Chapter II

You might also like

Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 21
BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1, Rekam Medis Rekam medis adalah sebagai keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnese, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnosa, segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan rawat darurat, Kalau diartikan secara dangkal, rekam medis seakan-akan hanya merupakan catatan dan dokumen tentang keadaan pasien, namun kalau dikaji lebih dalam rekam medis mempunyai makna yang lebih luas daripada hanya sekedar catatan biasa, karena di dalam catatan tersebut sudah tercermin segala informasi menyangkut seorang pasicn yang akan dijadikan dasar didalam menentukan tindakan lebih lanjut dalam upaya pelayanan maupun tindakan medis lainnya yang diberikan kepada seorang pasien yang datang ke rumah sakit (Depkes RI, 1994). Sejarah perkembangan rekam medis berjalan sejajar dengan perkembangan ilmu kedokteran sejak 3000 ~ 2500 SM. Rekam medis telah ada dalam bentuk yang sangat primitif yang ditulis pada dinding gua /batu, daun-daun yang telah dikeringkan dan tulang-tulang. Hippocrates yang hidup 450 SM telah membuat catatan-catatan mengenai penyakit yang ditemukan dan dilanjutkan oleh Galen yang hidup 600 tahun sesudah Hippocrates mencatat tentang ilmu pengobatan dan ilmu penyakit dalam suatu buku dan membentuk suatu perpustakaan dalam bidang ilmu kedokteran. (Depkes RI, 1994) Perkembangan rekam medis pada zaman kemajuan Rumah Sakit St. Bartolomeus di London yang memulai membuat catatan-catatan (Record) dari para penderita yang dirawat di G . Rumah Sakit St. Bartholomous mendapat dukungan dari pemerintah atas usaha-usahanya yang telah dijalankan. Andreas Vesalius hidup 1514 ~ 1554, dia telah menggunakan Record dengan sebaik-baiknya schingga bisa menyusun anatomi. William Harvey dokter yang bekerja di Rumah Sakit St. Bartholomous telah menganjurkan pada dokter-dokter untuk membuat record dari pengobatan penderita. Pada tahun 1661 Catain John Graunt, orang yang pertama sekali mempelajari vital statistik. Pada tahun 1913 Dokter Franklin H. Martin seorang ahli bedah yang ingin memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pasien dan mendidik dokter-dokter bedah baru, schingga ia mempergunakan rekam medis sebagai alat untuk menilai pelayanan rumah sakit untuk kepentingan pendidikan dan pelayanan. Dalam tahun 1921 Massachusett’s mempunyai clinical record yang komplit dan dilengkapi dengan perpustakaan. Dengan demikian dunia Intemasional sudah menyadari bagaimana pentingnya tulisan-tulisan dan catatan mengenai penyakit sescorang schingga harus disusun dengan sebaik-baiknya dan catatan-catatan medis inilah yang kita namakan sekarang dengan rekam medis. (Depkes RI, 1994) Perkembangan rekam medis di Indonesia semenjak masa pra kemerdekaan, rumah sakit di Indonesia sudah melakukan kegiatan pencatatan, hanya saja masih belum dilaksanakan dengan baik, atau mengikut sitem informasi yang benar, penataannya masih tergantung pada selera pimpinan masing-masing rumah sakit. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1960, kepada semua petugas kesehatan diwajibkan untuk menyimpan rahasia kedokteran, termasuk berkas rekam medis. Kemudian pada tahun 1972 dengan Surat Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 034/Birhup/1972, ada kejelasan bagi rumah sakit menyangkut kewajiban untuk menyelenggarakan rekam medis, Bab I pasal 3 menyatakan bahwa guna menunjang terselenggaranya rencana induk (master plan) yang baik maka setiap rumah sakit harus : a, mempunyai dan merawat statistik yang up to date b._membuat rekam medis yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Maksud dan tujuan dari peraturan tersebut adalah agar di Institusi pelayanan keschatan termasuk rumah sakit, penyelenggaraan rekam medis dapat berjalan dengan baik. Diharapkan dengan diberlakukannya Permenkes No. 749 a tahun 1989 tentang rekam medis merupakan landasan hukum, bagi tenaga medis dan paramedis di rumah sakit yang terlibat di dalam penyelenggaraan rekam medis dalam menjalankan tugasnya. Di dalam pasal 22 Permenkes No. 749 a tahun 1989 disebutkan bahwa hal-hal teknis yang belum diatur dalam peraturan ini akan ditetapkan oleh Direktur Jendral sesuai dengan bidang tugas masing- masing. Sejalan dengan pasal 22 tersebut maka Direktorat Jendral Pelayanan Medik telah menyusun petunjuk tehnis penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit dengan surat keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik No. 78 tahun 1991 . (Depkes RI, 1994). Rekam medis rumah sakit untuk pasien rawat inap memuat informasi pasien antara Jain: a. Identitas Pasien b. Anamnesis meliputi : keluhan utama.,riwayat sekarang, riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat keluarga tentang penyakit yang mungkin diturunkan/kontak. ¢. Pemeriksaan, fisik, laboratorium, khusus lainnya, d. Diagnosis kerja/diferensial diagnosis/diagnosis akhir. ¢. Persetujuan pengobatan/tindakan. f, Pengobatan/tindakan. g. Catatan konsultasi. h. Catatan perawat dan tenaga kesehatan lain. i, Catatan observasi klinik dan hasil pengobatan, j. Resume akhir dan evaluasi pengobatan. 1, Tujuan Rekam Medis Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan keschatan di rumah sakit, Yaitu dengan sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena tujuan rekam medis akan terlihat dan analog dengan kegunaan rekam medis itu sendiri. 2. Kegunaan Rekam Medis Kegunaan rekam medis dilihat dari beberapa aspek, yaitu: a. Aspek Administrasi Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, Karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan. b. Aspek Medis Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan_tersebut dipergunakan sebagai dasar merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien. cc. Aspek Hukum Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan barang bukti untuk menegakkan keadilan. d._ Aspek Keuangan Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan karena isinya dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan di rumah sakit. Tanpa adanya bukti catatan/pelayanan, maka pembayaran pelayanan di rumah sakit tidak dapat dipertanggung jawabkan. e. Aspek Penelitian Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. Jf. Aspek Pendidikan Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, Karena isinya menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan/ referensi pengajaran di bidang profesi si pemakai g. Aspek Dokumentasi Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit. il Dengan melihat dari beberapa aspek tersebut diatas, rekam medis mempunyai kegunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan pemberi pelayanan saja. Kegunaan rekam medis secara umum adalah: a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil bagian di dalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien. b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien. c. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakit. d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi tethadap kaulitas pelayanan yang diberikan kepada pasien. ¢. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga keschatan lainnya, f Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan. g, Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis pasien. h. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan. » Kebijakan Rekam Medis di Rumah Sakit a, Rekam medis merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit secara keseluruhan yang wajib dilaksanakan disemua rumah sakit baik pemerintah maupun swasta, 12 b. Pengorganisasian rekam medis di rumah sakit di sesuaikan dengan organisasi rumah sakit masing-masing. c. Penyelenggaraan rekam medis yang mencakup kelengkapan penyimpanan, pemusnahan, peminjaman dan kualitas tenaga pengelolanya dan sebagainya disesuaikan dengan ketentuan dalam Permenkes No. 749 a tahun 1989 serta petunjuk pelaksanaannya, d. Pengembangan rekam medis di rumah sakit disesuaikan dengan Kebutuhan dan kemampuan masing-masing rumah sakit. ©. Sesuai dengan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit, maka rekam medis harus meningkatkan mutunya sejalan dengan perkembangan IPTEK khsusnya teknologi informasi. 2.1.1. Perekam Medis Perekam medis adalah petugas yang telibat atau bertanggung jawab terhadap kelengkapan rekam medis yaitu dokter, tenaga paramedis, mahasiswa dibawah pengawasan dokter dan yang terlibat dalam penerimaan pasien masuk ke rumah sakit sampai pasien keluar dari rumah sakit. (Depkes RI, 1994). 2.1.2. Pertanggungjawaban Terhadap Rekam Medis a. Rumah Sakit Rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi informasi yang ada di dalam rekam medis terhadap kemungkinan hilangnya keterangan ataupun memalsukan data yang ada di dalam rekam medis, atau dipergunakan oleh orang yang semestinya tidak diberi izin. b. Dokter yang merawat Tanggung jawab utama akan kelengkapan rekam medis terletak pada dokter yang merawat untuk mengisi dan melengkapi rekam medis, dokter mengemban tanggung jawab terakhir atas kelengkapan dan kebenaran isi rekam medis, karena kemungkinan rekam medis yang berisi data yang cukup terperinci akan dipergunakan kembali atau oleh dokter lain agar dapat mengetahui bagaimana pengobatan dan perawatan kepada pasien, untuk konsultasi atau untuk memperkirakan kembali keadaan pasien yang akan datang dari prosedur yang telah dilaksanakan, Dalam mengisi rekam medis dokter dibantu oleh staf lain di rumah sakit, para medis keperawatan untuk mencatat keterangan-keterangan medis, seorang dokter akan mendelegasikan kepada co. asisten, asisten ahli atau dokter lainnya. c. Petugas Rekam Medis, Petugas rekam medis membantu dokter yang merawat dalam mempelajari kembali rekam medis. Analisa dari kelengkapan isi data rekam medis untuk mencari hal-hal yang masih diragukan, serta menjawab bahwa rekam medis telah dilaksanakan sesuai dengan kebijaksanaan dan peraturan yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit, staf medis dan berbagai organisasi pada keesokan harinya, setelah pasien dipulangkan atau meninggal, sehingga data yang kurang ataupun diragukan bisa dibetulkan sebelum fakta pasien terlupakan. Dalam rangka membantu dokter pada penganalisaan kembali dari rekam medis harus melakukan analisa kualitatif dan analisa kuantitatif, Personel rekam medis bertanggung jawab untuk mengevaluasi kualitas rekam medis itu sendiri guna menjamin konsistensi dan kelengkapan isinya. 4. Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab menyediakan fasilitas unit rekam medis yang meliputi ruangan, peralatan, tenaga, dengan demikian di bagian rekam medis dapat bekerja secara efektif, memeriksa kembali, membuat indeks, penyimpanan berkas rekam medis, ruang memeriksa rekam medis harus cukup untuk mencatat, mengulangi kembali tanda tangan dokter. e. StafMedis Staf medis mempunyai peranan penting di rumah sakit dan pengorganisasian staf medis tersebut secara langsung menentukan kualitas pelayanan terhadap pasien. Makin baik pengorganisasiannya makin baik pula pelayanan kepada pasien. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan tepat dan baik direktur rumah sakit/wakil direktur medis membuat peraturan-peraturan yang akan mengatur para Anggota Staf Medis dan membentuk komisi khusus yang diperlukan yang keanggotaannya diambil diantara anggota-anggota staf medis, menunjuk komite staf medis untuk melaksanakan beberapa tanggung jawab khusus yang diperlukan. wakil direktur medis yang merupakan atasan dari seluruh staf medis rumah sakit. bertanggung jawab terhadap efektifitas kegiatan pelayanan medis di rumah sakit. Tanggung jawab dari pada wakil medis ini disesuaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan R.I, tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum kelas A. B.dan C. f. Komite Rekam Medis Tenaga medis, paramedis dan tenaga kesehatan lainya yang memberikan pelayanan baik langsung maupun tidak langsung kepada seorang pasien bertanggung jawab terhadap mutu yang mereka berikan. Untuk memenuhi tanggung jawab tersebut tenaga medis, 15 tenaga paramedis dan tenaga keschatan lainnya harus ambil bagian dalam badan yang bersangkut paut dengan pelayanan pasien. Mereka melaksanakan tanggung jawabnya melalui badan yam disebut “Komite Rekam Modis” Rekam medis yang baik akan mencerminkan mutu pelayanan medis yang diberikan kepada seorang pasien. Komite rekam medis akan memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebagai berikut : a. Memberikan saran-saran dan pertimbangan-pertimbangan dalam hal penyimpanan rekam medis dan menjamin bahwa semua informasi dicatat sebaik-baiknya dan menjamin tersedianya data yang diperlukan untuk menilai pelayanan yang diberikan kepada seorang pasien. b. Menjamin telah dijalankannya dengan baik filling records, pembuatan indek, penyimpang rekam medis dan tersedianya rekam medis dari semua pasien, c. MengAjukan usul-usul kepada direktur rumah sakit tentang perubahan dalam isi, ukuransrekam medis. 4. Membina kerja sama dengan penaschat hukum dalam hal hubungan-hubungan keluar ddan pengeluaran data/keterangan untuk badan-badan diluar rumah sakit. . Tata Kerja Rekam Medis Di Rumah Sakit Tata kerja bertujuan untuk terlaksananya pengaturan kegiatan rekam medis dengan tepat, cepat dan benar. Untuk terlaksananya tujuan tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Setiap pasien yang datang berobat baik rawat jalan maupun rawat inap, harus mempunyai rekam medis yang lengkap dan akurat. b. Pada tiap-tiap unit pelayanan harus tersedia buku register yang diisi setiap saat kunjungan diterimanya seorang pasien. 16 c. Setiap petugas rumah sakit yang melayani / melakukan tindakan kepada pasien (dokter, perawat / bidan, petugas penerima pasien) diharuskan mencatat semua tindakan yang diberikan kepada pasien kedalam lembaran-lembaran rekam medis * sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. d. Setiap rekam medis jika diperlukan harus dapat ditemukan dengan cepat dan tepat. e. Rekam medis pasien (dokumen medis) adalah milik rumah sakit, dan merupakan dokumen yang wajib dijaga kerahasiaannya. 2.2, Motivasi 2.2.1. Teori Motivasi Setiap orang dalam organisasi atau perusahaan bekerja berdasarkan motivasi yang ada dalam dirinya. Motivasi ini bergantung kepada kebutuhan yang ada dalam dirinya. Kebutuhan diartikan sebagai kesenangan yang ada di dalam diri manusia yang menuntut untuk dipenuhi atau dipuaskan. Motivasi sangat penting untuk dipahami karena melalui motivasi menusia terdorong untuk melakukan suatu pekerjaan. Menurut Asad motivasi berasal dari kata motif, sering kali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motif tersebut merupakan suatu driving force yang mengarahkan manusia untuk bertingkah laku, dan didalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu (As’ad, 1995). Menurut Berelson dan Steiner (1964) yang dikutip oleh Ilyas Y diartikan sebagai kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia seperti ancka keinginan, harapan, kebutuhan, 17 dorongan, dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja untuk mencapai kepuasan atau mengurangi ketidak seimbangan, Menurut Gibson dkk ( 1987) Kebutuhan menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu. Kekurangan tersebut mungkin bersifat fisiologis (kebutuhan akan makanan), bersifat psikologis (kebutuhan akan harga diri) atau bersifat sosiologis (kebutuhan akan interaksi sosial). Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku. Artinya, jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka terhadap usaha motivasi para manajer. Proses motivasi, seperti dimaksudkan oleh sebagian besar para ahli diarahkan untuk mencapai tujuan (goal directed). Tujuan atau hasil yang dicari karyawan dipandang sebagai kekuatan yang menarik orang. Tercapainya tujuan yang diinginkan dapat mengurangi kebutuhan yang belum terpenuhi seperti gambar 1. Gambar 1 : Proses Motivasi : Pola Awal (Gibson dkk, 1987) 1, Kebutuban yang tidak terpencbi —~ Vi Karyaw TL Pencarian ‘menilai Kembali Jalan untuk tabetuhan yarn memenuhi tidak terpeauhi kebatuban TIL. Perilaku yang YV. Imbalan atay diaral Hokaman. proaralinne ‘ IV. Kinerja J (EBvaluasi ates tujuan yg dicapai) 18 Setiap orang tertarik pada serangkaian tujuan. Jika seseorang ingin meramalkan perilaku secara cukup teliti, ia perlu mengetahui sesuatu tentang tujuan karyawan, dan tindakan yang akan dilakukan karyawan tersebut untuk mencapai tujuannya. Banyak teori tentang motivasi dan penemuan riset yang mencoba menjelaskan hubungan antara perilaku dan hasilnya. Gibson dkk (1987) mengelompokkan teori motivasi dalam dua kategori yaitu; a. Teori kepuasan (content theories) memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang, yang menggerakkan, mengarahkan, mendukung, dan menghentikan perilaku. b. Teori proses menguraikan dan menganalisis bagaimana perilaku itu digerakkan, diarahkan, didukung dan dihentikan. Menurut Herzberg, teori dua faktor tentang motivasi, dua faktor itu dinamakan faktor yang membuat orang merasa tidak puas dan faktor yang membuat orang merasa puas ( faktor ekstrinsik dan intrinsik ), Hasil penelitian Herzberg melahirkan dua kesimpulan khusus ‘mengenai teori tersebut : pertama, ada serangkaian kondisi ekstrinsik, keadaan pekerjaan (job kontext) yang menyebabkan rasa tidak puas (disatisfaction) faktor - faktor ini mencakup : a. Upah, b. keamanan kerja, c. kondisi kerja, d. mutu dan super visi tekhnis, e. mutu dari hubungan inter personal diantara teman sejawat, dengan atasan, dan dengan bawahan. Kedua, serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan_pekerjaan (job content ) yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi pekerjaan yang baik. Jika kondisi ini tidak ada, maka kondisi ini ternyata tidak menimbulkan rasa ketidak puasan yang berlebihan. Serangkaian faktor ini dinamakan satisfiers atau motivators, satisfiers atau motivators ini meliputi : a. Prestasi ( achievement ), b. pengakuan ( recognition ), c. tanggung jawab (responsibility ), 19 4. kemajuan ( advancement ), ¢. pekerjaan itu sendiri ( the work itself ), f. kemungkinan berkembang ( the possibility of growth ). Dari definisi dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah sesuatu dorongan atau semangat untuk melaksanakan tugas yang berasal dari internal dan eksternal para perekam medis dalam melaksanakan tugasnya untuk mengisi dan melengkapi data rekam medis pasien rawat inap schingga data-data rekam medis tersebut dapat digunakan baik oleh pasien, dokter, perawat, kepentingan hukum maupun rumah sakit. 2.3. Kemampuan Istilah kemampuan menunjukkan potensi orang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan, mungkin dimanfaatkan atau mungkin juga tidak. Kemampuan berhubungan erat dengan kemampuan fisik, dan kemampuan mental yang dimiliki orang untuk melaksanakan pekerjaan dan bukan ingin dilaksanakan (Gibson dkk, 1987). Lowler dan Foster menyebutkan kemampuan adalah karakteristik individual seperti intelegensia, manual skill, yang merupakan kekuatan potensial seseorang untuk berbuat dan sifatnya relatif stabil (As’ad, 1995). Sedangkan menurut Davis, kemampuan adalah menifestasi dari pengetahuan dan kemahiran (Anoraga P, 1995). Pengetahuan erat kaitannya dengan kemampuan intelektualitas seseorang . Bloom (1977) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk mengingat- ingat sesuatu (ide fenomena) yang perah diajarkan. Pendapat yang hampir sama dikemukakan Abror (1993) menurutnya pengetahuan mencakup penyegaran kembali (recall) atau pembentukan kembali respon-respon yang pernah dipelajari dalam simulasi yang tepat. 20 Kemampuan perekam medis dapat diartikan sebagai pengetahuan dan keterampilan perekam medis untuk melakukan pekerjaan rekam medis. Pengetahuan tentang rekam medis yaitu berhubungan dengan segala sesuatu yang diketahui oleh perekam medis mengenai tugas, fungsi rekam medis, sedangkan keterempilan tentang rekam medis adalah berhubungan dengan bagaimana kecekatan perekam medis untuk mengerjakan rekam medis secara benar dan tepat waktu. 2.4, Kinerja Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada seluruh jajaran personel di dalam organisasi. : Deskripsi dari kinerja menyangkut 3 komponen penting Ilyas Y (1999 ) yaitu; tujuan, ukuran, dan penilaian, Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel. Walaupun demikian , penentuan tujuan saja tidakdah cukup, sebab itu dibutuhkan ukuran apakah seseorang personel telah mencapai kinerja yang diharapkan. Untuk itu kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personel memegang peranan penting. Aspek ketiga dari definisi kinerja adalah penilaian, Penilaian kinerja secara regular yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap personel. Tindakan ini akan membuat personel akan senantiasa berorientasi tethadap tujuan dan berperilaku kerja sesuai 21 dengan arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian jelaslah bahwa pengertian kinerja dengan deskripsi tujuan, ukuran operasional, dan penilaian regular mempunyai peran penting dalam merawat dan meningkatkan motivasi personel. Kinerja organisasi merupakan hasil dari interaksi yang kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi. Menurut Drucker (1994) Tenaga profesional adalah sumber daya terbaik suatu organisasi schingga evaluasi kinerja mereka menjadi salah satu variabel yang penting bagi efektivitas organisasi. tenaga profesional mewakili knowledge wolkers, biasanya kritis terhadap inovasi dan produktivitas organisasi. Mereka adalah penangkap informasi penting, perancang bagi produk-produk dan sistem baru, pengendalian produktivitas dan profitabilitas organisasi Ilyas ¥ (1999 ) Dalam organisasi pelayanan kesehatan, sangatlah penting untuk memiliki instrumen penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga kerja profesional. Proses evaluasi kinerja bagi profesional menjadi bagian terpenting dalam upaya manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi yang efektif. 2.4.1. Kebijakan Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Rekam medis harus berisi data yang cukup terperinci. Untuk tercapainya kelengkapan pengisian rekam medis maka hal-hal dibawah ini harus diperhatikan. a, Semua diagnosis ditulis dengan benar sesuai dengan istilah terminologi yang dipergunakan, semua diagnosis serta tindakan pembedahan yang dilakukan harus dicatat. b. Dokter yang merawat menulis tanggal dan tanda tangannya pada berkas rekam medis, setiap melakukan tindakan/perintah terapi. 22 ¢. Laporan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik dalam keadaan lengkap dan berisi semua data penemuan baik yang positif maupun yang negatif. 4. Catatan perkembangan, memberikan gambaran kronologis dan analisa klinis keadaan pasien. frekuensi catatan ditentukan oleh keadaan pasien. e. Hasil laboratorium dan x-ray dicatat, dicantumkan tanggalnya serta ditanda tangani oleh yang memeriksa. f. Semua tindakan pengobatan medis ataupun tindakan pembedahan harus dituliskan dan dicantumkan tanggal serta ditanda tangani dokter. g. Semua konsultasi yang dilaksanakan harus sesuai dengan peraturan staf medis, harus dicatat secara lengkap serta ditanda tangani. Hasil konsultasi, mencakup penemuan konsulen pada pemeriksaan fisik terhadap pasien termasuk juga pendapat dan rekomendasinya. h. Pada kasus observasi, catatan prenatal dan persalinan dicatat secara lengkap, mencakup hasil test dan semua pemeriksaan pada saat prenatal sampai masuk rumah sakit, juga harus dicatat secara lengkap. i. Catatan perawat dan catatan prenatal rumah sakit yang lain tentang observasi & pengobatan yang diberikan harus lengkap. Catatan ini harus diberi nama dan tanda tangan. j. Resume Medis (Ringkasan Keluar) telah ditulis pada saat pasien pulang dan harus berisi tingkasan tentang penemuan-penemuan dan kejadian pasien selama pasien dirawat, keadaan waktu pulang, saran dan rencana pengobatan selanjutnya. Jikaperekam medis melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan standar rekam medis, hal ini dapat diartikan bahwa kinerja dari perakam medis itu dapat dikatakan baik. Sebaliknya jika perekam medis tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar rekam medis maka kinerja perekam medis tersebut jelek. 23 2.4.2. Metode Evaluasi Kinerja Maksud evaluasi kinerja dalam organisasi adalah untuk memberikan masukan- masukan untuk keputusan penting seperti promosi, transfer dan pemutusan hubungan kerja. Evaluasi mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan, ada beberapa teknis khusus untuk evaluasi kinerja yang utama : a. Esei tertulis adalah metode evaluasi yang paling sederhana yaitu menulis suatu cerita yang memberikan kekuatan, kelemahan, kinerja masa lalu dan sasaran perbaikan. b Insiden Kritis merupakan perhatian penilaian pada perilaku-perilaku yang merupakan kunci untuk membedakan antara menjalankan pekerjaan secara efektif dan melaksanakannya secara tidak efektif. Suatu daftar insiden kritis memberikan seperangkat contoh dari mana kkaryawan-karyawan itu dapat diperbaiki perilaku-perilaku yang diinginkan dan yang memerlukan perbaikan. ¢. Skala penilaian grafik, dalam metode ini di daftar seperangkat faktor kinerja seperti kuantitas dan kualitas kerja, kedalaman pengetahuan, kooperasi, kesetiaan dan diberikan penilaian masing-masing pada skala inkremental (Pertambahan — Kecil). 4. Skala penilaian berjangkar menyagkut prilaku ( BARS = behaviorally anchored rating scales) menggabungkan unsur-unsur utama dari pendekatan insiden kritis dan skala penilaian grafik dengan menilai numeris para karyawan berdasarkan butir-butir sepanjang suatu kontinum, Hasil proses ini merupakan perilaku seperti antisipasi, merencanakan, menjalankan, memecahkan masalah mendadak, melaksanakan perintah dan menangani situasi darurat. 24 Masalah potensial yang perlu diupayakan dalam proses evaluasi kinerja harus bebas dari bias pribadi, prasangka dan keanchan Karena faktor ini kemungkinkan besar dapat membuat evaluasi seorang karyawan menyimpang (Stephen P. Robbins, 1996) 2.5. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi ( determinan ) kinerja personel, dilakukan pengkajian tehadap beberapa teori kinerja. Secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu variabel individu, variabel organisasi, dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut mempengaruhi perilaku kerja yang pada akhimya mempengaruhi pada kinerja personel. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas. Gibson (1987) menyampaikan model teori kinerja dan melakukan analisis terhadap sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu seperti pada gambar 2. Gambar 2. Variabel Yang Mempengaruhi Perilaku Dan Kinerja VARIABEL INDIVIDU * Kemampuan'| &keterampilan ‘Later Belakang + keluarga = tht, Sosial ~ -pengalaman: * Demogratis ~) Vue = - Etnis VARIABEL ORGANISASI + denis kelamin ae + Sumber Daya = Kepemimpioan = Imbalan Straktur’ = Desain kerja Sumber : Gibson dkk ( 1987 ) 25 Variabel individu dikelompokkan pada sub variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis. Sub variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor tama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Variabel demografis mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu. Variabel psikologis terdiri dari sub variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel ini, banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis. Variabel psikologis seperti persepsi, sikap, kepribadian, dan belajar merupakan hal yang kompleks dan sulit diukur. Gibson (1987) juga menyatakan sukar mencapai kesepakatan tentang pengertian dari variabel tersebut, karena seorang individu masuk dan bergabung dalam organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya dan keterampilan berbeda satu dengan lainnya, Variabel organisasi, berefek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu. Variabel organisasi digolongkan dalam sub variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan. Adapun Kopelman (1986) mengemukakan sub variabel imbalan akan berpengaruh untuk meningkatkan motivasi kerja yang pada akhimya secara langsung akan meningkatkan kinerja individu. 2.6. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan Konsep Gibson di atas menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, namun dalam penelitian ini, peneliti membatasi hanya beberapa faktor saja yaitu faktor motivasi dan kemampuan para perekam medis terhadap kinerjanya. 26 VARIABEL BEBAS YVARIABEL TERIKAT MOTIVASI KERJA KEMAMPUAN KERJA 1. Pengatahuan, 2. Keterampitan - Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian Variabel Penelitian a. Variabel Motivasi Kerja Perekam Medis : adalah segala sesuatu yang mendorong perekam medis dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya meliputi : honor, iklim kerja, kebijakan organisasi, supervisi, tanggung jawab dan prestasi. . Variabel Kemampuan Kerja Perekam Medis : adalah kesanggupan perekam medis dalam melaksanakan tugas dan fungsinya ( meliputi; pengetahuan dan keterampilan) ¢. Variabel Kinerja Perekam Medis : adalah Hasil kerja perekam medis dalam melaksanakan tugas dan fungsinya (meliputi; pengisian lengkap, tidak lengkap, dan tidak terisi), Untuk kegunaan pengkategorian variabel kinerja, maka hasil Kerja pengisian lengkap dikategorikan kinerja baik, sedangkan pengisian tidak lengkap dan tidak terisi dikategorikan kinerja jelek.

You might also like