Hary Christady Hardiyatmo
STABILISASI TANAH
UNTUK PERKERASAN JALAN
Va
_
Gadjah Mada University PressDAFTAR ISI
PENGANTAR ... v
PERSEMBAHAN .. vi
DAFTAR ISI ...... vii
BAB I —- STABILISASI TANAH ... 1
1.1 Pendahuluan .... 1
1.2. Stabilisasi Tanah Untuk Pembangunan Jalan . 2
1.3 Tipe-tipe Stabilisasi ... 3
1.3.1 Stabilisasi Mekanis 3
1.3.2. Stabilisasi Dengan Menggunakan Bahan-Tambah . 5
1.4 Modifikasi Tanah 6
1.5 Stabilisasi Tanah 6
BAB II — PEMILIHAN BAHAN TAMBAH 7
2.1 Pendahuluan 7
2.2 Pertimbangan Pemilihan Bahan-Tambah i}
2.3 Metode Pemilihan Bahan-Tambah ... A
2.3.1 Alaska Department of Transportation and Public
Facilities Research & Technology Transfer 8
2.3.2. Ingles dan Metcalf (1972) .... 9
2.3.3. Deartment of the Army and the Air Forces 10
2.3.4 Indiana Department of Transportations 13
2.4 Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan 15
1 2.4.1 Iklim ... 15
2.4.2. Uji Laboratorium .... 15
2.4.3 Ketersediaan Biaya, Alat, Personil dan Bahan .. 15
Daftar Isi vii4.9.3 Prosedur State Department of Highways and Public
Transportation Texas
4.9.4 Prosedur Illinois ...
4.9.5 Prosedur Department of The Army and the
Air Force ....
4.10 Pengujian di Laboratorium ..
4.10.1 Persiapan Campuran Tanah-Kapur
4.10.2 Persiapan Benda Uj
4.10.3 Waktu Pemeraman
4.10.4 Uji Laboratorium .
4.11 Aplikasi di Lapangan
4.12 Metode Pencampuran
4.12.1 Pencampuran di Tempat
4.12.2. Pencampuran di Pabrik
4.12.3 Injeksi Tekan
4,13 Pelaksanaan di Lapangan
4.13.1 Pekerjaan Persiapan Tanah .
4.13.2 Persiapan Kapur .....
4.13.3 Pemadatan
4.13.4 Perawatan
4.13.5 Cara Pelaksanaan Menurut SNI 03-3437-1994 .
4.13.6 Kontrol Kualitas (Qualitas Control) ..
4.14 Stabilisasi Kapur untuk Pemeliharaan Jalan ..
4.15 Stabilisasi Tanah-Kapur pada Jenis Tanah yang See
Mengandung Bahan Pozzolan ... se
BAB V - STABILISASI TANAH-ASPAL .
5.1 Pendahuluan ..
5.2 Tipe-tipe Stabilisasi Aspal ..
5.3 Bahan .....
5.3.1 Aspal
5.3.2 Tanah ..
5.3.3 Air...
5.3.4 Garam
# Stabilisasi Tanah Untuk Perkerasan Jalan5.4 Sifat-sfat Campuran Tanah-Aspal
5.4.1. Kepadatan Maksimum dan Kadar Air Optimum
5.4.2. Pengaruh Kadar Aspal terhadap Kuat Tekan.
Bebas ...
5.4.3. Pengaruh Temperatur terhadap CBR Lapangat
5.4.4 Pengaruh Kadar Aspal terhadap Penyerapan Air
5.5 Perancangan Kadar Aspal ..
5.6 Kriteria
5.7 Uji Laboratorium
5.7.1 Uji Modified Hubbard Field
5.7.2 Uji Penetrometer Kerucut
5.7.3 Uji Modified Florida Bearing Value
5.8 Pelaksanaan di Lapangan
5.8.1 Stabilisasi dengan Semen Aspal Panas
5.8.2 Stabilisasi dengan Aspal Cair .
5.8.3 Pemadatan
5.9 Faktor-faktor yang perlu Diperhatikan ..
BAB VI — STABILISASI TANAH-ABU-TERBANG
6.1 Pendahuluan ....
6.1 Tipe-tipe Abu-Terbang .
6.2.1 Abu-Terbang Self-cementing dan Non
Self-cementing .....
6.2.2 Abu-Terbang Terhidrasi dan Abu-Terbang
Terkondisi
6.3. Sifat-sifat Abu-Terbang
6.4 Klasifikasi Abu-Terbang .
6.5 Sifat-sifat Campuran Tanah-Abu-Terbang
6.5.1 Modifikasi Plastisitas dan Pengembangan .
6.5.2. Hubungan Kadar Air dan Kepadatan
6.5.3. Kekuatan .
6.6 ,Pelaksanaan Stabilisasi ....
6.6.1 Lokasi Pencampuran
6.6.2. Penghamparan Abu-Terbang ..
6.6.3. Pemberian Air ...
Daftar Isi
xi6.7
6.8
BAB VII — PEMADATAN
74
We
Vd
78
79
6.6.4 Pemadatan di Lapangan
6.6.5 Perawatan .
Stabilisasi Kapur-Semen-Abu-Terbang .
Hal-hal yang perlu Diperhatikan ....
Pendahuluan ....
Hubungan Berat Volume Kering dan Kadar Air ..
Uji Pemadatan di Laboratorium
7.3.1 Nilai-nilai Kisaran Berat Volume Kering Maksimum
dan Kadar Air Optimum ..
7.3.2 Kemungkinan Kesalahan alata U; Potadtah
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemadatan .
7.4.1 Berat Volume Kering Awal .
7.4.2, Pengaruh Kadar Air ...
7.4.3. Pengaruh Usaha Pemadatan
7.4.4 Pengaruh Jenis Tanah ...
Tipe-tipe Alat Pemadat di Lapngan i
Variabel yang Mempengaruhi Hasil Pemadatan Tanah di
Lapangan i
7.6.1. Pengaruh Jenis Tanah
7.6.2. Pengaruh Tipe Mesin Pemadat
7.6.3. Pengaruh Prosedur Pelaksanaan .
Persyaratan Pemadatan Tanah di Lapangan .
7.7.1 Spesifikasi Pemadatan
7.7.2. Variasi Hasil Pemadatan
7.7.3 Percobaan Pemadatan di Lapangan
Parameter Kontrol Hasil Pemadatan ..
7.8.1. Kepadatan di Tempat Setelah Dipadatkan
7.8.2. Kadar Air di Tempat
7.8.3. Kekuatan Tanah Setelah Dipadatkan ..
7.8.4 Permeabilitas Tanah Setelah Dipadatkan
Pengukuran Kepadatan di Lapangan
7.9.1 Metode Kerucut Pasir (Sand Cone Method)
7.9.2. Metode Balon Karet (Rubber Ballon mene
7.9.3 Metode Nuklir ...
182
183
184
184
186
186
187
188
192
xii
Stabilisasi Tanah Untuk Perkerasan Jalan7.9.4 Metode Pemotong Inti (Core Cutter Method) is 5233
7.9.5 Perbandingan Hasil Pengukuran Kepadatan Dari
Beberapa Metode .... 234
7.10 Pengaruh Berat Mesin Pemadat 235
7.11 Pemadatan di Atas Tanah Lunak 237
7.12 Pemilihan Derajat Kepadatan Timbunan ... 239
7.13 Masalah Penting Dalam Pekerjaan Pemadatan . 241
7.13.1 Fungsi Timbunan Sebagai Pendukung Bangunan .._ 242
7.13.2 Prosedur Pemadatan Timbunan 243
7.13.3 Akibat Pemadatan Buruk pada Timbunan 244
7.13.4 Pemadatan pada Kadar Air Tinggi ... 245
7.13.5 Timbulnya Alur-alur Saat Operasi Pemadatan 246
BAB VIII — STABILISASI MEKANIS .... 247
8.1 Pendahuluan .... 247
8.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi 248
8.3 Kriteria Perancangan ..... 251
8.3.1 Gradasi Butiran dan Plastisitas 251
8.3.2. Kekuatan 255
8.4 Perancangan Campuran 255
8.5 Metode Pelaksanaan .. 259
DAFTAR PUSTAKA 261
TABEL KONVERSI 269
TENTANG PENULIS . 273
Daftar Isi xiiiBABI
STABILISASI TANAH
1.1 PENDAHULUAN
Dalam pengertian luas, yang dimaksud stabilisasi tanah adalah
pencampuran tanah dengan bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-
sifat teknis tanah, atau dapat pula, stabilisasi tanah adalah usaha untuk
merubah atau memperbaiki sifat-sifat teknis tanah agar memenuhi
syarat teknis tertentu.
Proses stabilisasi tanah meliputi pencampuran tanah dengan
tanah lain untuk memperoleh gradasi yang diinginkan, atau
pencampuran tanah dengan bahan-tambah buatan pabrik, sehingga
sifat-sifat teknis tanah menjadi lebih baik. Guna merubah sifat-sifat
teknis tanah, seperti: kapasitas dukung, kompresibilitas, permeabilitas,
kemudahan dikerjakan, potensi pengembangan dan sensitifitas
terhadap perubahan kadar air, maka dapat dilakukan dengan cara
penanganan dari yang paling mudah, seperti pemadatan sampai teknik
yang lebih mahal, seperti: mencampur tanah dengan semen, kapur,
abu terbang, injeksi semen (grouting) dan pemanasan dan lain-lain.
Dalam pembangunan perkerasan jalan, stabilisasi tanah
didefinisikan sebagai perbaikan material jalan lokal yang ada, dengan
cara stabilisasi mekanis atau dengan cara menambahkan suatu bahan-
tambah (additive) ke dalam tanah. Dalam perancangan perkerasan
jalan, kualitas setiap lapisan pembentuk perkerasan harus memenuhi
syarat tertentu. Setiap komponen lapis perkerasan harus mampu
menahan geseran, lendutan berlebihan yang menyebabkan retaknya
lapisan di atasnya dan mencegah deformasi permanen yang berlebihan
akibat memadatnya material penyusun. Jika material tanah
distabilisasi, maka kualitasnya menjadi bertambah, dan kemampuan
lapisan tersebut dalam mendistribusikan beban ke area yang lebih luas
juga bertambah, sehingga mereduksi tebal lapisan perkerasan yang
dibutuhkan.
Bab I — Stabilisasi Tanah % 1Dalam suatu proyek, landasan kerja untuk alat berat
membutuhkan permukaan jalan yang kuat. Untuk ini, bila tanah di
lokasi proyek tidak memenuhi syarat, maka dibutuhkan penanganan
tanah lebih dulu agar tanah tersebut mempunyai kapasitas dukung
yang cukup, sehingga alat berat bisa bekerja. Dengan penanganan
tersebut, waktu pelaksanaan menjadi lebih cepat dan efisien.
Stabilisasi dilakukan bila tanah di lokasi proyek tidak memenuhi
syarat bila digunakan untuk rekayasa bangunan tertentu.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan, bila tanah di tempat tidak
memenuhi syarat untuk pembangunan struktur, adalah:
1) Membongkar material di lokasi dan menggantikannya dengan
material yang sesuai.
2) Merubah atau memperbaiki sifat-sifat tanah di tempat, sehingga
material tersebut memenuhi syarat.
Pada pembangunan perkerasan jalan, tanah-dasar dengan CBR
<2, umumnya diperlukan stabilisasi.
1,2 STABILISASI TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN
Perkerasan lentur atau perkerasan aspal beserta lapisan-lapisan
di bawahnya tidak dirancang dapat menahan momen, tapi dirancang
untuk mendistribusikan beban lewat komponen-komponen_ perkerasan
ke tanah dasar. Walaupun intensitas beban sebagian besar telah
tereduksi saat mencapai tanah-dasar, penambahan kekuatan pada
tanah dasar akan menambah umur perkerasan,
Stabilisasi memperbaiki kapasitas dukung — tanah-dasar
(subgrade), sechingga mengurangi tebal komponen perkerasan.
Campuran tanah dengan bahan-tambah juga dapat digunakan untuk
mengendalikan debu. Beberapa bahan-tambah dapat mengontrol
kelembaban tanah, sehingga pelaksanaan pekerjaan lebih mudah dan
memungkinkan dilakukan pemadatan yang baik pada musim kemarau.
Pada kondisi ekstrim, tanah di lapangan mungkin dalam kondisi
sangat basah, sehingga sulit untuk dipadatkan. Pencampuran tanah
dengan kapur dapat membuat tanah menjadi agak kering.
2 Stabilisasi Tanah Untuk Perkerasan JalanStabilisasi, kecuali dapat dilakukan pada tanah-dasar, juga dapat
dilakukan pada material lapis-pondasi (base) dan pondasi bawah
(subbase). Oleh pertimbangan tingginya intensitas beban dan abrasi
yang akan dialami oleh permukaan struktur perkerasan, maka
stabilisasi tidak cocok dilakukan pada komponen permukaan dari
perkerasan jalan.
Dalam kondisi tertentu, material lapis-pondasi dapat lebih
menguntungkan jika distabilisasi, dan material tanah-dasar (subgrade)
juga terkadang dilakukan hal yang sama untuk mendukung lapis
pondasi (base course) pada jalan raya utama. Stabilisasi pada lapis-
pondasi pada pembangunan perkerasan aspal, contohnya seperti: lapis-
pondasi dirawat semen (cement treated base) dan lapis-pondasi beton-
aspal. Material ini memberikan kekakuan kepada struktur perkerasan
dan menambah tahanan terhadap kelelahan, Tabel 1.1 memberikan
petunjuk macam tanah dan metode stabilisasi yang cocok untuk
memperbaiki stabilitas dan keawetan tanah-dasar yang disarankan
oleh Johnson (1965).
1.3 TIPE-TIPE STABILISASI
Umumnya, stabilisasi tanah dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Stabilisasi mekanis.
2) Stabilisasi dengan bahan-tambah.
1.3.1 Stabilisasi Mekanis
Stabilisasi mekanis atau stabilisasi mekanikal dilakukan dengan
cara mencampur atau mengaduk dua macam tanah atau lebih yang
bergradasi berbeda untuk memperoleh material yang memenuhi syarat
kekuatan tertentu. Pencampuran tanah ini dapat dilakukan di lokasi
proyek, di pabrik atau di tempat pengambilan bahan timbunan
(borrow area). Material yang telah dicampur ini, .kemudian
dihamparkan dan dipadatkan di lokasi proyek. Stabilisasi mekanis
juga dapat dilakukan dengan cara menggali tanah buruk di tempat dan
menggantinya dengan material granuler dari tempat lain.
Bab I ~ Stabilisasi Tanah, 3Tabel 1.1 Macam tanah dan metode stabilisasi yang cocok untuk stabilitas
dan keawetan tanah-dasar (subgrade) (Johnson, 1965)
Trem Macam tanah Metode stabilisasi
Pemadatan, tanah-aspal, tanah-semen,
Gramvlerkasar Cementireated base, semen modifikasi
tanah, stabilisasi_ mekanis. Tanah-kapur
atau Kapur memodifikasi tanah, jika tanah
mengandung bahan reaktif.
F ti Pemadatan, tanah-aspal, tanah-semen,
SUR nb semen memodifikasi tanah, stabilisasi
mekanis, tanah-kapur atau kapur
Granuler halus memodifikasi nah jika tanah
mengandung bahan halus yang reaktif, atau
jika ditambahkan pozzolan (misal abu
terbang)
Untuk tanah berlanau Pemadatan, tanah-semen, semen
dan berlempung. Tanah sangat__ mpemodifikasitanah,stabilitas mekanis
Termasuk reduksi dengan atau tanpa semen, tanah-kapur jika
resilient tanah elastis reaksinya seperti yang dikehendaki.
pada tanah antara lanau
dan lempung (juga Tanah
tanah micaceous), ber npie
Pee ey slip plastistas Pemadatan, tanah-kapur, dan kapur
deca Geass dpe nah rendah, _-memodifikasi tanah atau kombinasi semen
So Lempung dam kapur. Pembungkus aspal
pumping ipenistcnk) plastisitas
pada perkerasan beton. tinggi.
Kontrol perubahan
volume (termasuk
kembang-susut; juga
pemadatan akibat
beban lalu lintas)
Mengontrol kadar air dan kepadatan agar
menghasilkan sedikit perubahan volume
Tanah-tanah dari kondisi awal sampai akhir masa
berlempung Jayanan, Dengan menggunakan tanah-
plastisitas rendah semen, semen memodifikasi tanah, tanah-
kapur, kapur memodifikasi tanah, atau
campuran yang melibatkan keduanya.
Perantara penahan air, jika efektif.
Mengontrol kadar air dan kepadatan dalam
porsi lebih rendah dari tanah-dasar
ditambah tanah-kapur atau kapur-
modifikasi tanah dengan tebal secukupnya;
perlindungan dengan selimut aspal
secukupnya,
Lempung
plastisitas tinggi
Stabilisasi Tanah Untuk Perkerasan JalanMenurut Lambe (1962) stabilisasi mekanis merupakan suatu
proses yang menyangkut dua cara perubahan sifat-sifat tanah:
1) Penyusunan kembali partikel-partikel tanah, seperti contohnya
pencampuran beberapa lapisan tanah, pembentukan kembali
tanah yang telah terganggu, dan pemadatan.
2) Penambahan atau penyingkiran partikel-pertikel tanah. Sifat-
sifat tanah tertentu dapat diubah dengan menambah_ atau
menyingkirkan sebagian fraksi tanah. Biaya yang dikeluarkan
untuk pekerjaan menambah atau menyingkirkan ini umumnya
sangat lebih rendah dibandingkan dengan metode stabilisasi
yang lain. Contohnya, lempung berpasir dicampur dengan
kerikil untuk memenuhi daya dukung tanah-dasar dari proyek
jalan tertentu,
1.3.2 Stabilisasi Dengan Menggunakan Bahan-Tambah
Bahan-tambah (additives) adalah) bahan hasil olahan pabrik
yang bila ditambahkan ke dalam tanah dengan perbandingan yang
tepat akan memperbaiki sifat-sifat teknis tanah, seperti: kekuatan,
tekstur, kemudahan-dikerjakan (workability) dan. plastisitas. Contoh-
contoh bahan-tambah adalah: kapur, semen portland, abu-terbang (fly-
ash), aspal (bitumen) dan lain-lain.
Stabilisasi dengan menggunakan bahan-tambah atau sering
disebut juga stabilisasi kimiawi bertujuan untuk memperbaiki sifat-
sifat teknis tanah, dengan cara mencampur tanah dengan
menggunakan bahan-tambah dengan perbandingan _ tertentu.
Perbandingan campuran bergantung pada kualitas campuran yang
diinginkan. Jika pencampuran hanya dimaksudkan untuk merubah
gradasi dan plastisitas tanah, dan kemudahan dikerjakan, maka hanya
memerlukan bahan-tambah sedikit. Namun, bila _ stabilisasi
dimaksudkan untuk merubah tanah agar mempunyai kekuatan tinggi,
maka diperlukan bahan-tambah yang lebih banyak. Material yang
telah dicampur dengan bahan-tambah ini harus dihamparkan dan
dipadatkan dengan baik.
Bab I ~ Stabilisasi Tanah 51.4 MODIFIKASI TANAH
Istilah modifikasi digunakan untuk menggambarkan suatu
proses stabilisasi yang hanya ditujukan untuk perbaikan sifat-sifat
tanah, tapi tidak ditujukan untuk menambah kekuatan maupun
keawetan tanah. Tujuan dilakukan modifikasi tanah-dasar adalah
untuk menciptakan landasan kerja bagi alat berat, dengan tanpa
memperhatikan pengaruh modifikasi tanah tersebut terhadap hitungan
perancangan perkerasan. Walaupun sebenarnya modifikasi tanah juga
menunjukkan proses stabilisasi, namun tujuan utamanya lebih
mengarah untuk — perbaikan sifat-sifat_teknis tanah, misalnya:
mereduksi plastisitas, mempertinggi kemudahan dikerjakan dan
mengurangi potensi pengembangan.
1.5 STABILISASI TANAH
Maksud dari stabilisasi tanah adalah untuk menambah kapasitas
dukung tanah dan kenaikan kekuatan yang akan diperhitungkan pada
proses perancangan tebal perkerasan. Karena itu, stabilisasi tanah
membutuhkan metode perancangan dan pelaksanaan yang lebih teliti
dibandingkan dengan modifikasi tanah. Beberapa cara stabilisasi
tanah, misalnya: pemadatan, mencampur tanah dengan bahan
granuler, menggunakan tulangan atau perkuatan (seperti geosintetik),
penggalian dan penggantian tanah, dan lain-lain, serta pemproses
tanah secara kimia, seperti: mencampur tanah dengan semen, kapur,
abu-terbang, aspal dan lain-lain.
6 Stabilisasi Tanah Untuk Perkerasan JalanBAB II
PEMILIHAN BAHAN TAMBAH
2.1 PENDAHULUAN
Berbagai macam bahan perantara stabilisasi telah digunakan
dalam pembangunan jalan. Bahan perantara atau bahan-tambah untuk
terjadinya sementasi dapat berupa semen, kapur dan campuran kapur
dan abu-terbang (fly-ash), aspal dan lain-lain. Bahan-bahan ini bekerja
sebagai pengikat campuran yang secara permanen mengikat partikel-
partikel tanah atau agregat tanah secara bersama-sama, sehingga
terbentuk material tanah dengan butiran lebih besar. Butiran yang
membesar ini mengurangi plasisitas tanah asli sebelum dicampur dan
menambah kekuatannya.
2.2 PERTIMBANGAN PEMILIHAN BAHAN-TAMBAH
Bahan perantara stabilisasi dipilih menurut macam tanah,
kondisi masalah di lokasi pekerjaan stabilisasi, serta ke-ekonomisan
penggunaannya. Jadi, dalam stabilisasi dengan bahan-tambah, tanah di
lokasi tetap digunakan, dengan tidak dilakukan pembongkaran untuk
penggantian tanah setempat.
Pemilihan bahan-tambah yang cocok bergantung pada maksud
penggunaannya. Banyaknya kadar bahan-tambah umumnya
ditentukan dari uji laboratorium, yang mensimulasikan kondisi
Japangan, cuaca, daya tahan atau uji kekuatan. Dalam beberapa hal,
penambahan bahan-tambah di dalam tanah akan memerlukan biaya
pelaksanaan yang relatif tinggi. Karena itu, cara perbaikan tanah
dengan pencampuran bahan-tambah ini harus dibandingkan dengan
tipe’ perbaikan tanah yang. lain, seperti: pemadatan, penggantian
dengan tanah yang lebih bagus atau penambahan aggregat.
Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan dalam memilih
tipe bahan-tambah yang cocok, adalah:
Bab IT — Pemilihan Bahan Tambah 71) Jenis tanah yang akan distabilisasi.
2) Jenis struktur yang distabilisasi.
3) Ketentuan kekuatan tanah yang harus dicapai.
4) Tipe dari perbaikan tanah yang diinginkan.
5) Dana yang tersedia.
6) Kondisi lingkungan.
Jenis tanah menentukan jenis bahan-tambah yang cocok untuk
stabilisasi. Sebagai contoh, semen dapat digunakan untuk stabilisasi
sembarang jenis tanah. Namun, semen lebih cocok untuk stabilisasi
tanah granuler, dan kurang cocok untuk tanah-tanah lempung plastis.
Sebaliknya, kapur lebih cocok digunakan untuk stabilisasi_tanah
lempung dengan keplastisan sedang sampai tinggi. Kapur akan
mengurangi__plastisitas, memberikan kemudahan dikerjakan,
mengurangi sifat mengembang dan menambah kekuatannya. Jika
material berupa kerikil berlempung, kapur akan membuat material
lebih kuat, dan jika campuran ini digunakan untuk struktur lapis
pondasi pada perkerasan, maka akan memberikan kekuatan yang lebih
tinggi. Kombinasi kapur-semen dan abu-terbang cocok digunakan
untuk stabilisasi struktur lapis pondasi (base course). Aspal cocok
dicampur dengan pasir berlanau dan material granuler, karena aspal
dapat membungkus seluruh butiran tanah.
2.3 METODE PEMILIHAN BAHAN-TAMBAH
Beberapa metode telah diusulkan dalam pemilihan bahan-
tambah. Beberapa metode yang diusulkan bergantung pada
pengalaman dari organisasi dari negara asalnya. Berikut ini akan
dipelajari, beberapa petunjuk dari cara pemilihan bahan-tambah untuk
stabilisasi tanah yang telah digunakan.
2.3.1 Alaska Department of Transportation and Public Facilities
Research & Technology Transfer
Hicks (2002) dalam Alaska Department of Transportation and
Public Facilities Research & Technology Transfer mengusulkan
8 Stabilisasi Tanah Untuk Perkerasan Jalanpetunjuk cara pemilihan bahan stabilisasi, seperti ditunjukkan dalam
Tabel 2.1. Dalam metode ini, distribusi ukuran butiran dan batas-batas
Atterberg digunakan sebagai dasar penilaian macam stabilisasi yang
akan digunakan. Petunjuk dalam Tabel 2.1 hanya sebagai
pertimbangan awal, dan dapat digunakan untuk maksud modifikasi
tanah, seperti: stabilisasi dengan kapur untuk membuat material lebih
kering dan mengurangi plastisitasnya.
‘Tabel 2.1 Petunjuk awal untuk pemilihan metode stabilisasi (Hicks, 2002).
Material lolos > 25% lolos saringan < 25% lolos saringan
saringan no.200 1no.200 (0,075 mm) 1no.200 (0,075 mm)
<6 (PI
Indeks plastisitas, ee
PI (%) s10 10-20 220 pariigatt <10 210
‘no.200
<6)
Bentuk stabilisasi :
Semen dan Tidak
campuran pengikat Cocok Ragu a Cocok | Cocok Cocok
Kapur Ragu | Cocok | Cocok Need Ragu | Cocok
‘Aspal (bitumen) Ragu’ || Ragu iDisk Cocok "| Cocok’|'" Ragu
“Aspal/semen Tidak
disap Cocok | Ragu covok | CCK | Cocok | Ragu
Tidak Tidak
Granuler Cocok | cccok | cocok | Cock | Cocok | Ragu
‘ + Tak Tidak
Lain-lain campuran Eoodki Cocok Cocok dba: Ragu Cocok
2.3.2 Ingles dan Metcalf (1972)
Distribusi ukuran butir tanah, oleh Ingles dan Metcalf (1972)
dijadikan petunjuk untuk menentukan jenis stabilisasi yang cocok
digunakan, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2.2. Jika
dibandingkan antara stabilisasi kapur dan semen, pada dasarnya
stabilisasi kapur cocok untuk lempung, sedang stabilisasi semen cocok
untuk pasir (tanah granuler). Batasan dalam Tabel 2.2 tersebut masih
sangat kasar, karena belum memperhatikan karakteristik plastisitas
tanah yang distabilisasi.
Bab II ~ Pemilihan Bahan Tambah 9