Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 7
eae ee SISTEM "PELAT TERPAKU" (NAILED SLAB) UNTUK PERKUATAN PELAT BETON PADA PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) Hary Christady Hardiyatmo Kerua Pengelola Magister Pengelolaan Sarana Prasarana (MPSP) Jurusan T-Sipil dan Lingkungan FT-UGM Abstrak Bergelombangnya tana dasar dart struktur perkerasan, bia terjadi penurunan atau keraian {anh secara tidak seragan, sering menjadi masalah ketidaknyamanan (alu limas kendaraan, Selain iw, geraan naiicturun perkeroson yong berleblhan oleh beban lal lintas juga mengurangi heewelan ‘perkerasan Jalan Pada perkerasan kaka (rigid pavemen), masalah ketidalratoan permukaan don Jetidak awetan perkerason, dapat dimimumkan dengan card memasang tiang-tiang yang berguna untuk memiberikan tambahan dukungan tonah dasar yang sekaligus sebagai “paki” yang menahan serakan noik-turum pelot, Hasil wi beban sikik pada pelat beton yang didukung tions. menunjukkan ‘eduksi penururan pelat oleh akibat beban, sehingga memberikan kenaikan modulus reaksi subgrade ddinamii. Kenaikan kekuatan dukurgan fonah dasar ii memberikan tebal perkerasan beton sane bik ‘pis. Pengaruh pemasangan tang sebagai paku juga dapat mengurangi pemurunan tidok seregam, arena oleh adanya tahanon gesek Hang hetika tanah di sekitarsisiem pelar-tiang mengaiami gerakan 4 atas marypun ke Bawa Kata-kata Runet: pelat beton, tang, penurunan tidak seragam. 1. LATAR BELAKANG: Strukturperkerasan _berguna memberikan petmukaan rata bagi pengendara, mendistribusikan beban kendaraan di atas tanah dasar, sehingga melindungi tanah dari tekanan yang berlebihan, dan melindungi tanah daser dari pengaruh buruk perubahan cuaca, Deformasi tanah dasar dati _struktur pperkerasan, bila terjadi penurunan atau kenaikan ftanah secara tidak seragam, sering menjadi - masalah Ketidaknyamanan lalu lintas kendaraan, Selain itu, getaran akibat beban lalu lintas juga menyebabkan gerakan naik-turun perkerassn yang. mengurangi keawetan perkerasan jalan, Pada perkerasan kaku (rigid pavement), masalah ke- fidak-rataan permuksan dan ke-tidak-awetan petkerasan, dapat dikurangi dengan cara memasang. tiang-tiang yang berguna untuk ‘memberiken tambahan dukungan tanah dasar yang sekaligus menahan gerakan aik-turun pelat sehingga menambah keawetan perkerasan. Oleh arena iru, diperlukanupaya penanganan techadap ke-tidak-ratsan permukean, Jalan dengen salah satu alternatifnya adalah dengan memasang tiang-tiang kecil dan pendek. Yogyakarta, 12 April 2008 2. LANDASAN TEORI Dalam praktek, terdapat tiga tipe perkerasan, yaitu perkerasan lentur atau aspal, kaku stay beton dan komposit (kombinasi kedvanya). Perkerasan kaku terdiri dari pelat beton relatf tipis ‘yang diletakkan pada tanah dasar (subgrade) atau lapis pondasi (base course) atau lapis pondasi bawah (subbase course). Kapasitas dukung dari struktur gabungan pelat beton, lapis pondasi dan tanah dasar, terutama oleh adanya “aksi balok atau aksi jembatan” dari perkerasan. Lapis pondasi berfungsi untuk menghindarkan aksi pemompaan (pumping), sebegai lapis drainase, selain untulc perbaikan struktural. Dalam perkerasan beton, karcna pelat befon merupekan komponen penting, ‘maka tegangan-tegangan yang terjadi pada beton etika dibebani oleh beban lalu-lintas harus iperhitungkan dengan seksama. Tegangan- tegangan beton yang harus diperhitungan tersebut, adalah tegengan yang timbul akibat beban lalu Tinwas, beds temperatur, kembang-susut tanan dasar, perubahan kelembaban dan akibat beban lalu Tintas. Perkerasan kaku, umumnya dapat dibagi ‘menjadi tiga tipe, yaitu: (1) perkerasan beton tanpa tulangan {fotnted plain concrete pavement, PCP), fon (2) perkerasan beton bertulang dengan sambungan Gointed reinforced concrete pavement, JRCP), dan (3) perkerasan beton bertulangan kontinyu (continiously reiforced concrete pavement, RCP) (Austroads, 1992). Tutangan beton berfungsi sebagai pengendali melebernya retak Retak yang discbabkan oleh tckuk/melengkung (warping), susut dan beberapa akibet beban, akan ‘merusak jika transfer beban melintasi retak hilang, Yoder dan Witczack (1975) menyarankan dika panjang pelat atau jarak sambungan kurang dari 6 m (20 f), make tidak diperlukan tulangan, dike panjang sambungan lebih besar dari 6 m (20 £1), maka diperlukan tulangan (wire mesh) untule mengeadalikan retak, dan jika panjang pelat hringga mencapai 500 ft (150 m), maka volume tulsngan yang diperlukan untuk mengendalikan ‘etak (agar retakan tidak memisahkan pelat, schingga pelattetap menyctu) menjadi besar. Pada Perkerasan tanpa tulangan, bila digunakan cement-ireated-base, maka lapisan ini berguna untuk membantw dalam transfer beban di sambungan, Dengan demikian, kebutohan fulangan dalam perkerasan beton sangat ipengaruhi oleh: (1) jarak sambungan dan (2) penggunaan lapis pondasi antara tanah dasar dan Derkerasan. Penggunaan tulangan beton dalam Berkerasan Kaku, terutama ditujskan untuk menahan berkembangnya retak yang melebar, Yang terjadi seat beton menyusut dan gerakan yang bebas antara pelat beton dan tanah dasar tertahan oleh gesekatt. Menurut AASHTO (1986), ‘mekanisme perkembangan retak dipengaruhi oleh: (1) temperatur dasvatan kelembaban yang terkait dengan penyusutan pelat, dan (2) tahanan gesek dari material di bawah pelat. Dijelaskan, ketika (emperatur turun atau kadar air bericurang, pelat ‘cenderung menyusut. Penyusutan ini tertahan oleh gesekan antara pelat dan material di bawahnys, Periawanan penyusutan pelat, mengakibatkan tegangan tarik di datem pelat yang nilainya mencapsi_maksimum di tengah pelat. Ji tegangan tarik ini melampaui kuat tarik beton, make akan terjadi retak, dan seluruh tegangan- Aegangan akan ditransfer ke tulangan, Jadi, fulangan harus dirancang dapat menahan fegangan-tegangan tersebut dengan tanpa ‘mengalami perpanjangan berlebihan yang akan menghasilkan retak yang melebar. Volume tulangan yang dibutubkan untuk peskecasan, bergantung pada dimensi pelat beton dan araktevistik gesekan tanah dasar, Untuk memutuskan —digunakannya tulangan apa tidak, maka perlu diperhatiken Penggunaan lapis pondasi yang kuat apa tidak. Yogyakarta, 12 April 2008 men Jika lapis pondasi digunakan cement-reated base, maka kekuatan struktural perkerasan akan bertambah. Lapis pondasi ini juga membanta transfer beban pada samoungan yang tanpa atau dengan ruji (dowel) (Yoder dan Witczack, 1975) Pelat beton yang pendck tanpa culang, kadang- kadang dapat digunakan sebagai perkerasan jalan raya dengan baik, Panjang sambungan akan mengontrol tingkat penguncian antar butic untuk transfer beben. Untuk meminimalkan timbulnya retak, maka umumnya dilakukan hal-hat berikut (1) pelat dibuat pendek dan transfer beban diberikan ofeh penguncian antara butir, (2) retak atau sambungan diikat dengam tie-bar atau tulangan {erdistribusi untuk mencegah retak atau sambungan membuka, dan (3) gerakan pada sambungan dibotehkan, yaitu dengan memasang batang ruji (dowel bar) pada sambungan. Persamaan untuk — menentukantebal perkerasan beton menurut AASHTO (1986): Jog Win = Zp 5, + 7.35 x log(D+1)- 0,06 ast 4a 329) x +B 422-0329 tog oe 2186 dengen: Woe = desain lau fintas (ESAL) S. = standar deviasi 2 = standar deviesi normal D_=tebal pelat beton (in.) APSI™ servicebilty loss © Po, Po * initial servicebility 2, = terminal servicebility index S.' = modulus of rupture (psi). Cy ~koefisien drainase J koefisien transfer beban Ez ~ modulus elastisitas beton (psi) 4 modulus reaksi subgrade (pci) Nilai modulus reaksi subgrade (k) yang

You might also like