
(telepon, faksimil, handphone dan email).
Cantumkan grup penelitian yang relevan/sesuai
ABSTRAK
dengan isi makalah anda.
Kebutuhan kayu oleh manusia terus meningkat, disisi lain ketersediaan kayu semakin berkurang. Perlu menyubstitusi
penggunaan kayu dengan bahan non kayu, contohnya adalah papan komposit dari serat limbah tandan kosong sawit yang
ketersediaan serat tersebut cukup berlimpah di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah merekayasa mesin pengurai serat TKS
cacahan, melakukan evaluasi teknis terhadap kinerja mesin, dan evaluasi sifat fisis, mekanis, dan kimia dari serat TKS.
Prototype diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah terhadap limbah TKS yang selama ini belum termanfaatkan secara
maksimal. Dari hasil perhitungan rancangan mesin didapatkan kapasitas mesin 200 kg/jam, daya motor penggerak 5 HP
dengan putaran 1450 RPM. Hasil pengujian kinerja mesin didapatkan persentase jumlah serat dan non serat dari hasil
penguraian pada putaran 600 RPM dan 900 RPM tidak berbeda jauh, dari 10 kg TKS cacahan yang diuraikan didapatkan
serat bersih 7,6 kg (76%) dan non serat 2,05 kg (20%) dan sisanya 1,35 kg menjadi debu. Dari 3 kali proses penguraian pada
kedua putaran tersebut didapatkan beberapa tingkatan serat dan non serat. Tingkatan serat yaitu serat panjang (>10 cm),
serat menengah (5-10 cm) dan serat pendek (2-4 cm), dan non serat yaitu, 1) serat menengah (3-2cm) +kelopak, 2) serat
pendek (<2cm) + kelopak, 3) serat halus +kotoran. Dari hasil pengujian mesin didapatkan 4 macam komposisi tingkatan serat
hasil penguraian yaitu, a) serat bersih 600 RPM, b) serat bersih 900 RPM, c) non serat (serat 1-3 cm+kelopak), d) serat basah.
Hasil analisis kimia, ke 4 tingkatan serat tersebut bisa digunakan sebagai bahan baku papan partikel karena kadar lemak,
kadar ekstraktif, dan ligninnya yang rendah. Kadar lemaknya kecil dari 3 %, dan kadar holoselulosa dan selulosa yang tinggi.
Kandungan kimia ke lima tingkatan serat TKS tersebut dibandingkan dengan serat kayu daun jarum dan kayu daun lebar
hampir sama atau tidak berbeda jauh.
Kata Kunci : Mesin Pengurai, Tandan Kosong Sawit, Papan Partikel
272
PRC-08
PENDAHULUAN
Kebutuhan kayu oleh manusia terus meningkat
tetapi daya dukung hutan sebagai penghasil kayu sudah
mengkhawatirkan, sehingga terjadi kekurangan pasokan
kayu. Salah penganti kayu dengan produk komposit dari
limbah Tandan Kosong Sawit (TKS). ketersediaannya di
Indonesia 4.224.027,99 ton dengan kandungan serat
70% (Deptan, 2011).
Hasil dari beberapa penelitian, menyatakan serat
dari TKS dapat dijadikan sebagai penguat papan partikel
sebagaimana penggunaan kayu. Fajrianto (2005) dan
Subianto (2003). Selanjutnya Subianto (2005) juga telah
meneliti papan partikel ukuran komersial dari serat TKS
dilapisi serat kayu meranti dan sengon dengan perekat
urea formaldehid. Kasim (2002) juga telah meneliti
optimasi pembuatan papan partikel memanfaatkan serat
TKS dan polifenol dari gambir. Hasil penelitiannya
didapatkan kondisi optimum dengan kerapatan papan 0,8
g/cm3, dan sebahagian sifat papan telah memenuhi SNI.
Dari uraian diatas nampak bahwa serat TKS
sangat potensial sebagai bahan baku papan partikel dalam
bentuk skala industri karena bahan tersebut sangat banyak
tersedia. Walaupun begitu masih banyak kendala yang
ada, yaitu diantaranya dalam proses pengolahan serat.
Proses penguraian serat TKS merupakan salah satu proses
yang sangat menentukan kapasitas dan bentuk serat.
Tetapi proses ini belum dapat dilakukan karena mesin ini
belum ada dipasaran.
Serat TKS termasuk serat alam seperti serat
rami, serat sabut kelapa, serat sabut buah sawit dan lainlain. Walaupun begitu penggunaan mesin pengurai serat
sabut kelapa atau serat rami atau serat alam lainnya belum
tentu bisa digunakan untuk menguraikan serat TKS, Untuk
itu perlu kajian tentang rekayasa mesin pengurai serat
TKS untuk menghasilkan serat mekanis.
METODE PENELITIAN
Secara garis besar tahapan penelitian ini seperti
diagram pada Gambar 1:
1.
Corong masuk
Cover atas
Handle pembuka mesin
Besi screw pendorong
Pisau /batang pengurai
Skor pisau
Bantalan
Skor pisau
Bantalan
Baut pengunci bantalan
Blade penahan
Corong keluar debu
Corong keluar serat
Mulai
Rekayasa/Perancangan Mesin Pengurai Serat TKS
Pembuatan Prototype
Evaluasi Teknis dan Uji
Kinerja Mesin:
Tidak
Hasil
Baik
Poros pengurai
Prototype Mesin
Pengurai Serat
TKS
Selesai
273
PRC-08
Batang pengurai
Gambar 8. Pemotongan
komponen,
rangka dan assembling
pemasangan
TKS
cacahan
Corong
keluar debu,
gabus dan
serat halus
Daya
(KW)
274
PRC-08
srt
I
II
III
I
II
III
II
msn
6,9
66
2,4
6,7
4,5
8,9
8,23
7,30
58,2
76
53
48
48,5
2,3
2,24
2,4
2,3
2,28
Serat
Menengah
(3-2 cm) +
Kolopak
1,1
II
1,15
Pengujian
serat
halus +
kotoran
1,55
0,8
1,2
II
7,6 1,4
0,53
34,12
13,36
II
6,0 0,4
0,3
32,32
11,13
1,9
34,40
8,72
1,97
III
0,43 0,35
a
b
c
Gambar 12. Serat bersih putaran 600 RPM
a
b
c
Gambar 13. Non serat putaran 600 RPM
Keterangan :
13a. Serat pada ulangan 1
13b. Serat pada ulangan 2
13c. Serat pada ulangan 3
900
Pengujian
I
II
Serat
Menengah
(3-2 cm) +
Kolopak
1,25
1,22
serat
halus +
kotoran
1,65
1,60
a
b
c
Gambar 14. Serat bersih putaran 900 RPM
a
b
c
Gambar 15. Non serat putaran 900 RPM
Keterangan :
15a. Serat pada ulangan 1
15b. Serat pada ulangan 2
15c. Serat pada ulangan 3
275
PRC-08
Putaran
600
900
PenguJumlah
PenguUkuran
jian
sample
raian
(cm)
ke
(g)
>10 cm
I
4,05 5-10 cm
2-4 cm
>10 cm
I
II
4,06 5-10 cm
2-4 cm
>10 cm
III
4,1 5-10 cm
2-4 cm
>10 cm
I
3,9 5-10 cm
2-4 cm
>10 cm
II
II
4,0 5-10 cm
2-4 cm
>10 cm
III
3,34 5-10 cm
2-4 cm
>10 cm
I
4,07 5-10 cm
2-4 cm
>10 cm
I
II
4,05 5-10cm
2-4 cm
>10 cm
III
4,01 5-10 cm
2-4 cm
>10 cm
I
4,0 5-10 cm
2-4 cm
>10 cm
II
II
3,87 5-10 cm
2-4 cm
>10 cm
III
3,82 5-10 cm
2-4 cm
Berat
(g)
Persentase
(%)
0,33
1,19
2,46
0,25
1,44
2,32
0,19
1,33
2,57
0,1
1,21
2,41
0,13
1,15
2,75
0,12
1,22
1,95
0
1,13
2,84
0
1,2
2,84
0
0,94
3,04
0
0,85
3,15
0
0,62
3,25
0
0,55
3,27
8,1
29,4
60
6,1
35,4
57
4,6
32,4
62,6
2,5
31
61,8
3,2
28,7
68,7
3,6
36,5
58,4
0
29,6
69,7
0
29,6
70,1
0
23,4
75,8
0
21,25
78,7
0
16
84
0
14,4
85,6
Keterangan:
Serat
Serat
Serat
Serat
Serat
Daun jarum
Meranti merah
276
PRC-08
9,20
9,7
10,9
18,5
277
PRC-08
[16]. Sularso, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen
Mesin Edisi Ke-6,PT. Pradnya Paramita, Jakarta,
1987
[17]. Skeist, 1977. Hanbook of Adhesives. Van
Nostrang Reinhod Company. Ney York.
278
PRC-11
1. PENDAHULUAN
Persaingan dalam dunia industri menjadi semakin
ketat
dengan
adanya
teknologi-teknologi
manufaktur baru yang inovatif hingga hal ini
membuat perusahaan dapat terus mempertahankan
serta meningkatkan kualitas dan kapasitas
produksinya. Proses poduksi dalam perusahaan
perakitan sangat banyak macam dan jenisnya
kesemuanya bertujuan menghasilkan produk dengan
kualitas baik dalam waktu yang sehemat mungkin.
Untuk menghemat waktu produksi banyak cara
yang dapat dilakukan mulai dari mengefesiensikan
gerakan-gerakan operator seefisien mungkin,
mengatur layout agar optimal dan masih banyak
lagi. Membuat peralatan yang dapat mermbantu
mempermudah proses produksi tidak hanya dengan
membuatnya begitu saja. Perlu dilakukan beberapa
pertimbangan dan perhitungan sebelum memulai
membuatnya dan memperhatikan dengan baik
apakah alat tersebut akan membantu mempermudah
proses atau sebaliknya membuat operator kesulitan
ketika menggunakanya.
c)
2. TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum QFD merupakan suatu alat yang
digunakan sebagai pusat perhatian pada hal-hal
yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen
dalam penyusunan standar layanan. Menurut
Gasperz dan Aprillia Dita Irawatie (2005) Quality
Function Deployment (QFD) didefinisikan sebagai
suatu proses atau mekanisme terstruktur untuk
menentukan
kebutuhan
pelanggan
dan
menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan itu ke dalam
kebutuhan teknis yang relevan, dimana masingmasing area fungsional dan level organisasi dapat
mengerti dan bertindak. Manfaat dari aplikasi QFD
menurut Aprillia Dita Irawatie (2005) adalah:
a) Mengurangi time to market
b) Mengurangi perubahan disain
279
PRC-11
Sub Fungsi
Penggerak
Solusi I
Tenaga Manusia
Solusi
Solusi II
Motor Listrik/bensin
Solusi III
Tenaga Listrik
2.
Suplai udara
Screw kompressor
Kompresor torak
berpidah
Fix Piston
kompressor
3.
Pengendali
Toggle
Push Botton
4.
Peredam
spring
Spons
5.
Timer
Timer
No Relay Timer
6.
Pengendali
aliran udara
Katup 5/2 selenoid
Katup 3/2
Katup 2/2
7.
Safety device
Sensor infrared
Photo electric
sensor
8.
Rangka
Penyangga
silinder
Square bar steel
Steel silinder
Hollow bar
9.
Alas penopang
produk
Acrylic
Plat Alumunium
10. Assembly
11.
Posisi alat
Las listrik
Baut
Plat Baja
Las listrik dan baut
Vertical
horizontal
diagonal
4. PEMBAHASAN HASIL
Untuk mendapatkan kombinasi dari tiap varian,
langkah selanjutnya adalah menetukan kombinasi
dengan mengurutkan tanda panah. Tanda panah
Sub Fungsi
Penggerak
Tenaga Manusia
Suplai udara
Screw kompressor
Pengendali
Motor bensin
Listrik
Push Botton
Toggle
Peredam
Spring
sponge
Timer
Timer
No Relay Timer
Pengendali aliran
udara
Safety device
Katup 2/2
Sensor infrared
Photoelectric sensor
Rangka penyangga
silinder
Alas penopang
produk
Assembly
Hollow bar
Acrylic
Plat Aluminium
Plat Baja
Las Asetelin
Baut
vertikal
horizontal
diagonal
Katup 3/2
Selenoid
8
9
Steel silinder
10
11
Varian 1
Varian 2
Varian 3
280
PRC-11
Tabel 3 scoring
Bobot
Kriteria evaluasi
No
Gambar 3 Varian 2
Keterangan Gambar :
1. Silinder
2. Push Button
3. Safety Device Button
4. Peredam
5. Dudukan Atas
6. Penyangga Silinder
7. Dudukan Bawah
Pohon keputusan
Dari kriteria-kriteria yang dipilih, langkah
selanjutnya adalah mengembangkan kriteria-kriteria
tersebut ke dalam kriteria yang lebih spesifik.
Metode yang digunakan adalah pohon keputusan.
Metode ini tidak hanya mengembang-kan kriteriakriteria menjadi spesifik, tetapi juga termasuk
penilaian bobot.
Varian I
Varian 3
Varian II
(b)
Nilai
(m1)
b x m1
Nilai
(m2)
b x m2
Nilai
(m3)
0.18
0.72
0.72
Safety device
0.12
0.36
0.6
Otomatis
0.0875
0.35
0.35
Tombol Kendali
0.1625
0.65
0.65
Desain Konstruksi
0.15
0.3
0.75
Konstruksi aman
(sharp edge)
0.1
0.2
0.4
Jumlah komponen
0.06
0.24
0.18
Desain sederhana
0.08
0.32
0.24
Mudah bongkarpasang
0.06
0.18
0.3
Total
3.23
4.19
Ranking 2
Ranking 1
1.0
b x m3
0.36
0.6
0.35
0.325
0.45
0.3
0.3
0.32
0.06
3.065
Ranking 3
Keterangan :
Nilai (m)
Kurang sekali
1
Kurang
2
Cukup
3
Baik
4
Baik sekali
5
Berdasarkan nilai yang didapat pada proses
scoring test, maka varian yang terbaik adalah
varian 2 (ranking 1). Varian inilah yang akan
dibuat menjadi alat bantu cold press dengan hasil
penilaian tertinggi yakni score mencapai 4,19.
5. Kesimpulan
1. Mendapatkan desain yang tepat untuk alat
bantu agar dapat mempercepat proses
produksi.
2. Setelah dilakukan perhitungan dengan
metode scoring maka didapatkan varian ke
2 dengan nilai tertinggi.
3. Kriteria produk berkualitas ialah aman,
mudah dioperasikan, tidak merusak
produk.
281
PRC-11
6. Daftar Pustaka
[1]. Wawan Ichwan & Rochmad Febrianta,
Optimalisasi
proses
produksi,
Universitas Islam Indonesia, (2013).
[2]. Wikipedia, 2014.Machine press, (Online)
,http://en.wikipedia.org/wiki/Machine_pres
s Diakses 16 April 2014.
[3]. Andrew parr, Hidrolika dan pneumatika
pedoman untuk teknisi dan insinyur,
Jakarta,Erlangga, (2003).
[4]. Al Antoni Akhmad, Perancangan
Simulasi Sistem Pergerakan Dengan
Pengontrolan Pneumatik Untuk Mesin
pengamplas
Kayu
Otomatis.Jurnal
282
PRC-13
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Profesi teknik mesin menurut George E. Dieter
adalah seperti; interwoven in the fabric of modern
society sehingga teknik mesin selalu terkait dengan
spektrum aktifitas yang sangat luas. Bahkan
berdasarkan program luaran ABET, pendidikan
tinggi teknik mesin dapat meliputi fungsi; litbang,
produksi dan konstruksi, operasi dan pemeliharaan,
entre-preneur, penjualan dan manajemen. Tetapi
pada intinya, praktek keteknikan yang mampu
dilakukan profesi teknik mesin adalah proses
perancangan; komponen, sistem dan proses.
Sistem kendali berbasis PLC, dewasa berkembang sesuai tuntutan industri. Laju perkembangan industri yang terjadi pada saat ini,
adalah mesin produksi tidak lagi menggunakan
kendali sistem konvensional, tetapi sebagian besar
industri telah menggunakan PLC.
Alat penimbang dalam proses produksi adalah
salah satu elemen penunjang yang jamak digunakan.
Meskipun bukan merupakan peralatan vital dalam
proses produksi, akan tetapi mutlak diperlukan, oleh
karena tiap form laporan hasil produksi dapat
dipastikan mencantumkan berat barang dari hasil
produksi.
Perancangan mesin timbangan otomatis dengan
sistem pneumatik berbasis PLC ini menjadi salah
283
PRC-13
284
PRC-13
3) Aktuator linear.
Aktuator dalam perancangan ini berfungsi untuk
mencekam infus jenis soft bag sekaligus alat untuk
proses menimbang.
4) Gripper atau Chuck
Gripper atau Chuck digunakan untuk menggengam dan menahan objek dengan mem-berikan
kontak pada objek.
285
PRC-13
P 0,785
4,3164 N + 0,43164 N
Lad =
Lad =
.K
1
2 . 1,4
1,41
Ps Qb
6120
Pd K1
{( )m .K - 1}
Ps
{(
1,41
)2 . 1,4 - 1}
1,01
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 8. Proses penimbangan dengan weigh
checker.
286
PRC-13
Biodata Penulis:
Nama
Tempat/Tgl. Lahir
Agama
Fakultas/Jurusan
Pangkat/Gol/NIP
Jenis Kelamin
Alamat Kantor
Alamat komunikasi
287
PRC-14
ABSTRAK
Citra (image) merupakan istilah lain untuk gambar. Citra merupakan salah satu komponenmultimedia yang
memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citramempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh
data teks, yaitu citra kaya dengan informasi.Maksudnya adalah sebuah gambar dapat memberikan informasi yang lebih
banyak daripadainformasi tersebut disajikan dalam bentuk kata-kata. Meskipun sebuah citra kaya informasi,namun
seringkali citra yang dimiliki tidak sesuai dengan yang diinginkan atau mengalamipenurunan mutu, misalnya warnanya
terlalu kontras atau kurang terang (brightness). Supayacitra tersebut mudah diinterpretasi dan menghasilkan citra yang
diinginkan, maka diperlukansuatu pengolahan citra (image processing), antara lain: gray-scale, thresholding, inversi,
citrabiner, filter, noise dan deteksi tepi.
Keywords: kontras, brightness, gray-scale, thresholding, inversi, citra biner, filter, noise, deteksi tepi
Pendahuluan
Pada awalnya, untuk mengubah sebuah
citra yang diinginkan diperlukan waktu yang cukup
lama untuk dapat menghasilkan sebuah citra yang
bagus, namun terkadang yang dihasilkan tidak
memuaskan. Hal tersebut dikarenakan cara
konvensional yang dipakai adalah teknik visual,
karena umumnya data yang akan dianalisis dan
diolah berbentuk citra optik atau citra analog.
Sehingga menyebabkan pengolahan data secara
visual memerlukan waktu yang relatif cukup lama,
dan informasi yang dapat digali dari data yang
tersedia sangat dibatasi oleh kemampuan mata dan
daya ingat manusia dalam menginterpretasi data.
Adapun permasalahan lainnya adalah kurangnya
pemahaman dan pemanfaatan akan teknologi yang
ada. Kemajuan teknologi dalam perekaman data
telah memungkinkan penyediaan data dalam bentuk
citra digital; selain itu telah dapat dilakukan proses
konversi dari citra bentukoptik atau analog kebentuk
citra digital. Dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi untukmengatasi permasalahan tersebut,
maka dibuat sebuah sistem aplikasi untuk
mengembangkanproses pengolahan citra secara
digital yang menawarkan waktu proses lebih cepat
danmemungkinkan pemanfaatan data seluasluasnya.
Sistem
aplikasi
ini
masih
dapatdikembangkan lagi, bersamaan dengan
pesatnya perkembangan teknologi komputer
yangdapat mencapai kemampuan proses dengan
kecepatan yang relatif tinggi dan daya simpandata
yang relatif cukup besar, sehingga dapat secara
praktis melakukan algoritma pengolahancitra yang
banyak menggunakan model matematika (seperti:
turunan numerik) dan menyimpan data citra yang
umumnya berukuran besar serta diperlukan dalam
288
PRC-14
289
PRC-14
Pembahasan
Perancangan sistem aplikasi dalam
pengolahan citra digital ini terdiri atas prosedur
dalam persiapan sistem, pengoperasian/pemakaian
sistem aplikasi dan pengujian sistem aplikasi.
Sistem aplikasi sistem ini masih tergolong aplikasi
yang sederhana, namun dapat digunakan untuk
merubah sebuah citra yang diinginkan dengan tidak
menggunakan waktuyang cukup lama dibandingkan
dengan cara konvensional yang menggunakan
teknik visual. Sistem aplikasi dalam pengolahan
citra digital ini dapat digunakan untuk merubahcitra
seperti: gray-scale (merubah citra berwarna menjadi
hitam putih), thresholding, inversi citra (citra
negatif/klise), citra biner, brightness (mencerahkan
sebuah citra), kontras, low passfilter (blur), high
pass filter, noise (seperti kertas daur ulang), deteksi
tepi (seperti sketsa).
Aplikasi ini dibuat dengan tujuan:
1. Melalui aplikasi ini user dapat mengerti dan
mengetahui, bahwa dengan turunan numerik user
dapat mengaplikasikannya dalam pengolahan citra.
2. Dengan aplikasi ini user dapat mengubah image
berwarna menjadi hitam-putih atau dapat di ubah
menjadi citra biner (negatif).
3. Dengan aplikasi ini user dapat menampilkan
ataupun menghilangkan noise dalam sebuah image.
4. Dengan aplikasi ini user dapat mencerahkan atau
menggelapkan sebuah image serta mengkontraskan
sebuah gambar (image).
5. Dengan aplikasi ini user dapat memperoleh garis
tepi dari sebuah gambar (image).
6. Aplikasi ini dibuat untuk memudahkan user
dalam mengubah dan mencetak citra sesuai dengan
keinginan tanpa memerlukan waktu yang lama.
Kesimpulan
Melihat hasil perbandingan keuntungan
dan kerugian dari teknik visual citra analog dengan
sistem aplikasi citra digital, keuntungan yang
dihasilkan dengan menggunakan teknik visual citra
analog lebih sedikit dibandingkan dengan
menggunakan sistem aplikasi pengolahan citra
digital. Sedangkan kerugian yang dihasilkan dengan
menggunakan teknik visual citra analog lebih
banyak dibandingkan dengan menggunakan sistem
aplikasi pengolahan citra digital. Sehingga untuk
mengatasi permasalahan tersebut, maka dibuat
sistem aplikasi pengolahan citra digital dengan
menggunakan turunan numerik.
Saran
Pada saat membuka file gambar,
disarankan memilih gambar yang ukurannya
tidakbesar, karena dapat memperlambat proses
pengolahan citra. Untuk memahami aplikasi
ini,disarankan agar user terlebih dahulu mengerti
fungsi-fungsi dasar dalam pengolahan citra,seperti:
290
PRC-14
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Basuki, Achmad., Paladi, F. Jozua., &
Fatchurrochman, Pengolahan Citra Digital
Menggunakan Visual Basic, edisi pertama,
Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005.
[2]. Munir, Rinaldi., Pengolahan Citra Digital
dengan Pendekatan Algoritmik, edisi pertama,
Informatika, Bandung, 2004.
[3]. Murni,
Aniati.,&
Setiawan,
Suryana.,
Pengantar Pengolahan Citra, edisi pertama,
PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 1992.
[4]. Pal, K. Sankar, & Dutta Majumder, K.
Dwijesh, FUZZY Pendekatan Matematik
untuk
Pengenalan
Pola,
Universitas
Indonesia, Jakarta, 1989.
[5]. Seri Panduan Pemrograman: Microsoft Visual
Basic 6.0, Andi, Yogyakarta, LPKBM
MADCOMS, Madiun, 2002.
[6]. Tip & Trik Pemrograman Visual Basic 6.0,
Andi, Yogyakarta, Wahana Komputer,
Semarang, 2001.
[7]. http://members.xoom.com/tungfontsoft., Maret
2006
[8]. http://www.planetsourcecode.com.,
Maret
2006.
291
PRC-15
ABSTRAK
Riset ini melanjutkan riset sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mengamati bentuk streamlines dari model matematis 2-D
profil lengkung aerodinamis badan ikan hiu bagian atas yang diterapkan pada kendaraan mobil sedan -x memakai software
aliran fuida .Persamaannya adalah polinomial orde 3, Y = 9E-06X3-4.8E-3X2+0.6418X+66,385 dengan nilai koefisien
determinasi R2=0,9952 atau R=0,9976 . Dari uji coba software diperoleh aliran streamlines yang bagus sampai bagian
belakang mobil (afterbody) dan letak titik lapis batas separasi berada di ujung spoiler belakang sehingga dapat mengurangi
nilai drag karena berkurangnya pressure drag.
Kata Kunci : Streamlines, Profil lengkung 2-D, Persamaan Polinomial, Pressure Drag
1. PENDAHULUAN
Bentuk lengkung badan ikan dapat dipakai untuk
membuat lengkung aerodinamis kendaraan mobil.
Salah satu bentuk lengkung ikan adalah bentuk
lengkung ikan hiu.
Dari hasil riset sebelumnya [1] secara matematis 2D diperoleh persamaan lengkung polinomial orde 3
sebagai berikut :
Y = 9E-06X3-4.8E-3X2+0.6418X+66,385
(1)
mobil
sekaligus mengurangi gradien tekanan
(pressure gradient) yang merugikan. Penghilangan
daerah separasi akan mengurangi pressure drag tetapi
menambah friction drag. [2]
2. LANDASAN TEORI
2.1 LAPIS BATAS ALIRAN FLUIDA
Pada gambar dibawah ini ditunjukkan tebal
lapis batas aliran luar berikut jenis alirannya dan titik
separasi pada suatu airfoil.
292
PRC-15
(3)
Dimana :
FL = V2 A CL
(4)
2.5 STREAMLINES
(5)
= 1,225(Pr/101,325)(288,16/(273,16+Tr)) (6)
Dimana : = massa jenis udara kg/m3
V = kecepatan
... m/s
A = Luas Frontal/Plan . m2
FD Dan FL = Gaya Drag dan Lift N
Pr = Tekanan udara kPa
Tr = Suhu udara
..oC
(7)
3. METODE
Metode riset mengikuti aliran bagan berikut :
293
PRC-15
PENGGAMBARAN LENGKUNG
PROFIL DENGAN SOFTWARE
INVENTOR
STREAMLINES
PADA LENGKUNG
PROFIL
ANALISA ALIRAN
DENGAN SOFTWARE
CFD SOLIDWOKS
SEPARATION
POINT
TIDAK
TEK. ANGIN
AWAL
VISCOUS
WAKE
YA
STREAMLINES
PADA LENGKUNG
PROFIL
SPOILER
KECEP. ANGIN
AWAL
VISCOUS WAKE
STREAMLINES
28 C
1 atm (101396.16 Pa)
Fluida : 100 km/jam
diperoleh output
294
PRC-15
KESIMPULAN
REFERENSI
[1] Sirojuddin, Model Matematis 2-D Profil Lengkung
Aerodinamis Badan Ikan Hiu , Prosiding Seminar
Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan (SNMTK)
Universitas Negeri Jakarta , PRC-07, p.191-195, (2014).
[2] W. Fox, Robert and Mc Donald , Alan T.,
Introduction to Fluid Mechanics, John Wiley & Sons,
pp. 425-469, (1985).
[3] R. K. Rajput, A Text Book of Hydraulics, pp.312314, S. Chand & Company Ltd, (1998).
[4] Gillespie, Thomas D., Fundamentals of Vehicle
Dynamics,pp.79-100, SAE Inc., Warrendale. (1992).
[5] Autodesk Inventor Professional, 2014.
[6] Solidworks Premium, 2012.
[7] http://www.germancar.com./community/threads/sportauto-drag-coefficient.
[8] Smith J. Happien , An Introduction to Modern
Vehicle Design, Butterworth-Heinemass, (2000).
[9]. Stephen B. Vardeman, Statistics for Engineering
Problem Solving, PWS Publishing Company, (1994).
[10] Abbott, M.B, Basco, D.R., Computational Fluid
Dynamics : An Introduction for Engineers, Longman.
(1989).
[11] Ahmed, S.R., Ramm, G and Faltin G., Some Salient
Features of the Time-Averaged Ground Vehicle Wake,
SAE International Congress and Exposition, Detroit,
Paper no. 840300, (1984).
295
MAT-01
296
MAT-01
PENDAHULUAN
Peristiwa korosi adalah proses spontan yang
terjadi pada logam yang ingin kembali kebentuk
semula. Salah satu material yang mudah terkorosi
adalah baja. Baja mempunyai popularitas tinggi
karena:
mempunyai
kemampuan
untuk
dipergunakan dalam berbagai macam kebutuhan,
mudah dilas, dan harganya relatif murah. Karena
kemampuannya inilah, maka baja banyak
dipergunakan sebagai komoditi komersial untuk
membuat konstruksi-konstruksi, industri otomotif,
permesinan, kendaraan bermotor, dan lainnya. Akan
tetapi baja merupakan salah satu jenis logam yang
dapat mengalami kerusakan akibat proses alam
yang disebut korosi. Oleh sebab itu sangat
diperlukan pemeliharaan untuk mengurangi laju
korosi baja karbon. Ada beberapa cara untuk
memperlambat laju korosi yaitu: dengan pelapisan,
proteksi katodik atau anodik dan dengan
penambahan inhibitor1-3. Penggunaan inhibitor
korosi merupakan salah satu penanganan korosi
yang paling efisien dan ekonomis, sebab senyawa
tersebut mampu melindungi permukaan baja dari
media korosif dengan cara membentuk lapisan pasif
atau protektif, non toksit serta bersifat
biodegradable1,4.
Inhibitor korosi adalah senyawa yang
ditambahkan dalam jumlah sedikit dapat
menurunkan laju korosi dalam media yang agresif
secara efisien. Umumnya senyawa inhibitor korosi
yang digunakan adalah senyawa yang mengandung
atom N, P, O, S, atau As5. Telah banyak ekstrak
bahan alam yang dicoba untuk mendapatkan
inhibitor korosi ramah lingkungan terutama yang
diambil dari ekstrak kulit buah4 dan daun6-8, serta
buah9. seperti ekstrak lausonia10, henna11,
phylanthus amarus12, daun kakao13 dan monomer
flavonoidnya14-16. Kulit buah kakao sebagai limbah
hasil perkebunan sangat berpotensi digunakan
sebagai inhibitor, tetapi sampai saat ini kulit buah
kakao belum dimanfaatkan secara optimal bahkan
sebagian besar masih merupakan limbah
perkebunan kakao karena hanya dikumpulkan pada
lubang tertutup atau dibuang disekitar tanaman
kakao, atau sebagai campuran makanan ternak.
Supaya pemanfaatan limbah buah kakao dapat
berdayaguna maka perlu dicari alternatif
pemanfaatan kulit buah kakao yang lebih efisien
dan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi,
salah satunya adalah sebagai inhibitor korosi karena
kulit buah kakao memiliki senyawa tannin yang
cukup besar. Tanin merupakan komponen zat
organik derivat polimer glikosida yang terdapat
dalam bermacam-macam tumbuhan, terutama
tumbuhan berkeping dua (dikotil). Monomer tanin
adalah digallic acid dan D-glukosa dan memiliki
rumus molekul C76H52O46 yang kaya akan pasangan
elektron bebas16. Berdasarkan hal ini dilakukan
suatu penelitian untuk mengetahui daya inhibisi
297
MAT-01
spectrometry (GC-MS.)
Pengujian dilakukan
dengan GCMS-QP2010S SHIMADZU dengan
parameter kolom: AGILENTJ%W DB-1, Panjang :
30 meter, ID: 0,25 mm, gas pembawa: Helium,
Pengionan: EI 70 Ev, model injeksi: Split,
temperatur injeksi: 310 oC, temperature kolom:
70oC dan maksimum 324 oC selama 50 menit, aliran
kolom: 0,5 ml/min kecepatan linear: 25.9cm/sec.
Penentuan Laju Reaksi Korosi dan Efisiensi
Inhibisi
Sampel baja yang telah disiapkan masing-masing
ditimbang untuk menentukan massa awal,
kemudian direndam dalam media korosif HCl
1,5M selama 48 jam, 96 jam, 192 jam, 384 jam dan
768 jam, sedangkan variasi konsentrasi inhibitor
adalah 0,5%, 1,0%, 1,5%, 2,0% dan 2,5%. Setelah
proses korosi berjalan selama waktu yang telah
ditentukan, produk korosi diangkat dari media
korosi,
dicuci
dengan
hati-hati
dengan
menggunakan sikat yang halus, kemudian dicuci
dengan aquades dan terakhir dibilas dengan aseton.
Selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar,
kemudian ditimbang sebagai berat akhir. Laju
korosi dan effisiensi inhibisi dihitung dengan
persamaan 1 dan 2 berikut :
Laju Korosi =
Effisiensi Inhibisi =
100%
(1)
(2)
( )
x100%
(3)
298
MAT-01
Kehilangan massa
(g)
Derajat penutupan
permukaan ()
0.5
384 jam
768 jam
299
MAT-01
BLANKO
0
-2
-4
-6
0,5 ekstrak
1,0 ekstrak
1,5 ekstrak
-1
-0.5
0
E (V)
0.5
2,0 ekstrak
2.5 ekstrak
Besar
kecilnya
harga
potensial
korosi
mengindikasikan kecenderungan sampel untuk
mengalami oksidasi selama berada dalam media
pengkorosi. Tinggi rendahya harga harga potensial
korosi pada sampel yang menggunakan inhibitor
tergantung pada terbentuknya selaput pelindung
berupa lapisan oksida. Padatan Fe, Fe2O3, Fe3O4,
dan FeO(OH) yang merupakan produk korosi dan
berfungsi sebagai pelindung18-20.
Produk senyawa besi dan ekstrak kulit buah
kakao tersebut lebih sering disebut sebagai lapisan
selaput pelindung pasif sehingga sulit ditembus oleh
oksigen. Kestabilan senyawa Fe3O4 sangat
tergantung pada konsentrasi dan temperatur larutan.
Agar terjadi korosi dibutuhkan potensial yang lebih
tinggi untuk dapat merusak lapisan pelindung
tersebut. Terbentuknya lapisan pelindung inilah
yang menyebabkan pergeseran potensial korosi
logam sampel ke arah lebih positif. Secara teori
apabila penambahan unsur pemasif ditambahkan
dalam jumlah yang tidak cukup ke dalam suatu
media korosif maka akan terjadi peningkatan laju
korosi karena proses pasifasi atau penurunan laju
korosi hanya bisa dikurangi apabila inhibitor yang
ditambahkan sudah mencapai konsentrasi minimum
untuk memasifkan logam2). Apabila jumlah
konsentrasi minimum untuk pemasifan belum
tercapai maka lapisan pelindung yang terbentuk
tidak bisa melindungi seluruh permukaan sampel
sehingga bagian yang memiliki lapisan pelindung
oksida akan bersifat katodik dan bagian yang tidak
tertutupi selaput pelindung oksida akan bersifat
anodik sehingga akan meningkatkan proses korosi
pada sampel20,23.
Besar kecilnya laju korosi ditentukan oleh
besarnya nilai tahanan polarisasi sampel dan
kerapatan arus korosi, seperti terlihat pada Gambar
5. Sesuai dengan mekanisme korosi yang
menghasilkan arus, bila tahanan per satuan luas
besar maka arus persatuan luas yang terjadi kecil.
Peningkatan harga tahanan polarisasi pada
permukaan sampel menyebabkan difusi ion-ion dan
elektron yang terlepas dari permukaan logam akan
berkurang sehingga arus yang dihasilkan kecil dan
laju korosi akan berkurang sebaliknya pada sampel
300
MAT-01
Mekanisme Inhibitor
Adanya inhibitor pada permukaan baja
lunak akibat terjadinya adsorbsi. Adsorbsi timbul
dikarenakan adanya gaya adhesi antara inhibitor
dengan permukaa baja lunak. Adsorbsi molekul
inhibitor pada permukaan baja lunak akan
menghasilkan semacam lapisan tipis (film) yang
dapat menghambat laju korosi17. Pada kasus ini
inhibitor ekstrak polar kulit buah kakao akan
bertindak sebagai pembentuk lapisan tipis pada
permukaan yang berfungsi sebagai kontrol dari laju
korosi dengan cara membuat pemisah antara metal
dengan media8. Proses absorbsi ekstrak polar kulit
buah kakao pada permukaan baja lunak akan terjadi
pada gugus fungsional. Semakin tinggi konsentrasi
inhibitor, bagian logam yang tertutupi oleh
molekul-molekul
inhibitor
korosi
semakin
meningkat. Hal didukung oleh data derajat
penutupan permukaan pada Gambar 4 yang
menyatakan semakin besar inhibitor yang
ditambahkan semakin besar pula derajat penutupan
permukaannnya. Ikatan yang terjadi pada saat
adsorpsi inhibitor pada permukaan baja lunak
diduga sebagai ikatan kovalen koordinasi yang
melibatkan adsorpsi kimia (chemiadsorpsi) hal ini
terlihat pada susahnya lapisan tersebut dihilangkan.
Pengujian FTIR
Gambar 7 memperlihatkan perbedaan yang
cukup signifikan antara kedua spektrum. Ada
beberapa puncak di Gambar 7a dan 7b hilang, dan
ada pula muncul puncak baru di Gambar 7b dan 7c.
Namun, banyak juga puncak yang muncul pada
frekuensi yang sama atau berdekatan. Gugus fungsi
yang teridentifikasi dari ekstrak (Gambar 7a) adalah
fenol, cincin aromatic dan ether. Sebagian besar
gugus fungsi ini muncul pada produk korosi namun
dengan sedikit pergeseran frekuensi. Sebagai
contoh gugus fungsi C-O yang berada pada
frekuensi 1051cm-1 bergeser ke 1019 cm-1, C=O
bergeser dari 1603 cm-1 ke 1629 cm-1 , sedangkan
O-H bergeser dari 3422 cm-1 ke 3378 cm-1. Puncak
baru muncul pada frekuensi 620 cm-1 adalah ikatan
Fe-H. Puncak baru lain pada 835 cm-1 diduga kuat
merupakan akibat regangan ikatan Fe=O. Hasil ini
menunjukkan bahwa telah terjadi interaksi dan
ikatan kimia antara senyawa ekstrak dan logam
pada daerah permukaan.
301
MAT-01
ANALISA SEM-EDX
Analisa permukaan baja lunak dan
pembentukan lapisan pasif pada permukaannya
dalam HCl 1,5M yang direndam selama 8 hari tanpa
dan adanya inhibitor kulit buah kakao dipelajari
menggunakan foto SEM dapat dilihat pada Gambar
8. Terlihat bahwa foto permukaan baja dalam HCl
tanpa adanya ekstrak polar kulit buah kakao
terbentuk produk korosi dan lubang lubang, tetapi
adanya ekstrak kulit buah kakao meminimalkan
produk korosi dan lubang-lubang pada permukaan
baja dan terbentuk lapisan pasif. Lapisan inilah
yang menghalangi serangan ion-ion korosif di
permukaan baja lunak sehingga reaksi elektrokimia
juga berkurang dan akhirnya laju korosi juga akan
berkurang.
Tabel 5. Rekapitulasi beberapa unsur-unsur
dan oksida yang teridentifikasi pada pengujian
SEM-EDX
023.04.2.415061/2012.
REFERENCY
[1]. Yetri. Y, Emriadi, Novesar Jamarun and
Gunawarman, Corrosion Inhibitor of Mild
Steel by Polar Extract of Theobroma cacao
Peels in Hydrochloric Acid Solution, Asian
Journal of Chemistry, 27, 3, 875-881, (2015)
[2]. Gunawarman, Yetri. Y, Emriadi, Novesar
Jamarun, Ken-Cho, M. Nakai and M.Niinomi,
Effect of Polar Extract of Cocoa Peels
Inhibitor on Mechanical Properties and
microstructure of Mild Steel Exposed in
Hydrochloric Acid, Applied Mechanic and
Materials, vol.., No.., 2014 (accepted) Trans
Tech publications Ltd.
[3]. Priest, D., Measuring Corrosion Rates Fast,
J. Chemical Engineering, pp.169-172, (1987)
302
MAT-01
303
MAT-02
1.
PENDAHULUAN
METODOLOGI PENELITIAN
304
toughness (joule/mm2)
MAT-02
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
initial
3.
toughness (joules/mm2)
non
preheating
preheating
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
initial
non
preheating
preheating
305
MAT-02
[2]. Min Huang, et all, Aluminizing Mechanizm
And Corrosion Resistance Of Pipeline Steel X 80
By Combined Pack Cementation Process Under
Low Temperature, Advanced Material Research
Vols 194-196, Page 232-236, 2011
toughness (joule/mm2)
0.1
0.08
0.06
0.04
5 min
0.02
10 min
0
0
28
Temperature (oC)
REFERENSI
[1]. Prayitno, Dody. Pembentukan Lapisan
Intermetalik Dengan Metode Powder Liquid
Coating Sebagai Upaya Alternatif Pengerasan
Permukaan Besi Tuang Nodular. Universitas
Trisakti, . 2010
306
MAT-03
ABSTRACT
In the drilling operation and production of oil and gas, the main species that trigger the onset of corrosion are chlorides,
carbon dioxide (CO2), hydrogen sulfide (H2S). The purpose of this research is to study the stress corrosion cracking of
API 5LX52 steel in environments containing sodium chloride gas carbon dioxide (CO 2). Corrosion testing was carried
out in autoclave glass filled with a solution of sodium chloride 3.5% saturated with CO2 gas. The shape and dimensions
of the specimen consists of two types of plate and U-bend which refers to ASTM G-30. Corrosion test was conducted by
soaking in the test solution at a temperature of 30, 60, and 80 C with 336 hours of test time. Based on the experimental
results show that the corrosion rate increases with increasing temperature.Results of surface morphology examination by
Scanning electron microscope (SEM) shows the cracks occurred on the specimen, whereas the results of X-ray energy
dispersive spectroscopy (EDS) indicated there is a compound of iron oxide (FeO) on the surface of the specimen.
Keywords: steel, corrosion, carbon dioxide, chloride, crack
ABSTRAK
Dalam operasi pengeboran dan produksi minyak dan gas (MIGAS), spesi utama yang memicu terjadinya serangan
korosi adalah senyawa klorida, karbondioksida (CO2), hidrogensulfida (H2S). Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari korosi retak tegang baja API 5L X52 dalam lingkungan natrium klorida yang mengandung gas
karbondioksida (CO2).Pengujian korosi dilakukan dalam autoclave gelas yang diisi larutan natrium klorida 3,5% yang
dijenuhkan dengan gas CO2. Bentuk dan dimensi spesimen terdiri dari dua jenis yaitu bentuk plat dan U-bend yang
mengacu pada standar ASTM G-30. Percobaan uji korosi pada spesimen dilakukan dengan cara direndam dalam
larutan uji pada temperatur 30, 60, dan 80oC dengan waktu uji 336 jam. Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan
bahwa laju korosi meningkat dengan meningkatnya temperatur. Hasil pemeriksaan morfologi permukaan dengan
Scanning electron microscope (SEM) menunjukaan terjadi retakan pada spesimen, sedangkan hasil energy dispersive Xray spectroscopy(EDS) terindikasi terdapat senyawa besi oksida (FeO) pada permukaan spesimen.
Kata kunci : baja, korosi, karbondioksida, klorida, retak
1. PENDAHULUAN
Saat ini, gas alam telah menjadi energi alternatif
yang banyak digunakan dalam pembangkit listrik di
Indonesia. Dalam beberapa tahun, penggunaan gas
alam meningkat. Hal ini didukung oleh potensi gas
alam Indonesiayang cukup berlimpah. Namun,
kehadiran gas alam di bumi selalu mengandungair
atau uap air. Karakteristik gas alam Indonesia,
dengan kandungan CO2 yang tinggi, sering
menyebabkan kerusakan material oleh proses korosi
CO2 dengan adanya air. Dari kajian industri,
kerusakan akibat korosi CO2 biasanya terjadi pada
bahan karbon dan baja alloy rendah. Penggunaan
baja sering menghadapi masalah yang berkaitan
dengan korosi, seperti kebocoran akibat pengaruh
CO2 terlarut dalam air yang menyebabkan
lingkungan korosif (asam). Padahal, fenomena ini
masih belum sepenuhnya dipahami sehingga
307
2. PERCOBAAN
Baja API 5L X52 dipotong berbentu pelat
persegipanjang dengan ukuran 13 x 1,5 x 0,3 cm
untuk spesimen u-bend sesuai dengan ASTM G301999, dan pelat persegipanjang lainnya dengan
ukuran 2 x 1,5 x 0,8 cm untuk spesimen penentuan
laju korosi. Selanjutnya permukaan spesimen baja
tersebut dihaluskan dengan kertas ampelas grid 80,
240, 600, 800 dan 1000 di atas permukaan yang rata
dan dialiri air. Setelah baja halus, baja dibilas
dengan akuades dan etanol teknis lalu dikeringkan
dan disimpan dalam desikator. Selanjutnya untuk
spesimen baja dengan ukuran 13 x 1,5 x 0,3 cm
yang telah bersih dan kering, ditekuk membentuk
hurufU dengan jarak tekuk 3,2 cm (ASTM G30,
1999). Sedangkan spesimen baja dengan ukuran 2 x
1,5 x 0,8 cm ditimbang dengan neraca analitis dan
diukur dimensinya.Percobaan uji korosi pada
spesimen dilakukan dengan cara direndam dalam
larutan uji pada temperatur 30, 60, dan 80oC dengan
waktu uji 336 jam. Berdasarkan hasil percobaan
menunjukkan bahwa laju korosi meningkat dengan
meningkatnya temperatur. Pemeriksaan morfologi
permukaan spesimen dilakukan dengan Scanning
electron microscope (SEM) dan energy dispersive
X-ray spectroscopy(EDS).
MAT-03
peningkatan
suhu
menjadi
60
dan
80C,lajukorosibaja yang di gantung lebih besar
dibandingkan baja yang di rendam, hal ini
dipengaruhi oleh factor suhu yang menyebabkan
penguapan larutan uji meningkat sehingga uap
larutan uji terkondensasi di baja yang di gantung.
Sehingga kelarutan O2dan H2O semakin rendah
pada larutan uji dan semakin tinggi diatas
permukaan larutan uji (Jones, D.A. 1992). Hal ini
menyebabkan oksidasi permukaan baja gantung
lebih meningkat. Kemudian, laju korosi terbesar
terdapat pada suhu 80C. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi suhu maka laju korosi akan
semakin besar. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya difusivitas dan kelarutan O 2yang
meningkat (Fontana, 1987). Selain itu gas CO2
yang terlarut juga mempengaruhi percepatan korosi
pada spesimen. Hal ini karena korosi CO2 pada baja
karbon merupakan suatu fenomena yang kompleks.
Secara umum, jika gas CO2 terlarut di dalam air
maka gas CO2 akan bereaksi dan membentuk
senyawa asam karbonat(Isdiriayani & Syahri,
1998). Asam karbonat merupakan asam lemah, di
mana pada suhu ruang, asam karbonat yang
terbentuk akan terjadi disosiasi. Sehingga ketika
asam karbonat terbentuk maka asam karbonat ini
akan terdisosiasi menjadi bikarbonat dan ion
karbonat (Zulkifli. 2013). Dari proses disosiasi ini
menghasilkan suasana yang asam, dan ion hidrogen
akan menyerang permukaan baja dan membuat baja
mengalami oksidasi dan mengalami pengikisan.
Tabel1. Nilai laju korosi baja pada variasi suhu
KodeSpesi
men
Suhu/ C
Lajukorosi /mmpy
di Gantung
di Rendam
30
0,0329
0,0591
60
0,3531
80
0,4689
0,2505
0,2821
308
MAT-03
Pada Gambar 1. menunjukkan morfologi baja awal Jumlah
100,0
100,0
setelah dipreparai dan sebelum dikorosikan.
Morfologi baja awal ini digunakan untuk
membandingkan dengan morfologi permukaan baja
Analisis dengan menggunankan alat XRD bertujuan
yang
telah
dikorosikan.
Pada
untuk mengetahui jenis senyawa hasil korosi pada
Gambar2.menunjukkan
bahwa
morfologi
baja API 5L X52. Baja yang dianalisis dengan XRD
permukaan baja terkorosi pada suhu 80C hasil uji
merupakan baja yang telah dikorosikan dan
korosi retak tegang terlihat retakan-retakan pada
memiliki laju korosi terbesar pada 80oC tanpa
permukaan spesimen.Terjadinya SCC pada
penambahan inhibitor dan dengan penambahan
spesimen u-bend yang diakibatkan dari lingkungan
inhibitor tanin sebanyak 80 ppm. Gambar 3.
korosif, suhu dan tegangan tarik pada baja (Gu, B.
Menunjukkan
hasil analisis XRD pada baja
1999).
terkorosi hanya menunjukkan puncak Fe, dan dapat
disimpulkan bahwa produk korosi yang terbentuk
hanya berupa struktur amorf dari oksida baja.
Senyawa
% Berat pada
spesimen awal
C
FeO
SiO2
N
P 2O 5
MnO
Nb2O5
Ti2O3
V2O5
4,14
93,89
0,57
0,11
0,95
0,20
0,13
-
4. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diperoleh simpulan sebagai
berikut :
Semakin tinggi suhu maka semakin besar pula
laju korosi. Laju korosi terbesar didapat pada
suhu 80oC yaitu sebesar 0,4689 dan 0,2821
mmpy.
Berdasarkan hasil analisis SEM-EDS, morfologi
permukaan baja terkorosi pada suhu 80C hasil
uji korosi retak tegang terlihat retakan-retakan
pada permukaan spesimen.
Berdasarkan analisis XRD menunjukkan bahwa
produk korosi yang dihasilkan berupa struktur
amorf dari oksida baja.
%
BeratpadaspesimensetelahDAFTAR PUSTAKA
uji korosi
3,45
[1].
ASTM Standards. G30 Standard Practice
74,50
for
Making
and Using U-Bend Stress-Corrosion
1,01
Test
Spesimens.
1999.
15,24
[2].
Das, G.S. Characteristic of Corrosion
0,51
Scales
on
Pipeline Steel in CO2-Saturated NaCl
5,28
Brine
Solution.
International Journal of Emerging
0,01
309
MAT-03
[7].
Rustandi, A., M. Adyutatama., E. Fadly&
N. Subekti. Corrosion Rate of Carbon Steel for
Flowline and Pipeline as Transmission Pipe in
Natural Gas Production With CO2 Content.
Teknologi.Vol 16: 57-62. 2012.
[8].
Wahyuningsih, S., Sunarya, Y., dan
Aisyah, S. Metenamina sebagai Inhibitor Korosi
Baja Karbon dalam Lingkungan sesuai Kondisi
Pertambangan Minyak Bumi. Jurnal Sains dan
Teknologi. ISSN. Vol.1. 2010.
[9].
Zulkifli. Pengaruh Gas CO2 terhadap
Laju Korosi Pada Baja Karbon pada pipa
penyalur minyak. UI. Depok. 2013.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti
mengucapkan
terimakasih
kepada
Simlitabmas - DIKTI yang telah menyokong Dana
Program Hibah Fundamental tahun2015.
310
MAT-04
Pendahuluan
LatarBelakang
Besi, baja dan aluminium merupakan material
dasar utama yang dipakai pada kontruksi mesin.
Aluminium memiliki peranan penting dalam
kontruksi permesinan pada industri besar, menegah,
kecil dan rumah tangga maupun mesin-mesin alat
tranportasi.
Permasalahan yang terjadi pada komponen
mesin, sering dijumpai adalah berkaitan dengan sifat
311
MAT-04
c.
d.
e.
f.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian ini bersifat eksperimental,
studi literatur dan jurnal yang relevan dengan
penelitian tersebut,yaitu dengan cara Analisa
Pengaruh Perlakuan Panas dan Variasi Media
Pendinginan untuk Bahan Aluminium Coran
Terhadap Sifat mekanik Dan Sifat Fisis.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu
aluminium coran berbentuk silindris, alat yang
digunakan dalam pembuatan spesimen adalah mesin
bubut, gergaji tangan, jangka sorong. Sedangkan alat
yang digunakan untuk pengujian spesimen
diantaranya ; mesin uji tarik, mesin uji kekerasan,
dapur pemanas (Heat Treatment Furnace merek
Naberthertm ), mesin uji komposisi kimia untuk
spesimen menggunakan peralatan yang disebut
dengan Optical Emission Spectrometer (OES), untuk
melihat struktur mikro spesimen dengan cara
metallografi dipakai mirkroskop dan mesin pemoles.
a. Dapur pemanasan
3.
Batasan Masalah
Untuk menyederhanakan
dan memberikan
arahan pemahaman secara mudah. Pada penulisan
ini ditentukan batasan masalah sebagai berikut :
a. Material dasar spesimen ujinya
adalah
aluminium coran berbentuk silindris.
b. Dimensi spesimen uji kekerasan berdasarkan
DIN 50103 dengan diameter 30 mm dan tinggi
30 mm.
312
MAT-04
b. MesinUji Kekerasan
uji meliputi
c. AlatUji Mikrostruktur
d.
TahapanPengujian
Tahapan-tahapan pengujian yang dilakukan pada
penelitian ini adalah
; pengujian komposisi,
pengujian metallografi, pengujian tarik, dan
pengujian kekerasan.
1.
Hasil Uji Komposisi
Pengujian komposisi berguna untuk memastikan
unsur-unsur paduan yang terdapat pada spesimen Al
313
MAT-04
media
314
MAT-04
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 4.5 Hasil pengamatan spesimen dengan media
pendinginan suhu ruangan
[1]. http://id.wikipedia.org/wiki/aluminium.
Diaksespada tanggal 9 september 2014 jam
23.59 wib
[2]. Sukadi. 2004. Pengetahuan dan Pengujian
Material. Tarsito Bandung
[3]. Ir. Sularso MSME, Kiyokatsu Suga. 2004.
Dasar Perencanaan dan Pemeliharaan
Elemen Mesin. PT Pradnya Paramita.
Jakarta
[4]. http://repository.usu.ac.idtstream12345678
93104444. Diakses pada tanggal 9
september 2014 jam 00.00
[5]. Lawrence H. Van Vlack. 2001. Elemenelemen Ilmu dan Rekayasa Material. Edisi
keenam. Penerbit Erlangga.
[6]. Panduan
Pratikum
Ilmu
Logam,
Laboratorium Jurusan Teknik Mesin
fakultas teknik Universitas Islam Riau 2011
[7]. http://core.kmi.openac.ukcbwnbad.pdf.117
24597.chapter%2011.pdf. Diakses pada
tanggal 9 september 2014 jam 00.00
[8]. Prof. Ir. Tata Surdia, M.S. Met.E dan Prof.
DR. Shinroku Saito. Pengetahuan Bahan
Teknik. PT Pradnya Paramita. Jakarta
315
MAT-04
[10].
Myrna Ariati , Wahyuaji NP
myrna@metal.ui.ac.id
wahyuaji@metal.ui.ac.id Perlakuan Panas
Logam (TTT dan CCT diagram, Annealing
dan Hardening
316
MAT-05
Abstrak
Cangkang kepiting (Portunus pelagicus) mengandung kalsium karbonat yang dapat dijadikan sebagai katalisator
alternatif di dalam proses karburisasi padat. Proses ini merupakan salah satu proses pengerasan permukaan baja karbon
dengan metode difusi atom karbon ke dalam permukaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran
butir katalisator cangkang kepiting pada proses karburasi padat terhadap kekerasan dan tingkat keausan baja St 42 dan
membandingkan kekerasan, dan tingkat keausan baja sebelum dan sesudah mengalami proses karburasi padat. Penelitian ini
menggunakan bahan baja karbon St 42 dengan suhu pemanasan 950 C, waktu tahan 1 jam dengan pendinginan alami, serta
menggunakan arang tempurung kelapa dengan ukuran butir 0,149 mm. Adapun spesimen yang digunakan dalam penelitian
sebanyak 6 buah, dengan variasi ukuran butir cangkang kepiting yaitu 0,149 mm, 0,210 mm, 1,19 mm, 1,68 mm dan 2 mm.
Spesimen ini di uji dengan pengujian kekerasan rockwell B dan uji laju keausan.
Hasil pengujian kekerasan dan uji laju keausan menunjukkan nilai kekerasan tertinggi 103.3 HRB pada ukuran
butir 1,68 mm, dan terendah 92.2 HRB pada ukuran butir 0,149 mm. Laju keausan tertinggi 0.00000212 gram/mm2,
terendah 0.00000079 gram/mm2. Terjadi kenaikan rata-rata kekerasan pada setiap ukuran butir tapi mulai menurun pada
ukuran buitr 2 mm. Rata-rata nilai keausan St 42 sebelum di karburasi yaitu 0,00000270 gram/mm2.detik dan terjadi
penurunan laju keausan pada setiap ukuran butir cangkang kepiting dengan penurunan maksimum 69.14 %. Laju keausan
mulai nik kembali pada ukuran kepiting 2 mm menjadi 63.57 % .
317
MAT-05
Pendahuluan
Pada suatu komponen mesin dari baja
adakalanya diperlukan sifat keras dan tahan aus pada
permukaannya saja, sedangkan pada inti atau bagian
dalam tetap dalam keadaan lunak dan ulet. Proses
karburasi adalah salah satu proses untuk
meningkatkan
nilai
kekerasan
baja
pada
permukaannya. Proses ini meliputi penambahan
karbon ke permukaan benda yang dilakukan dengan
memanaskan benda kerja dalam atmosfir karbon
aktif, sehingga karbon berdifusi masuk ke
permukaan baja. Baja karbon sedang dengan kadar
karbon 0,30 % hingga 0,60 % memungkinkan baja
untuk dikeraskan permukaannya dengan proses
karburasi yang sesuai. Baja karbon sedang
digunakan untuk sejumlah peralatan mesin seperti
roda gigi otomotif, poros bubungan, dan poros
engkol.
Pada proses karburasi padat biasanya
menggunakan karbon aktif tetapi arang tempurung
kelapa jugadapat digunakan sebagai pengganti
bubuk karbon aktif
(1). Untuk membantu
mempercepat
karburasi
biasanya
digunakan
katalisator BaCO3 tetapi karena penggunaannya
yang tidak ramah lingkungan dalam hal pembuangan
limbahnya maka katalisator BaCO3dapat diganti
dengan CaCO yang berasal dari cangkang kepiting.
Kepiting (Portunus pelagicus) adalah
sejenis kepiting yang biasa dimakan oleh warga Asia
Timur dan Asia Tenggara. Cangkangnya merupakan
limbah makanan laut yang dapat dimanfaatkan.
Cangkang kepiting mengandung kalsium karbonat
(CaCO3 ) dalam kadar yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan batu gamping, cangkang telur,
keramik, atau bahan lainnya. Hal ini terlihat dari
tingkat kekerasan cangkang kepiting. Semakin keras
cangkang, maka semakin tinggi kandungan kalsium
karbonat (CaCO3) nya (2).
Katalis yang diperoleh dari limbah
cangkang menunjukkan potensi yang baik sebagai
katalis murah untuk produksi. Pencarian sumber
alternatif untuk sntesis katalis rendah biaya menjadi
sangat atraktif untuk dilakukan. Bagian cangkang
yang mencakup sekitar 83 - 85 % dari bobot utuh
umumnya dibuang tanpa dimanfaatkan (Khalil,
2003). Pada penelitian ini cangkang kepiting
digunakan sebagai alternatif sumber katalis CaO
.
Cangkang kepiting mengalami dekomposisi termal
melalui kalsinasi pada suhu tinggi
. Variasi suhu
kalsinasi dilakukan pada atau diatas suhu
700 C
Metode Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium
Metalurgi Fisik Jurusan Mesin Universitas
Hasanuddin dan Laboratorium Mekanik Jurusan
Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Spesimen benda uji St 42denganukuran
diameter 2 cm dan tebal 1 cm seperti tergambar,
Gambar 1. Spesimenbendauji
318
MAT-05
Selanjutnya
dilakukan
pengujian
kekerasan dengan cara adalah nilai kekerasan
Rockwell B dengan pembebanan 100 kgf, dan laju
keausan sebelum dan setelah karburasi dengan
variasi ukuran butir katalisator.
319
MAT-05
320
MAT-05
Daftar Pustaka
[1]. Jusuf
Talaperu,
Analisa
Komperatif
Perubahan Nilai Kekerasan Baja St 42 Pada
Proses
Pack
Carburizing
Dengan
Menggunakan Media Alternatif Pengganti
Bubuk Karbon Aktif Sebagai Katalisator,
Jurnal Teknologi Volume 6 Nomor 2, 619 622 , (2009).
[2]. Nevada J. M. Nanulaitta, Alexander. A. Patty,
Analisa Nilai kekerasan Baja Karbon
Rendah (S35C) dengan Pengaruh Waktu
Penahanan
(Holding time) dengan
Pemanfaatan Cangkang Kerang Sebagai
Katalisator melalui Proses Pengarbonan
Padat
(Pack
Carburizing),
Jurnal
TEKNOLOGI, Volume 8 Nomor 2, 927 935,
2011.
[3]. Bambang kuswanto, Pengaruh perbedaan
ukuran butiran arang tempurung kelapabarium karbonat terhadap peningkatan
kekerasan permukaan material baja st 37
dengan proses pack carburizing, Undip,
(2010).
4. Muhammad Iqbal, Pengaruh
Temperatur Terhadap Sifat Mekanis Pada
Proses Pengkarbonan Padat Baja Karbon
Rendah, Jurnal SMARTEK, (2008).
321
MAT-06
I.
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu material khususnya
dibidang komposit terus mengalami peningkatan
seiring meningkatnya kebutuhan material terhadap
suatu produk, pemanfaatan material komposit
diharapkan mampu menjadi alternatif sebagai
pengganti material logam maupun non-logam,
penambahan serat alam pada komposit bertujuan
dapat meningkatkan sifat-sifat mekanik dari
komposit yang ramah lingkungan. Serat telah
banyak digunakan dalam sektor industri seperti
tekstil, produksi kertas dan automotif.
Bemper merupakan salah satu bagian dari
kendaraan yang mempunyai peranan yang sangat
penting, selain sebagai aerodinamis, estetika
sehingga mampu menarik konsumen, bemper juga
berfungsi sebagai peredam tabrakan ringan yang
terjadi pada kendaraan, fungsi bemper sebagai
peredam tabrakan ringan membuat bemper menjadi
material yang sering mengalami kerusakan pada
saat tabrakan, sehingga dibutuhkan material yang
bersifat lebih ekonomis, jumlah melimpah, dapat
diperbarui, ramah lingkungan, serta memiliki sifat
dan karakteristik pemenuhan standar yang
ditetapkan seperti kekuatan impak yang diterima
pada bemper.
Pentingnya analisis mekanis ini didasarkan
pada penentuan kekuatan desain struktur untuk
memberikan
keyakinan
atas
keselamatan
pemakaian. Uraian tersebut di atas menunjukkan
bahwa kekuatan impak menjadi penting untuk di
kaji. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat
mekanis (tarik dan impak) komposit berpenguat
anyaman serat daun nenas dengan matriks
polyester, untuk kelayakan komposit tersebut
sebagai solusi alternatif material pengganti pada
bemper kendaraan berkategori Multi Purpose
Vehicle ( MPV ) yang dalam aplikasinya berkaitan
erat dengan keselamatan pemakaian, khususnya
dibidang otomotif.
Serat Daun Nenas
Serat daun nenas (pineappleleaf fibres)
adalah salah satu jenis serat yang berasal dari
tumbuhan (vegetable fibre) yang diperoleh dari
daun-daun tanaman nenas. Tanaman nenas yang
juga mempunyai nama lain, yaitu Ananas
Cosmosus, (termasuk dalam family Bromeliaceae),
pada umumnya termasuk jenis tanaman semusim.
Menurut sejarah, tanaman ini berasal dari Brazilia
dan dibawa ke Indonesia oleh para pelaut Spanyol
dan Portugis sekitar tahun 1599. Di Indonesia
tanaman tersebut sudah banyak dibudidayakan,
terutama di pulau Jawa dan Sumatera yang antara
lain terdapat di daerah Subang, Majalengka,
Purwakarta, Purbalingga, Bengkulu, Lampung,
Riau dan Palembang, yang merupakan salah satu
322
MAT-06
sumber daya alam yang cukup berpotensi [3]
Daun nenas mempunyai lapisan luar yang
terdiri dari lapisan atas dan bawah. Diantara lapisan
tersebut terdapat banyak ikatan atau helai-helai
serat (bundles of fibre) yang terikat satu dengan
yang lain oleh sejenis zat perekat (gummy
substances) yang terdapat dalam daun. Karena
daun nenas tidak mempunyai tulang daun, adanya
serat-serat dalam daun nenas tersebut akan
memperkuat daun nenas saat pertumbuhannya.
Dari berat daun nenas hijau yang masih segar akan
dihasilkan kurang lebih sebanyak 2,5 sampai 3,5%
serat serat daun nenas. Pengambilan serat daun
nenas pada umumnya dilakukan pada usia tanaman
berkisar antara 1 sampai 1,5 tahun. Serat yang
berasal dari daun nenas yang masih muda pada
umumnya tidak panjang dan kurang kuat. Sedang
serat yang dihasilkan dari tanaman nenas yang
terlalu tua, terutama tanaman yang pertumbuhannya
di alam terbuka dengan intensitas matahari cukup
tinggi tanpa pelindung, akan menghasilkan serat
yang pendek kasar dan getas atau rapuh (short,
coarse and brittle fibre). Oleh sebab, itu untuk
mendapatkan serat yang kuat, halus dan lembut
perlu dilakukan pemilihan pada daun-daun nenas
yang cukup dewasa yang pertumbuhannya sebagian
terlindung dari sinar matahari [3].
Anyaman
Anyaman adalah serat yang dirangkaikan
hingga membentuk benda yang kaku, atau dapat
juga didefinisikan proses menyilangkan bahanbahan dari tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan satu
rumpun yang kuat dan boleh digunakan. Bahanbahan tumbuhan yang boleh dianyam ialah lidi,
rotan, akar, buluh, pandan, mengkuang, jut dan
sebagainya. Bahan ini biasanya mudah dikeringkan
dan lembut.
Anyaman seringkali dibuat dari bahan
yang berasal dari serat tumbuhan dan serat plastik
seperti pada gambar 1.2. Bahan yang digunakan
bisa bagian apapun dari tanaman, misalnya inti
batang tebu atau rotan atau keseluruhan ketebalan
tanaman, seperti misalnya dedalu. Bahan lainnya
yang terkenal digunakan sebagai anyaman adalah
gelagah dan bambu. Biasanya rangkanya dibuat dari
bahan yang lebih kaku, setelah itu bahan yang lebih
lentur digunakan untuk mengisi rangka, anyaman
Matriks
Matriks merupakan suatu bahan yang
digunakan untuk mengikat dan menyatukan serat
tanpa bereaksi secara kimia dengan serat tersebut.
Dalam penelitian ini matriks pengikat serat adalah
resin. Pembagian matriks menurut pola pengerjaan
pada polimer dikelompokkan yaitu termoset dan
termoplastik. Plastik, serat, film dan sebagainya
yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari
mempunyai berat molekul besar dan berikatan
kovalen sama sekali menunjukkan sifat-sifat yang
berbeda dari bahan organik yang mempunuyai berat
molekul rendah.
Bahan yang mempunyai berat molekul
rendah berubah menjadi cair dengan viskositas
rendah atau menguap. Bahan yang tidak dapat
berdifusi itu terurai karena panas menjadi korban,
pada tahap akhir tanpa penguapan. Sifat-sifat termik
dan mekanik dari polimer sangat berbeda
tergantung pada keadaan. Sebagai contoh
kebanyakan molekul rantai memberikan sifat
termoplastik dengan menaikkan temperatur, dapat
mencari dan mengalir. Bahan tersebut dinamakan
polimer termoplastik.
Polister
Poliester adalah resin thermoset yang
berbentuk cair dengan viskositas yang relatif
rendah, dengan penambahan katalis, poliester
mengeras pada suhu kamar. Resin poliester banyak
mengandung monomer stiren sehingga suhu
deformasi termal lebih rendah dari pada resin
thermoset lainnya dan ketahanan panas jangka
panjang adalah 110 1400 C, ketahanan dingin
resin ini relatif baik. Pada umumnya poliester tahan
terhadap asam kecuali asam pengoksida, tetapi
lemah terhadap alkali, bila dimasukkan ke dalam air
mendidih dalam waktu yang lama (300 jam), bahan
akan pecah dan retak-retak, bahan ini mudah
mengembang dalam pelarut, yang melarutkan
polimer stiren. Kemampuan terhadap cuaca sangat
baik. Tahan terhadap kelembaban dan sinar UV bila
dibiarkan di luar, tetapi sifat tembus cahaya rusak
dalam beberapa tahun. Bahan ini dapat diguakan
secara luas sebagai bahan komposit[4]. Spesifikasi
Unssaturated Polyester Resin seri Yucalac 157
BQTN-EX dapat dilihat pada tabel 1.1.
323
MAT-06
Satuan
Nilai
Tipikal
Catatan
Berat jenis
Kekerasan
Suhu distorsi panas
Penyerapan air
Suhu ruang
Kekuatan Fleksural
Modulus Fleksural
Daya rentang
Modulus rentang
Elongasi
g/cm3
0
C
%
%
Kg/mm2
Kg/mm2
Kg/mm2
Kg/mm2
%
1,215
40
70
0,188
0,466
9,4
300
5,5
300
2,1
250 C
Barcol/G
YZJ 9341
24 jam
7 hari
-
No
1.
Product /
Material
of Test
Vehicle
Testing
Specific
Test
Performe
d
- Bump
er
Impact
Test
Test
Method
Specificatio
n against
which tests
are
performed
-
AIS 006
2005
ECE R
42 2007
Range of
Testing / Limits
of Detection
Speed : 4 km/h
for center
impact and 2,5
km/h for corner
impact. Barrier
mass : depends
on Unladen
weight of
vehicle
METODOLOGI PENELITIAN
150mm
Pengujian Impak
- Pembuatan spesimen uji impak
Prosedur yang dilalukan dalam pembuat
spesimen yaitu :
1. Dipersiapkan semua bahanbahan campuran
dengan perbandingan massa. rancangan
penelitian dalam pembuatan spesimen antara
berat kering anyaman serat daun nenas
dengan resin.
2. Pada bagian terpisah resin dicampur dengan
katalis hingga homegen, tuangkan kedalam
cetakkan yang telah dibentangkan anyaman
serat daun nenas dan tutup, tuunggu hingga
spesimen kering.
3. Spesimen yang telah dicetak dipotongpotong dengan menggunakan gergaji dengan
ukuran panjang 60 mm dan lebar 60 mm.
4. Pembuatan lubang pengikat terhadap
dudukan disetiap sudut spesimen uji.
324
MAT-06
60
mm
2,5
mm
mm
60
m
m
III.
Spesime
n
Anyama
n
00
dengan
900
Anyama
n
450
dengan
1350
Are
a
(m
m2)
Max
Force
(N)
0.2
%
Y.
S.
(MP
a)
Yield
Stren
gth
(MPa
)
Tensil
e
Stren
gth
(MPa
)
Elongat
ion (%)
113
.33
3
2425.
97
7.15
7.15
22.29
4.99
98.
667
939.9
7.34
7.34
9.62
4.99
25
20
15
10
5
0
22.29
9.62
325
perbandi
ngan nilai
tegangan
MAT-06
0.0001
Spesim
en
Anyam
an
00
dengan
900
Anyam
an
450
dengan
1350
7,4
9
E
(MPa
)
2,98
k
(kg
/
m3)
131
0
C
(m/
s)
ts
(s)
impa
k
(MPa
)
6,70
47,7 0,0000524
3
waktu penjalaran
gelombang (m/s)
0.00008
7.99E-05
0.00006
5.24E-05
0.00004
0.00002
0
0 dengan 90 45 dengan
135
Arah anyaman serat
18
1,28
5,60
1310 31,3 0,0000799
1
17,
1
Keterangan :
C = Cepat rambat gelombang (m/s)
E = Modulus elastisitas (MPa)
k = Massa jenis komposit (kg/m3)
A = Luas penampang (mm2)
= Tegangan (MPa)
= Waktu penjalaran gelombang pada
Cepat rambat
gelombang (m/s)
spesimen ( s)
Dari tabel diatas dapat di tampilkan grafik
cepat rambat gelombang dan waktu penjalaran
gelombang terhadap sampel seperti pada gambar
3.2.
60
40
47.7
ts
6.703
6
5.601
5.5
5
31.3
20
0
0 dengan 45 dengan
90
135
Arah anyaman serat
326
MAT-06
kecepatan pengimpakan
m/s
18.5
18
18
4.
17.5
17.1
17
16.5
0 dengan 90
45 dengan 135
5.
Sedangkan
kecepatan
pengimpakan
komposit anyaman serat daun nenas pada gambar
4.5, arah anyaman 00 dengan 900 yaitu 18 m/s dan
450 dengan 1350 yaitu 17,1 m/s, sama-sama
memenuhi
standar
ketetapan
Economic
Commission for Europe Regulation 42 (ECE R.42)
yaitu 4 km/h atau 1,1 m/s. hal ini dipengaruhi nilai
kekuatan impak yang diperoleh komposit arah
anyaman 00 dengan 900 lebih besar dibandingkan
komposit arah anyaman 450dengan 1350.
IV.
1.
2.
3.
KESIMPULAN
Arah serat yang sejajar terhadap gaya tarik
akan membuat tegangan tarik yang lebih
besar. Kekuatan tarik yang optimal pada
penelitian ini didapatkan komposit anyaman
serat daunnenaspada arah anyaman 00 dengan
900, Tensile Strength yang dicapai 22,29 MPa.
Cepat rambat gelombang dan waktu
penjalaran yang diteruskan oleh batang
penerus kespesimen pada tekanan 3 bar
terhadap
kompositanyamanseratdaunnenasarah
anyaman 00 dengan 900 yaitu C = 47,7 m/s dan
ts = 0,0000524 s, jauh lebih tinggi dan lebih
cepat dari arah anyaman 450 dengan 1350 yang
hanya C = 31,3 m/s dan ts = 0,0000799 s. ini di
pengaruhi oleh arah anyaman serat yang saling
berikatan sehingga mempengaruhi cepat
rambat gelombang dan waktu penjalaran
gelombang yang terjadi.
Tegangan
impak
maksimum
kompositanyamanseratdaunnenaspada
arah
anyaman 00 dengan 900 = 6,703 MPa,
dikarenakan arah anyaman 00 dengan 900 yang
sejajar terhadap sumbu x dan y sedangkan
V.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Bhattacharya, K. Swapan, 1987, Metal-Filled
Polymers, Properties and Aplication
[2]. Jones, robert, M (Robert Millard);1999,
MekanikaBahanRencam
(komposit),
diterjemaholehDaud, Abd. Rahman, (Unit
penerbitanAkademikUniversitasTeknologi
Malaysia)
[3]. Hidayat,
Pratikno.
2008.
Teknologi
Pemanfaatan Serat Daun Nanas sebagai
Alternatif Bahan Baku Tekstil. Teknoin, Vol.
13, 31 35
[4]. MsSurdia Tata, Ir. Met. Prof, Saito Shinroku,
DR. Prof,1992, Pengetahuan BahanTeknik,
Pradnya Paramita.
[5]. R. E. Smallman, R. J. Bishop (2000),
Metalurgi Fisik Modern &Rekayasa Material
Edisi keenam, Erlangga, Jakarta.
[6]. R. J. Crowford, Kejuruteraan plastik (Design
Plastict), 1998, Penerjemah JasmiHusin,
AniIdris
[7]. R. J. Young,1991, Pengantar Polimer;
penerjemah Kok Chong Meg, Penerbit
Universitas Sains Malaysia.
[8]. The automotive research association of India,
India;National accredition board for testing
and calibration laboratories Department of
Science
and
Technology
India.The
Automotive Research AIS. No 102, issue
2012.
327
MAT-07
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dilingkungan masyarakat sekarang penggunaan
material tidak hanya sebatas penggunaan pada
rumah tangga saja. Tetapi perusahaan-perusahaan
besar juga menggunakan material untuk kegiatan
industri. Apalagi perusahaan yang bergerak di
bidang pengolahan hasil alam dan perkebunan.
Misalnya pada pabrik kelapa sawit dibutuhkan
material yang kuat untuk menunjang kelancaran
proses produksi.
Permasalahan yang sering terjadi pada
pabrik kelapa sawit adalah terjadi kerusakan pada
stasiun pengepressan buah kelapa sawit, terutama
pada material worm screw yang sering aus, rompel
bahkan sampai patah. Hal ini akan sangat
mempengaruhi hasil proses produksi. Jika proses
328
MAT-07
Pembatasan
masalah
ini
adalah
untuk
menyederhanakan permasalahan agar dapat
memberikan arahan pemahaman secara mudah.
Dalam penulisan ini batasan permasalahan yang
diambil adalah :
1. Bahan yang digunakan :
a. Worm screw press
b. Diameter 0,30 m dan panjang 1 m
2. Pembuatan spesimen pengujian tekan (Bending
Test) sesuai standar ASTM E190 dengan
dimensi p x l x t (152 x 9,5 x 9,5) mm dan
spesimen pengujian kekerasan dibuat sesuai
standar DIN 50103 dengan dimensi panjang 30
mm dan diameter 30 mm.
3. Proses perlakuan panas dilakukan pada
temperatur 900C dengan waktu penahanan 20
menit dan di dinginkan cepat dengan media
pendingin air. Selanjutnya proses proses
tempering dilakukan pada temperatur 250 C,
450 C, 650 C dengan waktu penahanan
masing-masing 15 menit dan didinginkan
dengan media pendingin udara hingga mencapai
suhu ruang(kamar) yaitu 31 C.
4. Pengujian yang dilakukan meliputi: uji tekan
(bending test), uji kekerasan dan uji struktur
mikro(metalografi).
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan nilai kekerasan dari worm
screw press.
2. Untuk membandingkan nilai kekerasan,
kekuatan tekan dan struktur mikro pada material
worm screw press yang standar (Raw Material)
dengan material worm screw press yang telah
diberi proses perlakuan panas dan tempering
3. Untuk mendapatkan spesimen terbaik dan cocok
untuk kekuatan worm screw press setelah
dilakukan pengujian.
TINJAUAN PUSTAKA
Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai
unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan
utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar
antara 0.1% hingga 1.7% sesuai grade-nya. Fungsi
karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras
dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi
kristal (crystal lattice) atom besi. Unsur paduan lain
yang biasa ditambahkan selain karbon adalah
mangan (manganese), krom (chromium), vanadium,
dan tungsten. Dengan memvariasikan kandungan
karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis
kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan
kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan
kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile
strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi
getas (brittle) serta menurunkan keuletannya
(ductility).
2.1.1
Jenis-Jenis Baja
329
MAT-07
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental,
yaitu analisa pengaruh perlakuan panas dengan
variasi temperatur tempering terhadap sifat mekanik
pada worm screw press. Tahapan penelitian ini
terdiri dari : Waktu dan Tempat Penelitian,
Peralatan dan Bahan Tahapan Proses Pemanasan
dan Tahapan Pengujian.
Hasil
pengujian
kekerasan
rockwell
menggunakan indentor diamond dengan waktu
penekanan 5 sekon diperolehlah nilai kekerasan
pada masing-masing proses perlakuan. Dari hasil
pengujian didapat hubungan antara proses
perlakuan dengan nilai kekerasan seperti yang
terlihat pada tabel 4.2. terlihat bahwa nilai
kekerasan yang tertinggi terdapat pada proses
perlakuan
panas
(HeatTreatment)
dengan
temperatur 900 C
sebesar
62,36
HRc.
Sedangkan nilai kekerasan yang terendah terdapat
pada
spesimen standar yaitu sebesar 42,1 HRc.
Hasil Pengamatan Metallografi
HASIL PENGUJIAAN
Pengujian Tekan
Data hasil pengujian ini dikelompokkan ke
dalam beberapa kelompok pengujian yaitu spesimen
standar (raw material), spesimen perlakuan panas
900C, spesimen perlakuan panas 900C dengan
tempering 250 C, spesimen perlakuan panas 900
C dengan tempering 450C, spesimen perlakuan
panas 900C dengan tempering 650C. Data hasil
pengujian tekan dapat dilihat pada tabel 1 sebagai
berikut :
Tabel.1. Data Hasil Pengujian Tekan pada spesimen
No
1
2
3
4
5
Spe Temp
(oC)
Standar
900
250
450
650
No
Spe Temp
(oC)
Standar
900
250
450
650
1
2
3
4
5
Perlit
Ferrit
330
MAT-07
KESIMPULAN
Dari beberapa pengujian yang dilakukan
pada spesimen worm screw diperoleh kesimpulan :
1. Hasil pengujian tekan menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan nilai kekuatan tekan dari
spesimen yang diberi perlakuan panas dan di
quenching dengan spesimen yang diberi
perlakuan panas kemudian di tempering dan
didinginkan di udara sampai mencapai suhu
ruang (kamar) yaitu 31C. Dan kekuatan tekan
tertinggi adalah spesimen standar yaitu sebesar
115,65 N/mm.
2. Hasil pengujian kekerasan menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan nilai kekerasan dari
spesimen standar dengan spesimen yang telah
diberi proses perlakuan panas namun menurun
kembali pada spesimen yang diberi proses
perlakuan panas kemudian di tempering. Nilai
kekerasan tertinggi yaitu pada spesimen yang
diberi proses perlakuan panas dengan
temperatur 900 C sebesar 62,36 HRc dan nilai
kekerasan terendah pada spesimen standar
sebesar 42,1 HRc.
3. Hasil pengamatan metallografi (struktur mikro)
menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan
panas yang diberikan terjadi perubahan struktur.
Diantaranya struktur yang terkandung pada
spesimen standar (Raw Material) lebih dominan
pearlite dibandingkan struktur ferrite. Dan pada
proses perlakuan panas terlihat struktur yang
paling dominan adalah struktur martensite yang
lebih halus, sehingga terjadilah peningkatan
nilai kekerasan pada spesimen yang diberi
proses perlakuan panas. Untuk spesimen
tempering 250 C tampak struktur lebih
dominan ferrite dibandingkan pearlite ataupun
martensite. Sedangkan pada spesimen tempering
450 C dan 650 C terlihat bahwa ukuran butir
dari struktur ferrite dan pearlite semakin besar.
Hal tersebut mengakibatkan nilai ketangguhan
sedikit meningkat serta sifat rapuhnya berkurang
sehingga spesimen menjadi lebih ulet.
4. Salah satu faktor sering terjadinya kerusakan
pada worm screw adalah aus, rompel dan patah
hal itu disebabkan karena pengunaan alat yang
tidak sesuai standar operasioanal prosedur
(SOP) yakni diantaranya pemberian beban yag
331
MAT - 09
ABSTRACT
Ti-50.7at.%Ni alloy is one of shape memory alloys which is widely used in many industrial applications such as orthopaedic
implant, arch wires, coupling etc. This is due to their excellent combination properties, namely good corrosion resistance,
biocompatibility and shape memory behaviour. The objective of this research is to determine effect of solution treatment on
microstructures and mechanical properties, in term of strength and hardness. Besides B2 austenite and B19' martensite
phase, microstructures of as-received material also consist of Ti-rich and Ti2Ni precipitate. The presence of equi-axed grains
instead of elongated grains with preferential direction indicated that as-received material had undergone annealing
treatment after cold rolling. However, the peak broadening of B2 austenite in XRD spectrum, high tensile strength and
hardness and the absence of plateau region in the stress-strain curve of as-received material indicates that the dislocation
density in material is significantly high although annealing was performed. Solution treatment at 900oC for one hour changes
microstructures of material. B19' martensite observed in as-received material was disappeared substituted by single phase
B2 austenite. Strength of material significantly decrease from 1370 MPa in as-received material to 551 MPa in material
solution treated at 900oC. While hardness of material decreases from 316 Hv to 200Hv. Moreover, the plateau region
appears in stress-strain curve of solution treated material. Based on the results it is concluded that solution treatment at
900oC removed effect of cold working on the Ti-50.7at.%Ni.
Keyword : Shape Memory Alloy, Shape Memory Behaviour, Solution Treatment, Microstructures, Mechanical Properties
ABSTRAK
Ti-50.7at.%Ni alloy adalah paduan yang termasuk kepada shape memory alloy dan banyak digunakan dalam berbagai
aplikasi industri misalnya sebagai implant ortopedik, kawat gigi, kopling dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena paduan
ini memiliki kombinasi sifat yang baik, yaitu ketahanan korosi, biocompatibility, dan sifat shape memory. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh solution treatment pada mikrostruktur dan sifat mekanik dalam hal ini tegangan tarik
dan kekerasan material. Selain B2 austenit dan B19' martensit, struktur mikro material awal sebelum dilakukan perlakuan
panas juga mengandung presipitat kaya Ti dan Ti2Ni. Kehadiran butir equi-axed dan bukannya butir memanjang (elongated)
menurut arah tertentu menunjukkan bahwa material awal diterima dalam keadaan sudah mengalami perlakuan panas anil
setelah proses pengerolan. Tetapi, adanya pelebaran puncak fasa B2 austenit pada spectrum XRD, tingginya nilai kekuatan
tarik dan kekerasan, serta tidak terlihatnya daerah plateau (plateau region) pada kurva tegangan-regangan mengindikasikan
bahwa kerapatan dislokasi dalam material masih tinggi walaupun telah dilakukan anil. Solution treatment pada temperatur
900oC selama 1 jam menyebabkan struktur mikro material berubah. B19'Martensit yang terdapat pada material sebelum
mengalami perlakuan panas hilang digantikan oleh fasa tunggal B2 austenit. Kekuatan material turun drastis dari 1370
MPa pada material awal menjadi 551 MPa untuk material setelah solution treatment pada 900oC. Demikian juga nilai
kekerasan turun dari 316 Hv menjadi 200Hv. Selain itu, daerah plateau muncul pada kurva tegangan-regangan material
setelah mengalami solution treatment. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa solution treatment pada 900 oC
telah menghilangkan pengaruh pengerjaan dingin pada plat Ti-50.7at.%Ni alloy.
Kata Kunci : Shape Memory Alloy, Perilaku Shape Memory, Solution Treatment, Struktur Mikro, Sifat Mekanik
1.
PENDAHULUAN
332
MAT - 09
3.
hasil
lima
kali
penjejakan
B2(110)
B19'(111)
B19' 110
B2(211)
2-Theta
Gambar 1. Difraktogram
diberikan perlakuan panas.
Ti-50.7at.%Ni
sebelum
METODOLOGI PENELITIAN
B2(110)
7000
(a.u.).
(a.u.).
Intensitas
Intensitas
2.
nilai rata-rata
(indentation).
Intensitas (a.u.).
6000
5000
4000
B2(211)
3000
2000
1000
20
30
40
50
60
70
80
2-Theta
Gambar 2. Difraktogram Ti-50.7at.%Ni setelah
dilakukan perlakuan panas solution treatment pada
900oC.
333
MAT - 09
sesudah solution treatment, maka terlihat jelas
intensitas pada material setelah solution treatment
lebih tinggi. Dengan kata lain puncak B2(110) dan
B2(211) pada material awal (Gambar 1) lebih lebar
dibanding pada specimen setelah solution
treatment (Gambar 2). Menurut Cullity dan
Stock[13], pelebaran puncak (peak broadening)
dapat disebabkan oleh penghalusan kristal (crystal
refinement) dan pengaruh dari pengerjaan dingin.
Spektrum 1
Ti
Ni
At.%
92.49
7.51
Ti-rich
Spektrum 2
Ti
Ni
At%
67.04
32.96
Ti2Ni
a)
B19' martensit
Austenit
B2 Austenit
50 m
b)
B19' martensit
Austenit
B2 Austenit
10 m
334
MAT - 09
a)
B2 Austenit
B2 Austenit
100 m
b)
B2 Austenit
B2 Austenit
10 m
Gambar 5. Struktur mikro material setelah dilakukan
solution treatment pada 900oC a) mikroskop optik b)
FESEM.
2 m
At.%
Ti
86.60
Ni
13.40
Spektrum 1
Ti-rich
Ti
Ni
u=1370 MPa
Hardness = 316 Hv
At.%
69.47
30.53
Spektrum 2
Ti2Ni
Gambar 6. Hasil uji komposisi presipitat dengan
menggunakan EDS pada specimen setelah solution
treatment pada 900oC.
335
MAT - 09
karena menunjukkan terjadinya transformasi
austenit menjadi martensit selama deformasi, tidak
muncul pada kurva tegangan-regangan material
awal. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh
Mitwally & Farag[12] dan Lin & Wu[15]. Hilangnya
daerah plateau disebabkan karena proses
manufaktur yang dialami material yaitu proses
pengerjaan dingin. Menurut Lin & Wu[15], daerah
plateau akan sama sekali hilang dan tidak muncul
pada kurva tegangan-regangan material yang
mengalami lebih dari 10% pengerjaan dingin.
Sebagaimana diketahui bahwa pengerjaan
dingin menyebabkan kerapatan dislokasi dalam
material akan tinggi. Meskipun material telah
mengalami proses anil, tetapi dislokasi yang
dihasilkan dari proses pengerjaan dingin tidak dapat
sepenuhnya dihilangkan dari material. Dislokasi
akan membatasi pergerakan antar muka fasa
B2/B19' dan menghalangi terjadinya transformasi
austenit menjadi martensit selama deformasi. Itulah
sebabnya mengapa daerah plateau tidak muncul
pada kurva tegangan-regangan. Sebagai tambahan,
material
awal
sebelum
perlakuan
panas
memperlihatkan nilai kekuatan dan kekerasan yang
tinggi yaitu 1370 MPa dan 316 Hv. Ini
menunjukkan sifat mekanik material dipengaruhi
oleh adanya dislokasi.
Gambar 8 memperlihatkan kurva teganganregangan material yang telah mengalami solution
treatment pada 900oC.
IV
III
u=551 MPa
Hardness = 200 Hv
II
I
KESIMPULAN
336
MAT - 09
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
337
MAT-10
ABSTRAK
Berbagai pengembangan teknologi pengecoran telah dilakukan untuk memperoleh kualitas yang baik dari produk berbahan
komposit matriks aluminium, salah satunya adalah dengan proses squeeze casting. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
pengaruh dari tekanan terhadap karakteristik sifat mekanis berupa kekerasan dan ketangguhan serta kualitas coran berupa
shrinkage dan porositas dari komposit matriks Al9Zn6Mg3Si berpenguat Al2O3. Peleburan matriks aluminium dilakukan dalam
dapur krusibel pada temperatur 850C, kemudian dilakukan penambahan partikel penguat dengan proses stirring. Leburan
komposit selanjutnya dituang kedalam cetakan yang telah dipanaskan hingga temperatur 150C kemudian di squeeze dengan
variasi tekanan 0, 10 dan 20 MPa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh tekanan pada pengecoran squeeze dapat
meminimalisir timbulnya cacat void atau porositas serta merubah struktur mikro aluminium komposit menjadi berbentuk
globular sehingga mampu meningkatkan nilai kekerasan komposit matriks aluminium dari 48 HRB menjadi 72 HRB.
Kata Kunci : Squeeze Casting, Komposit Matriks Aluminium, Alumina, Void, Porositas
1.
PENDAHULUAN
2.
METODOLOGI
338
MAT-10
Proses squeeze casting pada komposit
dilakukan dengan variasi tekanan sebanyak tiga
variasi yakni 0, 10 dan 20 MPa. Pemberian tekanan
dilakukan di dalam cetakan pada kondisi semisolid
dari komposit. Cetakan sebelumnya dilakukan
preheating terlebih dahulu dengan temperatur 150
C. Komposit kemudian dilakukan karakterisasi sifat
mekanis berupa pengujian kekerasan dan impak
serta pengamatan struktur mikro dengan mikroskop
optik.
Kekerasan (HRB)
80
60
48.22
62.68
71.88
40
20
0
0
10
20
P (MPa)
Nilai Impak
(J/mm2)
3.
0.03
0.028
0.026
0.028
0.026
0.024
0.024
0.022
0
10
20
P (MPa)
339
MAT-10
4.
KESIMPULAN
340
MAT-10
REFERENSI
Butterworth
341
MAT-11
I. Pendahuluan
Dalam struktur besi tuang biasanya
85% dari kandungan karbon berbentuk
sebagai grafit. Besi tuang nodular (BTN)
yang mempunyai grafit berbentuk bulat,
kekuatan tariknya lebih tinggi dibandingkan
dengan besi tuang yang bergrafit serpih. Hal
tersebut disebabkan serpih-serpih grafit
mengalami pemusatan tegangan pada ujungujungnya bila suatu gaya bekerja tegak lurus
pada arah serpih.1) Sifat mekanik BTN
terutama ditentukan oleh matriksnya, oleh
karena itu BTN dapat diberi perlakuan panas
austemper untuk mendapatkan matriks yang
mempunyai sifat mekanik lebih baik. Hasil
proses perlakuan panas austemper yang
dilakukan terhadap BTN ini dikenal sebagai
austempered ductile iron (ADI). Penelitian
ini bertujuan menganalisis perubahan struktur
mikro pada besi tuang nodular akibat proses
perlakuan panas austemper untuk berbagai
temperatur dan waktu tahan. Batasan
penelitian ini adalah menganalisis perubahan
struktur mikro matriks pada besi tuang
nodular hasil pengecoran PT. Barata
Indonesia, Gresik, Jawa Timur yang
342
MAT-11
pada
kecepatan
solidifikasi
komposisi kimianya.
dan/atau
343
MAT-11
344
MAT-11
Daftar Pustaka
[1]. Surdia, Tata dan Kenji Chijiiwa. Teknik
Pengecoran Logam. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita, 1980.
[2]. ASM International (The Materials
Information Society). Heat Treating.
ASM Handbook, Vol. 4. USA, 1991.
[3]. QIT-Fer et Titane Inc. Ductile Iron Data
for Design Engineers. 1990.
[4]. Blackmore, P.A. & R.A. Harding. The
Effects
of
Metallurgical
Process
Variables on the Properties of
Austempered Ductile Iron. ASM Vol. 3,
No. 4. USA, 1984
[5]. Shea, M. M. & E. F. Ryntz.
Austempering Nodular Iron for Optimum
Toughness. AFS Transactions.
[6]. Moore, D. J., T. N. Rouns & K. B.
Rundman. Effect of Manganese on
Structure and Properties of Austempered
Ductile Iron: A Processing Window
Concept. AFS Transactions.
[7]. Tanaka, Yuichi & Hideko Kage.
Development and Application of
Austempered Spheroidal Graphite Cast
Iron. Materials Transactions Vol. 33, No.
6. 1992.
[8]. Darwish, N. & R. Elliott. Austempering
of Low Manganese Ductile Iron, Part 1
Processing Window. Materials Science
and Technology, July 1993.
[9]. Voort, George F. V. Metallography,
Principles, and Practice. USA: McGrawHill Book Company, 1984.
[10]. BCIRA (British Cast Iron Research
Association). Metallurgy and Production
of Grey and Ductile Iron. FOSECO.
345
MAT-12
Studi Pembuatan Film Tipis TiN pada Baja AISI-D2 dengan Proses PVD
Yunita Sari
Jurusan Teknik Mesin - Fakultas Teknik - Universitas Negeri Jakarta
yunitasari@unj.ac.id & yunitasariunj@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menghasilkan pelapisan titanium nitrida (TiN) pada perkakas potong untuk
memperbaiki sifat tribologi dengan meningkatkan ketahanan aus permukaan melalui peningkatan kekerasan
dan penurunan koefisien friksi. Dibandingkan dengan metode lain, pelapisan dengan proses physical vapor
deposition (PVD) khususnya dengan teknik sputtering memiliki keunggulan, antara lain dapat menghasilkan
ikatan yang kuat dan material yang dapat dideposisikan bisa sangat bervariasi misalnya logam atau
keramik. Pada penelitian ini teknik PVD yang digunakan adalah reactive dc diode unbalanced magnetron
sputtering menggunakan target Ti dan TiN dengan substrat baja perkakas pengerjaan dingin. Proses
deposisi dilakukan dalam ruang vakum bertekanan 0,1 Torr, temperatur substrat 450 oC, jarak targetsubstrat 20 mm, daya listrik 300 watt, dalam lingkungan gas argon dan nitrogen. Hasil karakterisasi pada
film tipis dengan analisis XRD tidak mengindikasikan terbentuknya lapisan TiN, namun pengujian XRF
menunjukkan adanya logam titanium pada permukaan specimen. Argumentasi tersebut didukung oleh hasil
analisis EDAX yang juga menunjukkan adanya unsure titanium dan nitrogen pada permukaan substrat.
Pengamatan metalografi dengan SEM pada potongan melintang tidak memberikan hasil yang memuaskan
karena diduga film tipis TiN yang terdeposisi tebalnya hanya sekitar beberapa puluh nanometer. Demikian
juga dengan hasil pengujian kekerasan mikro yang tidak menunjukkan peningkatan nilai kekerasan yang
signifikan.
Kata kunci: Film Tipis, TiN, PVD
I. Pendahuluan
Pelapisan (coating) titanium nitride (TiN)
pada perkakas potong (Cutting tools)
menghasilkan kekerasan dan ketahanan abrasi
yang tinggi, koefisien friksi yang rendah, dan
stabilitas termal yang tinggi, serta dapat
mencegah terjadinya keausan adhesive yang
sering disebut fenomena galling. 1-4) Pelapisan
TiN untuk meningkatkan kinerja perkakas
potong telah banyak dilakukan, sebagai
contoh aplikasinya pada high-speed steel tools
oleh Bunshah dan Shabaik pada tahun 1975
menunjukkan peningkatan yang besar pada
umur perkakas potong tersebut.5)
Penelitian ini bersifat eksperimental,
menggunakan metode pelapisan reactive dc
diode unbalanced magnetron sputtering di
Laboratorium FISMATEL, Jurusan Fisika,
ITB, dengan menggunakan target senyawa
TiN dengan kemurnian 99% dari hasil proses
346
MAT-12
= arus listrik
p = tekanan gas
d = jarak anoda-katoda
Dengan menggunakan medan magnet pada
proses diode sputtering efisiensi ionisasi dapat
ditingkatkan. Medan magnet diaplikasikan
paralel dengan permukaan katoda sehingga
membentuk electron traps yang akan
mengarahkan gerak elektron seperti yang
terlihat pada Gambar 2 berikut ini:6)
MA =
347
MAT-12
a. Pertumbuhan
lapisan
per
lapisan
(mekanisme Frank-Van der Merwe)
b. Nukleasi tiga dimensi, pembentukan,
pertumbuhan, dan penggabungan pulaupulau (mekanisme Volmer-Weber)
c. Adsorpsi lapisan tunggal dan nukleasi
selanjutnya pada bagian atas lapisan
(mekanisme Stranski-Krastanov)
(b)
Gambar 4. Pola difraksi hasil pelapisan:
(a) Target TiN, (b) Target Ti
(a)
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015
348
MAT-12
Daftar Pustaka
[1]. R. M. Souto & H. Alanyali. 2000.
Electrochemical Characteristics of Steel
Coated with TiN and TiAlN. Corrosion
Science. 42: 2201-2211.
[2]. Cutting Tools Engineering Magazine.
Michael Weiner. Volume 51, Number 1.
Feb. 1999. 1-6. Coating Move Forward.
[3]. M. Sokovic & M. Bahor. 1998. On The
Inter-Relationships of Some Machinability
Parameters in Finish Machining with
Cermet TiN (PVD) Coated Tools. Journal
of Materials Processing Technology. 78:
163-170.
[4]. E. O. Ezugwu & C. I. Okeke. 2001. Tool
life and wear mechanisms of TiN coated
tools in an intermittent cutting operation.
Journal
of
Materials
Processing
Technology. 116(1): 10-15.
[5]. ASM Handbook Vol. 18. 1992. 840-849.
Friction,
Lubrication,
and
Wear
Technology. ASM International, USA.
[6]. ASM Handbook Vol. 5. 1994. 574-580.
Surface Engineering. ASM Int., USA.
[7]. ASM Metals Handbook Volume 13. 1987.
456-458. Corrosion. Ninth Edition. ASM
International, USA.
[8]. Smith , Donald L. 1995. 1-584. Thin-Film
Deposition. McGraw-Hill, Inc., USA.
[9]. Department of Trade and Industry. 110122. Wear Resistant Surfaces in
349
MAT-12
350
MAT-13
Abstrak
Selongsong munisi merupakan salah satu komponen dari sebuah munisi untuk senjata api. Komponen ini memiliki
peranan yang sangat penting dalam sebuah konstruksi munisi, karena proses ledakan mesiu yang merupakan sumber energi
utama untuk laju proyektil terjadi didalamnya. Selongsong memiliki ketebalan dinding yang berbeda pada setiap bagiannya.
Ketebalan tertinggi ada pada bagian kepala (head) dan cenderung menipis sehingga pada bagian leher (neck) mencapai
ketebalan antara 0.5-1.0 mm. Ketebalan yang berbeda pada setiap bagian menunjukkan tingkat deformasi yang berbeda.
Pada penelitian ini dilakukan observasi karakteristik selongsong munisi kaliber 9, 5.56, dan 7.62 , termasuk analisis untuk
mengetahui mekanisme deformasi yang terjadi pada material.
Proses penelitian dilakukan dengan melakukan pengujian pada selongsong munisi sebelum dan sesudah ditembakkan.
Karakterisasi difokuskan pada bagian head dan body. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian komposisi kimia
menggunakan Optical Emission Spectroscopy, pengamatan struktur mikro menggunakan mikroskop optik dan Scanning
Electron Mikroskop (SEM) serta pengujian kekerasan menggunakan metode Vickers Mikro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi kimia material selongsong munisi kaliber 9, 5.56dan 7.62 mm berada
pada kisaran 71-72.2 %wt Cu; 27.1-28.7 %wt Zn; 0.17-0.23 %wt Bi dan 0.026-0.035 %wt Co. Struktur mikro bagian head
pada ketiga jenis kaliber memiliki ukuran butir yang lebih besar dengan bentuk butir yang pipih memanjang, jika
dibandingkan pada bagian body yang berbentuk equiaxed. Penampakan twin boundary pada struktur mikro bagian head
351
MAT-13
menandakan pada bagian ini terjadi mekanisme deformasi dengan twinning. Struktur mikro dan kekerasan selongsong
munisi pada ketiga jenis kaliber sebelum dan sesudah ditembakkan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, hal ini
menandakan bahwa temperatur yang ditimbulkan oleh ledakan mesiu tidak mencapai temperatur rekristalisasi material.
Kata Kunci : Selongsong munisi, mekanisme deformasi, twinning, twinn boundary.
1.
Pendahuluan
352
MAT-13
Body
Metode penelitian
Pb
Sn
Mn
Co
Bi
Cu
9 mm
28
0.005
0.005
0.003
0.002
0.033
0.18
71.7
5.56 mm
28.2
0.005
0.005
0.003
0.002
0.028
0.197
71.5
7.62 mm
28.7
0.005
0.005
0.003
0.002
0.035
0.173
71
353
MAT-13
selongsong peluru
ditembakkan.
sebelum
dan
sesudah
Body
354
MAT-13
200
1
2
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
9
5,56
7,62
Posisi
Zn
Pb
Sn
Mn
Co
Bi
Cu
Fasa
23.42
1.8
1.4
1.82
0.8
63.25
brass
22.15
1.59
0.96
1.41
0.49
0.47
62.14
brass
24.03
2.52
1.62
1.09
0.6
62.62
brass
25.31
0.77
0.63
0.62
0.59
0.76
0.29
64.34
brass
355
MAT-13
4.
Kesimpulan
REFERENSI
Boljanovic, V., Sheet Metal Forming Processes and
Die Design, 2004, Industrial Press Inc., 200
Madison Avenue, New York.
Campbell, J., Casting, 1991, ButterworthHeinemann, Linacre House, Jordan Hill,
Oxford OX2 8DP.
Feng, C., Clark, S., Malfunction And Failure
Analysis Investigations Of C26000 (Cu30% Zn) Brass Cartridge Cases, Mat.
Characterization, 1994, pp. 15-23.
Gashi, B., Edwards, M.R., Sermon, P.A., Courtney,
L., Harrison, D., Xu. Y., Measurement of 9
mm Cartridge Case External Temperature
and Its Forensic Application, Forensic
Science International xxx (2010) xxx-xxx.
Hajizadeh, K., Tajally, M., Emadoddin, E.,
Borhani, E., Study of texture, anisotropy
356
MAT-14
357
MAT-14
I.
Pendahuluan
Alumina merupakan keramik yang banyak
digunakan untuk produk mekanik dan elektronik
karena memilki sifat mekanis dan elektronik yang
luar biasa.Saat ini, penggunaan alumina lebih
sering digabungkan dengan material lain untuk
mendapatkan nilai ketangguhan dan keandalan
yang lebih baik[1], yang dikenal sebagai ,yang
dikenalsebagaikomposit keramik. Proses fabrikasi
komposit keramik biasanya dilakukan dengan
menggunakan teknik pemrosesan serbuk. Namun,
jika dibandingkan dengan keramik monolitik,
temperatur sintering komposit keramik cenderung
lebih tinggi karena komposit keramik terdiri dari
berbagai material keramik. Oleh karena itu, perlu
ditambahkan sejumlah kecil material aditif untuk
membantu densifikasi lebih cepat sehingga
temperatur sintering dapat menjadi lebih rendah.
Pada penelitian-penelitian terdahulu, studi
mengenai pengaruh aditif terhadap sintering
menunjukkan bahwa kemampuan sintering, struktur
mikro, dan sifat mekanis alumina tergantung pada
material aditif yang digunakan, seperti MgO, TiO2,
Y2O3, dan Li2O3[2]. Material aditif MgO dan Y2O3
dapat menghambat pertumbuhan butir pada partikel
alumina yang kasar. Sedangkan material aditif TiO2
dan MnO dapat meningkatkan laju sintering dan
laju pertumbuhan butir alumina [3]. Meskipun
demikian, penelitian mengenai tentang pengaruh
pengaruh aditif terhadap komposit keramik masih
sangat sedikit. Oleh karena itu, penelitian ini
berfokus untuk pengaruh jumlah kandungan
material aditif yang ditambahkan terhadap
komposit keramik.
Komposit keramik yang digunakan pada
penelitian ini ialah alumina dengan silikon karbida
(SiC) dan zirkonia (ZrO2). SiC dan ZrO2digunakan
sebagai material penguat, dimana keduanya dapat
mengurangi kegetasan alumina dan meningkatkan
ketangguhan patahnya. Sedangkan material aditif
yang digunakan adalah niobium pentoksida
(Nb2O5) atau niobia. Niobia dipilih karena dapat
nurunkanmenurunkantemperatur sintering sebesar
100-150 C dalam waktu yang relatif singkat (2-4
jam)[4]. Penambahan aditif tersebut diharapkan
dapat meningkatkan efisiensi pemrosesan komposit
keramik, dimana dengan penggunaan energi yang
sama akan dihasilkan sifat fisik dan mekanik
komposit keramik yang lebih baik.
II.
Metode Penelitian
Pada penelitian ini digunakan material
Al2O3, SiC, ZrO2, dan Nb2O5 dalam bentuk serbuk
358
MAT-14
Gambar 1. Pola difraksiXRD komposit keramik Al2O310SiC-5ZrO2 dengan penambahan niobia 2, 4 dan 6 %
berat.
359
MAT-14
Tabel 2. Pengaruh penambahan niobia terhadap densifikasi, porositas dan kekuatan tekuk komposit
keramik Al2O3-10SiC-5ZrO2
360
MAT-14
3.
Gambar 4. Kondisi sampel komposit keramik Al2O3-SiCZrO2 sebelum diuji tekuk dengan penambahan 2%, (b) 4
%,dan (c) 6 % berat niobia
361
MAT-15
Abstrak
Permasalahan dilapangan sering sekali terjadi retak bahkan patah pada pelek mobil khususnya produk lokal, berdasarkan
hasil survai awal lapangan dan ini membuktikan bahwa retak maupun patah secara umum terjadi pada daerah batang pelek
tersebut, namun perlu juga diketahui bahwa properties dan ketangguhan pelek produksi lokal ini masih perlu pengkajian
yang lebih dalam lagi. Benturan-benturan yang keras dengan kecepatan yang tinggi dapat mengakibatkan kegagalan pada
pelek tersebut, hal ini ditandai dengan adanya pemadatan struktur pada daerah batang pelek. Oleh karena itu perlu
dilakukan serangkaian pengujian impak terhadap material AA2024-T3 sebagai salah satu bahan pada pelek mobil yang
telah mengalami fatik guna mengetahui seberapa besar penurunan kekuatan impak yang terjadi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Metode Split Hopkinson Pressure Bar. Dari hasil uji kekuatan tarik impak non-fatigue sebesar
482,32 MPa dan untuk pre-fatigued sebesar 312,61 MPa, sehingga dapat diketahui persentase penurunan kekuatan tarik
impak yang terjadi akibat fatik adalah sebesar 35.19%. Batas ketangguhan fatik (endurance limit) AA2024-T3 berada pada
amplitudo tegangan sebesar 143 MPa, dimana endurance limit-nya lebih kecil atau sama dengan setengah kali Ultimate
Tensile Strength-nya (Se0.5 Sut). Dari hasil penelitian dapat diinformasikan bahwa konsentrasi tegangan terjadi pada
daerah batang pelek dan kerusakan/kegagalan pelek mobil lebih didominasi oleh tegangan tekan namun tidak menutup
kemungkinan bahwa tegangan tarik dinamik sangat berpengaruh terhadap kegagalan komponen struktur pelek mobil.
Redesain dimensi dan geometrik pelek mobil yang disesuaikan dengan sifat mekanik material dapat mengurangi dampak
beban impak (dinamik) yang dialami oleh komponen struktur.
Kata-kata kunci: Impak Dinamik, AA2024-T3, MSC-Nastran-Pelek mobil
362
MAT-15
1.
PENDAHULUAN
Salah satu komponen struktur yang sering
mengalami kegagalan adalah pelek mobil, pelek
mobil produk lokalan yang dijadikan objek
penelitian tidaklah seragam komposisinya satu
dengan yang alinnya (tidak standar). Salah satu
standar bahan pelek mobil ialah aluminium alloys
(A365 atau AA2024-T3). Ketika pelek mobil yang
telah mengalami fatik, kekuatan tariknya akan
menurun, selanjutnya muncul retak dan akhirnya
terjadi perpatahan. Retak yang timbul ini disebut
juga retak fatik. Sejauh ini, penelitian tentang
pertumbuhan retak fatik dengan beban impak telah
banyak dilakukan sejak 20 tahun yang lalu.
Pertumbuhan retak fatik akibat beban impak telah
menjadi aspek penting dalam kajian fatik pada
logam karena adanya kemungkinan terjadi
percepatan laju pertumbuhan retak (Tanaka, etl.,
1989).
Pembebanan yang berfluktuasi secara terus
menerus terhadap pelek mobil telah mengakibatkan
terjadinya fatik. Hal ini membawa dampak yang
buruk bagi material, yaitu terjadinya penurunan
sifat-sifat mekanis dan terjadinya retak fatik yang
tidak diinginkan. Sehingga bila komponen tersebut
menerima beban impak (laju regangan tinggi), maka
dikhawatirkan akan terjadi perpatahan pada daerah
retak fatik tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan
serangkaian pengujian impak terhadap material
pelek mobil yang telah mengalami fatik guna
mengetahui seberapa besar penurunan kekuatan
impak yang terjadi. Apakah penurunan kekuatan
impak yang terjadi cukup signifikan atau tidak dan
selanjutnya redesain dimensi dan geometrik pelek
yang tangguh terhadap beban impak dinamik.
Menjawab permasalahan tersebut di atas, maka
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Metode Split Hopkinson Pressure Bar. Sebuah
metode yang telah dibangun oleh Hopkinson sejak
tahun 1914 yang merupakan metode pertama yang
digunakan untuk mengukur tegangan impulsif
sesaat.
Pengujian ini menggunakan sebuah spesimen
silindris yang kecil ditempatkan di antara batang
input dan batang insiden. Sebuah gelombang tekan
dibangkitkan oleh pukulan impak dan menjalar
melalui batang input dan masuk ke dalam spesimen,
kemudian masuk ke batang insiden. Ketika
gelombang tekan mencapai daerah ujung bebas,
gelombang tersebut akan berbalik melewati batang
sebagai gelombang tarik. Sementara itu, untuk
mentransfer gelombang tarik melalui spesimen ke
dalam batang kedua, maka pada kedua ujung
spesimen dibuat sambungan ulir (mechanical joint).
Menggunakan
persamaan-persamaan
penjalaran gelombang elastik satu dimensi di dalam
batang dan perekam sinyal dari strain gage pada
kedua batang, maka dapat ditentukan waktu dari
kedua gaya dan regangan yang terjadi. Dengan
363
MAT-15
Impak
Salah satu metode pengukuran kekuatan impak
yang paling populer saat ini yaitu metode Split
Hopkinson Pressure Bar, yang menggunakan batang
elastis panjang untuk mempelajari tegangan tekan
yang dihasilkan oleh impak sebuah peluru atau
letupan bahan peledak. Pada alat ini, Hopkinson
menyimpulkan bahwa selama batang tekan bersifat
elastis, perpindahan pada batang tekan berhubungan
secara langsung dengan tegangan, dan bahwa
panjang gelombang tegangan dalam batang
berhubungan dengan waktu impak.
Gelombang tegangan adalah gelombang
mekanis, yaitu gelombang yang memerlukan suatu
media untuk dapat mentransmisikannya. Kecepatan
rambat sebuah gelombang sangat ditentukan oleh
sifat-sifat media yang dilaluinya.
Dari teori propagasi gelombang elastis satu
dimensi diketahui (Lindholm, U.S., 1964):
t
u c0 dt '
(1)
2 As
2 As
A
s
3.
METODE
Material yang digunakan pada penelitian ini
adalah AA2024-T3 yang berbentuk round bar.
Dimensi dan geometri spesimen uji fatik
diperlihatkan pada Gambar 1. Spesimen uji impak
Gambar 2.
u 2 c0 t dt '
(3)
Gambar 2. Dimensi dan geometrik spesimen uji impak
2c0 t
r dt '
l 0 0
(6)
Uji fatik
Sebagai bahan panduan dalam melaksanakan
uji fatik ini, digunakan standar ASTM E 46696.
Standar ini hanya untuk uji fatik beban aksial
dengan amplitudo konstan dan fungsi beban secara
periodik pada temperatur ruangan. Dalam ASTM
E466-96 ini telah diatur mengenai keutamaan dan
penggunaan uji fatik beban aksial, perencanaan
bentuk spesimen, persiapan spesimen, karakteristik
alat, prosedur pengujian, pelaksanaan pengujian dan
laporan hasil uji. Dalam pengujian fatik ini, alat
yang akan digunakan adalah Shimadzu Servopulser
Testing Machine.
Penyajian kekuatan fatik pada beban amplitido
konstan diberikan dalam kurva logaritmis S-N.
Dimana S adalah tegangan dan N adalah jumlah
siklus hingga sampai patah. Besaran-besaran
penting pada pembebanan amplitudo konstan adalah
Smax, Smin, Sa, dan Sm sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 3. Hubungan antar besaran-besaran tersebut
364
MAT-15
Sm
Su
So
500
(10)
454,33
450
400
(11)
350
Tegangan (MPa)
Su S m S a
(12)
(13)
322,68
300
250
200
150
100
50
0
0
0,5
1
Regangan (% )
1,5
Uji impak
Secara prinsip, peralatan ini terdiri dari sebuah
batang pemukul dan dua batang tekan Hopkinson
yang ditempatkan secara segaris di atas sebuah
balok kaku.
Spesimen diulirkan ke dalam batang input dan
batang insiden. Sebuah split shoulder atau collar
menyelubungi spesimen berulir hingga menjadikan
batang tekan mengikat ketat terhadap collar. Pulsa
gelombang tekan akan masuk melewati collar
meskipun tanpa spesimen, selanjutnya pulsa
gelombang tekan terus menjalar hingga mencapai
ujung bebas dari batang insiden. Di ujung ini,
gelombang tersebut direfleksikan dan menjalar balik
dalam bentuk pulsa tegangan tarik () dan melewati
strain gage. Pulsa gelombang tarik sebahagian
ditransmisikan melalui spesimen dan sebahagian
lagi dibalikkan ke batang insiden. Perlu dicatat
bahwa collar yang telah menyalurkan tegangan
tekan melewati sekeliling spesimen tidak mampu
menerima dan menyalurkan gelombang tarik karena
collar tersebut tidak memiliki ikatan kuat dengan
batang-batang tersebut.
4. HASIL
Uji verifikasi
Grafik hasil uji tarik statik terhadap spesimen
uji impak dan spesimen ASTM E466, ditampilkan
pada Gambar 4. Dari grafik ini dapat diperoleh
informasi bahwa utimate tensile stress dari
aluminium paduan memiliki harga sebesar 454,33
500
Sut=454,33
400
Uji fatik
Dari hasil pengujian dapat ditarik sebuah kurva
S-N sebagaimana ditampilkan pada Gambar 5,
dimana endurance limit yang diperoleh berada pada
amplitudo tegangan 143 MPa. Pada titik ini
spesimen telah dibebani dengan siklus lebih dari 10 7
dan tidak mengalami perpatahan. Pada titik inilah
aluminium paduan bahan pelek mobil produk
lokalan memiliki usia pakai (life time) yang
maksimal.
300
200
Se=143
100
0
102
103
104
105
106
107
108
Siklus
Uji impak
Kurva incident stress yang ditampilkan pada
Gambar 6 merupakan bentuk suatu kurva dari
spesimen yang sudah mengalami perpatahan.
Spesimen ini adalah spesimen yang tidak diberikan
beban fatik. Dari kurva tersebut dapat dibaca bahwa
tegangan maksimum yang masuk ke dalam
spesimen adalah sebesar 482,32 MPa.
Untuk spesimen yang telah dibebani fatik,
bentuk kurva tegangan insiden yang dihasilkan
dapat dilihat pada Gambar 7. Pada tekanan 0.4 bar
dengan jarak impak yang lebih rendah spesimen
mengalami patah, yaitu pada jarak impak sebesar
365
MAT-15
600
Tegangan (MPa)
600
482,32
500
482,32
500
400
300
200
400
100
300
0
0
200
0,5
1
Regangan (%)
1,5
100
0
1050
1150
1200
1250
1300
Waktu (ms)
600
500
Tegangan (MPa)
600
312,61
300
200
100
500
Tegangan Insiden (MPa)
400
400
312,61
0,5
1,5
Ragangan (%)
300
200
100
0
1050
1100
1150
1200
1250
1300
Waktu (ms)
Simulasi MSC-NASTRAN
Sebelum menganalisa konsentrasi tegangan
menggunakan simulasi MSC-NASTRAN, maka
pemodelan pelek mobil sesuai data dilapangan perlu
dilakukan menggunakan perangkat lunak Solidwork
(Gambar 10)
5. DISKUSI
Hasil uji fatik
Kurva S-N yang ditampilkan pada Gambar 5
menginformasikan endurance limit sebesar 380
MPa. Bila kita bandingkan hasil uji fatik ini dengan
hasil uji tarik statik sebagaimana ditampilkan pada
Gambar 4, dapat diketahui suatu hubungan antara
ultimate tensile strength (Sut) dengan endurance
limit (Se) sesuai dengan pernyataan Chao, Y.J., etl.,
(2001). Sebagaimana menurut Bannantine, Julie A.,
(1990) bahwa Se ekivalen dengan setengah kali Sut.
Dengan kata lain endurance limit 143 MPa adalah
366
MAT-15
483,9
Tegangan (MPa)
600
500
482,32
400
312,61
300
6.
200
Non-Fatique
Pre-Fatique
100
Statik
0
0
0,5
1
Regangan (%)
1,5
KESIMPULAN
Dari hasil dan diskusi yang telah diuraikan di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penurunan
kekuatan tarik impak yang terjadi akibat fatik adalah
sebesar
35.19%,
menunjukkan
bahwasanya
kekuatan tarik impak sangat dipengaruhi oleh
homogenitas struktur, tegangan dalam (sisa) pada
komponen. Batas ketangguhan fatik (endurance
limit) AA2024-T3 berada pada amplitudo tegangan
sebesar 143 MPa, dimana endurance limit-nya lebih
kecil atau sama dengan setengah kali Ultimate
367
MAT-15
7.
8.
DAFTAR PUSTAKA
368
MAT-16
Latar Belakang
Dengan semakin banyaknya pelanggan
yang menggunakan telefon genggam, maka
layanan purna jual menjadi lahan yang menarik.
Salah satunya adalah penyedia suku cadang
batere untuk telefon genggam yang saat ini
tersedia dengan beragam harga untuk satu
macam telefon genggam. Ragam harga tentu
memiliki konsekuensi pada ragam kualitas yang
berdampak pada kapasitas batere maupun umur
pakai batere. Batere yang paling mahal bisa di
pakai dengan jumlah jam pemakaian yang
paling panjang, begitu sebaliknya.Demikian
juga umur pakainya, yang paling mahal
memiliki umur pakai yang paling panjang, dan
sebaliknya.
Dalam hal pertimbangan terhadap daya
tahan batere menjadi salah satu kriterianya, soal
batere terdapat empat jenis batere berdasar
komposisi
maupun
sifat-sifatnya,berikut
rincianya:
1. NICD
Batere jenis ini merupakan generasi
pertama. Berkapasitas besar, batere ini cocok
untuk ponsel lama yang bertenaga besar. Sesuai
dengan ukuran dan kapasitasnya, proses
pengisian ulangnya pun cukup merepotkan.
Misalnya, pengisian ulang harus di lakukan
pada saat dayanya benar benar habis.
Karena batere NICD memiliki memori
effect, semakin lama kapasitasnya akan
menurun jika pengisian belum kosong benar.
2. NIMH (Nickel Metal Hydride)
Generasi selanjutnya adalah NIMH.
Batere isi ulang ini masih memiliki memory
369
MAT-16
PEMBAHASAN
Analisa Kadar Karbon.
Dalam pemakaian handphone, keawetan batere
banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor
misalnya: konfigurasi produk handphone dan
feature featurenya, konfigurasi bahan pembuat
batere handphone, aplikasi dan beban
pemakaian batere, power management serta
intensitas penggunaan fature-feature handphone
disamping pemakaian percakapan memalui
telephone. Di lain pihak, dalam mencoba
memenuhi keinginan konsumen, Produsen
handphone juga menginginkan kualitas
handphone yang sesuai dengan harapan. Awet
pemakaian, awet kualitas serta bentuk tampilan
yang diminati oleh konsumen. Hal ini
370
MAT-16
Keterangan
tipe NMC
tipe NMC
handphone yang
Baterai Xb
kondisi
bagus
C (carbon)
O (Oksigen)
F (flour)
Al
(almunium)
P
Mn
(Mangan)
Co (Cobalt)
Ni (Natrium)
Baterai
X2
kondisi tidak
bagus
C (carbon)
O (Oksigen)
F (flour)
Al
(almunium)
P
Mn (Mangan)
Co (Cobalt)
Ni (Natrium)
tipe NMC
tipe NMC
371
MAT-16
372
MAT-16
[2]
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji SEM kandungan batere
untuk handphoe tipe XX merk YY dalam
kondisi bagus dan kondisi tidak bagus memiliki
beberapa perbedaan dalam hal kandungan
karbon (C), Oksigen (O), (F) serta massa
masing masing kandungan. Rata rata
kandungan elemen C, O, F batere yang
kondisinya tidak bagus lebih sedikit
dibandingkan dengan kondisi yang laik pakai
atau dalam kondisi yang bagus. Massa elemen
C, O, F antara batere dengan kondisi bagus
memiliki jumlah massa yang lebih besar
disbanding dengan kondisi batere yang tidak
bagus. Hal ini disebabkan adanya daur isi ulang
pemakaian batere dan timbulnya kalor setiap
penggunaan.
http://wahw33d.blogspot.com/2
012/04/indonesia-masuk-no4penggunahp.html.....diunduh21des2012
[3]
www.tnt.com/express/in_id/site/home/..
./lithium_cells_and.html .....12 juli
2013
[4]
http://id.wikipedia.org/wiki/Baterai_ion_litiu
....diunduh 23 junli 2013
Saran
Perlunya penelitian lanjutan untuk mengetahui
hubungan kadar karbon terhadap energy yang
mampu tersimpan dalam batere handphone.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
http://www.teknojurnal.com/20
12/01/18/jumlah-pelanggan-seluler-diindonesia-hampir-mendekati-jumlahpendudukindonesia/.....diunduh21des2012
373
MI-01
1.
PENDAHULUAN
2.
TINJAUAN PUSTAKA
374
MI-01
sumber-sumber
produksi
sehingga
dapat
meningkatkan efisiensi dan produktifitas.
Menurut Sumamur (1996), keselamatan kerja
merupakan spesialisasi ilmu kesehatan beserta
prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial
dengan usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap
penyakit umum.
2.2 Kelelahan
Menurut Sumamur (1991), kelelahan adalah
suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh
menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga
dengan demikian terjadilah pemulihan. Kelelahan
harus dibedakan dari kejemuan, sekalipun kejemuan
adalah suatu faktor dari kelelahan. Jemu adalah
suatu keadaan bahwa
lingkungan kurang
memberikan rangsangan kepada tenaga kerja.
Kejemuan
terjadi
bila
pekerjaan
kurang
mendatangkan perhatian, motivasi terlalu sedikit,
pekerjaan tidak mensyaratkan keterampilan, dan
lingkungan kerja monoton. Pada kejemuan,
kegairahaan dan kesigapan mental akan segera
dibangkitkan apabila keadaan seperti terdapat pada
pekerjaan-pekerjaan yang irama kerjanya tidak
bebas tetapi ditentukan oleh mesin dan sebagainya.
Klasifikasi kelahan tersebut diatas didasarkan
sebagaian pada penyebabnya dan sebagaian lagi oleh
keanekaan gejalanya. Banyak yang menganggap
bahwa gejala tertentu pasti bertalian dengan
penyebab kelelahan tertentu. Pendapat ini bisa
dibenarkan, akan tetapi ada pula yang berpendapat
bahwa perasaan lelah itu diatur oleh mekanisme
yang berada didalam otak.
2.3 The Subjective Symptom Test (SST)
Metode The Subjective Symptom Test (SST)
merupakan pengukuran kelelahan secara subjektif.
Pertama kali dikeluarkan oleh Industrial Fatigue
Research Committee of Japanese Association of
Industrial Health (IFRC Jepang). Pengukuran ini
disosialisasikan dan dimuat dalam Prosiding
Symposium on Methodology of Fatigue Assesment
yang diadakan di kota Kyoto, Jepang pada tahun
1969 (Susetyo, 2008). Menurut Tarwaka (2009)
melalui artikelnya yang berudul kuesioner pengujian
kelelahan umum, bahwa pengukuran kelelahan
secara subyektif yang diadopsi dari IFRC Jepang ini,
lebih menilai kelelahan secara umum, yang
mencakup 30 gejala kelelahan umum yang terbagu
atas 3 kelompok kelelahan yang dialami pekerja,
yaitu pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, dan
pelemahan secara fisik.
Kuesioner SST terbagi menjadi 3 kategori, yaitu
pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, dan
kelelahan fisik. Sedangkan jawaban untuk kuesioner
3.
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Studi Literatur
Identifikasi
Maslalah
Perumusan
Masalah
Tujuan Penelitian
Penyebaran
Kuesioner The
Subjective
Symptom Test
Perhitungan Hasil
Kuesioner The
Subjective
Symptom Test
Pengumpulan
Data
Pengolahan
Data
Rekapitulasi Hasil
Kuesioner The
Subjective
Syymptom Test
375
MI-01
Analisis
5.
Kesimpulan
Selesai
4.
Nama
Shift
KESIMPULAN
1 Responden 1
2 Responden 2
19
20
21
60
3 Responden 3
17
23
18
58
4 Responden 4
23
19
22
64
5 Responden 5
22
20
24
66
6 Responden 6
18
19
27
64
7 Responden 7
21
20
20
61
8 Responden 8
19
15
15
49
9 Responden 9
16
20
22
58
10 Responden 10
14
12
10
36
11 Responden 11
20
20
21
61
12 Responden 12
21
21
16
58
13 Responden 13
19
20
20
59
14 Responden 14
14
14
13
41
15 Responden 15
21
28
22
71
16 Responden 16
22
21
23
66
17 Responden 17
23
20
21
64
18 Responden 18
22
22
20
64
19 Responden 19
20
21
22
63
20 Responden 20
15
17
15
47
21 Responden 21
21
19
21
61
22 Responden 22
19
21
21
6.
DAFTAR PUSTAKA
61
TOTAL
1303
RATA-RATA
59.23
376
MI-02
377
MI-02
1.
PENDAHULUAN
378
MI-02
METODE PENELITIAN
Pendahuluan
1. Observasi kondisi keseluruhan yang terjadi di
perusahaan
2. Brainstorming dengan owner perusahaan
tidak
2.1
Pendahuluan
Tahap pendahuluan penelitian ini, penulis
menentukan tempat yang akan dijadikan objek
penelitian. Objek penelitian tersebut kemudian
diobservasi untuk mengetahui lebih jauh beberapa
masalah yang sekiranya dapat dijadikan topik
penelitian. Proses yang dilakukan adalah
brainstorming dengan pemilik objek penelitian.
Data dari observasi dan brainstorming dengan
owner kemudian diproses menggunakan diagram
keterkaitan untuk menentukan masalah yang dapat
diselesaikan dan memberi dampak bagi perusahaan.
Dari diagram keterkaitan, ditemukan bahwa kendala
yang dihadapi adalah software ERP yang sudah
dibeli dengan maksud untuk meningkatkan efisiensi
kerja, belum dapat langsung digunakan karena
terdapat beberapa ketidaksesuaian dengan proses
bisnis yang berjalan.
2.2 Mapping Proses Bisnis
Penulis
kemudian
mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan
dengan memetakan proses bisnis yang berjalan.
Data yang dibutuhkan adalah alur kerja yang
berjalan di perusahaan dan aktivitas masing-masing
divisi yang diperoleh melalui observasi dan
interview langsung dengan karyawan perusahaan.
Data yang diperoleh kemudian dipetakan pada peta
proses bisnis, untuk melihat kondisi proses bisnis
yang sudah berjalan.
Sesuai?
ya
Pembahasan
Membahas keseluruhan data yang ada dan
merancang proses bisnis baru, atau strategi baru
yang sesuai
Selesai
379
MI-02
MAPPING PROSES BISNIS KANTOR
PUSAT FRANCHISE X
CUSTOMER
MARKETING
Menawarkan
7 paket dan
menjelaskan
sistem
franchise
Mencatat
data
customer
(nama, kota,
paket yang
diminati)
ADMINIST.
PO Receivable
Mengupdate data
mitra di database
JOKER
Data Mitra
tidak
ya
Menjalin
komunikasi
secara rutin
(diprospek)
Membayar
DP (50%)
atau lunas
Bukti Pembayaran
GUDANG
Laporan Ketersediaan
Stok
SUPPLIER
MANAJER
PO Payable
Menawarkan
tepung dan
paperbag
Proses
pemenuhan
pesanan
Mengirim
pesanan
Update stok gudang
Mencatat
perputaran
uang
Mitra setuju?
Laporan Ketersediaan
Stok (2)
ya
Laporan Ketersediaan
Stok
Bukti Pelunasan
PO Receivable
Membuat MOU
sementara dan SOP
Membuat
PO
Mengupdate
data mitra
PO Receivable
Buku Mitra
CUSTOMER SERVICE
Cek Kabar
Mitra
ACCOUNTING
Membuat
Laporan
Keuangan
Bulanan
Membuat PO
PO Receivable (2)
Memproses
PO
ya
Tersedia?
PO Receivalble (3)
Neraca Keuangan
Menginforma
sikan kesiapan
barang +
meminta
pelunaasan
tidak
Membuat PO
Payable
(untuk
supplier)
Laporan Laba Rugi
Rasio Keuangan
PO Payable (2)
Neraca Keuangan
Melakukan
pelunasan
Bukti pelunasan
PO Payable
Menginforma
si gudang dan
admin
Rasio Keuangan
Membuat
MOU, cara
perawatan
loyang &
tepung,
kwitansi
Packing
Pesanan
mitra
Berkoordinasi
dengan
accounting
dan
marketing /
CS saat jasa
pengiriman
datang
MOU tetap
Cara perawatan
loyang & tepung
Kwitansi
Menginformasi
mitra,
barang /
pesanan
sudah dikirim
Menerima
barang /
pesanan
Mengeluhka
n masalah
yang dialami
selama
menjalani
franchise
Mengupdate
status order
Buku Update Order
Terkini
Membuat
gambar
untuk
promosi
JOKER
Melakukan
pembayaran
jasa
pengiriman /
Mencatat
hutang
Bukti pembayaran
pengiriman
Mengupload
gambar ke FB
dan twitter
JOKER
Buku Hutang
Menyimpan
arsip Tes
Lowongan
Masuk JOKER
Soal Tes Lowongan
Kerja + Data Pelamar
Bukti pembelian
perlengkapan
operasional
Menyiapkan
(membeli)
perlengkapan
operasional
Memberi
masukan
atau solusi
Bukti pembelian
perlengkapan
operasional
Menjaga
hubungan
terus hingga
masalah
teratasi
Mencatat di
buku kas
kecil
Membuat
Laporan
Harian
Laporan Harian
Laporan Harian
380
MI-02
2.3
No
1
Indikator
Data
customer
Data produk
381
MI-02
Proses
penerimaan
transaksi
(penjualan)
Proses
penerimaan
barang
masuk (stok)
Pencatatan
Kas Keluar
dan Kas
Masuk
382
MI-02
3.
Pembuatan
Laporan
Keuangan
Neraca Keuangan
Rasio Keuangan
Kas Besar
Kas Kecil
Pembuatan
Laporan
Ketersediaan
Barang
Cek No.
Tanggal
Nominal Uang
Memo
Tabel Alokasi Dana (Kode,
Nama Akun, Nilai)
Dilakukan oleh bagian
Accounting untuk dilaporkan
kepada Owner lewat menu:
1. Laporan Keuangan yang
meliputi:
Laporan Laba Rugi
Neraca Keuangan
Rasio Keuangan
Buku Besar
Jurnal Umum
2. Laporan Penjualan dan
Piutang yang meliputi:
Jurnal Penjualan
Rangkuman dan
Rincian Penjualan
Penjualan per
Pelanggan
3. Laporan Pembelian dan
Hutang yang meliputi:
Jurnal Pembelian
Rangkuman dan
Rincian Pembelian
Dilakukan oleh bagian
Gudang tiap bulan
menggunakan fitur Laporan
Barang. Beberapa fitur dari
software yang dapat
mengakomodir pembuatan
laporan ketersediaan barang
ini adalah:
PEMBAHASAN
Kondisi Perusahaan
Waralaba X sejak awal memang tidak
mempertimbangkan faktor-faktor penting yang
pengimplementasian ERP pada proses bisnis
mereka.Apa yang telah dilakukan oleh waralaba X
bertentangan dengan pendapat Parthasarathy (2007)
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan software ERP yaitu fungsi dari paket
software ERP, reputasi dari pengembang software,
kemampuan pengembang untuk menyediakan solusi
secara lengkap, biaya yang dibutuhkan, dan
pelayanan perawatan setelah pembelian dari pihak
pengembang software. Mengabaikan faktor-faktor
tersebut dapat menyebabkan kendala pada proses
pengimplementasian software ERP, lebih buruknya
lagi software yang sudah dibeli tidak digunakan
383
MI-02
MARKETING
Menawarkan 7
paket dan
menjelaskan
sistem franchise
Mencatat data
customer (nama,
kota, paket yang
diminati) dan
menawarkan
promo (jika ada)
ADMINIST.
ACCOUNTING
tidak
CUSTOMER SERVICE
Mencetak
Laporan
Ketersediaan Stok
(Laporan Barang)
Mengirim
pesanan
Mitra setuju?
ya
Membuat PO
(Invoice Penjualan)
Membuat PO
(Invoice Penjualan)
Data Transaksi
Data Transaksi
Menawarkan
tepung dan
paperbag
Bukti Pelunasan
Data Transaksi
ya
Bukti Pembayaran
MANAJER
Proses pemenuhan
pesanan
Konfirmasi jumlah stok riil
dengan software
(Stok Opname)
Data Transaksi
(Invoice Penjualan)
Menjalin
komunikasi secara
rutin (diprospek)
Membayar DP
(50%) atau lunas
SUPPLIER
PO Payable
Customer setuju?
GUDANG
Memproses
Pesanan
Data Transaksi
(Daftar Invoice Penjualan)
ya
Tersedia?
Laporan Laba Rugi
(Laporan Laba Rugi)
Neraca Keuangan
(Neraca Keuangan)
Menginformasikan
kesiapan barang +
meminta
pelunasan
tidak
Membuat dan mencetak PO
Payable
(Pembelian, Penerimaan
Barang)
Laporan Laba Rugi
Rasio Keuangan
(Rasio Keuangan)
PO Payable
Neraca Keuangan
Melakukan
pelunasan
Rasio Keuangan
Bukti pelunasan
Menginformasi
gudang dan admin
Packing Pesanan
mitra
MOU tetap
Update transaksi
(Pembayaran Piutang Usaha)
Berkoordinasi
dengan
accounting dan
marketing / CS
saat jasa
pengiriman
datang
Kwitansi
Menginformasi
mitra, barang /
pesanan sudah
dikirim
Menerima
barang /
pesanan
Pembayaran jasa
pengiriman lunas?
Membuat gambar
untuk promosi
JOKER
tidak
Mencatat hutang perusahaan
(Hutang Usaha)
Mengupload
gambar ke FB dan
twitter JOKER
Mengeluhkan
masalah yang
dialami selama
menjalani
franchise
Menyimpan arsip
Tes Lowongan
Masuk JOKER
Memberi
masukan atau
solusi
Menjaga
hubungan terus
hingga masalah
teratasi
Membuat
Laporan Harian
Laporan Harian
Laporan Harian
384
MI-02
4.
KESIMPULAN
REFERENSI
[1]. Ernita, Halida, Pengembangan Enterprise
Resource
Planning
untuk
Perusahaan
RitelMenggunakan
Model-View-Controller
Pattern,FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanA
lam, InstitutPertanian Bogor, (2008).
[2]. Hasyim, Arda Fatah dan Susilowati, Endah,
Implementasi Pencatatan Akuntansi pada
Franchise Bisnis Lokal, Diakses tanggal 4 Oktober
2014
dari
www.core.kmi.open.ac.uk/download/pdf/11221827.
pdf, (2009).
[3]. Oktawidya K, Ratih, Analisis Kelayakan
Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi,
(Skripsi), Program Studi Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor, (2008)
[4]. Parthasarathy, S, Enterprise Resource
Planning (ERP)-A Managerial and Technical
Perspective, pp. 35-48, New Age International (P)
Limited, (2007).
[5].
Widiyanti,
Shandra,
KesuksesandanKegagalanImplementasiEnterpris
e Resource Planning (ERP) pada Perusahaan
danContohStudiKasus,
(Disertasi),
Program
StudiPascasarjanaManajemendanBisnis,
InstitutPertanian Bogor, (2013).
385
MI-03
1.
PENDAHULUAN
2.1. Metodologi
386
MI-03
10000
(3)
Faktor kondisi kerja = jumlah poin/3
(4)
CTD Risk Index =
0.3
faktor frekuensi + faktor postur +
faktor gaya + 0.1 faktor kondisi
(5)
Jika nilai CTD risk index lebih dari 1 maka
resiko terpapar CTD cukup tinggi.
Gambar 1 Jenis-jenis deviasi tangan
2.2.2.
3.
387
MI-03
4.
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
388
MI-04
I.
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Ergonomi
389
MI-04
III.
PERMASALAHAN
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan
yang telah
dilakukan terhadap pekerjaan mengangkut OHP,
didapatkan bahwa pekerjaan tersebut memiliki
resiko cidera yang cukup berbahaya terutama pada
bagian leher, pundak dan punggung. Oleh karena
itu, untuk meminimalisir resiko cidera atau
kecelakaan kerja dapat dilengkapi suatu alat bantu
angkut pada pekerjaan tersebut atau dapat juga
dengan menurunkan bobot barang bawaan.
390
MI-04
REFERENSI
[1] Nurmianto, Eko. (2008).Konsep Dasar
Ergonomi dan Aplikasinya. Surabaya : Guna
Widya.
[2] Astuti, Rahmaniyah D. (2007).Analisis Postur
Kerja Manual Material Handling Menggunakan
Metode OWAS. Solo : Universitas Sebelas Maret.
391
MI-04
Lampiran
Trunk
Table A
Legs
Neck=1
Legs
Neck=2
Legs
Neck=3
Upper Arm
Table B
Wrist
Lower Arm=1
Wrist
Lower Arm=2
392
MI-04
Score A
Table C
Score B
10
11
12
10
11
12
10
11
12
10
11
12
10
11
11
12
10
10
11
12
12
10
10
11
12
12
10
11
11
12
12
10
10
11
12
12
12
10
10
10
11
12
12
12
10
10
11
11
12
12
12
12
11
10
11
11
12
12
12
12
12
10
11
11
12
12
12
12
393
MI-05
Abstrak
Proses produksi merupakan suatu bentuk kegiatan yang paling penting di dalam pelaksanaan proses
produksi dalam suatu perusahaan. Proses produksi yang berjalan dengan lancar dan baik akan memberikan keuntungan
yang diharapkan oleh perusahaan. Untuk menjaga agar proses produksi tersebut selalu dapat berjalan dengan baik
diperlukan metode pengendalian yang baik atas proses produksi tersebut. Salah satu cara peningkatan efisiensi fungsi
produksi adalah dengan melakukan penelitian kerja diantaranya dengan melakukan analisa metode kerja untuk
mendapatkan rancangan sistim kerja yang baik.
Metode penelitian ini mengghunakan metode survey dan metode komparatif, dengan disain penelitian analisa
keseimbangan lintasan. Metode dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian langsung dengan cara
pengukuran dan penyelidikan terhadap metode kerja sedangkan metode dan teknik pengolahan data adalah
menggunakan analisa keseimbangan lintasan produksi. Dan berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
keseimbangan lintasan produksi yang optimal adalah dengan menggelompokan 5(lima) kelompok stasiun kerja agar ada
peningkatan proses produksi.
Keywords: : Perancangan, Sistim kerja, proses produksi.
LATAR BELAKANG
Perusahaan pengolahan tepung kelapa dalam
upaya meningkatkan kualitas produk terhadap daya
saing produk, factor utamanya adalah pengendalian
produksi. Dengan tipe proses produksi yang terusmenerus, maka pengendalian produksi yang
digunakan adalah flow control, dimana dalam flow
control harus diperhatikan adanya line balancing
atau keseimbangan lintasan.
Proses produksi pembuatan tepung kelapa
yang berlangsung di PT Tri Mustika Coco Minaesa
Teep, di dapati bahwa ada ketidak seimbangan
kegiatan proses dan pekerja sehingga menyebabkan
waktu tunggu meningkat, dan adanya kuantitas
produk yang tidak menetap. Kuantitas produk ini
berhubungan dengan bahan baku kelapa. Bahan
baku kelapa ini diperoleh dari petani kelapa. Petani
kelapa menjual hasil produksi ada dua macam yaitu
kelapa olahan atau kopra dan kelapa buah.Kalau
harga kopra meningkat maka petanai menjual kopra
dan begitu sebaliknya.Sehingga mempengaruhi
aktivitas perusahaan yang khususnya memproduksi
tepung kelapa.
Perancangan sistim kerja adalah suatu sistim
dimana
komponen-komponen
kerja seperti
(operator), mesin atau fasilitas kerja yang lainnya,
material dan lingkungan kerja akan berintegrasi
bersama-sam untuk menghasilkan output kerja yang
maksimal (Wingnjosoebroto S., 2006, Pengantar
Teknik dan Manajemen Industri). Hal ini dapat
dilihat pada gambar 1.
Dari gambar 1 dapat dijelaskan bahwa di
dalam telaah/analisis metode maka ada 4 (empat)
Sistem Kerja
Pekerja:
- Material
- Mesin dan
Peralatan
- Lingkungan
Fisik Kerja
Beberapa
Alternatif
Sistim
Kerja
Pemilihan
Alternatif
Sistem
Kerja
Terbaik
- Efektif
- Efisien
394
MI-05
Menurut
Wingnjosoebroto
S.,
2008,
Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, mengatakan
bahwa kemajuan teknologi secara konkrit
membawa perubahan terhadap rancangan kerja (job
design) dari yang bersifat manual menjadi mekanis
(semi automatic) ataupun otomatis penuh (fullautomatic. Hal ini dilakukan dengan jalan dengan
mesin baik sebagi sumber energy maupun kendali
kerja.
Sekalipun
demikian,
baik
dalam
manufacturing maupun jasa pelayanan (service)
peran manusia masih juga lebih diandalkan sebagai
komponen kerja dalam proses produksi.
Dalam langkah perancangan suatu system
kerja produksi, maka salah satu tugas pokok yang
harus dilaksankan adalah menetapkan secara rinci
dan spesifik langkah-langkah operasi dalam proses
transformasi input menjadi finished goods output
yang dikehendaki. Masing-masing langkah operasi
yang diperlukan bias dilaksanakan oleh manusia
dan mesin yang lazim dikenal sebagai sitem
manusia mesin (man-machine system).
Perencanaan kerja (work design) bertujuan
untuk menentukan metode terbaik dalam
melaksanakan
operasi-operasi
kerja
yang
diperlukan dalam proses produksi. Langkah
perencanaan kerja pada hakikatnya merupakan
tahapan palingk kritis pada saat perancangan sistem
produksi yang baru.
Keseimbangan merupakan persoalan pokok
dalam perencanaan hasil produksi, baik sifat
produksi continuous maupun yang bersifat
assembly, jadi setiap perusahaan baik yang
berbentuk fabricating maupun assembly selalu akan
diperhadapkan pada masalah keseimbangan arus
produksi masing-masing tingkat proses (Harsono ,
1984, Manajemen Pabrik). Dan menurut
Reksohadiprojo (1995), Manajemen Produksi dan
Operasi mengatakan bahwa keseimbangan lintasan
produksi adalah pengalokasian kegiatan kerja yang
berurutan.Tujuan dari line balancing adalah
menghidarkan adanya idle time dari suatu proses ke
tingkat
proses
lainnya,
dengan
jalan
mengefektifkan mesin-mesin yang ada serta
START
METODOLOGI
Perancangan sistim kerja pada proses
pembuatan tepung kelapadilakukan dengan
menggunakan dua metode yaitu pertama, survey ke
lokasi yaitu PT Tri Mustika Coco Minaesa Teep,:
keduapengamatan langsung dilapangan melalui
pengukuran-pengukuran.Sedangkan
disain
penelitian
adalah
mengunakan
analisa
keseimbangan lintasan.
Metode penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Survey
TART
Study Pustaka
Pengukuran :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pengupasan
Tempurung Kelapa
Pengupasan kulit ari
Pencucian
Penortiran
Sterilisasi
Penggilingan
Pengeringan tepung
kelapa
Pemisahan potongan
tepung
Penimbangan dan
pengepakan
Data
No
Yes
Analisis Data:
1. Analisis waktu baku
2. Analisis keseimbangan
lintasan produksi
Penerapan
STOP
Gambar 2. Skema Kegiatan Penelitian
395
MI-05
Survey
Survey dilakukan untuk melihat permasalahan
dilapangan. Dan dari survey ini maka ditetapkan
pengukuran waktu pada bagian-bagian proses
produksi pembuatan tepung kelapa. Karena ketika
diamati, didapati ada pekerja yang aktif bekerja da
nada pekerja yang nganggur disebabkab bahan baku
dalam proses tidak berjalan dengan semestinya.
Study Pustaka
Study pustaka dilakukan untuk mengumpulkan dan
mempelajari proses pembuatan arang aktir dari
berbagai sumber.
Pengukuran
Pengukuran dilakukan pada bagia-bagian produksi
sebagai berikut :
1. Pengupasan Tempurung Kelapa
2. Pengupasan kulit ari
3. Pencucian
4. Penortiran
5. Sterilisasi
6. Penggilingan
7. Pengeringan tepung kelapa
8. Pemisahan potongan tepung
Data
Data yang didapatkan adalah data waktu selama
para pekerja melaksanakan pekerjaan dan data
waktu mesin dalam proses.
Analisis Data
Data yang didapatkan dianalisis dengan :
1. Analisis waktu baku atau waktu standar.
2. Analisis keseimbangan lintasan produksi
Teknik pengumpulan datadan pengolahan data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
mengukur waktu kerja manusia dan mesin pada
setiap bagian produksi yang menjadi permasalah
pada penelitian ini. Sedangkan teknik pengolahan
data dilakukan sebagai berikut:
1. Perhitungan waktu baku
Perhitungan
waktu
baku
mengunakan
persamaan sebagai berikut :
Wb=Wn+
(1)
Dimana :
Wn = Waktu norma
= Kelonggaran (allowance) yang diberikan
kepada pekerja disamping waktu normal
2. Analisis keseimbangan lintasan produksi
dilakukan sebagai berikut :
- Pengelompokan jumlah stasiun kerja
a. Waktu siklus
Waktu siklus dilakukan dengan persamaan
P
=
(2)
Dimana :
Tei = Waktu elemen kerja, dimana I = 1.2..m
Tc = Waktu siklus
- Penenutuan rangking posisi dari setiap stasiun
kerja
- Menilai
pengelompokan
stasiun
kerja
(balancing delay)
a. Balance delay pada suatu lintasan kerja
Tc Tei
(4)
b. Balance delay untuk lintasan
NxTc
1
L=
(5)
- Menilai keseimbangan lintasan produksi (line
balancing)
a. Menilai efisiensi line balancing
EK =
100%
(6)
WD =
(7)
2.
Hasil Maks. =
(8)
No
Unsur Pengamatan
1.
Pengeluaran
tempurung
kelapa
2.
Pengupasan kulit ari
3.
Pencucian
4.
Penyortiran
5.
Sterilisasi
6.
Penggilingan
7.
Penggeringan tepung kelapa
8.
Pengayakan tepung
9.
Penimbangan & pengepakan
Jumlah (Tei)
Waktu
(Jam)
0,0073
0,0055
2,75
0,15
2,66
4,50
2,40
0,26
0,16
12,89
0,0055
2,75
0,15
2,66
Dimana :
P = Periode waktu produksi
Q = Output
b. Jumlah minimum stasiun kerja
Jumlah minimum stasiun kerja dihitung
dedngan persamaan
=
=1
Tc
(3)
4,50 2,40
6
0,26
7
0,16
8
396
MI-05
Stasiun
Kerja (j)
ElemenElemen
Aktivitas
Waktu
Stasiun
Tsj
II
III
IV
1, 2
&3
4 &
5
7, 8
&9
2,76
2,82
2,25
2,25
2,82
REFERENSI
[1]. Ahyari A. 1987, Manajemen Produksi,
Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta.
[2]. Buffa
E.S,
1983,
Modern
Production/Operation
Manajement,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
[3]. Handoko H.T, 1997, Dasar-Dasar
Manajemen Produksi dan Operasi,
Penerbit BPFE, Yogyakarta.
[4]. Harsono, 1984, Manajemen Produksi,
Penerbit Balai Aksara, Jakarta
[5]. Reksohadiprojo S., 1995, Manajemen
Produksi dan Operasi, Penerbit BPFE
UGM, Yogyakarta.
[6]. Sutalaksana I.Z., 1979, Teknik Tata Cara
Kerja, Penerbit Departemen Teknik
Industri, Bandung.
[7]. Wingjosoebroto S., 2006, Pengantar
Teknik dan Manajemen Industri, Penerbit
PT. Guna Widya, Jakarta.
[8]. --------2008, Ergonomi, Study Gerak dan
Waktu, Penerbit PT. Guna Widya, Jakarta.
397
MI-06
A. Pendahuluan
Perusahaan manufacturing dengan produksi massal,
peranan perencanaan produksi sangat penting,
terutama dalam penugasan kerja pada lintas
perakitan
assembly
line.
Pengaturan
dan
perencanaan yang tidak tepat mengakibatkan setiap
stasiun kerja di lintas perakitan mempunyai
kecepatan produksi yang berbeda. Akibatnya terjadi
penumpukan barang di antara stasiun kerja yang
tidak berimbang kecepatan produksinya.
Penyeimbangan lintas perakitan berhubungan erat
dengan produksi massal. Sejumlah pekerjaan
perakitan dikelompokan kedalam beberapa pusat
pekerjaan yang untuk selanjutnya kita sebut sebagai
stasiun kerja. Waktu yang diizinkan untuk
menyelesaikan elemen pekerjaan itu ditentukan oleh
kecepatan lintas perakitan. Semua stasiun kerja
sedapat munkin memiliki kecepatan produksi yang
sama. Jika suatu stasiun bekerja dibawah kecepatan
lintasan maka stasiun tersebut akan memiliki waktu
menganggur. Tujuan akhir penyeimbangan lintas
adalah memaksimasi kecepatan di tiap stasiun kerja
sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi di tiap
stasiun kerja.
B. Kajian Teori
Metode heuristik yang paling awal ialah
metode bobot posisi. Metode ini diusulkan oleh
W.B. Helgeson dan D.P. Birnie. Metode bobot
posisi dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Hitung
kecepatan lintasan yang diinginkan. Kecepatan
lintasan aktual adalah kecepatan lintasan yang
diinginkan atau kecepatan operasi paling lambat jika
398
MI-06
C. Metode Penelitian
MULAI
IDENTIFIKASI MASALAH
BD
CTxN ti
i1
CTxN
x100% .
STUDI PUSTAKA
(8)
PENGUMPULAN DATA-DATA
DATA PRIMER
Pengukuran
Waktu Beban
Kerja
Eff
i 1
CTxN
PENGUJIAN
DAN KECUKUPAN DATA
Tidak
Ya
ti
DATA SEKUNDER
100%
PERHITUNGAN
ANALISIS
Dengan :
n
KESIMPULAN
SELESAI
399
MI-06
D. Hasil
1. Deskripsi
a. Masukan Untuk Penyeimbangan Lintasan
Masukan
yang
diperlukan
untuk
merencanakan keseimbangan lintas perakitan
adalah:
1) Suatu jaringan kerja (terdiri atas rangkaian
simpul dan anak panah) yang menggambarkan
urutan perakitan. Urutan perakitan ini dimulai
dan berakhir pada suatu simpul. Tiap simpul
menggambarkan operasi yang dilakukan
sementara anak panah menunjukkan kelanjutan
operasi tersebut kesimpul lainnya.
2
2)
3)
b.
1)
SK3
Final
Assembly
SK2
SK4
Opera
si
Waktu
Baku
(Meni
t)
5
8
6
3
2
7
3
5
2
6
6
1
3
4
12
4
6
2
400
MI-06
2.
a.
Pembahasan
Alternatif/Pendekatan Pertama
Operasi
Operasi Pengikut
Pendahulu
Langkah berikutnya adalah mengurutkan operasioperasi ke dalam urutan, mulai dari bobot posisi
terbesar sampai dengan bobot posisi terkecil (Tabel
3-3).
Operasi
Pendahulu
1 (58)
63
27
35
26
61
2 (63)
35
3 (27)
4 (35)
5 (26)
6 (61)
7 (34)
8 (124)
9 (62)
Operasi Pengikut
4
5
6
7
34
124
62
34
124
62
26
61
34
124
62
34
124
62
34
124
62
124
62
124
62
62
401
MI-06
Prioritas
Operasi
490
334
318
255
247
Bobot
Posisi
220
246 186
62
Stasiun
Kerja
Operasi
1, 3,
4
1
2
Kecepatan
Stasiun
58+27+35=12
0'
2, 6
5, 7,
4 menit
63+61=124'
26+34+62=12
2'
8
Waktu
Menganggur
0 menit
2 menit
124 menit
0 menit
6 menit
Stasiun
Kerja
1
1, 2
3, 4,
6
5, 7,
Kecepatan
Stasiun
Operasi
58+63=121'
27+35+61=1
23'
26+34+62=1
22'
3 menit
124 menit
0 menit
BAHAN
BAKU
123 Menit
STASIUN
KERJA 1
Operasi 1. 2
STASIUN
KERJA 2
Operasi 3/4/6
122 Menit
124 Menit
STASIUN
KERJA 3
Operasi 6/7/9
STASIUN
KERJA 4
Operasi 8
PRODUK
JADI
121 Menit
Waktu
Menganggur
Kecepatan Lintasan
124 Menit per Produk
1 menit
2 menit
6 menit
E. Kesimpulan
1. Satu tahun dihasilkan 4000 produk, hari
kerja dalam satu tahun 250 hari kerja maka
kecepatan lintasan yang diinginkan adalah
(250 hari kerja x 8 jam x 60 menit)/4000 =
30 menit.
2. Membuat 4 (empat) lintasan dengan waktu
kerja 8 jam; atau 2 (dua) lintasan dengan
dua shift kerja yang masing-masing bekerja
8 jam atau (2) Tetap mempertahankan satu
lintasan tetapi operasi 1, 2, 6, dan 9
menggunakan dua operator sementara
operasi 8 menggunakan empat operator.
3. Hasil satu lintas produksi dengan kecepatan
124 menit per produk
402
MI-06
Daftar Pustaka
[1]. Barry Reizer & Jay Heinzer. ( 2001 ). Prinsip
Prinsip Manajemen Operasi. Edisi Pertama.
Salemba Empat, Jakarta.
[2]. Howard Giltrow, Alan Oppenheim, & Rosa
Oppenheim. ( 1999 ). Quality Management:
Tools and Methods for Improvement. Second
Edition. Irwin INC. Production, United States.
403
MI-07
I. Pendahuluan
Pertumbuhan penduduk di indonesia
semakin hari semakin meningkat, khususnya di
wilayah DKI Jakarta. Peningkatan jumlah penduduk
berbanding lurus dengan peningkatan jumlah
kendaraan bermotor. Berdasarkan data BPS rata rata
peningkatan jumlah kendaraan bermotor di wilayah
DKI Jakarta adalah 1.007.503 setiap tahunya, di
perkirakan sampai ahir tahun 2015 jumlah
kendaraan di wilayah DKI Jakarta berjumlah
17.035.025. Ketika jumlah kendaraan sepeda motor
tersebut meningkat kebutuhan akan jasa tersebut
semakin meningkat sehingga menyebabkan banyak
orang yang mendirikan usaha sejenis.
Dalam perancangan pembuatan usaha harus
mempertimbangkan berbagai faktor baik interal
maupun eksternal. Adapun faktor internal yang
sangat berpengaruh dalam usaha jasa adalah
penentuan lokasi usaha. Di wlilayah DKI Jakarta
khususnya Jakarta Timur Banyak lokasi jasa
perbaiakan kendaraan yang tidak memperhatikan
penentuan lokasi usaha yang mengakibatkan lokasi
kurang maksimal. Ketika sudah memilih lokasi
usaha yang tepat berarti telah menghindari sebanyak
mungkin efek-efek negatif yang timbul dan
404
MI-07
c.
d.
I.1.Teori Lokasi
Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki
tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau
ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari
sumber- sumber yang potensial, serta hubungannya
dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan
berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi
maupun sosial (Tarigan, 2006).
Pemilihan tempat atau lokasi usaha jasa
memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap
beberapa faktor berikut ini : Akses, Visibilitas,
Lalulintas (traffic), Tempat parkir yang luas dan
aman, Ekspansi, Lingkungan, Persaingan, Peraturan
pemerintah (Fandi Tjiptomo, 2007)
I.2.Analytical Hierrchy Process (AHP)
AHP adalah suatu model yang luwes yang
memungkinkan kita mengambil keputusan dengan
mengkombinasikan pertimbangan dan nilai-nilai
pribadi secara logis.
Langkah langkah dalam penggunaan metode AHP
ini adalah sebagai berikut :
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi
yang diinginkan.
b. Membuat struktur hierarki yang dimulai pada
tujuan umum, yang dilanjutkan dengan hierarki
aspek dan selanjutnya kriteria yang ingin
dirangking.
N
RI
1
0,000
2
0,000
n
RI
3
0,580
10
1,490
4
0,900
11
1,510
e.
f.
g.
h.
i.
=
j.
( )
(1)
....(2)
Tabel 1 Nilai RI
5
6
1,120
1,240
12
1,480
.......(1)
13
1,560
7
1,320
14
1,570
8
1,410
9
1,450
15
1,590
405
MI-07
Alternatif
Alternatif
Alternatif
Alternatif
Lok 1
Lok 2
Lok 3
Lok 4
Keterangan :
Keterangan :
A
: Akses
B
: Visibilitas
C
: lalulintas
D
: Jumlah Pesaing
E
: Biaya Sewa / Beli
F
: Aman dan Nyaman
G
: Dekat Pusat Keramaian
H
: Jumlah Populasi
Alternatif Lokasi A : Jalan Raya Condet no 26
kampung gedong Jakarta Timur.
Alternatif Lokasi B : Jalan Raya Bekasi Timur no 6
Kelender Jakarta Timur
Perbandingan Kriteria
Penentuan
Lokasi
Akses
visibilita
s
lalulinta
s
Jumlah
pesaing
Biaya
Sewa &
Beli
Aman
&
Nyaman
Jumlah
Populas
i
0,607
Dkt
Pusat
keramaia
n
1,218
Akses
1,000
1,83
3,163
1,890
1,369
Visibilitas
0,543
1,000
3,218
3,465
1,410
1,327
1,435
0,969
Lalulintas
0,315
0,309
1,000
1,480
0,675
0,572
0,311
0,270
Jumlah
0,526
0,288
0,670
1,000
0,459
0,163
0,147
0,318
0,540
406
MI-07
pesaing
Biaya
sewa &
Beli
Aman dan
Nyaman
Dkt Pusat
keramaian
Jumlah
Populasi
0,724
0,474
1,477
1,860
1,000
0,365
0,382
0,461
1,037
0,752
1,733
7,830
2,730
1,000
3,507
1,679
1,114
1,134
3,200
6,760
2,610
0,284
1,000
1,190
1,930
1,630
3,690
3,130
2,760
0,594
1,070
1,000
7,189
7,417
18,151
27,415
13,013
4,912
9,07
6,427
setiap
baris
dari
matriks
yang
telah
dinormalisasimkemudian
membaginya
dengan
banyaknya entri dari setiap baris. Berikut ini adalah
tabel matriks yang dinormalisasi dan prioritasnya:
Setiap alternatif
Penentuan
Lokasi
Akses
Visibilitas
Lalulintas
Jumlah
pesaing
Biaya
sewa &
Beli
Aman dan
Nyaman
Dkt Pusat
keramaian
Jumlah
Populasi
AK
VI
LAL
J.Pes
A&
N
0,12
DPK
J.Pen
0,07
BS&
B
0,11
0,13
0,08
Jumlah
Baris
1,07
0,1
4
0,0
8
0,0
4
0,0
7
0,1
0
0,2
5
0,1
3
0,0
4
0,0
4
0,0
6
0,17
0,1
4
0,1
5
0,2
7
0,1
0
0,1
5
0,2
2
0,18
0,13
0,11
0,27
0,16
0,15
1,20
0,150
0,05
0,05
0,05
0,12
0,03
0,04
0,44
0,054
0,04
0,04
0,04
0,03
0,02
0,05
0,32
0,040
0,08
0,07
0,08
0,07
0,04
0,07
0,58
0,072
0,10
0,29
0,21
0,20
0,39
0,26
1,69
0,211
0,18
0,25
0,20
0,06
0,11
0,19
1,28
0,161
0,20
0,11
0,21
0,12
0,12
0,16
1,41
0,177
Prioritas
0,134
Uji Konsistensi
Kriteria
Akses
Visibilitas
Lalulintas
Jumlah pesaing
8,67
407
MI-07
8,51
9,13
8,61
8,51
8,67 8
= 0,094
81
0,094
= 0,066
1,41
Skor
Lokasi A
0,322
Lokai B
0,201
Lokasi C
0,231
Lokasi D
0,246
Kriteria
Akses
Visibilitas
Lalulintas
Jumlah pesaing
Biaya sewa & Beli
Aman dan Nyaman
Dkt Pusat keramaian
Jumlah Populasi
Akses
Visibilitas
Lalulintas
Jumlah pesaing
Biaya sewa & Beli
Aman dan Nyaman
Dkt Pusat keramaian
Jumlah Populasi
Akses
Visibilitas
Lalulintas
Jumlah pesaing
Biaya sewa & Beli
Aman dan Nyaman
Dkt Pusat keramaian
Jumlah Populasi
Akses
Visibilitas
Lalulintas
Jumlah pesaing
Biaya sewa & Beli
Aman dan Nyaman
Dkt Pusat keramaian
Jumlah Populasi
Skor
0,29
0,3
0,3
0,19
0,35
0,36
0,37
0,3
0,18
0,13
0,21
0,12
0,19
0,19
0,16
0,35
0,28
0,18
0,17
0,18
0,24
0,25
0,24
0,23
0,24
0,38
0,33
0,51
0,22
0,21
0,24
0,11
26 kampung gedong Jakarta Timur memiliki
kemampuan paling baik guna didirikan lokasi usaha
jasa perbaikan sepeda motor.
408
MI-07
IV. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang di dapat, maka
dalam penentuan lokasi usaha jasa perbaikan
kendaraan ada delapan faktor yang harus
diperhatikan yaitu keamanan dan kenyamanan
lokasi, jumlah populasi di wilayah tersebut,
kedekatan dengan pusat keramaian, visibilitas dari
lokasi, akses menuju lokasi, biaya sewa/beli lokasi,
lalulintas disekitar lokasi tersebut, jumlah pesaing.
Dari delapan faktor tersebut, faktor yang
berpengaruh paling besar adalah keamanan dan
kenyamanan lokasi. Pada penentuan lokasi bengkel
di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur lokasi
yang paling potensial untuk dijadikan lokasi usaha
jasa perbaikan kendaraan Alt Lok A di Jalan Raya
Condet no 26 Kampung gedong Jakarta Timur
dengan nolai 0,322 atau 32 %..
Berdasarkan kesimpulan diatas disarankan
kepeda calon pengusaha jasa perbaikan kendaraan
sepeda motor supaya dapat memperhatikan kriteria
yang berpengaruh terhadap penentuan suatu lokasi
sebelum memutuskan suatu lokasi.
Daftar Pustaka
409
MI-08
Razak School of Engineering and Advance Technology Universiti Teknologi Malaysia (UTM), Malaysia.
b
Graduate School of the National Institute of Science and Technology (ISTN), Indonesia
Industri kecil batik trusmi saat ini sedang mengalami perkembangan, untuk mencapai keunggulan bersaing yang
terus menerus, dibutuhkan perbaikan dari faktor faktor yang mempengaruhi. Berdasarkan kerangka berfikir dan
pembentukan model dalam penelitian ini dirumus 3 hipotesis diantaranya faktor lingkungan berpengaruh terhadap
struktur industri (hipotesis 1), struktur industri berpengaruh terhadap keunggulan bersaing (hipotesis 2), dan faktor
lingkungan berpengaruh terhadap keunggulan bersaing (hipotesis 3). Hasil penelitian diharapkan dapat menjawab
rumusan masalah dalam penelitian ini. Jumlah responden yang ditentukan dalam penelitian ini berjumlah 108
pembatik yang berada di desa trusmi. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik
Structural Equation Modelling (SEM) yang dioperasikan menggunakan program Lisrel 8.7. Berdasarkan hasil olah
data dari program Lisrel, pada hipotesis pertama faktor lingkungan memiliki nilai koefisien sebesar 0.09 dan Thitung yang < t-probability sig atau 0.78 < 1.96 terhadap struktur industri. Hal ini menunjukkan bahwa faktor
lingkungan tidak berpengaruh terhadap struktur industri. Hipotesis kedua, struktur industri memiliki koefisien
sebesar 0.38 dan T-hitung yang > t-probability sig atau 2.55 > 1.96 terhadap keunggulan bersaing. Hal ini
menunjukkan bahwa struktrur industri berpengaruh terhadap keunggulan bersaing. Dan untuk hipotesis ketiga faktor
lingkungan memiliki koefisien sebesar 0.29 dan T-hitung yang > t-probability sig atau 2.38 > 1.96 terhadap
keunggulan bersaing. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan berpengaruh terhadap keunggulan bersaing.
Kata kunci: Struktur Industri, Faktor Lingkungan, keunggulan Bersaing, Batik Trusmi
1. Pendahuluan
Industri Batik di Cirebon merupakan kategori
usaha kecil, Batik Trusmi Cirebon merupakan batik
pesisiran yang yang berkembang dan dipengaruhi
oleh kebudayaan Islam dan Cina dengan motif
batik geometris ciri khasnya. Selain batik pesisiran,
ada juga batik keratonan yang dipengaruhi dasardasar falsafah jawa dan keratonan. Menghadapi
persaingan yang semakin ketat, karena semakin
terbukanya pasar di dalam negeri, merupakan
ancaman bagi usaha kecil dengan semakin
banyaknya barang dan jasa yang masuk dari luar
akibat dampak globalisasi terutama batik cina.
Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan
usaha kecil batik saat ini dirasakan semakin
mendesak dan sangat strategis untuk mengangkat
perekonomian rakyat, sehingga kemandirian usaha
kecil diharapkan dapat tercapai di masa mendatang.
Struktur Industri didefinisikan sebagai
relativitas kestabilan ekonomi dan teknikal dimensi
suatu industri yang memberikan konteks terjadinya
persaingan. Struktur industri menentukan perilaku
perusahaan, selanjutnya perilaku tersebut akan
menentukan kinerja perusahaan dalam penempatan
pasar (Bain,1986;mason,1953).
410
MI-08
DIF
Faktor
Lingkungan
Struktur
Industri
(Y)
Keunggulan
bersaing
(Z)
SDM
BDY
PSR
Total
Struktur
Industri
Keunggulan
Bersaing
LF
LF2
0.69
0.48
0.74
0.55
R2
Error
0.41
0.21
0.64
0.41
0.16
2.71
1.84
0.63
0.26
0.22
0.32
0.14
PMSR
0.57
PSAI
0.57
PB
0.69
PG
0.82
0.32
VE
0.92
0.74
0.92
0.70
0.92
0.71
0.11
0.64
0.51
Reliable
0.15
7.34
PSOK
9.99
0.21
0.48
0.16
0.67
0.15
3.16
2.06
0.88
UNK
0.56
0.31
0.23
HRBRS
0.41
0.17
0.28
JDJ
0.45
0.20
TMDT
0.84
0.71
0.10
TMDG
0.91
0.83
0.05
3.17
2.22
0.88
Total
Total
Faktor
Lingkungan
(X)
Faktor
10.05
0.22
4. Analisis
Hasil pengujian pada tabel.1.
di bawah ini
menunjukkan semua nilai reliability seluruh
konstruk berada di atas 0.70 dan nilai variance
extracted diatas 0.50.
Ini berarti bahwa
411
MI-08
Tabel.2.
Rekapitulasi Nilai Goodness-Of-Fit Full Model
Goodness-Of-Fit
Cut-off Value
Chi-Square
137.32, df =73
0.05
Probabilitas
Hasil Model
Kesimpulan
0.00001
Tidak fit
0.09
Tidak fit
0.85
Marjinal Fit
0.78
Tidak fit
0.78
Tidak fit
0.86
Marjinal Fit
0.87
Fit
0.08
RSMEA
0.90
GFI
Chi-Square
0.90
NFI
Kesimpulan
0.02
Tidak Fit
0.06
Fit
0.89
Marjinal fit
0.83
Marjinal fit
0.85
Marjinal Fit
0.94
Fit
0.94
Fit
0.08
0.90
GFI
Hasil Model
95.82, df =69
0.05
RSMEA
0.90
IFI
Cut-off Value
Probabilitas
0.90
CFI
Tabel.4.
Rekapitulasi Nilai Goodness-Of-Fit Full Model
Setelah Perbaikan
Goodness-Of-Fit
0.90
AGFI
0.90
AGFI
0.90
NFI
0.90
CFI
0.90
IFI
412
MI-08
413
MI-08
DAFTAR PUSTAKA
1. Ghozali, Imam. 2011. Model Persamaan
Struktural Konsep & Aplikasi Dengan
Program Amos 19.0. Semarang. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
2. Hari Wijanto, Setyo. 2008. Structural
Equation Modelling DenganLisrel 8.8.
Yogyakarta. GrahaI lmu.
3. Hasanudin. 2001. Batik Pesisiran.
Bandung. PT Kiblat
4. Kudiya,
Komarudin.
2011.
Batik
Eksistensi Untuk Tradisi. Jakarta. Penerbit
Dian Rakyat.
5. Kumar, K., Subramanian, R., and Yauger,
C.
1997.
Pure
Versus
Hybryd:
Performance Implication of Porters
Generic
Strategies,
Health
Care
Management Review.
6. Kuncoro, Mudrajad. Strategi Bagaimana
Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta.
Erlangga.
7. Kusnendi. 2008. Model-Model Persamaan
Struktural. Bandung. Alfabeta
8. Latan, Hengky. 2012.
Structural
Equation Modelling Konsep dan Aplikasi
Menggunakan Program LISREL 8.8.
Bandung. Alfabeta.
9. Michel E. Porter. 1993. Keunggulan
BersaingMenciptakan
dan
Mempertahankan Kinerja Unggul. Jakarta.
Erlangga.
10. Anonymous, 2003, Batik Eksotik dari
Desa
Trusmi,
Sinar
Harapan,
www.sinarharapan.
co.id/
feature
/wisata/2003/1201/wis04.html
11. Gulo, W, 2002, Metodologi Penelitian,
Penerbit PT Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta.
12. Irawan, Gatot & Mardana, D, Bayu, 2002,
Batik Dari Titik Menjadi Abadi, Sinar
Harapan,
http://www.sinarharapan.
co.id/feature/hobi/2002/ 104/hob1.html
13. Riyanto, Didik, 1993, Proses Batik: Batik
Tulis Batik Cap Batik Printing; Dari
Awal Persiapan Bahan Dan Alat,
Mendesign Corak Sampai Finishing;
Penerbit CV Aneka Ilmu, Surakarta
14. Wolff, John U., Dede Oetomo, & Daniel
Fietkiewicz,
1992,
Batik,
http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Bu
daya_Bangsa/batik/indo_version/leftindob
atik.htm
15. Solimun, 2002, Multivariate Analysis
Equation Modelling (SEM) Lisrel dan
Amos., Cetakan I, Fakultas MIPA
Universitas Brawijaya Malang.
16. Lasalewo, Trifandi, 2007, Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Keunggulan
Bersaing Industri di Provinsi Gorontalo.
414