Professional Documents
Culture Documents
Pengembangan Kawasan Agrowisata Berbasis Salak
Pengembangan Kawasan Agrowisata Berbasis Salak
4 JULI 2009
ISSN. 0852-5426
161
ISSN. 0852-5426
kehendak masyarakat dengan falsafah dari, oleh dan untuk masyarakat. Hal ini sangat
penting untuk meningkatkan kemampuan teknis, manajemen serta bargaining power
masyarakat agrowisata dalam melakukan transaksi dengan pihak lain.
Kekuatan pengembangan agrowisata berbasis salak di Kabupaten Ponorogo
adalah: (a) Ketersediaan bahan baku yang didukung oleh keunggulan komparatif kualitas
sumberdaya lahan dan agroklimat; (b) Sifat unggul buah Salak untuk pasar regional dan
nasional; (c) ketersediaan SDM dan masyarakat dengan etos kerja pantang menyerah; (d)
Sarana /prasarana dan kelembagaan penunjang yang komitmennya tinggi terhadap
pengembangan Kebun-Rakyat Salak; (e) Potensi pasar yang sangat besar.
Kata kunci: agrowisata salak, Koperasi
PENDAHULUAN
pengembangan
sentra
dimaksud
merupakan aspek yang sangat penting.
Sehubungan dengan hal itu peranan
Pemerintah Daerah sebagai pe-nguasa
yang mengatur gerak pembangunan
daerah sangat penting.
Pengembangan Kawasan agrowisata
berbasis salak di wilayah Kabupaten
Ponorogo
ini
ditujukan
untuk
memfasilitasi dan memandu masyarakat
dan kelembagaan tradisionalnya setempat
dalam melaksanakan usaha agrowisata
secara ekonomis dan lestari.
Penyusunan rencana menyeluruh atas
lokasi pengembangan agrowisata berbasis
salak di wilayah Kab. Ponorogo ini diharapkan dapat didukung sepenuhnya oleh
PEMKAB Ponorogo dan instansi terkait,
Masyarakat dan lembaga tradisionalmya,
serta memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Rancangan Kawasan agrowisata berbasis salak yang memuat output, target
grup (kelembagaan sosial-tradisional
yang ada), manfaat yang dihasilkan,
dilengkapi dengan disain bio-fisik
yang relevan (sistem wanatani tiga
strata :
162
ISSN. 0852-5426
d. Mekanisme
koordinasi
penyelenggaraan dan pemberdayaan di
tingkat lokasi desa, Kecamatan dan
PEMKAB Ponorogo.
Pemilihan lokasi (di kawasan lahan
kering dan masyarakat sekitarnya) didasarkan atas ketersediaan lahan, kesesuaian lahan serta agroklimatnya untuk
budidaya Jati Super dan Salak, kesiapan
kelembagaan sosial penunjang , kesediaan
masyarakat dan tersedianya tenaga kerja
serta sumberdaya lain yang membentuk
keunggulan komparatif wilayah untuk
agrowisata berbasis Salak.
Pemilihan komoditas utama Salak,
Jati Super, Toga dan Sengon serta komoditas penunjang tanaman pangan (jagung,
ubikayu dan kacang-kacangan) serta jenis
usahanya didasarkan atas:
(1). Potensi menghasilkan keuntungan
ekonomis, melestarikan hutan jati
dan lahan kering milik masyarakat
sekitar,
(2). Produksi pangan dan potensi pemasaran produk-produknya mudah,
(3). Akses sosioteknologi: kesiapan dan
penerimaan masyarakat atas usaha
agrowisata berbasis Salak ,
(4) Keunggulan Salak, toga, sengon dan
Jati Super dalam memanfaatkan dan
melestarikan
sumberdaya
lahan
kering.
(5). Kesesuaian sumberdaya lahan dan
agroklimat bagi tanaman Salak TOGA Sengon dan Jati Super.
kendala
kontinyuitas
dan
peningkatan kualitas buah segar.
(b). Sebagian besar tanaman
Salak
ditanam
penduduk
di
lahan
pekarangan dan lahan tegalan di
sela-sela tanaman lainnya, sehingga
total populasi pohon sangat rapat.
Sejumlah besar Salak ditanam pada
lokasi yang tingkat kesesuaian
lahannya rendah, terutama dari sudut
pandang agroklimat dan ketinggian
tempat.
(c). Alternatif pengembangan kebun
Salak tiga strata pada lahan tegalan
atau
perkebunan masih belum
meyakinkan masyarakat, apakah
tanaman Salak - yang diusahakan
secara komersial cukup "layak"
(feasible) baik ditinjau dari aspek
finansial/
ekonomi, ekologi /
lingkungan, maupun sosio-teknologi.
(d). Biaya investasi untuk pengusahaan
Salak apabila dilakukan secara
komersial (kebun monokultur) cukup
besar,
sulit terjangkau oleh
individual petani.
METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif-observasional agar diperoleh
gambaran yang mendalam tentang
pengem-bangan area agrowisata berbasis
salak sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat
pedesaan
di
wilayah
Kabupaten Ponorogo. Data kuantitatif
yang
relevan
digunakan
untuk
memperkuat hasil-hasil kajian kualitatif.
Penelitian dilakukan di wilayah
Kabupaten Ponorogo, Propinsi Jawa
Timur, lokasi penelitian dipilih secara
sengaja (purposive) berdasarkan keunikankeunikan yang dimiliki di berbagai lokasi.
Kebun salak tradisional yang ada biasanya
dicirikan oleh vegetasi campuran dan
tegakan kayu-kayuan yang dikelola secara
swadaya dan sebagian besar masih
diusahakan secara tradisional.
Data diperoleh dari keterangan
informan, tempat dan peristiwa, dokumen
163
ISSN. 0852-5426
Agro-
sistem
pengepakan
164
ISSN. 0852-5426
tanaman
sela
jagung/ubikayu/kacang-kacangan,
karena tanaman ini di-samping
untuk tujuan penghijauan sekaligus
dapat meningkatkan
masyarakat .
pen-dapatan
Panen
Pemupukan
Pembumbunan
Pemangkasan /Penyiangan
P emangkasan tunas
Pembungaan
Pestisida
Penyerbukan
Fruitset
Penjarangan
Pembungkusan
Bunga betina:
berwarna merah,
cerah, segar
Serbuk sari kuning-kemerahan
Pemeliharaan Buah
Panen
165
ISSN. 0852-5426
Kondisi Iklim
Temperatur BERKISAR 15-40oC,
dan kisaran optimumnya adalah 22 28oC; curah hujan berkisar antara
750 - 2500 mm/tahun dengan bulan
kering mencapai 6 bulan.
2.
Tanah
3.
166
Hasil buah
Produksi kebun Salak
komersial
dapat mencapai 14-20 ton/ha atau
38-440 kg /pohon. Kebun Salak
jenis unggul dapat menghasilkan
hingga 30-40 ton/ha atau 271-620
kg/pohon
ISSN. 0852-5426
AIR
KELEMBABAN UDARA
(%)
Ketersediaan oksigen (oa):
Drainase
S1
22-28
18-22
28-34
15-18
34-40
<15
>40
1750-2000
1000-1250
750-1000
2000-2500
<750
>2500
>42
36-42
30-36
<30
Agak
terhambat
Terhambat,
agak cepat
Sangat
terhamb
at Cepat
ah; s
ak
MEDIA
PERAKARAN
(rc):
Tekstur
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Gambut:
Ketebalan, cm
+ dgn sisipan/pengkayaan
Kematangan
<15
>100
15-35
75-100
35-55
50-75
>55
<50
<60
<140
Saprik+
60-140
140-200
Saprik
Hemik+
140-200
200-400
Hemik
Fibrik+
>200
>400
Fibrik
>16
>35
5.5-7.8
>1.2
<= 16
20-35
5.0-5.5
7.8-8.0
0.8-1.2
<20
<5.0
>8.0
<0.8
<4
<15
4-6
15-20
6-8
20-25
>8
>25
>125
100-125
60-100
<60
<8
sr
8-16
r-sd
16-30
b
>30
sb
F0
> F1
<5
<5
5-15
5-15
15-40
15-25
>40
>25
C-organik, %
TOKSISITAS (xc):
Salinitas (dS/m)
SODOSITAS (xn)
Alkalinitas (ESP) , %
BAHAYA SULFIDIK (xs):
Kedalaman sulfidik, cm
BAHAYA EROSI (eh):
Lereng, %
Bahaya Erosi
BAHAYA BANJIR(fh):
Genangan
PENYIAPAN LAHAN (lp)
Batuan di permukaan, %
Singkapan batuan, %
167
ISSN. 0852-5426
Farming systems
Salak diusahakan pada lahan pekarangan dan tegalan publik
Salak diusahakan pada lahan penghijauan
tegalan dan tumpangsari dengan tanaman pangan
Salak diusahakan pada lahan
tegalan secara monokultur
% luasan
40 - 50
30 - 40
5
hama
dan
Kondisi aktual
15 -50 pohon
Lahan pekarangan, tegalan, hutan rakyat
Tidak beraturan
Sebagian besar berasal dari bibit sapihan
Pondoh dan Lokal
Umumnya dilakukan pada
waktu tanaman umur 1-3 tahun
Umumnya dilakukan pada waktu
tanaman umur 1-2 tahun
Jarang dilakukan
c. Marjin pemasaran
168
ISSN. 0852-5426
Aktivitas
Nilai
(Rp/kg buah)
1. Petani
Harga jual di tingkat lahan
2. Tengkulak desa
Harga beli
Harga jual ke pengumpul
Keuntungan
2. Pedagang pengumpul
a. Harga beli dari tengkulak
b. Biaya
c. Harga jual
d. Keuntungan
(%)
1.200
24.00
1.200
2.000
800
16.00
2.000
1.000
5.000
2.000
Pangsa
20.00
100.oo
40.00
169
ISSN. 0852-5426
Ponorogo:
Pekarangan
Hutan rakyat
I. Bibit dan Pembibitan
a. Asal bibit
- Sendiri
- Membeli
b. Cara Pembibitan : Biji
- Sambungan
- Okulasi / sapihan
- Cangkok
c. Jarak Tanam; meter
- Tak teratur
- Teratur
d. Sistim Penanaman
- Tumpangsari
- Monokultur
II. Pemeliharaan
a. Pemangkasan/
Benalu
b. Pemupukan
c. Pemberantasan
hama penyakit
d. Penyiangan
III. Jumlah rata-rata
pohon setiap orang
75.0 %
25.0 %
75.0 %
0.0 %
0.0 %
25.0 %
35 %
65 %
65.0
0.0
0.0
35.0
5x5
10 x 10
12 x 12
100 %
-
75 %
25 %
60.00 %
11.00 %
40.75 %
55.00 %
5.00 %
40.00 %
15-50 pohon
45.00 %
75.00%
500
Keterangan
1. Umur mulai berproduksi
Keadaan
4 tahun
8-10 tahun
Rp. 4.000.000
32.00 %
b. Harga
RANCANGAN
AGROWISATA
SALAK - JATI SUPER TOGA SENGON
1. Dasar Pertimbangan
170
ISSN. 0852-5426
2. Tujuan
1. Memberdayakan ekonomi masyarakat
lahan kering di sekitar kawasan hutan
melalui Agrowisata kebun Salak - Jati
Super Toga Sengon TERPADU
guna peningkatan daya saing produk
buah Salak dari kawasan lahan kritis
sekaligus memproduksi pangan bagi
masyarakat setempat
2. Menginisiasi
berkembangnya
agrowisata kebun Salak - Jati Super Toga Sengon Terpadu yang didukung
oleh adanya techno-industrial cluster
yang relevan
3. Pengembangan teknologi pengolahan
diversifikasi produk agribisnis: Jati
(kayu, daun), Buah Salak, olahan
Salak, pupuk organik, toga, hijauan
pakan ternak
4. Pengembangan kelembagaan sosialmasyarakat pengelola Kebun Salak Jati Super - Toga Sengon secara
terpadu
171
ISSN. 0852-5426
INVESTASI AWAL
POSYANTEK
Teknol
dana
Kebun
Teknologi &
SIM-Pasar
KSP Salak
100-500 ha
Kebun-Rakyat 3-S
Industri Agrowisata
Berbasis SALAK
Industri
Pupuk Organik
Pangan
Toga
Industri
Jasa Transport
Promosi
Wisata
172
ISSN. 0852-5426
Cluster
ALSINTAN
KSP
KEBUN
Regional
Salak
4-Strata
INDUSTRI
olahan
Olahan
Cluster
Salak
Salak
Toga
PASAR
produk
Salak
Ampas
olahan
- Pupuk
- Pestisida
- Herbisida
Cluster
Saprodi
Bahan
penolong
Cluster
Industri
produk
wisata
Industri
Cinderamata
Kerajinan
tradisional
Cluster
Kemasan &
Transportasi
Industri
Makanan
Kuliner
Cluster
Kemasan &
Promosi
4. EVALUASI
Kondisi Agrowisata
berbasis salak
1. KEKUATAN
173
Pasar
Nasional
ISSN. 0852-5426
a. Ketersediaan
bahan
baku yang
didukung oleh keunggulan komparatif
kualitas sumberdaya lahan dan agroklimat
b. Sifat unggul buah Salak untuk pasar
regional dan nasional
c. Ketersediaan SDM dan masyarakat
dengan etos kerja pantang menyerah
d. Sarana /prasarana dan kelembagaan
penunjang yang komitmennya tinggi
terhadap pengembangan Kebun-Rakyat
Salak
e. Potensi pasar yang sangat besar
2. KELEMAHAN
a. Kesenjangan hasil LITBANG
ke
aplikasi komersial
b. Lembaga pemasaran bertindak juga
sebagai lembaga eksklusif
c. Belum terbentuknya keterkaitankemitraan yang adil antar pelaku
(cluster) agrowisata Salak
d. Produk hilir masih terbatas pada buah
Salak segar.
e. Tingginya komponen biaya transportasi
dalam struktur biaya produksi
3. PELUANG
a. Pasar domestik (lokal, regional dan
nasional) sangat terbuka
b. Diversifikasi
produk-produk
perkebunan Salak sangat potensial
c. Kebutuhan pengembangan keterkaitan
antara cluster /pelaku kegiatan agrowisata Salak
d. Kebutuhan Pemberdayaan sistem kelembagaan produksi Salak
3.6. OUTCOME
1. Berkembangnya Kebun Salak - Jati
Super Toga Sengon dengan
keterkaitan yang adil di antara clustercluster yang ada melalui pendekatan
kawasan
2. Terbentuknya Kelompok Tani dan
Koperasi pengelola KEBUN Salak Jati Super - Toga Sengon yang
mampu mengkoordinasikan sistem
produksi dan sistem distribusi produkproduknya
3. Berkembangnya industri pengolahan
buah Salak sekala mikro
4. Meningkatnya citra Salak dan produk
olahan Salak domestik
5. ANCAMAN
a. Hambatan-hambatan sistem distribusi
buah Salak domestik
b. Persaingan dengan produk buah impor
c. Persaingan dengan komoditi non-salak
dalam penggunaan lahan
d. Hambatan-hambatan sistem industri
pengolahan buah Salak
5. Program Pengembangan
3.7. DAMPAK
174
ISSN. 0852-5426
Komoditas
175
ISSN. 0852-5426
10 m
Phn Salak
10 m
jalan kebun/teras kebun: Rumput gajah
arah slope
PAH/sumur
batas lahan
Industri Toga:
Makanan Tradisional
Unit Kerajinan
Cinderamata
176
ISSN. 0852-5426
Kondisi Fisik
Setelah kurun waktu beberapa tahun,
diharapkan tercipta sentra produksi kebun
Salak milik petani sebagai berikut :
a. Terdapat kebun-rakyat inti dengan
populasi tanaman sebanyak 100-200
pohon per hektar dengan jarak tanam 8
x 8 meter.
b. Setiap petani berhasil mengelola 0.5-1
ha kebun Salak atau 50 - 75 pohon
produktif.
c. Kebun dilengkapi dengan jalan (jalan
kebun) sepanjang 100 meter/Ha.
d. Terdapat sumur gali (PAS) atau PAH
dua buah per/ha sebagai sumber air
bersih.
Kelembagaan
Kelembagaan yang ingin diwujudkan
kurun waktu tersebut di atas adalah
sebagai berikut.
1.
Klompok Usaha
(KUBA) Salak
Bersama
177
ISSN. 0852-5426
RTPLK-2
RTPLK-1
0.5 ha tegalan
125 ph Salak
tnm sela
RTPLK-400
0.5 ha tegalan
125 phn Salak
tnm sela
0.5 ha tegalan
125 ph Salak
tnm sela
PPL
5 ha Tegalan
1250 phn Salak
tnm sela
KUBA-1
KUBA-2
25 RTPLK
12.5 ha kebun
3125 ph Salak
25 RTPLK
12.5 ha kebun
KUBA-...
.......
....
...
25 RTPLK
ha kebun
. ph Salak
SUASTA
Industri Olahan
PASAR
BRI/BPD
Pedagang
KKPA, KUT
178
ISSN. 0852-5426
Perusahaan/swasta
Fungsi perusahaan/swasta adalah :
1. Penyediaan saprodi
2. Membantu penyuluhan
3. Membantu pemasaran
Asperti di Jawa Timur diharapkan
merupakan perusahaan swasta yang akan
memelopori pola kemitraan usaha dengan
petani dengan prinsip-prinsip saling meguntungkan dan saling membutuhkan
dalam arti pengusaha membutuhkan paokan bahan produk/baku dan petani
memerlukan penampungan hasil. Selain
Asperti sebagai penampung dan pembeli
produk Salak dalam bentuk buah segar,
maka pada kurun waktu tertentu ( 15/20
tahun) diharapkan munculnya usaha agrondustri pengolahan Salak
yang bahan
bakunya dapat dipasok dari kebun-kebun
petani khususnya dari lokasi sentra agriisnis Salak .
Dengan terjalinnya kemitraan antara
pengusaha dan petani, pengusaha dapat
menjadi alternatif penyedia modal bagi
petani
disamping lembaga keuangan
permodalan resmi. Pembayaran kembali
pinjaman petani dapat diperhitungkan dari
hasil penjualan produk petani kepada
pengusaha tersebut.
Balai Informasi dan Penyuluhan
Pertanian (BIPP)
Petugas
(PL II)
Pendamping
Lapangan
179
ISSN. 0852-5426
bimbingan langsung kepada kelompokkelompok tani (KUBA). Dengan mempertimbangkan bahwa satu orang PL II
mampu membina areal seluas 200-300
Ha atau 15 KUBA, maka pada lima
Kecamatan lokasi sentra agribisnis Salak
harus terdapat minimal 5 orang petugas
PL II yang profesional dalam agribisnis
Salak .
Diharapkan ke 5 orang PL II tersebut
merupakan mediator antara Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai
penyedia informasi yang dibutuhkan
petani dengan kelompok-kelompok tani
yang me-manfaatkan informasi-informasi
tersebut melalui program- program
Sekolah Lapang (SL).
3.
Sarana dan
nunjang
Prasarana
Pe-
a. Pengairan
Ketersediaan air merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pada saat
proses produksi s/d proses pengolahan.
Bantuan pembuatan sistem Pengairan Air
Sumur (PAS) diharapkan dapat terlaksana,
atau kalau tidak memungkinkan dapat dikembangkan sistem Pengairan Air Hujan
(PAH) melalui pembangunan embung
penampung air hujan. Idealnya, 2 buah
sumur harus terdapat pada 1 ha kebun
Salak. Dengan standard tersebut maka
selama 5 tahun pembangunan Kebun
Salak akan dibutuhkan sebanyak 2000
buah sumur gali atau 1000 buah embung
air hujan untuk memenuhi kebutuhan air
pada lokasi Kebun Salak seluas 1000 Ha.
d. Agro-Teknologi
Petani Salak di Kabupaten Ponorogo
pada saat ini umumnya masih kurang
menerapkan teknologi budidaya secara
intensif maupun penanganan panen dan
pasca panen. Dalam hal budidaya,
tanaman belum mendapat perawatan dan
pemupukan secara memadai. Dalam hal
panen dan pasca panen tidak dilakukan
perlakuan tertentu karena sebagian besar
petani menjualnya dengan sistem tebasan.
Teknologi
tepat
guna
yang
diperlukan dan akan dilatihkan kepada
para petani meliputi :
- Teknik penyiapan lahan
- Pembibitan dan penanaman bibit
- Budidaya
- Panen
- Pasca Panen (pengolahan skala kecil).
180
ISSN. 0852-5426
Buah Salak dapat dijual dalam bentuk buah segar atau hasil olahannya.
Upaya pengolahan untuk mendapatkan
buah segar berkualitas tinggi meliputi :
a. Pemeraman untuk menyeragamkan
kematangan buah dengan perlakuan
fisiko-kimia.
b. Penghambatan proses pematangan
buah dengan perlakuan fisiko-kimia.
c. Grading
d. Packing/pemasaran
e. Kalender panen tanda setelah panen
sesuai dengan tanggal dipetik.
f. Buku
harian
pakan
(untuk
memonitor produksi pohon).
181
Swasta
ISSN. 0852-5426
Exportir
Expor
Salak Lokal
Pedagang
besar
B. Petani kecil
Pasar
Regional
Pedagang
pengumpul
Pasar
lokal
Pedagang
eceran
KESIMPULAN
e. Tingginya
transportasi
produksi
komponen
dalam struktur
biaya
biaya
Kelemahan
pengembangan
agrowisata berbasis salak di Kabupaten
Ponorogo adalah:
a. Kesenjangan hasil LITBANG
ke
aplikasi komersial
b. Lembaga pemasaran bertindak juga
sebagai lembaga eksklusif
c. Belum
terbentuknya
keterkaitankemitraan yang adil antar pelaku
(cluster) agrowisata Salak
d. Produk hilir masih terbatas pada buah
Salak segar.
DAFTAR PUSTAKA
Darudono. 1995. Upaya Pemanfaatan
Lahan
Secara
Optimal
pada
Usahatani Agroforestry. Kasus di
Kecamatan
Playen,
Kabupaten
Gunungkidul. Tesis. Program Studi
Ilmu Ke-hutanan, Jurusan Ilmu-ilmu
Pertanian Program Pasca Sarjana
Universitas
Gadjah
Mada,
Yogyakarta.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna
Indonesia, jil. 1. Yay. Sarana Wana
Jaya, Jakarta. Hal. 392.
182
ISSN. 0852-5426
183