Potensi Bahan Tambang Sirtu di Wilayah DIY dan Pengaruh

Karakteristik Roundness Butir Pasir Terhadap Nilai Jual

Berdasarkan Aspek Geologi
Muhammad Hery Setyawan

Rendi Kurniawan

Jurusan Teknik Pertambangan

STTNAS Yogyakarta
herry_setyawan@ymail.com

Jurusan Teknik Pertambangan

STTNAS Yogyakarta
kurniawanrendy38@yahoo.co.id

Abstract
DIY has the potential for considerable mineral industry prospects, one of which is the
mineral sand and stone, hereinafter referred to Sirtu. This is supported by the presence of
Mount Merapi as the source material of the mine.
Gravel mineral occurrences in the regional geology DIY divided into three locations,
namely the upstream location, central location, and the downstream location. Upstream
consists of Krasak river, Gendol river, Boyong river. In the middle part consists of the Progo
river and downstream consists of Opak river.
In use as a construction material, of course, required the sand with different criteria.
For example sand in the upstream region of origin of sand has the characteristics of Mount
Merapi cold lava flow or flow of river water tipped at Merapi. Coarse sand, black, mud content
of about 5%. Sand in the middle has the characteristics of sand origin or cold lava eruption of
Mount Merapi at times a little water discharge, grains of sand are, black, mud levels
approximately 10% -15%. And sand downstream have different characteristics with other
sands, which have the form of a relatively rounded grains, fine grain size, and have a lot of
metal elements such as opaque minerals resistant.
Scientifically, genesis sand deposits derived from the eruption of Mount Merapi
material which is then subjected to transportation within the near, medium, to a great distance
or downstream. Surely in this transport process suffered crushing sandstone material affecting
grain size and shape (roundness). In addition, the farther away it is the content of clay or mud
will be higher. This is what causes the difference in the value of the sale of sand from each
location in DIY.
Sand in the middle of the highest commercial value, which ranges from Rp 120.000,00
to Rp 150.000,00 / m, as grain size, roundness, and clay content which supports the
construction compactness. Sand from upstream has selling cheaper than the sand of the central
area, which is between Rp 100,000.00 to Rp 115,000.00 / m, this was due to the little clay
content, a relatively large grain size and roundness are tapered , thus requiring a more
extravagant cement. While sand from downstream, low commercial value which is between Rp
70.000,00 and Rp 90.000,00 / m, due to a fairly high clay content and butiranya is too smooth,
so easy brittle when used as a construction material.
Therefore, in an effort to maximize the potential of mining in DIY, the government
should be more observant to monitor and regulate the exploitation of minerals in accordance
with peruntukanya gravel, so that the variation in sales value that is too high can be avoided.
Keywords: location of occurrences, grain size, roundness, clay content, and the value of sales

Abstrak

DIY memiliki potensi bahan galian industri yang cukup prospek, salah satunya adalah
bahan galian pasir dan batu yang selanjutnya disebut dengan Sirtu. Hal ini didukung oleh
keberadaan gunung Merapi sebagai sumber bahan tambang tersebut.
Keterdapatan bahan tambang sirtu di DIY secara geologi regional dibagi menjadi tiga
lokasi, yaitu lokasi hulu, lokasi tengah, dan lokasi hilir. Di bagian hulu terdiri dari kali Krasak,
kali Gendol, kali Boyong. Di bagian tengah terdiri dari Kali Progo dan di bagian hilir terdiri
dari Kali Opak.
Dalam penggunaannya sebagai bahan konstruksi, tentunya diperlukan pasir dengan
kriteria yang berbeda-beda. Sebagai contoh pasir di daerah hulu mempunyai karakteristik asal
pasir aliran lahar dingin gunung Merapi ataupun aliran air sungai yang berhulu di Merapi.
Butiran pasir kasar, warna hitam, kadar lumpur sekitar 5%. Pasir di daerah tengah memiliki
karakteristik asal pasir erupsi atau aliran lahar dingin gunung Merapi pada kali yang debit
airnya sedikit, butiran pasir sedang, warna hitam, kadar lumpur sekitar 10%15%. Dan pasir
di daerah hilir memiliki karakteristik berbeda dengan pasir-pasir yang lain, yaitu memilki
bentuk butir yang relatif membulat, ukuran butir halus, dan memiliki banyak kandungan unsur
logam seperti mineral opaque yang resisten.
Secara ilmiah, genesa endapan pasir berasal dari material hasil letusan gunung
Merapi yang kemudian mengalami transportasi dalam jarak yang dekat, menengah, sampai
jarak yang sangat jauh atau hilir. Tentunya dalam proses transportasi ini material batu pasir
mengalami penggerusan sehingga mempengaruhi ukuran dan bentuk butir (roundness). Selain
itu, semakin jauh jaraknya maka maka kandungan clay atau lumpurnya akan semakin tinggi.
Hal inilah yang menyebabkan perbedaan nilai jual pasir dari masing-masing lokasi di DIY.
Pasir di daerah tengah memiliki nilai jual paling tinggi, yaitu berkisar antara Rp
120.000,00Rp 150.000,00/m, karena ukuran butir, roundness, dan kandungan clay yang
mendukung kekompakan konstruksi bangunan. Pasir dari daerah hulu memiliki nilai jual yang
lebih murah dari pada pasir dari daerah tengah, yaitu antara Rp 100.000,00Rp
115.000,00/m, hal ini disebabkan karena kandungan clay yang sedikit, ukuran butir yang
relatif besar, dan roundness yang meruncing, sehingga membutuhkan semen yang lebih boros.
Sedangkan pasir dari daerah hilir, memiliki nilai jual terendah yaitu antara Rp 70.000,00Rp
90.000,00/m, dikarenakan kandungan clay yang cukup tinggi dan butiranya yang terlalu halus,
sehingga mudah rapuh apabila dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi.
Oleh karena itu, dalam upaya memaksimalkan potensi bahan tambang di wilayah DIY,
pemerintah seharusnya bisa lebih jeli dalam mengawasi dan mengatur eksploitasi bahan
tambang sirtu sesuai dengan peruntukanya, sehingga variasi nilai jual yang terlalu tinggi bisa
dihindari.
Kata kunci : lokasi keterdapatan,ukuran butir, roundness, kandungan clay, dan nilai jual