Buku Ittiba'

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 51

RAMBU KEDUA SHIROTUL MUSTAQIM

BUKU
AL-ITTIBA
(MENGIKUTI NABI

PENYUSUN:
LAJNAH ILMIYAH HASMI
PENERBIT:
PUSTAKA MIM

Judul Buku

: AL-ITTIBA (Mengikuti Nabi )


(Rambu Kedua Shirothul Mustaqim)
Penyusun
: Lajnah Ilmiyah HASMI
Edit Isi dan Bahasa
: Lajnah Ilmiyah HASMI
Abu Abdillah Rahendra M, S.Th.I (Ketua)
Abu Abdirrahman Ibrahim, Lc (Anggota)
Abu Hanzhalah Arifin, S.H.I (Anggota)
Lay Out
: Abu Sulaiman Saefuddin
Desain Cover
: Pustaka MIM
Penerbit
: Pustaka MIM
Cetakan Photocopy
: Pertama, Februari 2008
Alamat HASMI:
Harakah Sunniyyah untuk Masyarakat Islami
Jl. Kapten Yusuf, Cimanglid Bogor 16610
Tlp./Fax. (0251) 389788
www.harakahsunniyyah.org
email:hasmi_bogor@yahoo.co.id
Alamat PUSTAKA MIM:
Harakah Sunniyyah untuk Masyarakat Islami
Jl. Purnama, Cimanglid Bogor 16610
Tlp. (0251) 388006







KATA PENGANTAR



.



Sudah menjadi hal yang lumrah dan bahkan menjadi
prinsip yang paling dasar dalam Islam bahwa menyelisihi
Sunnah Rosululloh , mengikuti jalan selain jalan beliau ,
tidak merealisasikan perintah beliau dan tidak
meninggalkan larangan beliau, semua itu tidak diragukan
lagi termasuk ke dalam bentuk penyelisihan terhadap
bagian kedua dari kalimat syahadat, yaitu syahadat wa
Asyhadu Anna Muhammadan Rosululloh.
Sesungguhnya makna dan kandungan utama dari
syahadat Asyhadu Anna Muhammadan Rosululloh adalah:
Membenarkan apa yang beliau kabarkan,
Mentaati apa yang beliau perintahkan,
Menjauhi apa yang beliau larang dan cegah, serta
Tidak beribadah kepada Alloh kecuali dengan apa
yang beliau syariatkan atau contohkan.
Makna dan kandungan utama tersebut di atas terhimpun
dalam satu ungkapan singkat, yaitu ittibaun Nabiy
(mengikuti Nabi ), yang tiada lain merupakan salah satu
pilar utama Islam, fondasi yang membangunnya dan juga
termasuk hal yang sudah dimaklumi bersama sebagai
sebuah kewajiban yang harus ditegakkan.
Alloh berfirman:


...Dan apa yang diberikan Rosul kepada kalian, maka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian,
maka tinggalkanlah.... [QS. al-Hasyr (59): 7]


Barangsiapa yang mentaati Rosul itu, sesungguhnya
ia telah mentaati Alloh. Dan barangsiapa yang
berpaling (dari mentaati Rosul), maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.
[QS. an-Nisa (4): 80]
Buku ini diharapkan menjadi penuntun bagi kita semua
untuk mengetahui, memahami, bersegera meniti, dan
memperjuangkan jalan ittiba hingga akhir hidup kita di
dunia fana ini.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................iii
BAB I: DEFINISI ITTIBA........................................................1
BAB II: RUANG LINGKUP ITTIBA..........................................2
BAB III: KEDUDUKAN ITTIBA...............................................4
BAB IV: HUKUM ITTIBA........................................................9
BAB V: KAEDAH UTAMA DALAM ITTIBA...............................12
BAB VI: TANDA DAN BUKTI ITTIBA......................................16
BAB VII: SARANA ITTIBA.....................................................19
BAB VIII: PENGHALANG ITTIBA...........................................25
BAB IX: FAEDAH ITTIBA.......................................................31
A. Faedah di Dunia..........................................................31
B. Faedah di Akherar......................................................33
PENUTUP.............................................................................36
DAFTAR PUSTAKA................................................................37

BAB I
DEFINISI ITTIBA
Secara bahasa, ittiba berarti pengikutan, atau mengikuti
jejak dan langkah seseorang.
Sedangkan secara istilah yang dimaksud dengan ittiba
yang menjadi dasar agama Islam, berarti pengikutan kepada
Rosululloh dalam memahami dan menerapkan Islam.
Atau dengan ungkapan yang lebih gamblang, ittiba
berarti mengikuti dan meneladani Rosululloh , baik dalam
aqidah, ucapan, perbuatan maupun dalam apa-apa yang
beliau tinggalkan, serta dengan mengamalkan apa yang
beliau kerjakan, baik yang berstatus hukum wajib, sunnah,
mubah, makruh ataupun haram, disertai niat dan iradah
(keinginan) dalam ittiba tersebut.

BAB II
RUANG LINGKUP ITTIBA
Hal-hal yang harus diikuti, dicontoh dan diteladani dari
Rosululloh adalah mencakup masalah-masalah aqidah,
aqwal (perkataan-perkataan), afal (perbuatan-perbuatan)
dan tark (apa yang beliau tinggalkan). Yaitu dengan
mengerjakan hal-hal tersebut sesuai yang dicontohkannya,
baik yang berstatus hukum wajib, sunnah, mubah, makruh
ataupun haram, disertai niat dan iradah (keinginan) untuk
ittiba kepadanya.
Ittiba kepada Rosululloh dalam itiqadnya berarti
seseorang berkeyakinan sebagaimana yang diyakini oleh
Rosululloh , disertai keyakinan bahwa ini adalah aqidah
Rosululloh .
Ittiba kepada Rosululloh dalam perkataannya berarti
merealisasikan kandungan perkataannya, bukan hanya
sekedar menghafal atau mengulang-ulang lafazhnya saja.
Ketika beliau bersabda:

))
((


Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat


sholatku. (HR. Bukhori)
Maka ittiba kepada Rosululloh dalam perkataan
(sabda)nya tersebut di atas adalah dengan melaksanakan
shalat sebagaimana yang telah beliau contohkan, yaitu
sesuai dengan sunnahnya.
Ittiba kepada Rosululloh dalam amal perbuatannya
berari mengerjakan perbuatan tersebut sebagaimana contoh
yang telah beliau kerjakan, disertai keyakinan bahwa amal
pebuatan tersebut adalah yang telah dikerjakan oleh
Rosululloh .
Sedangkan ittiba dalam tark adalah meninggalkan halhal yang ditinggalkan oleh Rosululloh sebagaimana yang
dicontohkannya, disertai keyakinan bahwa amal tersebut
adalah amal perbuatan yang ditinggalkan oleh Rosululloh .
8

Seperti, Rosululloh meninggalkan shalat di saat terbit


matahari, maka kitapun meninggalkan shalat pada saat
tersebut, sesuai dengan arahannya, disertai keyakinan
bahwa ini adalah hal yang ditinggalkan oleh Rosululloh .

BAB III
KEDUDUKAN ITTIBA
Kedudukan, urgen dan agungnya ittiba dalam syariat
Islam terlihat sangat nyata dari hal-hal berikut:
1.
Ittiba adalah syarat diterimanya ibadah.
Suatu amal perbuatan (ibadah) tidak akan diterima
kecuali dengan ittiba dan selaras dengan apa yang
dicontohkan oleh Rosululloh . Karena bila tidak, maka amal
perbuatan tersebut hanya akan menjauhkan pelakunya dari
Alloh .
Rosululloh bersabda:


((



))

Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal


perbuatan yang tidak berdasarkan tuntunan dari kami,
maka amalan tersebut tertolak. (HR. Muslim)
Al-Hasan al-Bashri
berkata:
Tidak sah suatu perkataan kecuali disertai dengan amal,
tidak sah pula perkataan dan perbuatan kecuali disertai
dengan niat, serta tidaklah sah suatu perkataan, perbuatan
dan niat kecuali bila berdasarkan sunnah.
Ibnu Rojab
berkata:
Amal perbuatan yang tidak ditujukan untuk mengharap
wajah Alloh semata tidak akan mendapatkan pahala bagi
pelakunya, maka demikian pula halnya dengan amal
perbuatan yang tidak ada perintah Alloh dan Rosul-Nya,
maka pasti tertolak dari pelakunya....
2.
Ittiba adalah salah satu dari 2 (dua) pilar Islam, yaitu
ikhlash hanya bagi Alloh semata dan ittiba kepada
Rosululloh .
Alloh berfirman:
...

10

...Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan


Robbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
sholeh
dan
janganlah
ia
mempersekutukan
seorangpun dalam beribadah kepada Robbnya. [QS.
al-Kahfi (18): 110]
Ibnu Taimiyah
berkata:
Ada dua pilar yang sangat agung bagi kita semua;
Pertama: kita tidak diperkenankan beribadah kecuali hanya
kepada Alloh . Kedua, kita tidak diperkenankan beribadah
kecuali hanya berdasarkan apa yang telah disyariatkan-Nya
(melalui Rosul-Nya), tidak beribadah dengan suatu bidah.
Dua pilar ini tiada lain merupakan realisasi dari dua kalimat
syahadat.
3.

Ittiba adalah sarana dan sebab untuk masuk surga


Rosululloh bersabda:

))









((





Semua umatku akan masuk surga kecuali yang


enggan (menolak). Para sahabat bertanya: Wahai
Rosululloh, siapakah orang yang enggan tersebut?
Maka beliau menjawab: Barangsiapa yang mentaatiku,
maka akan masuk surga, sedangkan yang bermaksiat
kepadaku, maka dialah orang yang enggan tersebut!
(HR. Bukhori)
Az-Zuhri
berkata:

((



))

Berpegang teguh kepada sunnah adalah jalan


keselamatan.
4.
Ittiba adalah dalil (bukti) mahabbah (kecintaan)
kepada Alloh .
Alloh berfirman:
11


Katakanlah: Jika kalian (benar-benar) mencintai
Alloh, ikutilah Aku, niscaya Alloh mencintai kalian dan
mengampuni
dosa-dosa
kalian.
Alloh
Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. Ali 'Imron
(3): 31]
5.
Ittiba adalah sarana paling nyata yang dapat
menumbuhkan kecintaan kepada Rosululloh .
Rosululloh bersabda:

))

((



Tidak beriman (dengan sempurna) salah seorang di


antara kalian sehingga menjadikan diriku lebih
dicintainya daripada kedua orang tuanya, anaknya
dan seluruh manusia lainnya. (HR. Bukhori)
Rosululloh pernah bersabda kepada Umar bin alKhoththob
ketika dia menyatakan bahwa beliau adalah
orang yang paling dicintainya melebihi siapapun juga kecuali
dari dirinya sendiri, maka beliau menjawab:



))





((

Tidak demikian halnya. Demi Dzat yang jiwaku


berada di tangan-Nya, hendaknya aku lebih dicintai
olehmu walaupun dari dirimu sendiri! (HR. Bukhori)
Maka tidak ada satu saranapun yang dapat membuktikan
kecintaan kita kepada Rosululloh secara hakiki, kecuali
dengan meniti jalan ittiba dan bersungguh-sungguh dalam
menggapai kesempurnaannya.

12

6.

Ittiba adalah sarana untuk merealisasikan ketaatan


kepada Rosululloh dan upaya untuk menghindarkan diri
dari ancaman akibat melalaikan ketaatan tersebut.
Alloh berfirman:


Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan
taatilah Rosul.... [QS. an-Nisa (4): 59]
Sebaliknya, Alloh mengancam dengan keras kepada
orang-orang yang menyelisihi Rosul-Nya :


Dan barangsiapa yang menentang Rosul sesudah
jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang
bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia
leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu
dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali.
[QS. an-Nisa (4): 115]
Maka tidak ada satu jalanpun bagi seorang hamba untuk
dapat merealisasikan ketaatan kepada Rosululloh dan
untuk dapat menghindarkan diri dari ancaman akibat
melalaikan ketaatan tersebut kecuali dengan ittiba dan
meneladani Rosululloh .
7.
Ittiba adalah salah satu sifat yang melekat dengan
sangat kuat pada diri kaum mukminin
Alloh berfirman:


13


Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila
mereka diajak kepada Alloh dan Rosul-Nya guna
menghukum di antara mereka adalah Kami
mendengar, dan kami patuh. Dan mereka itu adalah
orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang
taat kepada Alloh dan Rosul-Nya dan takut kepada
Alloh dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah
orang-orang yang mendapat kemenangan. [QS. anNur (24): 51-52]
Sebaliknya, Alloh justru meniadakan keimanan dari
orang yang menolak untuk mentaati Rosululloh dan tidak
ridho kepada hukumnya.
Alloh berfirman:


Maka demi Robbmu, mereka tidaklah beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara
yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya. [QS. an-Nisa (4):
65]
8.
Ittiba merupakan salah satu bukti ketaqwaan
14

Alloh

berfirman:


Demikianlah (perintah Alloh). Dan barangsiapa
mengagungkan
syiar-syiar
Alloh,
maka
sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. [QS.
al-Hajj (22): 32]
Yang dimaksud dengan syiar- syiar Alloh adalah
perintah-perintah dan rambu-rambu agama-Nya yang jelas.
Yang paling nyata dan paling tinggi di antaranya adalah
mentaati Rosululloh dan ittiba kepada syariatnya.

15

BAB IV
HUKUM ITTIBA
Ittiba kepada Rosululloh dan meneladani beliau
terhadap wahyu yang diturunkan Alloh kepadanya
termasuk sebuah kewajiban yang sudah dimaklumi
bersama, sehingga tidak seorangpun diperkenankan untuk
tidak mengetahui hal ini, karena ittiba kepada Rosululloh
dikategorikan sebagai hal yang sangat mendasar dalam
agama dan tidak dapat ditawar-tawar lagi status hukumnya.
Hal itu dikarenakan banyaknya dalil yang menjelaskan
tentang kewajiban ittiba tersebut, di antaranya:

Alloh berfirman:

...

...
...Dan apa yang diberikan Rosul kepada kalian, maka
terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian,
maka tinggalkanlah.... [QS. al-Hasyr (59): 7]
Ibnu Katsir
berkata:
Maksudnya: ketika beliau memerintahkan kalian, maka
kerjakanlah, dan apa yang beliau larang atas kalian, maka
tinggalkanlah. Karena yang beliau perintahkan hanyalah
kebaikan, sedangkan yang beliau larang sudah pasti berupa
keburukan!
Asy-Syaukani
berkata:
Yang benar, bahwa ayat ini berlaku umum meliputi hal
apa saja yang dibawa orang Rosululloh , baik berupa
perintah, larangan, ucapan maupun perbuatan. Walaupun
sebab (diturunkannya) khusus, namun yang berlaku adalah
keumuman lafazh, bukan kekhususan sebab. Oleh karena
itu, syariat apa saja yang harus beliau berikan kepada kita,
maka semuanya pasti telah beliau berikan dan sampaikan
kepada kita. Sesungguhnya ayat ini termasuk ayat yang
memiliki banyak manfaat dan faedah.
16

Alloh

berfirman:


Maka demi Robbmu, mereka tidaklah beriman hingga
mereka mengangkatmu sebagai hakim terhadap
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa dalam hati mereka suatu keberatan
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya. [QS. an-Nisa (4):
65]
Ibnu Katsir
berkata:
Alloh bersumpah atas diri-Nya yang mulia lagi suci
bahwa seseorang tidaklah beriman hingga dia mau
menjadikan Rosul sebagai hakim dalam seluruh
permasalahannya. Karena apa yang beliau putuskan, maka
itu adalah sebuah kebenaran yang wajib dilaksanakan
dengan sepenuhnya, zhohir maupun batin. Oleh karena itu
kemudian Alloh berfirman: ...kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya. Maksudnya: bila mereka mau menjadikan
kamu sebagai hakim, maka sudah pasti mereka akan
mentaatimu dalam batin mereka, kemudian mereka tidak
akan merasa keberatan dalam hati terhadap apa yang
engkau putuskan, lalu secara zhohir dan batin mereka pun
tunduk patuh melaksanakannya, dan akhirnya mereka
menerima dengan sepenuhnya tanpa ada keberatan,
penolakan atau perdebatan lagi!

Alloh berfirman:
17

...


...Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa
azab yang sangat pedih. [QS. an-Nur (24): 63]
Ibnu Katsir
berkata:
Firman-Nya: ...Maka hendaklah orang-orang yang
menyalahi perintahnya takut..., maksudnya adalah perintah
Rosululloh , yaitu jalan, manhaj, metode, sunnah dan
syariatnya. Oleh karena itu, seluruh ucapan dan amal
perbuatan (kita) harus disesuaikan dengan ucapan dan amal
perbuatan beliau. Bila sesuai, maka diterima dan bila
bertentangan, maka pastilah akan tertolak atas pelakunya,
siapapun orang tersebut!

Rosululloh bersabda:



))


((

Aku telah meninggalkan kalian di atas jalan putih


yang terang benderang, sehingga malam harinya
bagaikan siang. Tidak akan ada yang menyimpang
darinya sepeninggalku kecuali orang yang celaka.
(HR. Ibnu Majah)
Rosululloh bersabda:

((



))




Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka dia


bukanlah dari golonganku! (HR. Bukhori)
Ibnu Hajar
berkata:
Yang dimaksud dengan sunnah adalah jalan atau
metode, bukan lawan dari yang fardhu. Sedangkan yang
dimaksud dengan benci terhadap sesuatu adalah berpaling
darinya dan menoleh kepada yang selainnya. Maka arti
hadits tersebut, bahwa barangsiapa yang meninggalkan
18

jalan atau metodeku dan mengikuti selain jalanku, maka dia


bukanlah dari golonganku!

19

BAB V
KAEDAH UTAMA DALAM ITTIBA
Untuk memperkuat 4 (empat) bab sebelumnya, maka ada
beberapa kaedah utama dalam ittiba yang harus
diperhatikan dengan baik, yaitu:
1.
Dasar, asas dan pilar agama Islam adalah wahyu dan
periwayatan (hadits) yang shohih, bukan berdasarkan
akal dan istinbath (pengambilan kesimpulan) yang
mandiri atau berdiri sendiri tanpa sedikitpun ada peran
wahyu di dalamnya.
Maka semua perintah dan larangan yang berasal dari alQuran atau Sunnah Rosululloh wajib diterima dan harus
direalisasikan dengan segera.
Az-Zuhri
berkata:



)




(

Risalah berasal dari Alloh, tugas Rosul-Nya


menyampaikan dan kewajiban kita adalah menerima
dengan sepenuhnya (totalitas).
Ibnu Abi al-Izz
berkata:
Tidak akan kuat keislaman seseorang yang tidak mau
menerima terhadap nash-nash dua wahyu (al-Quran dan asSunnah) secara totalitas dan tidak mau tunduk patuh
kepadanya. Sebaliknya, dia tidak boleh membantahnya dan
tidak boleh membenturkannya dengan pendapat, nalar dan
qiyas analoginya.
2.
Seorang muslim berkewajiban untuk meneliti dan
memastikan validitas (keshohihan) suatu hukum syari
sebelum mengamalkannya dalam seluruh sisi
kehidupannya.
Rosululloh bersabda:


((



))


20

Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal


perbuatan yang tidak berdasarkan tuntunan dari kami,
maka amalan tersebut tertolak. (HR. Muslim)
Dan tidak ada jalan atau sarana yang dapat
merealisasikan hal tersebut selain dengan ittiba dan
meneladani Rosululloh .
3.
Tujuan hakiki dari ittiba kepada Rosululloh adalah
merealisasikan segala perintah dan larangannya, baik
yang berasal dari al-Quran maupun as-Sunnah.
Atha
berkata:

)
(



:

Mentaati Rosululloh adalah dengan ittiba kepada alQuran dan as-Sunnah.


4.
Ibadah apa saja yang ditinggalkan oleh Rosululloh
dan tidak pernah beliau lakukan, padahal unsur-unsur
yang mendukung untuk dikerjakannya ibadah tersebuttelah ada pada beliau, maka mengerjakan hal tersebut
adalah bidah dan meninggalkannya adalah sunnah.
Malik
berkata:

(




)

Suatu hal yang pada waktu itu (zaman Rosululloh)


bukan bagian dari agama, maka sekarangpun tidak akan
dianggap sebagai bagian dari agama!
Ibnu Taimiyyah
berkata:
Meninggalkan hal-hal yang ditinggalkan (Rosululloh)
adalah sunnah, demikian pula halnya dengan mengerjakan
hal-hal yang dikerjakan(nya).
5.
Seluruh masalah ushuluddin (pokok-pokok agama) dan
furu (cabang-cabang)nya dalam masalah dunia dan
akherat yang dibutuhkan umat manusia, baik berupa
ibadah, muamalat, politik, sosial dan lainnya, maka
semuanya telah dijelaskan dan dipaparkan dalam
syariat.
Alloh berfirman:
21


...Dan telah Kami turunkan kepadamu al-Kitab (alQuran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orangorang yang berserah diri. [QS. an-Nahl (16): 89]

...

...
...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian
agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam itu jadi agama
bagi kalian.... [QS. al-Maidah (5): 3]
6.
Ittiba tidak dapat terwujud kecuali apabila amal
ibadah tersebut sesuai dengan syariat dalam 6 (enam)
hal, yaitu:

Sabab (sebab), apabila seseorang mengerjakan


suatu ibadah kepada Alloh dengan sebab yang tidak
disyariatkan, maka ibadah tersebut adalah bidah dan
tertolak.
Seperti; sholat tahajjud pada malam 27 Rojab, dengan
dalih bahwa itu adalah malam miroj (dinaikkan)nya
Rosululloh . Sholat tahajjud adalah ibadah, tetapi karena
dikaitkan dengan sebab tersebut, maka menjadi bidah,
karena didasarkan atas sebab yang tidak disyariatkan.

Jins (jenis), artinya ibadah harus sesuai dengan


syariat dalam jenisnya. Jika tidak, maka tidak diterima
dan tertolak.
22

Contoh, seorang yang menyembelih kuda untuk


kurban adalah tidak sah, karena menyalahi ketentuan
syariat dalam jenisnya, karena yang disyariatkan adalah
unta, sapi, atau kambing.

Qadr (kadar bilangan), apabila ada orang yang


menambah bilangan atau jumlah rakaat suatu sholat,
yang menurutnya diperintahkan, maka sholat tersebut
adalah bidah dan tidak diterima, karena tidak sesuai
dengan ketentuan syariat dalam bilangannya.
Contoh lainnya sholat sunnah fajar empat rakaat,
atau membasuh anggota wudhu lebih dari 3 kali.

Kaifiyyah (cara), apabila ada orang berwudhu


dengan cara membasuh tangan, lalu muka, maka
tidak sah wudhunya, karena tidak sesuai dengan cara
yang ditentukan oleh syariat.
Contoh lainnya berdzikir secara berjamaah. Berdzikir
adalah sunnah, tetapi jika dilakukan secara berjamaah
menjadi bidah.

Zaman (waktu), apabila ada orang menyembelih


binatang kurban pada hari pertama bulan Dzul Hijjah,
maka kurbannya tidak sah, karena waktu
pelaksanaannya tidak syari.
Contoh lainnya membaca sholawat sebelum
mengumandangkan adzan. Membaca sholawat adalah
sunnah, tetapi jika dikhususkan waktunya sebelum adzan
menjadi bidah.

Makan (tempat), apabila ada orang beritikaf


selain di masjid, maka tidak sah, karena tempat itikaf
hanyalah di masjid.
Contoh lainnya membaca al-Quran di sisi kuburan.
Atau berdoa di sisi makam orang sholeh.

23

BAB VI
TANDA DAN BUKTI ITTIBA
Sesungguhnya ittiba memiliki tanda dan bukti yang
menunjukkan adanya ittiba tersebut. Di antara tanda dan
bukti ittiba yang paling utama adalah:
1.
Tazhim an-Nushush asy-Syariyyah, mengagungkan
dan hormat kepada nash-nash syari.
Alloh berfirman:


Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila
mereka diajak kepada Alloh dan Rosul-Nya agar Rosul
menghukum (mengadili) di antara mereka adalah;
Kami mendengar, dan kami patuh. Dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang
taat kepada Alloh dan Rosul-Nya dan takut kepada
Alloh dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah
orang- orang yang mendapat kemenangan. [QS. anNur (24): 51-52]

24


Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan
tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila
Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, lalu ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang
urusan
mereka.
Dan
barangsiapa
mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya maka sungguhlah
dia telah sesat, sesat yang nyata. [QS. al-Ahzab
(33): 36]
2.
Takut (khawatir) tergelincir dan berpaling dari
kebenaran.
Ibnu Masud
berkata:
Sesungguhnya seorang mukmin adalah seseorang yang
memandang dosa-dosanya seakan-akan bagaikan orang
yang duduk di bawah gunung yang dia takut jika gunung itu
menimpa dirinya. Sebaliknya, seorang fasik adalah
seseorang yang menganggap dosa-dosanya hanyalah
bagaikan seekor lalat yang lewat di depan hidungnya, lalu ia
menghalaunya. (HR. Bukhori)
Al-Hasan al-Bashri
berkata:
Seorang mukmin adalah seseorang yang beramal dalam
ketaatan dengan penuh rasa takut (bila amalnya tidak
diterima). Sedangkan orang yang fajir adalah orang yang
merasa aman walaupun bergelimang dengan perbuatan
maksiat.
3.
Meneladani Rosululloh , secara lahir maupun batin
Hal ini dilakukan dengan ittiba secara totalitas kepada
Rosululloh , sehingga tidak ada masalah aqidah, ibadah,
amaliyyah, akhlak, moral, perundang-undangan, sosial
kemasyarakatan, ekonomi, politik dan lainnya, kecuali sesuai
dengan yang telah dicontohkannya, yaitu yang terdapat
dalam al-Quran dan as-Sunnah.
Alloh berfirman:
25


Sesungguhnya (diri) Rosululloh itu adalah teladan
yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Alloh. [QS. alAhzab (33): 21]

...

Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang


mukmin dari diri mereka sendiri.... [QS. al-Ahzab
(33): 6]
4.
Menjadikan syariat Rosululloh sebagai hukum
undang-undang dan penentu kewajiban.
Alloh berfirman:


Maka demi Robbmu, mereka tidaklah beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara
yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka suatu keberatan terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya. [QS. an-Nisa (4): 65]


26


Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan
taatilah Rosul (Nya), dan ulil amri di antara kalian.
kemudian jika kalian bersengketa tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Alloh (al-Quran) dan
Rosul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman
kepada Alloh dan hari kemudian. Yang demikian itu
adalah lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik
akibatnya. [QS. an-Nisa (4): 59]
5.
Ridho dengan hukum dan syariat Rosululloh
Rosululloh bersabda:

))









((




Yang dapat merasakan lezatnya keimanan hanyalah


seorang yang meridhoi Alloh sebagai Robbnya, Islam
sebagai agamanya dan Muhammad sebagai RosulNya. (HR. Muslim)

27

BAB VII
SARANA ITTIBA
Untuk dapat merealisasikan ittiba kepada Rosululloh
dibutuhkan sarana yang dapat mengantarkan kepada ittiba
tersebut, di antaranya:
1.
Takwa dan takut kepada Alloh .
Hal ini dikarenakan orang yang bertakwa dan takut
kepada Alloh , maka ia akan mendapatkan furqon
(pembeda), yang akan menuntun dan membimbingnya
untuk dapat membedakan mana yang haqq dan yang mana
yang batil, serta mana cahaya dan mana kegelapan. Dengan
furqon tersebut, seseorang akan dapat menggapai
kebahagiaan hidupnya, baik di dunia maupun di akherat.
Alloh berfirman:

Wahai orang-orang beriman, jika kalian bertaqwa


kepada Alloh, Niscaya Dia akan memberikan kepada
kalian Furqon.... [QS. al-Anfal (8): 29]


Wahai orang-orang yang beriman (kepada para
rosul), bertakwalah kepada Alloh dan berimanlah
28

kepada Rosul-Nya, niscaya Alloh memberikan rahmatNya kepada kalian dua kali lipat, dan menjadikan
untuk kalian cahaya yang dengan cahaya itu kalian
dapat berjalan dan Dia mengampuni kalian. Dan Alloh
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. alHadid (57): 28]
As-Sadi
berkata:
Maksud firman Alloh : ...dan menjadikan untuk kalian
cahaya yang dengan cahaya itu kalian dapat berjalan....,
bahwa Dia akan memberi kalian ilmu, petunjuk dan cahaya
yang dengannya kalian dapat berjalan menyibak berbagai
kegelapan yang ditimbulkan oleh kebodohan.
Dalam ayat lain, Alloh berfirman:


Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah
mereka yang bila disebut nama Alloh gemetarlah hati
mereka,
dan
apabila
dibacakan
ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya
kepada Robb merekalah mereka bertawakkal. [QS.
al-Anfal (8): 2]
2.
Ikhlash kepada Alloh dalam mencari kebenaran.
Ibnu taimiyyah
berkata:
Demikian pula halnya dengan orang yang berpaling dari
ittiba kepada kebenaran karena mengikuti hawa nafsunya,
maka hal ini hanya akan mendatangkan kebodohan dan
kesesatan hingga mematikan hatinya dari mengetahui
kebenaran yang sangat gamblang sekalipun, sebagaimana
Alloh berfirman:

29

...


...Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran),
Alloh pun memalingkan hati mereka dan Alloh tidak
memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. [QS.
ash-Shof (61): 5]

...


Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Alloh
penyakitnya.... [QS. al-Baqarah (2): 10]
3.
Berserah diri dan tadhorru (merendahkan diri) kepada
Alloh serta dengan menampakkan kebutuhan kepadaNya.
Bahkan hal ini dianggap sebagai salah satu sarana yang
paling utama, sebagaimana sikap Rosululloh dimana di
antara doa yang sering beliau lantunkan adalah:







))
((


Ya Alloh, berilah manfaat kepadaku dengan ilmu yang
Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarilah aku apa yang
bermanfaat bagiku serta tambahkanlah ilmu untukku.
(HR. Ibnu Majah)



))



((
Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari tersesat
atau disesatkan, dari tergelincir atau digelincirkan....
(HR. Abu Dawud)

))













((


30

Ya Alloh, aku tundukkan wajahku untuk-Mu, aku


serahkan urusanku kepada-Mu, dan aku sandarkan
punggungku pada-Mu, karena takut dan berhadap
kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dari
adzab(Mu) kecuali kepada-Mu jua.... (HR. Abu
Dawud)
Dan Alloh telah memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk senantiasa berdoa dan bertadhorru kepada-Nya:


Dan Robb kalian berfirman: Berdoalah kepada-Ku,
niscaya
akan
Ku-perkenankan
bagi
kalian.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri
dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam
dalam keadaan hina dina. [QS. al-Mumin (40): 60]
Rosululloh pun bersabda:

))
((




Barangsiapa yang tidak berdoa kepada Alloh, maka


Dia marah kepadanya! (HR. Tirmidzi)
4.
Mempelajari hukum-hukum syari
Karena tidak ada sarana untuk dapat megamalkan
hukum-hukum Islam dan ittiba kepada Rosululloh kecuali
dengan mempelajari ajaran wahyu yang berasal dari alQuran dan as-Sunnah.
5.
Memahami nash-nash yang shohih dan mentadabburi
kandungannya
Yaitu nash-nash al-Quran dan as-Sunnah, yang
merupakan sumber kebenaran dan petunjuk.
Alloh berfirman:

....
Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk
kepada (jalan) yang lebih lurus .... [QS. al-Isra (17):
9]
31


Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran
ataukah hati mereka terkunci? [QS. Muhammad
(47): 24]
Rosululloh bersabda:






))

((
:


Sesungguhnya telah kutinggalkan untuk kalian dua


hal, dengan keduanya kalian tidak akan sesat
selamanya, yaitu Kitabulloh dan Sunnahku. (HR.
Hakim)
6.
Ittiba kepada manhaj salaf dalam berilmu dan
beramal.
Rosululloh bersabda:

))







(( ...

Sebaik-baik dari kalian adalah generasiku (sahabat),


kemudian generasi sesudahnya (tabiin) dan generasi
sesudahnya (tabiut tabiin). (HR. Hakim)
Dalam tentang perpecahan umat yang akan berpecah
menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, Rosululloh
menjelaskan hanya satu golongan saja yang selamat, yaitu
orang-orang yang mengikuti jejak langkahku dan para
sahabatku. (HR. Tirmidzi)
7.
Berteman dengan kawan-kawan yang sholeh.
Yaitu berteman dengan orang-orang yang sama-sama
meniti manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah, yang senantiasa
komitmen kepada Sunnah Rosululloh dan para
sahabatnya.
Rosululloh bersabda:

32




))





((

Seseorang itu tergantung kepada agama kawan


akrabnya. Oleh karena itu, hendaklah salah seorang di
antara kalian meneliti siapa saja yang akan
dijadikannya sebagai kawan. (HR. Abu Dawud)






))








((



Perumpamaan teman yang baik dan yang buruk


adalah bagaikan penjual minyak dan pandai besi. Bila
berkawan dengan penjual minyak, maka boleh jadi dia
memberikan wewangiannya ataupun menjualnya,
atau kita akan mencium bau wanginya. Sedangkan
bila berkawan dengan pandai besi, maka boleh jadi
percikan apinya akan membakar baju atau akan
memberikan bau yang tidak sedap! (HR. Bukhori)
Abdulloh bin Syaudzab
berkata:



)



(









Sesungguhnya di antara nikmat Alloh kepada seorang


pemuda adalah bila dalam masa pencarian jati dirinya ia
berkatan dengan seorang Ahlus sunnah yang
membimbingnya kepada jalan Sunnah tersebut!

33

BAB VIII
PENGHALANG ITTIBA
Selain adanya berbagai sarana yang dapat mengantarkan
kepada ittiba, terdapat pula faktor-faktor penghalang dan
penghambat ittiba, di antaranya:
1.
al-Jahl (bodoh).
Kebodohan merupakan rintangan terbesar bagi ittiba,
bahkan dapat menyebabkan seseorang terjerumus dalam
kekufuran, bidah dan maksiat. Oleh karena itu, maka dalam
al-Quran dan as-Sunnah banyak kita jumpai peringatan agar
waspada dari kebodohan dan dari bahayanya serta
penjelasan tentang ilmu dan keutamaannya, sebagai obat
bagi penyakit jahl tersebut.
Alloh berfirman:


Katakanlah:
Robbku
hanya
mengharamkan
perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang
tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak
manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan)
mempersekutukan Alloh dengan sesuatu yang Alloh
tidak
menurunkan
hujjah
untuk
itu
dan
(mengharamkan) mengada-adakan terhadap Alloh apa
yang tidak kalian ketahui. [QS. al-Araf (7): 33]

34


Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungan jawabnya. [QS. al-Isra
(17): 36]
Rosululloh bersabda:



))























((




Sesungguhnya Alloh tidak akan begitu saja mencabut


ilmu dari hamba-hamba-Nya. Tetapi Alloh akan
mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama
hingga bila tidak tersisa seorang ulamapun, maka
kemudian umat manusia akan menjadikan para
pemimpin yang bodoh sebagai panutan. Kemudian
bila mereka ditanya, mereka pun akan berfatwa
dengan tanpa ilmu, mereka adalah orang-orang yang
sesat lagi menyesatkan. (HR. Bukhori)
Ibnu Masud
berkata:

)









(

Jadilah orang yang alim, atau yang mau belajar atau


orang yang mendengar (ilmu). Dan janganlah kamu menjadi
orang yang keempat, nisacaya engkau akan binasa! (HR.
Darimi)
Salman al-Farisi
berkata:

35

Umat manusia senantiasa berada dalam kebaikan


selama generasi awalnya masih tersisa, sehingga generasi
berikutnya akan belajar dari mereka. Apabila generasi awal
telah tiada sebelum generasi berikut belajar dari mereka,
maka umat manusiapun akan binasa! (HR. Darimi)
2.
Mengikuti hawa nafsu
Mengikuti hawa nafsu dan apa saja yang diinginkan oleh
nafsu merupakan salah satu rintangan terbesar ittiba dan
salah satu sebab yang dapat memalingkan seseorang dari
kebenaran.
Alloh berfirman:


Maka jika mereka tidak menyambut (seruanmu),
ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah
mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah
yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa
nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Alloh
sedikitpun. sesungguhnya Alloh tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zholim. [QS. alQashash (28): 50]



36


Maka terangkanlah kepadaku orang yang menjadikan
hawa
nafsunya
sebagai
Robbnya
dan
Alloh
menyesatkannya setelah sampainya ilmu kepadanya
dan Alloh telah mengunci mati pendengaran dan
hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?
Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk
sesudah Alloh (membiarkannya sesat). Maka mengapa
kalian tidak mengambil pelajaran? [QS. al-Jatsiyah
(45): 23]
3.
Mendahulukan pendapat para tokoh, syaikh atau para
pemimpin daripada nash-nash yang sangat jelas.
Alloh berfirman:


Apabila dikatakan kepada mereka: Marilah mengikuti
apa yang diturunkan Alloh dan mengikuti Rosul.
mereka menjawab: Cukuplah untuk kami apa yang
kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya. Dan
apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang
mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat
petunjuk? [QS. al-Maidah (5): 104]

37


Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam
neraka, mereka berkata: Seandainya dahulu kami
taat kepada Alloh dan taat (pula) kepada Rosul. Dan
mereka berkata: Wahai Robb kami, sesungguhnya
kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan (yang benar). Wahai Robb kami,
timpakanlah kepada mereka adzab dua kali lipat dan
kutuklah mereka dengan kutukan yang besar. [QS.
al-Ahzab (33): 66-68]
Asy-Syafii
berkata:
Umat telah sepakat bahwa barangsiapa yang telah jelas
baginya sunnah Rosululloh, maka dia tidak boleh
meninggalkannya hanya karena pendapat seseorang.
4.
Mendahulukan akal di atas dalil naqli yang shohih
Ibnu Abi al-Izz
berkata:
Tidaklah kokoh keimanan seseorang yang tidak mau
menerima nash-nash dua wahyu (al-Quran dan as-Sunnah)
secara totalitas dan tidak mau tunduk patuh kepadanya.
Sebaliknya, dia tidak boleh membantahnya dan tidak boleh
membenturkannya dengan pendapat nalar dan qiyas
analoginya.
5.
Bersandar dan berpegang teguh pada syubhat
Rosululloh bersabda:



))



((







38

Pada masa akhir umatku nanti akan muncul


sekelompok orang yang berbicara kepada kalian
tentang sesuatu hal yang kalian dan bapak kalian
belum pernah mendengarnya. Waspadalah kalian
terhadap mereka! (HR. Bukhori)
6.
Diam dan bungkamnya para ulama
Yaitu diamnya para ulama dalam menyebarkan
kebenaran dan dalam memberikan peringatan terhadap
kebatilan, hingga membuat suara kebatilan beredar dengan
luas.
Alloh berfirman:


Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk
yang
telah
Kami
turunkan,
setelah
Kami
menerangkannya kepada manusia dalam al-Kitab,
mereka itu dilaknati Alloh dan dilaknati (pula) oleh
semua (mahluk) yang melaknati, kecuali mereka yang
telah taubat dan memperbaiki apa yang mereka rusak
serta menerangkan (apa yang mereka sembunyikan),
maka terhadap mereka itulah Aku menerima
taubatnya dan Akulah yang Maha Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang. [QS. al-Baqoroh (2):
160]
39

Rosululloh

bersabda:






))



((





Barangsiapa yang ditanya tentang ilmu yang telah
diketahuinya kemudian ia menyembunyikannya, maka
kelak pada hari kiamat dia akan dikekang dengan
kekang dari api. (HR. Tirmidzi)











))



((








Tiada seorangpun yang telah menghafal ilmu


kemudian ia menyembunyikannya, melainkan pada
hari kiamat nanti dia didatangkan dalam keadaan
terkekang dengan kekang dari api. (HR. Ibnu
Majah)
7.
Bermajelis dengan ahli bidah dan maksiat
Ibnu Abbas
berkata:

Janganlah engkau bermajelis dengan pengikut hawa


nafsu (ahlul bidah), karena bermajelis dengan mereka
hanya akan mematikan hati.
8.
Berpijak kepada nash-nash yang lemah dan palsu.
Hal ini bahkan dapat dianggap sebagai salah satu
penghalang ittiba yang paling utama.

40

BAB IX
FAEDAH ITTIBA
Di antara faedah, buah dan manfaat ittiba yang sangat
luar biasa, baik di dunia maupun di akherat adalah:
A.
Faedah di dunia:
1.
Mendapatkan hidayah.
Alloh berfirman:


Wahai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepada
kalian Rosul Kami, menjelaskan kepada kalian banyak
dari isi Al kitab yang kalian sembunyikan, dan banyak
(pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang
kepada kalian cahaya dari Alloh, dan kitab yang
menerangkan. Dengan kitab itulah Alloh menunjuki
orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Alloh
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizinNya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. [QS.
al-Maidah (5): 15-16]

41


Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku
(al-Quran), maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya
pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia:
Wahai Robbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku
dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah
seorang yang melihat? Alloh berfirman: Demikianlah,
telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu
melupakannya, dan begitu (pula) pada hari inipun
kamu dilupakan. Dan demikianlah Kami membalas
orang yang melampaui batas dan tidak percaya
kepada ayat-ayat Robbnya. Dan sesungguhnya adzab
di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. [QS. Thaha
(20): 124-127]
2.
Memperoleh keberuntungan.
Alloh berfirman:

...

42

...Maka orang-orang yang beriman kepadanya,


memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya
yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Quran),
mereka itulah orang-orang yang beruntung. [QS. alAraf (7): 157]
3.
Tsabat (teguh) di atas kebenaran.


(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Alloh dan Rosul)
yang kepada mereka ada orang-orang yang
mengatakan: Sesungguhnya orang-orang kafir telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian,
karena itu takutlah pada mereka, maka perkataan itu
menambah keimanan mereka dan mereka menjawab:
Cukuplah Alloh menjadi Penolong kami dan Alloh
adalah sebaik-baik Pelindung. Maka mereka kembali
dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Alloh,
mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka
mengikuti keridhaan Alloh. Dan Alloh mempunyai
karunia yang besar. [QS. Ali Imron (3): 173-174]
4.
Mendapatkan perlindungan dan pertolongan.
Alloh berfirman:


43

Wahai Nabi, cukuplah Alloh sebagai pelindung


bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang
mengikutimu. [QS. al-Anfal (8): 64]
B.
Faedah di akherat
1.
Bergabung dengan barisan para nabi.
Alloh berfirman:


Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada
Ibrahim adalah orang-orang yang mengikuti beliau
dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang
beriman (kepadanya), yaitu kaum mukmin, dan Alloh
adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.
[QS. Ali Imron (3): 68]


Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: Wahai
Robbku, jadikanlah negeri ini (Makkah), negeri yang
aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku
daripada menyembah berhala-berhala. Wahai Robbku,
sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan
kebanyakan manusia, maka barangsiapa yang
mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai-Ku,
44

maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi


Maha Penyayang. [QS. Ibrohim (14): 35-36]
2.
Mendapatkan keluarga (keturunan) yang ikut meniti
jalan ittiba.
Alloh berfirman:


Dan orang-oranng yang beriman dan yang anak cucu
mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami
hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan
Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal
mereka. Setiap orang akan menanggung apa yang
dikerjakannya. [QS. ath-Thur (52): 21]


Wahai Robb kami, dan masukkanlah mereka ke
dalam surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada
mereka dan orang-orang yang sholeh di antara bapakbapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan
mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. [QS. al-Mumin (40):
8]
3.
Terhindar dari rasa takut dan kesedihan.
Alloh berfirman:
45


Kami berfirman: Turunlah kalian dari surga itu!
Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepada kalian,
maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku,
niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. [QS. al-Baqoroh
(2): 38]
4.
Memperoleh pintu taubat dan ampunan.
Alloh berfirman:


Sesungguhnya Alloh telah menerima taubat Nabi,
orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshor yang
mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati
segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian
Alloh menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya
Alloh Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
mereka. [QS. at-Taubah (9): 117]

46

(Malaikat-malaikat) yang memikul Arsy dan malaikat


yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji
Robbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta
memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman
(seraya mengucapkan): Ya Robb Kami, rahmat dan
ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah
ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan
mengikuti jalan-Mu dan peliharalah mereka dari
siksaan neraka yang menyala-nyala. [QS. al-Mumin
(40): 7]

47

PENUTUP
Ittiba kepada Rosululloh adalah rambu kedua dari
rambu-rambu shirotul mustaqim yang terpenting. Apabila
tauhid sebagai rambu pertama dalam meniti shirotul
mustaqim adalah realisasi dari ketaatan dan kecintaan
kepada Alloh yang merupakan hak-Nya, maka ittiba
merupakan realisasi dari hak Rosululloh , sebagai bukti dan
manifestasi dari ketaatan dan kecintaan kepada beliau .
Walaupun kedua hak tersebut memiliki perbedaan,
namun keduanya memiliki keterkaitan hubungan yang
sangat erat, yaitu sama-sama sebagai pintu gerbang
hidayah.
Setelah kita membaca Buku Tauhidulloh (Mengesakan
Alloh ), maka kita diibaratkan telah membuka salah satu
pintu gerbang hidayah, bahkan pintu gerbang pertamanya.
Maka Buku al-Ittiba (Mengikuti Nabi ) adalah pintu gerbang
hidayah yang berikutnya. Oleh karena itu, marilah kita
pelajari dan kaji dengan seksama Buku al-Ittiba ini.
Mudah-mudahan Alloh semakin mengokohkan hidayahNya yang telah diberikan kepada kita semua dan bahkan
semakin menambahkannya bagi kita. Amin....

48

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahnya.


Alam as-Sunnah al-Mansyuroh li Itiqod athThoifah an-Najiyah al-Manshuroh, Syaikh Hafizh bin
Ahmad al-Hakamiy, ed. Dr. Ahmad bin Ali Alusiy
Madkholiy, Riyadh: Maktabah ar-Rusyd, 1424 H/2003.
Ilm al-Aqidah inda Ahli as-Sunnah wa alJamaah, Dr. Muhammad Yusri, Riyadh: Dar Thoyyibah,
1427 H/2006.
Al-Itmam bi Syarh al-Aqidah ash-Shohihah wa
Nawaqidh al-Islam, Syaikh Abdul Aziz bin Fathi bin asSayyid Id Nada, Riyadh: Dar al-Arqom, 1420 H/1999.
Al-Ittiba Anwauhu wa Atsaruhu fi Bayan alQuran, Syaikh Muhammad bin Mushthofa as-Sayyid,
Riyadh: Maktab Majallah al-Bayan, 1423 H/2002.
Ittiba an-Nabiy fi Dhou al-Wahyain, Syaikh
Faishol bin Ali al-Badaniy, ed. Dr. Sholeh bin Fauzan alFauzan et.all., Riyadh: Maktab Majallah al-Bayan, 1422
H/2001.
Iqozh al-Himmah li Ittiba Nabiy al-Ummah,
Syaikh Kholid bin Suud al-Ajmiy, ed. Dr. Sholeh bin
Fauzan al-Fauzan, Riyadh: Dar al-Wathon, 1422 H/2001.
Al-Madkhol li Dirosah al-Aqidah al-Islamiyyah
ala Madzhab Ahli as-Sunnah wa al-Jamaah, Dr. Ibrohim
bin Muhammad al-Buroikan, Khobar: Dar as-Sunnah, 1415
H/1994.
Manhaj at-Talaqqi wa al-Istidlal Baina Ahli asSunnah wa al-Mubtadiah, Syaikh Ahmad bin Muhammad
ash-Shuwayyan, Riyadh: Maktab Majallah al-Bayan, 1422
H/2001.
Nur al-Huda wa Zhulumat adh-Dholal fi Dhou alKitab wa as-Sunnah, Dr. Said bin Ali bin Wahaf alQohthoniy, 1421 H/2000.
49

Shiro al-Fikr wa al-Ittiba, Syaikh Adnan bin


Muhammad Alu Arur, al-Jizah: Muassasah Qurthubah,
1416 H/1995.

50

Sudah menjadi hal yang lumrah dan bahkan menjadi


prinsip yang paling dasar dalam Islam bahwa menyelisihi
Sunnah Rosululloh , mengikuti jalan selain jalan beliau ,
tidak merealisasikan perintah beliau dan tidak
meninggalkan larangan beliau, semua itu tidak diragukan
lagi termasuk ke dalam bentuk penyelisihan terhadap
bagian kedua dari kalimat syahadat, yaitu syahadat wa
Asyahadu Anna Muhammadan Rosululloh.
Makna utama dari syahadat Asyahadu Anna
Muhammadan Rosululloh terhimpun dalam satu ungkapan
singkat, yaitu ittibaun Nabiy (mengikuti Nabi ), yang
tiada lain merupakan salah satu pilar utama Islam, fondasi
yang membangunnya dan juga termasuk hal yang sudah
dimaklumi bersama sebagai sebuah kewajiban yang harus
ditegakkan.
Buku ini diharapkan menjadi penuntun bagi kita semua
untuk mengetahui, memahami, bersegera meniti, mengajak
dan mendakwahkan orang lain untuk meniti dan
memperjuangkan jalan ittiba hingga akhir hidup kita di
dunia fana ini.
Mudah-mudahan Alloh semakin mengokohkan hidayahNya yang telah diberikan kepada kita dan bahkan semakin
menambahkannya bagi kita semua. Amin....

51

You might also like