Professional Documents
Culture Documents
Studi Kerentanan Airtanah Terhadap Intru
Studi Kerentanan Airtanah Terhadap Intru
PENDAHULUAN
Jumlah penduduk Kota Semarang tahun
2005 adalah sekitar 1.419.782 jiwa. Kurang
lebih 60% -nya tinggal di dataran pantai seluas
138,55 km2 atau sekitar 37% dari luas total
Kota Semarang. Kebutuhan air bersih
LOKASI PENELITIAN
Daerah penelitian terletak di Dataran
Pantai Kota Semarang. Secara geografis
terletak antara koordinat UTM 922500 meter 923300 meter utara dan 433500 meter
438500 meter timur dengan luas sekitar 27 km2
dan secara administratif termasuk kedalam
wilayah Kecamatan
Semarang Utara,
Semarang Tengah, Semarang Timur dan
sebagian Semarang Selatan (Gambar 1).
METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan penelitian yang dilakukan
terdiri dari: inventarisasi data sekunder dan
studi literatur, survei lapangan untuk
pengukuran elevasi muka airtanah dan
identifikasi sifat fisika airtanah (TDS, DHL,
Suhu dan pH), dan evaluasi data yang telah
dikumpulkan seperti penentuan zona airtanah
tawar-payau, sifat dan parameter akuifer, peta
parameter kerentanan dan zona debit
pengambilan airtanah. Selanjutnya untuk
menganalisis kerentanan airtanah terhadap
intrusi airlaut, digunakan dua skenario, yaitu
Skenario I dan Skenario II.
Skenario I merupakan tahap validasi
metode yang akan digunakan untuk
pembuatan peta kerentanan airtanah pada
Skenario II, yaitu Metode GALDIT (Chachadi &
Lobo-Ferreira, 2001). Pada skenario ini
parameter jarak dihitung dari garis pantai.
Langkah
validasi
dilakukan
dengan
membandingkan peta yang dihasilkan pada
skenario ini dengan kondisi aktual intrusi
airlaut di lapangan. Apabila peta tersebut
menunjukkan ada kesamaan, maka metode
tersebut langsung digunakan untuk analisis
kerentanan pada Skenario II. Apabila hasilnya
berbeda, maka dilakukan modifikasi, yaitu
dengan cara menyusun ulang parameter dan
bobot (weight) yang digunakan, sehingga peta
yang dihasilkan mendekati kondisi aktual
intrusi airlaut di lapangan.
Skenario
II
merupakan
tahap
pembuatan peta kerentanan airtanah intrinsik
dan spesifik untuk daerah yang belum
terpengaruh oleh intrusi airlaut dengan
menggunakan Metode GALDIT yang telah
divalidasi. Pada skenario ini parameter jarak
dihitung dari batas zona airtanah tawar payau. Peta kerentanan airtanah spesifik
didapatkan dengan menggabungkan peta
kerentanan airtanah intrinsik dan peta zona
debit pengambilan airtanah.
GEOLOGI REGIONAL
STRATIGRAFI
Berdasarkan Peta Geologi Regional
Lembar Magelang-Semarang (Thanden dkk.,
1996), stratigrafi daerah penelitian disusun oleh
Formasi Damar dan Endapan Alluvial.
Hubungan antara Formasi Damar dengan
Endapan Alluvial tersebut adalah tidak selaras.
Susunan stratigrafi daerah penelitian mulai dari
umur tua ke yang muda, adalah sebagai
berikut:
Formasi Damar
Formasi Damar terdiri atas batupasir
tufan, konglomerat, dan breksi vulkanik
Batupasir mengandung mineral mafik, felspar,
dan kuarsa. Formasi ini tersebar di sebelah
selatan daerah penelitian. Formasi ini berumur
Pliosen-Plistosen, dan sedimennya sebagian
diendapkan di lingkungan nonmarin, yang
dicirikan oleh fosil sisa vertebrata. (Thanden
dkk., 1996).
Endapan Alluvial
Menurut Thanden dkk. (1996), endapan
alluvial ini terdiri dari endapan pantai, sungai
dan danau. Endapan pantai litologinya terdiri
dari lempung, lanau dan pasir, membentuk
endapan delta dan endapan dekat pantai dan
mencapai ketebalan lebih dari 50 m. Endapan
sungai dan danau terdiri dari kerikil, pasir dan
lanau dengan tebal 1 3 m. Endapan Alluvial
tersebar cukup luas di daerah penelitian dan
menutupi sekitar 95% dari total luas daerah
penelitian.
HIDROGEOLOGI
Menurut Sihwanto dkk. (1988) secara
umum aliran airtanah di Kota Semarang
mengalir dari daerah pegunungan di sebelah
selatan ke dataran pantai di sebelah utara.
Adanya perbedaan litologi dan morfologi
penyusun
wilayah
Kota
Semarang
menyebabkan penyebaran airtanah tidak
merata di seluruh wilayah. Airtanah tersebut
HASIL PENELITIAN
KARAKTERISTIK AKUIFER
Berdasarkan hasil korelasi data
pemboran di Kota Semarang, bagian dasar
akuifer bebas terdapat pada kedalaman 30
50 meter dari permukaan tanah setempat
dengan ketebalan berkisar antara 24 48
meter. Tersusun oleh material lepas berukuran
pasir halus-sedang, hitam keabu-abuan hingga
abu-abu kecoklatan, bersifat lempungan dan
agak padat dan pasir kerikilan abu-abu
Parameter
Jenis akuifer
(G)
Bobot
1
3
2
Konduktifitas
hidrolika (A)
Elevasimuka
airtanah (L)
Jarak
dari
pantai (D)
Pengaruh
intrusi
yang
pernah terjadi
(I)
Ketebalan
akuifer (T)
Pembagian kelas
kisaran secara linear
Pembagian kelas
kisaran secara linear
Pembagian kelas
kisaran tidak
konstan
Modifikasi
Tidak ada
Digabung dengan
parameter T (ketebalan
akuifer) menjadi parameter
harga keterusan air
Pembagian kelas kisaran
secara logaritmik dengan
perbedaan satu magnitude
Pembagian kelas kisaran
dibuat secara logaritmik
dengan perbedaan satu
magnitude
Pembagian kelas kisaran
dibuat dengan beda 500 m
Parameter
Bobot
Jenis akuifer
Harga
keterusan
air
Elevasi
muka
airtanah
Jarak dari
pantai/
air asin
Dihilangkan
NAMA
KELURAHAN
Bandarharjo
Bangunharjo
Barusari
Brumbungan
Bugangan
Bulu Lor
Bulustalan
Dadapsari
Gabahan
Jagalan
Karang Kidul
Karang Tempel
Karang Turi
Kauman
Kebon Agung
Kembangsari
Kemijen
Kranggan
Kuningan
Miroto
Mlatibaru
Mlatiharjo
Mugasari
Pandansari
Panggung kidul
Panggung Lor
Pekunden
Peterongan
Pindrikan Lor
Pleburan
Plombokan
Prindrikan Kidul
Purwodinatan
Purwosari
Randusari
Rejomulyo
Rejosari
Sarirejo
Sekayu
Tanjung Mas
Wonodri
JUMLAH
JUMLAH PENGAMBILAN
AIRTANAH (liter/detik
2007
2020
2040
2.511
482
1.056
515
1.216
1.935
832
1.395
985
802
726
602
473
530
626
661
1.736
836
1.772
714
1.228
788
1.228
479
719
1.871
607
1.036
974
875
1.026
535
634
1.166
1.184
566
2.308
1.329
557
3.813
1.748
45.077
15
3
6
3
7
11
5
8
6
5
4
3
3
3
4
4
10
5
10
4
7
5
7
3
4
11
4
6
6
5
6
3
4
7
7
3
13
8
3
22
10
263
3.231
620
1.359
663
1.564
2.490
1.071
1.796
1.268
1.032
935
774
609
682
806
850
2.234
1.076
2.281
919
1.580
1.014
1.581
616
925
2.408
781
1.333
1.253
1.126
1.321
689
816
1.501
1.523
729
2.970
1.710
717
4.907
2.249
58.007
4.763
914
2.003
977
2.306
3.671
1.578
2.647
1.869
1.521
1.378
1.141
898
1.006
1.188
1.253
3.294
1.586
3.362
1.355
2.329
1.494
2.330
908
1.364
3.549
1.152
1.965
1.847
1.659
1.947
1.015
1.203
2.212
2.246
1.074
4.377
2.521
1.057
7.233
3.315
85.505
19
4
8
4
9
14
6
10
7
6
5
4
4
4
5
5
13
6
13
5
9
6
9
4
5
14
5
8
7
7
8
4
5
9
9
4
17
10
4
28
13
336
28
5
12
6
13
21
9
15
11
9
8
7
5
6
7
7
19
9
19
8
13
9
13
5
8
21
7
11
11
10
11
6
7
13
13
6
25
15
6
42
19
495
Gambar 4. Peta Kerentanan Airtanah Spesifik Terhadap Intrusi Airlaut Daerah Penelitian
KESIMPULAN
Dari uraian tersebut diatas, maka
kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Chachadi, A.G dan Lobo-Ferreira, J.P. 2001.
Seawater Intrusion Vulnerability Mapping
of Aquifers Using the GALDIT Methods.
Coastin,
(online),
no.
4,
(http://www.teriin.org/teriwr/coastin/newslett/coastin4.pdf., diakses
25 Mei 2007).
Chachadi, A.G dan Lobo-Ferreira, J.P. 2003.
Assesing The Impact of Sea-Level Rise
on Saltwater Intrusion in Coastal Aquifers
Using
GALDIT
Model,
(online),
(http://www.aprh.pt/celtico/papers/Galdit
_APRH_July2003.pdf, diakses 25 Mei
2007).
Sihwanto, Mukna, H.S dan Arifin, B. 1988.
Survey Potensi Airtanah Daerah
Semarang dan Sekitarnya. Laporan No.
03/HGKA/1988. Bandung: Direktorat
Geologi Tata Lingkungan, Departemen
Pertambangan dan Energi.
Sihwanto dan Satriyo. 1990. Metoda
Penentuan Penyebab Keasinan Airtanah
(Studi Kasus Daerah Dataran Pantai
Dumai, Riau). Proceeding PIT XIX IAGI.
Bandung, 11-13 Desember 1990.